• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENERAPAN POLA KEMITRAAN AGRIBISNIS SAYURAN DI JAWA BARAT. Pengertian Pola Kemitraan sebagai Suatu Inovasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENERAPAN POLA KEMITRAAN AGRIBISNIS SAYURAN DI JAWA BARAT. Pengertian Pola Kemitraan sebagai Suatu Inovasi"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENERAPAN POLA KEMITRAAN

AGRIBISNIS SAYURAN DI JAWA BARAT

Pengertian Pola Kemitraan sebagai Suatu Inovasi

Konsep kemitraan mengacu pada konsep kerjasama antara usaha kecil

dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan, dengan

mempe rhatikan prinsisp saling menguntungkan dan memperkuat. Pola kemitraan

adalah bentuk-bentuk kerjasama antara usaha kecil dan usaha menengah atau

usaha besar. Pola kemitraan sebagai suatu inovasi mengandung pengertian

bahwa telah terjadi proses pembaharuan (inovasi=sesuatu yang baru) terhadap

pola kemitraan dalam banyak hal. Artinya pola kemitraan bukan sesuatu yang

baru sama sekali di dunia petani, tetapi telah mengalami proses perubahan dari

waktu ke waktu hingga saat ini.

Proses kerjasama antar petani, antara petani dengan pedagang

pengumpul, dan antara petani dengan kios saprodi telah terjadi sejak lama.

Proses kerjasama tersebut yang kemudian disebut sebagai proses bermitra.

Pada awalnya, proses tersebut berlangsung tanpa ada sesuatu aturan formal,

semua didasari oleh rasa percaya antar pelaku. Wilayah yang terbatas dalam

suasana interaksi yang intensif, saling kenal dengan baik satu sama lain,

membuat proses bermitra berjalan dengan kontrol sosial antar pelaku.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

bertambahnya jumlah pelaku bisnis sayuran, dan wilayah kerjasama yang

semakin luas, maka proses kerjasama tersebut pun berkembang. Perkembangan

inovasi pola kemitraan tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi

masyarakatnya, atau sesuai dengan kultur dan struktur masyarakatnya. Bila

dilihat dari sisi pengorganisasian kegiatan -kegiatan dalam bisnis sayuran, maka

pola kemitraan tersebut dapat di kelompokkan pada cara -cara pengorganisasi

yang informal yang tradisional sampai cara-cara formal yang modern. Hal ini

akan dijelaskan lebih rinci pada bab terakhir dari tulisan ini.

Deskripsi tentang penerapan pola kemitraan agribisnis sayuran di Jawa

Barat didasarkan pada data lapangan yang diperoleh selama penelitian, dan juga

data sekunder yang diperoleh dari penelusuran pustaka maupun internet. Berikut

adalah gambaran beberapa perusahaan agribisnis di Jawa Barat yang

menerapkan pola kemitraan.

(2)

75

Pacet Segar

Deskripsi Umum

Pacet Segar (PS) adalah sebuah perusahaan keluarga yang melakukan

kegiatan bisnis di bidang budidaya dan pemasaran sayuran dataran tinggi. PS

terletak di jalan raya Ciherang – Cianjur, kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur,

Propinsi Jawa Barat. Pacet Segar saat ini menjadi salah satu perusahaan

agribisnis yang berperan sebagai suplier sayuran segar ke

supermarket-supermarket, dan restoran-restoran terkemuka di Jawa Barat seperti Mc Donal,

Hero, dll.

PS melakukan kegiatan budidaya dan bermitra dengan petani sekitar

pada tahun 1980 -1985. Produk yang dibudidayaka n sendiri terutama adalah

paprika, sedangkan produk yang dibudidayakan oleh petani mitranya adalah

produk unggulan daerah sekitar yaitu: wortel, bawang daun dan seledri kecil.

Untuk memenuhi permintaan akan sayuran yang terus meningkat, PS

menambah jumlah petani mitra di Lembang - Bandung te rutama untuk budidaya

sayuran lettuce (Lactuca sativa). Karena selain memanfaatkan potensi wilayah

Lembang untuk sayuran lettuce (Lactuca sativa)

, biaya produksi untuk di daerah

Puncak-Cipanas sangat tinggi terutama sewa lahan dan biaya tenaga kerja.

Perusahaan PS dalam menjalankan bisnisnya melakukan perencanaan

produksi dengan pola tanam yang berorientasi pada pasar, di sisi lain juga

melayani bimbingan teknis budidaya dan pemasaran kepada petani sekitar lokasi

usaha PS dan petani lain yang membutuhkan.

Beberapa pertimbangan PS melakukan kemitraan antara lain : (1) Petani

adalah partner bisnis; (2) Produk unggulan daerah menjadi pertimbangan utama;

(3) Proses seleksi dilakukan secara terhadap petani mitra dan supplier, mana

yang punya komitmen mana yang tidak. Hal ini bertujuan untuk mencari partner

yang cocok, termasuk dalam nilai-nilai hidup misalnya: tidak mau bermitra

dengan petani atau mitra yang terlibat perselingkuhan, cekcok dengan istri, dll;

(4) Ketersediaan modal menjadi pembatas dari produk yang dimitrakan, (5)

Produk yang laku di pasar menjadi pertimbangan utama

(3)

76

Pola Kemitraan yang Diterapkan

PS merupakan perusahaan agribisnis sayuran yang menekankan pada

proses penambahan nilai tambah dari komoditas sayuran tersebut. Perusahaan

bertindak sebagai pedagang besar di mana kegiatan yang dilakukan adalah

mengumpulkan sayuran yang diproduksi oleh kelompok tani. PS serta mitra tani,

memberikan perlakuan berupa pembersihan, sortasi dan triming, grading,

penyimpanan, dan pengemasan, kemudian memasarkan komoditas tersebut

kepada konsumen seperti swalayan, restoran, eksportir dan pasar umum.

Input sayuran datang ke PS setiap hari dengan jam yang tidak tentu.

Pengiriman sayuran tersebut ada yang langsung diantar oleh petani ke

perusahaan dan ada yang diambil oleh perusahaan sendiri, hal ini tergantung

dari jarak dan kesepakatan kedua belah pihak.

Kerjasama dengan petani mitra perlu dilakukan untuk menghindari

kekurangan pasokan sayuran. Pola kerjasama PS dengan petani mitra adalah:

(1) Mitra Tani Tetap.

Para petani yang tergabung dalam kelompok tani yang

sudah menjalin kemitraan dengan perusahaan dan menjadi pemasok tetap

dan terikat. Bentuk kerjasama tersebut adalah perusahaan membantu

sarana produksi berupa benih, pupuk dan mulsa plastik serta konsultasi

teknik budidaya. Setelah panen, hasilnya dijual ke perusahaan dengan

harga pasar yang berlaku (biasanya lebih tinggi atau di atas pasar umum).

Kemudian pembayarannya terlebih dahulu memperhitungkan biaya sarana

produksi yang telah diterimanya.

(2) Mitra Tani Lepas. Para petani di luar anggota kelompok tani yang regular

memasok sayurannya ke perusahaan tanpa ada bantuan atau fasilitas

sarana produksi dari perusahaan. Untuk menjamin kontinuitas pasokan,

jenis bantuan yang diberikan berupa informasi pasar (baik jenis dan

kualitasnya) serta konsultasi teknik budidaya sehingga sayuran yang

dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang diminta.

Perbedaan yang utama dari jenis kemitraan tersebut adalah bantuan

sarana produksi pertanian, sedangkan informasi teknik yang berupa teknik

budidaya, jenis, jumlah dan spesifikasi sayuran serta pola tanamnya diberikan

kepada kedua jenis mitra tani tersebut.

(4)

77

Jenis sayuran yang terdapat di PS digolongkan menjadi sayuran yang

berupa daun, buah, umbi, dan bunga. Jenis sayuran yang diproduksi di PS

terbagi menjadi dua yaitu sayuran jenis lokal dan sayuran eksklusif. Sayuran

lokal adalah sayuran yang telah dikenal baik oleh masyarakat seperti bayam,

kangkung, genjer, wortel, bawang daun, dan lain -lain, sedangkan sayuran bibit

impor adalah sayuran yang bibitnya diimpor dan masih jarang dikonsumsi

masyarakat seperti kyuri, zuchini, okra, dll. Kualitas sayuran yang ada di PS

merupakan kualitas yang berada di atas pasar umum, mengingat konsume nnya

adalah swalayan-swalayan besar seperti Hero, Makro, dll.

Awalnya perusahaan mengelola sendiri program kemitraan in i dengan

sistem kontrak tanam. Sejak tahun 1995 sampai sekarang perusahaan

menggunakan orang-orang kepercayaannya untuk menangani petani-petani

mitranya. Kebutuhan modal usaha , perusahaan membantu mengusahakan,

tetapi manajemen pengelolaannya diserahkan pada para suplier di

masing-masing lokasi dan produk unggulannya.

Pada kegiatan di lapangan praktek kemitra an dilakukan dengan

kesepakatan: petani menyediakan lahan dan biaya tenaga kerja, bimbingan

teknis budidaya diberikan oleh penyuluh perusahaan, dan hasil panen dijual ke

perusahaan. Modal dan saprodi lainnya, ada yang dari petani sendiri, ada yang

diberikan kredit dari perusahaan.

Dukungan terhadap kelancaran operasional PS terletak pada

hubungannya dengan mitra tani yang dapat menjamin pasokan sayurannya dan

mitra pasar yang menjamin sayuran yang diproduksi di PS dapat diserap di

pasar. Oleh karena itu titik berat kemitraan ditekankan pada aspek produksi dan

aspek pasar. Sesuai dengan target pasar, kemitraan dengan mitra pasar

dilakukan dengan pasar swalayan, restoran, eksportir, dan pasar umum.

Hubungan kemitraan yang terjadi adalah hubungan bisnis yang dimulai

dengan negosiasi dalam hal jenis, jumlah dan harga sayuran. Jika sudah terjadi

kesepakatan antara kedua belah pihak maka akan dituangkan dalam bentuk

kontrak kerja. Keberlangsungan kemitraan tersebut didasarkan pada

kepercayaan dan saling membutuhkan. Dukungan sayuran ke PS tidak terlepas

dari mitra tani, oleh karena itu kemitraan dengan mitra tani merupakan hal yang

penting. Jaminan kontinuitas pasokan sayuran tergantung pada kelancaran

hubungan PS dengan mitra tani. Pembayaran yang dilakukan PS kepada petani

(5)

78

adalah seminggu sekali tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dipercepat jika

petani membutuhkannya.

Masalah-masalah dalam Kemitraan

Masalah yang dihadapi dalam pola kemitraan adalah: (1) Harga yang

fluktuatif. Dengan cara budidaya yang tradisional di lahan terbuka sangat

tergantung dengan iklim dan cuaca. Kualitas produk dan jumlah produk tidak

dapat secara terus-menerus dipenuhi, sehingga harga berfluktuasi. Pada saat

produksi banyak harga turun sebaliknya pada saat produksi sedikit harga naik.

(2) Masalah modal. Modal untuk pembelian saprodi dan untuk pembayar hasil

panen dari petani. Harga yang dibayar biasanya sesuai dengan harga yang

berlaku di pasar.

Persepsi Perusahaan tentang Petani

Perusahaan sangat tergantung dengan petani, perusahaan tidak dapat

hidup tanpa petani, oleh karena itu petani adalah mitra bisnis perusahaan.

Kemampuan budidaya petani sudah baik, kecuali tentang pupuk dan pestisida.

Dosis pupuk dan penggunaan pestisida sering tidak sesuai prosedur, petani

sering melakukan pemupukan dan penyemprotan dengan cara -caranya sendiri

sehingga dalam praktek, dosis sering kurang atau sebaliknya berlebihan.

Kem Farm

Deskripsi Umum

Kem Farm (KF) merupakan perusahaan perseorangan milik BS yang

memulai usahanya pada tahun 1972. BS mengawali bisnisnya dengan pasar

sebagai titik tolaknya. Usaha BS diawali dengan memelihara 50 ekor ayam ras,

menjual telurnya dengan membuka toko di daerah Kemang, yang akhirnya diberi

nama Kem Chicks. Dari toko inilah usahanya berkembang, karena banyak

pembeli. BS membangun perusahaan Kem Foods yang dirintis dari produk

daging beku. Kebutuhan sayuran dan buah-buahan yang khas luar negeri

diupayakan oleh KF, bahkan dengan mempelopori budidaya hidroponik. KF

memasok produknya untuk toko swalayan domestik dan untuk ekspor.

(6)

79

Pada awalnya tahun 1982 sistem pertanian yang dipakai adalah sistem

hidroponik. Tahun 1987 KF masuk wilayah Cipanas - Cianjur dengan menanam

sendiri produk eksklusif. Saat ini KF tidak lagi memproduksi sendiri, tetapi

bermitra dengan petani dan suplier untuk semua jenis sayuran dari yang

jumlahnya besar (

mass product) seperti tomat, wortel, kol, kentang, dll, yang

umumnya dijual dipasar lokal, sampai yang jumlahnya sedikit, seperti paprika,

zhukini, selada, dan brokoli yang biasanya di jual di pasar khusus.

Kunci Sukses Pola Kemitraan yang dilakukan oleh KF , adalah : (1)

Jangan mengecewakan partner, saling mengerti, yang penting keinginan petani

terpenuhi: “ produk dibeli, harga memadai”, (2) Win -win solution, agar kemitraan

berlang sung jangka panjang, (3) Menjaga nama baik, perselisihan antara

petani, supplier dan perusahaan dianggap mencemarkan nama baik perusahaan,

(4) Kontrol yang baik dari perusahaan melalui petugas lapangan, dan staf

lainnya, (5) Komitmen kedua belah pihak, tanpa pemaksaan, saling menilai dan

mengingatkan

Pola Kemitraan yang Diterapkan

Pola kemitraan yang dilakukan KF mengharuskan petani mitra dapat

memenuhi jadwal atau peraturan pemasokan barang, sehingga kontinuitas

proses dapat berjalan baik, dan tidak banyak produk petani yang terbuang.

Petani mitra harus mempunyai modal yang cukup, kondisi ini diharapkan dapat

mendorong petani tidak bekerja setengah -setengah. Kemitraan yang dijalin

adalah kerjasama dalam pemasaran produk petani mitra, tidak termasuk modal

dan saprodi.

Dalam hubungan kemitraan petani bertugas menghasilkan bahan baku

untuk industri KF , sehingga perlu diwujudkan kegiatan usahatani yang serba

tepat.

Pertama, tepat waktu, kegiatan usahatani harus dapat menentukan

kapan waktu tanam yang tepat dan waktu panen yang tepat sehingga produk

dapat dipasok dengan tepat waktu. Umur produksi bahan baku (sayuran) harus

tepat panennya sehingga tidak terlampau tua atau terlampau muda.

Kedua, harus tepat mutu, mutu produk sudah ditentukan KF sehingga

petani mitra harus bisa memenuhi. Mutu itu mencakup ukuran kuantitatif

maupun kualitatif.

(7)

80

Ketiga, harus tepat jenis agar produk itu homogen perlu diperhatikan

ketepatan jenis yang bisa dijamin oleh benih yang ditanam. Kalau benih tidak

murni pertanaman di lapangan akan heterogen, demikian juga kualitas

produknya sehingga petani mitra harus menanam tanaman dari benih yang

memiliki jaminan mutu, sehingga dapat menjamin produknya homogen.

Keempat

, harus tepat transportasi. Produk pertanian adalah produk

lunak yang mudah rusak oleh karena itu petani mitra harus menjaga agar tidak

terjadi kerusakan.

Kelima, tepat timbangan, produk harus ditimbang secara benar.

Keteledoran dalam penimbangan produk dapat menjadikan petani mitra tidak

percaya pada KF.

Keenam, tepat bayar, kegiatan petani mitra akan berhubungan dengan

tenaga kerja yang sehari-hari bekerja begitu juga dengan sarana transportasi.

Kalau sudah dijanjikan untuk jumlah pembayaran tertentu kepada petani mitra

maka akan ditepati secara benar.

Saat ini kemitraan yang diterapkan sebagaian besar adalah dengan

sistem mitra beli. Terdapat lima belas suplier yaitu petani yang sekaligus

sebagai pedagang pengumpul yang memasok berbagai jenis sayuran. Tidak

ada kontrak kerjasama yang tertulis, tetapi ada suatu nota rencana pengiriman

sayuran yang disepakati antara suplier mitra dengan KF yang dilakukan setiap

minggu.

Masalah-masalah dalam Kemitraan

Beberapa masalah yang dihadapi adalah:

(1) KF membutuhkan produk dengan standar mutu yang tinggi,

kekurangmampuan petani mitra dalam menjaga tanamannya seperti

serangan hama dan penyakit, sering terjadi penyemprotan pestisida yang

berlebihan akan merugikan karena dapat terdeteksi oleh negara tujuan

ekspor dan seluruh produk kiriman akan ditolak.

(2) Masa lah loyalitas petani mitra. Sulitnya proses konsolidasi di antara

petani, petani yang sudah biasa mandiri atau mengusahakan segalanya

sendiri tidak mudah untuk mempercayai orang. Karena masalah

(8)

81

transparan dari pihak perusahaan, mengenai pembagian keberha silan

(terutama mengenai harga dan kualitas produk).

(3) Sulitnya merubah watak dan budaya petani, dari pola mengikuti musim

menjadi program mengikuti kapasitas mesin industri.

Persepsi Perusahaan tentang Petani

Pada kegiatan agribisnis jika dari bisnis sarana produksi, bisnis ‘on

farm’/kegiatan usahatani, ‘bisnis processing’, bisnis distribusi, sampai akhirnya

bisnis pasarnya. antar komponen tersebut saling bergantung satu sama lain.

Mutu produk akhir sangat ditentukan oleh kesinambungan semua komponen.

Tid ak mungkin dapat dicapai mutu produk industrial yang dapat diandalkan

dalam pemasaran kalau bahan mentahnya tidak terjamin mutunya oleh

komponen kegiatan usahatani petani mitra.

KF menyadari titik lemah dari kegiatan agribisnisnya ada pada komponen

kegia tan usahatani petani mitra. Kalau sampai terjadi gangguan pada pemasok,

maka praktis kegiatan agribisnis KF akan terhenti. Kalau sampai terjadi

diskontinuitas pasokan ke pasar, berarti fatal bagi kelangsungan bisnis atau

harus mulai dari awal lagi untuk menumbuhkan kepercayaan pasar.

Bagi KF petani lebih dianggap sebagai

stakeholder yang dianggap

mandiri dan sederajat, dengan resiko usaha terbagi antar

stakeholder.

Kemandirian itu tidak hanya dalam pengelolaan usaha tetapi juga dalam

permodalan. Artinya untuk biaya pelaksanaan kegiatan usahatani petani

menggunakan modal sendiri, begitu juga dalam resiko kegagalan . Sama

kedudukannya apabila ada kerugian pada KF, perusahaan yang harus

menanggung kerugian, misalnya terjadi penolakan terhadap seluruh pengiriman

produk akibat ada sehelai rambut disalah satu kemasannya.

Menyikapi hal itu KF di satu sisi berprinsip bahwa pembayaran kepada

petani mitra harus lancar. Di sisi lain KF bersikap keras kepada petani yang

ingkar janji, misalnya kalau petani menjual ke pihak lain. Ketergantungan antara

petani mitra dan KF adalah saling membutuhkan untuk sukses.

(9)

82

Bina Sarana Bakti

Deskripsi Umum

Bina Sarana Bakti (BSB) merupakan perusahaan yang dimiliki seorang

dari Belanda, yang tertarik menanam tanaman dengan sistem organik karena

kepeduliannya untuk melakukan konservasi terhadap lingkungan . BSB berlokasi

di Desa Tugu Selatan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Upaya ini

dimulai tahun 1994, selain itu, BSB juga melibatkan masyarakat sekitar, karena

ternyata ada pa sar untuk produk tanaman organik. Jenis sayuran yang

dibudidayakan merupakan sayuran lokal seperti : wortel, buncis, kacang merah,

kacang tanah, kacang panjang, kapri, labu, pisang, terong, sereh, bawang daun,

pare, caisim, kecipir, oyong, seledri, cabe, timun, ubi jalar, jagung manis, jagung

baby, kol, kunyit, jahe, dan lain-lain.

Pasar bagi BSB merupakan pedagang/supplier di Jakarta yang khusus

memasarkan produk ini. Suplier inilah yang kemudian memasarkan ke rumah

sakit-rumah sakit, pastur-pastur, dan orang-orang yang memang mengkonsumsi

sayuran organik. Oleh karena itu pasar bagi produk BSB ini masih terbatas.

Meskipun banyak petani sekitar yang tertarik untuk bermitra dalam memproduksi

sayuran organik, tetapi BSB membatasi jumlah mitranya. Saa t ini petani mitra

BSB hanya 10 orang .

Beberapa pertimbangan BSB melakukan pola kemitraan dengan petani

antara lain (1) Permintaan pasar terhadap suatu jenis sayuran yang relatif tetap.;

(2) Ketersediaan Modal, (3) Ketersediaan Tenaga Penyuluh Lapangan.

Kemitraan terbatas hanya pada pelayanan teknis dan pemasaran. Modal dan

tenaga kerja menjadi tanggung jawab petani mitra.

Pola Kemitraan Yang Diterapkan

Tahun 2001, BSB mengadakan program kemitraan dengan para pemilik

villa dan petani setempat yang bekerja sebagai penjaga villa sebagai tenaga

operasional. Pemilik villa biasanya berasal dari luar desa/kota (Jakarta

misalnya). Para penjaga villa yang berstatus sebagai pekerja upahan, bertindak

sebagai pengelola operasional usahatani yang dimitrakan antara pemilik villa

dengan BSB.

(10)

83

Sebelum bermitra dengan BSB penjaga villa biasanya menanami lahan

sekitar villa dengan tanaman sayuran yang mudah ditanam, seperti wortel,

bawang daun, dll. Tanaman sayuran sekitar villa ini selain sebagai sumber

penghasilan ta mbahan bagi penjaga vila juga sebagai daya tarik bagi para

pengunjung villa dengan konsep agrowisata.

Melalui pola kemitraan dengan BSB, pemilik villa menyediakan lahan dan

modal uang untuk biaya pembelian bibit, dan sarana produksi lainnya,

sedangkan penjaga villa sebagai pengelola usahatani secara operasional.

Tenaga kerja yang digunakan biasanya adalah tenaga kerja keluarga penjaga

vila.

Pola kemitraan yang dibangun antara BSB dengan pemilik dan penjaga

villa di sekitar BSB, diorganisir dalam 8 kelo mpok tani, masing masing terdiri dari

10 s/d 12 petani penjaga villa, dengan luas lahan 1-2 ha per kelompok.

Kesepakatan dan aturan dalam pola kemitraan tersebut ditetapkan secara

kekeluargaan tanpa adanya perjanjian tertulis. Pihak pemilik villa menyediakan

lahan dan modal untuk saprodi, penjaga villa menyediakan tenaga kerja untuk

operasional pengelolaan usahatani, sedangkan BSB menyediakan pelayanan

pembinaan tentang teknis budidaya. Sayuran yang dihasilkan dari pola

kemitraan tersebut diharapkan dijual ke pihak BSB, dengan harga yang

disepakati sebelumnya.

Pola kemitraan tersebut sebagian besar terhenti, tinggal beberapa saja

yang masih bermitra. Hal ini disebabkan terbatasnya pasar bagi produk petani.

Saat ini jumlah petani yang masih bermitra 10 petani sekitar BSB, yang sudah

sejak lama bermitra jauh sebelum tahun 2001. Mereka sebagian merupakan

petani pemilik penggarap, sebagian merupakan petani yang menyewa lahan

BSB, menanami sayuran dan teknis budidaya sesuai dengan petunjuk BSB,

kemudian hasilnya dijual ke BSB.

Masalah-masalah dalam Kemitraan

Berhentinya sebagian besar pola kemitraan BSB, alasannya antara lain:

(1) Kurang disiplinnya pihak petani dan pemilik villa: bila harga di pasar lebih

tinggi dari kesepakatan dengan BSB, mereka menjual hasil ke pedagang

atau tengkulak, sedangkan kalau harga pasar rendah mereka menjual ke

BSB.

(11)

84

(2) Terhentinya permintaan sayuran oleh pihak Singapura, yang menyebabkan

terbatasnya pasar sayuran organik. (Pola kemitraan ini diharapkan bisa

memperluas jangkauan pasar sayuran organik, yaitu untuk ekspor;

sedangkan untuk kebutuhan pasar dalam negeri-jakarta dan sekitarnya, saat

ini telah dapat dipenuhi dengan produksi sendiri oleh pihak BSB).

(3) Banyak petani yang ingin bermitra, namun karena pasarnya masih terbatas

maka jumlah petani juga dibatasi.

Persepsi Perusahaan tentang Petani

Petani mitra penting artinya bagi perusahaan, di mana petani mitra ini

adalah pemasok utama bagi pangsa pasar BSB. Oleh karena itu bimbingan

teknis untuk petani penting dilakukan oleh perusahaan, untuk menjamin

terlaksananya kegiatan usahatani yang sesuai permintaan perusahaan. Jika

petani mitra melakukan kesalahan pada kegiatan usahataninya seperti

menggunakan pestisida, maka kualitas produk BSB akan menurun, dan ini akan

menghilangkan kepercayaan pasar kepada BSB.

PT Saung Mirwan

Deskripsi Umum

PT Saung Mirwan (SM) berdiri tahun 1984. Lokasi di Desa Sukamanah,

Kecamatan Megamendung Bogor. PT SM berkerja sama dengan petani dalam

memproduksi sayuran. Terdapat 250 petani dengan kurang lebih 60 jenis

sayuran. Sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan lokal dan beberapa

produk untuk eksport.

Pada awalnya bisnis yang dijalankan oleh PT SM adalah sebuah

hobi/kegemaran akan bunga Crysanthinum. Kemudian berkembang, selain

memproduksi bunga juga sayuran untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan

eksport. Sampai saat ini konsumsen untuk pasar lokal yang masih memesan

dari PT SM yaitu supermarket-Hero, restoran-Mc Donald, dan Kentucy Fried

Chicken . Untuk memenuhi kebutuhan pasar PT SM melakukan produksi sendiri

dan juga mengembangkan pola kemitraan dengan petani setempat, serta

melakukan pembelian ke petani lain.

(12)

85

Kegiatan produksi dimulai dengan riset pemasaran. Divisi pemasaran

melakukan survei tentang berapa jumlah dan jenis permintaan oleh konsumen.

Kemudian mendiskusikan hasil survei tersebut dengan Divisi Pembelian dan

Divisi Produksi, tentang jenis dan jumlah sayuran yang dapat diproduksi sendiri

oleh PT SM dan yang harus dibeli dari petani baik melalui kemitraan maupun

suplier.

Divisi pengemasan mengelola lebih dari 60 jenis sayuran untuk dilakukan

proses pengemasan. Sumber bahan/sayuran berasal dari: suplier, petani mitra,

maupun yang diproduksi sendiri oleh PT SM. Jenis sayuran yang diproduksi oleh

PT SM kurang lebih 20 persen dari total sayuran yang dikemas, diproses, dan

dijual oleh perusahaan ini.

Beberapa pertimbangan SM melakukan pola kemitraan dengan petani,

antara lain: (1) Permintaan pasar terhadap satu jenis sayuran; (2) Ketersediaan

Modal, (3) Ketersediaan Petugas Penyuluh Lapangan, (4) Produktivitas lahan

(pergiliran tanaman, tidak bisa terus menerus bermitra pada lahan yang sama,

kecuali petani tersebut punya lahan luas yang bisa dirotasi tanamannya)

Pola Kemitraan Yang Diterapkan

Pola kemitraan yang diterapkan dapat dilihat dari kewajiban perusahaan

dan petani dalam kerjasama kemitraan yang ditetapkan oleh PT.SM. Kewajiban

perusahaan terdiri dari :(1) membuat rencana tanam petani mitra, (2)

memberikan penyuluhan secara cuma -cuma, (3) membantu menyediakan

sarana produksi yang dibutuhkan, (4) harga disepakati kedua belah pihak, (5)

semua produk yang memenuhi standar kualitas harus dibeli. Kewajiban petani

meliputi : (1) menanam sayuran sesuai dengan program tanam (jenis tanaman

ditetapkan), (2) mengikuti dan melaksanakan petunjuk-petunjuk penyuluh

lapangan, (3) menjual seluruh hasil panen yang memenuhi standar kualitas,

sesuai dengan kesepakatan harga (4) sarana produksi dikembalikan bersamaan

dengan hasil panen

Masalah-masalah dalam Kemitraan

Masalah dalam kemitraan adalah quality, quantity, dan continuity. Petani

pada umumnya miskin, pemerintah tidak mensuport, petani hanya memproduksi

untuk pasar lokal. Di Indonesia sebagian besar petani hanya memproduksi, tidak

(13)

86

ada kaitan dengan pasar. Petani memasarkan sendiri hasilnya, kalaupun ada

beberapa sistem kontrak tidak bertahan lama karena petani kurang disiplin. Bila

harga pasar lebih tinggi dari kontrak petani menjual ke pasar, jadi kurang bisa

menjaga kepercayaan.

Dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan terdapat kelemahan-kelemahan

yang terjadi, diantaranya : (1) kejujuran kedua belah pihak ada batasnya,

perusahaan sering tidak transparan dalam melakukan sortasi terhadap produk

petani, (2) pengusaha (suatu waktu) dapat bertindak otoriter, (3) petani menjual

produknya kepada pihak ketiga, (4) petani yang gagal panen harus menanggung

sendiri, (5) standarisasi produk belum betul-betul dikuasai kedua belah pihak, (6)

fluktuasi harga yang kadang-kadang ekstrim, (7) keterbatasan jumlah pengusaha

yang mampu mengelola system jaringan kemitraan

Persepsi Perusahaan tentang Petani

Petani mitra penting artinya bagi perusahaan, karena sebagai pemasok

produk sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar. Keuntungan

perusahaan dalam bermitra dengan petani dapat diidentifikasi sebagai berikut :

(1) Pendelegasian proses produksi, (2) Investasi lahan berkurang, (3)

Keamanan produk di lahan menjadi tanggung jawab petani, (4) Resiko usaha

terbagi, (5) Terbebas dari konflik isu perburuhan, (6) Merubah pesaing menjadi

mitra.

Keun tungan yang diperoleh petani dari kerjasama dalam pola kemitraan

ini, yaitu: (1) Terkonsentrasi hanya pada bidang produksi, (2) Petani menjadi

‘spesialis’ dalam beberapa produk tertentu, (3) Produk dijamin akan dibeli, (4)

Tidak terbebani masalah pemasaran dan pengangkutan, (5) Pertumbuhan usaha

cepat, (6) Fluktuasi harga bukan masalah

Koperasi Mitra Suka Maju

Deskripsi Umum

Koperasi Mitra Suka Maju (KMS) berdiri pada bulan April 1999. KMS

awalnya adalah sebuah kelompok tani. Atas prakarsa sembilan orang petani

yang dipimpin oleh M. Tachyar mencoba membudidayakan paprika (Capsicum

annuum Var. Grosum) secara hidroponik. Dua pihak yang paling berperan pada

(14)

87

awal proses bisnis paprika bagi petani melalui KMS tersebut adalah: PT Joro

sebagai pihak yang menyediakan bimbingan teknis budidaya (termasuk

pembuatan

green house

) dan kredit input produksi serta PT SM sebagai pihak

yang menampung hasil paprika.

Dalam perkembangannya petani dalam wadah koperasi bekerjasama

juga dengan suplier Buana Tani untuk pemenuhan kebutuhan akan saprodi,

karena PT Joro tidak lagi menyediakan kredit untuk saprodi dan pembelian harus

kontan. Dalam hal pemasaran petani melalui koperasi juga mencari perusahaan

lain selain SM, hal ini dilakukan karena paprika yang dihasilkan oleh petani

semakin banyak jumlahnya dan tidak mampu ditampung oleh PT SM saja.

Pola Kemitraan Yang Diterapkan

Koperasi menyalurkan sarana produksi pertanian kepada para anggota

dan menjadi penyalur hasil panen para anggotanya. Koperasi memberikan

pinjaman sarana produksi pertanian kepada petani dan pembayarannya dipotong

langsung setelah panen. Sarana produksi diperoleh koperasi dari pemasok

(awalnya PT Joro kemudian beralih ke Buana Tani).

Koperasi juga sebagai wadah untuk dapat memperoleh fasilitas kredit dari

bank secara kolektif. Pada saat penelitian dilakukan, sejumlah anggota telah

mendapatkan pinjaman kredit dari sebuah bank swasta untuk modal usaha,

sebesar antara 25 juta rupiah sampai dengan 150 juta rupiah per orang.

Koperasi memberikan fasilitas pengangkutan dari lahan petani ke

koperasi serta bimbingan dan tempat konsultasi atas permasalahan yang

dihadapi anggota. Meskipun ada fasilitas angkut sering kali anggota membawa

produk mereka sendiri dengan angkutan ojek motor, yang banyak tersedia di

desa tersebut. Untuk bimbingan teknis ada dua orang pengurus koperasi yang

juga sebagai petani yang secara khusus menangani masalah hama penyakit dan

teknik produksi paprika. Mereka inilah yang terus berusaha mencari cara-cara

baru, membuat seefisien mungkin biaya produksi, termasuk dengan cara meracik

jenis pupuk atau obat sendiri.

Salah satu peran koperasi adalah menjembatani proses penerapan

teknologi budidaya secara hidroponik dan membantu dalam mensosialisakannya

kepada petani. Teknologi ini membantu dalam meningkatkan produktivitas

paprika dan menghasilkan paprika yang berkualitas. Manfaat lain yang dapat

(15)

88

dirasakan dengan penggunaan green house adalah kemampuan untuk membuat

lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan paprika tanpa mengenal musim.

Penerapan teknologi mampu mengatasi keterbatasan lahan dimana sekarang ini

umumnya jumlah lahan untuk pertanian cenderung menyempit. Teknologi ini

berfungsi sebagai substitusi lahan dengan tingkat produktivitas tanaman yang

lebih tinggi dibandingkan dengan media tanam tanah biasa.

Paprika yang dihasilkan koperasi dipasarkan kepada beberapa restoran

besar dan pedagang besar. Untuk menjaga kualitas produknya maka koperasi

menyortir paprika dari petani dengan ketat hal inilah yang menjadikan alasan

bagi anggota koperasi menghentikan kemitraannya dengan koperasi. Namun

harga yang diberikan koperasi relatif stabil. Harga produk yang diterima petani

mitra koperasi adalah sesuai dengan harga yang disepakati dengan pembeli

dengan kontrak harga, dikurangi 500 rupiah per kg untuk biaya admisnistrasi di

koperasi. Dalam koperasi yang anggotanya sebagian besar masih terikat

keluarga ini, ada peraturan bahwa panen anggota koperasi dibatasi dan tidak

boleh menjual hasil panen ke luar koperasi meski harga lebih tinggi.

Koperasi telah memiliki sistem pencatatan keuangan yang baik Dengan

keuangan yang baik sampai saat ini pembayaran kepada petani lancar dan tidak

pernah mengalami penungakan pembayaran, sehingga tumbuh kepercayaan

petani.

Masalah-masalah dalam Pola Kemitraan

Masalah -masalah yang dirasakan adalah: (1) Tidak adanya kebijakan

dan bantuan pemerintah terhadap komoditas hortikultura khususnya paprika,

merupakan ancaman bagi perusahan karena perolehan benih dan nutrisi didapat

dengan cara import ; (2) Kebijakan pemerintah luar negeri yaitu adanya larangan

eksport terhadap komoditas agribisnis, salah satunya paprika. Larangan

tersebut dikeluarkan oleh

Bureau of Animal and Plant Health Inspection and

Quarantine (BAPHIQ) Taiwan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan bisnis

pengusaha paprika di Indonesia karena Taiwan adalah salah satu pasar bagi

paprika yang dihasilkan koperasi.; (3) Produk yang dihasilkan koperasi (paprika)

merupakan pelengkap bagi produk lain sehingga biasanya dikonsumsi dalam

jumlah terbatas. Dengan demikian kekuatan tawar menawar harga sangat kuat

berada pada pihak pelanggan (konsumen)

(16)

89

Persepsi Perusahaan tentang Petani

Koperasi adalah bentuk usaha bersama, di mana sumberdaya utama

adalah anggota (petani mitra), di mana mereka memiliki aset berupa tanah yang

dimiliki masing-masing petani, skill atau keterampilan petani dalam

membudidayakan paprika secara hidroponik dan petani sebagai pemasok

paprika bagi koperasi. Hal ini menunjukan bahwa petani mitra merupakan unsur

penting bagi keberhasilan koperasi.

Pondok Pesantren Al Ittifaq

Deskripsi Umum

Pondok Pesantren Al Ittifaq (PAI) terletak di sebelah selatan kota

Bandung, tepatnya di Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Ciwidey,

Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. PAI didirikan pada tanggal 1

Februari 1934, oleh KH Mansyur. Pada tahun 1970 pondok pesantren ini mulai

menerima santri dari luar wilayah desa dan kecamatan Ciwidey pada waktu itu

(menjadi Kecamatan Rancabali tahun 2001 yang merupakan pemekaran dari

Kecamatan Ciwidey), bah kan sampai luar wilayah kabupaten dan propinsi.

Pada tahun 1990, dengan jumlah santri yang semakin banyak yang

sebagian besar dari kalangan tidak mampu , maka dibawah kepemimpinan KH

Fuad Affandi kegiatan agribisnis di PAI mulai berkembang. Dengan lahan milik

PAI seluas sekitar 3 Ha, PAI juga mengelola lahan milik PT Perhutani, lahan

perkebunan dan lahan milik masyarakat dengan sistem sewa atau kerjasama

seluas 10 Ha . Kegiatan agribisnis sayuran dilakukan karena selain mendapatkan

keuntungan juga dapat d igunaknan tempat belajar bagi para santri.

Adapun agribisnis yang sekarang dilakukan oleh PAI mencakup berbagai

bidang usaha yaitu :

(1) Memproduksi sayuran dataran tinggi untuk memenuhi permintaan pasar baik

pasar tradisional maupun pasar-pasar modern dan supermarket. Jumlah

komoditi yang diproduksi sekitar 30 jenis sayuran seperti: buncis, kembang

bawang, tomat, cabe keriting, sawi putih, jeruk limau, kol, daun mint, lobak,

labu parang, beetroot, peterselly, radish, okra, kapri, zucchini, bawang ganda,

redkol, bawang kucai, lettuce, labu siam, leek, seledri, kacang merah, tomat

pear, kacang endul, strawberry, wortel, kentang, timun jepang dll.

(17)

90

(2) Memproses komoditi sayuran yang siap untuk konsumen pasar swalayan dan

pasar modern melalui sortasi, grading, wairifing, packing, sesuai permintaan

pasar/swalayan.

(3) Mengembangkan usaha penggemukan sapi dan domba. Fungsi ternak selain

kotorannya dipergunakan untuk kompos, juga ternak ini dijual terutama pada

saat harganya tinggi yaitu ketika menjelang hari raya Idul Qurban.

Saat ini jumlah santri di Pontren Al Ittifaq mencapai 360 orang, dengan

rincian, 110 orang di kelas Tsanawiyah atau setara SLTP dengan kegiatan

ekstrakulikuler komputer dan bahasa Inggris dan Arab, kemudian 250 orang di

kelas Salafiyah yang sehari-hari melakukan ekstrakulikuler dibidang pertanian,

peternakan dan perdagangan.

Selain membentuk koperasi dan bermitra dengan perusahaan/pengusaha

swasta, pondok pesantren ini sering mengirim santrinya untuk mengikuti

pelatihan-pelatihan yang diadakan pemerintah maupun swasta. Setiap santri di

pondok pesantren langsung dikaryakan dalam kegiatan pesantren.

Pola Kemitraan Yang Diterapkan

Kegiatan agribisnis PAI selain melibatkan para santri juga melibatkan

masyarakat setempat baik dalam memproduksi suatu komoditi maupun dalam

pengembangan kelembagaan Koperasi Pondok Pesantren dan Balai Mandiri

Terpadu (BMT). Lahan yang diusahakan petani sekitar biasanya merupakan

lahan pekarangan dan kebun. Tanaman yang diusahakan selain sayuran juga

stroberi. Pola kemitraan yang diterapkan adalah mitra beli. Bila PAI tidak dapat

memenuhi jumlah dan jenis sayuran yang diminta oleh konsumen, maka PAI

mencari ke masyarakat sekitar. Kemitraan yang dilakukan PAI dengan para

santri adalah PAI menyediakan lahan, saprodi, modal dan bimbingan teknis,

sedangkan para santri hanya memberikan kontribusi dalam bentuk tenaga kerja.

Sejak tahun 1993 pondok pesantren telah mengadakan kontrak kerja

jangka panjang dengan perusahaan mitra yaitu Hero (Jakarta) dan supermarket

(pasar swalayan) yang ada di Bandung yaitu Gelael, Merlin, Yogya Departemen

Store, Ramayana dan Matahari.

Santri yang masuk di pesantren dibagi dalam kelompok-kelompok yang

bertugas mengelola lahan. Santri belajar sambil bekerja di lahan kelompok di

(18)

91

bawah koordinasi seorang mandor yang biasanya seorang ustadz (santri senior

sudah menjadi kyai). Setiap kelompok santri dan guru, dalam kelompok tani

lainnya yang berada di bawah koperasi pondok pesantren, dapat meminjam

dana untuk usahanya kepada koperasi dengan system bagi hasil.

Untuk koordinasi, para santri dengan para santri, para santri dengan

pengurus, para santri dengan mandor, mandor dengan mandor, dan pengurus

dengan pengurus, maka selalu diadakan pertemuan rutin setiap rabu malam.

Para mandor mengadakan pe rtemuan rutin setiap kamis malam.

Masalah-masalah dalam Pola Kemitraan

Adanya kesulitan dalam membangun kerjasama dengan berbagai

instansi, misalnya dalam mendapatkan bimbingan dan pelatihan serta akses

permodalan. Kualitas santri yang masih terbatas, karena memang masih belajar.

Sarana dan prasarana fisik, berupa jalan aspal menuju lokasi PAI, sarana air

bersih serta fasilitas telekomunikasi.

Saat ini kegiatan agribisnis ini menjadi sumber pendapatan utama bagi

PAI. Pengelolaan yang kurang transparan dan

accountable, menimbulkan

dugaan tindakan eksploitatif pengurus PAI terhadap para santri untuk mendapat

keuntungan berlipat ganda.

Tidak ada upaya untuk mengembangkan kesadaran kritis yang berfungsi

sebagai kontrol sosial, yang mampu mengakses info rmasi, transparan, dengan

prinsip kesetaraan antar stakeholder. Saat ini informasi hanya dikuasai oleh

salah satu pihak saja, yaitu pimpinan dan para pengurus PAI.

Persepsi Perusahaan tentang Petani

Kegiatan agribisnis di PAI ditujukan untuk me mberdayakan para santri

dan masyarakat petani sekitar, yang berasal dari kalangan kurang mampu. Para

santri adalah sumber tenaga kerja yang mampu mengelola lahan PAI. Mereka

menjadi produktif serta mampu menemukan kegiatan usaha alternatif, mampu

menghasilkan produk yang dapat menjangkau pasar supermarket dan pasar

tradisional. Masyarakat sekitar selain sebagai sumber tenaga kerja juga

pemasok sayuran bagi PAI. Dalam hal ini PAI merupakan alternatif pasar bagi

produk usahatani sehingga dapat memberi keuntungan pada masyarakat sekitar.

(19)

92

PT Joro

Deskripsi Umum

PT Joro didirikan pada tahun 1992, merupakan perusahaan yang

menyediakan sarana produksi untuk hortikultura sistem hidroponik seperti pupuk

hidroponik, alat irigasi tetes, media tanam arang sekam, dan bahan-bahan

pembuatan green house (baik kayu, bambu maupun besi), alat ukur, pestisida,

baik import maupun local. Perusahaan ini mempunyai kantor beberapa lokasi,

yatiu di wilayah Ciawi Kabupaten Bogor, di Cigugurgirang, Cisarua, Kabupaten

Bandung, di Sukabumi, Nongkojajar, Bondowoso, Yogyakarta, Surabaya dan

Bali. Bisnis ini mengalami perkembangan dan mendatangkan keuntungan besar

bagi PT Joro. Penjualan dari pupuk hidroponik ini terus meningkat. Pupuk ini

tersedia untuk berbagai jenis tanaman seperti paprika, tomat, melon, timun,

terong, selada, anggrek, mawar, krisan, dll.

Di green house percontohan PT Joro memproduksi sayuran segar seperti

paprika, tomat, timun, dan terong. Pada saat ini PT Joro memiliki lebih 5 Ha

green house produksi. Produ ksi utamanya adalah paprika. Saat ini, konstruksi

green house yang dibangun disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar, ada

yang terbuat dari bambo, kayu dan besi. Konstruksi dari bambu dapat bertahan

selama tiga tahun, sedangkan konstruksi green house dari besi dapat bertahan

selama 15 tahun.

Pola Kemitraan Yang Diterapkan

Untuk mengantisipasi ketatnya persaingan PT Joro (JR) membangun

green house-green house di sentra produksi sayuran terpenting yaitu di

Lembang. JR juga mempromosikan produknya melalui majalah Trubus untuk

lebih memperkenalkan produknya kepada konsumen. Untuk melawan strategi

harga para pesaingnya JR memberikan kemudahan pembayaran berupa kredit

kepada petani mitranya, juga memberikan pelayanan purna jual, melakukan

kunjungan ke kebun-kebun petani untuk kegiatan pendampingan dalam teknik

budidaya, pengendalian hama penyakit, cara pengunaan pupuk, dll. Kemitraan

tidak termasuk dalam memasarkan produk usahatani petani mitra. Pemasaran

produk dilakukan untuk petani mitra di wilayah Bali dan Surabaya.

(20)

93

Untuk memperbaiki tingkat managemen industri hortikultura di Indonesia,

JR dengan bantuan pemerintah Belanda mendirikan tiga pusat pelatihan dan

produksi (Horticultural Production and Practical Training Network disingkat

HPPTN) di tiga wilayah penting produksi sayuran, yaitu Lembang, Sukabumi,

dan Bondowoso.

Petani dapat membeli semua yang dibutuhkan pada kios yang dibangun

JR sebagai jaringan supermarket kecil, didukung oleh Tim dari

technical advisor

yang mengunjungi petani secara teratur. Hal tersebut dilakukan agar petani

memperoleh hasil yang maksimal dari investasi mereka . Kemitraan yang

dilakukan JR khususnya di Jawa Barat hanya be rupa penyediaan sarana

produksi, sedangkan di Surabaya dan Bali selain menyediakan sarana produksi

juga membantu dalam pemasaran.

Masalah-masalah dalam Pola Kemitraan

Tingginya tingkat persaingan antar perusahaan yang sama, diantaranya

yaitu Buana Tani. Ancaman terhadap produk JR adalah adanya perang harga.

Pesaing itu sengaja memasang harga ya ng lebih murah. Harga yang

diberlakukan oleh para pesaing ini ditujukan agar konsumen atau petani

hidroponik lebih tertarik untuk menggunakan pupuk mereka. Selain harga yang

murah mereka juga menawarkan produk yang mutunya sama dengan pupuk JR.

Keterbatasan dalam pelayanan kredit dan tidak adanya jaminan

pemasaran produk menyebabkan lemahnya ikatan antara petani mitra dengan

JR. Apalagi saat ini petani sudah mampu melakukan teknik budidaya secara

mandiri, tanpa bantuan

technical advisor,

maka pola kemitraannya berakhir,

meskipun secara personal mereka tetap berinteraksi.

Persepsi Perusahaan tentang Petani

Petani mitra penting artinya untuk JR karena merupakan pangsa pasar

bagi produk JR. Hal ini dapat dilihat dari strategi yang dilakukan JR, meskipun

saat ini terbatas dalam memberikan kredit kepada petani mitranya, JR

memberikan pelayanan purna jual, dan tetap melakukan kunjungan ke

kebun-kebun petani untuk memberikan pendampingan tentang teknik budidaya,

pengendalian hama penyakit, dll.

(21)

Analisis Kelembagaan Kemitraan

Pengertian kelembagaan pada dasarnya menyangkut norma atau aturan

baik tertulis maupun yang tidak tertulis, yang berfungsi sebagai pedoman

berperilaku , menjaga keutuhan, pegangan dalam melakukan kontrol sosial, dan

untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam masyarakat. Dalam proses kerjasama

terlebih dahulu harus disepakati aturan -aturan baik secara lisan maupun tertulis,

sebelum proses kerjasama tersebut dilakukan. Hal ini dilakukan antara lain

untuk : (1) mengurangi resiko kegagalan, (2) memberi kemungkinan terwakilinya

kepentingan pihak-pihak yang bekerjasama secara seimbang, dan (3)

memungkinkan kesempatan melakukan tawar-menawar. Beberapa hal penting

yang menyangkut kelembagaan dalam pola kemitraan adalah: batas

kewenangan (batas jurisdiksi), aspek kepemilikan (property right) terutama lahan,

dan aspek pengaturan kegiatan (aturan representasi) yang menyangkut

kepentingan bersama.

Batas Kewenangan

Kewenangan dalam hal ini adalah hak yang dimiliki oleh pihak tertentu

yang mendapat pengakuan bersama dari pihak lain yang terlibat kerjasama

dalam pola kemitraan. Batas kewenangan ini antara lain berkaitan dengan

penentuan waktu tanam, pengelolaan lahan, penentuan waktu panen,

penanganan pasca panen, dan jual beli hasil.

Pengelolaan lahan untuk produksi sepenuhnya menjadi wewenang

petani. Penentuan waktu tanam dan panen, ditemukan ada dua tipe kondisi.

Pertama, perusahaan berwenang menentukan waktu tanam dan panen para

petani mitranya karena ini berkaitan dengan upaya menyediakan produksi secara

terus menerus. Kedua, waktu tanam dan panen diatur sendiri oleh petani, yang

penting petani dapat memasok sayur sesuai kesepakatan. Dalam hal ini

biasanya petani secara berkelompok mengatur diri untuk dapat memproduksi

secara kontinyu.

Penanganan pasca panen, sebagian dilakukan oleh petani dan sebagian

dilakukan oleh perusahaan, koperasi atau pedagang pengumpul sesuai

kesepakatan. Penyortiran produk, dibersih, dikemas, dan kegiatan lainnya,

dilakukan secara berbeda-beda menurut jenis sayuran dan lokasi.

(22)

95

Penentuan harga menjadi kewenangan perusahaan, koperasi dan

pedagang pengumpul. Ada perusahaan yang sudah menentukan harga produk

tertentu dengan perhitungan biaya produksi, namun pada kasus lain harga

ditentukan menyesuaikan harga pasar.

Aspek Kepemilikan

Hal terpenting dari aspek kepemilikan ini, adalah kepemilikan terhadap

sumber daya terutama lahan, komoditas yang diusahakan dan dihasilkan di

dalamnya. Dalam kemitraan agribisnis sayuran, status kepemilikan lahan bagi

petani sebagai hal milik (57,7 %), sewa (22,6%), meminjam tanpa bayar/hak

pakai (12 %) dan lainnya seperti bagi hasil atau gadai (7,7 %). Lahan tersebut

berupa lahan sawah (46,4%), lahan kebun/ladang/pekarangan (44,4 %), dan

green house

(9,2 %). Tanaman sayuran yang dikelola di atas lahan tersebut

sebagian besar merupakan milik petani tersebut, dan hanya sebagian kecil saja

merupakan milik bersama dengan sistem bagi hasil (7,7 %).

Dengan status kepemilikan terhadap lahan tersebut, petani yang memiliki

lahan sendiri mempunyai posisi yang lebih kuat, dibandingkan dengan bila lahan

tersebut adalah lahan sewa, hak pakai, dan bagi hasil. Kelanjutan proses

kerjasama dalam pola kemitraan sangat ditentukan oleh status kepemilikan lahan

petani. Kendala kepemilikan lahan merupakan salah satu alasan yang

menyebabkan petani berhenti melakukan kerjasama dalam pola kemitraan.

Lahan sewa, bagi hasil, dan lahan yang dipinjam sementara, memang

merupakan alternatif lahan yang dapat dimanfaatkan untuk usahatani bagi petani

yang tidak memiliki lahan sendiri, namun keberlanjutan usaha dan kerjasama

sangat tergantung pada kepentingan para pemilik lahan tersebut.

Pengaturan Kegiatan

Pengaturan kegiatan ini mencakup aturan -aturan operasional dan

pengaturan kegiatan bersama, menciptakan kemudahan koordinasi bagi

pihak-pihak yang terlibat dalam pola kemitraan, sehingga diharapkan terwujud

kesatuan tujuan dalam setiap kegiatan. Sejumlah kegiatan yang dilakukan

melalui kerjasama berbagai pihak dalam pola kemitraan ini ditujukan untuk

memproduksi berbagai jenis sayuran sesuai dengan kebutuhan konsumen, baik

dari aspek waktu, jumlah, dan mutu. Pengaturan kegiatan dalam upaya

(23)

96

memenuhi kebutuhan yang terus menerus, dalam jumlah yang cukup dan mutu

yang sesuai.

Tabel 11 menyajikan informasi tentang pengaturan kegiatan antara

pihak-pihak yang bekerjasama, mencakup pihak-pihak yang mengambil keputusan dan

bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Jenis kegiatan

meliputi keputusan menentukan waktu tanam, pengelolaan laha n, penentuan

waktu panen, pelaksanaan panen, penentuan mutu produk, penimbangan

produk, membayar biaya angkut, sampai membayar produk.

Tabel 11 Jenis kegiatan, pengambilan keputusan dan

penanggungjawab kegiatan.

No.

Jenis Kegiatan

Pengambil Keputusan/

pelaksana kegiatan

Penerapannya pada:

ü Perusahaan (Petugas penyuluh) ü SM, BSB ü Koperasi (Petugas penyuluh) ü KMS 1. Penentuan Waktu tanam ü Petani ü PS, KF, PAI, ü Pedagang pengumpul

2. Pengelolaan lahan ü Petani ü Semua lokasi penelitian

ü Perusahaan ü SM, BSB

3. Penentuan Waktu

panen ü Petani ü PS, KF, PAI, KMS,

ü Pedagang Pengumpul

4. Pelaksanaan

panen

ü Petani ü Semua lokasi penelitian

5. Penentuan mutu produk

ü Perusahaan, ü Koperasi,

ü Pedagang Pengumpul

ü Semua lokasi penelitian

6. Penimbangan

produk

ü Perusahaan, Koperasi, Pedagang Pengumpul, bersama petani

ü Semua lokasi penelitian

ü Perusahaan ü SM (tidak pada semua

petani) 7. Membayar Biaya

Angkut produk

ü Koperasi ü KMS (tidak pada semua

petani) 8. Membayar produk ü Perusahaan, Koperasi,

Pedagang Pengumpul

ü Semua lokasi penelitian

9. Pendampingan pada petani

ü Perusahaan, Koperasi, Pedagang Pengumpul

ü Semua lokasi penelitian dengan fasilitas pelayanan yang berbeda-beda

(24)

97

(1) Penentuan waktu tanam.

Dalam rangka memproduksi sayuran secara

terus menerus, maka perusahaan dan koperasi, menentukan waktur tanam

secara bergilir bagi para petani mitranya. Tabel 11 menyajikan data

pengambil keputusan dan penanggungjawab kegiatan. Hanya perusahaan

SM, BSB dan koperasi KMS yang menentukan waktu tanam bagi petani

mitranya, sedangkan perusahaan lain dan pedagang pengumpul

menyerahkannya pada petani.

(2) Pengelolan Lahan.

Petani sepenuhnya punya kewenangan atas lahan dan

pengelolaan lahannya.

(3) Penentuan Waktu Panen.

Perusahaan dan koperasi yang mengatur waktu

tanam biasanya jug a menentukan kapan waktu panennya. Melalui interaksi

antara para petani dan petugas penyuluh, bisa saja petugas yang

mengingatkan atau petani yang mengingatkan apakah tanamannya sudah

tepat waktunya untuk dipanen.

(4) Pelaksanaan panen.

Seperti halnya dalam pengelolaan lahan, petani juga

sepenuhnya punya kewenangan atas pelaksanaan panen .

(5) Penentuan mutu produk.

Perusahaan, koperasi dan pedagang

pengumpul yang akan membeli produk petani berwenang menentukan mutu

karena merekalah yang paling tahu, sesuai mutu produk yang diinginkan

konsumen.

(6) Membayar biaya angkut.

Tidak semua perusahaan dan koperasi

memberikan fasilitas angkut pada petani. Fasilitas ini biasanya untuk jarak

tertentu yang terjangkau, dan dalam jumlah produk yang relatif banyak.

(7) Membayar produk.

Semua produk yang sesuai dengan mutu yang

ditetapkan harus diterima, dan dibayar oleh perusahaan, koperasi dan

pedagang pengumpul.

(8) Kegiatan pendampingan

oleh perusahaan, koperasi atau pedagang

pengumpul dilakukan dengan cara mengunjungi petani atau petani

mendatangi petugas. Kegiatan pendampingan ini pada beberapa kasus

disertai dengan pelayanan pinjaman saprotan seperti benih dan pupuk,

serta pinjaman uang oleh perusahaan, koperasi, dan pedagang pengumpul,

di mana secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12

(25)

98

Tabel 12 Jenis Kegiatan Pendampingan dan Penerapannya

No.

Jenis Kegiatan

Pendampingan

Penerapannya pada kasus:

1. Petugas mengunjungi petani Di semua kasus:

ü SM ( oleh Petugas P enyuluh), ü BSB (oleh Petugas P enyuluh), ü KMS ( oleh Pengurus Koperasi), ü PAI (oleh Mandor),

ü KF (oleh Petugas P enyuluh), ü PS ( oleh Suplier ),

ü JR (oleh Technical Advisor) ü Pedagang pengumpul.

2. Petani mengunjungi petugas Semua Kasus, bila petani memerlukan bisa mencari petugas.

3. Kebun percontohan ü JR (green house)

ü SM, (kebun produksi di sekitar lokasi petani)

ü BSB. (kebun produksi ) 4. Kredit benih, pupuk, saprotan

lainnya

SM, PAI, KMS, Pedagang Pengumpul, (tidak untuk semua petani, sesuai dengan kebutuhan petani dan ketersediaan)

5. Pinjaman uang ü KMS (1) secara bergantian

memberikan pinjaman kepada petani, (2) secara kolektif mencari pinjaman modal ke Bank.

ü Pedagang Pengumpul Sumber: Diolah dari data lapangan

(1) Petugas mengunjungi petani.

Tujuan petugas mengunjungi petani

antara lain untuk mencari petani-petani baru yang akan dijadikan mitra,

atau mengunjungi petani lama dalam kaitannya dengan bimbingan teknis

budidaya, seperti menentukan waktu tanam, teknis pengolahan lahan,

penanaman, pemeliharaan dan panen.

(2) Petani mengunjungi petugas.

Ada kalanya petani harus bertemu

petugas, misalnya untuk menyelesaikan masalah hama penyakit

tanaman, menawarkan diri untuk bermitra, menginformasikan bahwa

tanamannya siap untuk dipanen,dll

(3) Kebun Percontohan.

Perusahaan tertentu mempunyai kebun

percontohan yang lokasinya di komunitas petani. Kebun percontohan

(26)

99

tersebut sebenarnya merupakan kebun untuk memproduksi jenis sayuran

tertentu. Petani sekitar bisa langsung mengamati proses produksi

sayuran tertentu mulai dari pengolahan lahan sampai pemanenan.

Sambil me lihat petani juga dapat bertanya langsung kepada petugas atau

pegawai yang mengelola kebun tersebut.

(4) Kredit benih, pupuk, dan saprotan lainnya.

Beberapa perusahaan

seperti SM, PAI, koperasi KMS, Pedagang Pengumpul, dapat

mengusahakan kredit saprotan meskipun tidak untuk semua petani.

Untuk kasus SM, biasanya petani dipilih yang mempunyai kemampuan

lebih dibidang budidaya jenis sayuran tertentu, dan perusahaan punya

kepentingan untuk mememuhi target produksi. Untuk kasus PAI, kredit

biasanya diberikan pada orang-orang terdekat dengan pimpinan dan

pengurus, yang memang berkaitan dengan bisnis PAI. Untuk kasus

KMS, kredit saprotan sangat ditentukan oleh ketersediaan modal

koperasi, sehingga diberikan pada anggota dengan skala prioritas. Untuk

kasus pedagang pengumpul, petani menilai mudah mendapatkan kredit

karena pengambil keputusannya ada pada satu orang.

(5) Pinjaman Uang.

Pedagang mengumpul, dan koperasi merupakan pihak

memberikan pinjaman uang tunai kepada petani.

Perusahaan-perusahaan yang menjadi kasus penelitian relatif sulit, karena memang

tidak ada dana yang dapat dipinjamkan kepada petani sebagai fasilitas

dalam pola kemitraan. Pedagang pengumpul lebih mudah mengambil

keputusan untuk memberikan pinjaman uang kepada petani mitranya,

dibandingkan koperasi. Namun koperasi dapat mengusahakan secara

kolektif anggota-anggotanya untuk mengajukan pinjaman modal kepada

lembaga keuangan formal seperti bank.

Gambar

Tabel 11 menyajikan informasi tentang pengaturan kegiatan antara pihak- pihak-pihak yang bekerjasama, mencakup pihak-pihak yang mengambil keputusan dan  bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan tersebut
Tabel 12 Jenis Kegiatan Pendampingan  dan Penerapannya   No.  Jenis Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian dengan pemberian pelet yang mengandung limbah kubis fermentasi dengan taraf 0, 2, 4 dan 6% tidak mengubah profil darah kelinci yang meliputi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi peneliti agar dalam meningkatkan rancangan penelitian yang relefan dengan perkembangan ilmu

Saran-saran yang dapat dikemukakan pada skripsi ini di antaranya adalah sebagai berikut: (1) Sebaiknya pihak perbankan dapat memperhatikan berbagai factor yang mempengaruhi

Fasilitas yang ada pada kebijakan penghapusan sanksi administrasi perpajakan juga memungkinkan wajib pajak orang pribadi atau badan untuk membetulkan Surat Pemberitahuan

FORMA L Employees in the business had received some type of job-related formal training (1 = yes – planned on-the-job training by superiors, full-time courses lasting up to one

Dari sisi pengeluaran kesehatan, keluarga Bapak Ketut Sukarata dan Ibu Ni Komang Sondriati terkadang tidak harus mengeluarkan uang lebih diluar pengeluaran

Untuk keperluan tersebut Penyedia diharapkan membawa berkas Penawaran Asli dan Copy beserta dokumen pendukungnya. Demikian undangan ini disampaikan, atas perhatian dan

bergantung dari kapan member melihat schedule tersebut. Selain itu, member juga dapat melihat jadwal untuk hari-hari ke depan bahkan untuk bulan-bulan ke depan. Tampilan dari