• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu karya lagu atau musik adalah ciptaan yang utuh terdiri dari unsur lagu atau melodi syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya dan merupakan suatu karya cipta mampu memberikan suatu kepuasan tersendiri terhadap penikmat musik atau lagu yang sedang didengarkan dalam bentuk alunan nada.1 Manusia dan seni adalah dua hal yang sangat erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para penikmat dan/atau pengguna musik dapat memperoleh lagu atau instrumentalia dengan mudah. Di era digital saat ini, kemudahan tersebut menimbulkan berbagai permasalahan hukum, misalnya dengan memperbanyak ciptaan tanpa ijin atau menyebarluaskan ciptaan melalui teknologi digital tanpa ijin, yang menciptakan rantai pelanggaran hukum yang berdampak pada pelanggaran hak ekslusif pencipta

Melalui kemampuan dan keahliannya, seorang pencipta lagu menghasilkan karya yang merupakan ekspresi pribadi dari olah pikiran dan daya kreasinya. Negara memberikan penghargaan terhadap para pencipta, karena dalam menghasilkan suatu karya tidak hanya membutuhkan kemampuan dan keahlian, tetapi juga telah membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga bahkan dana.2

1

Hendra Tanu Admadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, Cet.1-, Program Pasca Sarjana, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 55.

2 Ok. Saidin, 1995, Aspek Hukum Hak Kekayan Intelektual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm.

(2)

Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan dan dipertunjukkan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuk. Yang memiliki manfaat dalam kehidupan manusia. Dan kepemilikan itu menimbulkan sifatekonomis dari ciptaan dan menjadikan hal itu sebagai penunjang kehidupannya dalam masyarakat. Dengan demikian hak kekayaan intelektual merupakan suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya.

Kreativitas dan ide merupakan faktor yang utama dalam menciptakan sebuah karya seni. Ide adalah faktor untuk dapat menciptakan sesuatu, sedangkan kreativitas adalah cara kita untuk mengolah suatu ide yang dapat untuk dijadikan sesuatu. Jika kita berbicara mengenai lagu atau musik, menurut penulis kreativitas menjadi komponen penting untuk mengolah ide menjadi sebuah karya. Ide dan Kreativitas adalah sesuatu yang abstrak.

Kemampuan intelektual manusia melahirkan banyak sekali daya cipta maupun kreatifitas di berbagai bidang dan aspek kehidupan. Jadi, dapat dikatakan kemajuan dan perkembangan ekonomi ataupun teknologi suatu negara merupakan sokongan dari hasil karya intelektual manusia. Karena setiap karya memiliki nilai ekonomis. Oleh karenanya, setiap hasil karya intelektual perlu mendapat perlindungan hukum sekaligus bentuk penghargaan atas karya intelektual manusia. Salah satu bentuk perlindungan yang diberikan adalah berbentuk Hak Kekayaan Intelektual.

(3)

Ditahun 1980-an serta 1990-an terjadi pengakuan oleh lingkup perdagangan internasional yang menyangkut isu-isu perlindungan terhadap

Intellectual Property Rights (IPR). IPR ini di Indonesia dikenal dengan

sebutan HKI3. HKI adalah konsep abstrak yang mencakup gagasan dan gambar, bunyi dan simbol, kata-kata dan musik, teks dan desain.4

Sherwood mendefinisikan HKI sebagai gagasan penemuan dan ekspresi

kreativitas yang oleh masyarakat diperbolehkan untuk menyandang status kepemilikan.5 Manusia mempunyai hak yang sifatnya alamiah atas produk olah pikir manusia, baik materiil maupun immaterial yang berasal dari kerja intelektualnya dan harus diakui kepemilikannya. Jika konsep pemikiran yang demikian ini diterapkan pada hak cipta, dapat dikatakan bahwa teori tersebut di atas merupakan landasan yang paling hakiki yang dimiliki seseorang pencipta yang karena intelektualnya atau karena olah pikirannya menghasilkan ciptaan-ciptaan.6

Pengaturan untuk Hak Cipta di Indonesia yang terbaru adalah UUHC Nomor 28 Tahun 20147. Di dalam UUHC Nomor 28 Tahun 2014, mendefinisikan bahwa Hak Cipta sebagai hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi

3

Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini disebut dengan HKI.

4 Ann Capling, 1999, Intellectual Property Dalam Brian Hacking And Steven Mc. Guire (Eds.),

Trade Politics: International, Domestic And Regional Perspektives, Routledge, London, hlm. 79.

5 Sherwood, 1995, Sebagaimana Dikutip Oleh Bernard Hoekman, The Political Economy Of The

World Trading System: From GATT To WTO, New York: Oxford University Press, hlm. 14

6 Otto Hasibuan, 2008, Hak Cipta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring

Rights, dan Collecting Society, Bandung: Alumni, hlm. 51.

(4)

pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu karya intelektual yang masuk HKI adalah lagu atau musik. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, produk-produk yang berkaitan dengan ciptaan lagu atau musik telah memberikan andil bagi peningkatan perekonomian masyarakat.8

Dengan demikian perlindungan hak cipta tidak diberikan terhadap bentuk ide-ide atau pikiran semata-mata. Dibalik hak eksklusif yang dimiliki oleh pemegang hak cipta atau pencipta tidaklah secara mutlak dimiliki penuh, karena adanya suatu batasan-batasan yang dimiliki seseorang yang ingin menggunakan atau memanfaatkan hasil karya dari pencipta tidak memerlukan izin untuk menggunakannya selama tidak merugikan kepentingan yang wajar atas penggunaannya. Batasan-batasan ini dikenal dengan istilah prinsip penggunaan yang wajar (fair use). Dalam pengaturan UUHC Nomor 28 Tahun 2014, prinsip fair use terdapat pada Pasal 43 dan Pasal 44 yang menjelaskan bahwa dalam Pasal 43 memuat ketentuan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta tanpa prasyarat, sedangkan dalam Pasal 44 menjelaskan beberapa syarat misalnya: sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, termasuk dalam kegiatan yang tercantum, dan lain sebagainya. Penulis dalam penelitian ini memfokuskan pada Pasal 44 angka 1.

Pasal 44 angka (1) Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014:

8 Bernard Nainggolan, 2011, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta dan Lembaga Manajemen Kolektif,

(5)

(1) Penggunaaan, pengambilan, Penggandaan, dan/atau pengubahan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan:

a. Pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.

b. Keamanan serta penyelenggaraan pemerintah, legislatif, dan peradilan.

c. Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau

d. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari si Pencipta.

Pasal diatas adalah bentuk dari pengecualian pelanggaran atau bentuk prinsi fair use yang dibuat oleh pembentuk undang-undang. Teradang pengecualian pelanggaran atau fair use ini menjadi bentuk kerugian bagi penciptanya atau pemegang hak ciptanya. Dalam Pasal 44 angka (1) mengenai substansial pokok, didalam penjelasan hanya tersebut bagian yang khas. Tidak disebutkan pokok “yang substansial” yang bagaimana atau apa saja yang termasuk didalamnya, dan tidak ada

(6)

pengukuran secara kuantitas mengenai penggunaan wajar atas ciptaan. Kemudian didalam UUHC ini tidak ada penjelasan mengenai kegiatan-kegiatan yang nonkomersial. Serta untuk Pembuktian dengan menggunakan pasal ini pun mengalami kendala karena penjelasan yang kurang terperinci.

Secara filosofis, peraturan perundang-undangan hak cipta di Indonesia menempatkan pencipta dan karya ciptaannya dalam kedudukan yang terhormat dan tinggi. Pencipta diperlakukan secara terhormat sebagai pribadi-pribadi yang berbudi, bermartabat dan berbudaya. Manusia merupakan sumber inspirasi, ide dan gagasan yang mampu mengekspresinya ke dalam kreasi ciptaan yang berwujud, bernilai, dan bermanfaat. Oleh karena itu, ciptaan dianggap sebagai cermin sekaligus refleksi pribadi pencipta karena berasal dari diri pencipta (stem from author).9

Prinsip fair use dalam UUHC Nomor 28 Tahun 2014 tidak mengatur secara spesifik mengenai penggunaan yang wajar terhadap karya seni musik. Selain itu prinsip Fair Use yang diterapkan dalam UUHC Nomor 28 Tahun 2014 ini tidak menjelaskan mengenai batasan dan ukuran secara kuantitatif sehingga norma hukum itu sendiri menjadi sangat kurang, hal ini disebabkan karena adanya kekosongan hukum mengenai prinsip fair use dalam karya seni musik.

9 Henry Soelistyo Budi, 2011, Plagiarisme; Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, Kanisius,

(7)

Menurut logika penulis, jika tercantum dalam suatu peraturan hukum yang berlaku dan telah disebutkan dibagian penjelasan dengan kata “cukup jelas” maka seharusnya tidak ada permasalahan. Tetapi kenyataannya, peraturan hukum tersebut menjadi peraturan hukum yang kurang jelas, karena tidak tertulis secara jelas. Dengan penjelasan singkat yang tidak mendukung. Hal ini menimbulkan permasalahan dan ketidakpastian hukum. Penggunaan UUHC Nomor 28 Tahun 2014 sebagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, masih belum efektif, terutama Pasal 44 angka mengenai beberapa faktor penting untuk memenuhi syarat dari fair use yakni “sebagian atau seluruhnya yang substansial”, “sumbernya disebutkan”, kegiatan nonkomersial yang tercantum dalam huruf a, b, c dan d.

Undang-undang Hak Cipta di Indonesia sebenarnya telah mengatur tentang perlindungan hukum dan pembatasan Hak Cipta dengan konteks Prinsip Penggunaan yang Wajar/Fair Use”, baik dari segi hak ekonomi

maupun segi hak moral dari si pencipta lagu atau musik dalam UUHC Nomor 28 Tahun 2014. Pelanggaran terhadap hak cipta merupakan delik aduan, jadi semua orang seharusnya bisa melapor kepada aparat penegak hukum. Dalam suatu karya cipta lagu atau musik, seringkali para musisi menggunakan kata “inspirasi” untuk pembelaan jika dituding sebagai pelanggaran fair use. Tetapi pengaturan fair use tersebut belum terjelaskan secara rinci mengenai ukuran secara kuantitas dan kegiatan non-konmersial yang tercantum sebagai penentu tujuan ciptaan digunakan

(8)

untuk komersil atau non-komersil. Hal ini tidak tercantum didalam Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014. Didalam Undang-Undang tersebut hanya mencantumkan jenis kegiatan yang tidak terperinci, kejelasan “penggunaan”, dan kalimat “sebagian atau seluruh yang substansial”, dengan penjelasan mengenai kepentingan yang wajar dan bagian yang substansial yang menurut penulis belum rinci dan jelas. Hal ini membuat dilema dalam pembatasan Hak Cipta dan Penentuan apakah tindakan yang dilakukan termasuk Fair Use atau tidak.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penafsiran “penggunaan yang wajar/fair use” dalam

Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014?

2. Bagaimana penafsiran “seluruh atau sebagian yang substansial”? 3. Bagaimana mengatasi permasalahan penentuan “yang substansial”

dalam karya cipta lagu atau musik?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan tujuan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui kepastian prinsip “Penggunaan yang Wajar/Fair Use”dan kejelasan pembatasan penggunaan ciptaan berdasarkan

Undang-Undang Hak Cipta khususnya Pasal 44 angka 1.

2. Untuk mengetahui tafsiran yang jelas “sebagian atau seluruhnya yang substansial” dan hambatan apa dalam penentuan “yang

(9)

substansial” dalam ciptaan musik atau lagu dalam kasus plagiarisme.

3. Untuk mengetahui persoalan penentuan tentang penjiplakan dan mengatasi persoalan ketidakjelasan dalam suatu peraturan perundang-undangan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan HKI pada khususnya. b. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan dan

referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan serta memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Memberikan jawaban praktis mengenai “Analisis Pasal 44 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 Mengenai “Pokok Yang Substansial” Terkait Ciptaan Musik Atau Lagu”

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian kepustakaan, khususnya di lingkungan perpustakaan hukum Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada penulis menemukan tesis yang mempunyai korelasi dengan penelitian

(10)

penulis, yakni Doktrin Penggunaan Wajar (Fair Dealing/Fair Use) dalam UU No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta di Indonesia dan Copyright Act

1976 Amerika Serikat: sebuah studi perbandingan, milik Prananto Nindyo Adi Nugroho tahun tesis 2009. Dengan rumusan masalah:

1. Bagaimanakah pengaturan dan prospek penerapan doktrin penggunaan wajar dalam UUHC 2002?

2. Bagaimanakah pengaturan dan penerapan doktrin penggunaan wajar (fair use) dalam UUHC AS?

3. Apakah manfaat dari perbandingan doktrin penggunaan wajar yang dapat ditarik dari UUHC 2002 dan UUHC AS bagi perkembangan sistem hukum hak cipta di indonesia?

Penelitian ini, berbeda konten dengan penelitian milik penulis. Karena penulis menggunakan peraturan terbaru dan permasalahan mengenai analisis prinsip Fair Use dalam pasal 44 angka 1. Sedangkan tesis tersebut membandingkan prinsip fair use dalam UUHC No. 19 Tahun 2002 dengan

Copyright Act 1976 Amerika Serikat. Dengan demikian tidak terdapat

penelitian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi yang serupa dengan penelitian penulis, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya tulis ini.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah dimana terjdinya proses penyaringan

Sifat penyimpanan data IMEI adalah OTP (One Time Programming) dimana data IMEI hanya dapat ditulis satu kali saja dan tidak dapat dihapus atau diganti, oleh karena itu UEM bekas

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah yang terjadi di atas maka dapat diajukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Citra Merek, Green Product dan

6 Lihat Pasal 1 angka (2), Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan

Hasil penelitian Pengaruh Penggunaan Silica Fume Dengan Material Batu Laterit Sebagai Subtitusi Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan Beton yang dilakukan di Laboratorium

Tahap planning meliputi pembuatan latar belakang, penentuan identifikasi masalah, penentuan batasan masalah, pencarian teori dasar dan sistem berjalan yang berhubungan,

Di Dusun Kabo Jaya, Desa Swarga Bara kegiatan ekowisata sudah mulai dikembangkan, namun perlu adanya pendampingan dalam pembuatan program dan pelaksanaan

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2014