BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup sendiri tanpa manusia lain. Hanya dalam kehidupan bersamalah manusia dimungkinkan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhannya. Agar kebutuhan dan kepentingan tersebut dapat terlindungi dan terpenuhi, maka manusia hidup secara berkelompok di dalam masyarakat.
Di era globalisasi saat ini, meningkatnya kebutuhan manusia yang semakin beragam antara satu sama lain dengan didukungnya kemajuan teknologi dan telekomunikasi akan mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhannya secara efisien dan efektif. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingannya, manusia membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Seiring dengan perkembangan zaman, salah satu cara berkomunikasi adalah dengan menggunakan handphone/ telepon seluler. Di Indonesia, ponsel tidak lagi menjadi barang mewah karena hampir semua kalangan masyarakat mempunyai handphone/ telepon seluler walaupun dengan berbagai jenis atau merek yang berbeda. Banyaknya permintaan konsumen terhadap bidang teknologi dan telekomunikasi, membuat produsen berlomba-lomba menciptakan berbagai macam produk handphone/ telepon seluler dengan fasilitas yang semakin canggih tidak hanya untuk telepon dan SMS (Short Message Service), namun dilengkapi
dengan fitur-fitur yang mendukung aktifitas hidup manusia diantaranya adalah
multimedia, game, email dan layanan internet lainnya. Saat ini layanan
multimedia juga telah merambah ke dalam layanan ponsel. Hal ini tentunya tidak terlepas dari hasil kemajuan teknologi telekomunikasi dengan teknologi
informasi. Tidak mengherankan jika kebutuhan akan pulsa handphone telah
menjelma menjadi kebutuhan pokok manusia modern saat ini yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian jual beli.
Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Sedangkan yang dimaksud jual beli menurut Pasal 1457 KUHPerdata “Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”.
Perjanjian jual beli merupakan salah satu jenis perjanjian yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu jenis perjanjian adalah perjanjian secara timbal balik. Saat ini semakin terbuka lebar kebebasan konsumen untuk memilih metode pengisian pulsa sesuai keinginan dan kemampuan konsumen. Kondisi dan fenomena tersebut di sisi lainnya mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang, dimana konsumen berada di posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas oleh pelaku usaha (penjual) melalui promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang dapat merugikan konsumen.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dalam tatanan hukum positif Indonesia telah resmi menjadi sumber hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi semua warga negara Indonesia. Lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) menjadi harapan banyak pihak untuk mampu mewujudkan tujuan perlindungan konsumen, utamanya memberikan kemanfaatan, keadilan, dan kepastian hukum dalam persoalan konsumen. Dengan UUPK diharapkan dapat diberikan kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum dalam melakukan perjanjian jual beli agar kelak tidak ada permasalahan atau sengketa yang timbul, baik dipihak konsumen maupun penjual.
Di Indonesia terdapat banyak provider yang menyediakan produk sim card baik yang berteknologi GSM (Global System for Mobile Communication) maupun
yang berteknologi CDMA (Code Division Multiple Access). Produk provider
GSM yang terdapat di Indonesia adalah AS, Simpati, IM3, Mentari, XL, Three,
dan Axis. Sedangkan untuk produk provider CDMA yang terdapat di Indonesia
adalah Smartfren. Di Indonesia, terdapat 2 (dua) sistem pembayaran pulsa handphone/ telepon seluler yang dimiliki oleh provider, yaitu pascabayar dan prabayar. Dengan sistem pascabayar, konsumen dapat menggunakan fasilitas telekomunikasi terlebih dahulu. Konsumen membayar pemakaian pulsa berdasarkan tagihan yang dibebankan setiap akhir bulan. Dengan sistem prabayar, konsumen harus terlebih dahulu mendepositkan uangnya dalam bentuk pulsa. Pulsa tersebut akan berkurang sesuai dengan pemakaian tarif yang telah ditentukan oleh masing-masing provider.
Pengisian pulsa prabayar dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sistem voucher, sistem elektronik, dan sistem transfer pulsa. Dengan sistem voucher, konsumen harus memasukkan sendiri kode voucher pulsanya, pengisian dengan cara ini sudah jarang digunakan jika tidak dalam kondisi mendesak seperti halnya
operator provider sedang dalam kondisi error. Sistem elektronik dan sistem
transfer pulsa lebih praktis, cepat, dan murah harganya. Konsumen hanya cukup memberikan informasi nomor SIM Card dan nominal pulsa, sedangkan proses pengisian pulsa dilakukan oleh penjual pulsa. Namun dengan sistem transfer pulsa
hanya menambah sedikit masa aktifnya, bahkan ada provider yang tidak
menambahkan masa aktifnya. Sistem voucher dan sistem elektronik sudah lama
dikenal masyarakat serta sudah merebak di seluruh Indonesia. Masyarakat Indonesia pada umumnya lebih menyukai pengisian pulsa elektronik. Sistem pengisian pulsa elektronik ini dilakukan dengan chip khusus yang disediakan provider, misalnya chip M-kios milik Telkomsel, M-tronik milik Indosat, dan dompet pulsa milik XL.
Server pulsa yang membuat sistem pengisian pulsa untuk semua operator mempermudah para penjual pulsa untuk tidak lagi menggunakan banyak handphone/telepon seluler dan banyak chip. Penjual cukup memiliki 1 (satu) handphone/telepon seluler dan 1 chip saja untuk melakukan transaksi pengisian pulsa ke semua provider. Saat ini, terdapat tiga jenis sistem pengadaan persediaan
pulsa, yaitu sistem value, sistem stok, dan sistem host to host. Masing-masing
nominal produk pulsa hanya memiliki 1 sistem, yaitu sistem value atau sistem
nominal 5 dan 10 sudah ditetapkan provider menggunakan sistem stok, sedangkan
untuk nominal 25, 50, dan 100 menggunakan sistem value. Pada sistem value,
Graha Pulsa tidak perlu menentukan banyaknya unit yang harus diorder setiap minggunya, hanya menyimpan sejumlah deposit uang dan deposit itu dapat digunakan untuk pengisian pulsa semua nominal dan dapat melakukan deposit uang sewaktu-waktu saat jam kerja. Sistem stok, Graha Pulsa harus menentukan banyaknya unit yang harus dibeli pada saat order. Jadwal order sudah ditetapkan masing-masing provider, ada yang seminggu sekali order dan ada juga yang seminggu dua kali order. Untuk sistem host to host prinsipnya sama seperti sistem value. Sistem ini hanya digunakan oleh Graha Pulsa kecil yang melakukan transaksi pulsa ke server host. Jenis pengadaan persediaan pulsanya, server pulsa
menggunakan 2 (dua) sistem, yaitu sistem value dan sistem stok. Dengan sistem
stok, server pulsa harus menyediakan stok pulsa yang secukupnya agar tidak banyak terjadi kekurangan stok maupun tidak terjadi penumpukan stok. Kekurangan stok menyebabkan perusahaan tidak mendapatkan laba sedangkan penumpukan stok menyebabkan modal tertahan, dengan demikian laba yang didapat berkurang. Belum lagi terjadi pendepositan pulsa yang semakin marak,
sehingga jual beli pulsa tidak hanya dilakukan di counter tetapi siapaun yang
memenuhi ketentuan dapat melaksanakan pengisian pulsa, baik untuk diri sendiri
maupun orang lain.1
Pada saat ini pulsa sudah menjadi kebutuhan pelengkap bagi sebagian masyarakat. Hal ini menjadikan bisnis jual beli pulsa tidak pernah sepi dari
pembeli. Tidak hanya digunakan untuk menjalankan fitur handphone/ telepon seluler, PLN (Perusahaan Listrik Negara) juga berinovasi dengan penyediaan listrik dengan menggunakan pulsa (token). Kebutuhan pulsa yang semakin meningkat, mengakibatkan muncul usaha-usaha yang bergerak di bidang jual beli pulsa. Dengan demikian setiap saat selalu saja terjadi perjanjian jual beli pulsa
antara pembeli dan penjual. Konsumen yang memiliki handphone/telepon seluler
dan telah memenuhi persyaratan yang berlaku dapat melakukan pengisian pulsa kapan dan dimana pun.
Berdasarkan hal tersebut perjanjian jual beli deposit pulsa melibatkan banyak pihak, baik pembeli dan penjual, operator seluler dari nomor yang digunakan untuk melakukan transaksi pulsa. Banyak permasalahan yang dapat terjadi dalam jual beli deposit pulsa, misalnya jaringan provider sedang down atau
eror, komputer hang, SMS pending dan sebagainya yang menyebabkan adanya
complain dari konsumen, setelah SMS dikirim dan sedang diproses oleh sistem, SMS tersebut tidak dapat dibatalkan sampai terdapat laporan dari sistem yang menyatakan bahwa transaksi telah gagal, sehingga selama belum terdapat konfirmasi dari sistem pembeli belum mendapatkan kepastiaan kapan pulsa yang dibeli tersebut akan masuk. Atas dasar uraian di atas, Penulis memilih judul “Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli Deposit Pulsa Di Kecamatan Godean, Kecamatan Gamping Dan Kecamatan Depok”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis ingin meneliti sesuai dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jual beli deposit pulsa antara
downline dengan penjual pulsa di Kecamatan Godean, Kecamatan Gamping dan Kecamatan Depok?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap para pihak dalam
perjanjian jual beli deposit pulsa antara downline dan penjual pulsa
apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Obyektif
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui dan mengkaji pelaksanaan perjanjian jual beli
deposit pulsa antara konsumen dan penjual pulsa di di Kecamatan Godean, Kecamatan Gamping dan Kecamatan Depok.
b. Untuk menganalisis perlindungan hukum bagi para pihak dalam
perjanjian jual beli deposit pulsa antara konsumen dan penjual pulsa apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi.
2. Tujuan Subjektif
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun Penulisan Hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
D. Keaslian Penelitian
Berkaitan dengan judul penelitian dan penulisan hukum ini telah terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian hukum yang dilakukan oleh penulis, namun terdapat beberapa substansi yang berbeda dan jika terdapat kesamaan, maka bukanlah menjadi suatu kesengajaan dari penulis. Berdasarkan penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tidak ditemukan beberapa. Adapun penulisan hukum yang sejenis penelitian yang dilakukan penulis antara lain :
1. Perlindungan Hukum Dalam Perjanjian Jual Beli Pakaian Antara
Penjual dengan Pembeli Melalui Media Blackberry Messenger yang dibuat oleh Christa Adiratna Ritonga, pada tahun 2013 Universitas Gadjah Mada. Rumusan masalah dalam penelitian tersebut menyangkut bagaimana bentuk dan pelaksanaan perjanjian jual beli pakaian antara
pihak pembeli dengan pihak penjual melalui media Blackberry
Messenger serta bagaimana perlindungan hukum bagi pihak penjual dan pihak pembeli serta penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian jual beli pakaian melalui media Blackberry Messenger.
2. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Nomor Cantik Kartu Perdana Seluler Di Gejayan Kabupaten Sleman yang dibuat oleh Indra Rukman Hison Safi, pada tahun 2012 Universitas Gadjah Mada. Rumusan masalah dalam penelitian tersebut menyangkut bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli nomor cantik kartu perdana seluler
di Gejayan, Kabupaten Sleman serta bagaimana praktik penyelesaian sengketa antara penjual/pelaku usaha dan pembeli/konsumen nomor cantik kartu perdana seluler di Gejayan, Kabupaten Sleman.
Penulis tidak menemukan penelitian yang membahas secara khusus tentang perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian jual beli deposit pulsa. Kekhususan semacam ini sekaligus menjadi keaslian dari penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian dan penulisan hukum yang sudah dilakukan sebelumnya berkenan dengan perlindugan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli deposit pulsa. Jika ternyata terdapat penelitian serupa di luar sepengetahuan penulis, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi dan bersifat membangun.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu hukum, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian jual beli deposiit pulsa dan bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
penelitian-penelitian yang sejenis dan berkaitan.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
menganalisis, sehingga dapat memecahkan masalah tentang pejanjian jual beli dan perlindungan hukum.
b. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan
informasi mengenai proses jual beli deposit pulsa dan perlindungan hukum bagi para pihak serta kendala yang mungkin dihadapi oleh konsumen, sehingga konsumen dapat lebih berhati-hati.
c. Bagi instansi/pemerintah, diharapkan pemerintah agar lebih melakukan
pengawasan terhadap segala aktivitas jual beli di masyarakat dan lebih menggencarkan sosialisasi dan pengawasan agar Undang-Undang Perlindungan Konsumen dapat diimplementasikan sebagaimana mestinya.