• Tidak ada hasil yang ditemukan

yaitu Schistosoma haematobium (S S. iaponicum tersebar di Cina salah satu penyakit menular yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "yaitu Schistosoma haematobium (S S. iaponicum tersebar di Cina salah satu penyakit menular yang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

DIDESAwINowAI[GA,DATARANTINGGINAPU

SULAWEST

TENGAII

Made Agus Nurjana' dun Renti Mahkota2

'Balai Litban gp2B2Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan R'l'

2Departemen Epidemiologi, Universitas Indonesia

ABSTRACT

schistosomiasis in Indonesia ore only

found

in three endemic areas, Napu Highlands' Lindu and

Bada in Central sulowesi. schistosomiasis is

still

a health problem in the Napu Highlands with a prevalence 4,78%

in

2010. Winowanga Village is one of

tie

villages in the Napu Highlands with

the

highest prevarence

in

2010 (ri,46%r)."Thrs study

aims

to

determine

the level

of

public

knowledge

obout

sc:histosomiasis

in

the

Winowonga

village,

with

case-control study design'

Delermination

of

cases and controls based on mass-stool examination

inJune

of 2010' Coses'

if

Jbund worms

aicl

schistosomiasis control,

if

not found

Yolyt

in stool examination schistomiasis mass in

June

2010. This study ru""nrr1r1ly

intirviewed

242 people, consisting

of

97 cases and

145 controis randomly selected. Thr

riruft,

showed that the knowledge society is

still

relatively

low.

There

was no'relationship

between

loowledge

with

schistosomiasis

(p

value>

0'05)' Extension

of

intensive and continuous

with

the

righlmedio,

especially

in

high-risk groups such os school children are very necessary in order to-increase knowledge and awareness in order lo behave well.

Key words: Knowledge, schistosomiasis, case control study, Napu hightland

PENDAHULUAN

Penyakit menular pada manusia yang

disebabkan

oleh

spesies

cacing

banyak

dilaporkan

di

Indonesiar.

Schistosomiasis

yang

biasa disebut de'nam keong

adalah

yaitu

Schistosoma haematobium

(S

haematobium),

S. mansoni,

S' iaponicum

serta S.

mefungfl

.

S.

iaPonicum tersebar

di

Cina

(termasuk

Taiwan),

Jepang,

Filippina,

salah

satu

penyakit menular

yang

Indonesia (Sulawesi)2's, beberapa focus baru

disebabkan

oleh

cacing

trematoda

yang

ditemukan

di

Laos, Kamboja'

Thailand'

hidup dalam

pembuluh

darah vena

dan

Malaysia, Muangthai' Kampushea'

dan

merupakan salah satu

penyakit tertua

dan

vietnam, sehingga

kemungkinan infeksi terpenting

di

dunia selain

malariiJ.

penyebaran S.

japonicum

akan menjadi lebih

Terdapat empat

jenis

cacing yang

dapat

luas

lagi6'7'8'

Hospes

perantaranya yaitu

menimbulkan

penyakit

ini

pada

manusia

berbagaisubspecies Oncomelania2'

(2)

Jumal Vektor Penyakit.

Vol.\'No.

2. 2011 :22 - 32

Di

Indonesia

Pada

mulanYa schistosomiasis hanya ditemukan endemis di

dua

daerah

di

Sulawesi Tengah,

yaitu

Dataran

Tinggi Lindu Lindu

dan

Dataran

Tinggi Napu,

namun

saat

ini

telah ditemukan juga

di

Dataran

Tinggi

Bada?.

Di

Dataran

Tinggi Napu, hasil

survei terakhir menunjukkan bahwa kasus schistosomiasis

kembali mengalami peningkatan yaitu 3,8%o

pada tahun 2009 menjadi 4,78oh pada tahun 2010r0.

Gejala-gejala

umum yang

terdaPat pada penderita schistosomiasis adalah gejala keracunan, disenteri, penurunan berat badan, kurang nafsu makan, kurus yang berlebihan

dan

lambatnya pertumbuhan

badan

bila

penderita

masih

tergolong

anak-anak.

Sedangkan

pada

penderita

yang

sudah

kronis,

gejala yang

tampak

adalah

pembengkakan

hati

yang

bisa

diakhiri

dengan kematianll'12.

Desa

Winowanga merupakan salah

satu

desa

yang

ada

di

wilayah

Dataran

Tinggi Napu

dan

merupakan

daerah

pemukiman

yang

selalu ditemukan

kasus schistosomiasis dengan prevalensi dua tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun

2009

di

daerah tersebut ditemukan kasus sebanyak

5

orang

(4,9o

)

dan

pada tahun

2010

dilaporkan

l12

kasus

(11,46yo),

dimana

prevalensi tersebut

merupakan

prevalensi

tertinggi

schistosomiasis

di

bandingkan dengan desa lainnya yang ada di Dataran

TinggiNapu.

Salah satu faktor yang mengakibatkan ditemukannya kasus secara

terus

menerus

di

daerah endemis adalah

pengetahuan

masyarakat

yang

rendah

tentang

schistosomiasis.

Di

Desa

Winowanga

pengetahuan masyarakat dan hubungannya dengan schistosomiasis belum pernah dilaporkan. Berdasarkan hal tersebut

maka perlu

diketahui

Pengetahuan

masyarakat

dan

hubungannya

dengan schistosomiasis di Desa Winowanga Dataran

Tinggi Napu, Sulawesi Tengah..

BAHAN DAN

METODE

Rancangan penelitian adalah analitik dengan desain

penelitian

kasus kontroll3.

Penelitian

dilakukan

di

Desa Winowanga,

Dataran

Tinggi

Napu,

Kabupaten

Poso,

Sulawesi Tengah

dan

pengumpulan data

dilakukan pada bulan

Maret

-

April

tahun 2011.

Sampel dalam

penelitian

ini

terdiri

dari

kelompok

kasus

dan kontrol.

Kasus

adalah masyarakat Desa Winowanga yang diperiksa tinjanya dan hasilnya

positif

telur

cacing schistosoma, sedangkan kontrol yang

hasilnya

negatif

telur

cacing

schistosoma

pada pemeriksaan

tinja

massal

bulan

Juni

(3)

menggunakan

rumus studi

kasus

kontrol

tidak

berpasanganl3.

Hasil

perhitungan

diperoleh

besar

sampel

masing-masing

kefompok

94

orang sehingga

total

sampel

minimal

adalah 184 orang. Karena

tahun

2010 ditemukan kasus sebanyak

ll2

orang maka semua kasus

diambil

sebagai sampel, sedangkan

kontrol

dipilih

secara random

dari

masyarakat yang sampel tinjanya juga

diambil

pada

bulan

Juni

2010

dinyatakan

negatif

schistosomiasis

dengan

kriteria

inklusi

bersedia berpartisipasi dan tinjanya

diperiksa bulan

juni

2010 sedangkan kriteria

eksklusinya

adalah

sampel

yang

terpilih

pindah

ke

daerah

lain

ataupun

telah meninggal dunia.

Kasus maupun kontrol dikunjungi ke

rumah masing-masing

untuk

diwawancarai

mengenai

pengetahuan

tentang schistosomiasis. Setiap

jawaban

responden

yang

benar

diperi

point

satu.

Data

pengetahuan yang

terkumpul

dikategorikan menjadi 2 kelompok berdasarkan nilai cut

of

point

(sensitivitas

dan

spesivisitas) yang

paling tepat untuk

mcmprediksi

kejadian

schistosomiasis.

Data yang

tekumpul

dianalisis

secara deskriptif

untuk

mengetahui distribusi frekuensi dan analisis

chi-square

untuk

mengetahui

hubungan

pengetahuan

dan

schistosomiasis dengan program statistik.

HASIL

Jumlah

penduduk

di

Desa

Winowanga

(1.274

orang),

yang

berhasil

diperiksa

tinjanya bulan

Juni

2010

adalah sebanyak

977

orang (76,690

),

ditemukan

positif

sebanyak

112

orang

(ll,46Yo)

yang langsung diberikan pengobatan

selektif

dan

negative

sebanyak

865

orang

(86,760 ).

Kasus

yang

berhasil

diwawancara

tahun

20ll

sebanyak

97

orang (86%),

sisanya

sebanyak

15

orang (14%) tidak

berhasil

diwawancara karena

pindah keluar

daerah

(Makassar,

Palu, Toraja

dan

Kalimantan).

Sedangkan

kontrol yang

berhasil diwawancara sebanyak 145 orang (16,76%).

Hasil

wawancara

terhadaP

masyarakat,

diperoleh bahwa

responden

terdiri

dari

laki-laki

(50,83%)

dan

perempuan (49,17o/o),

sebagian

besar responden

tinggal dalam

satu rumah yang

berpenghuni

>4

orang

(55,79%)

dan

>7 orang diantaranya tinggal dalam satu rumah (9,92oA), dengan

tingkat

pendidikan

yang

bervariasi

dari

yang

tidak

pernah sekolah

sampai

perguruan

tinggi.

Sebagian besar

responden

mempunyai

tingkat

pendidikan sangat rendah yaitu SD (71,48oA). (Tabel I )

(4)

Jurnal Vektor Penyakit, Vol.V No. 2, 2011 : 22 - 32

Tabel. 1 Karakteristik sampel penelitian pengetahuan masyarakat tentang schistosomiasis

di

Desa Winowanga Tahun 201 I

No

Variabel Jumlah Persentase (7o)

(n:242)

1. Jenis Kelamin

LakiJaki

Perempuan 123 119 50.83 49.t7 2. Jumlah Keluarga

I

- 4 orang 5 - 7 orang

>

7 orang 107

ln

24 44.21 45.87 9.92 Pendidikan

Tidak/ belum sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/Diploma 63 110 34 31 4 26.03 45.45 14.05 12.81 1.65 4. Status Perkawinan Kawin Belum Kawin Janda./Duda 128 109 5 52.89 45.04 2.07

Pada

tabel

2,

diketahui

bahwa

sebagian

besar

responden

(86,36%)

tahr:/pernah

mendengar

tentang

schistosomiasis

yang

oleh

masyarakat

setempat

lebih

dikenal

dengan

sebutan

penyakit keong, namun dari

jumlah

tersebut

hanya

37,32yo

yang

menyebutkan dengan

benar

penyebabnya adalah

cacing,

hewan

perantara

penyakit

ini

adalah

keong

(18,660/0),

masyarakat

dapat

terinfeksi penyakit

ini di

pinggir sungai/parit (58,37oh) dan di sawah 43,06Yo.

Gejala

penderita

schistosomiasis

yang

diketahui

oleh

masyarakat adalah

gatal-gatal

(48,33%)

diikuti

demam (41,63yo), namun masih ada responden yang

tidak

mengetahui

gejalanya

(

5,26%).

99,52yo mengetahui

bahwa penyakit

ini

dapat

dicegah.

Cara

mencegahnya yaitu

dengan

cara

menggunakan

alat

pelindung

diri

seperti sepatu boot (74,52o/o) dan buang air bcsar dijamban (24,04oh).

(5)

Tabel 2 Pengetahuan masyarakat tentang schistosomiasis

di

Desa Winowangan Tahun 201 I

No Variabel

Jumlah

Persentase (%o)

l.

Tahu/dengar tentang Schistosomiasis

(n:242)

Ya Tidak 209 JJ 86.36 13.64

2.

Penyebab schistosomiasis (n=209) Cacing keong

lainnya (air, tikus,

dll)

tidak tahu 78 72 20 39 37.32 34.45 9.57 18.66

3.

Hewan Perantara Schistosomiasis

(n:209)

keong

tikus

lainnya (cacing,

anjing,

lintah,

dll)

Tidak tahu 39 88

4t

4t

18.66 42.1t 19.62 19.62

4.

Tempat terinfeksi schistosomiasis

(n:209)

sawah

pinggir sungai/parit perairan

lainnya (tempat lembab, kolam, kebun,

dll)

tidak tahu 90 122 47

t9

2 43.06 58.37 22.49 9.09 0.96

5.

Gejala

(n:209)

gatal diare demam sakit kepala tidak nafsu makan lesu

berak darah

lainnya (mual, besar perut, pucat-pucat,

dll)

tidak tahu 101 34 87 40 44 26 20

2t

ll

48.33 16.27 41.63 19.14 21.05 12.44 9.57 10.05 5.26

6.

schistosomiasis dapat di (n=209) Ya Tidak 208 I 99.52 0.48 7

.

Cara mencegah

(n:208)

bab dijamban memakaiAPD memberantas keong

menggunakan air bebas sercaria lainnya (minum obat)

50 155 32 7 ./.J 24.04 74.52 15.38 3.36

1l:06

26

(6)

Jurnal Vektor Penyakit, Vol.V No. 2, 2011 :22 - 32

Variabel

Jumlah

Persentase (%)

8.

Binatang yang bisa terinfeksi

(n:209)

*p,

42

20'1 6 53 84 130 kuda anjing babi tikus kerbau

lainnya (ayam, bebek,

dll)

Tidak tahu 2.87 25.36 40.t9 62.2

4

l.9l

9

4.31

5

2.39

9.

schistosomiasis bisa diobati (n=209)

Ya Tidak 208 I 99.52 0.48

10.

Schistosomiasis 100 0 209 0 Ya Tidak

Pengetahuan

diukur dari

l0

peftanyaan,

dimana

setiap

jawaban

yang

benar diberikan

skor

satu,

kemudian

dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu

baik dan

kurang

baik.

Pengkategorian pengetahuan berdasarkan

cut of

pointnya

dan yang terbaik adalah yang

memiliki nilai

sensitivitas

dan

spesivisitamya sebanding.

Analisis

menunjukkan bahwa pengetahuan,

cut

off

pointnyaadalah> 10 (sersitivlas 50oh

dan spesivisitas 52%o)

(grafik

l),

sehingga

pengkategoriannya

adalah

Pengetahuan

baik,

jika

point total

jawaban benar

dari

pertanyaan

pengetahuan

>

10,

sedangkan pengetahuan kurang baik

jika

<

10. (Tabel 3)

(7)

Grafik

l-

Cut

of

point pengetahuan tentang schistosomiasis di Desa Winowangan Tahun 201I o N o a '5^ ffY, f,o d K d 8 o

Tabel 3. Hubungan pengetah-uan dan kejadian schistosomiasis di Desa Winowangan Tahun 201 I

Schistosomiasis

Variabel

Kateggri

P

OR

95%Ct

ks&rROC@e=O.5m9

Pengetahuan

Kurang

baik

56

66.67 87 65.80

0.655

0.87

0.46-1.6s

28

33.33

Tabel

3

menunjukkan

bahwa

distribusi pengetahuan yang kurang

baik

pada kasus

maupun

control lebih

besar dibandingkan

dengan pengetahuan

baik

(>

50%).

Hal

ini

menunjukkan

bahwa

pengetahuan masyarakat tentang schistosomiasis

di

Desa

Winowanga masih sangat rendah. Analisis

chi-,square menunjukkan bahwa

tidak

ada

hubungan

antara

pengetahuan

dengan schistosomiasis (p value > 0,05).

PEMBAHASAN

Keterbatasan kesempatan

untuk rnemperoleh

pendidikan

merupakan faktor

yang dapat

mempengaruhi

tingkat

kesehatan, serta upaya pencegahan penyakit. Pada kelompok masyarakat dengan tingkat

pendidikan yang rendah

pada

umumnya status ekonominya juga rendah. Mereka sulit

untuk

memahami

informasi

mengenai

kesehatan

(dalam

hal ini

mengenai

penularan

penyakit dan

cara

(8)

n) :k )r

lt

t. It a it ri ri ,a

Jumal Vektor Penyakit, Vol.V No. 2,

20ll

:22 - 32

No Variabel Jumlah Persentase (%)

8.

Binatang yang bisa terinfeksi

(n:209)

sapi kuda anjing babi tikus kerbau

lainnya (ayam, bebek,

dll)

Tidak tahu 42 6 53 64 130 4 9 5 20.1 2.87 25.36 40.19 62.2 1.91 4.31 2.39

9.

schistosomiasis bisa diobati

(n:209)

Ya Tidak 208 1 99.52 0.48

10.

Schistosomiasis

(n:209)

209 0 100 0 Ya Tidak

Pengetahuan

diukur dari

l0

pertanyaan,

dimana

setiap

jawaban

yang

benar

diberikan

skor

satu,

kemudian

dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu

baik dan

kurang

baik.

Pengkategorian pengetahuan berdasarkan

cut of

pointnya

dan yang terbaik adalah yang

memiliki

nilai

sensitivitas

dan spesivisitasnya sebanding.

Analisis

menunjukkan bahwa pengetahuan,

cut offpoinrnya adalah

> l0

(sensitivtas 50o/o

dan spesivisitas 52Yo)

(grafik

1),

sehingga

pengkategoriannya

adalah

Pengetahuan

baik,

jika

point total

jawaban

benar dari pertanyaan

pengetahuan

>

10,

sedangkan pengetahuan kurang baik

jika

<

10. (Tabel 3)

(9)

Grafik

l.

Cut

of

point

pengetahuan tentang schistosomiasis di Desa Winowangan Tahun 201I n N o i'5^ EU d) & ci

I

o

Tabel 3. Hubungan pengetahuan dan kejadian schistosomiasis di Desa Winowangan Tahun 2011

Schistosomiasis

Variabel Kategori

P

OR

95% Ct

%

Tidak

Ya

Pengetahuan

Kurang

baik

55 87

0.655

0.87

0.4&1.6s

Baik 33.33 38 30.40

Tabel

3

menunjukkan

bahwa

distribusi pengetahuan

yang

kurang

baik

pada kasus

maupun

control lebih

besar dibandingkan dengan pengetahuan

baik

(>

50%).

Hal

ini

menunjukkan

bahwa

pengetahuan masyarakat tentang schistosomiasis

di

Desa

Winowanga masih sangat rendah. Analisis

chi-,square menunjukkan bahwa

tidak

ada

hubungan

antara

pengetahuan

dengan schistosomiasis (p value > 0,05).

PEMBAHASAN

Keterbatasan kesemPatan

untuk

memperoleh

pendidikan

merupakan faktor

yang dapat

mempengaruhi

tingkat

kesehatan, serta upaya pencegahan penyakit. Pada kelompok masyarakat dengan tingkat

pendidikan

yang rendah pada

umumnya status ekonominya juga rendah. Mereka sulit

untuk

memahami

informasi

mengenai

kesehatan

(dalam

hal ini

mengenai

(10)

,mal Veklor Penyakit, Vol.V No' 2, 2011

:22'32

:encegahannya)14. Hal

ini

akan berpengaruh

terhadap pelaksanaan

progam

kesehatan,

khususnya

dalam upaya

peningkatan

pengetahuan

dan

pengertian

masyarakat

tentang pencegahan schistosomiasis dengan penyuluhan kesehatan.

Tingkat pendidikan masyarakat yang

tinggi

akan

dapat

membantu

menekan

tingginya angka

kesakitan suatu penyakit,

tingkat

pendidikan

yang

baik

dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat akan kebersihan, pola hidup yang lebih sehat dan

pengetahuan

masYarakat

tentang schistosomiasis sehingga akan muncul suatu kesadaran untuk mengurangi kontak dengan

fokus penularan serta membantu melakukan

upaya

pencegahan

dan

mengurangi

penyebaran

schistosomiasis.

Tingkat

pendidikan masyarakat

di

Desa Winowanga

relatif

rendah

(<

SLTA),

hal

ini

mengakibatkan kemampuan

masyarakat

untuk

memahami

arti

PentingnYa

pencegahan

terhadaP

Penularan

sch i stosom i asi s j u ga rel.rtif rendah, sehin gga akan berdampak terhadap pengetahuan dan perilaku masyarakat.

Untuk daPat

meningkatkan pengetahuan masyarakat diperlukan kegiatan penyuluhan yang intensif dan berkelanjutan

dengan

mengikutsertakan

tokoh-tokoh

masyarakat

desa

Winowanga. Penyuluhan

lebih tepat

diberikan kepada mereka yang

berisiko

tinggi

seperti

anak

sekolah,

mengingat penderita pada

kelompok

anak

sekolah

yang

relatif tinggi.

Penyuluhan dapat dilakukan dengan metode tanya jawab,

leaflet,

poster

dan

bila

memungkinkan

dengan pemutaran

film

dokumenter, agar masyarakat/anak

sekolah

tertarik

untuk

mengetahui

lebih lanjut

tentang

schistosomiasis.

Penyuluhan

dipusatkan

pada upaya pencegahan terhadap penularan

schistosomiasis.

Untuk

anak-anak

yang

masih

bersekolah,

perlu

dilakukan

upaya

pendekatan oleh pihak Puskesmas setempat

dengan

pihak

sekolah

untuk

menjalankan

program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS),

khususnya pencegahan

schistosomiasis'

Model

pendidikan pada

anak

sekolah

di daerah pedesaan Minas Gerais bagian utara

Brazil

menunjukkan

hubungan

Yang

signifikan dengan peningkatan pengetahuan

anak

sekolah'khususnya

pencegahan dan

penularan schistosomiasisl 1,

Di

daerah endemis, Yang

Pada

umumnya

daerah

Pedesaan

dengan

masyarakat

yang

berpendidikan

relatif

rendah

memang sangat

diPerlukan

penyuluhan mengenai satu penyakit tertentu secara khusus

dan'tidak

digabung dengan

penyuluhan

kesehatan

iainnya,

hal

ini

dimaksudkan

untuk

meningkatkan

I

i

(11)

pengetahuan masyarakat

tentang

penyakit tersebut. Namun penyuluhan tersebut harus

dilakukan

berkali-kali

khususnya mengenai penyakit endemis di daerah mereka.

Secara

teori. erat

kaitannya

antara

pengetahuan

dengan

suatu

penyakit,

semakin

tinggi

pengetahuan

seseorang tentang schistosomiasis maka semakin besar kemungkinan untuk terproteksi/tidak terkena schistosomiasis, seperti

hasil

penelitian

di Cameroon

dan

penelitian

di

Malawil6'17. Seseorang yang berpengetahuan

baik/mema-dai

dalam

masalah-masalah

kesehatan

diharapkan dapat

mencegah

schistosomiasisls. Pengetahuan

yang

baik

mestijuga didukung oleh perilaku yang baik

pula

terhadap

upaya

mencegah terinfeksi

schistosomiasis.

Bila

hal

tersebut

tidak

terjadi

maka seseorang tetap akan berisiko

untuk terinfeksi. Namun hasil penelitian

ini

menunjukkan hal yang sebaliknya, tidak ada

hubungan

antara

pengetahuan

dengan kejadian schistosomiasis. Adanya perbedaan

hasil

dalam penelitian

ini

kemungkinan disebabkan

oleh

keadaan geografis, desain studi yang berbeda dan

jumlah

sampel yang lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian

yang

sebelumnya

baik yang

dilakukan

di Cameroon maupun di Malawir6'17.

Ke te r b otas an P e ne I iti an

Pengetahuan Masyarakat...(Made Agus N, Renti M)

Penelitian

ini

memiliki

keterbatasan

yang

tidak

dapat

dihindari

dan

mungkin berpengaruh terhadap

hasil

penelitian. Bias

seleksi

yang

mungkin

terjadi

adalah

pengumpulan

dan

pemeriksaan

tinja dilakukan secara sukarela

oleh

masyarakat,

bias yang terjadi

adalah

kemungkinan

adanya

rnasyarakat

yang

tidak

ikut memeriksakan

tinjanya

berpeluang untuk

menjadi

kasus

dan

terpapar

faktor

risiko.

Sedangkan

bias

informasi

yang

terjadi adalah pengetahuan yang ditanyakan adalah pengetahuan pada saat wawancara dilakukan

yaitu

pada

tahun

2011,

jadi

kemungkinan

ada

perubahan

pengetahuan

setelah pemeriksaan

tinja

bulan

Juni

2010, namun

hal

itu

dikesampingkan

dengan

asumsi bahwa pengetahuan saat wawancara dengan sebelum pemeriksaan tinja tahun 2010

relatif

sama

dan

dilakukan

uji

validitas

dan

reabilitas terhadap kuesioner

yang digunakanle.

KESIMPULAN

1.

Pengetahuan

masyarakat

tentang

schistosomiasis

masih

sangat

rendah, khususnya

mengenai

penyebab, tempat

terinfeksi,

gejala

maupun

cara pencegahannya.

(12)

Jurnal Vektor Penyakit, Vol.V No. 2, 2011 :22 - 32

2.

Tidak

ada

hubungan

yang

bermakna

antara

pengetahuan

dengan

kejadian schistosomiasis (p value > 0,05).

SARAN

l.

Perlu

penambahan

jumlah

sampel dan daerah penelitian diperluas.

2.

Perlu adanya penyuluhan yang intensif

guna mengubah perilaku penduduk agar

mencegah

terinfeksi

schistosomiasis

dengan menitikberatkan

pada

sasaran

yang berisiko

tinggi

seperti pada anak

sekolah dengan memasukkan pelajaran

tentang

schistosomiasis

di

sekolah sebagai mata pelajaran muatan lokal

3.

Meningkatkan peran serta

masyarakat

dalam

kegiatan penyuluhan,

sehingga masyarakat dapat memberi penyuluhan

kepada masyarakat

lainnya

dengan bahasa

yang

lebih

mudah

agar

dapat

dimengerti

oleh

masyarakat

dengan pendidikan yang bervariasi.

4.

Pemerintah

menyediakan

sarana

penyuluhan

yang lebih menarik

seperti

dengan pemutaran

film

dokumenter

tentang

schistosomiasis

di

sekolah-sekolah atau di masyarakat.

UCAPAN

TERIMA KASIH

Penulis

ingin

mengucapkan

terima

kasih kepada semua

pihak

yang telah membantu pelaksanaan

penelitian

ini.

Kepala

Dinas

Kesehatan Kabupaten Poso @apak drg.

Urip

Heriyanto,

M.Kes),

Camat

Lore

Timur

(Bapak

Drs.

Yapet), Kepala

Puskesmas

Maholo

(Ibu

Helvie Etma

Wati,

SKM),

Kepala Desa

Winowanga @apak

Alpius

Rangka) yang telah memberikan

izin

kami

untuk

metakukan penelitian

di

wilayahnya.

Kepala

Balai

Litbang

P2B2

Donggala

(Bapak Jastal,

SKM,

M.Si),

Petugas

pengumpul data

di

lapangan, Bapak Kaleb

dan

seluruh masyarakat

Desa

Winowanga

yang

ikut

berpartisipasi

dalam

penelitian ini.

DAFTAR

PUSTAKA

l.

Margono, S.S. 2003.

Kontroling

di.sea,'c

due

to

helminth

infections:

imporlanl

human

helminthiasis

in

Indonesiu. WHO, Geneva.

2.

Sudomo,

M.

2008.

Penyakit

parasitik

yang

kurang

diperhatikan.

Orasi

pengukuhan

profesor

riset

bidang entomologi dan molusca Badan Litbang. Jakarta.

3.

Engel,

D.; &.

Chitsulo,

L.

2003.

Kontroling

diseose

due

to

helminlh

infections:

Schistosomiasis.

Genewa;

wHo.

4.

Soedarto.

1990.

Penyakit-penyakit

infeksi

di

Indonesia. Jakarta:

Widya

Medika.

5.

Markel, E.K., Voge,

M.,

&

John, D.T.

1992.

Medical parasitologt

(7th

ed.)

(13)

6.

Hadidjaja,

P.

1982. Beberapa penelitian

mengenai

aspek

biologik

dan

klinik

schistosomiasis

di

Sulawesi

Tengah lndonesia. Tesis

FKM

UI. Jakarta.

7.

Gandahusada, S.

H.,

Ilahude,

H.D.,

&

Pribadi,

W. I998.

Parasitologi Kedokteran (3th ed.). Jakarta:

FKUI.

8.

Zaman,

V.,

&

Loh Ah,

K.

(Rukmono,

8.,

Oemijati,

S., &

Wita,

P,

penterjemah).

1988.

Buku

Panduan

parasitologi

kedokteran.

Bandung; Binacipta.

9.

Jastal., et al. 2008. Dataran Tinggi Bada: Daerah Endemis Baru Schistosomiasis di lndonesia.

l0.Laboratorium

Schistosomiasis

Napu. 2010. Laporan hasil survei

tinja

Dataran

Tinggi Napu. Sulawesi Tengah.

I

l. Kasnodihardjo.

Desember

1993.

Masalah

sosial

budaya

pemberantasan

schistosomiasis

di

dataran

tinggi

Sulawesi. Medika, 12

(19):29-33

12.

Kasnodihardjo.

1994.

Penularan

schistosomiasis

dan

penanggulangan-pandangan

dari

ilmu

perilaku.

Cermin Dunia Kedokteran . 96: 37 -39

I3.

Basuki,

B.

1999.

Aplikasi

metode

kasus-kontrol. Bagian

ilmu

kedokteran komunitas

FKUI.

J akarta.

Intemational Journal

of

Environmental Research and Public Helath.

4 (2):

101-105

14. Soewati, S.S., Sudomo,

M.,

&

WaluYo,

l.

1997. Aspek-aspek ekologi dan sosial

dalam

penanggulangan

"emerging

inJbctious

disease".

Buletin

Penelitian Kesehatan, 25

Q&$:

61 -72

l5.Gazzinelli, M.F

et

aI.2006.

The impact

r{'two

education methods on lvrowladge

of

schistosomiasis

trasmission

and preventation among school children

in

a

rural

community

in

Northern

Minas Gerais,

Brazil.

Mem Inst Oswaldo Cruz,

Rio

de

janeiro.

Vol.

l0l

(suppl.

l):

45-53

16. Sama,

M.T.,

Oyona.

E..

&

Ratard R.C.

2007.

High risk

behot'iours

and

schistosomiasis

infection

in

Kuba' South-lVe st P rov in c e, C ame ro on,

17. Kapito-Tembo,

A

et

al.

(Januari, 2009). Prevalence

distribution

and risk

faktors

for

Schistosoma hematobium infection

omong school

children

in

BlantYre,

Malawi.

Open

access

freely

available

online. Akses

29

Januari

2011.

http://www.Plonsntds.org.

r

l8.Notoadmodjo,

S.

2003. Pendidikan dan

kesehatan

perilaku.

Jakarla;

Rineka

Cipta

Hastono,

S'P.

2010.

Materi

pelatihan

STATA:

uji

validitas

dan reliabil itas kuesioner. Jakarta.

19.

Hastono,

S.P. 2010. Materi

pelatihan

STATA:

uji

validitas dan

reliabilitas

kuesioner. Jakarta.

Gambar

Tabel 2 Pengetahuan masyarakat  tentang  schistosomiasis  di  Desa Winowangan  Tahun  201  I
Grafik  l-  Cut  of  point  pengetahuan  tentang  schistosomiasis  di  Desa Winowangan  Tahun  201I o N o a '5^ ffY, f,o d K d 8 o
Grafik  l.  Cut  of  point  pengetahuan  tentang  schistosomiasis  di  Desa Winowangan  Tahun  201I n N o i'5^ EU d) &amp; ci I o

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data dari penelitian hukum empiris yaitu berupa data primer yang dipakai sebagai bahan utama, untuk menjawab permasalahan yang telah ditulis dalam latar belakang

Hambatan yang muncul antara lain : Hambatan Yuridis yaitu hambatan yang muncul karena adanya peraturan perundang-undangan yang baru dari pemerintah pusat di saat

kekuatan daya lekat dari suaru lapisan cat, dan menurut penelitian yang telah terbit korosi sebelumnya, dengan judul Ketahanan Perlindungan Cat Sistem Color Mixing dengan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatan hasil belajar

Keempat aktor dalam quadruple helix tersebut seharusnya bekerja secara terintegrasi, sehingga dapat memainkan peran masing- masing secara optimal, akan tetapi praktek

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian ini akan melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas sistem informasi akuntansi,

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara faktor lingkungan yaitu jenis tempat pembuangan tinja dan sumber air minum dengan kejadian diare, serta ada hubungan antara