• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara Bujur Timur dan antara Lintang Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara Bujur Timur dan antara Lintang Selatan."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOYOLALI

2.1. GEOGRAFI, TOPOGRAFI, DAN GEOHIDROLOGI

2.1.1.

KONDISI GEOGRAFI

Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara 1100 22’-110050’ Bujur Timur dan antara 707’ - 7036’ Lintang Selatan. Posisi geografis wilayah Kabupaten Boyolali merupakan kekuatan yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan daerah karena berada pada segitiga wilayah Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar) yang merupakan tiga kota utama di wilayah Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan dikembangkannya wisata Solo-Selo (Kabupaten Boyolali)-Borobudur (Kabupaten Magelang) atau SSB, diharapkan lebih meningkatkan pengembangan pariwisata di Kabupaten Boyolali. Disamping itu, seiring dengan mulai perencanaan pembangunan jalan tol Solo-Semarang dan jalan tol Solo-Ngawi yang melintasi wilayah Kabupaten Boyolali, maka diharapkan potensi pengembangan Kabupaten Boyolali, terutama dalam sektor perekonomian dan industri menjadi sangat besar.

2.1.2.KONDISI TOPOGRAFI

Topografi wilayah Kabupaten Boyolali adalah, sebagai berikut:

a. Antara 75 – 400m dpl yaitu Kecamatan Teras, Banyudono, Sawit, Mojosongo, Ngemplak, Simo, Nogosari, Kemusu, Karanggede, dan sebagian Boyolali,

b.

Antara 400 – 700m dpl yaitu Kecamatan Boyolali, Musuk, Mojosongo, Cepogo, Ampel, dan Karanggede,

c. Antara 700 - 1.000m dpl yaitu sebagian Kecamatan Musuk, Ampel, dan Cepogo,

d. Antara 1.000 - 1.300m dpl yaitu sebagian Kecamatan Cepogo, Ampel, dan Selo,

e.

Antara 1.300 - 1.500m dpl yaitu Kecamatan Selo.

(2)

Gambar 2.1 Peta Topografi Kabupaten Boyolali

Gambar 2.2 Peta Kontur Kabupaten Boyolali

Gambar 2.3 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Boyolali

(3)

2.1.3 KONDISI GEOHIDROLOGI

Mengingat kondisi geologi Kabupaten Boyolali yang sangat kompleks, maka kondisi geohidrologi daerah tersebut juga sangat bervariasi. Keberadaan air tanah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik batuan, terutama porositas dan permeabilitasnya, kondisi daerah resapan, dan topografi daerah yang bersangkutan. Berdasarkan Peta Hidrogeologi Lembar Yogyakarta, maka daerah Boyolali dan sekitarnya mempunyai kondisi akuifer yang beragam dari akuifer dengan produktivitas tinggi yang berupa akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir hingga daerah dengan air tanah langka.

Berdasarkan sistem penyaluran air tanah di dalam batuan, maka akifer di Boyolali dapat dibedakan menjadi :

a. Akifer dengan aliran melalui ruang antar butir

Akifer ini terdapat pada batuan endapan aluvial, aluvial vulkanik dan endapan undak. Akifer ini memiliki permeabilitas sedang – tinggi tergantung jenis litologinya. Di daerah yang didominansi lempung permeabilitasnya akan rendah, sebaliknya permeabilitas akan tinggi pada litologi yang didominasi pasir.

b. Akifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir

Sifat fidik akifer ini mempunyai permeabilitas yang baik dan ditemukan pada Endapan Vulkanik Muda. Akifer yang berongga dijumpai pada lava vesikuler yang produktivitasnya cukup tinggi, terbukti dengan banyak munculnya mata air dari batuan ini di sekitar daerah kaki lereng Merbabu.

c.

Akifer bercelah

Secara umum akifer ini mempunyai tingkat kelulusan rendah - sedang, dan air tanah dijumpai pada daerah lembah dan zona pelapukan. Akifer ini dijumpai pada Endapan Miosen. Pada material batupasir dan konglomerat mempunyai tingkat kelulusan lebih besar dibanding pada batuan lempung.

Sedangkan berdasarkan keterdapatannya dapat dikelompokan menjadi empat zona yaitu:

a. Daerah dengan kondisi akuifer setempat produktif tinggi dan mempunyai penyebaran sempit yaitu daerah dataran di sekitar daerah selatan Ampel sampai Kota Boyolali

(4)

b. Daerah dengan kondisi akuifer produktivitas sedang yang terletak di bagian utara dengan litologi endapan pasir lereng Timur Laut Gunung Merbabu, sekitar Tengaran dan Ampel.

c. Daerah dengan kondisi akuifer produktivitas kecil, terletak pada perbukitan rendah sampai dataran sekitar Simo.

d. Daerah langka air tanah merupakan daerah perbukitan terjal, daerah Kemusu dan lereng atas Gunung Merbabu.

Gambar 2.4 Peta Penggunaan Lahan

2.1.4 KONDISI HIDROLOGI

Kabupaten Boyolali mempunyai curah hujan yang tinggi dan memiliki sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas masyarakatnya, termasuk iklim tropis dengan rata-rata curah hujan sekitar 2000 milimeter/tahun. Wilayah kabupaten Boyolali yang berupa dataran rendah dan dataran tinggi ini memiliki keadaan pengairan cukup baik karena terdapat sumber mata air dan sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini. Selain itu, di Kabupaten Boyolali juga terdapat beberapa waduk yang dapat dimanfaatkan masyarakat selain dari mata air dan sungai. Waduk ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat jika musim kemarau tiba.

Potensi Hidrologi yang dimiliki Kabupaten Boyolali dan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, irigasi maupun kepentingan lainnya, baik alami maupun buatan. Kondisi hidrologi di Kabupaten Boyolali sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat yang lain. Beberapa faktor penyebabnya antara lain

(5)

adalah perubahan iklim, topografi, dan struktur geologi. Keadaan hidrologi tersebut dapat dibedakan sebagai berikut :

1.

Sumber Air Dangkal (Air Permukaan)

Air Permukaan adalah air yang terdapat di permukaan tanah yang berupa air sungai, danau, telaga, waduk, dan rawa. Sumber air dangkal yang terdapat di Kabupaten Boyolali antara lain:

a. Waduk

Air permukaan yang terdapat di Kabupaten Boyolali yang berasal dari waduk yaitu:

-

Kedung Ombo (3.536 Ha) dan memiliki tampungan efektif 636,69 juta m3, airnya dimanfaatkan sebagai bahan baku PDAM dan hanya dapat dinikmati oleh penduduk di desa Genengsari dan sekitarnya. Waduk ini berada di wilayah Kecamatan Kemusu.

-

Kedungdowo (48 Ha) di wilayah Kecamatan Andong.

-

Cengklik (240Ha) di wilayah Kecamatan Ngemplak yang saat ini mengalami banyak pendangkalan.

-

Bade (80 Ha) di wilayah Kecamatan Klego.

TABEL 2.1

RATA-RATA DEBIT PADA WADUK DI KABUPATEN BOYOLALI

No Nama/Lokasi Luas (Ha) Volume (m3) I. Waduk Cengklik 336 8.525.200/381.354 a. Ds. Senting Kec. Sambi Kab. Boyolali b. Ds. Ngargorejo Ds. Sobokerto Kec. Ngemplak Kab. Boyolali II. Waduk Klego

a. Ds. Bade Ds. Klego Ds. Blumbang Kec. Klego Kab. Boyolali 56,34 1.900.000/600.000

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Boyolali, 2008 b. Sungai

(6)

Sungai yang terdapat di Kabupaten Boyolali mempunyai pola radial dan mempunyai bentuk lembah ‘v’ yang menandakan erosi vertikal lebih intensif dibandingkan erosi horisontal. Sungai-sungai tersebut adalah :

-

Sungai Serang melintasi wilayah Kecamatan Karanggede, Kemusu dan Wonosegoro.

-

Sungai Cemoro melintasi wilayah Kecamatan Simo dan Nogosari.

-

Sungai Pepe melintasi wilayah Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Teras, Banyudono, Sambi, Ngemplak.

-

Sungai Gandul yang melintasi wilayah Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk, Mojosongo, Teras dan Sawit.

-

Sungai Bedoyo yang merupakan sungai yang cukup besar.

Berikut merupakan daftar sungai dan anak sungai Kabupaten Boyolali : TABEL 2.2

DAFTAR SUNGAI/ DAS DAN DANAU/ WADUK BESERTA PANJANG DAN DEBITNYA

DI KABUPATEN BOYOLALI a. Sungai/ DAS

No. Nama

(Sungai dan DAS)

Panjang (Km) Debit Air (m3/dtk) Max / Min

Permasalahan KonservasiUpaya

1 2 3 4 5 6

1 Serang / DAS Serang 15 6.844/

0.441

-

Penambangan liar (pasir dan batu)

-

Pemetaan tepi-tepi sungai bersedimen kemudian dimanfaatkan untuk lahan pertanian

-

Erosi pada tikungan alur sungai / tebing sehingga rawan longsor

-

Lahan gundul di sempadan / sekitar sungai

-

Adanya bangunan di atas sungai

-

Sosialisasi masyarakat sekitar sungai (dalam rangka pengamanan sungai)

-

Pengamanan tebing (cek dam)

-

Penghijauan

-

Larangan tangkap ikan dengan strom, racun (Perda Kab. Boyolali No. 8/ 2008 2 Pepe / DAS Bengawan

Solo 11.5 24.346/11.179 3 Iramg grenjeng / DAS

Serang 4.8 0.830

4 Kapuk / DAS Serang 3.7 0.660 5 Wates / DAS Bengawan

Solo 5.1 0.760

6 Gondang / / DAS

Bengawan Solo 5.4 0.340 7 Rejoso / DAS Bengawan

Solo 5.1 0.286

8 Bogo / DAS Bengawan

Solo 4 1.800

9 Nongko / DAS

Bengawan Solo 7.4 0.530 10 Pule / DAS Bengawan

Solo 8 3.698

11 Sombo / DAS Bengawan

Solo 7.6 1.639

12 Luwuk / DAS Bengawan

Solo 6.5 0.320

1 2 3 4 5 6

(7)

13 Gandul / DAS

Bengawan Solo 28.5 7.128/6.960 14 Palang / DAS Serang 4.2 0.150 15 Klumpit / DAS Serang 7.9 -16 Mati / DAS Serang 7.3 -17 Tambakan / DAS

Serang 7.2

-18 Mojolegi / DAS Serang 2.6 -19 Kedungmangir / DAS

Serang 6.3

-20 Selo / DAS Serang 5.3 -21 Makasih / DAS Serang 8.7 0.050 22 Bodeh / DAS Serang 1.9 0.050 23 Klampok / DAS Serang 3.9 0.050 24 Grenjengan / DAS Serang 1.9 0.050 25 Jengglong / DAS Bengawan Solo 6.2 0.180 26 Bendungan / DAS Tuntang 9.7 0.130

27 Timo / DAS Serang 4 1.100 28 Bagor / DAS Serang 7 1.100 29 Bedoyo / DAS

Bengawan Solo 17.3 1.100 30 Dungguyangan / DAS

Serang 6.6 1.100

31 Dungori / DAS Serang 1 1.100 32 Lunyu / DAS Serang 6 1.100 33 Kedungrong / DAS

Serang 12.2 0.075

34 Sranten / DAS Serang 3.1 0.075 35 Bengle / DAS Serang 11.6 0.180 36 Pringapus / DAS Serang 7.7 0.070 37 Kedungbendo / DAS

Bengawan Solo 4.4 1.012 38 Gebang / DAS

Bengawan Solo 4.3 11.651 39 Nanas / DAS Bengawan

Solo 4.3

-40 Jowo / DAS Bengawan

Solo 9.3

-41 Cemoro / DAS

Bengawan Solo 16.3 4.485/0.154 42 Butak / DAS Bengawan

Solo

43 Andong / DAS Serang 44 Tempel / DAS

Bengawan Solo

45 Gede / DAS Bengawan Solo

46 Larangan / DAS Bengawan Solo

(8)

Sumber data: Badan Lingkungan HidupKabupaten Boyolali, 2010

b. Danau/Waduk/Situ/Embung

No. Nama

(Sungai dan DAS)

Panjang (Km) Debit Air (m3/dtk) Max / Min

Permasalahan KonservasiUpaya 1 Waduk Kedung Ombo

Desa Bawu, Kemusu, Genengsari, Kedungrejo, Wonoharjo, Kedungmulyo, Sarimulyo, Klewor, Watugede, Kecamatan Kemusu 6576 Data tidak tersedia

-

Pemanfaatan sabuk hijau (greeenbelt) sebagai tempat permukiman dan lahan budidaya

-

Pendangkalan waduk Relokasi warga sekitar waduk ke lokasi yang sesuai dengan peruntukannya Mengatasi erosi daerah hulu 2 Waduk Cengklik Desa Senting Kecamatan Sambi, Desa Ngargorejo, Sobokerto, Kecamatan Ngemplak 240 9.299.240 / 276.180

-

Pendangkalan waduk

-

Banyaknya karamba di waduk (mempercepat pendangkalan) Mengatasi erosi daerah hulu Pengawasan dan pengendalian usaha karamba/ pendekatan masyarakat 3 Waduk Bade

Desa Bade, Blumbang, Klego, Kecamatan Klego

80 2.844.400

/ 969.400 Pendangkalan waduk Mengatasi erosi daerah hulu

Sumber data: Badan Lingkungan HidupKabupaten Boyolali, 2010

2. Air Tanah

Air tanah yang ada di Kabupaten Boyolali muncul dalam bentuk mata air. Pada bagian selatan Kabupaten Boyolali lebih banyak ditemukan mata air daripada bagian utara sehingga rentan timbul kekeringan. Di Boyolali bagian selatan mata air ditemukan di Kecamatan Ampel, Boyolali, Banyudono, Teras dan Sawit. Sedangkan di bagian utara ditemukan di Kecamatan Juwangi, Wonosegoro, dan Kemusu mata air ini dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, PDAM dan air minum masyarakat. Untuk lebih jelasnya data mata air yang terdapat di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 2.3

DAFTAR MATA AIR KABUPATEN BOYOLALI

No Nama

Sumber Mata Air

Lokasi Luas Area

Oncoran (Ha) Debit Sumber (Lt/dt) Desa Kecamatan

1. Bantengan Bentengan Karanggede 11.30 15

2. Pinggir Pinggir Karanggede 11.00 15

3. Klego Klego Klego 12.00 15

(9)

No Nama Sumber Mata Air

Lokasi Luas Area

Oncoran (Ha) Debit Sumber (Lt/dt) Desa Kecamatan

4. Tanjung Tanjung Klego 11.00 15

5. Sangge Sangge Klego 15.00 5

6. Kedung Kd. Lengkong Simo 11.00 15

7. Sirah Gunung Simo 11.00 8

8. Tlatar Kebonbimo Boyolali 14.30 294

9. Ketingan Mudal Boyolali 10.00 4

10. Sililin/Tlogo Kiringan Boyolali 7.00 21

11. Blimbing Manggis Mojosongo 379.90 10

12. Karangandong Metuk Mojosongo 32.30 28

13. Pulerejo Jurug Mojosongo 4.50 2

14. Gendol Tambak Mojosongo 14.00 13

15. Tawangsari Dlingo Mojosongo 5.30 6

16. Kenteng Cepoko Sawit Sawit 25.30 15

17. Cepoko Sawit Cepoko Sawit Sawit 24.60 25

18. Gomban Tan Cepoko Sawit Sawit 4.60 10

19. Nledok Cepoko Sawit Sawit 37.65 20

20. Kebatan Jenengan Sawit 15.20 68

21. Soka Jenengan Sawit 81.10 10

22. Gombang Gombang Sawit 23.00 60

23. Mungup Kemasan Sawit 23.81 15

24. Lajan Kemasan Sawit 118.60 10

25. Langse Nepen Teras 293.20 152

26. Manggis Nepen Teras 429.98 267

27. Rembang Nepen Teras 57.60 493

28. Bon Siji Dukuh Banyudono 55.80 150

29. Dahar Dukuh Banyudono 40.00 45

30. Temanten Dukuh Banyudono 12.20 52

31. Tirtomoyo Dukuh Banyudono 72.10 23

32. Sidomulyo Cangkringan Banyudono 117.10 136

33. Sungsang Bendan Banyudono 14.00 334

34. Ngrancah Urut Sewu Ampel 15.00 10

35. Ngreco Selodoko Ampel 7.00 8

36. Jambe Gondang Slamet Ampel 15.00 4

37. Mliwis Mliwis Cepogo 12

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Boyolali, 2008

(10)

Gambar 2.5 Peta Curah Hujan Kabupaten Boyolali

Gambar 2.6 Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Boyolali

(11)

2.1.5 KONDISI GEOLOGI 1. Geomorfologi Regional

Secara fisiografi regional wilayah Kabupaten Boyolali termasuk dalam Gunung api Kuarter Jawa Tengah. Fisiografi Jawa Tengah secara garis besar terdiri dari:

a. Pegunungan Serayu Utara

Pegunungan ini merupakan rangkaian pegunungan tertinggi di Jawa Tengah, terbentang mulai dari utara Ajibarang di sebelah barat sampai Karangkobar di sebelah timur dan terpotong oleh Gunungapi Slamet, G. Butak, G. Bisma, G. Ronggo Jembangan, G. Sindoro, dan G. Sumbing beserta produk volkaniknya. Formasi batuan pada zona ini berumur Eosen hingga Pliosen. Struktur geologi di dalam zona ini berupa kombinasi lipatan dan sesar naik dengan arah barat-timur yang terpotong oleh sesar geser berarah utara-selatan. Kejadian rangkaian pegunungan ini terkait dengan desakan lempeng Hindia-Australia yang bergerak relatif ke utara menyusup di bawah lempeng Asia.

b. Pegunungan Serayu Selatan

Pegunungan ini terbentang dari selatan Kawunganten ke arah timur sampai dengan Purworejo. Formasi batuan pada zona ini merupakan kumpulan Formasi Pra Tersier – Holosen. Batuan Pra tersier tersingkap di Luk Ulo, Karangsambung dan Banjarnegara Selatan dengan litologi beraneka ragam yang tercampur aduk secara tektonik (Melange) sebagai salah satu ciri khas endapan palung penunjaman (subduction zone). Struktur geologi yang ada merupakan bagian dari Axial Ridge dan Southern Slope berupa kombinasi antiklin asimetri – sinklin berarah relatif barat – timur yang terpotong oleh sesar turun dan sesar naik berarah relatif utara – selatan.

c. Gunung Api Kuarter

Secara tektonik terbentuk setelah terjadi gunung api daratan (Fore Arc Basin) pada akhir zaman Tersier, dimulai dengan munculnya G. Rogojembangan pada kala Pleistosen. Pada kurun waktu berikutnya (Holosen) terbentuk G. Dieng, G.Slamet, G.Sindoro dan G. Sumbing, G. Merbabu dan Gunung Merapi serta Gunung Lawu yang masih aktif hingga sekarang.

(12)

d. Zona Depresi Tengah Jawa

Zona ini membentang pada lembah Sungai Serayu yang memisahkan antara Pegunungan Serayu Utara dengan Pegunungan Serayu Selatan dan Gunung api Kuarter. Formasi batuan pada zona ini berupa endapan sungai tua (terrace deposit) yang berumur Pleistosen dan endapan sungai muda yang terbentuk hingga sekarang.

e. Pegunungan Selatan

Pegunungan ini merupakan bagian yang terpisahkan dari rangkaiannya di barat (Gabon High di Nusakambangan, Cilacap) dan di timur (Pegunungan Jiwo) oleh Kebumen Low – Kulon Progo High dan Kroya Low – Wangon Depression yang tersusun oleh sedimen klastik – non klastik berumur Tersier.

f. Zona Rembang dan Kendeng

Zona ini merupakan antiklinorium yang berarah umum barat-timur sejajar dengan arah memanjang P. Jawa. Zona ini tersusun oleh batuan-batuan sedimen berumur Oligosen sampai Pleistosen yang didominasi oleh batuan berbutir halus.

g.

Zona Depresi Solo

Zona ini merupakan cekungan antara pegunungan Kendeng di bagian utara dan Pegunungan Selatan di bagian selatan, namun depresi ini sekarang telah terisi oleh endapan volkanik yang cukup besar.

h.

Zona Dataran Pantai Utara

Zona ini terletak di sebelah utara dari Zona Gunung Api Kuarter dan Antiklinorium Bogor-Kendeng dan tersusun oleh endapan alluvial dan alluvial pantai yang didominasi oleh endapan pasir dan lempung.

2.

Geologi Kabupaten Boyolali

Sebagian besar wilayah Kabupaten Boyolali adalah dataran rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal. Kabupaten Boyolali secara umum termasuk bagian lereng gunung api

(13)

kuarter G. Merbabu dan Gunung Merapi. Sedangkan di bagian utara juga terdapat waduk Kedungombo.

Secara umum topografi tinggi terletak di wilayah barat mulai dari Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Winong yang merupakan kaki lereng Gunung Merapi dan Kecamatan Ampel lereng Gunung Merbabu. Kemudian secara berangsur semakin bertopografi rendah ke arah timur Kecamatan Teras dan ke arah timur laut Kecamatan Simo.

3. Struktur Tanah

Tanah yang terdapat pada lapisan luar bumi, terdiri atas kumpulan aktivitas geologi, kimia, dan fisik, yang selalu berlangsung setiap saat secara konstan, yang berubah dan berkembang sesuai perubahan yang ada, baik perubahan iklim, bentang alam dan vegetasi.

1.

Stratigrafi Regional

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Salatiga yang disusun oleh Sukardi dan Budhitrusna (1992) litologi di Kecamatan Ampel dan sekitarnya terdiri dari beberapa satuan batuan yaitu :

a. Formasi Kerek (Tmk)

Formasi Kerek merupakan sedimen tipe flysh yang berselang-seling terdiri dari perselang-selingan batu lanau, batu lempung, batu pasir gampingan, dan batu gamping pasiran yang mengandung bahan vulkanik.

Sifat fisik batuan :

-

Bersifat mudah hancur

-

Ada batuan kedap (Napal, Lempung)

-

Ada batuan porus (batu pasir, batu gamping, batu pasir kerikilan)

Batuan ini tersingkap di wilayah Kecamatan Juwangi, Karanggede, Klego, Wonosegoro, Andong, Kemusu, Nogosari, Simo dan Sambi.

b. Formasi Kalibeng (Pliosen)

Formasi ini terdiri dari batu gamping koral, batu gamping globigerina, dan napal pasiran dengan glaukonite dan foraminifera kecil.

Sifat fisik:

-

Batuan bersifat porus

-

Sebagian bersifat agak kedap

c.

Formasi Notopuro (Pleistosen).

(14)

Formasi ini terdiri dari batuan breksi andesit dan agglomerat dan secara lokal terdapat endapan lahar.

Sifat fisik :

-

batuan bersifat porus

-

mudah mololoskan air

d.

Formasi Kabuh (Pleistosen)

Formasi ini terdiri dari batu pasir silang-siur, kerikil sisipan tuf andesit, dan konglomerat basal

Sifat fisik :

-

batuan bersifat porus

-

mudah mololoskan air e. Batuan Vulkanik Kuarter

Batuan vulkanik kuarter terdiri dari:

i)

Batuan Gunung Api Merbabu berupa breksi gunung api, lava, tuf, dan breksi lahar. Sifat fisik :

-

Bersifat porus (breksi, breksi lahar)

-

Ada yang bersifat kedap (lava)

Batuan ini tersingkap di wilayah Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel, Karanggede, Klego, Wonosegoro, Sambi, Simo, Nogosari, dan Ngemplak.

ii)

Batuan Gunung Api Merapi berupa breksi gunung api, lava, tuf, dan breksi lahar (pasir lepas sampai pasir agak padu). Sifat fisik :

-

Bersifat porus

-

Sebagian kedap pada lava

Batuan ini tersingkap di wilayah Kecamatan Selo, Cepogo, Banyudono, Ampel, Kota Boyolali, Mojosongo, Sawit, dan Teras.

f.

Endapan alluvial terdiri dari lempung, lanau dan pasir. Termasuk didalamnya alluvial yang berupa lempung, lanau, pasir dan kerikil sampai boulder batuan beku yang bersifat lepas. Batuan ini tersingkap di wilayah Kecamatan Ngemplak, Sambi, Simo, Mojosongo, Sawit, Teras.

Tanah merupakan hasil pelapukan batuan selama ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu, dimana lapisan tanah yang telah matang (solum) terdiri atas zat padat, cair dan gas. Struktur tanah wilayah Kabupaten Boyolali terdiri atas :

(15)

- Bagian Timur Laut (Kecamatan Karanggede dan Simo) pada umumnya terdiri dari tanah lempung.

- Bagian Tenggara (Kecamatan Sawit dan Banyudono) struktur tanahnya adalah tanah Galih.

- Bagian Barat Laut (Kecamatan Musuk dan Cepogo) struktur tanahnya berpasir. - Bagian Utara sepanjang perbatasan Kabupaten Boyolali dengan Kabupaten

Grobogan struktur tanahnya berupa tanah kapur.

Sedangkan jenis tanah yang ada di Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut :

-

Tanah asosiasi litosol dan grumosol terdapat di wilayah Kecamatan Kemusu, Klego, Andong, Karanggede, Wonosegoro dan Juwangi.

-

Tanah litosol cokelat terdapat di wilayah Kecamatan Cepogo, Ampel dan Selo.

-

Tanah regosol kelabu terdapat di wilayah Kecamatan Cepogo, Ampel, Boyolali, Mojosongo, Banyudono, Teras, dan Sawit.

-

Tanah regosol cokelat terdapat di wilayah Kecamatan Cepogo, Musuk, Mojosongo, Teras, Sawit dan Banyudono.

-

Tanah andosol cokelat terdapat di wilayah Kecamatan Cepogo, Ampel dan Selo.

-

Tanah kompleks regosol kelabu dan grumosol terdapat di wilayah Kecamatan Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi.

-

Tanah grumosol kelabu tua dan litosol terdapat di wilayah Kecamatan Simo, Sambi, Nogosari, dan Ngemplak.

-

Tanah kompleks andosol kelabu tua dan litosol terdapat di wilayah Kecamatan Cepogo, Ampel dan Selo.

-

Tanah asosiasi grumosol kelabu tua dan litosol terdapat di wilayah Kecamatan Simo, Sambi, Nogosari dan Ngemplak.

-

Tanah mediteranian cokelat tua terdapat di wilayah Kecamatan Kemusu, Klego, Andong, Karanggede, Wonosegoro, Simo, Nogosari, Ngemplak, Mojosongo, Sambi, Teras, dan Banyudono.

(16)

Gambar 2.7 Peta Jenis Tanah Kabupaten Boyolali

Gambar 2.8 Peta Geohidrologi Kabupaten Boyolali

(17)

Gambar 2.9 Peta Kedalamam Air Tanah Kabupaten Boyolali

Gambar 2.10 Peta Permeabilitas Air Tanah Kabupaten Boyolali

(18)

2.2 ADMINISTRATIF

1. a. Nama kabupaten : BOYOLALI

b. Nama ibu kota : BOYOLALI

2. Provinsi : JAWA TENGAH

3. Letak Geografis/ Perbatasan

- Sebelah Utara : Kab. Grobogan dan Kab. Semarang

- Sebelah Timur : Kab. Karanganyar, Kab, Sragen, dan Kab. Sukoharjo

- Sebelah Selatan : Kab. Klaten dan DIY

- Sebelah Barat : Kab. Magelang dan Kab. Semarang 4 Luas Wilayah Total Kabupaten : 1.015,10 km2

5. Jumlah Kecamatan : 19 kecamatan

6. Jumlah Penduduk Total Kabupaten (2009) : 951,717 jiwa 7. Rata-rata Kepadatan Penduduk Kabupaten : 938 jiwa/ km2 8. Tingkat pertumbuhan penduduk : ± 0.22 %

Kabupaten Boyolali dengan bentang Barat - Timur sejauh 48 km dan bentang Utara - Selatan sejauh 54 km, mempunyai luas wilayah kurang lebih 101.510,10 hektar yang terbagi dalam 19 kecamatan terdiri dari 263 desa dan 4 kelurahan.

WILAYAH ADMINISTRATIF

1. Luas Wilayah Kota/ administratif : 26.251 km2

2. Jumlah penduduk di wilayah administrasi : 59,411 jiwa 3. Rata-rata Kepadatan penduduk : 2263 jiwa/ km2

TABEL 2.4 BANYAKNYA DESA/KELURAHAN, DUSUN, R W DAN R T DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

Kecamatan

Jml Desa /Keluraha

n Dusun Rukun Warga Rukun Tetangga

1 2 3 4 5 01. Selo 10 33 52 214 02. Ampel 20 78 154 546 03. Cepogo 15 45 92 406 04. Musuk 20 51 90 520 05. Boyolali 9 21 113 485

(19)

06. Mojosongo 13 41 69 379 07. Teras 13 36 47 306 08. Sawit 12 33 42 174 09. Banyudono 15 40 57 253 10. Sambi 16 56 60 337 11. Ngemplak 12 45 106 418 12. Nogosari 12 47 67 405 13. Simo 13 45 68 298 14. Karanggede 16 57 64 275 15. Klego 13 43 68 293 16. Andong 16 57 79 343 17. Kemusu 17 48 62 282 18. Wonosegoro 18 67 92 362 19. Juwangi 10 33 43 202 Jumlah 267 876 1.425 6.498 2008 267 874 1.428 6.442 2007 267 874 1.414 6.406 2006 267 873 1.386 6.334 2005 267 890 1.364 6.274 2004 267 885 1.365 6.167

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali

Gambar 2.11 Peta Admistrasi Kabupaten Boyolali

Gambar 2.12 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Boyolali

(20)

2.3. KEPENDUDUKAN

Secara agregat penduduk Kabupaten Boyolali pada tahun 2009 tercatat 951.717 jiwa, tumbuh sebesar 0.22% dari tahun sebelumnya. Kepadatan penduduk Kabupaten Boyolali sebesar 938 jiwa/km2.

JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK Tabel : 2.5 DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

Kecamatan Luas Jumlah Penduduk Kepadatan

(Km ) Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa/Km )

1 2 3 4 5 6 01. Selo 56,0780 13.059 13.786 26.845 479 02. Ampel 90,3910 33.663 35.118 68.781 761 03. Cepogo 52,9980 26.125 26.976 53.101 1.002 04. Musuk 65,0410 29.233 31.095 60.328 928 05. Boyolali 26,2510 29.234 30.177 59.411 2.263 06. Mojosongo 43,4110 25.172 26.158 51.33 1.182 07. Teras 29,9360 22.685 22.943 45.628 1.524 08. Sawit 17,2330 16.33 16.666 32.996 1.915 09. Banyudono 25,3790 21.779 23.415 45.194 1.781 10. Sambi 46,4950 24.117 24.466 48.583 1.045 11. Ngemplak 38,5270 34.895 35.966 70.861 1.839 12. Nogosari 55,0840 29.491 31.033 60.524 1.099 13. Simo 48,0400 21.072 22.561 43.633 908 14. Karanggede 41,7560 19.567 21.003 40.57 972 15. Klego 51,8770 22.545 23.362 45.907 885 16. Andong 54,5280 30.36 31.564 61.924 1.136 17. Kemusu 99,0840 22.825 23.485 46.31 467 18. Wonosegoro 92,9980 26.972 27.762 54.734 589 19. Juwangi 79,9940 17.357 17.7 35.057 438 Jumlah 1.015,1010 466.481 485.236 951.717 938 2008 1.015,1010 464.837 484.757 949.594 935 2007 1.015,1010 463.295 483.731 947.026 933 2006 1.015,1010 461.806 482.375 944.181 930 2005 1.015,1010 460.072 481.075 941.147 927 2004 1.015,1010 459.106 479.981 939.087 925

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali

(21)

BANYAKNYA RUMAH TANGGA, PENDUDUK DAN Tabel : 2.6 SEX RATIO DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

Rumah Penduduk Jiwa /

Kecamatan tangga Rumah Sex Ratio

Laki-laki Perempuan tangga

1 2 3 4 5 6 01. Selo 7.695 13.059 13.786 3,5 94,73 02. Ampel 20.239 33.663 35.118 3,4 95,86 03. Cepogo 14.035 26.125 26.976 3,8 96,85 04. Musuk 16.332 29.233 31.095 3,7 94,01 05. Boyolali 16.776 29.234 30.177 3,5 96,88 06. Mojosongo 14.221 25.172 26.158 3,6 96,23 07. Teras 12.973 22.685 22.943 3,5 98,88 08. Sawit 8.505 16.33 16.666 3,9 97,98 09. Banyudono 13.247 21.779 23.415 3,4 93,01 10. Sambi 16.67 24.117 24.466 2,9 98,57 11. Ngemplak 20.474 34.895 35.966 3,5 97,02 12. Nogosari 17.185 29.491 31.033 3,5 95,03 13. Simo 12.608 21.072 22.561 3,5 93,40 14. Karanggede 11.972 19.567 21.003 3,4 93,16 15. Klego 11.645 22.545 23.362 3,9 96,50 16. Andong 15.084 30.36 31.564 4,1 96,19 17. Kemusu 11.562 22.825 23.485 4,0 97,19 18. Wonosegoro 14.516 26.972 27.762 3,8 97,15 19. Juwangi 8.43 17.357 17.7 4,2 98,06 Jumlah 264.169 466.481 485.236 3,6 96,13 2008 259.491 464.837 484.757 3,7 95,89 2007 256.429 463.295 483.731 3,7 95,78 2006 251.641 461.786 482.316 3,8 95,74 2005 247.822 460.072 481.075 3,8 95,6 2004 241.805 459.106 479.981 3,9 95,7

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali

Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 466.481 jiwa dan perempuan sebanya 485.236 jiwa sehingga sex rasionya sebesar 96,13. Sedangkan jumlah rumah tangga ada 264.169 dengan rata-rata 3,6 jiwa/rumah tangga.

(22)

Tabel 2.7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009 Rentang Usia (tahun) Jumlah Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 0 - 4 78.736 69.648 69.857 70.989 71.154 5 - 9 84.659 78.311 78.546 77.800 77.982 10 - 14 93.738 87.254 87.520 87.944 88.150 15 -19 97.370 71.165 71.381 72.975 73.142 20 - 24 77.449 76.952 77.179 76.414 76.586 25 - 29 71.804 78.217 78.451 78.240 78.416 30 - 34 71.565 76.404 76.633 79.091 79.261 35 - 39 70.864 63.373 35.060 64.300 64.438 40 - 44 61.735 70.475 70.690 70.554 70.701 45 -49 50.170 63.143 63.328 63.573 63.716 50 -54 39.948 51.050 51.208 48.795 48.902 55 - 59 35.373 21.449 41.953 42.145 42.231 60 - 64 18.084 24.672 42.290 43.259 43.352 > 64 72.529 74.196 74.430 73.515 73.686 JUMLAH 941.147 944.101 947.026 949.594 951.717

Sumber data: BPS Kaupaten. Boyolali

Dilihat menurut kelompok umur, penduduk dibawah 15 tahun sebesar

24,93% (237.286 jiwa) dan penduduk usia 65 tahun keatas sebesar 7,74% (73.686 jiwa), sedang penduduk usia 15 – 64 tahun sebesar 67,33% (640.745 jiwa).

Berdasarkan hasil Studi EHRA terhadap status rumah responden diketahui bahwa mayoritas kepemilikan rumah adalah milik sendiri sebanyak 86,19%, milik orang tua sebanyak 12,25%, berbagi dengan keluarga lain 0,88%, dan selebihnya dengan status kepemilikan rumah dinas, sewa, kontrak, lainnya sebanyak 0,7%.

Grafik 2.1. Status kepemilikan rumah responden Studi EHRA (N = 1.600 rumah tangga)

(23)
(24)

Tabel 2.8

Proyeksi penduduk di Kabupaten Boyolali Tahun 2010 – 2029

NO KECAMATA N 2006 2007 2008 2009 2010 2015 2020 2025 2029 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Selo 26,777 26,84 4 26,85 5 26,84 5 27,111 27,561 28,019 28,484 28,862 2 Ampel 68,561 68,498 68,520 68,781 68,745 69,158 69,574 69,993 70,329 3 Cepogo 51,722 52,160 52,500 53,101 52,678 53,553 54,443 55,347 56,081 4 Musuk 60,150 60,224 60,286 60,328 60,786 61,734 62,697 63,675 64,468 5 Boyolali 58,496 58,865 59,237 59,411 60,056 62,095 64,203 66,383 68,180 6 Mojosongo 51,026 51,107 51,174 51,330 51,291 51,600 51,910 52,222 52,473 7 Teras 44,866 45,00 7 45,36 7 45,62 8 45,699 46,876 48,084 49,323 50,337 8 Sawit 33,001 33,01 6 33,04 7 32,99 6 33,494 34,305 35,137 35,988 36,684 9 Banyudono 45,086 45,330 45,276 45,194 45,548 45,913 46,282 46,653 46,953 10 Sambi 48,572 48,676 48,530 48,583 49,057 49,698 50,347 51,005 51,538 11 Ngemplak 69,686 70,384 70,502 70,861 71,980 74,720 77,564 80,517 82,959 12 Nogosari 60,849 60,773 60,745 60,524 61,193 61,900 62,615 63,339 63,924 13 Simo 43,340 43,431 43,533 43,633 43,797 44,413 45,039 45,673 46,186 14 Karangged 40,807 40,55 40,74 40,57 40,677 40,881 41,085 41,291 41,457

(25)

e 5 0 0 15 Klego 45,385 45,600 45,850 45,907 45,655 45,746 45,838 45,929 46,003 16 Andong 61,213 61,479 61,713 61,924 62,145 63,272 64,419 65,587 66,537 17 Kemusu 46,033 46,076 46,237 46,310 46,492 47,194 47,906 48,629 49,215 18 Wonosegoro 53,839 54,185 54,469 54,734 55,068 56,571 58,115 59,701 61,001 19 Juwangi 34,772 34,816 35,013 35,057 35,754 37,374 39,066 40,836 42,309 TOTAL 944,1 81 947,0 26 949,5 94 951,7 17 957,2 26 974,5 64 992,3 43 1,010,5 75 1,025, 496

Sumbe datar: RTRW Kabupaten Boyolali 2011 - 2031

(26)

Gambar 2.13 Peta Kepadatan Penduduk Tahun 2025

2.4. PENDIDIKAN

Kondisi pendidikan di Kabupaten Boyolali, dapat dilihat dari kinerja bidang pendidikan secara makro pada tabel berikut ini.

Tabel 2.9

Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Kelulusan (AK)

di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009

No Tahun SD SLTP SLTA

APK APM AK APK APM AK APK APM AK

1. 2005 100,7 9 84,29 99,21 83,32 60,16 91,56 43,35 30,24 97,77 2. 2006 100,2 6 83,10 99,34 86,14 62,38 91,42 43,80 30,13 91,73 3. 2007 98,5 82,3 7 98,8 4 88,33 63,9 9 91,93 45,10 31,5 9 97,13 4. 2008 100,2 6 97,6 2 96,8 0 96,32 72,1 4 93,29 65,09 37,1 4 90,39 5. 2009 100,1 8 84,45 99,8 96,32 72,14 94,94 65,09 45,86 97,43

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-20

(27)

Sumber data: Disdikpora Kabupaten Boyolali

Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Boyolali sebagai berikut.

Tabel 2.10

Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009 N

o.

Jenis Sekolah Jumlah

Sekolah

Jumlah Murid

Jumlah Guru

1 Taman Kanak-kanak Negeri 3 264 20

2 Taman Kanak-kanak Swasta 518 17.230 1.448

3 Taman kanak-kanak BA/RA 165 4.750 43

4 SD Negeri 585 76.903 5.687

5 SD Swasta 19 2.440 191

6 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri 12 3.601 228

7 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta 189 17.646 1.696

8 SMP Negeri 51 28.087 2.017 9 SMP Swasta 33 7.011 650 10 Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 14 6.981 495 11 Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta 22 3.479 380 12 SMA/SMK Negeri 26 14.667 1.096 13 SMA/SMK Swasta 43 11.867 1.165

14 Madrasah Aliyah (MA) Negeri 3 827 103

15 Madrasah Aliyah (MA) Swasta 5 617 103

16 Perguruan Tinggi 2

Sumber : Boyolali Dalam Angka, 2009

Jumlah sekolah taman kanak-kanak 686 sekolah dengan jumlah murid 22.244 orang dan jumlah guru 1.511 orang sehingga ratio murid terhadap guru adalah 15. Jumlah sekolah dasar 805 sekolah dengan jumlah murid 100.590 orang dan jumlah guru 7.802 orang sehingga ratio murid terhadap guru adalah 13. Jumlah sekolah menengah pertama 120 sekolah dengan jumlah murid 45.558 orang dan jumlah guru 3.542 orang sehingga ratio murid

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-21

(28)

terhadap guru adalah 13. Jumlah sekolah menengah atas 77 sekolah dengan jumlah murid 27.978 orang dan jumlah guru 2.467 orang sehingga ratio murid terhadap guru 11.

Tabel 2.11

Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009

Pendidikan

Jumlah Tahun

2005 2006 2007 2008 2009*

Tidak / Belum Tamat

SD 268.832 272.126 274.523 271.515 268.836 Tamat SD 305.826 306.663 302.909 303.758 262.749 Tamat SLTP 152.518 155.477 156.049 118.825 129.696 Tamat SLTA 112.279 115.223 118.091 161.178 182.387 Tamat Akademi/Diploma 12.112 12.791 10.406 10.814 21.222 Tamat PT/ D IV 10.844 11.734 12.070 12.515 15.673 TOTAL 862.411 874.533 877.169 878.605 880.563

Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali ; 2009* : Data sementara

Gambar 2.14

Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2005 – 2009*

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-22

(29)

Penjelasan atau interpretasi Tabel 2.11 dan Gambar 2.14 bahwa struktur penduduk Kabupaten Boyolali dilihat dari tingkat pendidikan menjadi semakin meningkat karena komposisi untuk penduduk yang lulus SLTA dan Perguruan Tinggi semakin meningkat, hal tersebut akan dapat mengkontribusi HDI (Human Development Index).

Penangananan buta aksara di Kabupaten Boyolali sejak tahun 2009 telah mencapai 100% dimana penduduk usia 15 – 44 tahun telah 100% bebas buta aksara. Saat ini adalah tahap pelestarian agar tidak kembali buta aksara.

Peningakatan ketrampilan kepada masyarakat dilaksanakan melalui SKB oleh pemerintah dan PKBM serta kursus yang diselenggarakan oleh masyarakat. Permasalahan saat ini adalah belum optimalnya peran dan fungsi SKB dan kurangnya jaminan kualitas PKBM.

2.5.KESEHATAN

Pembangunan kesehatan menyangkut aspek mendasar dalam pembangunan manusia. Keberhasilan pembangunan kesehatan akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kondisi kesehatan masyarakat salah satunya tercermin dari angka harapan hidup pada tahun 2005 yaitu 69,90 tahun, sedangkan tahun 2010 yaitu 70,6 tahun, sehingga terjadi peningkatan angka harapan hidup di Kabupaten Boyolali. Hal ini disebabkan keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-23

(30)

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara umum, khususnya di bidang kesehatan antara lain dipengaruhi oleh adanya kecenderungan menurunnya angka kematian bayi kelahiran hidup, meningkatnya keluarga sadar gizi dan dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu sebagai berikut :

a. Meningkatnya jumlah Puskesmas dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 sebanyak 27 Puskesmas menjadi 29 Puskesmas pada tahun 2008 dan 2009.

b. Meningkatnya status Puskesmas Pembantu (Pustu) menjadi Puskesmas sebanyak 2 unit.

c. Meningkatnya jumlah Rumah Sakit Umum Daerah dari 2005 sampai dengan tahun 2007 hanya 1 buah (RSUD Pandan Arang), menjadi 2 buah RSUD (RSUD Banyudono) pada Tahun 2008 dan meningkat lagi menjadi 3 buah RSUD (RSUD Simo) pada tahun 2009. Sedangkan untuk status 3 rumah sakit tersebut adalah: RSUD Simo masuk kategori kelas/type D; RSUD Banyudono masuk kategori kelas/type D; dan RSUD Pandan Arang masuk kategori kelas/type C dengan terakreditasi 16 pelayanan pada tahun 2007 serta dengan sebutan Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut.

d. Keadaan jumlah tenaga medis juga mengalami kenaikan yang cukup berarti untuk mendukung lancarnya pelayanan kepada masyarakat dari tahun 2007 sebanyak 116 naik menjadi 120 pada tahun 2008, dan meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 123 orang tenaga medis.

Keberhasilan bidang kesehatan yang pernah diperoleh, antara lain :

a. Juara 1 Nasional Lomba Tingkat Nasional untuk kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Keluarga pada tahun 2007/2008;

b. Berhasilnya RSUD Pandan Arang mendapatkan Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden pada tahun 2008 dengan tetap konsistennya melaksanakan 16 jenis pelayanan yang telah terakreditasi serta bersamaan pula dengan diterimanya Penghargaan Pelopor Inovasi Layanan Prima oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI bagi direktur RSUD Pandan Arang, dan sebagainya.

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-24

(31)

Dokter merupakan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan, pada tahun 2009 jumlah dokter (umum, spesialis, gigi) yang ada di Kabupaten Boyolali secara keseluruhan sebanyak 123 orang, sedangkan yang bertugas di puskesmas/pustu sebanyak 86 orang dokter umum dan 22 orang dokter gigi.

Tabel 2.12

Tenaga Kesehatan di Kabupaten Boyolali

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

(orang)

1. Tenaga Medis 123

2. Tenaga Perawat dan Bidan 763

3. Tenaga Farmasi 65

4. Tenaga Gizi 42

5. Tenaga Teknis Medis 78

7. Tenaga Sanitasi 41

8. Tenaga Kesmas 20

Sumber :Dinkes kabupaten Boyolali 2009.

Tabel 2.13

Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Boyolali

Sumber : Dinkes Kab Boyolali 2009 2.6. SOSIAL MASYARAKAT

Dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat sejak tahun 2005 telah dilaksanakan program dan kegiatan. Adapun program dan kegiatannya adalah sebagai berikut :

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah

1. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Swasta

10

2. Jumlah Puskesmas 29

3. Jumlah Puskesmas Rawat Inap 13 4. Jumlah Pustu 44 5. Jumlah Pusling 14 7. Jumlah Posyandu 1827 8. Jumlah Laboratorium Kesehatan 7 II-25

(32)

Pertama, program penanggulangan kemiskinan, keluarga miskin di

Kabupaten Boyolali sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, adalah sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.14

Prosentase Keluarga Miskin dan Penduduk

Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009

No Tahun KK Miskin (%) Prosentase KK Miskin Penduduk Miskin (%) Prosentase Penduduk Miskin 1 2005 32,74 - 26,16 -2 2006 33,07 Naik 0,33 26,21 Naik 0,05 3 2007 34,87 Naik 1,80 32,24 Naik 6,03 4 2008 31,02 Turun 3,85 28,58 Turun 3,66 5 2009 28,75 Turun 2,27 26,12 Turun 2,46

Sumber data: Bapermaskin Kabupaten Boyolali

Penjelasan tabel di atas, bahwa KK Miskin di Kabupaten Boyolali pada tahun 2005 – 2007 mengalami peningkatan hal ini sebanding dengan adanya peningkatan jumlah keluarga atau KK secara umum. Pada tahun 2008 jumlah KK Miskin di Kabupaten Boyolali mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 3,85% dibandingkan kondisi pada tahun 2007 dan kondisi pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 2,27% dibandingkan kondisi tahun 2008.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan di Kabupaten Boyolali dapat berjalan secara efektif pada tahun 2008 hal ini sejalan dengan adanya berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah Kabupaten Boyolali dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan antara lain: Penetapan data base warga miskin dengan SK Bupati, penyusunan masterplan penanggulangan kemiskinan Kabupaten Boyolali tahun 2008-2012, peningkatan peran dan fungsi TKPKD, penajaman APBD pada prioritas program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.

Kedua, untuk melihat tingkat keberhasilan dalam pembangunan

manusia, dapat dilihat dari angka Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut Skala Internasional dalam perhitungan IPM, berdasarkan indeks yang disusun dapat dikategorikan suatu

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-26

(33)

wilayah kedalam tiga kelompok tingkat keberhasilan pembangunan manusia, sebagai berikut:

a. Skor IPM kurang dari angka 50, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya masih rendah atau kurang;

b. Skor diantara angka 51 s/d 79,99, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya cukup atau sedang;

c. Skor diatas 80 keatas, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya di suatu daerah tinggi.

Adapun angka IPM Kabupaten Boyolali sejak tahun 2005 sampai

dengan tahun 2009 sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.15

Perkembangan Nilai IPM Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009

Nilai IPM 69,0 69,2 69,72 69,98 70,44

Sumber data: BPS

Penjelasan tabel di atas, bahwa Nilai IPM kabupaten Boyolali selalu meningkat dari 2005 sampai dengan 2009 dengan angka terakhir 70,44 atau katagori sedang/cukup.

Kehidupan agama yang harmonis sangat didambakan masyarakat. Hal ini terlihat dari tempat-tempat peribadatan yang ada di sekitar warga seperti masjid, gereja, kuil/vihara, surau/mushola. Pada tahun 2009 banyaknya sarana peribadatan di Kabupaten Boyolali tercatat jumlah masjid sebanyak 2.157 buah, gereja sebanyak 146 buah, kuil/vihara sebanyak 45 buah, surau/mushola sebanyak 3.331 buah. Pemeluk agama di Kabupaten Boyolali cukup beragam, yaitu agama Islam, Katholik, Kristen Protestan, Hindu, dan Budha yang tersebar di seluruh kecamatan. Islam adalah agama yang terbanyak pemeluknya yaitu 97,17% disusul kemudian agama lainnya 0,77%, 1,26%, 0,41, dan 0,39%.

TABEL : 2.16 Banyaknya Keluarga Sejahtera menurut Tingkatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-27

Tabel :

DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

Pra Sejahtera Sejahtera II Sejahtera III Sejahtera Jumlah

Kecamatan Alasan Non Sejahtera I III+

Alasan Ekonomi Ekonomi 1 2 3 4 5 6 7 01. Selo 3.72 1.897 1.4 1.051 440 8.508 02. Ampel 9.067 3.91 3.478 5.393 848 22.696 03. Cepogo 5.24 3.562 3.94 2.358 900 915 04. Musuk 6.397 3.222 4.065 4.054 204 17.942 05. Boyolali 3.914 1.933 2.781 8.422 2.211 19.261 06. Mojosongo 4.554 1.762 1.549 7.306 414 15.585 07. Teras 3.532 1.84 2.796 5.052 308 13.528 08. Sawit 1.93 2.53 2.646 2.219 348 9.673 09. Banyudono 3.072 3.153 3.123 4.242 1.252 14.842 10. Sambi 8.005 1.364 1.224 2.517 789 13.899 11. Ngemplak 5.926 4.334 6.435 5.141 553 22.389 12. Nogosari 7.3 3.671 3.977 3.216 1.129 19.293 13. Simo 5.851 2.169 1.983 2.776 708 13.487 14. Karanggede 5.138 3.169 2.916 1.06 40 12.323 15. Klego 6.215 2.709 2.531 1.484 90 13.029 16. Andong 8.989 1.999 2.267 3.727 10 16.992 17. Kemusu 8.648 2.433 927 252 53 12.313 18. Wonosegoro 9.161 4.613 1.616 1.347 18 16.755 19. Juwangi 4.672 3.884 981 223 107 9.867 Jumlah 111.331 54.154 50.635 61.84 10.422 288.382 2008 120.130*) 51.971 44.311 57.832 10.174 284.418 2007 121.362*) 48.299 113.905**) 283.566 2006 115.520*) 51.583 95.831**) 262.934 2005 116.774*) 63.807 77.401**) 257.982 2004 69.057 43.836 78.482**) 251.657

*) Termasuk Keluarga Pra Sejahtera Karena Alasan Ekonomi **) Termasuk Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III Sumber : BKBPP Kabupaten Boyolali

(34)

Proporsi jumlah keluarga pra sejahtera tertinggi ada di Kecamatan Ampel, sedangkan yang memiliki proporsi jumlah keluarga pra sejahtera terendah terdapat di Kecamatan Cepogo.

2.7. PEREKONOMIAN

1. Pendapatan Domestik Regional Bruto

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali dilihat dari indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), secara agregat ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 rata-rata terjadi kenaikan sebesar 11,42%. Sedangkan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 rata-rata terjadi kenaikan sebesar 4,15%.

Adapun kondisi perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK) dapat dilihat, tabel berikut.

Tabel 2.17

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009

Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK

Nilai (Rp 000) (%) Nilai (Rp 000) (% )

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-28

(35)

perubaha n perubahan 2005 4.639.506.251 9,16 3.456.062.124 4,07 2006 5.142.436.034 10,84 3.600.897.968 4,19 2007 5.708.063.971 11,00 3.747.773.278 4,08 2008 6.446.546.368 12,94 3.899.372.858 4,04 2009 7.142.868.303 10,80 4.100.520.261 5,16 Rata-rata 5.815.884.185 10,95 3.760.925.298 4,31 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali

Gambar 2.15

Grafik PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 (dalam Jutaan Rupiah)

Penjelasan atau interpretasi tabel 2.17 dan gambar 2.15 di atas bahwa selama 5 tahun terakhir baik PDRB berlaku maupun konstan mengalami kenaikan yang relatif stabil, yaitu rata-rata sebesar 11,42% ADHB dan 4,15% ADHK. Pertumbuhan signifikan terjadi pada sektor jasa-jasa dan keuangan, sektor lainnya juga tumbuh, tetapi tidak begitu besar.

Tabel 2.18

PDRB ADHB Eks Karesidenan Surakarta dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 - 2009 (Tahun 2000=100)

Kabupaten / Kota Provinsi Jateng

PDRB ADHB (Rp Milyar) Rata –rata

Pertum-buhan

2005 2006 2007 2008 2009

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-29

(36)

(%) 1. BOYOLALI 4.639 5.142 5.708 6.446 7.143. 10,84 2. KLATEN 6.521 7.504 8.349 9.492 - 14,78 3. SUKOHARJO 5.545 6.278 7.054 8.041 - 13,74 4. WONOGIRI 3.454 4.041 4.552 5.269 - 13,94 5. KARANGANYAR 5.611 6.188 6.905 7.680 - 11,11 6. SRAGEN 3.497 4.043 4.512 5.171 - 14,03 7. SURAKARTA 5.586 6.190 6.909 7.902 - 13,56 8. JAWA TENGAH 221.39 9 256.28 5 283.47 9 330.24 3 392.98 4 15,47

Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel 2.18 di atas bahwa PDRB berlaku untuk Kabupaten Boyolali selama 4 tahun terakhir pertumbuhannya paling rendah, jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Karesidenan Surakarta maupun dengan Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan kenaikan harga barang dan jasa paling lambat atau inflasi rendah.

Tabel 2.19

PDRB ADHK Eks Karesidenan Surakarta dan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005 - 2009 (Tahun 2000=100)

Kabupaten/Kota Prop. Jateng

PDRB ADHK (Rp. Milyar) Rata–rata Pert (%) 2005 2006 2007 2008 2009 1. BOYOLALI 3.456 3.601 3.748 3.899 4.101 5,16 2. KLATEN 4.158 4.254 4.395 4.567 - 3,53 3. SUKOHARJO 3.642 4.120 4.331 4.541 - 4,65 4. WONOGIRI 2.430 2.529 2.657 2.770 - 4,43 5. KARANGANYAR 4.188 4.401 4.654 4.921 - 5,52 6. SRAGEN 2.322 2.443 2.582 2.729 - 5,44 7. SURAKARTA 3.858 4.068 4.304 4.549 - 5,22 8. JAWA TENGAH 133.239 139.08 145.34 152.60 175.685 7,25

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-30

(37)

3 9 5

Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel 2.19 bahwa pertumbuhan ekonomi eks Karesidenan Surakarta hampir sama yaitu berkisar 4 – 6%, tidak ada yang menonjol, yang kelihatan lambat pertumbuhannya adalah Kabupaten Klaten selanjutnya Kabupaten Boyolali. Dalam pertumbuhan riil PDRB harga konstan yang paling baik dibandingkan dengan kabupaten lain, karena faktor harga dan inflasi tidak ikut didalamnya.

Kondisi perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 atas dasar harga konstan (ADHK) berdasarkan sektor dapat dilihat tabel berikut.

Tabel 2.20

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)Tahun 2005 - 2009 (000 Rp.) No . Lapangan Usaha Tahun Pertb (%) 2005 2006 2007 2008 2009 1 Pertanian 1.270.600. 780 1.290.672.178 1.305.830.000 1.328.683.026 1.374.077.501 3,42 2 Pertamban gan/ Penggalian 25.863.89 3 30.698.73 5 34.309.00 0 35.458.14 2 39.326.36 3 10,91 3 Industri 563.954.8 95 582.759.034 609.253.000 638.447.911 666.423.595 4,38 4 Listrik, Gas dan air minum 33.795.68 6 42.784.225 46.644.000 50.808.090 53.380.709 5,06 5 Bangunan/ Konstruksi 84.927.58 8 92.569.242 104.996.000 107.703.660 115.073.060 6,84 6 Perdagang an/ Hotel/Rum ah makan 897.510.1 93 917.695.400 940.415.000 971.814.681 1.008.895.320 3,82 7 Angkutan dan komunikas i 91.433.79 4 99.299.88 6 10.819.00 0 105.867.3 59 113.005.9 31 6,74

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-31

(38)

8 Perbankan dan lembaga keuangan 222.845.5 71 230.414.0 03 238.020.0 00 250.737.1 93 264.621.9 09 5,54 9 Jasa-jasa 265.456.3 99 314.005.265 367.485.278 409.852.796 465.715.843 13,63 Jumlah 3.456.38 8.799 3.600.89 7.968 3.747.77 3.278 3.899.37 2.858 4.100.52 0.261 5,16 PDRB PER KAPITA (Rp.) 3.687.52 6,66 3.830.33 2,72 3.978.14 2,16 4.113.17 1,39 4.313.87 1,40 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel 2.20 bahwa secara komulatif PDRB harga konstan mengalami pertumbuhan 4,36%, pertumbuhan yang signifikan sektor jasa-jasa yaitu 13,63% dan pertumbuhan yang lambat adalah pada sektor pertanian sebesar 3,42%.

Sedangkan kondisi perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 atas dasar harga Berlaku (ADHB) berdasarkan sektor dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.21

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2005 - 2009 (000 Rp)

No. Lapangan Usaha Tahun Pertb (%)

2005 2006 2007 2008 2009 1 Pertanian 1.616.461 .947 1.759.000.062 1.955.253.000 2.280.068.503 2.546.283.390 11,68 2 Pertamban gan/ Penggalian 35.061.09 3 43.423.36 0 50.497.00 0 54.538.16 8 61.294.07 0 12,39 3 Industri 805.496.7 77 876.702.691 944.647.000 1.018.707.487 1.080.339.290 6,05 4 Listrik, Gas dan air minum 45.813.43 2 61.311.661 69.129.000 75.256.962 83.141.992 10,48 5 Bangunan/ Konstruksi 116.828.771 132.756.255 154.536.000 165.662.376 181.358.886 9,47 6 Perdagang 1.218.703 1.328.865. 1.458.396. 1.622.836. 1.772.356 9,21

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-32

(39)

an/ Hotel/Ruma h makan .883 739 000 139 .766 7 Angkutan dan komunikasi 142.024.8 74 169.198.008 177.713.000 193.884.376 204.479.338 5,46 8 Perbankan dan lembaga keuangan 286.449.0 48 309.414.235 339.182.000 393.297.896 462.539.828 17,6 1 9 Jasa-jasa 372.648.4 26 461.761.0 23 558.711.9 71 642.294.4 61 751.074.7 42 16,94 Jumlah 4.639.50 6.251 5.142.433.034 5.708.064.971 6.446.546.368 7.142.868.303 10,84 PDRB PER KAPITA (Rp.) 4.934.66 8,51 5.458.050,25 6.036.746,72 6.800.003,76 7.514.513,60

Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel 2.21 bahwa pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku, sebesar 13,16%, pada umumnya output (keluaran) barang dan jasa ada kenaikan dan diikuti dengan kenaikan harga, tetapi tidak begitu tinggi.

Produk Domestik Regional Bruto berdasarkan harga berlaku berdasarkan kontribusi masing-masing lapangan usaha/sektor, yang dapat disajikan tahun 2005 sampai dengan 2009, sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.22

Distribusi Sumbangan PDRB ADHB Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009 N0 SEKTOR 2005 2006 TAHUN2007 2008 2009 1. Pertanian 34,84 34,21 34,25 35,37 35,65 2. Pertambangan dan penggalian 0,76 0,84 0,88 0,85 0,86 3. Industri pengolahan 17,36 17,05 16,55 15,80 15,12

4. Listrik dan air besar 0,99 1,19 1,21 1,17 1,16

5. Bangunan dan konstruksi 2,52 2,58 2,71 2,57 2,54

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-33

(40)

6. Perdagangan 26,27 25,84 25,55 25,17 24,81 7. Penggangkutan dan

komunikasi 3,06 3,29 3,11 3,01 2,86

8. Keuangan, persewaan dan

Jasa Perusahaan 6,17 6,02 5,94 6,10 6,48

9. Jasa-jasa 8,03 8,98 9,79 9,96 10,52

JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel 2.22 bahwa sumbangan terhadap PDRB yang dominan adalah sektor pertanian 36%, industri 15,12%, perdagangan 24,81% dan sektor jasa-jasa 10,52% sedangkan sektor lainnya andilnya masih dibawah 10% berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku.

Tabel 2.23

Distribusi Sumbangan PDRB ADHK Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009 N 0 SEKTOR 2005 2006 TAHUN2007 2008 2009 1. Pertanian 36,76 35,84 34,48 34,07 33,51 2. Pertambangan dan penggalian 0,75 0,85 0,92 0,91 0,96 3. Industri pengolahan 16,32 16,18 16,26 16,37 16,35

4. Listrik dan air besar 0,98 1,19 1,24 1,30 1,30

5. Bangunan dan konstruksi 2,46 2,57 2,80 2,76 2,81

6. Perdagangan 25,97 25,49 25,09 24,92 24,60

7. Penggangkutan dan

komunikasi 2,65 2,76 2,69 2,71 2,76

8. Keuangan, persewaan dan

Jasa Perusahaan 6,45 6,40 6,35 6,43 6,45

9. Jasa-jasa 7,68 8,72 9,81 10,51 11,36

JUMLAH 100,0

0 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-34

(41)

Penjelasan atau interpretasi tabel 2.23 bahwa untuk PDRB harga konstan tidak jauh berbeda dengan harga berlaku, sektor yang mempunyai andil di atas 10%, yaitu: sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa-jasa.

Tabel 2.24

Pertumbuhan PDRB ADHB Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009

N0 SEKTOR TAHUN 200 5 thd 200 4 200 6 thd 200 5 2007 thd 2006 2008 thd 2007 2009 thd 2008 1 . Pertanian 8,01 8,82 11,16 16,61 11,68 2

. Pertambangan dan penggalian 10,66 23,85 16,29 8,00 12,39 3

. Industri pengolahan 7,25 8,84 7,75 7,84 6,05

4 .

Listrik dan air besar 14,9

7 33,8 3 12,7 5 8,86 10,48 5

. Bangunan dan konstruksi 13,08 13,63 16,41 7,20 9,47 6

. Perdagangan 8,02 9,04 9,75 11,28 9,21

7

. Penggangkutan dan komunikasi 20,69 19,12 5,03 9,10 5,46 8

. Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan 6,85 8,02 9,62 15,95 17,61 9

. Jasa-jasa 18,82 23,91 21,00 14,96 16,94

JUMLAH 9,16 10,8

4 11,00 12,94 10,84

Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel 2.24 bahwa pertumbuhan PDRB harga berlaku sangat tergantung pada harga barang dan jasa pada saat penelitian (atau tahun yang bersangkutan), jika inflasi tinggi akan berpengaruh signifikan terhadap PDRB berlaku, berbeda dengan PDRB harga konstan.

Tabel 2.25

Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-35

(42)

N0 SEKTOR TAHUN 2005 thd 2004 2006 thd 2005 2007 thd 2006 2008 thd 2007 2009 thd 2008 1 2 3 4 5 6 7 1. Pertanian 4,59 1,58 1,17 11,75 3,42

2. Pertambangan dan penggalian 5,23 18,6

9 11,76 3,35 10,91

3. Industri pengolahan 0,48 3,33 4,55 4,79 4,38

4. Listrik dan air besar 9,33 26,6

0 9,02 8,93 5,06 5. Bangunan dan konstruksi 5,97 9,00 13,4

2 2,58 6,84

6. Perdagangan 3,90 2,25 2,48 3,34 3,82

7. Penggangkutan dan komunikasi 4,39 8,99 1,53 4,67 6,74 8. Keuangan, persewaan dan Jasa

Perusahaan 1,26 3,40 3,30 5,34 5,54

9. Jasa-jasa 11,6

1 18,29 17,03 11,53 13,63

JUMLAH 4,08 4,19 4,08 4,04 5,16

Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel 2.25 bahwa pada tahun 2009 secara agregat ada kenaikan pertumbuhan sebesar 0,32% terhadap tahun 2008. Sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor pertanian, keuangan dan jasa-jasa. Sektor jasa ada kenaikan yang signifikan pada sub sektor gaji PNS dan TNI/Polri yaitu ± 15%. Pertumbuhan sebesar 4,36% adalah pertumbuhan riil, yang tidak dipengaruhi oleh harga barang dan jasa yang terjadi pada tahun yang bersangkutan. Data tersebut bila disusun dalam grafik adalah sebagai berikut :

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-36

(43)

Gambar 2.16

Grafik Distribusi Sumbangan PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009 Berdasarkan Harga Konstan (dalam Milyar

Rupiah)

Jika dilihat dari sumbangannya terhadap PDRB ADHB tahun 2005 sampai dengan 2009 sebagaimana tersaji pada tabel di atas, sektor pertanian dominan peranannya terhadap PDRB, yaitu: memberikan kontribusi sebesar Rp 2.626.638.915.000,00 atau 36% dari total PDRB.

2. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah besarnya perubahan harga barang dan jasa secara rata-rata yang mencakup ratusan komoditas yang dikonsumsi masyarakat. Indikator ini menunjukkan tingkat stabilitas perekonomian di suatu wilayah pada periode tertentu. Inflasi yang rendah dan terkendali merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi, karena kegiatan produksi barang dan jasa berlangsung sesuai hukum pasar yang berlaku dan dapat diprediksi sifat dan perilakunya di pasar. Laju Inflasi di Kabupaten Boyolali periode 2006 – 2009 mulai stabil dan berangsur turun. Tahun 2005 sebesar 15,02% dan pada tahun 2009 sebesar 2,05%.

Secara agregat inflasi dengan system point to point tahun 2005 sampai dengan 2009 disajikan tabel berikut.

Tabel 2.26

Perkembangan Inflasi Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009

Tahun Inflasi

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-37

(44)

Nilai (%) perubahan 2005 15,02 9,53 2006 7,61 7,41 2007 4,61 3,00 2008 6,51 1,90 2009 2,05 4,46 Rata-rata 7,16 5,26

Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel 2.26 bahwa selama 1 tahun tidak ada kenaikan harga yang berarti. Harga barang dan jasa selama setahun relatif stabil. Khusus sektor angkutan terjadi deflasi -2,45%, inflasi tinggi terjadi pada sektor kesehatan yaitu 7,94%.

3. Pajak dan Retribusi Daerah

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah dari Pajak dan Retribusi daerah dalam 3 (tiga) terakhir 2007– 2009, sebagaimana dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.27

Realisasi penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah Tahun 2007 - 2009

Sumber data : DPPKAD Kabupaten Boyolali

4. Pinjaman Daerah

Realisasi Pinjaman Pemerintah Kabupaten Boyolali masuk pada pembiayaan daerah. Perkembangan 3 (tiga) tahun 2007-2009 sebagaimana pada tabel berikut ini.

Tabel 2.28

Realisasi Pinjaman Daerah Tahun 2007 - 2009

No URAIAN 2007 2008 2009 % 1. Penerimaan Pinjaman Daerah 3.192.000.000 2.000.000.000 3.000.000.000 2. Penerimaan Kembali Pemberian pinjaman Daerah 261.114.443 261.114.442 383.119.304 3. Penerimaan piutang 3.000.000 9.141.000 0

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

No Uraian 2007 2008 2009 % 1. Pajak Daerah 10.643.172.2 80 11.155.035.906 12.896.540.751 2. Retribusi Daerah 40.020.935.424 38.959.749.828 47.897.948.942 II-38

(45)

daerah

Sumber data : DPPKAD Kabupaten Boyolali

5. Dana Perimbangan

Perkembangan dana perimbangan di Kabupaten Boyolali dalam 3 (tiga) tahun terakhir sebagaimana pada tabel berikut ini.

Tabel 2.29

Realisasi penerimaan Dana Perimbangan Tahun 2007 -2009

No Uraian 2007 2008 2009 %

1. Bagi hasil pajak 31.416.276.

298 34.143.415.646 40.129.484.319 2. Bagi hasil Bukan

pajak (SDA) 968.455.539 774.027.747 523.886.135 3. Dana Alokasi Umum 528.505.000

.000

582.512.205 .800

586.021.039. 000 4. Dana Alokasi Khusus 41.165.000.

000 54.087.000.000 69.901.000.000 602.054.73

1.837 671.516.649.193 696.575.409.454

Sumber data : DPPKAD Kabupaten Boyolali

6. Tabungan Pemerintah Daerah

Tabungan Pemerintah Kabupaten Boyolali berupa penyertaan modal yang masuk pada struktur APBD pada pembiayaan daerah. Perkembangan 3 (tiga) tahun terakhir bahwa penyertaan modal Tahun 2007 Rp 6.571.000.000,00; Tahun 2008 Rp 9.141.000.000,00 dan Tahun 2009 Rp 8.100.000.000,00.

7. Investasi

Capaian kinerja di bidang penanaman modal dalam 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan adanya kenaikan yang cukup signifikan yaitu tahun 2007 sebesar 0,75%, tahun 2008 sebesar 3,61% dan tahun 2009 sebesar 13,89%. Kenaikan realisasi investasi digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.30

Perkembangan Jumlah Investor dan Nilai Investasi s/d Tahun 2009

Tahun Jumlah Investo r Masuk Akumula si Jumlah Investor Nilai Realisasi Investasi per Tahun (Rp) Akumulasi Jumlah Investasi (Rp) Prosen-tase 2005 6 6 407.300.000. 407.300.000.

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-39

(46)

000 000

2006 0 6 0 407.300.000.000 0,0%

2007 2 8 68.500.000.000 475.800.000.000 16,8% 2008 460 468 126.559.524.650 602.359.524.650 26,6% 2009 621 1.089 83.664.000.000 686.023.524.650 13,9%

Sumber data : KPPM Kabupaten Boyolali

Adapun realisasi investasi dan jumlah investor pada tahun 2010 yang tercatat sampai dengan bulan Juli adalah sebagai berikut :

Tabel 2.31

Data Investasi dan Investor Tahun 2010

No Bulan InvestorJumlah TK

Perusahaa n Kecil Perusahaa n Menengah Perusaha an Besar Total Investasi Jumlah Investasi (juta Rp) Jumlah Investasi (juta Rp) Jumlah Investasi (juta Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Januari 72 1.583 4.099,00 1.546,00 7.099,00 12.744,00 2 Pebruari 64 259 4.799,00 1.560,00 525,00 6.884,00 3 Maret 53 333 3.681,00 2.294,00 13.962,0 0 19.937,0 0 4 April 76 275 4.351,00 2.391,21 8.787,47 15.529,67 5 Mei 56 1.225 3.391,00 1.126,00 9.093,34 13.610,34 6 Juni 85 340 5.040,00 2.231,83 8.860,00 16.131,83 7 Juli 75 696 4.098,50 2.150,00 5.088,00 11.336,50 Total 481 4.71 1 29.459,5 0 13.299,0 4 53.414,8 1 96.173, 34 Jumlah investasi tahun 2010 s/d bln Juli : Rp 96.173.340.100,00

Sumber data : KPPM Kabupaten Boyolali

Perkembangan Investasi Penanaman Modal Asing di Kabupaten Boyolali tersaji sebagai berikut :

Tabel 2.32

Perkembangan Investasi PMA di Kabupaten Boyolali Tahun 2010

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-40

(47)

Sumber data : KPPM Kabupaten Boyolali

8. Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Koperasi dan UMKM merupakan unit-unit usaha yang telah teruji mempunyai daya tahan dalam menghadapi krisis ekonomi dalam satu dekade belakangan ini. Hal ini tercermin dari adanya kecenderungan jumlah koperasi dan UKM yang terus meningkat. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa pada tahun 2007 di Kabupaten Boyolali terdapat 952 unit koperasi dan 25.639 UKM, pada akhir tahun 2009 tercatat sebanyak 967 unit koperasi, dimana 733 unit atau 75,80% di antaranya merupakan koperasi aktif dan 26.153 UKM. Jumlah anggota koperasi pada tahun 2007 tercatat sebanyak 220.923 anggota, terus meningkat menjadi 221.304 pada tahun 2009. Sedangkan volume usaha koperasi pertanian maupun koperasi non pertanian meningkat masing-masing dari Rp 1,58 milyar dan Rp 132,86 milyar pada tahun 2007 dan menjadi Rp 54,78 milyar dan Rp 109,09 milyar pada tahun 2009. Perkembangan koperasi dan UKM dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.33

Perkembangan Koperasi Tahun 2009

No. Uraian 2007 2008 2009

1 Jumlah Koperasi 952 967 967

2 Jumlah Koperasi Aktif 716 733 733

3 Jumlah Pelaksanaan Audit Koperasi 88 89 89 4 Jumlah Pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) 420 435 435 5 Jumlah Anggota Koperasi 220.923 221.304 221.304 a. Koperasi Pertanian : Jumlah Koperasi Primer 220 205 201

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

No Nama Perusahaan BerdiriTahun Nilai Investasi (US$)

1. 2. 3. 4. 5. PT Hanil Indonesia

PT Tupai Adyamas Indonesia

PT Bengawan Solo Garment Indonesia PT Primayudha Mandiri Jaya

PT Cartini Lingerie Indonesia

1995 1995 2001 2008 2010 11.552.000 1.500.000 1.000.000 35.052.000 920.000 Jumlah 50.024.000 II-41

(48)

Jumlah anggota 111.890 109.770 104.488 Volume usaha (Rp) 1.583.579.816 79.407.373.000 54.786.991.000

b. Koperasi Non Pertanian :

Jumlah koperasi 732 762 782 Jumlah anggota 109.033 111.534 112.066 Volume usaha (Rp) 132.867.162.000 146.754.807.000 109.093.138.000 6. UKM : Jumlah UKM 25.639 25.895 26.153 Sektor Perdagangan 12.097 12.217 12.347 Sektor Industri 10.729 10.836 10.954 Sektor Jasa : - Jasa RMU - Jasa Non RMU - Jasa Angkutan 444 2.168 201 454 2.189 199 456 2.201 195 Volume usaha (Rp) 837.908.390 698.687.250 718.461.162

Sumber data : Dinas Koperasi & UKM Kabupaten Boyolali

9. Perdagangan

Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam upaya meningkatkan usaha perdagangan khususnya bagi UMKM adalah dengan meningkatkan pelayanan dalam penyediaan sarana dan prasarana perdagangan. Penyediaan sarana dan prasarana perdagangan dengan usaha pembangunan dan renovasi pasar dan adanya kepastian perlindungan bagi pelaku usaha di pasar tradisional yang diatur dalam Perda No 12 tahun 2002 tentang Pengelolaan Pasar dan Perda No 28 tahun 2003 tentang Kios, Toko dan Ruko.

Upaya meningkatkan eksistensi pasar tradisional adalah dengan telah dibangunya 4 pasar semi modern yaitu pasar umum Ampel, Sunggingan, Pengging dan Boyolali disamping setiap tahun dilaksanakan renovasi dan pemeliharaan/rehab pasar-pasar yang lain. Pasar yang dikelola 44 pasar yang terdiri dari 39 pasar Umum dan 5 pasar Hewan. Adapun data sarana pasar sebagai berikut:

Tabel 2.34

Sarana dan Prasarana Pasar Sampai Dengan Tahun 2010

Pokja AMPL Kabupaten Boyolali

II-42

Gambar

Gambar 2.3 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Boyolali
Gambar 2.4 Peta Penggunaan Lahan  2.1.4 KONDISI HIDROLOGI
Gambar 2.5 Peta Curah Hujan Kabupaten Boyolali
Gambar 2.7 Peta Jenis Tanah Kabupaten Boyolali
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika suatu keluarga, melewati hari-hari tanpa makan dalam seminggu = 3 kali, mengurangi frekuensi makan perhari dalam seminggu 4 kali dan perubahan distibusi makan (prioritas

Pada pengembangan selanjutnya, model ini dapat diperluas menggunakan mikropengendali dengan jumlah pin yang lebih banyak sehingga dapat memuat lebih dari satu gerbang,

IWC memiliki beberapa unsur yaitu spektrum yang digunakan, klasifikasi bangunan (pabrik, kantor dan yang lainnya, karena setiap ruangan memiliki isi

Rata-Rata Populasi Tetran,;,chus pada Tanaman Berumur 4 Bulan di Pertanaman Bagian Pinggir dan Tengah. Rata-Rata Papulasi Tetran,;,chus pad a Tanaman Berumur 7

Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai janda atau duda, anak, orang tua' cucu, kakek atau nenek, saudara kandung atau mertua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

Kab.Donggala. Secara parsial Lingkungan kerja fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Kantor BAPPEDA Kab.Donggala. Secara parsial

Prevalensi dari setiap masalah gizi di Indonesia telah dibandingkan dengan negara lain, contohnya yaitu prevalensi masalah prevalensi anemia tahun pada WUS di Indonesia mencapai 33,1

Pendekatan yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dengan mengukur besaran pengeluaran konsumsi rumah tangga baik makanan maupun