• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung 1. Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung 1. Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA

DAN KOMPLIKASI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN

ANTENATAL DAN PEMILIHAN TEMPAT BERSALIN

DI WILAYAH TANAH SAREAL BOGOR

Risna Dewi Yanti

1

, Ni Gusti Made Ayu

2

1Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung

1Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung

Alamat korespondensi : dewiyantirisna@gmail.com / 081320415566

ABSTRAK

Angka Kematian Ibu di Indonesia menurut SDKI saat ini mengalami kenaikan dari 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Salah satu keberhasilan pencegahan kematian ibu terletak pada ketepatan pengambilan keputusan pada saat terjadinya komplikasi. Hal ini dapat terlaksana apabila ibu hamil dan keluarga memiliki pengetahuan dasar yang baik tentang kehamilan dan persalinan serta mendapatkan akses terhadap pelayanan antenatal . Dalam kurun waktu 2 tahun yaitu tahun 2013-2014 rata-rata kematian ibu di kota Bogor 68 % disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan kematian bayi 69 % disebabkan Berat Badan Lahir Rendah dan asfiksia. Kecamatan yang memiliki jumlah ibu hamil yang mengalami komplikasi terbanyak dalam kurun waktu 2 tahun ini adalah wilayah Tanah Sareal. Untuk itu kami tertarik ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilannya dengan kepatuhan kunjungan antenatal dan pemilihan tempat bersalin di wilayah Tanah Sareal Bogor. Adapun hipotesis yang akan di uji adalah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan kepatuhan kunjungan antenatal dan pemilihan tempat bersalin di wilayah Tanah Sareal Kota Bogor. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemberian informasi tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan pada ibu hamil trimester III yang memiliki komplikasi sehingga mampu memilih tempat bersalin yang tepat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III yang mengalami komplikasi dan melakukan pemeriksaan kehamilannya di puskesmas wilayah Tanah Sareal Bogor dengan jumlah 78 orang. Besar sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus desain crossectional analitik. Hasil penelitian dengan analisis uji Chi Square untuk menguji hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan kepatuhan kunjungan antenatal diperoleh nilai p < 0,05 dan untuk hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan pemilihan tenpat bersalin diproleh nilai p= 0,092. Kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan kepatuhan kunjungan antenatal dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan pemilihan tempat bersalin. Saran dari penelitian ini agar dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan kunjungan antenatal pemilihan tempat bersalin.

Kata Kunci : Ibu hamil, Komplikasi, Kepatuhan dan Kunjungan Antenatal

PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu di Indonesia menurut SDKI saat ini mengalami kenaikan dari 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam

kehamilan dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ini telah berubah dimana infeksi dan perdarahan semakin menurun sedangkan Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) proporsinya semakin meningkat yaitu 30 % kematian ibu disebabkan oleh HDK. Proporsi penyebab tidak langsung kematian ibu cukup signifikan yaitu sekitar 22%

(2)

sehingga pencegahan dan penanganannya perlu mendapat perhatian. (Kemenkes RI, 2013)

Salah satu keberhasilan pencegahan kematian ibu terletak pada ketepatan pengambilan keputusan pada saat terjadinya komplikasi. Hal ini dapat terlaksana apabila ibu hamil dan keluarga memiliki pengetahuan dasar yang baik tentang kehamilan dan persalinan serta mendapatkan akses terhadap pelayanan antenatal sehingga mereka bisa menyusun perencanaan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi.

Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal adalah cakupan K1 (kontak pertama) dan K4 (kontak 4 kali) dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi sesuai standar. Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, K1 mencapai 95,71% dan K4 86,77 %. (Kemenkes RI, 2013)

Adapun cakupan K1 pada tahun 2014 kota bogor 99,5 % (target 99 %) dan cakupan K4 95,3% (target 95%) dan terdapat 20 % ibu hamil yang mengalami komplikasi serta 91,9 % persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan artinya masih ada pertolongan persalinan oleh dukun bersalin. Jumlah kematian ibu di kota bogor pada tahun 2014 adalah 6 dan kematian bayi 49(Dinkes Kota Bogor, 2015)

Tingginya cakupan KI dan K4 belum mampu menunjukan keberhasilan penurunan jumlah kematian ibu dan bayi karena dalam kurun waktu 2 tahun yaitu tahun 2013-2014 rata-rata kematian ibu di kota Bogor 68 % disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan kematian bayi 69 % disebabkan Berat Badan Lahir Rendah dan asfiksia. Adapun wilayah yang memiliki jumlah ibu hamil yang mengalami komplikasi terbanyak dalam kurun waktu 2 tahun ini adalah wilayah Tanah Sareal. Wilayah tanah sareal memiliki 5 puskesmas yaitu puskesmas kayu manis, puskesmas mekarwangi, puskesmas kedung badak, puskesmas pondok rumput dan puskesmas tanah sareal. Komplikasi kehamilan, BBLR dan asfiksia merupakan masalah yang dapat dideteksi dini selama kehamilan dan diantisipasi dengan pemilihan penolong persalinan yang tepat (Dinkes Kota Bogor, 2015)

Salah satu aspek yang mendukung keberhasilan konsep pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif adalah pengetahuan ibu. Menurut beberapa hasil penelitian Dewi (2013) dan Damayanti (2012) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan

kepatuhan melakukan ANC. Dari hasil penelitian pratitis (2013) terdapat 36,7 % ibu hamil yang tidak patuh dalam melakukan ANC, dari jumlah sampel 30 orang.

Hasil riskesdas 2010 menunjukan bahwa sekitar 45% keluarga yang mengaku mendapat penjelasan tentang tanda bahaya kehamilan saat ANC yang diperkuat dengan hasil Asesmen Kualitas Pelayanan Maternal tahun 2012 yang menunjukan bahwa hanya 45 % puskesmas yang melakukan konseling dan edukasi sesuai standar pada saat ANC. Kedua hal ini menunjukan bahwa peran tenaga kesehatan untuk memberikan informasi dan advokasi kepada ibu dan keluarga pada saat ANC masih lemah sehingga pengetahuan masyarakat untuk membuat perencanaan persalinan juga rendah. Terutama informasi pada ibu hamil yang mengalami komplikasi terkadang pemilihan tempat bersalin kurang tepat. Mereka merasa aman dengan bersalin di tenaga kesehatan primer saja tanpa mempertimbangkan kondisinya, seperti ibu hamil yang mengalami tekanan darah tinggi tetap bersalin di bidan praktik mandiri padahal seharusnya mereka bersalin di rumah sakit dengan fasilitas kegawatdaruratan yang memadai. (kemenkes RI 2013)

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami tertarik untuk meneliti Hubungan antara pengetahuan Ibu Hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal dan Pemilihan Tempat Bersalin di Wilayah Tanah Sareal Bogor.

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di di kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor pada bulan Juli tahun 2015.

Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang mengalami komplikasi di kecamatan tanah sareal sebanyak 78. Besar sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus desain crossectional analitik Teknik pengambilan sampel dilakukan secara propotional sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan proporsi jumlah ibu hamil trimester III yang mengalami komplikasi di 5 puskesmas di kecamatan tanah sareal.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Usia kehamilan > 28 minggu pada bulan juli 2015

b. Mengalami komplikasi kehamilan setelah usia kehamilan 28 minggu antara lain memiliki penyakit kronis (hipertensi,

(3)

diabetes mellitus, jantung, asma berat, dan gangguan jiwa), kekurangan gizi, penyakit menular dan penyakit menular seksual serta komplikasi kebidanan karena kehamilan diantaranya preeklampsi, eklampsia, kelainan letak, perdarahan dalam kehamilan, kehamilan kembar, kelainan cairan ketuban

c. Pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya di Puskesmas dan Posyandu Wilayah Tanah Sareal

d. Memiliki buku KIA

Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Mengumpulkan dan mengkode data (editing dan coding)

Kuesioner yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya, kemudian diberi kode/ nomor. Langkah ini berfungsi sebagai pengecekan kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data. b. Memasukan data (entry data)

Data yang telah diperoleh selanjutnya dimasukan kedalam program komputer untuk memudahkan proses selanjutnya. c. Tabulasi data

Dilakukan dengan mengelompokan data sesuai dengan variabel yang diteliti guna memudahkan proses analisis.

Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis univariabel dan bivariabel.

a. Analisis Univariabel

Analisis univariabel dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang diukur dalam penelitian yaitu dengan melihat distribusi frekuensi semua variabel dan bagaimana variasi masing-masing variabel.

b. Analisis Bivariabel

1) Untuk menganalisis pengetahuan tanda bahaya dan komplikasi dalam kehamilan terhadap kepatuhan kunjungan antenatal di uji dengan uji Chi Square karena memiliki nilai ekspekted lebih dari 5.

2) Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan tanda bahaya dan komplikasi dalam kehamilan terhadap pemilihan tempat bersalin di uji dengan uji Chi Square karena memiliki nilai ekspekted lebih dari 5

HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Responden

Gambaran umum responden pada penelitian ini antara lain umur, tingkat

pendidikan, pekerjaan, paritas dan keikutsertaan jaminan kesehatan.

Tabel 1 Distribusi Gambaran Umum Ibu Hamil Yang Mengalami Komplikasi Di Wilayah Tanah Sareal

Karakteristik Jumlah (n=78) Presentase (%) Umur < 20 Tahun 5 6,4 20-35 Tahun 68 87,2 >35 Tahun 5 6,4 Paritas Primigravida 25 32 Multigravida 50 64,1 Grandemultigravida 3 3,9 Tingkat Pendidikan Tinggi 45 57,7 Rendah 33 42,3 Pekerjaan Bekerja 13 16,7 Tidak Bekerja 65 83,3

Keikutsertaan Jaminan Kesehatan

Ya 54 69,2

Tidak 24 30,8

Tingkat pengetahuan terhadap komplikasi

Baik 46 59

Kurang 32 41

Kepatuhan melakukan ANC

Patuh 51 65,4

Tidak patuh 27 34,6

Pemilihan tempat bersalin

Tepat 61 78,2

Tidak tepat 17 21,8

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 68 orang (87,2%). Artinya sebagian besar ibu yang menjadi responden berada pada usia reproduksi sehat. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa sebagian besar memiliki paritas 2 – 4 (multigravida) sebanyak 50 orang (64,1%).

Pada tabel 1 juga mengemukakan tingkat pendidikan yang tinggi responden sebanyak 45 orang ( 57,7 %) yaitu memiliki tingkat pendidikan sederajat SMA atau lebih didasarkan dari keputusan presiden tentang wajib belajar 9 tahun. Status pekerjaan responden sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 65 orang ( 83,3 %). Jaminan kesehatan dilihat sebagai kesiapan ibu dalam pembiayaan persalinan. Dimana dengan jaminan kesehatan yang dimiliki berarti ibu telah mempersiapkan untuk dapat melahirkan dimana saja. Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki jaminan kesehatan yaitu sebanyak 54 orang (69,2 %).

(4)

Tingkat pengetahuan responden pada tabel 1 memperlihatkan bahwa,pengetahuan yang dimiliki oleh ibu hamil yang memeriksakan diri di puskesmas wilayah tanah sareal tentang komplikasi yang dialaminya saat kehamilan ini sebagian besar baik yaitu 46 orang (59%)

Tingkat kepatuhan yang dimasudkan adalah kepatuhan ibu dalam melakukan

antenatal care (ANC) selama kehamilan

setelah ibu mengetahui mengalami komplikasi dan sebagian besar ibu memiliki kepatuhan sebanyak 51 orang (65,4%). Demikian pula pemilihan tempat bersalin yang dipilih oleh responden saat persalinan berlangsung sebagian besar tepat yaitu 61 orang atau 78,2%.

2. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen yang dilakukan dengan uji statistik chi square. Hasil analisis tersebut dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 2 Hubungan antara Pengetahuan Ibu Hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal di Wilayah Tanah Sareal Bogor. Penge-tahuan Kepatuhan Jumlah Patuh Tidak Patuh n % n % n % Baik 39 84,8 7 15,2 46 100 Kurang 12 37,5 20 62,5 32 100 p = 0.000

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa dari 46 responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar patuh dalam melakukan kunjungan antenatal, yaitu 39 orang (84,8%) dan dari 32 responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar tidak patuh dalam melakukan kunjungan antenatal, yaitu 20 orang (62,5%).

Hasil analisis menggunakan uji Chi Square menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan kepatuhan kunjungan antenatal ( nilai p < 0,05).

Tabel .3 Hubungan antara pengetahuan Ibu Hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan Pemilihan Tempat Bersalin di Wilayah Tanah Sareal Bogor. Penge-tahuan Pemilihan Tempat Bersalin Jumlah Tepat Tidak tepat n % n % n % Baik 39 84,8 7 15,2 46 100 Kurang 22 68,8 10 31,2 32 100 p = 0.092

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 46 responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar memilih tempat bersalin yang tepat, yaitu 39 orang (84,8%) dan dari 32 responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar memilih tempat bersalin yang tepat, yaitu 22 orang (68,8%).

Hasil analisis menggunakan uji Chi Square menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan pemilihan tempat bersalin ( nilai p= 0,092).

PEMBAHASAN

1. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 46 responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar patuh dalam melakukan kunjungan antenatal, yaitu 39 orang (84,8%) dan dari 32 responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar tidak patuh dalam melakukan kunjungan antenatal, yaitu 20 orang (62,5%).

Hasil analisis menggunakan uji Chi Square menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan kepatuhan kunjungan antenatal ( nilai p < 0,05).

Artinya bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi memiliki kepatuhan yang lebih baik dibandingkan ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pratitis (2013) yang menyatakan terdapat hubungan pengetahuan pada ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan pemeriksaan kehamilan dan hasil penelitian Aritha (2013) yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan kunjungan ANC dimana semakin baik pengetahuan ibu hamil tentang tanda

(5)

bahaya kehamilan makan kemungkinan untuk patuh semakin besar.

Notoadmodjo (2010) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Menurut Wawan (2011) faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dibagi menjadi faktor internal (pendidikan, umur dan pekerjaan) dan faktor eksternal (lingkungan dan sosial budaya). Tingkat pengetahuan pada penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

Berdasarkan gambaran umum responden menunjukan sebagian besar responden berada pada kelompok usia 20-35 tahun. Hal ini sesuai pernyataan

Mubarak, (2007) bahwa usia

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden adalah ibu-ibu yang masih berada dalam masa produktif dimana pada masa tersebut daya tangkap ibu terhadap segala bentuk informasi yang diberikan tenaga kesehatan akan memperluas pengetahuan ibu tentang komplikasi kehamilan yang dialaminya sehingga ibu tersebut akan melakukan kunjungan untuk memeriksakan kehamilannya.

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga atu tidak bekerja Adapun faktor pekerjaan menunjukkan seberapa banyak waktu yang ada dalam kesehariannya . Sebagian besar ibu hamil tidak bekerja artinya mereka memiliki waktu yang cukup banyak yang dapat digunakan untuk mencari informasi seputar kehamilan sehingga pengetahuannya menjadi baik. Dengan demikian pada dasarnya pendidikan dan pekerjaan meningkatkan pengaruh faktor informasi terhadap pengetahuan.

Responden pada penelitian ini juga sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Munib (2006) bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan luasnya wawasan dan pengetahuan seseorang secara umum, dengan adanya pendidikan yang sebagian

besar SMA maka akan

berpengaruhterhadap pengetahuan dan sikap tentang pelayanan dan kunjungan antenatal. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan semakin mudah seseorang untuk menyerap pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu, pendidikan merupakan faktor yang memotivasi seseorang dalam bersikap dan berperilaku. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pendidikan yang tinggi

menyebabkan pengetahuan yang baik sehingga mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam melakukan ANC artinya semakin baik pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi yang dialami maka semakin patuh ia melakukan kunjungan ANC. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Budiharto (2010) bahwa perilaku kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang penyakit dimana dalam penelitian ini pengetahuan ibu tentang tanda bahaaya dan komplikasi yang dialaminya mempengaruhi kepatuhannya dalam melakukan kunjungan antenatal.

Kepatuhan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan di mana ibu dikategorikan patuh apabila melakukan pemeriksaan kehamilan pada jadwal kunjungan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan sesuai komplikasinya atau kalau terlambat tidak lebih dari 2 atau 3 hari dari jadwal tersebut. Sebagian besar responden dikategorikan patuh dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan (antenatalcare) adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (Marmi, 2011). Tujuan utamanya adalah menurunkan atau mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Tujuan tersebut akan tercapai apabila ibu hamil patuh dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.

Pengetahuan secara teoritis merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya perilaku, demikian pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan dapat membentuk perilaku kesehatan dalam

(6)

bentuk kepatuhan pemeriksaan kehamilan. Pengetahuan responden tentang resiko tinggi kehamilan memberikan pemahaman ibu hamil tentang pentingnya kunjungan

antenatal care. Pengetahuan yang dimiliki responden meliputi informasi-informasi meningkatkan keyakinan responden tentang pentingnya kunjungan antenatal care, serta dengan pengetahuan yang mereka miliki mampu mengerakkan mereka untuk melakukan kunjungan

antenatal care. Pengetahuan (knowledge

atau ilmu) adalah bagian yang esensial-aksiden manusia Pengetahuan manusia diperoleh melalui persepsinya terhadap stimulus dengan menggunakan alat indra, hasil persepsi berupa informasi akan disimpan dalam sistem memori untuk diolah dan diberikan makna, selanjutnya informasi tersebut digunakan (retrieval) pada saat diperlukan. Dengan demikian maka semakin tinggi tingkat pengetahuan responden tentang resiko tinggi kehamilan akan berpengaruh pada peningkatan kesadaran dan kemauan responden untuk melakukan kunjungan antenatal care.

Kepatuhan pemeriksaan kehamilan selain didukung oleh pengetahuan juga didukung faktor-faktor lain. Menurut Niven (2005) faktor yang mendukung kepatuhan yaitu pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, perubahan model terapi, dan meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien. Ketidakpatuhan dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang instruksi, rendahnya kualitas interaksi tenaga kesehatan dengan pasien, adanya isolasi sosial dan keluarga, dan keyakinan sikap dan kepribadian yang tidak mendukung.

Dalam penelitian ini salah satu faktor yang mendorong kepatuhan adalah keikutsertaan jaminan kesehatan. Sebagian besar responden memiliki jaminan kesehatan. Keikutseertaan dalam

program jaminan kesehatan

menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan kesehatan bagi ibu hamil yang didalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, persalian pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian keberadaan jaminan pembiayaan kesehatan sangat mempengaruhi tingkat kepatuhan kunjungan antenatal.

Dengan demikian dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan

kunjungan ANC yang berarti semakin baik pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan maka ibu hamil akan semakin mau memeriksakan kehamilannya secara teratur (patuh) kepada petugas kesehatan (dokter, bidan dan perawat) selama periode kehamilannya. Maka dari hasil penelitian ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara hasil penelitian dengan teori yang telah dikemukakan diatas. 2. Hubungan antara pengetahuan Ibu Hamil

tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan Pemilihan Tempat Bersalin

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 46 responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar memilih tempat bersalin yang tepat, yaitu 39 orang (84,8%) dan dari 32 responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar memilih tempat bersalin yang tepat, yaitu 22 orang (68,8%).

Hasil analisis menggunakan uji Chi Square menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan pemilihan tempat bersalin ( nilai p= 0,092).

Pemilihan tempat bersalin yang tepat sangat menentukan keberhasilan penanganan proses persalinan pada ibu yang mengalami komplikasi. Ukuran ketepatan pemilihan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis komplikasi yang dialami ibu, sehingga belum tentu ibu yang memilih bersalin di bidan selalu dianggap tepat karena pada kasus komplikasi tertentu bidan tidak berwenang melakukan tindakan pertolongan persalinan tersebut.

Dalam penelitian ini pengetahuan ibu tidak berhubungan dengan pemilihan tempat bersalin. Menurut teori green dalamNotoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang antara lain faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan dll), faktor pemungkin (fasilitas kesehatan meliputi jarak, petugas, sarana) dan faktor penguat (dukungan keluarga dan lingkungan).

Notoatmojo (2007) mengemukakan bahwa timbulnya perilaku mencegah penyakit didasari oleh pengetahuan dan kesadaran serta sikap yang positif dari individu. Faktor-faktor yang membentuk perilaku meliputi faktor intern yang mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar dan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik

(7)

maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Dalam penelitian Arief (2014) tentang determinan pemilihan persalinan di fasilitas kesehatan menyatakan Adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan kesehatan ibu, status ekonomi keluarga, pekerjaan suami, tingkat pendidikan suami, keikutsertaan asuransi kesehatan, jarak melahirkan, umur saat melahirkan anak terakhir dan paritas dengan pemilihan persalinan di fasilitas kesehatan. Variabel tenaga pemeriksa kehamilan merupakan variabel yang paling dominan (paling mempengaruhi) terhadap pemilihan persalinan di fasilitas kesehatan setelah di kontrol variabel pendidikan, pengetahuan kesehatan ibu, wilayah tempat tinggal, status ekonomi, pekerjaan suami, pendidikan suami, asuransi kesehatan, jarak melahirkan, frekuensi pemeriksaan kehamilan dan jumlah anak.

Penelitian ejawati (2015 ) tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan tempat persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kalipucang Kabupaten Pangandaran, 2015 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara akses ke fasilitas kesehatan (P-value 0,000 < 0,05) dan dukungan keluarga (P-value 0,000 < 0,05) dengan pemilihan tempat persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kalipucang.

Pengetahuan responden yang sebagian besar dikategorikan baik pada penelitian ini tidak memiliki hubungan terhadap pemilihan tempat bersalin karena ada faktor pendorong dan penguat lain yang tidak diteliti. Salah satu faktor pendorong yang mempengaruhi perilaku pemilihan tempat bersalin dalam penelitian ini adalah adanya jaminan kesehatan yang dimiliki oleh responden. Dengan memiliki

jaminan kesehatan maka semua responden memiliki kesempatan bersalin di tenaga kesehatan tanpa dipengaruhi oleh pengetahuan tentang komplikasi kehamilannya.

Penelitian ini menghasilkan bahwa pengetahuan responden yang baik tentang komplikasi yang dialaminya memiliki hubungan terhadap kepatuhan melakukan ANC sesuai anjuran yang diberikan oleh bidan atau tenaga medis lainnya (p<0,05) Namun pengetahuan responden yang baik diwilayah tanah sareal belum memiliki hubungan terhadap pemilihan tempat persalinan (p= 0,092) karena masih ada faktor lain yang lebih berhubungan seperti teori–teori yang diungkapkan pada pernyataan diatas.

KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan kepatuhan kunjungan antenatal

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan komplikasi kehamilan dengan kepatuhan kunjungan antenatal.

SARAN

Dalam penelitian ini terdapat banyak faktor yang mempengaruhi ibu hamil memilih tempat pemilihan persalinan yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan dll), faktor pemungkin (fasilitas kesehatan meliputi jarak, petugas, sarana) dan faktor penguat (dukungan keluarga dan lingkungan) Pengetahuan hanya merupakan salah satu bagian saja dari faktor pemilihan tempat bersalin. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya tentang pemilihan tempat persalinan lebih dapat melihat faktor lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arief (2014) Determinan Pemilihan Persalinan Di Fasilitas Kesehatan, Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 5 No 3

Desember 2014 Diunduh Tanggal 15 Oktober 2015 Tersedia Dari

Http://Bpk.Litbang.Depkes.Go.Id/Index.Php/Kespro/Article/View/3892/3737

Aritha (2013) Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan Kunjungan Anc Di Klinik Dina Bromo Ujung Lingkungan Xx Medan Tahun 2013, Jurnal Dharma Agung

diunduh tanggal 15 oktober 2015 tersedia dari

http://uda.ac.id/jurnal/files/Judul%201_%20Arihta_Dosen%20Poltekkes%20Kemenkes%20Mdan.pdf Dahlan SM (2011). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi Ke-5. Jakarta: Salemba Medika

(8)

Departemen Kesehatan RI (2009). Pedoman Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi Dengan Stiker (P4K) Dalam Rangka Mempercepat Penurunan AKI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Depkes R.I (2004). Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi Manusia (HAM) Keadilan

Gender, Jakarta : Depkes RI

Dinas Kesehatan Kota Bogor. Profil Dinas Kesehatan Kota Bogor 2014, (2015) Bogor: Dinas Kesehatan Kota Bogor

Dewi Peta Puspita; Mujahidatul Musfiroh. (2013) Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Deang Frekuensi Kunjungan Antenatal Di Rumah Bersalin Wikaden Imogiri Bantul : Maternal Vol 8 Edisi

April 2013 Diunduh Tanggal 1 Agustus 2014 Tersedia Dari

Http://Ejurnal.Mithus.Ac.Id/Index.Php/Maternal/Article/Viewfile/191/175

Damayanti Erni; Winarsih (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang resiko Tinggi Kehamilan Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatalcare Di RSUD Pandan Arang Boyolali , Diunduh Tanggal 2

Agustus 2014 Tersedia

Darihttp://Publikasiilmiah.Ums.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/3725/ERNI%20DAMAYANTI%20-%20WINARSIH%20Fix%20bgt.Pdf?Sequence=1

Ejawati (2015) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Tempat Persalinan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kalipucang Kabupaten Pangandaran, 2015 diunduh tanggal 20 oktober 2015 tersedia dari

http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/4155.pdf

Kementerian Kesehatan RI.(2013) Rencana Aksi Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu Di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Bina Kesehatan Ibu Ditjen Bina Gizi Dan KIA.

Kementerian Kesehatan RI.(2012) Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Bina Kesehatan Ibu Ditjen Bina Gizi Dan KIA

Marmi (2011), Asuhan Kebidanan Padamasa Antenatal, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Mochtar, Rustam (2012), Sinopsis Obstetri Jilid 1, Jakarta : EGC

Mubarak. Dkk (2007).Promosi Kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu Munib, A. 2006. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : UNNES Press

Niven, N. 2005. Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional Kesehatan Lain. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta :Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku . Jakarta :Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta :Rineka Cipta

Nursalam dan Pariani, 2005, Pendekatan Praktis Metodelogi Riset Keperawatan, Jakarta: Salaemba Medika. Pratitis Dian; Kamidah (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan

Dengan Kepatuhan Pemeriksaan Kehamilan Di BPS Ernawati Boyolali; Gaster Vol 10 No 2 Agustus 2013, Diunduh Tanggal 1 Agustus 2014 Tersedia Dari

Www.Jurnal.Stikesaisyiyah.Ac.Id/Index.Php/Gaster/Article/Download/.../50

Saifudin, A.B., (2010), Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. YBP SP, Jakarta Sugiyono P.(2006) Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Varney,(2010), Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones And Barlet Publishers, Sudbury: England

Gambar

Tabel  1  Distribusi  Gambaran  Umum  Ibu  Hamil  Yang  Mengalami  Komplikasi  Di  Wilayah Tanah Sareal
Tabel  2    Hubungan  antara  Pengetahuan  Ibu  Hamil  tentang  tanda  bahaya  dan  komplikasi  kehamilan    dengan  Kepatuhan  Kunjungan  Antenatal  di  Wilayah  Tanah  Sareal Bogor

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil uji hubungan menggunakan Rank Spearman diperoleh nilai p = 0.000 (&lt;0.05) yang berarti H0 ditolak maka ada hubungan

Akademik Online Berdasarkan Atribut Kepuasan mahasiswa terhadap layanan akademik atau SIMAK UNMA berdasarkan atribut pada fakultas FAPERTA, FT, PGSD yang dinilai

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan mengenai unsur- unsur biaya pengembangan proyek real estat seperti yang terdapat pada PSAK No.44 yang dikeluarkan oleh IAI.

Pola ruang natah di Desa Sibang Gede, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali diangkat menjadi topik penelitian dengan tujuan mengidentifikasi tata letak dan fungsi

Dampak Kebijaksanaan Pemerintah Terhadap Komoditi Kakao ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan IImu-lImu Sosial Ekonomi

Adapun beberapa cara khusus untuk meningkatkan transportasi tidak bermotor antara lain (VPTI, 2010; Litman, 2009): memperbaiki trotoar, penyeberangan, jalur, jalur

Namun demikian, dengan penyemprotan fungisida minimalis, yaitu 2 dan 10 kali, klon-klon transgenik hasil silangan Atlantic dengan transgenik Katahdin SP951 dan Granola

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan yaitu kapasitas pesan pada steganografi DCT sekuensial lebih besar dibandingkan