• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Cirebon adalah salah satu daerah yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Cirebon adalah salah satu daerah yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Cirebon adalah salah satu daerah yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cileudug Kabupaten Cirebon merupakan perbatasan dari provinsi Jawa Barat dengan Kecamatan Losari Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah. Kedekatan kedua Kecamatan tersebut saling pengaruh dan mempengaruhi terhadap kedua kebudayaan yang ada satu sama lain, maka akan muncul kemungkinan bahwa kebudayaan Cirebon adalah hasil dari alkulturasi budaya antara dua kultur masyarakat Sunda dan Jawa. Kedua kultur tersebut lambat laun menjadi satu dan kemudian melahirkan subkultur mandiri, hal ini dapat dilihat dari bahasa yang digunakan masyarakat Cirebon yang sebagian besar menggunakan bahasa Cirebon. Begitu pula dengan keseniannya, tumbuh dan berkembang, kemungkinannya hasil dari alkulturasi kedua budaya. Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2008:121) bahwa: “Alkulturasi adalah proses perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih sehingga melahirkan bentuk kebudayaan baru, tetapi unsur-unsur penting dari masing-masing kebudayaan (baik kebudayaan lama maupun baru) masih terlihat”.

Cirebon memiliki ragam kesenian yang lahir dari karya masyarakat penyangganya. Jenis-jenis kesenian yang tumbuh dan berkembang di daerah Cirebon diantaranya adalah Tari Topeng, Tari Batik, Sintren, Reog, Masres, Berokan, Jaga Regol, Ronggeng Bugis, dan Angklung Bungko.

(2)

Kesenian-kesenian di kota Cirebon dapat tumbuh dan berkembang dengan kemauan dan usaha dari creator yang ada disanggar-sanggar sebagai upaya dalam menambah khasanah tari yang telah ada di kota Cirebon.

Sanggar-sanggar yang ada di kota Cirebon diantaranya adalah Sanggar Adi Ningrum, Sanggar Kencana Wungu, Sanggar Tritunggal Budaya, Sanggar Purbasari, Sanggar Pandi Purawa, Sanggar Pamong Purwa, Sanggar Sudina, Sanggar Purwa Kencana, Sanggar Purwa Tiktak, Sanggar Manunggaling Purwa, Sanggar Sucimekar Sari, Sanggar Seni Tari Topeng Panji Asmara, dan Sanggar Sekar Pandan.

Melihat pentingnya pelestarian budaya asli Cirebon, Elang Herry Komarahadi mendirikan Sanggar Sekar Pandan dengan penuh tanggung jawab. Tanggung jawabnya terhadap kesenian, dibuktikannya dengan memperkaya dan melestarikan seni tari yang telah ada. Selain melestarikan tarian yang sudah ada, Elang Herry Komaharadi juga sering mengikuti berbagai acara. Salah satu ciptaan tariannya adalah Tari Batik, dan tarian ini pernah diikut sertakan dalam Festival Topeng Nusantara 2010 yang diselenggarakan di Cirebon yang mengangkat kesenian topeng Cirebon, acara tersebut disaksikan oleh 15 duta besar dan perwakilan UNESCO itu kini membuat Elang Herry Komarahadi juga mulai banyak order untuk mentas di luar kota. Tidak cuma melestarikan tarian yang sudah ada, namun Elang Herry Komarahadi dan teman-teman seniman yang lainnya juga menciptakan tarian-tarian baru yang memiliki unsur tradisional.

(3)

Tari Topeng memang bukan satu-satunya kesenian yang dipelajari di Sanggar Sekar Pandan, tetapi Wayang Wong (wayang orang), Sintren, Sandiwara, Karawitan, Tari Batik, Telik Sandi, Jaga Regol dan Wayang Kulit juga difasilitasi. Elang Herry Komarahadi bahkan memberi ruang bagi para senimannya untuk berkreasi seluas-luasnya. Elang Herry Komarahadi memang tidak memiliki harapan yang muluk-muluk, beliau hanya ingin melestarikan budaya tradisional Cirebon.

Setiap tahunnya Elang Herry Komarahadi mengikuti Festival Topeng Nusantara, sejak itulah Elang Herry mulai banyak order untuk manggung, maka kesejahteraan para seniman Sanggar Sekar Pandan mulai membaik dari sebelumnya. Dahulu Elang Herry dan teman-teman seniman harus manggung dari kota ke kota untuk menghidupi sanggar yang di kelola oleh Elang Herry. Selain itu, Elang Herry dan teman-teman seniman memungut iuran anggota, namun kini sanggar yang dikelola oleh Elang Herry telah mendapat bantuan dana reguler per dua tahun dari pemerintah setempat. Saat ini Sanggar Sekar Pandan memiliki tujuh orang pelatih tari, dua orang pelatih musik dan anggota Sanggar Sekar Pandan kebanyakan usia remaja mulai dari usia dua belas tahun hingga dewasa. Sampai saat ini, terdapat beberapa karya tari yang sudah diciptakan oleh Elang Herry Komarahadi diantaranya adalah Tari Manggala Yuda pada tahun2010, Topeng Beling tahun 1995, Topeng Barong tahun 2008, Jaga Regol tahun 2008, dan Tari Batik tahun 2010.

(4)

Tari Batik adalah salah satu tarian yang diciptakan oleh Elang Herry Komarahadi pada tahun 2010, jadi tarian ini masih tergolong tarian yang sangat muda. Dalam proses pembuatan Tari Batik ini, Elang Herry Komarahadi terinspirasi dari kegiatan putri-putri keraton dan abdi dalem yang sedang membatik di keraton dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Dari situlah Elang Herry Komarahadi menciptakan Tari Batik dengan gerakan serta alunan musik yang lembut. Busana yang dipergunakan pada tarian ini adalah busana yang bernuansakan tradisi keraton Cirebon yaitu dengan memakai kebaya dan samping. Dalam pelaksanaannya Tari Batik hanya ditarikan dengan jumlah penari genap yaitu enam atau delapan orang penari saja. Meskipun usianya masih muda tapi dalam perkembangannya Tari Batik ini sudah dipentaskan di beberapa tempat diantaranya di Palembang, Resort Prima Sangkan Hurip Kuningan, Sumatera, Taman Mini Indonesia Indah, dan di setiap even-even tertentu di kota Cirebon.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai data otentik yang di dapat langsung dari lapangan kemudian di deskripsikan dan dianalisis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang Tari Batik, koreografi Tari Batik yang harus ditarikan dengan jumlah penari genap dan iringan serta busana yang dipergunakan pada Tari Batik. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai kemunculan Tari Batik sehingga di kenal oleh masyarakat. Peneliti tertarik dan akan mengangkat permasalahan Tari Batik tersebut kedalam penelitian yang berjudul “Tari Batik di Sanggar Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon”.

(5)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti berupaya membatasi masalah-masalah yang akan diteliti, diantaranya meliputi: 1. Bagaimana latar belakang terciptanya Tari Batik di Sanggar Sekar Pandan

Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon?

2. Mengapa Tari Batik harus ditarikan dengan penari yang berjumlah genap? 3. Bagaimana struktur koreografi, iringan dan busana Tari Batik di Sanggar

Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini berangkat dari rasa ingin tahu peneliti terhadap kesenian Tari Batik secara umum, namun selanjutnya diharapkan akan mencapai beberapa tujuan sesuai dengan rumusan masalah di atas, diantaranya sebagai berikut : 1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai Tari Batik di Sanggar Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan latar belakang terciptanya Tari Batik di Sanggar Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon.

b. Menjelaskan alasan Tari Batik yang harus ditarikan dengan penari yang berjumlah genap.

c. Mendeskripsikan struktur koreografi, iringan, dan busana Tari Batik di Sanggar Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon.

(6)

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi semua kalangan yang memperhatikan kesenian tradisional, khususnya bagi masyarakat yang belum mengenal Tari Batik sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang hal-hal yang ada pada Tari Batik. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak yang terkait, antara lain sebagai berikut :

1. Peneliti

a. Menambah ilmu, wawasan dan pengetahuan mengenai keberadaan kesenian Tari Batik di Sanggar Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon.

b. Mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan Tari Batik, baik dari latar belakang terciptanya Tari Batik, struktur atau koreografi gerak Tari Batik, serta iringan dan busana yang dipergunakan pada Tari Batik di Sanggar Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon. c. Selain itu juga penelitian ini bisa menambah pengalaman serta

pembelajaran kepada peneliti dengan melakukan penelitian secara langsung.

2. Seniman

Dapat memacu para seniman-seniman yang ada di kota Cirebon pada khususnya dan seniman-seniman lainnya agar lebih kreatif lagi dalam menciptakan suatu tarian.

(7)

3. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Memberikan kontribusi di dalam menambah sumber pustaka yang dapat disajikan dan bacaan bagi para mahasiswa yang masih menimba ilmu di UPI. 4. Masyarakat

Peningkatan rasa bangga dari masyarakat, gambaran informasi tentang Tari Batik sebagai tari kreasi baru dari kota Cirebon sehingga mampu mengembangkan wawasan dalam budaya.

E. ASUMSI PENELITIAN

Asumsi atau anggapan dasar yang melandasi penelitian ini adalah bahwasannya Tari Batik merupakan tari kreasi baru yang berada di Sanggar Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon, yang dalam penyajiannya memiliki fungsi sebagai hiburan dan presentasi estetis.

F. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian sebagai suatu sistem, dengan kata lain obyek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif. Metode ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan memaparkan seluruh hasil penelitian sesuai dengan keadaan dilapangan. Metode ini juga

(8)

membantu kita dalam mengetahui bagaimana caranya mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, atau informasi yang benar dan dipercaya. Pengumpulan teknik dan alat pengumpulan yang tepat memungkinkan data yang obyektif yang dapat membantu menyelesaikan penelitian.

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik yaitu tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Hadi (Sugiyono, 2011:145), menyatakan bahwa: “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011:146) bahwa :

(9)

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan di observasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti melakukan observasi langsung dan tidak terstruktur untuk mendapatkan pengalaman secara langsung sekaligus mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dengan mengamati objek penelitian di Sanggar Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara Tanya jawab. Wawancara dilakukan sebagai langkah berikutnya dalam rangka pengumpulan data-data yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah dalam penelitian yang tidak dapat ditemukan melalui kegiatan observasi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara tidak terstruktur karena pada wawancara ini peneliti tidak menyiapkan daftar pertanyaan dengan susunan kata dan tata urut yang harus dipatuhi dan pertanyaan-pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu, tetapi tetap berpusat pada satu pokok. Peneliti juga dibantu dengan beberapa alat bantu wawancara agar wawancara lebih efektif dan efisien. Pada saat wawancara berlangsung peneliti menggunakan

(10)

alat bantu berupa handphone, tape recorder, dan alat bantu lain yang sifatnya untuk merekam.

c. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Pendokumentasian merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dan hasilnya akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto atau media audio visual. Tujuan dilakukannya teknik ini yakni untuk mendokumentasikan data responden yang berhubungan dengan kesenian Tari Batik di Sanggar Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon. Satori dan Komariah (2010:149) dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif mengatakan :

Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian.

Berdasarkan pendapat diatas, maka studi dokumentasi sangat penting untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sudah dilakukan.

3. Instrument Penelitian a. Pedoman Observasi

Pedoman observasi yang peneliti lakukan yaitu observasi secara langsung ke lapangan dengan menggunakan alat bantu berupa camera digital, handycam dan alat bantu lainnya.

(11)

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara tidak terstruktur adalah peneliti sendiri. Hal ini dikarenakan peneliti ikut terlibat di dalamnya. Instrumen peneliti lainnya merupakan pedoman wawancara yang diajukan pada saat wawancara dan studi dokumentasi.

c. Pedoman Studi Dokumentasi

Pedoman studi dokumentasi berupa kamera digital yang menghasilkan foto-foto dan video.

4. Pengolahan Data

Seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi dikumpulkan, selanjutnya dianalisis berdasarkan metode. Kemudian diuraikan secara sistematik untuk dijadikan sebagai bahan laporan.

G. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sanggar Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon. Peneliti sengaja memilih lokasi ini untuk dijadikan tempat penelitian, karena di lingkungan inilah kesenian Tari Batik tumbuh dan berkembang. Sampel atau subjek penelitian ini adalah Tari Batik, perlu diketahui bahwa dalam perkembangannya Tari Batik tidak hanya ditampilkan pada saat Festival Keraton saja, melainkan pada saat kegiatan-kegiatan lain salah satunya pada pergelaran bulanan.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Laporan Keuangan untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan ” dengan baik dan tepat pada waktunya.. Di samping itu peneliti tidak

[r]

Evaluasi terhadap program pendidikan harus dilakukan secara sistematik, terstruktur, periodik dan berkesinambungan dengan menggunakan alat ukur yang dapat diterima

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan perifiton, untuk mengetahui produktivitas primer perifiton dan untuk mengetahui hubungan parameter

Menciptakan suasana kondusif untuk komunikasi yang efektif, memastikan dan mengkomunikasikan visi, misi, nilai, tujuan, dan sasaran kepada pegawai dan pemangku kepentingan

Epidemiologi Lapangan merupakan program yang menekankan praktek di lapangan dalam aplikasi metode epidemiologi untuk menyediakan informasi dan saran epidemiologik

Plant height, chlorophyll content index (CCI), number of trifoliate leaf per plant (LN), leaf area per plant (LA) and total dry matter per plant (TDM) significantly affected

Hal ini tidak sekedar menggabungkan dua pandangan (individualisme dan sosialisme) diatas, tetapi secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai mahkluk individu.. sekaligus