• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 1 GORONTALO ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 1 GORONTALO ARTIKEL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 1 GORONTALO

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Keperawatan

OLEH

NURHAYATI HAMZAH NIM 841410088

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 1 GORONTALO

OLEH

NURHAYATI HAMZAH 841410088

(3)

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 1 GORONTALO

NURHAYATI HAMZAH , Herlina Jusuf *, Nasrun Pakaya ** Jurusan Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan,

Universitas Negeri Goronralo Email : nurhayati.hamzah30@yahoo.com

ABSTRAK

Nurhayati Hamzah. 2014. Hubungan Obesitas Dengan Harga Diri (Self-esteem) Pada Remaja Putri Di SMK Negeri Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M.Kes dan pembimbing II Nasrun Pakaya, S.Kep, Ns. M.Kep.

Harga diri adalah perasaan, perilaku dan mengetahui bahwa individu berhak untuk memilih apa yang dikehendaki sebagian dari kehidupannya dan mengambil sikap untuk melakukan tindakan yang dipilih diberbagai area kehidupan individu yang akan membuat perasaan tentang diri sendiri menjadi lebih baik dan lebih percaya diri. Remaja putri dengan obesitas cenderung memiliki harga diri yang rendah dari pada orang-orang yang memiliki tubuh ideal sehingga kemampuan aktulisasi diri mereka juga cenderung rendah dan berdampak pada keterbatasan bersosialisasi dengan orang lain dan berprestasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan obesitas dengan harga diri (self-esteem) pada remaja putri.

Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama.

Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan obesitas dengan harga diri ( self-esteem) pada remaja putri dengan hasil uji statistik korelasi Spearman diperoleh nilai 0.036 dan harga diri self-esteem sebesar 0.036. Karena nilai sig = 0,036, berarti < dari 0,05.

Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ada hubungan antara obesitas dengan harga diri (self-esteem) pada remaja putri. Kemudian disarankan untuk remaja putri tidak mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori.

Kata kunci: Obesitas, Harga Diri, Remaja Putri1

1 Nurhayati Hamzah, 841410088, Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, Dr. Hj. Herlina Jusuf,

(4)

Masa remaja disebut juga masa puberitas dimana perkembangan fisik berlangsung cepat yang menyebabkan remaja menjadi sangat memperhatikan

tubuh mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya

remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih

banyak body image negatif dibandingkan dengan remaja putra selama pubertas

(Santrock dalam Rahmania dkk, 2012).

Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi

makanan yang jauh melebihi kebutuhannya (psychobiological cues for eating)

sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas membuat remaja menjadi kurang percaya diri terutama pada remaja putri (Soetjiningsih, 2004).

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi aspirasi, cita-cita atau nilai yang

ingin dicapai. Seseorang yang memiliki self-esteem yang lemah memiliki citra diri

negatif dan konsep diri yang buruk bahkan sering kali menghukum dirinya sendiri atas ketidakmampuannya dan terlarut dalam penyesalan (Maryam dkk, 2013).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), kasus obesitas

diseluruh Dunia bertambah lebih dari dua kali lipat sejak 1980. Pada tahun 2008, lebih dari 200 juta orang laki-laki dan hampir 300 juta perempuan mengalami obesitas.

Angka obesitas pada remaja di Indonesia belum dapat ditentukan secara pasti. Namun penelitian yang dilakukan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI mencatat diperkirakan 210 juta penduduk di Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan 76,7 juta (17,5%) dan penderita obesitas berjumlah lebih dari 9,8 juta (4,7%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 di Jakarta, tingkat prevalensi obesitas pada anak remaja 12-18 tahun ditemukan 2,6% dan pada umur 17-18 tahun 11,4%. Kasus obesitas banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibandingkan pria (3,1%). Sedangkan menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Prof. Dr. Herdinsyah MS yang dikutip Siswono (2007), saat ini jumlah penderita obesitas di Indonesia untuk populasi remaja dewasa sudah mencapai angka 18 persen. Angka ini bahkan lebih tinggi lagi di kelompok dewasa, yaitu bisa mencapai 25 persen dari total populasi seluruh Indonesia. Obesitas merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan dikalangan remaja. Obesitas dapat menyebabkan banyak distress. Obesitas dapat mengurangi harga diri dan menyebabkan masalah emosional. Hal ini terutama terjadi pada perempuan. Anak perempuan obesitas lebih rentan terhadap gangguan psikologis seperti stress, gangguan makan, dan lain-lain (Fitri D,K dkk, 2012).

Berdasarkan observasi dan data dari SMK Negeri 1 Gorontalo teridentifiksi remaja putri yang obesitas berjumlah 127 orang dari 1376 remaja putri. Dari hasil wawancara pada 3 orang siswa yang obesitas, mereka mengungkapkan kurang percaya diri dengan berat badan yang obesitas, sehingga para siswi merasa bentuk tubuhnya tidak proporsional. Para siswi yang obesitas sering merasa menjadi bahan perbincangan para siswa lain tentang berat badannya sehingga hal ini menyebabkan harga diri siswa tersebut berkurang. Siswi yang obesitas menjadi kurang bergaul dengan siswi yang berat badannya ideal. Bila

(5)

dibandingkan dengan remaja putra mereka tidak terlalu memperhatikan penampilan fisik. Khusus untuk SMK Negeri 1 Gorontalo belum pernah dilakukan penelitian dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelumnya. METODOLOGI PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik

dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang

mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek

(dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan

sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2011).

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua siswi remaja putri di SMK Negeri 1 Gorontalo yang berjumlah 127 orang dari 1376 siswa.

Sampel yang diambil adalah seluruh remaja putri yang obesitas yakni 127

siswi. Adapaun Teknik pengambilan sampel yang digunakan yakni Teknik total

sampling dimana dari total jumlah populasi dijadikan sebagai sampel.

Dalam penelitian ini jumlah sampelnya yaitu remaja putri yang berat badannya sudah diidentifikasi, dan memenuhi kriteria berikut:

1. Kriteria inklusi yaitu:

1) Siswi-siswi yang hadir pada saat penelitian

2) Bersedia menjadi responden.

2. Kriteria eksklusi yaitu:

1) Siswi yang sakit pada saat penelitian.

2) Siswa putra pada SMK Negeri 1 Gorontalo.

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Uji korelasi Spearman

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan

variabel dependent dan nilai ∝ (< 0,05).

HASIL PENELITIAN

1. Distribusi Statistik Umur Remaja Putri yang ObesitasDi SMK Negeri 1

Gorontalo

Sumber: Data Primer 2014

2 .Distribusi Statistik Jumlah Remaja Putri yang Obesitas Derajat I, Obesitas

Derajat II, dan Obesitas Derajat

Kategori Frekuensi Persentase

Obesitas derajat 1 104 92,0

Obesitas derajat II 9 8,0

Obesitas derajat III 0 0

Total 113 100

Sumber: Data Primer 2014

Umur Frekunsi Persentase

15 Tahun 2 1,8%

16 Tahun 48 42,5%

17 Tahun 63 55,8%

(6)

3.Distribusi Statistik Tingkat Harga Diri Remaja Putri

Kategori Frekuensi Persentase

Harga Diri Rendah 78 69,0

Harga Diri Tinggi 35 31,0

Total 113 100

Sumber: Data Primer 2014

4. Hubungan Obesitas dengan Harga Diri Pada Remaja Putri

di SMK Negeri 1 Gorontalo

Harga Diri

R 0,197

Obesitas P 0,036

N 113

Sumber : Data Primer

PEMBAHASAN Umur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata responden yang obesitas sebagian besar berada pada umur 17 tahun sebanyak 63 responden dengan presentase 55,8%, umur 16 tahun sebanyak 48 responden dengan presentase 42,5% dan umur 15 tahun ada 2 responden dengan presentase 1,8%. Menurut peneliti ini disebakan oleh beberapa perubahan, seperti bertambahnya tinggi badan dan berat badan dan terjadinya menstruasi. Karena biasanya pada saat mengalami pertumbuhan remaja sering tidak terkontrol dengan kebiasaan-kebiasaan makannya. Apalagi saat ini banyak makanan yang siap saji.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Proverawati (2010) yang mengatakn bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Masalah harga diri secara intensif terjadi pada remaja putri ketika proses kenaikan berat badan berjalan, peningkatan persentase lemak tubuh, pertumbuhan tinggi badan, perkembangan payudara dan memperoleh hal-hal lain yang berkaitan dalam kematangan tubuh remaja putri, seperti halnya terjadinya menarche atau menstruasi yang pertama kali datang. Perkembangan ini terjadi dalam periode enam sampai delapan tahun.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sorga Perucha Iful Prameswari, Siti Aisah, Mifbakhuddin (2013), hasil penelitian diperoleh rentang umur remaja putri yang mengalami obesitas adalah 17-21 tahun dengan rata-rata umur remaja 19 tahun lebih 8 bulan 5 hari.

Remaja Putri yang Obesitas

Hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata – rata responden lebih banyak ada pada kategori obesitas derajat 1 yakni sebanyak 104 responden

(7)

dengan presentase 92,0% dan remaja putri yang obesitas derajat II sebanyak 9 responden dengan presentase 8,0%. Menurut peneliti, obesitas tersebut dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah siswa yang sering merasa stress kemudian mereka melampiaskan stress yang dirasakan dengan mengkonsumsi makanan lebih dari kebutuhan harian yang seharusnya. Sehingga jika hal tersebut berlangsung secara terus menerus, akan membuat remaja putri menjadi terbiasa untuk makan, lama kelamaan terjadi obesitas. Dari hasil wawancara dari beberapa siswa didapatkan bahwa faktor makanan sangat berpengaruh, para siswi mengatakan bahwa mereka tidak bisa menghindari makanan-makanan yang siap saji dan juga makanan ringan yang tinggi kalori dijual dilingkungan sekolah sehingga dapat mengakibatkan obesitas.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Proverawati (2010) yang menyatakan bahwa secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan tubuh. Menurut Proverawati (2010), ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya obesitas yakni faktor genetik dimana dikatakan obesitas cenderung untuk diturunkan, kemudian faktor lingkungan dalam hal ini adalah perilaku atau pola gaya hidup, serta aktifitas sehari-hari, kemudian faktor psikososial dimana apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Gangguan emosi ini merupakan masalah serius pada wanita muda penderita

obesitas. Selanjutnya faktor kesehatan yakni penyakit-penyakit yang

mengakibatkan terjadinya obesitas. Kemudian faktor perkembangan yakni penambahan ukuran dan jumlah sel-sel lemak yang dapat menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Terakhir aktifitas fisik dimana dengan aktifitas fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi terjadinya obesitas.

Gambaran Tingkat Harga Diri Remaja Putri

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dari 113 responden didapatkan 78 responden (69,0%) yang mengalami harga diri rendah dan 35 responden (31,0%) yang mengalami harga diri tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang obesitas lebih banyak mengalami harga diri rendah dibandingkan dengan harga diri tinggi. Menurut peneliti, hal tersebut dikarenakan remaja putri merasa tubuhnya kurang ideal bila dibandingkan dengan remaja putri yang lain dan merasa kurang dihargai. Dari hasil wawancara dari beberapa siswi, mereka mengatakan kurang percaya diri berada di tempat umum, dan sering dibicarakan teman-temannya.

Menurut Tim Direktorat Kesehatan Jiwa dalam Maryam dkk (2013) harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fitri D.K dkk (2012) yang mengemukakan bahwa obesitas dapat mengurangi harga diri dan menyebabkan masalah emosional. Hal ini terutama terjadi pada perempuan. Anak perempuan yang mengalami obesitas lebih rentan terhadap gangguan psikologis seperti stress, gangguan makan, dan lain-lain. Karena biasanya pada saat remaja mengalami gangguan psikologis atau mengalami emosi yang mendalam, remaja

(8)

sering menyalurkan emosinya dengan cara makan yang berlebihan. Dengan makan yang berlebihan lama kelamaan tubuh lebih banyak menerima kalori dan jaringan lemak menumpuk sehingga dapat menyebabkan obesitas. Remaja yang mengalami obesitas akan merasa harga diri rendah, kurang percaya diri, dan sering menjadi bahan gurauan teman-teman sebayanya.

Kemudian diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh Ginting (2011) yang mengemukakan bahwa remaja putri dengan obesitas cenderung memiliki harga diri yang rendah dari pada orang-orang yang memiliki tubuh ideal sehingga kemampuan aktualisasi diri mereka juga cenderung rendah dan berdampak pada keterbatasan bersosialisasi dengan orang lain dan berprestasi.

Hubungan obesitas dengan harga diri pada remaja putri.

Data dianalisis menggunakan uji statistik korelasi Spearman.

Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan besar nilai Sig. (2-tailed) untuk obesitas

sebesar 0.036 dan harga diri self-esteem sebesar 0.036. Karena nilai sig = 0,036,

berarti < dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan analisis data

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan obesitas dengan harga diri

(self-esteem) pada remaja putri di SMK Negeri 1 Gorontalo. Kemudian nilai

kekuatan hubungan 0,197, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kekuatan hubungan obesitas dengan harga diri.

Menurut peneliti hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya remaja putri yang memiliki harga diri rendah merasa tubuhnya kurang ideal bila dibandingkan dengan remaja putri yang lain dan merasa kurang dihargai sehingga termasuk dalam self-esteem yang rendah. Kemudian remaja putri yang obesitas lainnya memiliki harga diri yang tinggi dikarenakan remaja putri tersebut mampu menerima keadaan dirinya, mendapat dukungan dari keluarganya dan sering menonton acara televisi yang memberikan motivasi kehidupan sehingga akan membuat perasaan remaja putri tersebut

menjadi lebih baik dan lebih percaya diri sehingga termasuk dalam self-esteem

yang tinggi. Dari hasil wawancara dari beberapa siswi yang harga diri rendah, didapatkan bahwa remaja putri sering merasa malu apabila berada di tempat umum, dan sering dijadikan bahan perbincangan teman-temannya. Dan untuk remaja putri yang memiliki harga diri tinggi mereka mengatakan obesitas bukan merupakan salah satu halangan untuk bisa tampil di tempat umum

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Maryam dkk (2013) yang menuliskan bahwa harga diri adalah perasaan, perilaku dan mengetahui bahwa individu berhak untuk memilih apa yang dikehendaki sebagian dari kehidupannya dan mengambil sikap untuk melakukan tindakan yang dipilih diberbagai area kehidupan individu yang akan membuat perasaan tentang diri sendiri menjadi lebih baik dan lebih percaya diri.

Hal diatas didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Sorga Perucha Iful Prameswari, Siti Aisah, Mifbakhuddin (2013) yang membahas bahwa perkembangan individu yang positif dengan merasa dimiliki, merasa dihargai dan dapat diterima ditengah-tengah keluarga serta lingkungannya dapat membentuk harga diri yang positif terhadap remaja tersebut. Memiliki orang tua

(9)

yang selalu memberikan motivasi yang positif terhadap remaja dapat membangun rasa percaya diri yang tinggi pada remaja tersebut.

Sorga Perucha Iful Prameswari, Siti Aisah, Mifbakhuddin (2013) pun dalam pembahasannya menuliskan bahwa rasa kepercayaan diri tergantung pada interaksi sosial seseorang. Melalui interaksi ini individu akan mendapatkan umpan balik dalam aktivitas yang dilakukannya, dengan memiliki harga diri yang tinggi, seseorang akan dapat mengaktualisasikan potensi dirinya. Potensi ini bila positif akan meningkatkan kepercayaan diri individu.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Obesitas

dengan Harga Diri (Self-Esteem) pada Remaja Putri di SMK Negeri 1 Gorontalo

yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Umur 17 tahun sebanyak 63 responden dengan presentase 55,8%, umur 16

tahun sebanyak 48 responden dengan presentase 42,5% dan umur 15 tahun ada 2 responden dengan presentase 1,8%.

2. Remaja putri yang obesitas derajat I lebih banyak yaitu 104 responden dengan

presentase 92,0% dan remaja putri yang obesitas derajat II sebanyak 9 responden dengan presentase 8,0%.

3. Harga diri rendah pada remaja putri sebanyak 78 responden dengan

presentase 69,0 % serta gambaran tingkat harga diri tinggi sebanyak 35 responden dengan presentase 31,0%.

4. Ada hubungan obesitas dengan harga diri (self-esteem) pada remaja putri di

SMK Negeri 1 Gorontalo. Saran

1. Bagi pihak institusi:

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai literatur dan digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan terutama dibidang kesehatan, serta memberikan motivasi dan dukungan pada siswi agar dapat memperhatikan pola makan mereka.

2. Bagi Siswi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswi serta dapat menambah wawasan kepada mereka agar dapat mengontrol pola makan yang terlalu berlebihan, dan rutinitas olahraga atau kegiatan-kegiatan yang dapat menurunkan berat badan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat di jadikan sebagai referensi dan dapat dijadikan tolak ukur bagi peneliti yang akan meneliti variabel lain yang berhubungan dengan obesitas dan harga diri pada remaja putri dan putra.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2010. Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemia. Jakarta: EGC

Dalami, E. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: CV.

Trans Info Media.

Fitri, D, K, Rihadini, dan Rakhmawati, M, D. 2012. Perbedaan Kejadian Stres antara Remaja Putra dan Putri Dengan Obesitas di SMA Negeri 1

Wonosari, Klaten. Jurnal. Kedokteran Muhammadiyah, Volume 1, Nomor

1, Tahun 2012.

Ginting, M R. 2011. Hubngan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri

pada Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai. Skripsi.

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Laning, V. 2009. Remaja Idaman. Klaten: Cempaka Putih.

Maryam, Pudjiati, Gustina, dan Raenah. 2013. Kebutuhan Dasar Manusia dan

Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurihsan, A.C, dan Agustin, Mubiar. 2013. Dinamika Perkembangan Anak dan

Remaja. Bandung: PT. Refika Aditama.

Prameswari, S, P, I, Aisah, Siti, dan Mifbakhuddin. 2013. Hubungan Obesitas Dengan Citra Diri Dan Harga Diri Pada Remaja Putri Di Kelurahan

Jomblang Kecamatan Candisari Semarang. Jurnal. Keperawatan

Komunitas. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 52-61.

Proverawati, A. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan Pada Remaja.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Purba, Leo. 2013. Hubungan Higiene Pengguna Air Sungai Dengan Keluhan Kesehatan Kulit dan Tindakan Pencemaran Sungai Dikelurahan Hamdan

Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Rahmania dan Yuniar Ika. 2012. Hubungan Antara Self-Esteem Dengan

Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder Pada Remaja Putri. Jurnal.

Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Vol. 1 No. 02, Juni 2012.

Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

(11)

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sujarweni, V. W. 2012. SPSS Untuk Paramedis. Yogyakarta: Gava Media.

Sumantri, A. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenanda

Media Group.

Syarifudin. 2010. Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa C merupakan bahasa pemrograman yang bersifat portable, yaitu suatu program yang dibuat dengan bahasa C pada suatu komputer akan dapat dijalankan pada komputer lain

dipakai untuk perlengkapan adat seperti upacara perkawinan, upacara kelahiran, kematian, dan upacara adat lainnya. Namun, pada saat sekarang kain batik besurek ini

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil seminar,

Berbeda dengan objek-objek perpajakan yang lain, objek di e-commerce tidak mudah untuk ditelusuri karena objek dalam e-commerce tidak bisa dilihat wujud

Stadia kematangan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, bobot buah, dan padatan terlarut total, namun tidak nyata terhadap

Partai politik yang dibentuk akan menyiapkan kader yang faham dengan Islam serta mau berjuang demi Islam, kader-kader ini dibentuk dengan pendidikan pengajian rutin mingguan

[r]

yaitu Pamuji Utami (2014) dengan judul “Pengaruh Terapi Latihan Bola Tenis Terhadap Kekuatan Genggam Tangan Pasien Stroke non Hemoragik di RSUD. Goeteng