• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang. mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang. mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara sistematis ditujukan pada orang dewasa (masyarakat) agar mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan masyarakat luas. Dengan kata lain, penyuluhan merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan keterampilan dengan membantu, mempengaruhi dan memotivasi masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, mentaati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, adalah suatu proses komunikasi.

Komunikasi penyuluhan banyak digunakan oleh lembaga atau instansi baik pemerintah maupun nonpemerintah, untuk menyampaikan dan mempersuasi masyarakat menuju ke arah modernisasi dalam segala bidang atau sektor, yang berdampak langsung pada peningkatan ekonomi mereka secara khusus dan menekan laju pembangunan secara umumnya. Salah satu bidang yang sering dan erat kaitannya dengan komunikasi penyuluhan adalah bidang pertanian.

Perkembangan pembangunan pertanian saat ini sudah mulai tampak dengan mulai berkembangnya pola atau teknik bertani yang dikembangkan oleh para petani. Perkembangan itu dapat dilihat pada misalnya mulai banyak petani yang mengembangkan teknik bertani dengan tanpa menggunakan pupuk kimia,

▸ Baca selengkapnya: merekam suara atau gambar pemikiran atau kejadian yang dianggap penting dalam proses pembuatan karya merupakan proses

(2)

pestisida atau bahan kimia sejenisnya pada tanaman mereka, yang disebut dengan pertanian organik.

Prinsip dasar pertanian organik adalah sama sekali tidak menggunakan pupuk – pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan dan dapat berdampak buruk pada tanaman itu sendiri apabila nantinya dikonsumsi oleh masyarakat. Karena itu pada pertanian organik juga menggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan juga tidak memiliki kandungan kimia yang dapat berdampak negatif pada masyarakat yang nantinya mengkonsumsi hasil pertanian tersebut. Selama ini telah banyak inovasi – inovasi pupuk organik yang dihasilkan oleh para ilmuwan dan para pakar dalam bidang pertanian diantaranya, pada saat ini sedang menjadi perhatian banyak para petani adalah Bokashi. Bokashi berasal dari bahasa Jepang yang artinya bahan – bahan organik yang sudah diuraikan (difermentasi). Pupuk bokashi merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang terbuat dari campuran antara bahan – bahan organik dan pupuk kandang yang difermentasi atau didekomposisi oleh mikroorganisme.

Suatu inovasi dikatakan bermanfaat apabila semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari inovasi tersebut. Komunikasi penyuluhan berperan untuk dapat menyebarkan inovasi yang ada ke masyarakat atau dalam hal ini para petani. Penyerapan inovasi pada masyarakat memiliki tujuan akhir untuk merubah perilaku masyarakat tersebut dan dapat merubah pola pikir mereka sesuai dengan inovasi yang mereka terima atau yang disebut dengan adopsi.

Bokashi sebagai suatu inovasi telah banyak diadopsi oleh masyarakat di Indonesia khususnya para petani, yang memanfaatkan bokashi tersebut untuk kegiatan pertanian mereka. Masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani

(3)

umumnya berada di wilayah pedesaan sehingga akses untuk mendapatkan informasi tergolong masih rendah. Demikian halnya dengan masyarakat di desa kecamatan Parmaksian yang menjadi objek penelitian penulis. Jauhnya jarak daerah ini dengan kota menyebabkan adanya keterbatasan informasi – informasi yang didapatkan oleh masyarakat, terutama petani yang masih menggunakan cara – cara tradisional dalam kegiatannya. Seperti jelas terlihat pada kegiatan mereka sehari – hari dalam mengolah lahan pertaniannya, sebagian besar mereka hanya mengandalkan pupuk kimia yang biasa dijual di pasaran sebagai pupuk untuk tanaman mereka. Apabila pupuk mahal dan mereka tidak mampu untuk membelinya maka mereka tidak akan melakukan penanaman, sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan dan tidak terpakainya lahan pertanian.

Penyuluhan pembuatan bokashi yang lakukan oleh pihak PT.Toba Pulp Lestari kepada masyarakat yang ada di desa Kecamatan Parmaksian dilakukan bukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, karena telah banyak juga ditemui kisah sukses dalam pemakaian bokashi dalam bidang pertanian, salah satunya di daerah Kupang Nusa Tenggara Timur yang telah berhasil mencegah penyakit busuk batang pada tanaman vanili setelah menggunakan bokashi sebagai pengganti

pupuk kimia yang sebelumnya dipakai dilahan pertanian mereka1

Penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat di desa Kecamatan Parmaksian dianggap tepat karena ditengah tingginya harga pupuk kimia dan langkanya kompos dipasaran, bokashi dapat dijadikan sebagai suatu alternatif untuk menggantikan fungsi pupuk kimia atau pun kompos, bahkan dianggap bokashi lebih unggul dibandingkan dengan pupuk kimia atau pun kompos.

.

1

(4)

Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan dan pola pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat tersebut agar penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi masyarakat yang telah disuluh tersebut menerima atau mengadopsi inovasi penyuluhan melalui tindakan nyata yakni mau mencoba menerapkan dan memakai pupuk Bokashi dalam kegiatan pertaniannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmanakah komunikasi penyuluhan pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “sejauhmana metode komunikasi penyuluhan pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir ?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

(5)

1. Penelitian terbatas pada pengaruh metode penyuluhan yang dilakukan oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.

2. Inovasi yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bokashi yang merupakan inovasi dalam bidang pertanian.

3. Objek penelitian adalah masyarakat di Desa Sosorladang, Desa Siruar dan Desa Pangombusan Kecamatan Parmaksian yang ikut dalam acara penyuluhan tentang pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. 4. Masyarakat yang dijadikan sebagai objek penelitian atau sampel adalah

masyarakat yang minimal tiga kali ikut dalam kegiatan penyuluhan, baik dalam pertemuan besar atau pun pertemuan kecil (tatap muka).

5. Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan Juni 2011 sampai dengan selesai.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tanggapan peserta penyuluhan terhadap pelaksanaan

penyuluhan pembuatan Bokashi yang dilakukan oleh

PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.

2. Untuk mengetahui pengaruh metode komunikasi penyuluhan tentang pembuatan bokashi terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.

(6)

I.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya mengenai komunikasi penyuluhan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pikiran dan kontribusi kepada mahasiswa atau pihak – pihak yang memberikan perhatian terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan komunikasi penyuluhan.

3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan peneliti mengenai ilmu komunikasi khususnya komunikasi penyuluhan.

I.5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu

kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggunakan dari sudut pandang mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti.

Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan preposisi yang menggunakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat,2004:6). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan

memiliki landasan dalam menemukan tujuan arah penelitiannya. Adapun

teori – teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah : Komunikasi Pembangunan, Komunikasi Penyuluhan, dan Teori Difusi Inovasi.

(7)

I.5.1. Komunikasi Pembangunan

Dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan suatu sistem komunikasi agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang mampu mengarahkan pencapaian tujuan pembangunan. Hal itu perlu sekali dilakukan karena proses pembangunan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Komunikasi pembangunan harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship. Karena pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan sinergis antara pelaku dan obyek pembangunan.

Konsep komunikasi pembangunan sangat membuka peluang untuk mendorong komunikasi intensif melalui dialog dengan kelompok – kelompok strategis dalam rangka membangun kemitraan untuk mempengaruhi kebijakan publik sebelum diputuskan. Berbagai kelompok yang perlu dilibatkan dalam kemitraan antara lain Perguruan Tinggi, LSM, pers dan berbagai elemen pendukung pembangunan lainnya. Agar komunikasi pembangunan berjalan dengan efektif, maka diperlukan suatu pusat komunikasi yang menjadi rujukan dari pelaku – pelaku pembangunan maupun pihak – pihak yang berkompeten dalam penyelenggaraan pembangunan untuk memperoleh informasi dan koordinasi pembangunan secara terpadu.

Konsep komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti yang luas dan terbatas. Dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal – balik) diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Sedang dalam arti yang

(8)

sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan – keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan – gagasan yang disampaikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi pembangunan adalah merupakan proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat (Effendy, 2005: 92).

Komunikasi pembangunan menganut prinsip – prinsip modernisasi dalam pembangunan, dengan tidak lagi memposisikan pemerintah lebih tinggi daripada rakyat yang hanya membentuk pola komunikasi top down. Karena di negara yang menganut sistem politik terbuka, sebagaimana yang menjadi tuntutan dan cita – cita era reformasi ini idealnya memandang rakyat dalam posisi setara. Pola komunikasi yang relevan adalah bottom up dan horizontal. Dengan pola tersebut maka proses pembangunan sejak perencanaan dapat dilakukan secara bersama dengan melibatkan semua pihak baik obyek, pelaku, maupun fasilitator. Karena dengan adanya komunikasi yang baik maka perbedaan latar belakang dan kepentingan tidak lagi menjadi penghambat pembangunan.

I.5.2. Komunikasi Penyuluhan

Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Komunikasi penyuluhan adalah suatu proses penyampaian informasi kepada khalayak yang

(9)

terkait, secara terencana, terpadu dan berkelanjutan dalam rangka mengubah sikap, pendapat, dan perilaku khlayak sasaran. Bahwa proses komunikasi yang dilakukan tidak semata – mata berpindahnya informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikannya, tetapi bagaimana pesan tersebut dapat dimengerti oleh khalayak. Sehingga muncul kesadaran, minat dan keinginan untuk mencoba dan menerapkan informasi atau pesan yang diterima oleh khalayak atau komunikan tersebut. Sesuai dengan fungsi penyuluhan itu sendiri yakni untuk menjembatani kesenjangan antara praktek yang biasa dijalankan oleh khalayak sasaran dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang, yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran penyuluhan tersebut.

Penyuluhan merupakan proses komunikasi sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seseorang individu (komunikator) menyampaikan lambang – lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Dengan demikian dalam proses penyuluhan banyak faktor yang harus diperhatikan oleh penyuluh. Seorang penyuluh harus terampil dalam mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah media massa, baik cetak maupun elektronik, pendekatan dalam bentuk komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi (Nasution,1990:10).

Penyuluhan sebagai suatu proses komunikasi erat kaitannya dengan konsep dari komunikasi pembanguan. Karena proses komunikasi yang terjadi dalam penyuluhan terdapat nilai – nilai yang disampaikan kepada khalayak yang hasil akhirnya diharapkan dapat merubah pola pikir dan meningkatkan taraf hidup khalayaknya secara khusus. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi

(10)

peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara pemerintah dengan masyarakat. Sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan dan penilaian terhadap hasil pencapaian penyuluhan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi penyuluhan yang berasal dari pihak yang memprakarsai dan ditujukan dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan – gagasan yang disampaikan tersebut (Nasution,1990:10).

Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal – hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal – hal pokok berikut ini (Nasution, 1990:10) :

1. Masalah yang dihadapi 2. Siapa yang disuluh

3. Apa tujuan (objectivities) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan

4. Pengembangan pesan

5. Metoda atau saluran yang digunakan

6. Sistem evaluasi “telah terpasang” atau bulit-in di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud.

Dengan adanya komunikasi penyuluhan diharapkan akan terjadi perubahan – perubahan, terutama pada perilaku serta bentuk – bentuk kegiatan dari orang yang disuluh, seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarga maupun lingkungannya.

(11)

Untuk dapat mencapai tujuan dari suatu penyuluhan maka diperlukan

faktor – faktor pendukung agar efektifnya penyuluhan tersebut. Adapun

faktor – faktor pendukung tersebut adalah sebagai berikut

(Santiana, 2005:48 – 56) :

a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni :

1. Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebaginya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena memakan banyak waktu.

2. Pendekatan Kelompok

Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya.

3. Pendekatan Massal

Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi.

(12)

b. Media Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sampel, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambang grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi – informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana,2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide, dan nilai), simbol yang digunakan (bahasa atau kata – kata) dan bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.

(13)

I.5.3. Teori Difusi Inovasi

Teori ini dapat dikatagorikan ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam merubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan hal-hal yang baru. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), studi difusi mengkaji pesan-pesan yang disampaikan itu menyangkut hal-hal yang dianggap baru maka di pihak penerima akan timbul suatu derajat resiko tertentu yang menyebabkan perilaku berbeda pada penerima pesan (Nasution,1992:63). Pada masyarakat, khususnya di negara berkembang penyebarluasan inovasi terjadi terus menerus dari satu tempat ke tempat lain, dari bidang tertentu ke bidang lain. Difusi inovasi sebagai gejala kemasyarakatan yang berlangsung bersamaan dengan perubahan sosial yang terjadi, bahkan menyebabkan suatu hubungan sebab – akibat. Penyebarluasan inovasi menyebabkan masyarakat menjadi berubah, dan perubahan sosial pun meransang orang untuk menemukan dan menyebarkan hal – hal yang baru.

Masuknya inovasi ke tengah-tengah sistem sosial disebabkan terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat, antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Dengan demikian komunikasi merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya perubahan sosial. Melalui saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan, pemahaman, dan penilaian yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi.

Dalam proses penyebarluasan inovasi unsur – unsur utama yang terdiri dari (Rogers dan Shoemaker,1971) :

1. Adanya suatu inovasi.

2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu. 3. Dalam suatu jangka waktu tertentu.

(14)

4. Di antara para anggota suatu sistem sosial.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa segala sesuatu, baik dalam bentuk ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, maka dapat dikatakan sebagai suatu inovasi. Pengertian baru di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakan inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika suatu hal dipandang baru bagi seseorang maka hal itu merupakan inovasi. Havelock (1973) menyatakan bahwa, inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya (Nasution,1992:65).

Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yaitu komponen ide dan komponen objek (aspek material atau produk fisik dari ide). Penerimaan terhadap suatu inovasi yang memiliki dua komponen tersebut, memerlukan adopsi yang berupa tindakan, tetapi untuk inovasi yang hanya mempunyai komponen ide saja, penerimaannya pada hakekatnya perlu merupakan suatu putusan simbolik. Pandangan masyarakat terhadap penyebarluasan inovasi memiliki lima atribut yang menandai setiap gagasan atau cara baru, yaitu (Nasution,1992:66) :

1) Keuntungan relatif, apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya?

2) Keserasian, apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dulu diperkenalkan? begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat – istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan?

(15)

3) Kerumitan, apakah inovasi tersebut rumit? pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal – hal yang rumit, karena selain sukar dipahami juga cenderung dirasa sebagai beban.

4) Dapat dicobakan, suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum orang terlanjur menerima secara keseluruhan.

5) Dapat dilihat, bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan – gagasan atau ide yang abstrak.

Kelima atribut di atas menentukan bagaimana tingkat penerimaan terhadap suatu inovasi yang didifusikan di tengah-tengah masyarakat. Penerimaan terhadap suatu inovasi oleh suatu masyarakat tidaklah terjadi secara serempak tetapi berbeda – beda sesuai dengan pengetahuannya dan kesiapan menerima hal-hal tersebut.

Everett M. Rogers dan Floyd Shoemaker (Purba, 2006:57 – 58) memperkenalkan sebuah formula baru dalam proses adopsi inovasi. Teori adopsi tersebut diformulasikan menjadi empat tahap yaitu :

1. Pengetahuan yakni mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

2. Persuasi yakni menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut.

3. Keputusan yakni terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak.

(16)

4. Implementasi yakni melaksanakan keputusan yang telah dibuat mengenai sesuatu inovasi.

5. Konfirmasi yakni mencari penguatan bagi keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat mengubah keputusan tersebut.

I.5.4. Penyuluh Sebagai Agen Perubahan

Usaha – usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Orang – orang itu dalam kepustakaan ilmu – ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent of Change (Agen Perubahan). Pada penelitian ini yang menjadi agen perubahan adalah staf humas PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Menurut Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu pelaksanaan perubahan sosial. Selanjutnya menurut Rogers dan Shoemaker agen perubahan merupakan tugas profesional yang mempengaruhi suatu putusan pada inovasi menurut arah yang diinginkannya. Para agen perubahan ini dipandang sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau lebih sistem sosial (Dilla, 2007:144).

Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain mengenal dirinya sendiri, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power) (Cangara, 2000:95-100).

a. Kepercayaan (Credibility)

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan – kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima). James McCroskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat

(17)

bersumber dari kompetensi (competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamism).

Kompetensi adalah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikatorapakah ia tegar atau toleran dalam prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal – hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicaraan memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

b. Daya Tarik (Attractive)

Daya tarik adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibiltas. Faktor daya tarik banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking), dan fisiknya (physic).

c. Kekuatan (Power)

Kekuataan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain.

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan perumusan pada hipotesa (Nawawi,1995: 40).

(18)

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun,1995: 57).

Dengan demikian kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan segala faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1997: 40). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi penyuluhan.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Kriyantono, 2008:21). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat adopsi inovasi.

I.7. Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabel – variabel yang dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

(19)

Gambar 1. Model teoritis

I.8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas maka dapat diperbuat operasional variabelnya untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian. Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

Komunikasi Penyuluhan Metode Penyuluhan : • Pendekatan Perorangan : ~ Dialog Langsung ~ Kemampuan Empati

~ Menciptakan Suasana Homophily • Pendekatan Kelompok :

~ Diskusi Kelompok Variabel Terikat (Y)

Tingkat Adopsi Inovasi • Pengetahuan • Persuasi : ~ Keuntungan Relatif ~ Keserasian ~ kerumitan ~ Dapat Dicobakan ~ Dapat Dilihat • Keputusan • Implementasi • Konfirmasi Komunikasi Penyuluhan Pembuatan Tingkat Adopsi Inovasi Masyarakat

(20)

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah

suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara – cara untuk mengukur variabel – variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi

ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun,1995:46).

Defenisi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (X) Komunikasi Penyuluhan, meliputi :

Metode Penyuluhan

Adalah cara – cara penyampaian materi penyuluhan melalui cara – cara komunikasi baik itu menggunakan media atau pun tanpa media, yang dilakukan untuk menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan dan tulisan kepada khlayak sasaran yang dituju dengan maksud sebagai pendekatan dalam mengubah perilaku khlayak sasaran tersebut.

1. Pendekatan Perorangan, yaitu :

Metode dengan hubungan perseorangan digunakan penyuluh untuk berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan masing – masing orang yang akan disuluh. Cara ini dianggap efektif karena dengan komunikasi tatap muka diharapkan pesan yang disampaikan dapat lebih cepat mengena kepada orang yang disuluh. Metode ini meliputi tiga unsur pendukung yakni:

a. Dialog langsung, adalah metode penyuluhan yang konvensional tetapi sangat efektif dalam menyampaikan maksud dan tujuan secara langsung. Pendekatan ini berbentuk pertukaran ide secara timbal balik antara

(21)

penyuluh dan peserta penyuluhan. Berbagi pengalaman tentang persoalan bersama dan saling mendengarkan pandangan masing – masing.

b. Kemampuan Empati, adalah kemampuan penyuluh dalam merasakan keadaan emosional orang yang akan disuluh, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah dan mengambil perspektif dari orang yang disuluh atau dengan kata lain penyuluh dapat menempatkan dirinya pada posisi para peserta penyuluhan.

c. Menciptakan Suasana Homophily, adalah membangun suasana yang akrab dan hubungan yang hangat antara penyuluh dan peserta penyuluhan. Dengan menciptakan Suasana yang Homophily akan tercipta suatu komunikasi yang efektif dan sering menguatkan satu sama lain. Untuk menciptakan suasana yang homophily dapat dilakukan dengan cara membaur dengan para peserta penyuluhan.

2. Pendekatan Kelompok, yaitu :

Metode dengan hubungan kelompok digunakan oleh penyuluh untuk menyampaikan pesan kepada kelompok. Metode ini sesuai dengan keadaan dan norma sosial dari masyarakat pedesaan Indonesia, seperti hidup berkelompok, bergotong – royong dan berjiwa musyawarah. Metode ini dapat meningkatkan tahapan minat dan perhatian ke tahapan evaluasi dan mencoba menerapkan rekomendasi yang dianjurkan.

(22)

2. Variabel Terikat (Y) Tingkat Adopsi Inovasi, meliputi : a. Pengetahuan

Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat.

b. Persuasi

Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut. Pada tahap ini akan muncul pertimbangan – pertimbangan yang berkenaan dengan inovasi yang akan diterima, yakni sebagai berikut:

1. Keuntungan – keuntungan relatif, yaitu apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relatif bagi masyarakat.

2. Keserasian, yaitu apakah inovasi yang hendak didifusikan itu cocok dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, adat-istiadat, kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

3. Kerumitan, yaitu apakah inovasi tersebut rumit karena pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal – hal yang rumit, sebab selain sukar dipahami juga cenderung dirasa sebagai beban baru.

4. Dapat dicobakan, suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum seseorang terlanjur untuk menerima secara keseluruhan.

(23)

5. Dapat dilihat, bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya maka seseorang akan lebih mudah untuk menerimanya ketimbang berupa gagasan – gagasan atau ide yang abstrak.

c. Keputusan

Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.

d. Implementasi

Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut. Dalam tahap ini seseorang akan melaksanakan keputusan yang telah dibuat mengenai sesuatu inovasi.

e. Konfirmasi

Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

I.10. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan

(24)

membuktikan kebenaran hipotesis itu lewat cara menguji hipotesis dengan data di lapangan (Bungin, 2001: 90).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh metode penyuluhan terhadap tingkat adopsi inovasi pada masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir. Ha : Ada pengaruh metode penyuluhan terhadap tingkat adopsi inovasi pada

Gambar

Tabel 1. Operasional Variabel

Referensi

Dokumen terkait

4.12.2 Menyusun teks khusus dan bentuk pesan singkat, dan pengumuman/ pemberitahuan (notice), sangat pendek dan sederhana, terkait kegiatan sekolah, dengan memperhatikan fungsi

Hal ini menjadi perhatian ketika mendesain sistem proteksi busbar karena ketika terjadi arus gangguan eksternal bernilai besar dapat menyebabkan arus yang dihasilkan pada

atau wiraswastawan berarti orang yang berjuang dengan gagah, berani, juga luhur dan pantas diteladani dalam bidang usaha, atau dengan kata lain wirausahawan adalah orang-orang yang

Puji Syukur Kehadirat Tuh an Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan sehingga penulis dap at menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pihak gapoktan harus berupaya untuk meningkatkan loyalitas pelanggan agar pelanggan masuk dalam zona afeksi, dimana pihak pelanggan memiliki rasa puas yang tinggi

Perbedaannya terletak pada bagian kewajiban, keuangan pernyataan posisi memberikan informasi tentang kekayaan bersih, istilah dalam laporan keuangan bisnis

Peningkatan yang terjadi setelah dilakukan integrasi metode klasifikasi dan clustering untuk data numerik dengan menggunakan algoritme C4.5 dan naive bayes untuk

Dari deskripsi di atas, subjek perempuan berkemampuan tahfidz tinggi (SPTT) pada aspek generalisasi memenuhi kriteria sesuai dengan indikator pada rubrik observasi