PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA
(PMRI) PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII D SMP BOPKRI I YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Petrus Elfridus Meo Bhaghi NIM : 141414077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA
(PMRI) PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII D SMP BOPKRI I YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Petrus Elfridus Meo Bhaghi NIM : 141414077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur, saya persembahkan karya ini kepada:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Bapa Leo, Mama Eta, dan Elson
Keluarga besar, sahabat, dan teman-teman
v
HALAMAN MOTTO
Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu, dan pulanglah ke rumahmu
Matius 2:11
Hidup itu seperti katapel, mundur selangkah
Untuk melontar jauh ke depan
viii ABSTRAK
Bhaghi, Petrus Elfridus Meo. 2019. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII D SMP BOPKRI I Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan proses pengembangan produk Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Pendekatan Matematika Realistik untuk membelajarkan materi Bangun Ruang Sisi Datar, 2) mendeskripsikan kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dengan Pendekatan Matematika Realistik untuk membelajarkan materi Bangun Ruang Sisi Datar, dan 3) mendeskripsikan respons siswa terhadap produk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dengan Pendekatan Matematika Realistik untuk membelajarkan materi Bangun Ruang Sisi Datar.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono yang sudah dimodifikasi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP BOPKRI I Yogyakarta. Objek dalam penelitian ini adalah LKS yang dikembangkan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah hasil validasi produk yang dikembangkan dan wawancara. Analisis data berupa hasil validasi dan hasil wawancara terkait tanggapan siswa mengenai penggunaan produk LKS.
Prosedur pengembangan produk dalam penelitian ini meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba Produk, (7) Revisi Produk. Hasil validasi produk LKS yang dikembangkan peneliti adalah 4,18 dan termasuk dalam kategori baik. LKS yang dikembangkan peneliti mendapat tanggapan baik dari siswa kelas VIII D SMP BOPKRI I.
ix ABSTRACT
Bhaghi, Petrus Elfridus Meo. 2019. A Study on Development of Student Worksheets (LKS) with the Indonesian Realistic Mathematics Education Approach (PMRI) on Geometry of Tabular Side Subject for Grade VIII D BOPKRI I Senior High School Yogyakarta.. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Teacher Training and Education Faculty, Universitas Sanata Dharma.
This research is a study of developing Student Worksheets (LKS) with the approach of Indonesian Realistic Mathematics Education (PMRI) on Geometry of Tabular Side Subject. This study aims to: (1) describe the product development process of Student Worksheets (LKS) with Realistic Mathematics Approaches to explain about geometry of tabular side subject, (2) to describe the quality products of Student Worksheets (LKS) developed with Realistic Mathematical Approaches to explain geometry of tabular side subject, (3) to describe student responses toward Student Worksheets (LKS) developed with the Realistic Mathematics Approach to explain about geometry of tabular side subject.
In this research, the researcher used research and development procedures by Sugiyono which had been modified. The subjects of this study are students of class VIII D SMP BOPKRI I Yogyakarta. The object of this study is the Student Worksheets (LKS) developed by the researcher. The Data collection techniques are the results of product developed validation and interviews. The result of data analysis is in the form of validation results and interview results related to students' responses toward the use of Student Worksheet (LKS).
In this research, the product development procedures are (1) Potential and Problems, (2) Data Collection, (3) Product Design, (4) Design Validation, (5) Design Revision, (6) Product Trial, (7) Revision Product. The result of Student Worksheets (LKS) validation developed by the researcher is 4.18 and it is included in the good category. The Student Worksheets (LKS) developed by researcher received good responses from students of class VIII D SMP BOPKRI I Yogyakarta.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa penulis karena atas berkat dan bimbingan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII D SMP BOPKRI I Yogyakarta.” Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Yohanes Harsoyo S.Pd., M.Si., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Beni Utomo, M. Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M. Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bantuan, bimbingan, serta motivasi bagi penulis.
xi
bagi penulis dan juga selaku pakar PMRI yang telah memvalidasi instrumen penelitian yang telah disusun penulis.
5. Segenap staf sekretariat JPMIPA yang telah banyak membantu peneliti selama perkuliahan di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
6. Bapak Saptopaliyatno, S. Pd., selaku Kepala Sekolah SMP BOPKRI I Yogyakarta yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah SMP BOPKRI I Yogyakarta.
7. Bapak Drs. Adi Undang Mulyono, selaku guru mata pelajaran matematika di SMP BOPKRI I Yogyakarta yang telah membantu penulis selama proses penelitian.
8. Siswa-siswi kelas VIII D SMP BOPKRI I Yogyakarta yang telah membantu penulis untuk mengambil data penelitian.
9. Andini, Sani, dan Yanti yang telah membantu penulis untuk melakukan penelitian di sekolah SMP BOPKRI I Yogyakarta.
10.Bapak Leo, mama Eta, dan Elson yang telah memberikan dukungan dan doa serta suntikan semangat kepada penulis.
11.Kakak Yuna dan Adik Sani yang telah membantu penulis untuk menyusun skripsi
xii
13.Keluarga kecil HKF dan KOBRA (Komunitas Rakat Jogja) di Paingan yang dengan caranya masing-masing telah memberikan dukungan kepada penulis.
14.Semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna melengkapi kekurangan pada skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Kajian Pustaka ... 10
B. Penelitian yang Relevan ... 31
C. Kerangka Berpikir ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
xiv
C. Prosedur dan Desain Pengembangan ... 37
D. Teknik pengumpulan data ... 44
E. Instrumen penelitian ... 46
F. Teknik Analisis data ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Hasil penelitian ... 51
B. Pembahasan ... 57
C. Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB V PENUTUP ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Aspek Penilaian Lembar Validasi LKS ... 46
Tabel 3.2 Indikator jawaban responsen ... 48
Tabel 3.3 Daftar Pertanyaan ... 48
Tabel 3.4 Kriteria penilaian kualitas ... 48
Tabel 3.5 Kriteria skor penilaian kualitas ... 50
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Matematika tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia. Matematika merupakan sebuah ilmu yang selalu digunakan dalam kehidupan sehari-sehari mulai dari kegiatan yang paling sederhana seperti kegiatan menghitung banyaknya benda, kegiatan transaksi jual beli, sampai kegiatan yang lebih kompleks seperti penanganan masalah perekonomian sebuah negara. Pentingnya penggunaan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-sehari membuat matematika menjadi sebuah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap orang. Meskipun ilmu matematika yang sederhana dapat dipelajari tanpa pembelajaran khusus namun karena luasnya ilmu matematika dan besarnya manfaat dalam kehidupan sehari-hari maka matematika perlu dipelajari dengan melalui pembelajaran khusus. Oleh karena itu matematika dijadikan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah.
membenci matematika. Bagi seorang guru matematika membuat siswa untuk bisa suka belajar matematika merupakan sebuah pekerjaan yang cukup sulit. Oleh karena itu guru matematika diharapkan untuk bisa merancang sebuah pembelajaran matematika yang baik agar siswa mulai menyukai matematika dan pada akhirnya bisa memahami materi matematika yang diajarkan dengan baik pula. Untuk bisa menciptakan proses pembelajaran yang ideal maka seorang guru memerlukan komponen-komponen pembelajaran yang lain.
dapat mempelajari suatu materi matematika secara mandiri atau pun berkelompok dengan memanfaatkan pengetahuan siswa terkait materi yang dipelajari. Sebagai seorang guru matematika diperlukan penggunaan sebuah pendekatan pembelajaran yang tepat agar dapat merancang LKS yang baik sehingga membantu siswa dalam memahami sebuah materi yang diajarkan.
bertolak dari pengalaman sehari-hari siswa atau hal yang dapat dibayangkan siswa. Menurut Al-Tabany (2014) belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Jadi guru dapat menggunakan masalah-masalah yang dialami atau dibayangkan oleh siswa untuk membuat suatu proses pembelajaran matematika lebih bermakna. Dengan lebih memaknai suatu proses pembelajaran maka dapat membantu siswa untuk bisa lebih memahami materi yang dipelajari.
sisi datar. Pendekatan PMRI dipilih karena dengan menggunakan pendekatan ini siswa akan diberikan persoalan atau masalah yang berasal dari pengalaman sehari-hari siswa atau hal yang dapat dibayangkan siswa terkait dengan bangun ruang sisi datar sehingga siswa lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan tersebut. Dengan demikian peneliti memilih untuk membuat suatu Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk membelajarkan materi Bangun Ruang Sisi Datar?
2. Bagaimana kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk membelajarkan materi Bangun Ruang Sisi Datar?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan proses pengembangan produk Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk membelajarkan materi Bangun Ruang Sisi Datar.
2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk membelajarkan materi Bangun Ruang Sisi Datar.
3. Untuk mendeskripsikan respons siswa terhadap produk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk membelajarkan materi Bangun Ruang Sisi Datar.
D. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti pada kelas VIII D SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Adapun pembatasan masalah tersebut antara lain :
1. Peneliti mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
E. Batasan Istilah
1. Lembar Kerja Siswa atau LKS adalah bahan ajar cetak yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk untuk menyelesaikan suatu tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa dan mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa.
2. Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan situasi realistik yang bisa dibayangkan oleh siswa.
3. Bangun ruang sisi datar adalah bangun matematika yang memiliki isi atau volume dan sisi-sisi atau bidang-bidang yang membatasi berbentuk bidang datar.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan untuk bisa menjadi bahan pembelajaran atau inspirasi bagi guru agar bisa mengembangkan dan menerapkan penggunaan LKS dengan pendekatan PMRI untuk membelajarkan materi-materi pada mata pelajaran matematika.
2. Bagi Siswa
siswa pengalaman untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika yang dapat ditemui dan dibayangkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Bagi Peneliti
10 BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka
1. Lembar Kerja Siswa
a. Pengertian Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa atau yang biasa kita kenal dengan sebutan LKS merupakan salah satu bahan ajar cetak yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran. Menurut Prastowo (2014: 69) LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoretis atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya (Depdiknas, 2004: 18).
dan mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. b. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa
Menurut Prastowo (2014: 272) ada lima jenis LKS yang umum digunakan oleh siswa
1) LKS yang penemuan (Membantu siswa untuk menemukan suatu konsep)
LKS ini memuat hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa, antara lain: melakukan, mengamati, dan menganalisis. Guru merumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa kemudian siswa mengamati fenomena dari hasil kegiatannya. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan analisis yang membantu siswa untuk mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang dibangun oleh siswa dalam pikirannya. 2) LKS yang Aplikatif-Integratif (Membantu siswa menerapkan
jalan keluarnya (diselesaikan) oleh siswa. Dengan menggunakan LKS ini siswa akan mencoba menyelesaikan soal-soal tersebut dengan bantuan pengetahuan yang telah dia miliki atau kuasai sebelumnya.
3) LKS yang Penuntun (Berfungsi sebagai penuntun belajar) LKS ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Sebelum mengerjakan LKS ini, siswa diminta untuk membaca buku pelajaran. Siswa dituntut untuk mencari, menghafal, dan memahami materi pelajaran yang terdapat dalam buku.
4) LKS yang penguatan (Berfungsi untuk penguatan)
LKS ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi yang dikemas di dalam LKS lebih menekankan pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar. LKS ini lebih tepat digunakan dalam pengayaan.
5) LKS yang Praktikum (Berfungsi sebagai petunjuk praktikum) Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam LKS ini petunjuk praktikum merupakan salah satu konten LKS.
aplikatif-integratif (Membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan). LKS yang dikembangkan peneliti menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan pada materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan pendekatan matematika realistik. c. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS)
Dalam Pembelajaran
1) Fungsi Lembar Kerja Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran LKS mempunyai fungsi (Prastowo, 2014: 270) antara lain:
a) LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa.
b) LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan.
c) LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya akan tugas untuk berlatih.
d) LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. 2) Tujuan Lembar Kerja Siswa
Penyusunan LKS mempunyai tujuan (Prastowo, 2014: 270) antara lain:
b) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.
c) Melatih kemandirian belajar siswa.
d) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa.
3) Manfaat Lembar Kerja Siswa
LKS memilki banyak manfaat bagi pembelajaran, diantaranya melalui LKS guru mendapat kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat di dalam materi yang dibahas (Prastowo, 2014: 270).
d. Unsur-unsur Lembar Kerja Siswa
Prastowo (2014: 273) menyatakan bahwa jika dilihat dari strukturnya ada 6 unsur utama dalam penyusunan LKS yang meliputi:
1) Judul
2) Petunjuk belajar
3) Kompetensi dasar atau materi pokok 4) Informasi pendukung
e. Langkah-langkah Membuat Lembar Kerja Siswa
Sebagai salah satu bahan ajar LKS harus dibuat atau disusun dengan baik oleh guru. Prastowo (2014: 275) mengungkapkan beberapa langkah membuat lembar kerja siswa antara lain:
1) Melakukan analisis kurikulum tematik
Langkah ini bertujuan untuk menentukan materi pokok dan pengalaman belajar manakah yang membutuhkan bahan ajar berbentuk LKS.
2) Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta ini sangat diperlukan untuk mengetahui materi apa saja yang harus ditulis dalam LKS. Peta ini juga digunakan untuk melihat urutan materi dalam LKS sehingga dapat menentukan prioritas dalam penulisan materi.
3) Menentukan judul LKS
Judul LKS disesuaikan dengan tema utama dan pokok bahasan yang diperoleh dari pemetaan kompetensi dasar dan materi pokok atau pengalaman belajar antar mata pelajaran di Sekolah.
4) Penulisan LKS
Untuk menuliskan LKS langkah-langkah yang perlu dilaksanakan, yaitu:
b) Menentukan alat penilaian c) Menyusun materi
d) Menyusun materi berdasarkan struktur LKS 5) Mengembangkan LKS bermakna
LKS yang bermakna dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang menarik bagi siswa. Hal ini mendorong siswa agar lebih tertarik dan belajar lebih giat. Beberapa langkah pengembangan LKS, yaitu:
a) Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dimasukkan ke dalam LKS
b) Mengumpulkan materi
c) Menyusun elemen atau unsur-unsur LKS d) Pemeriksaan dan penyempurnaan
2. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Sagala (2014: 68) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruktisional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Akbar (2013: 45) juga menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran sebagai cara pandang untuk membelajarkan peserta didik melalui pusat perhatian tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran melalui pusat perhatian tertentu.
b. Pengertian Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(dalam Suryanto, 2010: 57) menyatakan matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia (human activity) dan pernyataan tersebut melandasi pengembangan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Matematics Education).
Menurut Zainurie (dalam Soviawati, 2011) matematika realistik adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Banyak pihak yang menganggap bahwa Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah suatu pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan masalah sehari-hari (Wijaya, 2012: 20). Angapan tersebut muncul karena orang sering menyalahrtikan kata realistik sebagai dunia nyata. Realistik sebenarnya berasal dari bahasa Belanda zich realiseren yang berarti untuk dibayangkan. Jadi fokus PMR bukan hanya menunjukan koneksi dengan dunia nyata melainkan menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan oleh siswa
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika dengan menggunakan situasi realistik di Indonesia yang bisa dibayangkan oleh siswa.
c. Pengertian Pendekatan Matematika Realistik Indonesia
yakni pendekatan pembelajaran dan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran melalui pusat perhatian tertentu. Sedangkan PMRI suatu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika dengan menggunakan situasi realistik di Indonesia yang bisa dibayangkan oleh siswa.
Dari dua pengertian tersebut kita dapat merumuskan pengertian pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia adalah suatu jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan situasi realistik yang bisa dibayangkan oleh siswa. d. Prinsip-prinsip Pendidikan Matematika Realistik
Menurut Gravenmeijer (dalam Y. Marpaung dan Hongki Julie, 2011) ada 3 prinsip utama dalam PMR, yaitu:
1) Penemuan kembali secara terbimbing (guided reinvention) dan matematisasi progresif (progressive mathematization)
materi ajar mau memunculkan prinsip penemuan kembali, orang tersebut harus berusaha untuk menemukan situasi-situasi yang dapat membuat siswa merasa membutuhkan untuk menemukan hasil berpikir secara matematis. Situasi-situasi tersebut dapat ditemukan oleh pembuat materi ajar dengan menganalisis hubungan antara hasil berpikir secara matematis dan fenomena-fenomena yang akan diorganisir oleh siswa. Dengan kata lain, seorang pembuat materi ajar harus bisa membuat lintasan belajar yang harus dilalui oleh siswa sedemikian hingga siswa dapat menemukan sendiri hasil berpikir secara matematis. Untuk menemukan hasil berpikir secara sistematis tersebut siswa dibimbing secara progresif. Dikatakan progresif karena terdiri dari dua langkah berurutan yaitu berawal dari masalah kontekstual yang diberikan dan berakhir pada matematika yang formal (matematisasi horizontal) dan kemudian dari matematika formal tersebut ke matematika formal yang lebih luas, lebih tinggi, atau lebih rumit (matematisasi vertikal).
2) Fenomenologi didaktis (didactical phenomenology)
masalah-masalah yang berasal dari dunia nyata atau masalah-masalah yang biasa dibayangkan oleh siswa sebagai masalah-masalah nyata. 3) Mengembangkan model-model sendiri (self-developed models)
Siswa perlu mengembangkan sendiri model-model atau cara menyelesaikan masalah ketika mempelajari konsep-konsep dan materi-materi matematika. Model-model tersebut kemudian digunakan sebagai sarana unruk mengembangkan proses berpikir siswa, dari proses berpikir yang mungkin masih bersifat intuitif ke arah proses berpikir yang lebih formal. Sedangkan menurut van den Heuvel-Panhuizen (dalam Marpaung, 2007) merumuskan sebagai berikut:
1) Prinsip aktivitas
Menggunakan pemahaman bahwa matematika adalah aktivitas manusia, maka siswa bukan merupakan seseorang yang pasif menerima apa yang disampaikan oleh guru, tetapi aktif baik mengolah dan menganalisis informasi, mengkonstruksi pengetahuan matematika.
2) Prinsip realitas
tertarik untuk belajar. Selanjutnya siswa dibimbing ke masalah- matematis formal.
3) Prinsip berjenjang
Artinya dalam belajar matematika siswa perlu melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal, sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal.
4) Prinsip jalinan
Artinya berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi saling berhubungan satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik.
5) Prinsip interaksi
Artinya matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strateginya menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan strateginya menemukan hal itu serta menanggapinya. 6) Prinsip bimbingan
mengkonstruki pengetahuan matematika mereka tersebut menjadi suatu pengetahuan matematika yang lebih formal. e. Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik
Treffers (dalam Wijaya, 2012: 21-23) merumuskan lima karakteristik pendidikan matematika realistik, yaitu:
1) Penggunaan konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Manfaat lain penggunaan konteks di awal pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika.
2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif
Dalam suatu proses pembelajaran matematika diperlukan sebuah jembatan untuk bergerak dari suatu masalah konkrit ke abstrak atau dari abstrak ke abstrak lainnya. Jembatan tersebut adalah model. Model itu dapat bermacam-macam, dapat konkret berupa benda, atau semikonkrit berupa gambar atau skema.
3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
pakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa. Hasil kerja dan konstruksi siswa digunakan untuk landasan pengembanagn konsep matematika. Karakteristik yang ketiga ini tidak hanya bermanfaat dalam membantu siswa memahami konsep matematika, tetapi juga sekaligus mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa.
4) Interaktivitas
Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. Selain mengomunikasikan anta sesama siswa, siswa juga dapat mengomunikasikan dengan sarana seperti memberikan penjelasan dalam menyelesaikan tugas pada LKS. Pemanfaatan interaksi dalam pembelajaran matematika bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan.
5) Keterkaitan
f. Langkah-langkah umum pembelajaran PMRI
Suryanto (2010: 50-51) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran matematika secara umum dengan menggunakan pendekatan matematika realistik Indonesia sebagai berikut :
1) Persiapan kelas
a) Persiapan sarana dan prasarana pembelajaran yang diperlukan, misalnya buku siswa, alat peraga, LKS, dan sebagainya.
b) Pengelompokan siswa, jika perlu
c) Penyampaian tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai, serta kegiatan belajar yang akan dilaksanakan hari ini.
2) Kegiatan pembelajaran
a) Siswa diberi masalah kontekstual atau soal cerita (lisan atau tertulis) yang mudah dipahami oleh siswa.
b) Siswa yang belum memahami masalah atau soalnya diberi penjelasan singkat dan seperlunya.
c) Siswa secara berkelompok atau individual mengerjakan soal atau memecahkan masalah kontekstual yang diberikan dengan caranya sendiri.
seperlunya atau memberikan pertanyaan menantang.
e) Setelah waktu habis, beberapa siswa atau wakil kelompok menyampaikan hasil kerjanya.
f) Siswa ditawari untuk mengemukakan pendapatnya tentang cara penyelesaian yang dianggap paling tepat.
g) Guru memberikan penekanan pada cara penyelesaian yang dianggap paling tepat.
3. Bangun Ruang Sisi Datar
a. Pengertian bangun ruang sisi datar
Menurut Sumanto (2008: 58) bangun ruang dapat disebut juga bangun tiga dimensi. Bangun ruang adalah bangun matematika yang memiliki isi atau volume. Bangun ruang memiliki bagian-bagiannya seperti titik sudut, rusuk dan sisi. Bidang sisi atau sisi pada bangun ruang adalah bidang yang membatasi bagian dalam atau bagian luar suatu bangun ruang. Sisi bangun ruang dapat berbentuk bidang datar atau bidang lengkung.
b. Unsur-unsur bangun ruang sisi datar
Bangun ruang sisi datar mempunyai tiga unsur utama (Suharjana, 2011) yakni:
1) Sisi
Sisi pada bangun ruang adalah bidang yang membatasi ruang pada bangun tersebut. Dari gambar 2.1 terdapat enam buah sisi yang dimiliki bangun prisma ABCD.EFGH yaitu ABCD, EFGH, ADHE, BCGF, ABFE, dan DCGH.
2) Rusuk
Rusuk adalah ruas garis yang terbentuk dari perpotongan dua buah bidang sisi pada bangun ruang. Dari gambar 2.1 terdapat 12 buah rusuk yang dimiliki bangun prisma ABCD.EFGH yaitu ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅ 3) Titik sudut
Titik sudut adalah titik pertemuan antara tiga rusuk atau lebih pada bangun ruang. Dari gambar 2.1 terdapat 8 buah titik sudut yang dimiliki bangun prisma ABCD.EFGH yaitu A, B, C, D,
Gambar 2.1: Prisma ABCD.EFGH
A B
C D
E F
E, F, G, dan H.
Selain tiga unsur tersebut terdapat unsur-unsur lain pada bangun ruang sisi datar antara lain:
1) Diagonal sisi
Diagonal sisi adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut sebidang yang saling berhadapan. Dari gambar 2.1 terdapat 12 buah diagonal sisi yang dimiliki bangun prisma ABCD.EFGH yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ , ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅,
̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅. 2) Diagonal ruang
Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut tidak sebidang yang saling berhadapan. Dari gambar 2.1 terdapat 4 diagonal ruang yang dimiliki bangun prisma ABCD.EFGH yaitu ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅
3) Bidang diagonal
c. Macam-macam bangun ruang sisi datar 1) Prisma
Prisma adalah bangun ruang sisi datar yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar ( bidang alas dan bidang atas ) dan oleh bidang lain yang saling berpotongan menurut rusuk-rusuk sejajar (Ismunamto, 2011: 81). Prisma terdiri dari bidang alas, bidang atas, dan bidang tegak. Bidang tegak pada prisma berbentuk persegi panjang.
Ditinjau dari rusuk-rusuk prisma, prisma dibagi menjadi dua yaitu prisma tegak dan prisma miring. Prisma tegak adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tegak lurus terhadap bidang alas, sedangkan prisma miring adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus terhadap bidang alas.
Berdasarkan bentuk bidang alas, prisma dapat disebut sebagai prisma segi-n. Jika bidang alasnya berbentuk segitiga maka disebut prisma segitiga. Jika bidang alasanya berbentuk segiempat maka disebut prisma segiempat dan begitu seterusnya untuk bidang alas berbentuk segi-n.
Rumus Volume Prisma (tegak):
Rumus Luas Permukaan Prisma (tegak):
a) Balok
Balok merupakan bangun prisma tegak yang bidang alas dan bidang atas berbentuk persegi panjang. Menurut Ismunamto (2011: 75) balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang datar yang berbentuk persegi panjang.
Rumus Volume Balok:
Rumus Luas Permukaan Balok:
( )
Dengan p adalah panjang balok, l adalah lebar balok, dan t adalah tinggi balok.
b) Kubus
Kubus merupakan bangun prisma tegak yang bidang alas dan bidang atas berbentuk bangun datar persegi yang kongruen. Menurut Ismunamto (2011: 68) kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam sisi berbentuk persegi yang kongruen.
Rumus Volume Kubus:
Rumus Luas Permukaan Kubus:
2) Limas
Limas adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang dasar atau bidang alas berbentuk segi-n dan oleh bidang-bidang berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik puncak (Ismunamto, 2011: 90). Limas diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada bidang alasnya. Misalnya alasnya berbentuk segitiga maka limas tersebut disebut limas segitiga dan seterusnya.
Rumus Volume Limas:
Rumus Luas Permukaan Limas:
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilaksanakan yaitu pengembangan LKS dengan pendekatan PMRI pada materi bangun ruang sisi datar. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut.
Pertama, Munawar (2016) melaksanakan penelitian yang berjudul
Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sub tema Indonesiaku, Bangsa yang Cinta Damai mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD. Dalam penelitian tersebut memiliki 10 langkah pengembangan, namun dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada lima langkah pengembangan, karena keterbatasan waktu yang dibutuhkan dalam penelitian dan lembar kerja siswa ini disusun sebagai pegangan guru. Kelima langkah prosedur pengembangan antara lain, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain. Penelitian ini menghasilkan produk berupa LKS dengan kualitas baik dengan skor rata-rata 4,14.
kualitas sangat baik yakni dengan rata-rata 4,65 (ahli pertama) dan 4,57 (ahli kedua).
Ketiga, Yunistirianti (2015) melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembalajaran Materi Luas Bangun Datar yang Mencakup Interaktivitas Dengan Menggunakan Pendekatan PMRI di Kelas IV SD. Tujuan penelitian tersebut adalah Mendeskripsikan produk hasil pengembangan perangkat pembelajaran yang mencakup interaktivitas pada pembelajaran materi luas bangun datar dengan pendekatan PMRI di kelas IV SD serta memaparkan prosedur pengembangan produk perangkat pembelajaran tersebut. Perangkat pembelajaran yang diekmbangkan dari penelitian ini adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar,dan juga penilaian. Hasil penelitian menunjukan kualitas perangkat pemebelajaran tersebut adalah 3,42 dan termsuk dalam kategori baik. Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan prosedur yang terdiri dari tujuh tahap. Tujuh tahap itu antara lain 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain produk, 6) uji coba produk secara terbatas, 7) revisi produk.
produk.
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan suatu ilmu yang membutuhkan suatu pemahaman lebih untuk dapat memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang akan dipelajari. Sebagai salah satu ilmu abstrak matematika tidak bisa diberikan begitu saja secara instan sebagai ilmu jadi. Siswa perlu diperkenalkan langsung dengan objek nyata matematika sebagai jembatan untuk membantu pemahaman siswa terhadap materi abstrak matematika.
36 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau R & D (Research and Development). Menurut Sugiyono (2011: 297) Research and Development adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu peneliti sebelumnya harus melakukan analisis kebutuhan dan agar produk tersebut dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang seperti bidang ilmu alam, bidang teknik, bidang sosial, bahkan bidang pendidikan. Pada bidang pendidikan, proses R&D diawali dengan adanya kebutuhan seperti permasalahan-permasalahan yang membutuhkan solusi dengan menggunakan produk tertentu (Sukmadinata, 2007: 164). Pada penelitian ini metode R & D digunakan pada bidang pendidikan. Adapun produk yang dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa atau LKS.
B. Setting Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP BOPKRI I Yogyakarta. Kelas VIII D adalah kelas yang terdiri dari 22 orang siswa yang meiliki tingkat kecerdasan relatif heterogen.
2. Objek penelitian
Objek yang akan diteliti adalah produk LKS yang telah dikembangkan oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan PMRI
untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar. 3. Tempat penelitian
Penelitian ini bertempat di SMP BOPKRI I Yogyakarta, tepatnya di ruang kelas VIII D.
4. Waktu penelitian
Waktu pada penelitian pengembangan ini terhitung mulai dari bulan April 2018 sampai dengan Juli 2018. Penelitian dimulai dari permohonan izin penelitian terhadap pihak sekolah sampai penyelesaian laporan skripsi.
C. Prosedur dan Desain Pengembangan
Berdasarkan bagan 1 diatas dapat diberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
Suatu penelitian berangkat karena adanya potensi dan masalah. Potensi merupakan segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Semua potensi akan berkembang menjadi masalah bila tidak dapat mendayagunakan potensi-potensi tersebut dengan tepat. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi atau yang direncanakan dengan pelaksanaan. Masalah juga dapat dijadikan potensi, apabila dapat mendayagunakannya dengan tepat.
Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian Potensi dan
Masalah
Pengumpulan Data
Revisi Desain Validasi Desain
Revisi Produk Uji Coba Pemakaian
orang lain atau harus didukung oleh data-data atau fakta. 2. Mengumpulkan data atau informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
3. Desain produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian R & D bermacam-macam sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa desain produk baru, yang lengkap dengan spesifikasinya.
4. Validasi desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk. Validasi masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi desain ini dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengelaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.
5. Revisi desain
6. Uji coba produk
Untuk menguji coba produk tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan simulasi atau eksperimen pada kelompok yang terbatas. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi ketika menggunakan produk yang dikembangkan.
7. Revisi produk
Revisi produk ini dilakukan apabila pada kegiatan uji coba terbatas sebelumnya ditemukan kelemahan atau kekurangan dari produk tersebut
8. Uji coba pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada beberapa revisi, maka selanjutnya produk tersebut dapat diujicobakan untuk lingkup yang lebih luas. Dalam uji coba ini peneliti tetap menilai kelemahan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.
9. Revisi produk
Kelemahan atau hambatan yang muncul pada uji coba untuk lingkup yang lebih luas kemudian direvisi lagi.
10.Produksi masal
Dalam penelitian ini peneliti membatasi penelitian sampai pada langkah ke tujuh yaitu revisi produk karena keterbatasan waktu dalam penelitian ini sehingga produk LKS dengan pendekatan PMRI pada materi bangun ruang sisi datar tidak sampai pada tahap produksi masal. Peneliti memodifikasi metode penelitian dan pengembangan yang terdiri dari tujuh langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, dan 7) revisi produk. Metode penelitian dan pengembangan yang disajikan dalam bagan berikut:
1. Potensi dan masalah
Penelitian ini dimulai karena adanya potensi dan masalah. Untuk mengetahui sejauh mana potensi yang dimiliki oleh sekolah maka peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah SMP BOPKRI I dan guru mata pelajaran
Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Revisi Desain Validasi Desain Desain Produk
Uji Coba Produk
Revisi Produk
Bagan 3.2
matematika. Setelah peneliti mengetahui potensi dan masalah maka dalam rangka mendayagunakan potensi dan mengatasi masalah tersebut peneliti melakukan analisis kebutuhan yang akan digunakan untuk pengembangan produk.
2. Pengumpulan data
Untuk mengatasi masalah yang telah diperoleh maka peneliti melakukan pengumpulan data untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk yang akan dikembangkan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah SMP BOPKRI I dan guru mata pelajaran matematika. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak berstruktur yang dimana pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan berkaitan dengan penggunaan pendekatan PMRI dalam suatu proses pembelajaran matematika.
3. Desain produk
LKS yang menggunakan pendekatan matematika realistik. Dimulai dari struktur LKS sampai ciri-ciri LKS yang menggunakan pendekatan matematika realistik didesain oleh peneliti. Setelah melalui revisi dari dosen pembimbing akhirnya produk LKS dengan pendekatan matematika realistik pada materi bangun ruang sisi datar telah selesai disusun. Selanjutnya LKS ini akan divalidasi oleh pakar.
4. Validasi desain
Validasi desain dilakukan oleh seorang pakar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Validasi ini bertujuan untuk mengetahui keterbatasan atau kekurangan dan kelebihan terhadap Lembar Kerja Siswa yang telah dibuat. Kelebihan dan kekurangan tersebut membantu peneliti dalam mengembangkan dan menyempurnakan LKS yang telah dibuat agar semakin berkualitas. 5. Revisi desain
dengan masalah sehari-hari tanpa harus menyebutkan nama bangun ruang tersebut. Peneliti kemudian merevisi LKS yang telah dibuat sebelumnya dengan memperhatikan saran dan komentar dari ahli tersebut.
6. Uji coba produk
Setelah produk LKS siap, produk LKS tersebut kemudian diuji cobakan secara terbatas kepada sampel terbatas di kelas VIII D SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah LKS dengan pendekatan PMRI dalam membelajarkan materi bangun ruang sisi datar dapat digunakan dengan baik oleh siswa. Oleh karena itu, usai melakukan uji coba produk peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa untuk mengetahui respons siswa setelah menggunakan LKS dengan pendekatan matematika realistik dalam membelajarkan materi bangun ruang sisi datar.
7. Revisi produk
Setelah melaksanakan uji coba produk LKS, langkah terakhir adalah melakukan revisi produk berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa setelah menggunakan LKS dengan pendekatan PMRI untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar.
D. Teknik pengumpulan data
yang telah dikembangkan oleh peneliti sedangkan wawancara dilaksanakan untuk mengetahui respons siswa setelah menggunakan LKS yang telah dikembangkan.
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responsen untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:142). Kuesioner yang digunakan penelitian ini bertujuan untuk validasi produk LKS yang telah dikembangkan oleh peneliti. Kuesioner validasi ini akan digunakan oleh ahli atau pakar untuk memvalidasi LKS yang telah dikembangkan. Dari hasil pengisian kuesioner oleh ahli maka peneliti akan dapat mengetahui kualitas dari produk LKS yang telah dikembangkan dan apakah LKS tersebut layak digunakan.
2. Wawancara
respons mereka setelah menggunakan LKS dengan pendekatan PMRI untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar.
E. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner validasi produk berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan pedoman wawancara.
1. Kuesioner validasi Lembar Kerja Siswa
Kuesioner berupa lembar validasi digunakan oleh pakar untuk memvalidasi LKS yang telah dikembangkan oleh peneliti. Pakar atau ahli akan memberikan respons sesuai dengan penyataan yang diberikan pada lembar validasi. Berikut adalah tabel aspek penilaian pada lembar validasi LKS yang dikembangkan oleh peneliti
Tabel 3.1 Aspek Penilaian Lembar Validasi LKS N
2 Petunjuk LKS sederhana sehingga mudah dipahami 3 Tampilan LKS menarik B Isi LKS
yang ingin dicapai
5 Kedalaman materi bangun ruang sisi datar pada LKS
6
2. Pedoman wawancara
Pedoman ini digunakan sebagai panduan ketika melakukan wawancara kepada beberapa siswa guna untuk mengetahui tanggapan mereka ketika menggunakan LKS yang telah dikembangkan oleh peneliti.
Berikut adalah tabel indikator jawaban responsen atau siswa dan tabel daftar pertanyaan yang akan diberikan pada saat wawancara
Tabel 3.2 Indikator jawaban responsen
NO Indikator Nomor
pertanyaan
1
Responsen menyampaikan perasaannya ketika mengikuti pembelajaran dengan menggunakan LKS yang dikembangkan oleh peneliti
1
2
Responsen menyampaikan kelebihan dan kekurangan dari LKS yang dikembangkan oleh peneliti
2, 3
3
Responsen menyampaikan kesulitan yang dihadapi ketika mengerjakan LKS yang dikembangkan oleh peneliti
4
4
Responsen menyampaikan manfaat yang diperoleh ketika menggunakan LKS yang dikembangkan oleh peneliti
5
5 Responsen menyampaikan pendapat mengenai LKS yang baik menurut responsen?
6
Tabel 3.3 Daftar Pertanyaan
NO Daftar Pertanyaan
1 Bagaimana perasaan Anda ketika mengikuti pembelajaran materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan LKS tersebut, lengkapi jawaban Anda dengan alasan?
2 Apa kelebihan dari LKS tersebut menurut Anda? 3 Apa kekurangan dari LKS tersebut menurut Anda?
F. Teknik Analisis data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010:335). Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan sesuai dengan jenis data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
1. Analisis data kuantitatif
Dalam penelitian ini data kuantitatif diperoleh dari hasil validasi produk LKS oleh ahli. Data kuantitatif diperoleh dari skor yang diberikan oleh ahli pada lembar validasi. Data kuantitatif tersebut kemudian dikonversi menjadi data kualitatif yang mengacu pada Widoyoko (2010: 238).
Tabel 3.4 Kriteria penilaian kualitas
Interval Skor Kategori
̅ Sangat Baik ̅ ̅ Baik 5 Apa manfaat yang dapat Anda peroleh dari penggunaan LKS
tersebut?
̅ ̅ Cukup Baik ̅ ̅ Kurang Baik
̅ Sangat Kurang
Keterangan:
Skor Empiris yang diperoleh
Rata-rata ideal ( ̅) ( kor maksimum ideal + skor minimum ideal) Simpangan baku ( ) (Skor maksimun ideal – skor minimum ideal)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh tabel konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif skala lima sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria skor penilaian kualitas (Widoyoko, 2010: 243)
Interval Skor Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang
Selanjutnya, peneliti membandingkan hasil validasi dengan kriteria penilaian kualitas lembar validasi produk. Produk yang dirancang dikatakan valid jika memenuhi kategori baik.
2. Analisis data kualitatif
51 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian
Hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur pengembangan Sugiyono. Berikut rincian pembahasan berdasarkan prosedur pengembangan.
1. Potensi dan masalah
Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah menemukan potensi dan masalah yang selanjutnya akan dilakukan analisis kebutuhan. Untuk menemukan potensi dan masalah peneliti melakukan kegiatan wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika di SMP BOPKRI I Yogyakarta. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak berstruktur tentang penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam proses pembelajaran matematika.
Selain itu, pendekatan matematika realistik juga belum pernah digunakan secara formal dalam suatu perangkat pembelajaran seperti RPP, bahan ajar, ataupun Lembar Kerja Siswa (LKS).
2. Pengumpulan data
Setelah mengetahui potensi dan masalah, peneliti melakukan kegiatan pengumpulan informasi melalui kegiatan wawancara terhadap guru matematika. Berbagai informasi yang diperoleh digunakan oleh peneliti untuk merencanakan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah kurangnya penggunaan pendekatan matematika realistik dalam suatu proses pembelajaran. Mengatasi masalah tersebut peneliti memutuskan untuk mengembangkan produk Lembar Kerja Siswa (LKS).
Produk LKS yang akan dikembangkan adalah LKS dengan pendekatan matematika realistik. Setelah menentukan produk yang akan dikembangkan peneliti menentukan informasi lain yakni materi yang akan dipelajari. Berdasarkan kesepakatan dengan guru matematika, maka peneliti memutuskan untuk memilih materi bangun ruang sisi datar pada kelas VIII sebagai materi LKS dengan pendekatan matematika realistik.
3. Desain produk
dimulai dengan memilih jenis LKS yang akan dikembangkan yakni LKS aplikatif-integratif. LKS ini membantu siswa untuk menerapkan konsep matematika yang telah dipelajari ke dalam kehidupan sehari-hari. LKS ini berisikan fenomena atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang dikemas dalam suatu bentuk pertanyaan (soal) yang nantinya akan dicari jalan keluarnya (diselesaikan) oleh siswa. Penggunaan masalah dalam kehidupan sehari-hari inilah yang menjadi alasan peneliti untuk memilih mengembangkan jenis LKS aplikatif-integratif karena bersesuaian dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang juga menggunakan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah menentukan jenis LKS maka langkah selanjutnya adalah mulai mendesain LKS Aplikatif-Integratif dengan pendekatan PMRI tersebut untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar. Dalam mendesain LKS tentu saja peneliti juga harus memperhatikan prinsip-prinsip dan karakteristik dari pendekatan matematika realistik yang terdapat dalam LKS tersebut. Setelah selesai mendesain produk LKS dengan pendekatan PMRI untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar, peneliti melakukan validasi dengan memberikan hasil desain kepada pakar.
4. Validasi desain
peneliti dilakukan oleh pakar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Kegiatan validasi bertujuan untuk mengetahui keterbatasan atau kekurangan dan kelebihan terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dibuat atau didesain peneliti. Kelebihan dan kekurangan tersebut membantu peneliti dalam mengembangkan dan menyempurnakan LKS yang telah dibuat agar semakin berkualitas.
Berdasarkan hasil validasi skor rata-rata adalah 4,18 dan termasuk dalam kategori Baik” sesuai dengan tabel 4. Hal ini menunjukkan
bahwa perangkat pembelajaran yang dirancang layak diujicobakan. Meskipun sudah layak diujicobakan, namun masih ada hal yang perlu direvisi. Untuk lebih jelas peneliti melampirkan hasil validasi perangkat pembelajaran pada lampiran.
5. Revisi desain
Kekurangan pada LKS dan hasil revisi yang dilakukan peneliti dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Kekurangan LKS dan Hasil Revisi LKS
No Sebelum direvisi Sesudah direvisi Keterangan
6. Uji coba produk
Setelah LKS yang dikembangkan direvisi berdasarkan hasil validasi maka LKS tersebut siap untuk diujicobakan secara terbatas. Uji coba terbatas produk LKS dilakukan di kelas VIII D SMP BOPKRI I Yogyakarta pada Sabtu, 19 Mei 2018. Produk LKS diujicobakan pada 22 orang siswa ketika proses pembelajaran materi bangun ruang sisi datar. Karena jenis LKS yang dikembangkan adalah Aplikatif-Integratif maka produk LKS diujicobakan setelah siswa memahami konsep luas permukaan dan volume dari setiap bangun ruang sisi datar.
menggunakan LKS dengan pendekatan PMRI untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar.
7. Revisi produk
Setelah produk LKS diujicobakan secara terbatas maka langkah terakhir adalah merevisi produk LKS tersebut. Revisi produk LKS berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa. Kebanyakan dari mereka mengeluhkan tentang kejelasan hasil cetakan dari LKS tersebut. Kekurangan dalam hasil cetakan diakui peneliti karena alat cetak yang mengalami masalah. Selain itu, beberapa siswa juga mengharapkan variasi soal yang lebih beragam. Berdasarkan keluhan-keluhan tersebut peneliti pun melakukan revisi agar lebih menyempurnakan produk LKS yang dikembangkan.
B. Pembahasan
Berikut ini merupakan hasil penelitian mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa dengan menggunakan pendekatan PMRI pada materi bangun ruang sisi datar untuk menjawab tiga pertanyaan dalam rumusan masalah.
1. Proses pengembangan produk LKS
Dalam penelitian ini Lembar Kerja Siswa (LKS) dikembangkan dengan menggunakan teknik pengembangan produk menurut sugiyono. Menurut sugiyono terdapat 10 langkah pengembangan produk yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi produk, dan 10) produk masal. Namun, karena keterbatasan waktu peneliti memodifikasinya menjadi tujuh langkah pengembangan yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, dan 7) revisi produk.
pendekatan PMRI yang belum terlalu banyak digunakan dalam membelajarkan suatu materi matematika. PMRI hanya digunakan dalam beberapa soal cerita saja dan belum pernah digunakan secara formal dalam suatu perangkat pembelajaran seperti RPP, bahan ajar, ataupun Lembar Kerja Siswa (LKS).
Setelah mengetahui potensi dan masalah, peneliti melakukan kegiatan pengumpulan informasi yang dimana informasi tersebut akan digunakan oleh peneliti untuk merencanakan pengembangan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah kurangnya penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam suatu proses pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti memutuskan untuk mengembangkan produk Lembar Kerja Siswa (LKS). Produk LKS yang akan dikembangkan adalah LKS dengan pendekatan PMRI. Setelah menentukan produk yang akan dikembangkan peneliti menentukan informasi lain yakni materi yang akan dipelajari. Berdasarkan kesepakatan dengan guru matematika maka peneliti memutuskan untuk memilih materi bangun ruang sisi datar pada kelas VIII sebagai materi LKS dengan pendekatan PMRI.
berpikir secara mandiri mengenai bangun ruang yang terdapat dalam masalah pada LKS. Meskipun terdapat bagian pada LKS yang masih harus direvisi namun LKS yang telah didesain oleh peneliti memperoleh skor rata-rata 4,18. Berdasarkan kriteria skor penilaian kualitas menurut Widoyoko maka kualitas LKS yang telah dikembangkan oleh peneliti termasuk dalam kategori baik.
menggunakan LKS dengan pendekatan PMRI untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar. Hasil wawancara akan lebih dijelaskan pada pembahasan rumusan masalah yang kedua dan ketiga. Setelah memperoleh beberapa tanggapan dari siswa dengan melalui kegiatan wawancara maka hal terakhir yang dilakukan oleh peneliti adalah merevisi lagi produk LKS yang dikembangkan. Revisi produk LKS dilakukan dengan menganalisis jawaban-jawaban siswa atas pertanyaan pada wawancara yang telah dilakukan. Dengan berakhirnya langkah revisi produk LKS ini maka berakhir pula penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait pengembangan LKS dengan pendekatan PMRI untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar.
2. Kualitas produk LKS yang dikembangkan
proses pembelajaran materi bangun ruang sisi datar. Respons positif tersebut dapat dilihat dari rangkuman transkrip hasil wawancara pada tabel 5. Dari tabel 5 diketahui bahwa delapan orang dari sembilan siswa yang diwawancarai merasakan perasaan senang ketika menggunakan LKS yang telah dikembangkan peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan peneliti membuat siswa lebih bahagia atau senang ketika mempelajari materi bangun ruang sisi datar. Dengan kata lain ketika menggunakan LKS yang dikembangkan peneliti siswa menyukai proses pembelajaran matematika khususnya materi bangun ruang sisi datar. Selain itu berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa kelebihan yang dimiliki LKS yang dikembangkan peneliti dapat membuat siswa lebih memahami materi bangun ruang sisi datar. Siswa merasa terbantu dengan adanya LKS tersebut, karena dengan menggunakan pendekatan PMRI siswa dapat lebih mudah menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi bangun ruang sisi datar. Berdasarkan hasil validasi pakar dan dikuatkan dengan respons positif dari siswa setelah menggunakan LKS dengan pendekatan PMRI untuk membelajarkan materi bangun ruang sisi datar maka kualitas LKS tersebut adalah baik.
transkripsi dari rekaman wawancara seperti yang terdapat pada lampiran. Pertanyaan-pertanyaan pada kegiatan wawancara meliputi (1) perasaan siswa ketika mengikuti pembelajaran dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan, (2) kelebihan dan kekurangan dari LKS yang telah dikembangkan, (3) kesulitan yang dihadapi ketika mengerjakan LKS, (4) manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan LKS, serta (5) pendapat siswa tentang LKS yang baik. Berikut jawaban-jawaban siswa berdasarkan hasil wawancara yang telah dirangkum oleh peneliti
Tabel 4.1 Rangkuman jawaban siswa pada proses wawancara
NO Daftar Pertanyaan Rangkuman jawaban siswa
1
Bagaimana perasaan Anda ketika mengikuti pembelajaran materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan LKS tersebut, lengkapi jawaban Anda dengan alasan?
Delapan orang siswa merasakan perasaan senang ketika menggunakan LKS. Ada siswa yang senang karena menyukai materi bangun sisi datar, ada yang senang karena mendapat pengetahuan tentang materi bangun ruang sisi datar, ada yang dapat lebih ketika menggunakan LKS yang dikembangkan peneliti.
Dari delapan orang siswa yang merasa senang ada tiga orang siswa yang juga merasa kebingungan ketika menggunakan LKS. Mereka mengalami kebingungan karena soal yang sulit dipahami
2
Apa kelebihan dari LKS tersebut menurut Anda?
kelebihan LKS yang dikembangkan oleh peneliti adalah penggunaan bahasa sehari-hari pada LKS sehinga lebih mudah dipahami
Dua orang siswa menyampaikan penggunaan masalah sehari-hari dalam soal sehingga mudah dibayangkan merupakan salah satu kelebihan LKS yang dikembangkan peneliti
3
Apa kekurangan dari LKS tersebut menurut Anda? LKS yang dikembangkan oleh peneliti tidak memiliki kekurangan
Dua orang siswa mengatakan bahwa waktu pengerjaan LKS terlalu kurang
4
Apa kesulitan yang Anda hadapi ketika mengerjakan LKS tersebut?
Seorang siswa mengalami kesulitan menggambar sketsa bangun ruang Dua orang siswa mengalami kesulitan
mengidentifikasi bangun ruang sisi datar yang dimaksud oleh soal
Tiga orang siswa mengalami kesulitan untuk memilih rumus untuk menentukan luas permukaan dan volume dari bangun ruang sisi datar Tiga orang siswa mengalami kesulitan
untuk memahami maksud atau pertanyaan dari soal yang terdapat pada LKS
Sembilan orang siswa menyampaikan bahwa manfaat yang mereka peroleh setelah menggunakan produk LKS yang dikembangkan oleh peneliti adalah membuat mereka lebih memahami materi bangun ruang sisi menggunakan bahasa yang mudah dipahami
rinci atau detail sehingga saat mengerjakannya tidak bingung Tiga orang siswa menambahkan
bahwa LKS yang baik harus memiliki tampilan yang menarik dan hasil cetakan yang jelas
tersebut siswa lebih mudah mengerjakannya karena mudah membayangkan masalah tersebut.
Selain memilki kelebihan, LKS yang dikembangkan peneliti juga mempunyai kelemahan atau kekurangan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dua dari sembilan siswa tidak menemukan kekurangan pada LKS tersebut. Namun tujuh siswa lainnya lagi mengemukakan beberapa kelemahan dari LKS tersebut. Kelemahan tersebut antara lain kurang jelasnya hasil cetakan LKS yang membuat siswa mengalami kesulitan membaca tugas yang terdapat pada LKS serta beberapa kalimat dalam tugas yang membuat siswa kurang memahami karena penggunaan bahasa yang terlalu formal.