KONTRIBUSI KINERJA KOMITE
DAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH
TERHADAP PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN
DI MADRASAH IBTIDAIYAH
(Studi Deskriptif pada Madrasah Ibtidaiyah
di Kabupaten Semarang Tahun 2013/2014)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
Daman Huri
NIM. M1.12.005
Diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
▸ Baca selengkapnya: program kerja perpustakaan madrasah ibtidaiyah
(2)KONTRIBUSI KINERJA KOMITE system in education management from a centralized system to a decentralized in market by application of MBS model. Public awareness through MBS is channeled through Contributions Performance of Islamic School Committee so as they can participate to control and maintain the quality of Education. In addition to islamic school committee, a creative, productive and innovative Leadership of Islamic School Principal is also required to The Improvement Quality of Islamic School Education.
The purpose of this research is to determine the influences of: (1) The Islamic school committee to the leadership of islamic school principal, (2) The Islamic school committee to the Quality of Islamic School Education, (3) The leadership of islamic school principal to the Quality of Islamic School Education, and (4) Both the committee and leadership of islamic school principal to the quality of islamic school education.
The research used quantitative correlational method. The population students of MIN Timpik Kec. Timpik, MIS Mendiro Kec. Ungaran Timur, and MIS Tarbiyatul Muslimin Kec. Suruh. A proportional random sampling technique was used for sample of 30 teachers. Data analysis used linear regression, multiple regression analysis used SPSS application for Windows Release 20.0.
The results: (1) The islamic school committee has significantly influenced the leadership of islamic school principal about 0,422, (2) The islamic school committee has significantly influenced the improvement quality of islamic school education about 0,382, (3) The leadership of islamic school principal has significantly influenced the improvement quality of islamic school education obout 0,709, (4) Both the committee and leadership of islamic school principal have significantly influenced the improvement quality of islamic school education. about 0,724.
▸ Baca selengkapnya: contoh sk penetapan struktur organisasi madrasah ibtidaiyah
(3)A. Pendahuluan
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Dalam buku I
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah yang diterbitkan
Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: dari berbagai pengamatan dan
analisis, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak
mengalami peningkatan scara merata.1
Satu di antaranya peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa
dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangatlah minim. Partisipasi
masyarakat selama ini pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan input
(dana), bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring,
evaluasi, dan akuntabilitas). Berdasarkan akuntabilitas, madrasah tidak
mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa sebagai salah satu
unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan (stake holder).2
Dengan demikian jelas bahwa salah satu cara meningkatkan mutu
pendidikan adalah meningkatkan partisipasi orang tua siswa dan anggota
masyarakat “Makin tinggi tingkat partisipasi makin besar rasa memiliki,
makin besar rasa memiliki makin rasa tanggungjawab, makin besar rasa
1
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, Buku I, Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2001, 2.
2
tanggungjawab makin baesar tingkat dedikasi”.3
Konsep Otonomi Daerah yang menjadi bagian kebijakan pemerintah
sejak era reformasi telah menjadi agenda penting yang diterapkan dalam
setiap bidang kehidupan termasuk bidang pendidikan. Desentralisasi
pendidikan dalam kontek otonomi daerah memberikan otonomi pada tingkat
satuan pendidikan. Karena Kepala Madrasah adalah pihak yang mengetahui
tentang permasalahan dan kebutuhan yang diperlukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan.4
Komite Madrasah sebagai wakil dari kepedulian masyarakat terhadap
mutu madrasah yang memiliki peran penting dan mempunyai fungsi sebagai
berikut : (1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, (2) Melakukan
kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu, (3) Menampung dan menganalisa aspirasi, ide,
tuntutan dari kebutuhan yang diajukan masyarakat, (4) Memberikan
masukan, pertimbangan dan rekomendasi, (5) Mendorong orang tua dan
masyarakat untuk peningkatan pendidikan yang bermutu, (6) Melakukan
evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, dan (7) Melakukan evaluasi dan
pengawasan terhadap kebijakan, progam, penyelenggaraan, dan keluaran
pendidikan di satuan pendidikan.5
3
E Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003 Cet ke 3, 155.
4
Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah, dan Dewan Sekolah, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, 70.
5
Kepala madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan
madrasah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan madrasah dan
pendidikan dapat direalisasikan. Sehubungan dengan MBS kepala Madrasah
dituntut untuk meningkatkan efektifitas kinerja.6
Kinerja kepemimpinan kepala madrasah dalam kaitannya dengan MBS
adalah segala upaya yang dilakukan dengan hasil yang dapat dicapai kepala
madrasah dalam mengimplementasikan MBS di madrasahnya untuk
mewujudkan tujuan pendidikan efektif dan efesien. Sehubungan dengan itu
untuk mewujudkannya dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut :
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif
2. Dapat menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga
dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka meningkatkan tujuan
madrasah dan pendidikan
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai di madrasah. Dengan demikian peneliti
mefokuskan.7
Beberapa alasan penulis memilih tema diatas adalah ;
1. Adanya fenomena yang berkembang dimasyarakat terhadap keberadaan
Komite Madrasah yang berperan dalam peningkatan mutu pembelajaran di
6
E Mulyasa, Kurikulum …, 126.
7
madrasah
2. Peran Kepemimpinan kepala Madrasah yang mampu memberdayakan
guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektik
3. Peran kepala madrasah yang mampu menjalin hubungan yang harmonis
dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka scara aktif dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan madrasah.
Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Kontribusi
Kinerja Komite dan Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Mutu
Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Semarang.
B. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
survai dengan metode analisis deskriptif. Data dan informasi dari lapangan
dijaring melalui alat pengumpul data penelitian. Data dan informasi dari
lapangan dijaring melalui alat pengumpul data yang berupa kuesioner
untuk masing-masing variabel penelitian. Mekanisme pengumpulan data
ditempuh dengan menyebarkan kuesioner kepada sample penelitian,
kemudian dilakukan pengumpulan data, data yang telah terkumpul diolah
menggunakan komputer. Data dan informasi hasil pengolahan data
disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan informasi lain sebagai bahan untuk
dilakukan analisis data.
Menurut tingkat ekplanasinya penelitian ini termasuk jenis penelitian
asosiatif. Sugiyono menyatakan bahwa “Penelitian asosiatif ialah penelitian
lainnya”.8 Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menuntut ketelitian, ketekunan
dan sikap kritis dalam menjaring data yaitu populasi dan sampel, karena
data hasil penelitian ini berupa angka-angka yang harus diolah secara
statistik. Data antara varabel yang diajukan oleh objek penelitian harus jelas
pertautannya (koralasinya) sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik
yang akan digunakan sebagai pengolah data yang pada gilirannya merupakan
hasil analisis yang dapat dipercaya realibilitas dan validitasnya, dengan
demikian mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang
dihasilkan dapat dijadikan rujukan
C. Hasil dan Pembahasan
Dari sederet penelitian yang penulis lakukan dari bulan Desember
sampai dengan Maret di Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten semarang dengan
30 responden yang mengambil sampel 3 madrasah dengan katagori Tinggi di
MIN Timpik kecamatan Susukan, katagori sedang di MIS Mendiro Kecamatan
Ungaran Timur, dan katagori rendah di MIS Tarbiyatul Muslimin Kecamatan
Suruh. tentang kontribusi kinerja komite dan kepemimpinan kepala madrasah
terhadap mutu pembelajaran madrasah ada beberapa persepsi sebagai berikut :
a. Persepsi responden terhadap Kontribusi Kinerja Komite Madrasah
Berdasarkan data-data tersebut didukung dengan hasil observasi/
survei diketahui dari tiga lokasi madrasah, Kontribusi Kinerja Komite
8
Madrasah di MIN Timpik, MIS Mendiro, dan MIS Tarbiyatul Muslimin,
pertama: berdasarkan lokasi madrasah yang berada di antara perkotaan
dan pedesaan sehingga terjadi keanekaragaman latar belakang dari
personil Komite. Kedua: anggota Komite Madrasah ada yang berasal
dari orangtua yang sibuk karena sebagai pejabat pemerintah, dari
orangtua yang berprofesi sebagai guru, dan orangtua sebagai tokoh
masyarakat. Keberagaman profesi orangtua wali yang menjadi anggota
komite madrasah berdampak positif pada MIN Timpik Susukan karena
anggota Komite dapat secara penuh berperan aktif dalam segala kegiatan,
seperti penyusunan RAPBM, pemantauan kondisi sarana dan prasarana
madrasah, pelibatan stakeholder pada pelaksanaan program madrasah,
dan secaraa maksimal dapat mengidentifikasi dan mengkomunikasikan
dengan pihak madrasah mengenai aspirasi orangtua/ wali murid berkenaan
dengan kebijakan dan program madrasah.
Peran Komite Madrasah di MIS Mendiro Ungaran Timur,
berdasarkan hasil survei sebagai pendukung analisis deskriptif, diketahui
bahwa personil Komite Madrasah sebagian besar berasal dari para
pegawai/ pejabat pemerintah yang sangat sibuk. Intensitas waktu
pertemuannya/ koordinasi dengan pihak madrasah hanya menjelang rapat
pleno atau jika ada kegiatan insidental, seperti persiapan menjelang
ujian nasional kelas 6. Anggota Komite berperan pasif sedangkan pihak
madrasah lebih aktif, seperti penyusunan RAPBM disusun madrasah
kondisi sarana dan prasarana madrasah sebatas formalitas, belum
maksimal mengidentifikasi dan mengkomunikasikan dengan pihak
madrasah mengenai aspirasi orangtua/ wali murid berkenaan dengan
kebijakan dan program madrasah.
Peran Komite Madrasah di MIS Tarbiyatul Muslimin sangat urgen,
namun ada beberapa hal yang menjadikan Komite Madrasah kurang
maksimal disebabkan pengalaman dan perannya yang belum maksimal
karena kurangnya informasi mengenai peran Komite bagi madrasah.
Sebagian besar anggota Komite Madrasah pegawai swasta/ petani yang
intensitas waktu pertemuannya sangat minim, sehingga partisipasi dalam
penyusunan anggaran, program dan pemantauan sarana/ prasarana
madrasah kurang maksimal, demikian juga dengan pengkomunikasian
kehendak orangtua wali dengan madrasah sering terabaikan, komite
madrasah cenderung menyerahkan penyelesaian kebijakan kepada
madrasah.
Hasil analisis deskriptif peran Komite di tiga lokasi
mengindikasikan bahwa Kontribusi Kinerja Komite Madrasah mendorong
tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu walaupun masih belum
optimal. Komite Madrasah dalam hal sebagai pendukung (supporting
agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan telah melakukan
pendidikan yang bermutu. Sedangkan sebagai mediator antara
pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan Komite
telah menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
b. Persepsi Responden terhadap Kepemimpinan Kepala Madrasah
Hasil analisis deskriptif kepemimpinan di tiga lokasi menunjukkan
bahwa kepemimpinan Kepala Madrasah di MIN Timpik menjadi sosok
ideal yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi guru dan karyawannya,
dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk
kepentingan madrasah. Namun Kepala Madrasah dapat memotivasi
seluruh guru dan karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi
organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan di madrasah. Kreativitas guru dalam proses pembelajaran
masih kurang karena kepala madrasah mengalami hambatan pada
penumbuhan kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan stafnya dengan
mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk
menjadikan madrasah ke arah yang lebih baik karena sumber daya
manusia masih belum maksimal
Kepemimpinan Kepala Madrasah di MIS Mendiro Ungaran Timur,
belum maksimal menjadi sosok ideal yang dapat dijadikan sebagai
panutan bagi guru dan karyawannya, dipercaya, dihormati dan mampu
mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan madrasah. MIS
dan karyawan di MIS Mendiro lebih berpengalaman pada pelaksanaan
tugas-tugas, sedangkan Kepala Madrasah baru berasal dari Madrasah
Standar yang berstatus di bawah Madrasdah Unggulan.
Motivasi dari Kepala Madrasah hanya pada guru-guru tertentu
sehingga menimbulkan kecemburuan, komitmen terhadap visi organisasi
dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuan- tujuan
pendidikan di madrasah belum berfungsi secara maksimal.
Cara menumbuhkan kreativitas dan inovasi bagi guru dan
karyawan dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan
masalah untuk menjadikan madrasah ke arah yang lebih baik hanya
dilakukan pada guru-guru tertentu, sehingga kepala madrasah hanya dapat
bertindak sebagai pelatih dan penasihat bagi guru dan staf tertentu saja.
Pencapaian tersebut dikarenakan kepala madrasah dapat menunjukkan
sebagai seorang pemimpin yang efektif dengan hasil kerja yang lebih
baik.
Kepala MIS Tarbiyatul Muslimin dapat memberdayakan seluruh
bawahan untuk melakukan hal yang terbaik untuk organisasi, berusaha
menjadi pemimpin yang bisa diteladani yang didasari nilai yang tinggi,
mendengarkan semua pemikiran bawahan untuk mengembangkan
semangat kerja sama dan dapat menciptakan visi yang dapat diyakini
oleh semua orang dalam organisasi, serta bertindak sebagai agen
perubahan dalam organisasi dengan memberikan contoh bagaimana
Oleh karena itu, merupakan hal yang menguntungkan jika Kepala
Madrasah dapat menerapkan kepemimpinan di madrasahnya.
Kepemimpinan merupakan sebuah rentang yang luas tentang aspek-aspek
kepemimpinan, maka untuk bisa menjadi seorang pemimpin yang efektif
membutuhkan suatu proses dan memerlukan usaha sadar dan
sunggug-sungguh dari yang bersangkutan.
c. Persepsi Responden terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran Madrasah
Sebagai pendukung pencapaian tersebut, hasil survei di tiga lokasi
menunjukkan data-data bahwa mutu pembelajaran menunjukan di MIN
Timpik Kec. Susukan sudah baik dikarenakan madrasah tersebut adalah
madrasah negeri yang sumber dananya sudah tercukupi yang berasal dari
DIPA, dan sarana prasarananya pun terpenuhi, semua kelas sudah tersedia
LCD dan Computer untuk penunjang pembelajaran siswa, dan gurunya pun
sudah berkualifikasi Sarjana, da nada sebagian yang sudah Magister.
Dari dimensi kehandalan sudah transparan program-program
madrasah yang disampaikan kepada orangtua wali dan masih ada
layanan pembelajaran yang tepat waktu, karena madrasah tersebut adalah
madrasah unggulan di daerahnya.
Mutu Pembelajaran di MIS Mendiro Kec.Ungaran Timur terbukti
dari hasil analisis data menunjukkan masih adanya guru kosong karena
tugas luar, rapat dinas sehingga siswa gaduh saat jam tersebut. Sarana
prasarana modern sudah tersedia namun masih belum berfungsi secara
beberapa guru saja yang dapat mengoperasikannya. Walaupun sebagai
madrasah unggulan, masih ada guru yang belum berstatus atau
berpendidikan sarjana. Kendala lain yang belum menunjukkan kualitas
layanan pembelajaran yang baik karena fasilitas hot spot area sering
lemah signalnya sehingga siswa sulit mengakses informasi-informasi dari
internet.
Mutu Pembelajaran di MIS Tarbiyatul Muslimin Suruh tidak
memberikan janji-janji yang tinggi namun dalam mutu pembelajaran
yang diberikan melebihi dari janji-janji kepada masyarakat.
Dikarenakan mungkin lokasi nya jauh dari perkotaan, dan orang tuang
berpendidikan yang masih minim.
Sarana dan prasarana pendidikan memadai hal ini dilihat dari
fasilitas kurang mendukung dikarenakan orang tua siswa belum dalam
mendukung system pembelajaran di madrasah tersebut, mungkin karena
keterbatasan dari SDM orang tua nya.
Hipotesisi pertama
Hasil uji hipotesis ini diperoleh persamaan regresi X2 = 56.363 + 0,422
X1. Ternyata nilai t hitung > t tabel ( 2,461 > 2,042 ) Ho di tolak Dan Ha di
terima artinya signifikan. Nilai sig 0,020 lebih kecil disbanding nilai
probabilitas 0,05 ( 0,05 > 0,01 ) maka Ho di tolak Dan Ha diterima. Artinya
signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh yang
signifikan variabel kontribusi kinerja komite madrasah terhadap
0,422 ) dan R Square 0,178 atau 17,8 %. Angka ini berarti sebesar 17,8 %
kepemimpinan kepala madrasah yang terjadi di MI sekabupaten Semarang
dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel kontribusi kinerja komite
madrasah, sedangkan 82.2% tidak dikaji pada penelitian ini.
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah semakin tinggi atau positif
Kontribusi Komite Madrasah (pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol
dan mediator) di MI Sekabupaten Semarang semakin berpengaruh
Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam upaya Peningkatan pada peningkatan
Mutu Pembelajaran Madrasah.
Hipotesis II
Hasil uji hipotesis kedua diperoleh persamaan regresi Ŷ = 57.759 +
0,382 X1. Ternyata nilai t hitung > t tabel ( 2,187 > 2,042 ) Ho di tolak dan Ha
di terima artinya signifikan. Nilai sig 0,037 lebih kecil disbanding nilai
probabilitas 0,05 ( 0,05 > 0,037 ) maka Ho di tolak dan Ha diterima artinya
signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh yang
signifikan variabel Kontribusi Kinerja Komite Madrasah terhadap Peningkatan
Mutu Pembelajaran. Sedangkan Koefisien korelasi 0,382 ( rX1 Y = 0,382 ).
dan R Square untuk Komite Madrasah sebesar 0.146 atau 14,6 %. Angka ini
berarti sebesar 14,6 % Mutu Pembelajaran yang terjadi di MI Sekabupaten
Semarang dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel Komite Madrasah,
sedangkan 85,4 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas pada
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah semakin tinggi atau positif
Kontribusi Komite Madrasah (pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol
dan mediator) di MI Sekabupaten Semarang semakin berpengaruh pada
peningkatan Mutu Pembelajaran.
Komite Madrasah belum berperan maksimal dalam rangka
meningkatkan mutu, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di madrasah.
Dukungan masyarakat belum menunjukkan sinergi yang positif dalam arti
Komite Madrasah hanya sekedar lembaga pengumpul dana pendidikan dari
orangtua siswa. Kondisi ini jika berlangsung terus menerus berdampak
kurang baik bagi keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan, maka perlu
dibenahi selaras dengan tuntutan perubahan yang dilandasi kesepakatan,
komitmen, kesadaran dan kesiapan membangun budaya baru dan
profesional dalam mewujudkan Mutu Pembelajaran yang memiliki loyalitas
pada peningkatan mutu madrasah. Hal ini sejalan dengan surat Keputusan
Mendiknas Nomor: 044/U/2002, guna terciptanya suatu masyarakat
madrasah yang kompak dan sinergis, maka Komite Madrasah merupakan
bentuk atau wujud kebersamaan yang dibangun melalui nilai kesepakatan.
Hipotesis III
Hasil Hipotesis ketiga ini diperoleh Persamaan regresi Ŷ = 24,507 +
0,709 X2. Ternyata nilai t hitung > t tabel ( 5,324 > 2,042 ) Ho di tolak dan Ha
di terima artinya signifikan. Nilai sig 0,000 lebih kecil disbanding nilai
probabilitas 0,05 ( 0,05 > 0,000 ) maka Ho di tolak dan Ha diterima artinya
signifikan variabel kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Mutu
Pembelajaran. Dengan koefisien korelasi 0,709 ( rX2 Y = 0,709 ) dan R
Square sebesar 0.503 atau 50,3 %. Angka ini berarti sebesar 50,3 % Mutu
Pembelajaran yang terjadi di MI sekabupaten Semarang dapat dijelaskan
dengan menggunakan variabel kepemimpinan Kepala Madrasah (menyusun
perencanaa, menerapkan kepemimpinan, mengelola tenaga kependidikan,
mengelola kesiswaan, mengelola sarpras, mengelola hubungan dengan
masyarakat, mengelola KBM, dan mengelola keuangan madrasah), sedangkan
49.1 % tidak dikaji pada penelitian ini.
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah semakin tinggi atau positif
peran kepemimpinan Kepala Madrasah (menyusun perencanaan, menerapkan
kepemimpinan, mengelola tenaga kependidikan, mengelola kesiswaan,
mengelola sarpras, mengelola hubungan dengan masyarakat, mengelola KBM,
dan mengelola keuangan madrasah) di MI sekabupaten Semarang, semakin
berpengaruh pada peningkatan Mutu Pembelajaran. Semakin tinggi atau
positif peran kepemimpinan Kepala Madrasah, semakin berpengaruh pada
peningkatan Mutu Pembelajaran. Peningkatan Mutu Pembelajaran di
lembaga pendidikan (madrasah) menjadi dambaan masyarakat khususnya
orangtua/ wali murid. Mutu Pembelajaran yang ideal unik, bahkan fenomenal,
sangat dibutuhkan sebagai keunggulan kompetitif yang sulit ditiru karena
bersifat keperilakuan.
Kepala Madrasah dapat menginisiasi warga madrasah (guru) sehingga
melalui pengembangan kepercayaan guru madrasah pada perilaku
kepemimpinan yang tegas. Kepemimpinan yang mampu memberdayakan
warga madrasah memberikan kontribusi bagi Mutu Pembelajaran perlu
dipupuk, dengan semakin membumikan kepercayaan guru dan karyawan
dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Hal tersebut dilakukan
sebagai pemikat berkembangnya perilaku ideal guru, terutama melalui
penampilan mutu pembelajaran yang berkualitas.
Melihat hasil temuan di lapangan tersebut, secara operasional Mutu
Pembelajaran di madrasah perlu dilakukan sejumlah upaya ekstra. Beberapa
di antaranya adalah dengan keunggulan kualitas pembelajaran yang inovatif di
kelas sebagai magnet keunggulan kualitas pengajaran madrasah,
membudayakan dan melembagakan perilaku ideal kewargaan organisasi
bagi setiap warga madrasah yang selalu siap memberikan pelayanan dan
mengkondisikan kepercayaan mereka. Selain itu, secara total dan
berkesinambungan menjadikan perilaku kepemimpinan menjadi absesi
utama sebagai gaya kepemimpinan Kepala Madrasah.
Hipotesis IV
Hasil uji hipotesis keempat diperoleh persamaan diperoleh persamaan
regresi Ŷ = 24.253 + 0.157 X1. Ternyata nilai t hitung < t tabel ( 1,111 <
2,042 ) Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan. Nilai sig 0,276
lebih besar dibanding nilai probabilitas 0,05 ( 0,05 < 0,276 ) maka Ho diterima
bahwa Kontribusi Kinerja Komite Madrasah berpengaruh tidak signifikan
terhadap Mutu Pembelajaran.
Tabel ini juga memberikan informasi tentang persamaan regresi Ŷ =
24.253 + 0.655 X2. Ternyata nilai t hitung > t tabel ( 4,369 > 2,042 ) Ho
ditolak dan Ha diterima artinya signifikan. Nilai sig 0,000 lebih kecil
dibanding nilai probabilitas 0,05 ( 0,05 < 0,000 ) maka Ho ditolak dan Ha
diterima artinya signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran
kepemimpinan Kepala Madrasah berpengaruh secara signifikan terhadap
Mutu Pembelajaran.
Hal ini mengindikasikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
variabel Kontribusi Kinerja Komite Madrasah dan kepemimpinan kepala
madrasah berpengaruh secara signifikan terhadap Mutu Pembelajaran
Madrasah dengan koefisien korelasi 0,724 ( rX1,2 Y = 0,724), dan R
square = 52,5 atau 52,5 %. Sedangkan faktor-faktor lain yang berpengaruh
terhadap peningkatan Mutu Pembelajaran sebesar 47,5%.
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah semakin tinggi atau positif
Kontribusi Komite Madrasah dan kepemimpinan Kepala Madrasah di MI
Sekabupaten Semarang, semakin berpengaruh pada peningkatan Mutu
Pembelajaran Madrasah.
Hasil temuan penelitian menunjukkan Kontribusi Kinerja Komite
Madrasah sebagai landasan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
(madrasah) sebagai penasehat, pendukung, pengontrol dan penghubung
dengan stakeholders pendidikan berpengaruh signifikan pada Mutu
Pembelajaran Madrasah. Sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan
kebijakan di madrasah, dapat memberikan arahan pada mutu layanan yang
diberikan kepada masyarakat. Sebagai pendukung layanan pendidikan di
madrasah berwujud dukungan finansial, pemikiran, maupun tenaga
penyelenggara pendidikan di madrasah. Sebagai pengontrol Komite
Madrasah berperan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, serta sebagai mediator antara
pemerintah dengan masyarakat di madrasah.
Kepemimpinan Kepala Madrasah pada penelitian ini, dapat memotivasi
guru dan karyawan untuk melakukan pekerjaan atau tugas lebih baik dari apa
yang bawahan inginkan dan bahkan lebih tinggi dari apa yang sudah
diperkirakan sebelumnya. Perilaku kepemimpinan Kepala Madrasah ini
menimbulkan kesadaran dan komitmen yang tinggi terhadap tujuan dan
misi organisasi serta membangkitkan komitmen warga madrasah untuk
memberikan layanan melampaui batas-batas kepentingan pribadi demi untuk
kepentingan organisasi.
Tumbuhnya keinginan dalam diri guru di tiga lokasi madrasah (MIN
Timpik Kec. Susukan, MIS Mendiro Kec. Ungaran Timur, dan MIS Tarbiyatul
Muslimin Kec. Suruh) pada lini depan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran yang didasarkan pada kemampuan dan pengetahuan ternyata
memperbaiki kesalahannya, mengkaji ulang asumsi lama, dan mendorong
bawahan untuk menghasilkan hal-hal baru.
Perilaku pemimpin yang selalu berbicara mengenai nilai yang penting dan
benar bagi organisasi/ institusi madrasah, menumbuhkan kesadaran guru
tentang pentingnya hakekat dan tujuan bersama, menunjukkan pelayanan
yang total dan sungguh-sungguh pada masyarakat serta membuat keputusan
dengan selalu mempertimbangkan konsekuensi moral dan etika. Ketika
organisasi madrasah menganggap nilai-nilai tersebut penting dan
menerapkannya pada guru melalui atasan dengan perilaku pengaruh idealis
ternyata lebih mudah bagi guru untuk percaya dan menyadari bahwa memang
nilai tersebut penting bagi tercapainya tujuan bersama
D. Simpulan Dan Saran
Simpulan
Berdasarkan uraian data di atas maka penulis dapat simpulkan sebagai
berikut :
Pertama terdapat pengaruh positif yang signifikan mengenai Kontribusi
Kinerja Komite terhadap Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam upaya
Peningkatan Mutu Pembelajaran Madrasah, dengan koefisien korelasinya
0,422 atau sebesar 17,8 %.
Kedua terdapat pengaruh positif yang signifikan mengenai Kontribusi
Kinerja Komite Madrasah terhadap peningkatan mutu Pembelajaran Madrasah,
Ketiga terdapat pengaruh positif yang signifikan mengenai
Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap peningkatan Mutu Pembelajaran,
dengan koefesien korelasinya 0,709 atau sebesar 50,3 %.
Keempat terdapat pengaruh positif yang signifikan mengenai Kontribusi
Komite Madrasah dan Kepemimpinan Kepala Madrasah secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan Mutu Pembelajaran
Madrasah, dengan koefesien korelasinya 0,724 atau sebesar 52,5 %.
Saran
Kepada Kementerian Agama :
a. Sebagai acuan penetapan kebijakan makro terkait dengan kebijakan
peningkatan mutu layanan pendidikan.
b. Meningkatkan fasilitas-fasilitas yang mendukung peningkatan mutu
pembelajaran.
Komite Madrasah
a. Membantu menyelesaikan berbagai permasalahan penyelenggaraan
pendidikan di madrasah sesuai dengan peran dan fungsinya.
b. Komite madrasah merupakan lembaga/ badan khusus hendaknya
dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis sehingga akan
bertanggung jawab terhadap peningkatan pembelajaran madrasah.
c. Bersama masyarakat selalu aktif dalam proses pengambilan keputusan,
merupakan salah satu wujud dan kunci untuk meningkatkan mutu
pembelajaran madrasah.
Kepala Madrasah:
a. Memberikan kesempatan kepada anggota komite madrasah untuk
mengamati segala jenis kegiatan madrasah dalam rangka meningkatkan
kemampuannya dalam mengambil keputusan.
b. Memberikan kebijakan kepada guru untuk selalu berkreasi dan
berinovasi dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan di
madrasahnya.
c. Dinamis dalam memimpin madrasah sehingga akan tercipta hubungan
struktur tugas dan hubungan emosional antar personal yang dapat
membangkitan gairah kerja dalam suasana kebersamaan.
d. Sebagai acuan untuk mengambil kebijakan mikro terkait peningkatan
DAFTAR PUSTAKA
Umaedi. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah. Buku I, Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2001.
Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Fattah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah, dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Pendidikan Nasipnal RI, Departemen. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktotar SLTP, 2001.
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2003.