• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Beragam penelitian terkait tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Beragam penelitian terkait tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beragam penelitian terkait tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility; selanjutnya disingkat CSR) telah banyak dilakukan dalam literatur akuntansi dan manajemen selama dua dekade terakhir. Sebagian besar aspek yang diteliti dalam literatur menguji apa saja faktor-faktor penentu aktivitas CSR maupun konsekuensi atas adanya CSR. Bagaimanapun,sebelumnya penelitian terkait hubungan CSR dan perilaku perpajakan masih kurang mendapatkan perhatian oleh penulis dan khalayak ramai.1 Hubungan antara CSR dan perilaku perpajakan mulai disuarakan setelah munculnya skandal perusahaan multinasional, seperti Enron, Worldcom dan Tyco, yang memiliki kinerja baik (termasuk dalam CSR) tetapi turut melakukan mekanisme penghindaran pajak (Christensen dan Murphy, 2004).

Hanlon dan Heitzman (2010) mengungkapkan bahwa penelitian terkait CSR dan perpajakan, yang sebelumnya dilakukan secara independen, memerlukan investigasi lebih lanjut terkait hubungan antara keduanya. Isu keagresifan pajak (tax aggressiveness) atau yang lebih dikenal dengan sebutan penghindaran pajak

1

Desai dan Dharmapala (2006) dan Avi-Yonah (2008) menyatakan bahwa sedikitnya penelitian akuntansi yang mempertimbangkan dampak aktivitas CSR perusahaan terhadap kebijakan perpajakannya dikarenakan pandangan tradisional yang didominasi teori agensi yaitu bahwa tujuan perusahaan adalah untuk pemenuhan kekayaan pemegang saham (prinsipal) semaksimal mungkin, sehingga pajak sebagai pengurang kekayaan pemegang saham dianggap aktivitas yang tidak bertanggung jawab dari agen (manajer) perusahaan terhadap prinsipal (pemegang saham).

(2)

(tax avoidance) merupakan salah satu topik yang sering dibahas dalam literatur perpajakan.2 Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur pemerintahan dan program sosial (Sikka, 2010). Maka dari itu, pembayaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan merupakan kontribusi nyata dari perusahaan selain kepada pemegang saham dan karyawan (Desai dan Dharmapala, 2006). Dengan demikian, pembayaran pajak yang secara tidak langsung akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dapat dikategorikan dalam aspek CSR.

Beberapa tahun terakhir, penelitian yang menggali hubungan CSR dan keagresifan pajak/penghindaran pajak berkembang dengan pesat meskipun masih terbatas (Davis, Guenther, Krull, & Williams, 2016; Hoi, Wu, dan Zhang, 2013; Huseynov dan Klamm, 2012; Lanis dan Richardson, 2012, 2013, 2014). Temuan Lanis dan Richardson (2012, 2014) yang menunjukkan adanya asosiasi negatif antara aktivitas/tingkat pengungkapan CSR dan keagresifan pajak/penghindaran

2

Keagresifan pajak (tax aggressiveness) didefinisikan sebagai tindakan menurunkan laba kena pajak melalui aktivitas perencanaan pajak baik yang dilakukan sesuai batasan hukum maupun celah hukum (Frank, Lynch, dan Rego, 2009; Lanis dan Richardson, 2012). Blouin (2014) mengungkapkan bahwa belum adanya batasan yang jelas dalam mendefinisikan keagresifan pajak tetapi istilah penghindaran pajak (tax avoidance) dan manajemen pajak (tax management) tercakup dalam keagresifan pajak dan digunakan secara bergantian.

(3)

pajak di perusahaan publik Australia dan Amerika Serikat mendukung penerapan teori pemangku kepentingan sebagai pendekatan dalam aktivitas CSR perusahaan dan menerapkan pajak sebagai bagian dari CSR. Lain halnya dengan temuan Davis et al. (2016) yang menunjukkan hubungan positif antara penghindaran pajak dan aktivitas CSR perusahaan. Davis et al. (2016) berargumen adanya temuan hubungan yang positif antara aktivitas CSR perusahaan terhadap keagresifan pajak di perusahaan Amerika disebabkan bahwa perusahaan tidak menganggap pembayaran pajak sebagai bentuk agenda dalam CSR.

Mengacu pada penelitian Lanis dan Richardson (2012, 2014), penelitian ini berfokus untuk menguji penggunaan pendekatan teori pemangku kepentingan sebagai pendekatan CSR dan konsekuensinya terhadap perilaku penghindaran pajak yang agresif pada perusahaan di Indonesia. Penulis memilih perusahaan di Indonesia dengan alasan penelitian sebelumnya banyak dilakukan untuk negara maju yang memiliki latar belakang institusional yang berbeda dengan negara berkembang dalam aspek mekanisme penegakan hukum.3 Indonesia memiliki mekanisme penegakan hukum yang lemah (meliputi tidak tersedianya mekanisme yudisial untuk membuat perusahaan mengemban tanggung jawab, lazimnya praktik korupsi, dan adanya ketidakpastian hukum sebagai akibat dari tumpang

3

Berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard Country Report and

Assessments 2013-2014 yang dirilis oleh ASEAN Capital Market Forum (ACMF) dan Asian Development Bank (ADB), Indonesia menempati posisi kedua setelah Singapura

sebagai negara yang mengalami perbaikan yang signifikan dalam penilaian tata kelola perusahaan. Bagaimanapun, penilaian tata kelola perusahaan Indonesia bahkan masih belum memenuhi target yang ditetapkan untuk negara-negara di ASEAN (Asian Development Bank, 2014). Perbedaan faktor institusional Indonesia dengan negara lainnya dapat dilihat selengkapnya pada penelitian Leuz (2010).

(4)

tindihnya norma terkait isu sosial dan lingkungan) yang mengakibatkan implementasi dari CSR Indonesia sering menimbulkan masalah (Waagstein, 2011). Selain itu, adanya pengadopsian Pasal 74 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas memunculkan perdebatan apakah sebetulnya CSR menjadi wajib atau tidak di Indonesia sebagai akibat dari adanya pengakuan hukum atas kegiatan CSR yang dapat memberlakukan sanksi kepada perusahaan apabila tidak menjalankannya. Kondisi ini berbeda dengan negara maju yang mengadopsi CSR dengan pendekatan sukarela.

Pajak merupakan bagian yang penting dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Jenkins dan Newell (2013) yang mengungkapkan bahwa pajak termasuk sebagai salah satu penerimaan negara utama bagi negara berkembang. Bagaimanapun, kapasitas pemerintah pada negara berkembang dalam mengawasi dan mengendalikan praktik penghindaran pajak terbilang masih lemah. Hal ini mendorong penulis untuk menelusuri lebih lanjut apakah adanya ketidakpastian hukum terkait CSR dan lemahnya penegakan hukum di Indonesia dapat mempengaruhi keagresifan pajak perusahaan di Indonesia yangmana diekspektasi memiliki hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya.

La Porta, Lopez-de-Silanes, Shleifer, & Vishny (1998) mengungkapkan bahwa negara dengan tingkat perlindungan investor yang rendah (dilihat dari sisi

(5)

penegakan hukum)4 diprediksi akan membuat tingkat manajemen laba semakin tinggi dikarenakan penegakan hukum yang rendah tidak dapat menjadi subtitusi peraturan yang ada (Burgstahler, Hail, dan Leuz, 2006). Hal ini mengindikasikan bahwa lemahnya tingkat perlindungan investor tidak dapat mengurangi praktek manajemen laba sehingga pada akhirnya dapat menunjukkan kualitas laba yang rendah. Burgstahler et al. (2006) menemukan bahwa perusahaan di negara dengan penegakan hukum yang rendah sangat mungkin untuk menyalahgunakan keleluasaan yang terdapat pada standar akuntansi. Selain itu, perusahaan yang beroperasi di negara dimana pengadilan tidak efisien dan kesempatan penuntutan rendah lebih cenderung untuk melakukan aktivitas manipulasi laba daripada negara dimana pengadilan berjalan efisien.

Indonesia sebagai negara dengan tingkat perlindungan investor yang rendah, termasuk dalam negara dengan tingkat manajemen laba dan keburaman laba yang tinggi (Bhattacharya, Daouk, dan Welker, 2003; Leuz, Nanda, dan Wysocki, 2003). Berkaitan dengan hal tersebut, penulis termotivasi untuk memasukkan manajemen laba sebagai variabel pemoderasi yang dapat mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR terhadap keagresifan pajak perusahaan di Indonesia.5 Penulis berpendapat bahwa manajemen perusahaan yang memiliki kecenderungan oportunistik demi kepentingan pribadi (dilihat melalui manajemen laba perusahaan) diekspektasi melakukan dan mengungkapkan CSR yang idak

4

Kualitas penegakan hukum diukur sebagai rerata skor antar tiga proksi yaitu indeks efisiensi sistem yudisial, indeks aturan hukum, dan tingkat korupsi.

5

Manajemen laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah manajemen laba bersifat oportunistik yang dilakukan demi memenuhi kepentingan pribadi.

(6)

berfokus untuk menjaga keseimbangan kepentingan pemangku kepentingan lainya. Hal ini mengakibatkan adanya ketidakselarasan tujuan perusahaan terkait CSR dengan strategi yang dijalankan manajemen sehingga adanya aktivitas manajemen laba yang dilakukan perusahaan dapat memiliki pengaruh terhadap keagresifan pajak. Apabila terdapat aktivitas manajemen laba yang tinggi dalam perusahaan, perusahaan yang mengungkapkan CSR lebih banyak akan berusaha untuk menyesuaikan pembayaran pajaknya demi menjaga reputasinya di mata publik. Dengan kata lain, besaran aktivitas manajemen laba perusahaan dapat mempengaruhi bagaimana perusahaan mengambil posisi untuk memasukkan pembayaran pajak sebagai bagian dari bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau tidak.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Perusahaan yang agresif dalam penghindaran pajak akan mengakibatkan rendahnya pajak yang dibayarkan perusahaan dan akhirnya membuat berkurangnya alokasi negara untuk kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan teori pemangku kepentingan (stakeholder theory) dan pandangan Avi-Yonah (2008), perusahaan yang berkomitmen melakukan CSR bagi semua pemangku kepentingan akan berusaha untuk tidak merugikan pihak tertentu. Dalam kaitannya dengan keagresifan pajak, perusahaan akan cenderung untuk tidak berperilaku agresif dalam menghindari pajak. Adanya penegakan hukum dan tata kelola perusahaan yang rendah di Indonesia mengakibatkan sulitnya untuk menghindari praktek manajemen laba dalam perusahaan.

(7)

Manajemen laba bersifat oportunistik yang dilakukan manajemen perusahaan dapat mengindikasikan manajemen memiliki perilaku oportunistik demi kepentingan pribadi yang kemudian juga dapat mempengaruhi bagaimana perusahaan melaporkan CSR-nya dan mempengaruhi perencanaan pajak dalam perusahaan. Tingkatan manajemen laba diekspektasi turut dapat mempengaruhi hubungan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan terhadap keagresifan pajak. Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan berpengaruh terhadap keagresifan pajak perusahaan publik di Indonesia?

2. Apakah aktivitas manajemen laba perusahaan dapat mempengaruhi hubungan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan terhadapkeagresifan pajak perusahaan publik di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Selaras dengan pertanyaan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menguji pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap keagresifan pajak perusahaan publik di Indonesia.

2. Menguji efek pemoderasimanajemen laba pada hubungan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap keagresifan pajak perusahaan publik di Indonesia.

(8)

1.4. Kontribusi Penelitian

Literatur yang mengkaji tentang pengaruh tanggung jawab sosial terhadap keagresifan pajak masih cukup terbatas. Temuan penelitian terkait hubungan tanggung jawab sosial perusahaan dan keagresifan pajak masih beragam didasarkan dengan adanya perbedaan penggunaan konsep terkait CSR dan ukuran variabel yang digunakan. Penelitian ini menambah literatur terkait pengujian pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan dan keagresifan pajak di negara berkembang dan mencoba mengisi celah literatur terkait keagresifan pajak dan tanggung jawab sosial perusahaan dengan mengaitkannya dengan literatur manajemen laba. Penelitian ini menyediakan kontribusi dengan menambahkan variabel baru yaitu variabel manajemen laba dengan menginteraksikannya dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap keagresifan pajak.

Kontribusi lain penelitian ini adalah pilihan sampel perusahaan yang berasal dari Indonesia yang memiliki latar belakang institusional seperti aturan penghindaran pajak yang berbeda, tingkat perlindungan investor, penegakan hukum, tata kelola perusahaan yang rendah, dari sampel penelitian terdahulu yang berasal dari negara maju dengan tingkat perlindungan investor, penegakan hukum, tingkat kepastian hukum yang tinggi.

Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi fiskus/regulator (Direktorat Jenderal Pajak) untuk memberikan pengawasan dan pemantauan yang lebih ketat bagi Wajib Pajak Badan atas skema-skema penghindaran pajak yang tidak hanya terbatas seperti yang diungkapkan dalam Undang-undang Pajak Penghasilan dengan alasan semakin kompleksnya bisnis

(9)

perusahaan. Selain itu, temuan penelitian ini diharapkan dapat memotivasi dan mendorong perusahaan untuk meningkatkan kualitas tata kelola perusahaan sebagai salah satu bentuk mekanisme untuk mengurangi praktik manajemen laba oportunistik dalam perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, serta sistematika peulisan. BAB II : KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bab ini meliputi kajian literatur terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan, manajemen laba, keagresifan pajak dan teori yang berkaitan dengan pengembangan hipotesis.

BAB III :METODA PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metoda penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Metoda penelitian ini meliputi rincian mengenai desain penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian dan pengukurannya, serta teknik analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis. BAB IV :ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang data penelitian, hasil pengolahan data penelitian, serta pembahasan hasil penelitian.

BAB IV :KESIMPULANDAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan penelitian ini. Bab ini meliputi kesimpulan dan implikasi penelitian, serta keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan di masa mendatang.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan upaya untuk melestarikan aset dana bergulir yang ada di masyarakat berupa DAPM dan aset warisan PNPM Mandiri Perdesaan lainnya maka Badan

(1) Pembantu Direktur I merupakan tenaga dosen yang mempunyai tugas tambahan membantu Direktur dalam memimpin pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan

Penelitian yang dilakukan Surani (2008) tentang analisis karateristik individu dan faktor intrinsik yang berhubungan dengan kinerja bidan pelaksana Pelayanan Kesehatan

mampu melakukan presentasi dengan baik, materi tidak menarik, atau dosen penguji yang mungkin “killer”. Rasa takut ini normal karena kita belum terbiasa presentasi, dan juga

Pada evaluasi ini ditampilkan ragam sembilan gerak tari Bedana, kemudian pengguna diminta untuk memilih nama ragam yang sesuai dengan video yang ditampilkan.. Untuk mengakses

◦ Method 2 : digunakan untuk mendapatkan flag dari item-item yang sedang dipilih dalam List dengan tipe MULTIPLE. Selanjutnya nilai yang didapat akan ditampung di dalam array

Persoalan-persoalan ini boleh dirumuskan kepada lima isu utama iaitu (i) Apakah Perspektif Hukum Syarak Mengenai Qazaf Dalam Kes Tuduhan Liwat?; (ii) Apakah Menuduh Orang