• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agenda kemanusiaan yang harus segera diselesaikan. Kata diskriminasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agenda kemanusiaan yang harus segera diselesaikan. Kata diskriminasi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diskriminasi adalah masalah aktual sepanjang zaman dan merupakan agenda kemanusiaan yang harus segera diselesaikan. Kata diskriminasi berdasarkan arti kamus yakni, setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan perlakuan terhadap manusia kepada manusia lainnya (Sugono, 2008:359). Pembedaan perlakuan tersebut atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok sosial, golongan status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan, dan politik, yang berakibat pada pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya (UU RI NO.39 tahun 1999, 2011:3).

Kasus diskriminasi, seringkali dialami oleh perempuan di belahan dunia manapun, termasuk di Indonesia. Pemicunya adalah masalah ketimpangan. Bentuk ketimpangan tersebut, termanifestasi dalam berbagai hal, yakni kelas sosial, ekonomi, maupun politik. Fenomena tentang kasus diskriminasi terhadap perempuan, merupakan topik khas feminisme. Terbukti dari sejarah gerakan kaum perempuan (feminisme) di Barat dan Timur, dimulai dengan feminisme gelombang pertama hingga post-feminis di era modernisme, menyuarakan

(2)

tuntutan yang sama yakni, pemenuhan hak-hak kemanusiaan perempuan (hak di bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya) serta kesetaraan.

Feminisme dalam penelitian sastra, dianggap sebagai gerakan kesadaran perempuan terhadap pengabaian beragam kasus ketidakadilan yang dialami oleh perempuan, yakni terkait kasus diskriminasi dan eksploitasi terhadap perempuan dalam masyarakat seperti yang tercermin dalam karya sastra. Perempuan dalam karya sastra seringkali ditempatkan (hanya) sebagai korban, dan hampir selalu merupakan tokoh yang dibela atau korban yang selalu dihimbau untuk mendapatkan perhatian. Faruk (1997:35, melalui Sugihastuti dan Suharto, 2002:66-67) berpendapat bahwa, perempuan dalam karya sastra ditampilkan dalam kerangka hubungan ekuivalensi dengan seperangkat tata nilai marginal dan yang tersubordinasi lainnya.

Posisi perempuan sebagai „korban‟ atas diskriminasi, turut pula menjadi tema dominan dalam karya-karya sastra yang ditulis oleh para pengarang perempuan. Salah satu hasil karya yang berperspektif perempuan sebagai „korban‟ diskriminasi yang terkait dengan PKI adalah monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari.

Istilah monolog dalam pengertian awal berarti berbicara sendiri. Monolog pada hakikatnya adalah suara hati yang diformulasikan dalam bentuk cakapan, yang berupa perenungan terhadap peristiwa yang telah terjadi (Dewojati, 2010:180-181). Sabur (2003:11) mengungkapkan bahwa, monolog adalah suatu jenis bentuk seni pertunjukan drama modern, yang berasal dari Yunani. Artinya, suatu pembicaraan atau suatu persoalan yang dipergelarkan oleh seorang aktor atau sebuah lakon yang berbicara mengenai masalah pribadi seorang tokoh saja.

(3)

Balada Sumarah adalah salah satu monolog karya Tentrem Lestari yang menyajikan kesengsaraan sebuah keluarga yang terpaksa harus kehilangan kepala keluarganya, yang diciduk oleh aparat karena dianggap terkait dengan PKI. Secara keseluruhan, monolog ini merepresentasikan perjuangan hidup seorang perempuan Jawa pasca tragedi 1965, yang harus menanggung „dosa turunan‟ dan mengalami berbagai diskriminasi yang menyebabkan terampasnya hak-hak kemanusiaan, direndahkan martabatnya, serta mengalami pemiskinan.

Dalam naskah monolog Balada Sumarah diceritakan bahwa Suliman, ayah Sumarah adalah seorang kusir andong yang juga merupakan buruh pemetik kelapa, dan pembuat gula. Kepolosan dan pendidikan yang rendah membuat seseorang gampang terperdaya. Tanpa bukti yang jelas Suliman ditangkap, karena dicurigai sebagai anggota koperasi milik PKI. Konsekuensi dari penangkapan Suliman tersebut, tugas mencari nafkah diambil alih oleh Sumarah.

Tokoh Sumarah digambarkan sebagai sosok perempuan yang kuat, gigih pendirian, serta terpelajar. Akan tetapi, pendidikan yang sudah ditempuh oleh Sumarah tidak mampu meningkatkan status ekonomi keluarganya. Sumarah selalu „tercekal‟ di saat hendak melamar pekerjaan, karena dianggap „tidak bersih lingkungan‟. Akibatnya, dia harus menerima nasib menjadi buruh (pembantu, babu) sepanjang hidupnya. Berbagai tindak diskriminatif dalam hal sosial, ekonomi, dan politik, dialami Sumarah dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari.

Monolog Balada Sumarah ditulis pertama kali pada tahun 1999. Tahun 2004 monolog tersebut mengalami revisi, dan berhasil dimuat dalam Antologi Naskah Monolog Anti Budaya Korupsi berjudul “Sphink Tripple-X” bersama dua

(4)

belas naskah monolog lainnya. Antologi monolog tersebut diterbitkan secara swadaya oleh Butet Kartaradjasa, yang dibantu oleh Whani Dharmawan serta Lephen Purwaraharja, dan hanya dicetak sebanyak 1000 eksemplar, setelah itu tidak dicetak lagi. Monolog Balada Sumarah mulai dikenal khalayak setelah diterbitkan dalam antologi tersebut, dan mulai dipentaskan dalam berbagai acara (salah satunya dalam acara festival monolog) di beberapa tempat, oleh para seniman dan kelompok-kelompok teater (SMA maupun UKM-Teater di sejumlah universitas) dalam negeri. Balada Sumarah pertama kali dipentaskan oleh Luna Vidya, seorang seniman dari Papua, dalam Festival Drama Monolog DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) di teater kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, tahun 2005.

Alasan pengambilan monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari sebagai objek kajian, yang pertama karena tema dan konflik yang diangkat dalam monolog tersebut masih relevan dengan keadaan sosial saat ini, terutama tentang kasus diskriminasi terhadap keluarga eks-tapol (terkait dengan pro-kontra wacana rekonsiliasi HAM). Alasan kedua, monolog Balada Sumarah mampu menjadi sarana untuk merepresentasikan kehidupan kaum proletar korban konflik sosial, yang terdiskriminasi dan memicu ketidakadilan serta kemiskinan. Alasan ketiga, peneliti ingin mengungkapkan representasi „suara‟ perlawanan kaum proletar yang selama ini terbungkam karena produk kebijakan suatu rezim. Alasan keempat, monolog Balada Sumarah merupakan salah satu monolog yang „populer’ dalam khazanah perteateran di Indonesia, karena sering dipentaskan, bahkan pernah dipentaskan hingga ke luar negeri. Alasan lain dikarenakan, monolog Balada Sumarah merupakan salah satu naskah monolog pilihan terbaik,

(5)

yang berhasil dimuat dalam Antologi Naskah Monolog Anti Budaya Korupsi berjudul “Sphink Tripple-X”, meskipun hanya diterbitkan secara swadaya oleh Butet Kartaradjasa. Alasan terakhir, yaitu peneliti ingin memutus rantai kanonisasi, dengan memperkenalkan pengarang lokal, yakni Tentrem Lestari dengan karyanya berjudul monolog Balada Sumarah.

Tentrem Lestari ialah pengarang monolog Balada Sumarah. Dia merupakan seorang pengajar di bidang biologi di SMA Tidar di Magelang, sekaligus seorang seniman lokal, yang tergabung dalam sebuah komunitas seni bernama Mendut Institut, serta menjadi pegiat Festival Kilometer Nol Borobudur di kabupaten Magelang-Yogyakarta. Sebagai seniman, ia senantiasa konsisten merepresentasikan kegelisahan batinnya dengan menulis naskah drama. Selain naskah monolog Balada Sumarah, dia juga menulis naskah-naskah lain yang masih bertema tentang permasalahan perempuan di antaranya: Perempuan Diperbatasan, Pintu-Pintu Tan Ayu, dan Layung Sore, namun belum terpublikasikan secara massal.

Penelitian ini difokuskan pada persoalan diskriminasi terhadap perempuan yang terjadi dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari. Diskriminasi yang terjadi dipicu oleh ketimpangan posisi dalam strata sosial, stereotyping, dan kebijakan negara yang represif terutama terkait dengan PKI. Kasus diskriminasi yang dialami oleh Sumarah memicu ketidakadilan di pelbagai bidang. Bentuk ketidakadilan tersebut termanifestasi dalam lima hal, yakni marjinalisasi atau peminggiran, subordinasi atau penomorduaan, pelabelan negatif (stereotyping), kekerasan (secara fisik maupun mental), serta beban kerja berlebih (Fakih, 1996:12).

(6)

Selain berusaha mengungkap tentang masalah diskriminasi yang merupakan kasus pelanggaran HAM, penelitian ini bertujuan untuk menelusuri bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh perempuan (Sumarah), atas tindak diskriminatif yang dialaminya. Bentuk-bentuk perlawanan tersebut terepresentasi melalui narasi gugatan dalam cakapan-cakapannya dalam monolog tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih kritik sastra feminis sebagai „alat‟ untuk menganalisis monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari. Kritik sastra feminis dipilih karena cukup relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini, yakni tentang diskriminasi terhadap perempuan yang memicu ketidakadilan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini diberi judul Diskriminasi Terhadap Perempuan dalam Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari: Kritik Sastra Feminis.

B. Pembatasan Masalah

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar penelitian tetap fokus dan jelas. Secara lebih rinci, pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi bentuk diskriminasi yang memicu ketidakadilan, yang terjadi dan dialami oleh perempuan dalam naskah, serta bentuk perlawanan yang dilakukan oleh perempuan atas tindak diskriminatif yang dialaminya dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari.

(7)

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk diskriminasi terhadap perempuan yang terjadi dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari?

2. Bagaimana bentuk perlawanan perempuan atas tindak diskriminatif yang

dialaminya dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk diskriminasi terhadap perempuan yang terjadi dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari.

2. Mendeskripsikan bentuk perlawanan yang dilakukan oleh perempuan atas tindak diskriminatif yang dialaminya dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari.

E. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, tentunya memiliki manfaat. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:

1. Manfaat Teoretis

a. Menambah pengetahuan tentang pemakaian teori-teori feminis dalam penelitian sastra.

(8)

b. Sebagai bahan acuan dalam memahami karya sastra, terutama yang bergenre naskah drama, dengan menggunakan pendekatan kritik feminis.

c. Mengisi kekurangan pengkajian terhadap karya sastra di Indonesia, khususnya penelitian di bidang studi sastra dengan menggunakan pendekatan feminis, terhadap naskah drama karya pengarang perempuan.

d. Memberi sumbangan yang bermakna bagi perkembangan studi kritik sastra di Indonesia, khususnya program sarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Manfaat Praktis

Penelitian terhadap monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia kesusasteraan Indonesia yang terkait dengan kritik sastra feminis, khususnya tentang problematika yang dialami oleh perempuan bukan hanya masalah gender semata, melainkan persoalan kemanusiaan akibat dari konflik dan status sosial di masyarakat yang memicu diskriminasi, pelanggaran HAM, ketidakadilan, serta kemiskinan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat, khususnya perempuan untuk melawan segala bentuk ketidakadilan, dan menghimbau agar sesama WNI dapat saling menghargai HAM tiap-tiap individu, sehingga tragedi pelanggaran HAM di masa lalu tidak terulang kembali. Di sisi lain, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bahwa karya sastra utamanya naskah drama, merupakan media paling jujur untuk „bersuara‟ dan kaya akan problematika yang dikemas secara artistik dan metaforik.

(9)

F. Sistematika Penulisan

Dalam sebuah penelitian, sistematika sangat penting sebagai pedoman penelitian yang akan memberikan gambaran mengenai langkah-langkah penelitian sekaligus permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, sehingga memudahkan pemahaman secara menyeluruh dari penelitian tersebut. Sistematika penulisan ini akan dibagi sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang mendeskripsikan berbagai hal yang menunjukkan pemahaman tentang permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Pemaparan latar belakang masalah berisi tentang narasi pengungkapan atau penyampaian masalah yang berkaitan dengan topik penelitian, yakni tentang latar belakang terjadinya diskriminasi, yang memicu ketidakadilan terutama dialami oleh perempuan di Indonesia. Dalam latar belakang masalah juga menjelaskan tentang hal-hal yang menjadi pertimbangan peneliti memilih monolog Balada Sumarah sebagai objek penelitian, dan alasan memilih kritik sastra feminis untuk menganalisis Balada Sumarah karya Tentrem Lestari. Rumusan masalah berisi pertanyaan yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian. Pokok permasalahan dalam penelitian ini terkait dengan bentuk diskriminasi, yang terjadi dan dialami oleh perempuan dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari, serta bentuk perlawanan yang dilakukan oleh perempuan atas tindak diskriminatif yang dialaminya dalam naskah tersebut. Tujuan penelitian merupakan pernyataan dari rumusan masalah. Manfaat penelitian menjelaskan manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian.

(10)

Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir. Kajian pustaka berisi uraian tentang hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu meliputi, penelitian-penelitian hasil aplikasi teori feminis dalam menganalisis karya sastra di beberapa universitas di Indonesia. Selain itu, kajian pustaka berisi pula hasil penelusuran terkait sumber data penelitian ini, yakni monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari. Pada sub-bab landasan teori, memaparkan mengenai teori-teori yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian, yang berfungsi untuk mengupas dan menyelesaikan permasalahan yang ada, yaitu feminisme dan kemanusiaan yang lebih menitikberatkan pada persoalan diskriminasi yang memicu ketidakadilan terhadap perempuan melalui kritik sastra feminis. Kerangka pikir berisi, penggambaran mengenai alur pemikiran peneliti untuk menyelesaikan permasalahan dengan analisis yang komprehensif.

Bab III Metode Penelitian. Metode penelitian terdiri dari jenis penelitian, pendekatan, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan berisi pendekatan kritik sastra feminis yang digunakan dalam penelitian. Sumber data dan data berisi mengenai data yang lengkap, benar, dan sahih yang digunakan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data berisi mengenai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik pengolahan data berisi mengenai tahapan-tahapan dalam mengolah data. Tehnik analisis data berisi mengenai cara menganalisis data yang ada serta alasan teknik itu dipilih dalam penelitian. Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang sistematis yang harus ditempuh dalam melaksanakan penelitian.

(11)

Bab IV Analisis Data. Analisis data berisi tentang penjabaran mengenai representasi ketidakadilan terhadap perempuan sebagai akibat langsung dari diskriminasi, yang terjadi dalam monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari. Bentuk ketidakadilan tersebut termanifestasi dalam lima kategori yaitu marjinalisasi, subordinasi, pelabelan negatif (stereotyping), bentuk kekerasan fisik dan psikologis, serta beban kerja berlebih. Pada bab ini juga dipaparkan mengenai bentuk perlawanan yang dilakukan oleh perempuan yaitu Sumarah, sebagai respon atas ketidakadilan yang dialaminya dalam naskah tersebut.

Bab V Penutup. Penutup berisi tentang simpulan dan saran dari penelitian. Simpulan merupakan hasil temuan penelitian dan merupakan jawaban dari rumusan masalah. Saran berisi tentang masukan yang diberikan oleh peneliti berdasarkan analisis data. Saran juga mengindikasikan tentang pemantapan hasil penelitian yang ingin dicapai dan pengembangan penelitian lebih lanjut yang ditujukan pada pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian, dan peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan penelitian sejenis.

Penelitian ini dilengkapi referensi berupa buku-buku yang tercantum dalam daftar pustaka. Penelitian ini juga dilengkapi lampiran yang berupa teks naskah drama monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) strategi pembelajaran menulis bukan hanya bertujuan untuk menghasilkan bahasa saja, akan tetapi bagaimana mengungkapkan

Tujuan dari isi paper ini adalah untuk menganalisa unjuk kerja sistem kompresi citra grayscale asli, apakah informasi data citra hasil rekonstruksi benar-benar dapat

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

ngan yang dilakukan di Desa Sriharjo diarahkan untuk fasilitas umum dan wisata, disamping yang berskala kecil di sepanjang jalur menuju Bendung Tegal dan sekitarnya

Sebagai perwujudan dari beberapa kebijakan dan strategi dalam rangka mencapai setiap tujuan dan sasaran strateginya, maka langkah operasionalnya harus dituangkan ke dalam

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Penilaian kemampuan kerjasama dengan penilaian antar teman dalam belajar IPA antar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu siklus I