• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL ANAK RANTAU KARYA AHMAD FUADI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL ANAK RANTAU KARYA AHMAD FUADI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

YANG TERKANDUNG DALAM

NOVEL ANAK RANTAU KARYA AHMAD FUADI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

DIYAH IDHAWATI

NIM 111 11 120

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

ii

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

YANG TERKANDUNG DALAM

NOVEL ANAK RANTAU KARYA AHMAD FUADI

SKRIPSI

DiajukanuntukMemperolehGelar

SarjanaPendidikan Islam

Oleh:

DIYAH IDHAWATI

NIM 111 11 120

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Selatan Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : Diyah Idhawati Nim : 111 11 120

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG

TERKANDUNG DALAM NOVEL ANAK RANTAU KARYA AHMAD FUADI.

kami mohon skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Demikian atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih.

Salatiga, 18 September 2017

(4)

iv

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Selatan Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM

NOVEL ANAK RANTAU KARYA AHMAD FUADI

Disusun Oleh DIYAH IDHAWATI

NIM: 111 11 120

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji KetuaPenguji : Dr. Budiono Saputro , M. Pd SekertarisPenguji : Achmad Maimun, M. Ag

Penguji I : Drs. H. Wahyuddinna, M. M. Pd Penguji II : Siti Rukhayati, M.Ag.

Salatiga, 26 September 2017 Dekan

Suwardi, M.Pd.

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Diyah Idhawati

NIM : 111 11 120

Jurusan : Tarbiyah

Progamstudi : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 18 september 2017 Yang menyatakan

(6)

vi

MOTTO

Alam takambang jadi guru, Alam berkembang jadi guru” (Anak Rantau, 2017: 18).

“Bebek berjalan berbondong bondong tapi elang terbang sendiri” (Anak Rantau, 2017: 229).

“Luka lama aku. Untuk mengobati dan mengikhlaskan apa yang sudah lalu. Aku tidak kuasa mengubah yang lalu, tapi aku bisa mempermudah hari ini dan masa

depan” (Anak Rantau, 2017: 259).

Jikok dikambang salawe alam, jikok dilipek sagadang kuku, Kalau dikembang seluas alam, kalau dilipat sekecil kuku”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Harapan kesuksesan terpangku di pundak sebagai janji kepada mereka… 1. Orang Tuaku yaitu Bapak (Darul Priyadi) dan mamaku (Jariyah), yang

sejak ananda dilahirkan tak henti-hentinya memberikan yang terbaik kepada ananda, terimakasih atas kasih sayang yang berlimpah, terimakasih atas nasehat dan motivasinya yang tiada henti, terimakasih sudah mengingatkan ananda untuk selalu minum obat tanpa bosan, terimakasih sudah membesarkan dan membimbing ananda sampai saat ini, terimakasih sudah kerja keras tanpa kenal lelah untuk menyekolahkan ananda. ananda rasa, bagaimanapun caranya, ananda tidak mampu membalas semua kebaikan yang telah Bapak dan mama berikan. Besar harapan ananda menjadi sebab kebahagiaan Bapak dan mama.

2. Kakakku (Muhammad Sirot Budi) yang sangat kusayangi, Terimakasih atas bantuannya, maaf sudah banyak merepotkan buat mencarikan buku dimana-mana, padahal kakak juga sangat sibuk.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepadaNabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Novel Anak Ranau

Karya Ahmad Fuadi” dapat terselesaikan.

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

3. Bapak Achmad Maimun, M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Fatchurrohman, S. Ag., M. Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini. .

(9)

ix

7. Sahabatku (Siti Haniah), terimakasih buat waktunya, ilmunya, motivasinya, semangatnya dan doa yang diberikan kepadaku.

8. Almamaterku tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 18 Agustus 2017 Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Idhawati, Diyah. 2017. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun M. Ag.

Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Karakter, Novel Anak Rantau.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya sastra terhadap Pendidikan Karakter, bahwa sastra tidak hanya sebatas media hiburan saja akan tetapi juga bisa menjadi media edukasi. Novel mempunyai relevansi dengan pendidikan karakter, seperti dalam novel Anak Rantau. Novel ini merupakan novel edukasi yang bisa dijadikan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter terkandung dalam novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi (2) untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter pada novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi dengan praktek pendidikan di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode deskriptif analitis mengenai(bibliographis), dengan menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis yaitu novel Anak Rantau. Pengumpulan data dilakukan dengan cara metode kepustakaan guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini yang realitasnya tentang nilai-nilai pendidikan karakter. Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis), dan dari analisis tersebut ditarik kesimpulan.

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Kegunaan Penelitian ... 4

E. Metode Penelitian ... 5

F. Kajian Pustaka 10

G. Penegasan Istilah 11

(12)

xii BAB II BIOGRAFI AHMAD FUADI

A. Gambaran Umum Novel Anak Rantau ... 16

B. Riwayat Hidup Ahmad Fuadi ... 19

C. Karya Ahmad Fuadi... 21

D. Prestasi Ahmad Fuadi ... 24

E. Karir Ahmad Fuadi ... 26

BAB III NOVEL DAN PENDIDIKAN KARAKTER A. Novel ... 29

1. Pengertian Novel ... 29

2. Novel sebagai Karya Ilmiah ... 29

3. Jenis-jenis Novel... 33

4. Unsur-unsur Novel ... 36

a. Unsur Intrinsik ... 36

b. Unsur Entrinsik ... 50

5. Tujuan Novel ... 51

6. Peran novel dalam membangun karakter... 53

B. Definisi Pendidikan Karakter ... 54

C. Tujuan Pendidikan Karakter ... 60

D. Fungsi Pendidikan Karakter ... 62

E. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 63

(13)

xiii

BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ANAK RANTAU

A. Pendidikan Karakter Dalam Novel Anak Rantau ... 74

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikaan Karakter Dalam Novel

Anak Rantau Dengan Pendidikan Di Indonesia……… 94

BAB V PENUTUP

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kian banyaknya pelanggaran yang dipicu oleh krisis moral saat ini, mengakibatkan semakin rendahnya perwujudan nilai pendidikan karakter bangsa ini, yang sebagian besar dilakukan oleh kalangan pelajar.Pemicu utamanya ada pada situasi dan kondisi keluarga yang kurang mendukung. Beragam bentuk pelanggaran yang dilakukan dari mulai membolos waktu jam pelajaran, berani berbohong kepada guru, mencontek pekerjaan teman, tawuran antar pelajar, mencuri, tidak menghormati kedua orang tua bahkan mengkonsumsi narkoba.

Membenahi sistem pendidikan merupakan langkah awal untuk memperbaiki kualitas karakter pemuda bangsa. Salah satunya dengan pendidikan karakter, pendidikan karakter diharapkan mampu menumbuhkan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

(15)

2

merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab, sekaligus cerita yang memberikan hiburan pada pembaca.

Secara etimologis, sastra juga berarti alat untuk mendidik.Lebih jauh, dikaitkan dengan pesan muatannya hampir secara keseluruhan karya sastra merupakan sarana-sarana etika. Memahami karya sastra pada gilirannya merupakan pemahaman terhadap nasehat dan peraturan, larangan dan anjuran, kebenaran yang harus ditiru, jenis-jenis kejahatan yang harus ditolak, dan sebagainya (Ratna, 2005: 447).

Relevansi karya sastra novel terhadap nilai-nilai pendidikan karakter akan diperoleh manfaat berbagai pesan yang terkandung di dalamnya. Pendidikan karakter sebagai kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai karakter yang membentuk pribadi supaya menjadi generasi yang lebih baik, warga masyarakat yang baik dan warga negara yang baik.

Persentase di kalangan masyarakat yang kebanyakan membeli novel adalah kalangan pelajar terutama pelajar remaja. Salah satu alasannya, cerita yang dibuat oleh pengarang hampir sama dengan kejadian yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, seperti kebanyakan bercerita tentang cinta. Seharusnya anak membaca novel tidak hanya sekedar “menina bobokan”. Akan tetapi, bermanfaat serta dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel.

(16)

3

membuktian pada ayahnya bahwa dia dapat berusaha sendiri tanpa bantuan ayahnya, namun pada akhirnya Hepi memilih untuk berdamai dengan cara memaafkan, melepaskan lukanya dan melupakan luka masalalunya.

Novel Anak Rantau merupakan salah satu novel edukasi, yang di dalamnya memuat tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba mengangkatnya sebagai objek penelitian yang berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL ANAK RANTAU KARYA AHMAD FUADI”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Didalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013: 302). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi ?

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter pada novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi dengan praktek pendidikan di Indonesia? C. Tujuan Penelitian

(17)

4

masalah, kalimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008:16). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter apa saja yang terkandung dalam novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi.

2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter pada novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi dengan praktek pendidikan di Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter melalui pemanfaatan karya sastra. Selain itu juga untuk menambah wawasan tentang keberadaan karya sastra (novel) yang memuat tentang pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah pembelajaran diri untuk mejadi individu yang berkarakter.

(18)

5

daya jual namun juga memperhatikan isi dan memasukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut.

c. Bagi dunia pendidikan, dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan pertimbangan bagi para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.

d. Bagi peserta didik, dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman siswa bahwa keberhasilan pendidikan yang sebenarnya tidak hanya berhasil dalam hal intelektual tetapi juga harus berkarakter. e. Bagi masyarakat, dengan penelitian ini diharapkan mampu menambah

khazanah pengetahuan masyarakat dan mengajak masyarakat untuk membagun karaker siswa krena masyarakat sangat berperan dalam pembentukan karakter seseorang.

E. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Djamarah, 2000: 19). Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, cermat dan akurat, maka pada penelitian ini akan digunakan tahap-tahapan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

(19)

6

perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dan materi perpustakaan lainnya, yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah (Fathoni, 2011: 96).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Deskriptif analitis ini mengenai bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan (Moleong, 2005: 29).

Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudian dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

(20)

7

Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan aspek kegunaan dan manfaat karya sastra (novel) yang dapat diperoleh pembaca.

2. Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan melalui telaah atau studi dari berbagai laporan penelitian dan buku literatur yang relevan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan meliputi hal-hal berikut: a. Diperlukan sebanyak mungkin pustaka yang relevan

b. Harus tetap berpegang pada kerangka penelitian

c. Diperhatikan keserasian tujuan penelitian dengan pustaka yang digunakan

d. Diperlukan sumber pustaka dan penulis pustaka tersebut. (http://novrisyahreza.blogsot.co.id/2012/04/teknik-pengumpulan-data-jenis-datadan.html?m=1, diakses pada sabtu 26 Agustus 2017, pukul 20:30)

Menurut M. Nasir (1988: 111), “Studi kepustakaan adalah teknik

pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan”.

(21)

8 3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129).Penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah beberapa sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu sumber data primer dan sekunder, sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

umber data primer merupakan sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh Falcon Publishing pada bulan Juni tahun 2017.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder,buku pendidikan karakter karya Dr. Muhammad Yaumi, M. Hum., M.A., buku pendidikan karakter karya Prof. Dr. Muchlas Samani dan Drs. Hariyanto, M.S., buku Desain Pendidikan Karakter karya Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd., buku pendidikan karakter membangun peradaban bangsa karya Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., buku pendidikan karakter membangun perilaku positif anak bangsa karya Zainal Aqib.

4.Metode Analisis Data

(22)

9

dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007: 48).Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksaanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi ilmiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan.

Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi.Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007: 49). Penelitian ini, penulis akan mengkaji isi novel Anak Rantauyang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter.Langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam pengolahan data adalah:

a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Anak Rantau yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter.

b. Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam novel Anak Rantau yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter.

c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel AnakRantau yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter.

(23)

10 F. Kajian Pustaka

Kajian pustaka sangat berguna bagi skripsi ini.Untuk mengkaji skripsi ini, peneliti melakukan kajian pustaka terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.Diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix Y. Siauwyang ditulis oleh Putra Arif Perdana, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2017. Skripsi ini mengkaji dan menganalisis tentang pendidikan karakter yang terkandung dalambuku Muhammad Al-Fatih 1453.Adapun persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian, penulis mengkaji novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi.

(24)

11

perbedaannya terletak pada subjek penelitian, penulis mengkaji novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi.

Ketiga, skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye Dan Relevansinya Dengan Pembelajaran Fiqih Di MI yang ditulis oleh Siti Saadatul Mujahidah, Jurusan Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013.Skripsi ini mengkaji tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye Dan Relevansinya Dengan Pembelajaran Fiqih Di MI. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian, penulis mengkaji novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi.

G. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:

1. Nilai

(25)

12

diperlukannya, apa yang menguntungkannya, atau apa yang menimbulkan kepuasan batinnya.

Wujud atau bentuk kebudayaan sebagai pendukung nilai hidup/ kehidupan itu paling sedikit ada tiga macam, yaitu sebagai suatu komplieks dari ide-ide, pemikiran-pemikiran, gagasan, niali-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan sebagainya yang semua itu mencerminkan alam pikiran yang memancarkan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat pendukungnya ( Muslich, 2011: 19).

Berbagai pengertian serta pemikiran tentang nilai diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah sifat-sifat atau hal- hal yang melekat pada sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk berguna bagi kehidupan manusia.

2. Karakter

Karaker secara kebahasaan ialah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, tabiat atau watak (Departemen Pendidikan Nasional, 1997: 444).

(26)

13

Karakter telah menjadi bahasa Indonesia, yang semula dari bahasa Inggris (Character)dan lebih jauh lagi dari bahasa Yunani ( Charassein ) yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan. Sehingga dalam makna terminologi, karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang satu dengan yang lain.

3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaiman perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, dan berbagai hal terkait lainnya. (Gunawan, 2014: 23-24)

4. Novel

(27)

14

berupa bahasa, dan elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan isi, pengarang akan memaparkannya melalui penjelasan atau komentar, dialog maupun monolog, dan melalui perbuatan atau action (Aminuddin, 1991:66). H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto, persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

Bagian Inti atau Isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah, dan sistematika penulisan penelitian.

(28)

15

Bab III Kajian Teori, Bab ini berisi definisi novel, novel sebagai sebuah karya ilmiah, jenis-jenis novel, unsur-unsur novel, tujuan novel, definisi pendidikan karakter, macam-macam pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, media pendidikan karakter dan fungsi pendidikan karakter, prinsip pendidikan karakter.

Bab IV Pembahasan, Dalam bab ini berisi pendidikan karakter dalam novel Anak Rantau dan relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Anak Rantau dengan pendidikan karakter di Indonesia.

(29)

16 BAB II

BIOGRAFI AHMAD FUADI

A. Gambaran Umum Novel Anak Rantau

Anak Rantau merupakan novel keempat setelah novel Trilogi; Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara. Berbeda dari novel sebelumnya Ahmad Fuadi membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pembuatan novel Anak Rantau. Seperti yang dikatakan Ahmad Fuadi pada Antara News “Yang berbeda lagi, 'Negeri 5 Menara'

dan adik-adiknya umumnya dua tahun saya tulis, kalau ini empat tahun”. Ahmad Fuadi juga mengungkapkan alasannya memberikan judul Anak Rantau pada novel keempatnya dan lamanya proses pembuatan novel Anak Rantau."Anak Rantau ini agak berbeda dengan trilogi. Trilogi banyak terinspirasi dari apa yang saya alami lalu difiksikan, kalau ini bisa disebut pure fiction”, kata penulis dengan nama pena A. Fuadi itu saat

mengunjungi kantor Antara News di Jakarta.

(30)

17

"Awalnya saya mau menulis tentang cerita romantisme kampung halaman, ternyata itu enggak kuat karena begitu saya riset lagi ke kampung saya yang sebenarnya, romantisme keindahan itu enggak ada lagi. Banyak masalah sekarang," katanya.

Danau di kampungnya sudah berubah karena polusi. Kondisi sosial lingkungan kampungnya juga sudah berubah. Masalah-masalah "kekinian" di perkotaan merembes ke perdesaan. "Masyarakat yang dulu religius ternyata sudah tidak seperti itu lagi, anak muda yang dulu hebat ternyata kena narkoba," katanya. Ia juga melihat fenomena sosial lainnya, tentang bagaimana orang seringkali menganggap referensinya yang paling benar dan menyalahkan yang lain, dan kemudian memicu konflik. "Padahal semua alam ini, 360 derajat buat kita tarik pelajarannya. Alam terkembang jadi guru", katanya. "Bagaimana kita menyikapi semua hal untuk belajar. Jadi, biar enggak one sided melihat semuanya. Bukalah semua wawasan kita, melihat ke segala arah untuk belajar", lanjut dia.

Dia juga melihat pembiaran. "Ada masalah dalam lingkungan kita yang kita biarkan," katanya. Semua perubahan itu membuat pengerjaan "Anak Rantau" membutuhkan waktu lebih lama dari pendahulunya. "Saya pulang, saya tata lagi. Ini konten utamanya enggak cukup dengan yang awal tadi, jadi lama pengembangan idenya," katanya.

(31)

18

termasuk pejabat kepolisian dan Badan Narkotika Nasional karena "Anak Rantau" memuat materi edukasi anti-narkoba.

(http://www.antaranews.com/berita/644586/ketika-anak-rantau-kehilangan-romantisme-kampung-halaman, diakses pada Rabu, 9 Agustus 2017 pukul 15:20 )

Perjuangan Ahmad Fuadi tentulah tidak sia-sia, apresiasi positif diberikan pembaca novel Indonesia untuk novel “Anak Rantau” ini. Novel

yang dijual melalui online ini, sudah empat minggu bertengger di puncak best seller. “Saya bersyukur sekali sekaligus senang, karena apa yang saya buat disenangi, diapresiasi, dan membuat penasaran pembaca. Saya berharap buku ini bisa menyembuhkan banyak luka dan menumbuhkan banyak maaf,” ungkapnya.

Bukan hanya menempati urutan pertama dalam Top 20 Best Seller di toko buku online Bukukita.com selama empat minggu. Tapi, novel “Anak Rantau” menjadi novel yang paling dicari saat ini. Menurut Fuadi,

hal tersebut dikarenakan novelnya memasukkan banyak muatan lokal. “Novel Anak Rantau, kental dengan muatan lokal. Di novel sini

(32)

19

Novel terbaru Ahmad Fuadi "Anak Rantau" raih posisi 1 best seller selama empat minggu berturut-turut.

(http://www.bintang.com/lifestyle/read/3023476/selama-4-minggu-novel-anak-rantau-raih-posisi-1-best-seller, diakses pada Rabu, 9 Agustus 2017, pukul 15:02)

B. Riwayat Hidup Ahmad Fuadi

Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau, tidak jauh dari kampung ulama sastrawan Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi perintah ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan guru yang menginspirasi lahir dan batin. Di pesantren ini dia bertemu dengan “miniatur dunia”, karena ribuan santri dari Sabang sampai Merauke,

bahkan dari mancanegara. Pengalaman hidup 4 tahun di Gontor ini menjadi inspirasinya menulis novel mega bestseller, Negeri 5 Menara. Sejak itu pepatah man jadda wajada semakin dikenal.

Lulus kuliah Hubungan Internasional, UNPAD, dia menjadi wartawan majalah tempo. Tahun 1999, dia mendapa beasiswa fulbright untuk kuliah S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama “Yayi” Dewanti, istrinya yang juga wartawan Tempo adalah mimpi masa

(33)

20

sejarah seperti tragedi 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari pentangon, White House, dan Caption Hill.

Tahun 2004, dia mendapatkan beasiswa S-2 Chevening Award untuk belajar di royal Holloway, University of Londonuntuk bidang film dokumenter. Seorang scholarship hunter, Fuadi selalu bersemangat melanjutkan sekolah dengan beasiswa. Sampai sekarang, Fuadi telah mendapatkan 10 kali kesempatan belajar di luar negeri dalam betuk beasiswa, fellowship, exchange program, dan residency di Kanada, Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jepang, dan Inggris.

Novel pertamanya, Negeri 5 Menara terbit pada tahun 2009 dan disambut pasar dengan baik. Dalam waktu singkat dicetak ratusan ribu eksemplar dan langsung menjadi national bestseller selama beberapa tahun. Menurut catatan Gramedia Pustaka Utama, novel ini menjadi novel lokal terlaris yang pernah diterbitkan GPU. Selanjutnya tahun 2011 dan 2013, Fuadi menerbitkan dua sekuel Negeri 5 Menara, yaitu Ranah 3 Warna dan Rantau 1 Muara. Negeri 5 Menara telah diadaptasi menjadi film layar lebar yang sukses tahun 2012, dan novel kedua, Ranah 3 Warna, sedang dalam tahap produksi versi layar lebar.

(34)

21

Perpusnas. Tahun 2012, Fuadi terpilih sebagai resident di Bellagio Center, Italia dan tahun 2013 mendapat penghargaan dari DJKHI Kemenkumham untuk kategori Karya Cipta Novel. Sedangkan tahun 2014, Fuadi diundang sebagai artist-in-residence di Univercity of California at Berkeley.

Fuadi telah diundang jadi pembicara di berbagai acara internasional sepertti Frankfurt Book Fair, Ubud Writers Festival, Singapur Writers Festival, Salihara Literary Biennale, Makasar Writers Festival, Byron Bay Writers Festival, Sunshine Coast Writers Festival serta Melbourne Writers Festival di Australia.

Pada awal bulan Maret 2016, Fuadi mendapat penghargaan UK Alumni Awards 2016 dari British Council sebagai salah satu alumnus Inggris yang berpengaruh. Di bulan Oktober 2016, dia mendapat undangan berkeliling Jepang sebagai fellow dari Cultural Leader Program, Asia Center, Japan Foundation.

Penyuka fotografi ini pernah menjadi direktur komunikasi the nature konservasy, sebuah NGO konservasi internasional. Kini, fuadi sibuk menulis, menjadi pulic speaker, serta membangun yayasan sosial untuk membantu pendidikan anak usia dini yang kurang mampu, yaitu komunitas Menara. ( Fuadi, 2017: 367)

C. Karya Ahmad Fuadi 1. Negeri 5 menara

(35)

22

novelnya. Novel ini bercerita tentang kehidupan 6 santri dari 6 daerah berbeda yang menuntut ilmu di Pondok Madani Ponorogo, Jawa Timur yang jauh dari rumah dan berhasil mewujudkan mimpi menggapai jendela dunia.

Di dalam novel itu menceritakan sebuah keterpaksaan seseorang pemuda ketika harus menuntut ilmu di pondok pesantren. Derita kehidupan pesantren dengan segala suka dan dukanya, dengan semua kedisiplinan dan kepolosannya. Dan yang paling mendasari dari semua cerita tersebut yaitu sebuah kata "man Jadda wajada" yang berarti "barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan menemui kesuksesan".

Novel tersebut masuk dalam jajaran best seller pada tahun 2009. Selain itu, pernah juga masuk pada nominasi Khatulisiwa Literary Award sehingga ada salah satu penerbit di Negeri Jiran Malaysia, yaitu PTS Litera tertarik untuk menerbitkan di negaranya dalam versi Bahasa yang berbeda, yaitu Bahasa melayu.

Sebagian royalti dari buku ini diniatkan untuk merintis Komunitas Menara, sebuah organisasi sosial berbasis relawan (volunteer) yang menyediakan sekolah, dapur umum, perpustakaan, dan rumah sakit secara gratis untuk kalangan yang tidak mampu.

2. Ranah 3 Warna

(36)

23

dari trilogi Negeri 5 Menara bercerita tentang Alif yang baru selesai menamatkan sekolah di Pondok Madani (PM) Ponorogo Jawa Timur dan perjalanannya mewujudkan mimpi menjadi Habibie di Teknologi Tinggi Bandung, lalu merantau untuk menggapai jendela dunia sampai ke Amerika. Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimana impian tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup terus digelung nestapa. Tuhan bersama orang yang sabar.

3. Rantau 1 Muara

Ahmad Fuadi menerbitkan novelnya yang ketiga pada tahun 2013, yang berjudul Rantau 1 Muara, novel ini merupakan tiga dari trilogi Negeri 5 Menara yang bercerita tentang perjalanan Alif dalam pencarian besar seorang manusia, yakni minat, belahan jiwa, dan makna hidup. Perjalanan Alif sesungguhnya dimulai ketika Alif lepas dari pendidikan kuliah dan mencari pekerjaan di era yang salah.

Mantra “manjadda wajada” saja tidak cukup sakti dalam

memenangkan hidup. Alif teringat mantra kedua yang diajarkan di Pondok Madani:

“man shabara zhafira”. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal

(37)

24 4. Anak Rantau

Novel ini menceritakan tentang kehidupan anak laki-laki yang berusia 15 tahun bernama Hepi yang sebelumnya adalah anak keturunan Minangkabau yang tinggal di Jakarta, Hepi seorang anak yang nakal tapi cerdas dan rajin membaca. Bermula dari rapor kosong, kehidupan Hepi mulai berubah, Ayah Hepi yang bernama Martiaz mengajak hepi mudik ke rumah orangtuanya di kampung Tanjung Durian, Sumatra Barat. Dengan alasan mudik Martiaz dan Hepi berangkat ke kampung Tanjung Durian tapi kenyataanya adalah Martiaz menitipkan Hepi kepada kedua orangtuanya supaya Hepi tidak nakal dan bolos sekolah lagi.

Hepi tidak menginginkan tinggal di Kampung Tanjung Durian. Hepi marah kepada ayahnya yang sudah meninggalkan dirinya di kampung bersama kakek dan neneknya. Hepi menjalani hidupnya dengan berat hati dan Hepi bertekat untuk kembali ke Jakart dengan uangnya sendiri. Sambil menunggu uangnya cukup untuk membeli tiket pesawat ke Jakarta berbagai kejadian dan pengalaman hidup membuat Hepi mempertanyakan keinginannya kembai ke Jakarta. D. Prestasi Ahmad Fuadi

1. SIF-ASEAN Visiting Student Fellowship, National University of Singapore, 1997.

(38)

25

3. Columbian College of Arts and Sciences Award, The George Washington University, 2000-2001.

4. The Ford Foundation Award 1999-2000.

5. CASE Media Fellowship, University of Maryland, College Park, 2002. 6. Beasiswa Fulbright, Program Pascasarjana, The George Washington

University, 1999-2001.

7. Beasiswa British Chevening, Program Pascasarjana, University of London, London 2004-2005.

8. Longlist Khatulistiwa Literary Award 2010.

9. Penulis dan Fiksi Terfavorit, Anugerah Pembaca Indonesia 2010. 10.Penulis Buku Fiksi Terbaik, Perpustakaan Nasional Indonesia 2011. 11.Liputan6 Award, SCTV untuk Kategori Pendidikan dan Motivasi

2011.

12.Penulis Terbaik, IKAPI Indonesia Book Fair 2011.

13.Writer in Residence, Bellagio, Lake Como - Italy, Rockefeller Foundation 2012.

14.Penghargaan Nasional HKI, kategori novel, DJHKI, Kementerian Hukum dan HAM 2013.

(39)

26 E. Karir Ahmad Fuadi

1. Penulis dan Kolumnis bebas, 1992-1998.

Menulis ratusan artikel mengenai peristiwa terkini untuk media massa di Indonesia.

2. Menulis ratusan artikel mengenai peristiwa terkini untuk media massa di Indonesia.

3. Wartawan dari CJSR 3 TV Communautaire, St Raymond, Quebec, Kanada, 1995.

4. Asisten Penelitian, School of Media and Public Affairs, George Washington University, Washington DC,2000-2001.

5. Asisten Penelitian, Center for Media and Public Affairs, Washington DC, 2000-2001.

6. Bekerja di Pemanasan Global dan Budaya Pop Project.

7. Wartawan, Majalah TEMPO, Jakarta, Indonesia, Augustus 1998-2002.

8. Mengulas dan menulis berita aktual mulai dari politik, ekonomi sampai berita seni.

(40)

27

Washington DC dan mewawancarai tokoh-tokoh seperti Colin Powell dan Paul Wolfowitz.

10.Mengulas peristiwa dan menulis cerita dari titik-titik utama di AS seperti Pentagon, Gedung Putih dan Capitol Hill, diantara highlight dari laporannya adalah penulisan cerita dari tindak lanjutnya peristiwa 11 September dari Washington DC dan mewawancarai tokoh-tokoh seperti Colin Powell dan Paul Wolfowitz.

11.Produser TV dan Editor, Voice of America, Washington DC, Mei 2001-Oktober 2002.

12.Wartawan, Voice of America, Jakarta, November 2002 - November 2005

Spesialis Publikasi dan Informasi, USAID-LGSP (Local Governance Support Program)Desember 2005-Agustus 2007.

13.Spesialis Publikasi dan Informasi, USAID-LGSP (Local Governance Support Program) Desember 2005- Agustus 2007. 14.Direkur Komunikasi, The Nature Konservensy (TNC) Agustus

2007-2009

(41)

28

(42)

29 BAB III

NOVEL DAN PENDIDIKAN KARAKTER

A. Novel

1. Pengertian Novel

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Sebutan novel (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti ‘sebuah kisah atau sepotong berita’ (Haryanta, 2012: 20). Novel

adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif.Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126). Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Padi, 2013: 45). Novel adalah media hiburan. Bisa saja novel dijadikan sebagai media informasi, edukasi, dakwah, dan sebagainya, namun semua itu harus disajikan dengan cara yang menghibur (Sambu, 2013: 9).

2. Novel sebagai sebuah Karya Ilmiah

(43)

30

suatu hal untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Mailani (dalam http://blog4makalah.blogspot.com.), karya tulis ilmiyah adalah suau tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian (Dalman, 2012: 6).

Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui sistematika penulisan yang disepakati. Karya tulis ilmiah, ciri-ciri keilmiahan dari suatu karya harus dipertanggungjawabkan secara empiris dan obkektif (Dalman , 2012: 7).

(44)

31

Suatu karangan yang menyajikan fakta umum, tetapi tidak disajikan dengan metodologi penulisan karya tulis ilmiah yang benar, maka karangan tersebut tidak dapat dikelompokkan ke dalam karangan ilmiah. Dengan demikian, karya tulis ilmiah merupakan karangan tentang ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta bersifat umum dan ditulis dengan metodologi penulisan karya tulis ilmiah. Fakta umum yang dimaksudkan adalah fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah (Kusmana, 2010: 3). Karya tulis ilmiah adalah yang sedikitnya memenuhi tiga syarat, yakni:

a) Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah,

b) Langkah pengerjaannya dijiwai serta menggunakan metode (berpikir) ilmiah.

c) Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai sosok tulisan keilmuan (Dalman, 2012: 10).

(45)

32

interaksi dengan lingkungan sesama, diri sendiri, dan interaksi pengarang dengan Tuhan. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab, sekaligus cerita yang memberikan hiburan pada pembaca.

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang dapat dipercaya dan dapat dibuktikan kebenarannya sedangkan novel merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Finoza dalam Dalman (2012: 6) mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya atas tiga jenis, yaitukarangan ilmiah, karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan karangan nonilmiah, sebagai berikut:

a) Karangan ilmiah

Brotowidjoyo dalam Arifin (2000: 1), mengemukakan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain: makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi (Dalman, 2012: 6).

b) Karangan semi ilmiah atau ilmiah populer

(46)

33 c) Karangan nonilmiah

Merupakan yang tidak mengikuti kriteria penyajian fakta sert tidak mengikuti metodologi penulisan yang benar (Kusmana, 2010: 16). Yang tergolong ke dalam nonilmiah antara lain: anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama (Dalman, 2012: 6).

Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen. Pada umumnya setiap novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari dengan menitikberatkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak (Haryanta, 2012: 181).

3. Jenis-jenis Novel

Terdapat beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang novel. Nurgiyantoro (2012:16) membedakan novel menjadi novel serius dan novel popular, sebagai berikut:

a. Novel Populer

(47)

34

diasosiasikan dengan kata 'populer', mungkin karena novel-novel itu sengaja ditulis untuk 'selera populer' yang kemudian dikemas dan dijajakan sebagai suatu "barang dagangan populer", dan kemudian dikenal sebagai "bacaan populer". Dan jadilah istilah 'pop' itu sebagai istilah baru dalam dunia sastra kita. (Kayam, 1981: 82)

Nurgiyantoro (2012: 18), juga menjelaskan bahwa novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja.Novel jenis ini menampilkan masalah yang aktual pada saat novel itu muncul.Pada umumnya, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepet ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanyasekali lagi seiring dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya. Di sisi lain, novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena semata-mata menyampaikan cerita (Stanton dalam Nurgiyantoro 2005: 18-19).

b. Novel Serius

(48)

35

mengajak pembaca untuk meresapi lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang dikemukakan.

Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel sastra tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius.Teks sastra sering mengemukakan sesuatu secara implisit sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro (2012:18). Kecenderungan yang muncul pada novel serius memicu sedikitnya pembaca yang berminat pada novel sastra ini. Meskipun demikian, hal ini tidak menyebabkan popularitas novel serius menurun. Justru novel ini mampu bertahan dari waktu ke waktu. Misalnya, roman Romeo Juliet karya William Shakespeare atau karya Sutan Takdir, Armin Pane, Sanusi Pane yang memunculkan polemik yang muncul pada dekade 30-anyang hingga saat ini masih dianggap relevan dan belum ketinggalan zaman (Nurgiyantoro, 2012:21).

Berdasarkan dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel serius adalah novel yang mengungkapkan sesuatu ciri khas yang barudaripada novel-novel yang telah dianggap biasa.

Menurut Lukas dan Faruk (1994:18-19), novel terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Novel idealisme abstrak

(49)

36

karena persepsi tokoh itu tentang dunia bersifat subjektif, didasarkan pada kesadaran yang sempit, idealismenya menjadi abstrak.

b. Novel romantisme keputusan

Novel menampilkan kesadaran hero yang terlampau luas.Kesadaran lebih luas dari pada dunia sehingga menjadi berdiri sendiri dan terpisah dari dunia. Itulah sebabnya sang hero cenderung pasif dan cerita berkembang menjadi analisis psikologis semata-mata. c. Novel pendidikan

Novel yang berada di antara kedua jenis tersebut. Novel ini, sang hero di satu pihak mempunyai interioritas, tetapi di lain pihak juga ingin bersatu dengan dunia, karena ada interaksi antara dirinya dengan dunia, hero itu mengalami kegagalan. Oleh karena mempunyai interioritas, ia menyadari sebab kegagalan itu (Faruk dan Lukas, 1994).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka novel dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu novel idealis abstrak, novel romantisme keputusan, dan novel pendidikan.

4. Unsur-unsur Novel a. Unsur Intrinsik

(50)

37

Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat novel terwujud. Atau sebaliknya, jika dari sudut pandang pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya tema, peristiwa, cerita, plot, penokohan, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2000:23).

Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa unsur intrinsik sebuah novel itu diantaranya adalah tema, tokoh, penokohan, latar, alur sudut pandang, dan, amanat.

1)Tema

(51)

38

Aminuddin (2002:91) menjelaskan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Selain itu Fananie (2001:84) juga menjelaskan Ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi cipta karya sastra merupakan inti dari tema.

Tema berarti pokok pikiran atau masalah yang dikemukakan dalam sebuah cerita atau puisi oleh pengarangnya (Badudu dan Zain, 1994:16463). Dengan, tema semua permasalahan dalam sebuah karya sastra akan terwujud dengan baik dan benar. Oleh karena itu, peranan tema menjadi pokok pikiran yang diutamkan dalam membuat karya sastra.

Dari beberapa pendapat diatas yang telah dikemukakan di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa tema merupakan suatu ide, pokok pikiran yang mengandung makna dan merupakan suatu gagasan sentral dalam sebuah cerita.

2)Tokoh dan Penokohan

(52)

39

Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi juga dapat berwujud binatang atau benda-benda yang diinsankan. Individu ini semata-mata hanya bersifat rekaan, tidak ada dalam dunia nyata. Bila pun ada mungkin hanya kemirip-miripan dengan individu tertentu yang memiliki sifat-sifat yang sama yang kita kenal dalam kehidupan kita.

Pengertian tentang tokoh di umgkapkan pula oleh Abram yang di kutif dari Nurgiyantoro (2000:165) bahwa tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya fiksi, oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral yang diekspresikan dalam ucapan dan dalam tindakan. Tokoh yang baik dalam cerita adalah tokoh yang dianggap oleh pembaca sebagai tokoh konkret. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan, ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar.

Membicarakan masalah tokoh berarti membicarakan pula penokohan. Penokohan menyaran pada perwatakan, karakter dari tokoh yang menunjuk pada sifat dan sikap. Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan tokoh-tokoh dalam cerita (Kosasih, 2003:256).

(53)

40 3)Latar

Latar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat, waktu dan keadaan yang menimbulkan peristiwa dalam sebuah cerita. Peristiwa-peristiwa terjadi pada suatu waktu dan pada tempat tertentu (Yusuf, 1995:159). Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan Sudjiman (1991:44). Ia mengungkapkan bahwa Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya membangun latar cerita

Hal serupa diungkapkan oleh Abram dalam Nurgiyantoro (2000:216) yang menyebutkan bahwa latar sebagai landas tumpu yang menyaran pada tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa diceritakan. Latar memberikan pijakan secara konkret dan jelas. Hal ini sangat penting untuk memberikan kesan yang lebih realistis kepada pembaca, sehingga pembaca mampu menggunakan daya imajinasinya. Suasana yang diceritakan seolah-olah pernah terjadi.

(54)

41

pengahadiran latar oleh pengarang tentu bukan tanpa maksud. Ada sesuatu yang hendak disampaikan, baik untuk keindahan, maupun untuk memperkuat tema. Hal tersebut merupakan bagian dari fungsi latar pada sebuah novel.

Lebih luas lagi Sumarjo (1986:75) menambahkan bahwa setting atau latar dalam karya fiksi bukan hanya sekedar background artinya bukan hanya menunjukan tempat kejadian dan kapan terjadinya. Sebuah novel memang harus terjadi di suatu temoat dan dalam suatu waktu. Intinya sebuah cerita didasarkan atas tempat atau ruang terjadinya sebuah peristiwa.

Sedangkan Kenney dalam Sudjiman (1991:44) menegaskan bahwa latar meliputi penggambaran lokasi geografis, temasuk tipografi pemandangan, sampai kepada perincian perlengkapan sebuah ruangan. Misalnya pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu terjadinya peristiwa, masa sejarahnya, musim terjadinya termasuk lingkungan agama, moral, intelektual, sosial masyarakat serta emosional para tokoh.

(55)

42

Latar spritual dalam karya fiksi berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku ditempat bersangkutan. Ada juga yang menyebutnya sebagai latar sosial.

Seperti yang telah dikemukakan, unsur latar di bedakan atas tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Dari definisi latar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa latar adalah lingkungan sosial, tempat dan waktu yang diciptakan pengarang guna memberikan kesan realistis kepada pembaca mengenai peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

4) Alur (Plot)

Alur atau plot merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana suatu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain. Plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.

(56)

43

dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain

(https://elmubahasa.wordpress.com/2009/12/06/unsur-unsur-novel/, diakses 27 Agustus 2017)

Alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab akibat (Haryanta, 2012: 12). Wiyanto (2012: 14), mengemukakan alur adalah rangkaian peristiwa yang sambung-menyambungdalam sebuah cerita berdasarkan logika sebab akibat.Aziez (2010: 68) mendefinisikan alur adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang teratur dan terorganisasi. Istilah alur sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam (Aminuddin, 1991: 83).

(57)

44

terbuka karena pembaca sendirilah yang dipersilahkan menyelesaikan lewat daya imajinasinya (Aminuddin, 1991: 83-84). Sedangkan untuk pemisahannya, terbagi menjadi tiga, yaitu: alur maju, alur mundur, dan alur campuran, sebagai berikut:

a) Alur maju yaitu apabila peristiwa-peristiwa dalam cerita berurutan, baik berurutan waktu maupun berurutan kejadiannya.

b) Alur mundur yaitu apabila peristiwa terakhir didahulukan kemudian bergerak ke peristiwa-peristiwa sebelumnya.

c) Alur campuran yaitu apabila susunan peristiwanya ada yang maju dan ada yang mundur (Wiyanto, 2012: 215-216).

Dari uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa plot merupakan rangkaian peristiwa dalam suatu cerita berdasarkan hubungan sebab akibat dan maju mundurnya waktu.

5) Sudut pandang

(58)

45

penyajian cerita. Tanggapan pembaca terhadap sebuah karya fiksi pun dipengaruhi sudut pandang.Wiyanto (2012: 217), mendefinisikan sudut pandang adalah posisipencerita (pengarang) terhadap kisah yang diceritakannya. Terdapat beberapa macam sudut pandang, yaitu sebagai berikut:

a) Sudut pandang orang pertama

(1) Sudut pandang orang pertama sentral

Tokoh sentralnya adalah pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita. Kata ganti yang digunakannya adalah kata ganti orang pertama (saya, aku, kita).

(2) Sudut pandang orang pertama sebagi pembantu

Sudut pandang ini menampilkan “aku” hanya sebagai

pembantu yang mengantarkan tokoh yang menjadi tumpuan cerita (Wiyanto, 2012: 217-218).

b) Sudut pandang orang kedua

(59)

46 c) Sudut pandang orang ketiga

(1) Sudut pandang orang ketiga serba tahu

Pengarang berada di luar cerita dan menjadi pengamat yang tahu segalanya. Kata ganti yang digunakannya adalah kata ganti orang ketiga (dia, mereka, atau menyebutkan nama pelaku).

(2) Sudut pandang orang ketiga terbatas

Pengarang sebagai pengamat yang terbatas hak ceritanya. Ia hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang menjadi tumpuan cerita. (Wiyanto, 2012: 217).

d) Sudut pandang campuran

Penulis menempatkan dirinya bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan sudut pandang yang berbeda-beda. “aku”, “kamu”, “kami”, “mereka”, dan atau “dia” (Sambu,

2013: 83).

(60)

47 6) Latar atau Setting

Setting pada novel, baik setting tempat maupun waktu, bisa berubah-ubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan peristiwa. Demikian juga dengan waktu sangat bisa berkembang sesuai dengan tuntutan. Peristiwa-peristiwa yang yang dialami tokoh-tokoh cerita terjadi di tempat tertentu, waktu tertentu, dan dalam suasana tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita (Wiyanto, 2012: 216). Latar merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan ruang, waktu, dan situasi sosial terjadinya peristiwa dalam cerita. Nurgiyantoro (2012: 227), berpendapat bahwa unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.Berpijak pada pendapat tersebut, penganalisisan latar dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga unsur yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

(61)

48

melengkapi cerita. Baik dalam dimensi waktu maupun tempatnya, suatu latar bisa diciptakan dari tempat dan waktu imajiner ataupun faktual (Aziez, 2010: 74).

Peristiwa-peristiwa dalam cerita fiksi juga selalu dilatarbelakangi oleh tempat, waktu, maupun situasi tertentu. Setting bukan hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis tetapi juga memiliki fungsi psikologis sehingga setting mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya (Aminuddin, 1991: 67). Latar atau setting mencakup tiga hal, yaitu a) Setting tempat adalah tempat peristiwa itu terjadi, b) Setting waktu adalah kapan peristiwa itu terjadi, dan c) Setting susana.

Suasana ada dua macam yaitu: suasana batin dan suasana lahir. Suasana batin yaitu perasaan bahagia, sedih, tegang, cemas, marah, dan sebagainya yang dialami oleh para pelaku.Sedangkan yang termasuk suasana lahir ialah sepi (tak ada gerak), sunyi (tak ada suara), senyap (tak ada suara dan gerak) (Wiyanto, 2012: 216-217).Nurgiayantoro dalam Jathee (2014: 121-122), keadaan latar dapat dilukiskan secara lebih rinci sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, konkret, dan pasti.

(62)

49

waktu, tempat, situasi sosial yang menciptakan kondisi-kondisi untuk melengkapi cerita.

7) Gaya Bahasa

Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus dan mengandung arti leksikal “alat untuk menulis”, dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian Cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 1991: 72).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang gaya bahasa di atas yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.

8) Amanat

(63)

50 b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, namun secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2000:24). Haryanta (2012: 280), mendefinisikan Unsur ekstrinsik merupakan usur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra

Terdiri dari keadaan subjektivitas individu pengarang atau unsur biografi pengarang, unsur psikologi, baik psikologi, baik psikologi pembaca maupun penerapan psikologi dalam karya, keadaan lingkungan hidup suatu bangsa dan lain-lain. Meskipun demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting (Nurgiyantoro, 2012: 24). Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi politik, dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra, dan itu merupakan unsur ekstrinsik pula (Nurgiyantoro, 2012: 24).

(64)

51 5. Tujuan Novel

a. Menghibur. Bagi mereka yang menikmati novel, akan merasa terhibur atas sajian keindahan yang ada tersebut. Novel dapat dijadikan sebagai media informasi, edukasi, dakwah, dan sebagainya, namun semua itu harus disajikan dengan cara yang menghibur (Sambu, 2013: 9)

b. Menyebarkan pengetahuan. Adanya novel, maka pemikiran yang dimiliki oleh orang lain bisa diketahui masyarakat. Sehingga masyarakat yang membaca novel bisa mendapatkan pengetahuan baru yang bermanfaat.

c. Peningkatan Konsentrasi. Membaca karya novel berbeda dengan membaca sebuah cerpen atau dongeng, dan tempat untuk membaca novel juga disesuaikan dengan kondisinya dan hening, sebab membaca novel membutuhkan konsentrasi yang tinggi, si pembaca sendiri dipastikan akan menyelami kata demi kata, kalimat demi kalimat untuk diresapi dan akan dicari bagaimana sifat para tokoh-tokohnya.

(65)

52

e. Meningkatkan kreativitas. Membaca lebih banyak karya novel mengakibatkan dapat membuka diri kita terhadap informasi-informasi yang baru serta lengkap, pembaca akan memperoleh ide-ide yang cemerlang yang lebih kreatif. Karena bagi pembaca karya novel, seuasi membaca novel biasanya (bagi yang berminat dan ingin menyusun novel) maka sedikit akan meniru atau mengubah cerita-cerita di dalam novel yang dia baca dan pada akhirnya akan menciptakan karya novel yang baru oleh si pembaca.

f. Memberikan pengalaman emosional yang kuat kepada pembaca. Teknik menulis fiksi dengan baik, sekaligus bisa menyuguhkan pengalaman emosional yang kuat pada pembaca penting bagi seorang penulis novel. (Sambu, 2013: 12).

g. Memberikan pengalaman untuk berkarya. Novel dapat memberikan pengalaman untuk berkarya karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni.

(66)

53 6. Peran novel dalam membangun karakter

Menurut HaryadiSastra dapat dilihat dari berbagai aspek. Dari aspek isi, jelas bahwa karya sastra sebagai karya imajinatif tidak lepas dari realitas. Karya sastra merupakan cermin zaman. Berbagai hal yang terjadi pada suatu waktu, baik positif maupun negatif direspon oleh pengarang. Dalam proses penciptaannya, pengarang akan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat itu secara kritis, kemudian mereka mengungkapkannya dalam bentuk yang imajinatif.

Fungsi sastra adalah dulce et utile, artinya indah dan bermanfaat. Dari aspek gubahan, sastra disusun dalam bentuk, yang apik dan menarik sehingga membuat orang senang membaca, mendengar, melihat, dan menikmatinya. Sementara itu, dari aspek isi ternyata karya sastra sangat bermanfaat. Terdapat nilai-nilai pendidikan moral yang berguna untuk menanamkan pendidikan karakter.

(67)

54

dokumentatif, misalnya mengumpulkan puisi, cerpen, membuat kliping tentang infomasi kegiatan sastra.

Pada kegiatan apresiasi sastra pikiran, perasaan, dan kemampuan motorik dilatih dan dikembangkan. Melalui kegiatan semacam itu pikiran menjadi kritis, perasaan menjadi peka dan halus, memampuan motorik terlatih. Semua itu merupakan modal dasar yang sangat berarti dalam pengembangan pendidikan karakter (Haryadi, 1994).

B. Definisi Pendidikan Karakter

Karakter diambil dari bahasa Yunani ’charakter’ yang berasal dari

kata ’kharassein’ yang berarti memahat atau mengukir. Dalam bahasa Latin

disebut kharakterI, kharassein, kharax, bermakna watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak, dan dalam bahasa Inggris ”charakter” berarti; ”watak, karakter, sifat, peran dan huruf. Dapat juga

diartikan sebagai mental or moral qualities that make a thing what it is different from others. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter juga bisa diartikan sebagai, sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil yang merupakan hasil dari proses konsolidasi secara progresif dan dinamis. Menurut pusat bahasa Depdiknas karakter adalah ”bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,

perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen dan watak” (Mansur, 2016: 1)

(68)

55

budi pekerti, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Berkarakter adalah berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak (Aqib, 2015:129). Sedangkan Menurut Prof. Dr. M Quraish Sihab (2008: 16), karakter adalah himpunan pengalaman, pendidikan, dan lain-lain yang menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai alat ukir sisi paling dalam hati manusia yang mewujudkan baik pikiran, sikap dan perilaku termasuk akhlak mulia dan budi pekerti (Aqib, 2015: 187).

Rutland (2009: 1), mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa latin yang berarti “dipahat”. Sebuah kehidupan, seperti sebuah

blok granit yang dengan hati-hati dipahat ataupun dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya akan menjadi sebuah mahakarya atau puing-puing yang rusak. Secara harfiyah karakter artinya “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi” (Hornby dan Parnwell,

1972: 49) Dalam Dorlan’s Pocket Medical Dictionary (1968: 126) dinyatakan

bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu: sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. Dan kamus psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang: biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Hidayatullah, 2010: 15)

Referensi

Dokumen terkait

terdiri dari 3 indikator dan 4 soal, serta pedoman wawancara. Angket multiple intelligences telah dibagikan kepada siswa kelas VIII H yang berjumlah 32 siswa dan diisi

Selain itu, pelaksanaan kegiatan perekrutan karyawan yang didasarkan pada analisis pekerjaan ini, juga akan membantu perusahaan dalam menentukan kriteria-kriteria bagi

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data/fakta yang tepat (shahih, benar, valid) dan dapat dipercaya (reliable) tentang seberapa jauh hubungan antara sikap konsumen

mempengaruhi konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan dengan4. memahami perilaku konsumen, sehingga pada

Hal inilah yang melatar belakangi konsep judul dan konsep acara sakukurata ini, yaitu memberikan informasi kepada penonton bahwa dalam menikmati wisata alam dan

Tahap awal pada kegiatan persiapan yaitu melakukan survei yang dilaksanakan pada tanggal 12 September 2020 dengan datang secara langsung ke SMPN 5 Batukliang Lombok

Metode ceramah tentang kanker serviks dan papsmear lebih efektif dibandingkan metode ceramah-testimoni terhadap peningkatan sikap guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta

Delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna, sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;.. c) Halusinasi auditorik: