35 BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tahap-tahap dan pengolahan data yang kemudian akan dianalisis tentang “Pengaruh Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan dan Reputasi Auditor Terhadap Nilai Perusahaan”. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan industri jasa keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penarikan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling yaitu pemilihan sampel tidak secara acak, tetapi dengan menggunakan pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti. Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam industri jasa keuangan dan menerbitkan laporan keuangan yang sudah diaudit (audited financial statement) berturut-turut selama periode penelitian dalam kurun waktu Tahun 2011 hingga tahun 2014. Berikut ini kriteria pemilihan sampel penelitian:
TABEL 4.1
PROSEDUR PENARIKAN SAMPEL
No. Keterangan Tahun 2011-2014
1 Perusahaan industri jasa keuangan di Bursa Efek
Indonesia (BEI) 88
2 Perusahaan industri jasa keuangan yang tidak memiliki data lengkap secara konsistenpada Tahun 2011-2014
(25)
3 Jumlah observasi 63
36 4.1 Analisis Deskriptif
TABEL 4.2
STATISTIK DESKRIPTIF VARIABEL PENELITIAN
Variabel Minimum Maximum Mean SD
Nilai Perusahaan (Y) 3,9120 9,5486 6,428091 1,3868468 Pengungkapan Liabilitas
Instrumen Keuangan (X1) 0,5 1 0,773802 0,1304721
Reputasi Auditor (X2) 1 5 2,11 1,386
Sumber: Hasil Olah Data Statistik Deskriptif, 2016.
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, dapat dijelaskan beberapa hal berikut :
- Rata-rata Nilai Perusahaan (Y) yang diukur dengan nilai logaritma natural harga saham pada lima hari setelah tanggal audit adalah sebesar 6,428091, nilai minimum sebesar 3,9120, nilai maksimum sebesar 9,5486, dan standar deviasi sebesar 1,3868468 dengan jumlah observasi (n) sebesar 252. Nilai standar deviasi sebesar 1,3868468 menunjukkan bahwa penyimpangan data Nilai Perusahaan (Y) cukup rendah.
- Rata-rata Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan sebesar 0,773802, nilai minimum sebesar 0,5, nilai maksimum sebesar 1, dan standar deviasi sebesar 0,1304721 dengan jumlah observasi (n) sebesar 252. Nilai standar deviasi sebesar 0,1304721 menunjukkan bahwa penyimpangan data Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan cukup rendah.
- Rata-rata Reputasi Auditor sebesar 2,11, nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum sebesar 5, dan standar deviasi sebesar 1,386 dengan jumlah observasi (n) sebesar 252. Nilai standar deviasi sebesar 1,386 menunjukkan bahwa penyimpangan data Reputasi Auditor cukup rendah.
37 4.2 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabelPengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan(X1) dan Reputasi Auditor (X2) terhadap Nilai
Perusahaan (Y). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program statistik komputer SPSS for Windows diperoleh hasil sebagai berikut :
TABEL 4.3
HASIL REGRESI LINIER BERGANDA
Variabel Koefisien Regresi Standart Error t-statistik Sig.
Konstanta 4,086 0,506 8,069 0,000 X1 2,837 0,660 4,301 0,000 X2 0,070 0,062 1,119 0,264 R2: 0,084 Adj. R2: 0,077 F-statistik : 11,404, Sig = 0,000. N : 252
Sumber: Hasil Olah Data Regresi Linier Berganda, 2016.
Secara matematis hasil dari analisis regresi linier berganda tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
Y = 4,086 + 2,837 X1+ 0,070 X2+e
Pada persamaan di atas ditunjukkan pengaruh variabel independen (X1dan
X2) terhadap variabel dependen (Y). Adapun arti dari koefisien regresi tersebut
adalah: 1. b0 =4,086
Artinya, apabila Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan (X1) dan Reputasi
38 2. b1 = 2,837
Artinya apabila kenaikan Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan (X1)
sebesar 1 satuan, maka Nilai Perusahaan (Y) naik sebesar 2,837 dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).
3. b2 = 0,070
Artinya apabila kenaikanReputasi Auditor (X2) sebesar 1 satuan, maka Nilai
Perusahaan (Y)naik sebesar 0,070 dengan asumsi variabel lain adalah konstan
(ceteris paribus).
4.3 Pengujian Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas Residual
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2013: 160). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas, dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk menguji normalitasnya.
Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test adalah sebagai berikut:
39 TABEL 4.4
HASIL UJI NORMALITAS DENGAN UJI KOLMOGOROV SMIRNOV Variabel Sig. Nilai Kritis Keterangan
Residual 0,570 0,05 Normal
Sumber: Lampiran Hasil Uji Normalitas, 2016.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test di atas terlihat bahwa nilai probabilitas = 0,570 > 0,05, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Multikolonieritas dapat dideteksi dari berbagai hal, diantaranya adalah dari nilai tolerance (TOL) dan lawannya variant inflation factor (VIF). Apabila TOL lebih dari 0,10 dan VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2013: 105). Pendeteksian multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
variant inflation factor (VIF).
Hasil uji multikoliniearitas dengan metode VIF adalah sebagai berikut : TABEL 4.5
HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS DENGAN METODE VIF
Persamaan VIF Nilai Kritis Keterangan
X1 1,047 10 Tidak terkena multikolinearitas X2 1,047 10 Tidak terkena multikolinearitas
40 Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dengan metode VIF diperoleh nilai VIF < 10, artinya bahwa semua variabel bebastidak terjadi multikolinearitas, sehingga tidak membiaskan interprestasi hasil analisis regresi.
4.3.3 Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana faktor pengganggu (error term) pada periode tertentu berkorelasi dengan faktor pengganggu pada periode lain. Pendeteksian asumsi autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji
Durbin-Watson. Kriteria pegujian adalah sebagai berikut:
- Jika d-hitung < dL atau d-hitung > (4-dL), Ho ditolak, berarti ada autokorelasi - Jika dU < d-hitung < (4 – dU), Ho diterima, berarti tidak terjadi autokorelasi - Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL), maka tidak dapat
disimpulkan ada tidaknya autokoelasi.
Dari hasil regresi diperoleh nilai D-Wstatistik sebesar 2,213. Dengan n =
252, k = 3, dan taraf nyata (α) 5 %, maka nilai dL = 1,777, dU = 1,809, sehingga (4-dU) = 4-1,809= 2,191 dan (4-dL) = 4-1,777= 2,223.
TABEL 4.6
HASIL UJI AUTOKORELASI
Tingkat Autokorelasi (DW) Jenis Autokorelasi (4 -DW.L ) < DW < 4
(4 -DW.U)< DW< (4 –DW.L) 2,191<2,213< 2,223 DW.L < DW < DW.U
0 < DW < DW. L
Ada Autokorelasi negatif Tanpa kesimpulan Tidak Ada Autokorelasi
Tanpa Kesimpulan Ada Autokorelasi positif
Sumber: Lampiran Hasil Olah Data Durbin Watson, 2016.
Ternyata nilai D-Wstatistik sebesar 2,213 berada di daerah penerimaan Ho.
41 4.4 Pengujian Signifikansi Hasil Penelitian
4.4.1 MetodeAdjusted R² (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali 2013:97).
Hasil dari regresi dengan metode OLS (Ordinary Least Square) diperoleh
adjusted R2 (Koefisien Determinasi) sebesar 0,077 artinya variabel dependen dalam model yaitu Nilai Perusahaan (Y) dijelaskan oleh variabel independen yaitu Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan (X1) dan Reputasi Auditor
(X2) sebesar 7,7%, sedangkan sisanya sebesar 92,3% dijelaskan oleh faktor lain
di luar model.
4.4.2 Pengujian Hipotesis
Uji t digunakan untuk membuktikan pengaruh Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan (X1) dan Reputasi Auditor (X2) terhadap Nilai Perusahaan
(Y) secara individual (uji t) dengan asumsi bahwa variabel yang lain tetap atau konstan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program statistik komputer SPSS for Windows diperoleh hasil sebagai berikut:
42 1. Pengujian pengaruh variabel Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan
(X1) terhadap variabel Nilai Perusahaan (Y)
Berdasarkan hasil olah data diperoleh bahwa nilai b1 adalah 2,837 yang
berarti jika terjadi kenaikanPengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan (X1)
sebesar 1 satuan maka Nilai Perusahaan (Y) naik sebesar 2,837 dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus). Hasil olah data dengan regresi juga menunjukkan nilai Sig. = 0,000 dengan Level of Significant= 0,05, maka disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan (X1) terhadap Nilai Perusahaan (Y).
2. Pengujian pengaruh variabel Reputasi Auditor (X2) terhadap variabel Nilai
Perusahaan (Y)
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai diperoleh bahwa nilai b2
adalah 0,070 yang berarti jika terjadi kenaikan Reputasi Auditor (X2) sebesar 1
satuan, maka Nilai Perusahaan (Y) naik sebesar 0,070 dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus). Hasil olah data dengan regresi juga menunjukkan nilai Sig. = 0,264 dengan Level of Significant= 0,05, maka disimpulkan bahwa ada pengaruh positif namun tidak signifikan antara Reputasi Auditor (X2) terhadap Nilai Perusahaan (Y).
4.5 Pembahasan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja
43 perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang, sehingga perusahaan berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui maksimalisasi harga saham.
4.5.1. Pengaruh Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan (X1) terhadap Nilai Perusahaan (Y)
Nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut dipengaruhi oleh banyak hal. Penelitian ini mencoba menguji pengaruh pengungkapan (disclosure) yang dilakukan oleh manajemen terhadap nilai perusahaan, terutama pengungkapan liabilitas instrumen keuangan yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
Hasil olah data penelitian ini menunjukkan bahwa nilai b1 adalah 2,837.
yang berarti jika terjadi kenaikan Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan (X1) sebesar 1 satuan maka Nilai Perusahaan (Y) naik sebesar 2,837 dengan
asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus). Hasil olah data dengan regresi juga menunjukkan nilai Sig. = 0,000 dengan Level of Significant = 0,05, maka disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan (X1) terhadap Nilai Perusahaan
(Y).
Hal ini sejalan dengan hasil berbagai penelitian sebelumnya yang membahas masalah serupa. Arinantyo (2010) menyatakan bahwa keseluruhan instrumen keuangan khususnya liabilitas yang diungkap dalam annual report
bermanfaat sebagai pertimbangan stakeholder dalam mengambil keputusan mengenai investasi yaitu, dalam melakukan analisis risiko agar hasil
44 pengembalian yang diharapkan dapat diterima, ataupun untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melakukan pelunasan utang.
Kebijakan hutang juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan dengan adanya pajak, biaya keagenan, dan biaya kesulitan keuangan sebagai imbangan dari manfaat penggunanaan hutang. Pada tingkat hutang yang optimal diharapkan nilai perusahaan akan mencapai nilai optimal, dan sebaliknya apabila terjadi tingkat perubahan hutang sampai melewati tingkat optimal atau biaya kebangkrutan dan biaya kesulitan keuangan financial distress cost lebih besar dari pada efek interest tax-shield, hutang akan mempunyai efek negatif terhadap nilai perusahaan (Hermuningsih, 2013).
Berdasarkan pada teori keagenan, pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen sebagai agent yang menjalankan perusahaan dilihat oleh principal,
yaitu para pemegang saham sebagai upaya untuk mempersempit asimetri informasi yang terjadi antara keduanya. Pengungkapan liabilitas instrumen keuangan yang dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku akan mempermudah principal dalam mempercayai kondisi perusahaan karena mereka akan lebih mudah mendapatkan informasi yang relevan. Semakin banyak item
yang diungkapkan, semakin banyak pula informasi yang dapat dikumpulkan, sehingga dapat membantu memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi oleh para pemegang saham. Selain itu, pengungkapan liabilitas instrumen keuangan menjadi sangat penting untuk melihat apakah ada kecurangan dalam keputusan mengenai investasi karena hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan.
45 4.5.2. Pengaruh Reputasi Auditor (X2) terhadap Nilai Perusahaan (Y)
Penelitian ini juga mencoba menguji pengaruh reputasi auditor terhadap nilai perusahaan.Audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik memiliki berbagai tujuan, diantaranya adalah untuk memberikan keyakinan kepada para pemegang kepentingan tentang keandalan laporan keuangan yang diaudit tersebut. Permintaan terhadap jasa audit merupakan akibat langsung dari keterlibatan pemegang kepentingan luar di dalam suatu perusahaan. Para pemegang kepentingan tersebut menuntut akuntabilitas dari manajemen, sebagai timbal balik atas kontribusi mereka terhadap perusahaan.Sejak informasi yang disajikan manajemen dapat dibiaskan, yang dikarenakan oleh perbedaan kecenderungan antara pihak manajemen dan para pemilik kepentingan, maka dibutuhkan suatu audit terhadap informasi yang diberikan.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kualitas auditor mempengaruhi kualitas audit yang diberikan. Beberapa penelitian yang menggunakan The Big Four dan non The Big Four sebagai proksi atas reputasi kantor akuntan publik juga menemukan bukti bahwa reputasi audit mempengaruhi kualitas audit. Kualitas audit yang baik tentunya akan meningkatkan kepercayaan para pemegang kepentingan, diantaranya pemegang saham, yang membuat harga saham juga meningkat.
Akan tetapi, penelitian ini memberikan hasil yang sedikit berbeda. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai diperoleh bahwa nilai b2 adalah 0,070
yang berarti jika terjadi kenaikan Reputasi Auditor (X2) sebesar 1 satuan, maka
46 konstan (ceteris paribus). Hasil olah data dengan regresi juga menunjukkan nilai Sig. = 0,264 dengan Level of Significant = 0,05, maka disimpulkan bahwa ada pengaruh positif namun tidak signifikan antara Reputasi Auditor (X2) terhadap
Nilai Perusahaan (Y).
Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah kesamaan kecenderungan perusahaan-perusahaan di berbagai sub-industri dalam pemilihan auditor. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri perbankan lebih cenderung memilih Ernst & Young sebagai KAP yang mengaudit laporan keuangan mereka. Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang bergerak di sub industri lembaga pembiayaan, asuransi, efek dan sub industri lainnya cenderung memilih KAP non The Big Four untuk mengaudit laporan keuangan mereka, dan sedikit saja dari mereka yang menggunakan jasa audit dari KAP Deloitte yang notabene merupakan KAP dengan reputasi paling tinggi.
Kecenderungan perusahaan dalam memilih KAP dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah fee yang harus dibayarkan atas jasa audit dan keengganan mereka untuk melakukan rotasi auditor. Semakin tinggi reputasi suatu KAP, maka fee-nya pun akan semakin mahal. Banyaknya biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam menyewa jasa auditor akan dipertimbangkan dan dibandingkan dengan manfaat yang akan mereka terima nantinya.
Insignifikansi pengaruh reputasi auditor terhadap nilai perusahaan juga disebabkan oleh keengganan pihak pelaku pasar untuk mengeksplorasi lebih jauh apakah auditor laporan keuangan telah diperiksa oleh auditor yang memiliki reputasi tertentu atau tidak. Hartadi (2012) menyatakan bahwa pada dasarnya
47 pelaku pasar di Indonesia sebagian besar hanya mempertimbangkan capital gain, sehingga sangat kecil kemungkinan menggunakan analisis fundamental (laporan keuangan) sebagai bahan pertimbangan melakukan tindakan jual atau beli saham. Apabila pasar tidak mempertimbangkan secara signfikan atas analisis fundamental, sebenarnya pasar juga bisa dikatakan kurang memperhatikan hasil auditan (opini auditor).