• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. olahraga paling populer di dunia. Sepakbola telah sukses mengungguli berbagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. olahraga paling populer di dunia. Sepakbola telah sukses mengungguli berbagai"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidak perlu diperdebatkan lagi bila sepakbola disebut sebagai cabang olahraga paling populer di dunia. Sepakbola telah sukses mengungguli berbagai macam olahraga populer lain seperti hockey, bola basket, bola tangan, hingga bulutangkis, dan telah diakui sebagai olahraga nomor satu dalam hal pemberitaan media dan perhatian penonton di seluruh dunia. Menurut statistik FIFA (Fédération Internationale de Football Association), turnamen Piala Dunia sepakbola atau yang biasa disebut FIFA World Cup, yang diselenggarakan di Korea-Jepang pada tahun 2002 membuat rekor baru untuk event olahraga dengan mencapai 49,2 miliar penonton di seluruh dunia. Final pada turnamen tahun 2002 yang mempertemukan Brazil dan Jerman tersebut menjadi pertandingan yang paling banyak disaksikan dalam sejarah piala dunia dengan 1,1 miliar penonton dan disiarkan di 213 negara di seluruh dunia. Berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa minat penonton terhadap sepakbola sangat besar. Berkat kepopulerannya, tidak dapat terhindarkan bila sepakbola modern kini telah berkembang dari sekedar permainan mencetak gol diatas lapangan hijau hingga mempengaruhi aspek-aspek lain seperti sosial keagamaan, teknologi informasi, hiburan, politik, dan bahkan ekonomi.

Diantara aspek tersebut, satu aspek yang bisa dirasakan dan tidak bisa diabaikan pengaruhnya adalah aspek ekonomi yang telah tumbuh pesat dalam sepakbola, hingga menjadikan olahraga tersebut sebagai pusat bisnis yang sangat menarik. Fakta bahwa sepakbola sangat populer membuat klub sepakbola dapat

(2)

2

menarik keuntungan dari hasil penjualan tiket pertandingan, merchandise klub, sponsor produk, hak siar stasiun televisi hingga penjualan pemain klub itu sendiri.

Hal ini kemudian berhasil membuat para investor dan milyader akhirnya tertarik mengucurkan uang untuk menanam modal atau bahkan mengakuisisi kepemilikan klub sepakbola secara penuh untuk mengejar sebuah kejayaan berupa prestasi bagi klub atau sekedar meraih keuntungan dengan menjalankan roda bisnis dalam klub tersebut. Contoh yang paling populer adalah ketika Roman Abramovich membeli saham Chelsea Village milik Ken Bates pada Juli 2003 sebesar 59,3 juta pounds ditambah melunasi 80 juta pounds hutang klub tersebut dan menyuntikkan dana sebesar 120 juta pounds untuk belanja pemain pada tahun pertama kedatangannya di klub asal London tersebut. Keadaan ini tidak hanya meningkatkan pamor klub asal London tersebut, tapi secara umum membuat kompetisi EPL (English Premier League) menjadi salah satu liga paling populer. Milyader asal Rusia tersebut juga menjadi pelopor di tahun-tahun berikutnya bagi investor-investor asing untuk membeli klub Premier League, dari Malcolm Glazer (Manchester United) hingga Sheikh Mansour yang mengambil kepemilikan Manchester City dari PM Thailand, Thaksin Shinawatra. Fenomena ini kemudian menyusul pada kompetisi lain di liga Eropa, seperti Sheikh Abdullah Al Thani pengusaha asal Qatar yang membeli kepemilikan klub asal Spanyol, Malaga pada 2010 hingga yang terbaru adalah klub asal Prancis, Paris Saint Germain yang kini dikuasai oleh Qatar Sports Investment (QSI) Group.

Keadaan ini memburuk ketika pemilik klub tersebut menggunakan pengaruhnya untuk membelanjakan uang dalam jumlah yang besar untuk membeli pemain dan berujung pada kerugian yang dialami klub tersebut. Contohnya, Chelsea yang sudah mengeluarkan dana sekitar setengah miliar Euro selama 1 dekade

(3)

3 terakhir, bahkan PSG sudah mengeluarkan dana sekitar 200 juta Euro dalam waktu 1 tahun terakhir sejak akuisisi oleh QSI. Hal ini menyebabkan pelaporan tingkat hutang klub-klub Eropa semakin meningkat dan diiringi berkurangnya persaingan kompetitif antara klub-klub “kaya” dengan klub-klub yang “miskin” di Eropa.

Melihat keadaan tersebut, UEFA (The Union of European Football Associations) membuat keputusan untuk menerapkan peraturan baru yang disebut UEFA Financial Fair Play (UEFA FFP) dalam sepakbola Eropa. Setiap klub diberikan toleransi deviasi defisit break-even point mulai dari 45 juta Euro (tahun 2013/2014 – 2014/2015), 30 juta Euro (2015/2016- 2017/2018) hingga akhirnya tiap klub Eropa diproyeksikan akan memiliki keuangan yang stabil dan sehat serta menjaga persaingan yang kompetitif antar klub. Setiap klub diharapkan dapat mandiri, dalam arti tidak menggunakan uang lebih banyak dari yang mereka peroleh dari pendapatan operasional klub tersebut.

UEFA akan melakukan penilaian terhadap klub yang melewati batas toleransi deviasi defisit untuk menentukan klub tersebut akan dijatuhi sanksi atau tidak. Semua klub harus mematuhi aturan ini dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh lisensi atau izin sebagai prasyarat untuk dapat mengikuti kompetisi antar klub Eropa, atau yang biasa dikenal dengan sebutan UEFA Champions League (UCL) dan UEFA Europa League (UEL). UEFA FFP menandakan untuk pertama kalinya akan ada regulasi ketat yang digunakan di seluruh klub di Eropa tanpa terkecuali.

Penerapan peraturan ini akan membuat klub lebih berhati-hati dalam menggunakan uang terutama dalam melakukan transfer pemain maupun dalam aktivitas pembayaran gaji pemain. Setiap klub diharapkan dapat memaksimalkan tingkat pendapatan operasional dan sektor lain untuk melakukan aktivitas

(4)

4

pengeluaran, dibanding menggunakan kekayaan pribadi pemilik klub itu sendiri. Disini letak permasalahannya, ketika klub-klub sudah terbiasa secara “bebas” menggunakan uang terutama untuk melakukan aktivitas di bursa transfer pemain, kini mereka harus mengimbanginya dengan sisi pendapatan supaya memenuhi syarat break-even yang ditetapkan oleh UEFA. Untuk itu penulis mencoba mengangkat masalah Financial Fair Play sebagai topik penelitian dan menganalisa penerapan UEFA FFP terhadap klub di Eropa dengan mengacu kepada laporan keuangan klub selama tiga tahun terakhir. Penulis memilih klub Liga Primer Inggris (Arsenal dan Manchester United) sebagai objek penelitian karena Liga Inggris sering disebut sebagai salah satu kompetisi domestik terbaik dan kompetitif di Eropa. Situs mirrorfootball.co.uk pada tahun 2011 menyebut Liga Primer Inggris sebagai liga paling banyak disaksikan didunia dengan menunjukkan statistik pemirsa TV tahunan mencapai 4,7 miliar penonton. Sementara karena keterbatasan data, dimana tidak semua klub-klub liga Inggris menerbitkan laporan keuangannya di bursa saham, penulis memilih klub Arsenal dan Manchester United sebagai data sampel. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran umum mengenai persiapan klub di Eropa terhadap penerapan UEFA FFP.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian terhadap penerapan UEFA FFP dalam sebuah laporan yang berjudul “STUDI KASUS ANALISIS PENERAPAN UEFA FINANCIAL FAIR PLAY TERHADAP KLUB SEPAKBOLA ARSENAL DAN MANCHESTER UNITED.”

(5)

5 1.2 Identifikasi Masalah

UEFA dan terutama Presiden UEFA, Michel Platini, sangat prihatin terhadap perkembangan terakhir dari kompetisi sepakbola Eropa. Banyak klub yang telah melaporkan secara berulang kali mengenai memburuknya defisit keuangan mereka yang menyebabkan terjadinya rekor tingkat hutang tertinggi selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, pemilik pribadi serta pemegang ekuitas lainnya semakin memperbesar pengaruh mereka ke dalam klub sepakbola profesional, oleh karena itu beberapa klub mengalami kesulitan likuiditas dan masalah lain seperti inflasi gaji pemain serta harga transfer pemain yang semakin tidak logis. Sementara di sisi lain terdapat klub yang berhasil naik ke puncak Eropa dengan bantuan dana eksternal (dana pribadi dari pemilik klub tersebut). Contoh yang paling terkenal adalah Chelsea dengan pemiliknya Roman Abramovich yang telah mengeluarkan dana sekitar setengah milliar Euro selama satu dekade terakhir untuk membiayai klub dengan harapan dapat menjadi salah satu klub top Eropa dengan cara yang instant. Selain itu, sepakbola Eropa pada dasarnya telah dikuasai secara oligopoli oleh sekitar sepuluh klub Eropa (termasuk FC Barcelona, Real Madrid, Manchester United, Chelsea, AC Milan atau Bayern Munich, dan lainnya) yang disebut sebagai "The Untouchables" oleh Deloitte (2012, Football Money League). yang akan terus bergerak menjauhi klub pesaing dibawahnya.

(6)

6

Gambar 1 Deloitte Football Money League 2012

Perkembangan ini diperkirakan dapat mengancam stabilitas keuangan serta mengubah keseimbangan kompetisi, tidak hanya antar klub tetapi juga persaingan antar Liga sepakbola di Eropa. Dalam rangka untuk memastikan stabilitas keuangan jangka panjang serta untuk mengembalikan persaingan yang kompetitif, Komite Eksekutif UEFA dengan persetujuan bersama ECA (European Club Association) menyetujui dibentuknya seperangkat aturan yang disebut UEFA Financial Fair Play (UEFA FFP) yang akan diberlakukan di akhir tahun 2012. Mulai dari musim kompetisi 2013/2014, semua klub harus mematuhi aturan baru dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh lisensi atau izin sebagai prasyarat untuk dapat mengikuti kompetisi antar klub Eropa (UCL dan UEL). UEFA FFP menandakan untuk pertama kalinya akan ada regulasi ketat yang digunakan di seluruh klub di Eropa tanpa terkecuali. Menurut UEFA, Financial Fair Play menyediakan kerangka peraturan yang dapat mencegah klub untuk jatuh kedalam hutang yang besar sambil memastikan bahwa keuangan tetap bersumber pada sumber daya atau pendanaan milik klub itu sendiri.

(7)

7 Dari penjelasan serta latar belakang pada sub bab sebelumnya, maka perumusan masalah yang akan dibahas secara rinci dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana analisis penerapan UEFA FFP terhadap klub Arsenal dan Manchester United bila melihat pada laporan keuangan selama 3 tahun terakhir dari periode 2010-2012 dari sisi pendapatan dan pengeluarannya? 2. Bagaimana penerapan break-even point (pengakuan serta perhitungan pendapatan relevan dan pengeluaran relevan menurut UEFA) menurut peraturan UEFA FFP terhadap laporan keuangan Arsenal dan Manchester United?

3. Apakah Arsenal dan Manchester United memenuhi kualifikasi sesuai dengan persyaratan pada peraturan UEFA FFP?

4. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan klub terhadap penerapan UEFA FFP?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Karena luasnya populasi data dari penelitian yang merupakan klub sepakbola yang berlaga di Eropa dalam naungan UEFA, penulis membuat batasan terhadap ruang lingkup pembahasan. Pembahasan akan dilakukan terhadap klub yang berlaga di divisi utama Liga Premier Inggris, dan penulis memilih klub Arsenal dan Manchester United dengan laporan keuangan klub periode 2010, 2011 dan 2012 sebagai sampel data dalam penelitian

Penulis akan memulai pembahasan dengan melihat secara umum Arsenal dan Manchester United beroperasi dan melaporkan transaksi keuangan dalam sebuah laporan keuangan. Analisis akan dilakukan terhadap penyajian laporan keuangan

(8)

8

klub berdasarkan UEFA Club Licensing yang telah diterapkan UEFA sejak 2010. Selanjutnya penulis akan menganalisis pengaruh penerapan UEFA FFP terhadap pelaporan keuangan Arsenal dan Manchester United. Didalamnya termasuk pembahasan mengenai penetapan pendapatan relevan serta beban relevan menurut UEFA dalam melakukan perhitungan break-even terhadap laporan keuangan Arsenal dan Manchester United. Perhitungan akan dilakukan untuk laporan keuangan pada tahun 2010-2012 serta proyeksi pada kedua klub untuk tahun 2013 sebagai proyeksi untuk penerapan breakeven menurut UEFA FFP yang akan diterapkan pertama kali pada tahun 2014. Lalu akan dilakukan penilaian rasio kinerja keuangan klub untuk tahun 2010-2012 beserta pengaruhnya terhadap penerapan UEFA FFP. Pembahasan akan diakhiri dengan mengambil kesimpulan mengenai kualifikasi Arsenal dan Manchester United terhadap UEFA FFP dan pengaruh kinerja keuangan klub dalam penerapan UEFA FFP.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang dan uraian masalah sebelumnya, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran umum terhadap pengertian, tujuan dan peraturan dalam regulasi UEFA FFP yang diterapkan dalam kompetisi sepakbola di Eropa.

2. Melakukan simulasi penerapan dan proyeksi pendapatan dan beban relevan menurut UEFA FFP secara langsung terhadap pelaporan keuangan klub serta dampak dari penerapan regulasi tersebut terhadap klub sepakbola Arsenal dan Manchester United.

(9)

9 3. Melakukan penilaian terhadap rasio kinerja keuangan klub dan pengaruhnya

terhadap penerapan UEFA FFP.

Sementara manfaat yang diharapkan oleh penulis dapat berguna bagi beberapa pihak adalah sebagai berikut :

1. Memberikan sumbangan dalam dunia akademik dan masyarakat secara umum mengenai pelaporan keuangan sebuah klub sepakbola sebagai suatu entitas bisnis dalam industri olahraga.

2. Memberikan gambaran kepada masyarakat pelaku sepakbola, baik pemilik, pengurus, pemain, maupun penggemar berupa penjelasan komprehensif mengenai penerapan UEFA FFP terhadap klub sepakbola di Eropa.

3. Memberikan sumbangan kepada regulator atau lembaga yang berhubungan dengan kegiatan operasional klub sepakbola di Indonesia sebagai industri untuk melakukan perbaikan terhadap perkembangan sepakbola Indonesia dan menyusun semacam acuan dan arahan dalam menerapkan regulasi serupa terkait keuangan dalam sepakbola di Indonesia di masa yang akan datang. 4. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai rujukan selanjutnya untuk penelitian

lanjutan mengenai keuangan pada klub sepakbola. Secara khusus keuangan klub sepakbola Eropa terhadap penerapan UEFA FFP.

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dalam bentuk studi literatur dengan tujuan untuk menganalisa penerapan UEFA FFP terhadap pelaporan keuangan klub sepakbola Eropa. Karakteristik riset adalah sebagai berikut:

(10)

10

a. Jenis risetnya adalah riset eksploratoria (kualitatif, naturalis)

b. Dimensi waktu risetnya adalah pooled data dengan laporan keuangan klub Eropa selama 3 tahun terakhir (2010-2012) dengan Arsenal dan Manchester United sebagai sampel data.

c. Kedalaman riset cukup mendalam dengan Arsenal dan Manchester United sebagai objek studi kasus.

d. Metode pengumpulan datanya adalah data tidak langsung, merupakan data sekunder yang diperoleh dari situs resmi klub sepakbola Arsenal dan Manchester United.

e. Lingkungan penelitian merupakan lingkungan riil (field setting) f. Unit analisisnya adalah industri sepakbola Eropa.

g. Menentukan model empiris beserta definisi variabel-variabelnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terbagi dalam bab berikut: a. BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, ringkasan metodologi penelitian, serta sistematika penulisan dari penelitian skripsi.

b. BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini berisi dasar teori yang digunakan dalam penulisan skripsi, yang berkaitan dengan proses bisnis pada klub sepakbola, konsep pelaporan dan penyajian laporan keuangan secara umum dan

(11)

11 pelaporan keuangan pada klub sepakbola, serta definisi dari UEFA FFP yang akan diterapkan UEFA dalam keuangan klub sepakbola Eropa dan rasio kinerja keuangan.

c. BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

Bab ini berisi ringkasan singkat mengenai sejarah dan perjalanan klub, struktur dan kepemilikan klub, dan kinerja keuangan selama 3 tahun terakhir oleh Arsenal dan Manchester United sebagai objek penelitian.

d. BAB 4 PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan penelitian dan pembahasan tentang: 1. Analisis terhadap penyajian komponen laporan keuangan yang

diterbitkan oleh Arsenal dan Manchester United.

2. Analisis penerapan break-even (pengakuan serta perhitungan pendapatan relevan dan pengeluaran relevan) menurut persyaratan UEFA FFP terhadap laporan keuangan Arsenal dan Manchester United.

3. Analisis kualifikasi Arsenal dan Manchester United terhadap penerapan peraturan UEFA FFP beserta proyeksi untuk tahun 2013.

4. Analisis terhadap rasio kinerja keuangan Arsenal dan Manchester United beserta pengaruhnya terhadap penerapan UEFA FFP.

(12)

12

e. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari pembahasan penelitian pada bab sebelumnya.

Gambar

Gambar 1 Deloitte Football Money League 2012

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Kementerian Pertanian melakukan komunikasi krisis dalam kasus penggerebekan gudang beras PT IBU oleh Satgas

( actuacting ) Penggerakan dilakukan dengan cara memberikan motivasi, dan menjalin hubungan komunikasi. d.) Pengawasan ( controlling ) Pengawasan ( controlling )

Penulis terlebih dahulu mengucapkan puji dan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan serta pertolongan

Media pembelajaran berupa buku yang diterapkan dengan aplikasi augmented reality berupa marker dapat membantu meningkatkan minat masyarakat Indonesia dalam membaca

Dari hasil perhitungan kuesioner dapat diketahui sekolah dengan nilai A pada perencanaan proses pembelajaran terdapat beberapa aspek sebagian besar membuat: silabus sebagai

Sistem penggajian yang terhitung masih manual juga menjadi kelemahan di CV Calendo maka penulis menginginkan pengembangan dan pembuatan sistem penggajian yang lebih modern atau

untuk itu penulis ingin mengajukan penelitian Skripsi dengan judul Media Informasi Profile Akademi Kebidanan Mutiara Mahakam Samarinda Berbasis Multimedia dari