• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan internasional, yaitu Universal Declaration of Human Right

(1948), Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996, Millennium Development Goals (MDGs). Bahkan dalam kesepakatan MDGs, dunia internasional telah mentargetkan setiap negara, termasuk Indonesia, sepakat menurunkan kemiskinan dan kelaparan sampai separuhnya pada tahun 2015 (Bulog, 2012) .

Sebagian besar dari jumlah penduduk Indonesia yaitu sekitar 95% mengkonsumsi beras sebagai pangan utama, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun, bahkan sebelumnya mencapai 139,15 kg/jiwa/tahun. Dengan demikian Indonesia menjadi negara konsumen beras terbesar di dunia. Beras menjadi komoditas nasional yang sangat strategis sehingga instabilitas perberasan nasional akan mengakibatkan gejolak dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial, politik maupun ekonomi (Bulog, 2012).

Masalah kemiskinan masih merupakan suatu dilema besar bagi Indonesia sejak awal pemerintahan orde baru hingga saat ini. Memang data kemiskinan dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan selama dekade 1970-an hingga krisis terjadi pada tahun 1997 lalu, Indonesia mampu mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, yang menurut ukuran Bank Dunia adalah

(2)

mereka yang hidup dengan satu dollar Amerika Serikat (AS) setiap hari. Pada tahun 1970, jumlah orang miskin di Indonesia diperkirakan sebanyak 87,2 juta jiwa, dan berkurang menjadi 21,9 juta orang pada tahun 1995, atau terjadi penurunan sebesar 82% sepanjang periode tersebut (Tambunan, 2003).

Pemerintah telah banyak melaksanakan program dalam upaya mengurangi kemiskinan dalam sepuluh tahun terakhir. Program-program tersebut meliputi Program Instruksi Presiden Desa Tertinggal, Kredit Usaha Tani, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera dan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin), serta Program Kredit-kredit Mikro dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Namun, usaha-usaha tersebut belum secara drastis terlihat hasilnya (Komite Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia, 2012).

Lebih lanjut Royat (2008) menyatakan pemerintah sedang melakukan berbagai upaya dalam pelaksanaan kebijakan untuk penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, diantaranya :

• Menaikkan anggaran untuk program-program yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan berbasis komunitas dan kegiatan padat karya;

• Mendorong APBD provinsi, kabupaten dan kota pada tahun-tahun selanjutnya untuk meningkatkan anggaran bagi penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.

• Tetap mempertahankan program lama seperti Raskin, BOS, Asuransi Miskin dan sebagainya;

(3)

• Akselerasi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga khususnya harga beras (antara lain: menjaga harga beras di pasaran tidak lebih dari Rp. 5.000,- per kg).

Pemerintah konsisten dan berkomitmen memberikan perhatian terhadap pemenuhan hak atas pangan masyarakat yang diimplementasikan melalui Operasi Pasar Khusus (OPK). Berbeda dengan pemberian subsidi pangan sebelumnya, OPK memberikan subsidi beras secara targetted kepada rumah tangga miskin dan rawan pangan. Pada tahun 2002, nama OPK diubah menjadi Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang bertujuan untuk lebih mempertajam sasaran penerima manfaat (Bulog, 2012).

Program Raskin sangat strategis dan menjadi program nasional. Seluruh Kementerian/Lembaga (K/L) terkait, baik di pusat maupun di daerah, mengambil bagian tugas dan tanggungjawab dalam melaksanakan program ini, sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing. Pemerintah Pusat berperan dalam membuat kebijakan program, sedangkan pelaksanaannya sangat bergantung pada pemerintah daerah. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah sangat penting dalam peningkatan efektivitas program Raskin yang diwujudkan dalam 6 indikator yaitu 6 tepat. Indikator 6 tepat tersebut adalah tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat kualitas. Para pemangku kepentingan program Raskin terutama di provinsi dan kabupaten/kota masih perlu meningkatkan kinerja dan koordinasi dengan memberikan kontribusi sumberdayanya agar penyaluran Raskin kepada rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM) lebih efektif dalam mencapai target 6 tepat (Bulog, 2012).

(4)

Sumatera Utara memiliki jumlah penduduk miskin yang cukup besar yaitu 838.363 RTS pada tahun 2012. Hal ini menyebabkan jumlah Raskin yang akan dibagikan juga akan berjumlah cukup banyak. Sasaran program Raskin adalah rumah tangga sasaran (RTS) yaitu rumah tanggga miskin di Desa/Kelurahan yang berhak menerima Raskin dan terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM) yang ditetapkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat sesuai dengan hasil pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2011 (PPLS-’11) (Bulog, 2012).

Raskin yang disalurkan di Sumatera Utara pada tahun 2012 untuk periode Januari-Mei adalah sebanyak 62.877.225 kg. Data tersebut diperoleh dari Badan Urusan Logistik (BULOG). Berikut ini adalah tabel daftar pagu Raskin di Sumatera Utara pada tahun 2012.

(5)

Tabel 1.1. Pagu Beras Untuk Rumah Tangga Miskin Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun 2012 No Kabupaten/Kota Jumlah Keca- matan Sasaran RTS Penyaluran Jumlah Penyaluran kg Per Bulan Penyaluran

15 kg Jan-Mei Kabupaten 1 Deli Serdang 22 77.203 1.158.045 5.790.225 5.790.225 2 Serdang Berdagai 17 41.002 615.030 3.075.150 3.075.150 3 Langkat 23 86.012 1.290.180 6.450.900 6.450.900 4 Karo 17 29.981 449.715 2.248.575 2.248.575 5 Dairi 15 26.096 391.440 1.957.200 1.957.200 6 Pakpak Bharat 8 5.228 78.420 392100 392100 7 Simalungun 31 61.326 919.890 4.599.450 4.599.450 8 Tapanuli Utara 15 19.645 294.675 1.473.375 1.473.375 9 Toba Samosir 14 15.393 230.895 1.154.475 1.154.475 10 Samosir 9 14.652 219.780 1.098.900 1.098.900 11 Humbang Hasundutan 10 14.663 219.945 1.099.725 1.099.725 12 Asahan 13 32.303 484.545 2.422.725 2.422.725 13 Batubara 7 24.174 362.610 1.813.050 1.813.050 14 Labuhan Batu 9 20.411 306.165 1.530.825 1.530.825

15 Labuhan Batu Utara 8 16.870 253.050 1265250 1265250

16 Labuhan Batu Selatan 5 6.680 100.200 501000 501000

17 Mandailing Natal 23 35.548 533.220 2.666.100 2.666.100 18 Tapanuli Selatan 12 26.550 398.250 1.991.250 1.991.250 19 Tapanuli Tengah 19 33.668 505.020 2.525.100 2.525.100 20 Nias 9 21.128 316.920 1.584.600 1.584.600 21 Nias Selatan 18 36.917 553.755 2768775 2768775 22 Nias Utara 11 16.937 254.055 1270275 1270275 23 Nias Barat 8 10.187 152.805 764.025 764.025 24 Padang Lawas 9 18.015 270.225 1.351.125 1.351.125

25 Padang Lawas Utara 9 12.560 188.400 942.000 942.000

Kota 26 Sibolga 4 4.270 64.050 320250 320250 27 Tanjung Balai 6 10.145 152.175 760.875 760.875 28 Pematangsiantar 6 11.596 173.940 869.700 869.700 29 Tebing Tinggi 5 4.470 67.050 335250 335250 30 Medan 21 79.136 1.187.040 5.935.200 5.935.200 31 Binjai 5 7.153 107.295 536.475 536.475 32 Padang Sidempuan 6 8.809 132.135 660.675 660.675 33 Gunung Sitoli 6 9.635 144.525 722625 722625 Sumatera Utara 400 838.363 12.575.445 62.877.225 62.877.225 Sumber: Badan Urusan Logistik 2012

Data yang terdapat dalam tabel 1.1 menunjukkan Kabupaten Deli Serdang merupakan penerima Raskin terbanyak ketiga setelah Kabupaten Langkat dan Kota Medan. Jumlah RTS sebanyak 77.203 kepala keluarga (KK). Penyaluran

(6)

Umum Penyaluran Raskin (Pedum Raskin) jumlah Raskin per-KK adalah sebanyak 15 kg.

Secara umum, pendistribusian Raskin di daerah penelitian masih mengalami masalah. Indikator untuk mengukur efektivitas distribusi Raskin sering jauh dari ketetapan. Jumlah beras yang diterima oleh setiap RTS-PM kurang dari jumlah yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 15 kg per RTS-PM. Raskin juga dibagikan kepada RTS-PM yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah sasaran yang seharusnya. Jumlah sebenarnya yang menerima Raskin hampir mencapai dua kali jumlah yang seharusnya, sehingga jumlah Raskin yang diterima setiap RTS-PM lebih rendah dari jumlah ketentuan. Harga yang dibayarkan oleh setiap RTS-PM juga berbeda dari harga ketentuan yaitu Rp 16.0000 per kg. Waktu pembagian Raskin juga tidak rutin pelaksanaannya.

Sebagaimana yang telah diuraikan, kajian ini dilakukan untuk menganalisis sistem distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di daerah penelitian, untuk menganalisis sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat Raskin terhadap tingkat efektivitas program distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di daerah penelitian, untuk menganalisis tingkat efisiensi program distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di daerah penelitian, untuk menganalisis surplus konsumen yang diperoleh Rumah Tangga Sasaran di daerah penelitian.

1.2. Identifikasi Masalah

Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka identifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

(7)

2. Bagaimana sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat Raskin terhadap tingkat efektivitas distribusi Raskin di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat efisiensi program distribusi Raskin di daerah penelitian? 4. Berapa surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga miskin dari program

Raskin di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk menganalisis sistem distribusi Raskin di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat Raskin terhadap tingkat efektivitas program Raskin di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis tingkat efisiensi program Raskin di daerah penelitian. 4. Untuk menganalisis surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga miskin

dari program Raskin di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi para keluarga miskin untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari program Raskin.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi policy maker atau pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk memperbaiki distribusi program Raskin.

3. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan khususnya kalangan akademis yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.

Gambar

Tabel 1.1. Pagu Beras Untuk Rumah Tangga Miskin Kabupaten/Kota Sumatera        Utara Tahun 2012  No  Kabupaten/Kota  Jumlah Keca-  matan   Sasaran RTS  Penyaluran  Jumlah  Penyaluran kg Per Bulan  Penyaluran

Referensi

Dokumen terkait

(Pada laporan harus dituliskan: jumlah dan diameter jaringan mola, perdarahan, ada tidaknya janin atau bagian janin seperti kantung janin, cairan ketuban dan lain-lain). Khusus

Pengadaan bahan baku, jika melihat kinerja penjamin mutu, merupakan tanggung jawab dari quality control, yaitu pada bagian produksi. Baik atau buruknya bahan baku

Dengan memperhitungkan BPP dari masing- masing jenis pembangkit di Sulawesi Barat dan perbandingan pasokan energi, dapat disimpulkan bahwa setelah pembangunan PLTU

No. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran tersebut sesuai melalui penerapan metode belajar PQRST berorientasi model pembelajaran kooperatif, sehingga dapat diserap dengan

Parameter kualitas air yang penting di sekitar keramba jaring apung di Danau Maninjau telah menunjukkan kadar yang tidak mendukung untuk kehidupan ikan di dalam

- Dengan adanya pemerataan keramaian pengunjung akan dapat teIjadi kegiatan perdagangan yang teratur, baik pedagang maupun pengunjung. - Kemudahan bagi konsumen untuk mencari

SUKASARI JL RAYA CIBEUREUM RT 01 RW 25 KAB BANDUNG.. 134 (F) TAMANSARI RUKO TAMANSARI PERSADA BLOK

Dapat disimpulkan bahwa dari pengolahan data penulis tentang “Pengaruh Channel Youtube Yulia Baltschun Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Diet Sehat Viewers”