• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BENTUK-BENTUK KETERLIBATAN WANITA DALAM PEREDARAN NARKOTIKA. Pengaturan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Narkotika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II BENTUK-BENTUK KETERLIBATAN WANITA DALAM PEREDARAN NARKOTIKA. Pengaturan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Narkotika"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BENTUK-BENTUK KETERLIBATAN WANITA DALAM PEREDARAN NARKOTIKA

Pengaturan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Narkotika 1. Sejarah Penbentukan Undang-Undang Narkotika

Kebijakan penanggulangan dan penyalahgunaan narkotika di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda

dengan dikeluarkannya ordonansi obat bius dan candu (Verdoovende

Middlen Ordonantie, Stbl 1927 Nomor 278 jo Nomor 536.

Pada awal tahun 1970 penyalahgunaan narkotika sudah semakin sering terjadi dalam masyarakat dan jenis-jenis narkotika yang beredar pun semakin beragam, kenyataan ini menimbulkan kesadaran perlunya suatu undang-undang yang dapat menjangkau setiap penyalahgunaan narkotika, selain itu bahwa ketentuan dalam V.M.O Stbl 1927 Nomor 278 jo Nomor 536 tidak lagi memenuhi syarat sebagai undang-undang narkotika dan kenyataan bahwa tidak cocok lagi dengan administrasi pengadilan pidana.13 Maka pada tanggal 8 September 1971 Presiden lalu mengeluarkan Instruksi Presiden No.6 Tahun 1971 kepada Kepala Bakin yang pada prinsipnya memerintahkan Kepala Bakin untuk memberantas masalah-masalah yang menghambat pembangunan nasional, salah satunya adalah penyalahgunaan narkotika.14

13

M. Taufik Makarao, , dkk. Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, halaman 10

14

(2)

Khusus dalam masalah penyalahgunaan narkotika ketentuan hukum yang sudah ada belum dapat menjangkaunya, sebab ketentuan-ketentuan yang masih lama memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

a. Tidak adanya keseragaman dalam pengertian narkotika.

b. Sanksi yang terlalu ringan dibanding dengan penyalahgunaan narkotika.

c. Ketidaktegasan dalam pemberantasan penjual, pemilik, pemakai, pengedar dan penyimpan narkotika.

d. Ketidak serasian antara ketentuanhukum pidana mengenai narkotika. e. Belum adanya badan bertingkat nasional yang khusus menangani

masalah penyalahgunaan narkotika.

f. Belum ada ketentuan khusus wajib lapor dalam kasus penyalahgunaan narkotika.

g. Belum adanya hal-hal yang khusus bagi yang berjasa dalam penyelidikan perkara penyalahgunaan narkotika.15

Kemudian pemerintah mengundangkan Undang-undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika yang diundangkan dalam Lembaran Negara RI Tahun 1976 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RI

Nomor 3086 dan dinyatakan berlaku sejak 26 Juli 1976, dalam perkembangan terakhir, undang-undang ini pun diganti dengan

Undang-undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang diUndang-undangkan pada tanggal 1 September 1997 dalam Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor

67 dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3698 dan berlaku sejak undang-undang tersebut diundangkan. Lahirnya undang-undang tentang

narkotika yang baru ini didahului dengan keluarnya Undang-Undang No.7 Tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi Pemberantasan Peredaran

Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988.

Kemudian pada tahun 2009 diundangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang mencabut ketentuan

(3)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2009 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143.

2. Kaidah Pidana Di Bidang Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika disamping mengatur penggunaan narkotika, juga mengatur secara khusus ketentuan-ketentuan pidana sebagaimana yang diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 yang berjumlah 37 pasal. Semua tindak pidana yang diatur dalam undang-undang tersebut merupakan kejahatan, alasannya adalah bahwa narkotika dipergunakan untuk pengobatan dan kepentingan ilmu pengetahuan, maka apabila ada perbuatan diluar kepentingan-kepentingan tersebut sudah merupakan kejahatan mengingat besarnya akibat yang ditimbulkan dari pemakaiaan narkotika secara tidak sah.

Dari ketentuan-ketentuan pidana tersebut maka pengelompokan kejahatan di bidang narkotika adalah:

a. Kejahatan yang menyangkut produksi narkotika.

Kejahatan yang menyangkut produksi narkotika bukan hanya perbuatan yang memproduksi narkotika saja melainkan perbuatan yang sejenis dengan itu, berupa mengolah, mengekstraksi, mengkonversi, merakit dan

menyediakan narkotika untuk semua golongan.

b. Kejahatan yang menyangkut pengangkutan dan transito narkotika.

Kejahatan narkotika ini dalam arti luas termasuk dalam perbuatan

15

(4)

membawa, mengirim dan mentransito narkotika, diatur dalam Pasal 81. Kemudian masih ada tindak pidana di bidang pengangkutan narkotika yang khusus ditujukan kepada nahkoda atau kapten penerbang karena tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

c. Kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika.

Kejahatan yang meyangkut jual beli narkotika disini maksudnya bukan hanya jual beli dalam arti sempit, akan tetapi termasuk pula perbuatan ekspor, impor dan tukar menukar narkotika. Dalam tindak pidana narkotika ini perbuatan menyalurkan dan menyerahkan narkotika juga termasuk dalam perbuatan jual beli narkotika.

d. Kejahatan yang menyangkut penguasaan narkotika.

Dalam kejahatan ini oleh undang-undang dibedakan antara tindak pidana menguasai narkotika golongan I dengan tindak pidana menguasai narkotika golongan II dan III, karena golongan narkotika tersebut memiliki fungsi dan akibat yang berbeda.

e. Kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan narkotika.

Tindak pidana penyalahgunaan narkotika golongan I, golongan II dan golongan III dibedakan atas dua macam, yaitu penyalahgunaan narkotika untuk orang lain dan penyalahgunaan narkotika untuk diri sendiri.

f. Kejahatan yang menyangkut tidak melaporkan pecandu narkotika. Undang-undang narkotika menghendaki agar pecandu narkotika

melaporkan diri atau keluarganya yang melaporkan. Kewajiban tersebut apabila tidak dilakukan merupakan tindak pidana bagi orang tua atau wali yang bersangkutan.

g. Kejahatan yang menyangkut label dan publikasi narkotika.

Seperti diketahui bahwa pabrik obat diwajibkan mencamtumkan label pada kemasan narkotika baik dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku

narkotika, kemudian untuk dapa dipublikasikan harus dilakukan pada media cetak ilmiah kedokteran atau pada media cetak ilmiah farmasi. Apabila hal

(5)

tersebut tidak dilakukan maka terjadi kejahatan narkotika yang menyangkut label dan publikasi.

h. Kejahatan yang menyangkut jalannya peradilan narkotika.

Yang dimaksud dengan proses peradilan meliputi pemeriksaan perkara di tingkat penyidikan, penuntutan dan pengadilan. Sehingga perbuatan yang menghalang-halangi atau mempersulit jalannya proses peradilan yang bertujuan untuk proses peradilan tidak lancar atau tidak jadi sama sekali merupakan tindak pidana. Perbuatan menghalangi-halangi dapat dilakukan di semua tingkat pemeriksaan yang dilakukan oleh siapa saja, sedangkan pebuatan mempersulit dilakukan ketika pemeriksaan perkara sedang berlangsung yang dilakukan oleh orang yang sedang diperiksa oleh petugas atau pejabat pemeriksa.

i. Kejahatan yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan narkotika.

Dalam perkara narkotika ada kemungkinan bahwa barang bukti yang disita berupa tanaman yang jumlahnya sangat banyak, sehingga tidak mungkin barang bukti tersebut diajukan ke persidangan semuanya. Barang bukti yang demikian dilakukan penyisihan yang wajar dan selebihnya barang bukti itu dimusnahkan yang dibuat dan dimasukkan dalam berkas berita acaranya. Apabila tidak dilakukan maka dapat dikenakan tindak pidana.

j. Kejahatan yang menyangkut keterangan palsu.

Sebelum seorang saksi memberikan keterangan dimuka sidang persidangan sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana maka ia wajib mengucapkan sumpah sesuai dengan agamanya. Dengan cara ini diharapkan saksi

(6)

memberikan keterangannya selalu konsekuen. Dan apabila dalam perkara narkotika saksi tidak memberikan keterangan dengan benar dapat dipidana. k. Kejahatan yang menyangkut penyimpangan fungsi lembaga.

Lembaga-lembaga yang diberi wewenang oleh undang-undang narkotika untuk memproduksi, menyalurkan atau menyerahkan narkotika yang ternyata melakukan kegiatan narkotika tidak sesuai dengan tujuan

penggunaan narkotika sebagaimana yang ditetapkan oleh undang-undang, maka pimpinan lembaga yang bersangkutan dapat dijatuhi pidana.

l. Kejahatan yang menyangkut pemanfaatan anak dibawah umur. Kejahatan di bidang narkotika tidak seluruhnya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi ada kalanya kejahatan ini dilakukan pula bersama-sama dengan anak di bawah umur (belum genap 18 tahun). Anak-anak yang belum dewasa cenderung mudah dipengaruhi untuk melakukan perbuatan yang berhubungan dengan narkotika, karena jiwanya belum stabil akibat perkembangan fisik dan psikis.

Selain itu ada kemungkinan bahwa warga negara Indonesia yang bepergian ke luar negeri ataupun yang berada diluar negeri melakukan kejahatan narkotika dan setelah melakukan perbuatannya itu yang bersangkutan kembali ke Indonesia. Dalam hal ini undang-undang narkotika akan selalu mengikuti warga negara Indonesia kemana saja perginya, ketentuan dalam undang-undang tersebut hanya dapat diberlakukan setelah pelakunya pulang ke tanah air.

Selain mengatur penggolongan kejahatan di bidang narkotika, undang-undang ini sudah mengenal ancaman pidana minimal yang dimaksudkan untuk pemberatan hukuman apabila tindak pidananya:

a. Didahului dengan permufakatan jahat. b. Dilakukan secara terorganisasi jahat. c. Dilakukan oleh korporasi.

(7)

d. Dilakukan oleh residivis.

Pengaturan Tentang Pengedaran Narkotika

Narkotika masuk ke Indonesia diketahui pada tahun 1969 di Jakarta. Pada waktu itu dari sejumlah pasien yang berobat ke Senatorium Kesehatan Jiwa Dharmawangsa oleh psikiater mendapati seorang pasien pengguna narkotika dan sejak itulah disadari bahwa narkotika telah masuk ke Indonesia.

Pola peredaran narkotika di Indonesia melalui udara terutama di pelabuhan udara yang banyak menerima wisatawan mancanegara. Meskipun diketahui Indonesia telah masuk narkotika tahun 1969 dalam tingkat peredaran Indonesia diketahui sebagai negara transit. Pada tahun 1999 status tersebut telah berubah menjadi negara tujuan pemasaran/pengguna. Perubahan terjadi setelah jumlah korban terus bertambah dan tertangkapnya jenis narkotika oleh petugas Bea Cukai di Bandara Internasional dalam jumlah yang banyak. Di samping itu pula aparat kepolisian berhasil menangkap/membongkar jaringan sindikat pengedar tingkat internasional di Hotel berbintang dan tempat-tempat pemukiman penduduk.

16

Sejak diketemukan sampai tahun 1972 jumlah pasien penyalahgunaan narkotika terus meningkat dan Senatorium kewalahan menanganinya. Pada tahun 1972 didirikanlah Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Fatmawati.

(8)

Oleh karena pengawasan peredaran narkotika yang semakin ketat sejak tahun 1999 narkotika masuk ke Indonesia tidak hanya lewat pelabuhan udara tetapi melalui jalur laut dan darat dan dimungkinkan telah beredar ke kota-kota besar dan kecil di Indonesia. Di samping itu pula ada jenis-jenis narkotika yang telah diproduksi secara ilegal.17

Perkembangannya transaksi narkotika di Jakarta tahun 2000 setiap harinya diperkirakan 1,3 milyar rupiah yang diimpor secara gelap dari manca negara.18

2. Lewat orang yang diberi gaji/upah dengan membawa secara langsung yang tersimpan dalam kas/koper yang telah dikemas sampai tidak Sindikat jaringan pengedar sangat dideteksi oleh aparat Bea Cukai. Diperkirakan masuknya narkotika dari mancanegara tidak dapat dituntaskan mengingat adanya negara di Kawasan Asia yang mengandalkan ekspornya dari jenis-jenis narkotika. Di samping itu wilayah Indonesia bertetangga dengan negara Australia yang menjadi negara tujuan pemasaran setelah transit lebih dahulu di bandara internasional di Indonesia, setidaknya waktu transit dimungkinkan pengedar mengupayakan narkotika yang tertinggal.

Berbagai kajian yang dilakukan pemerhati masalah narkotika disimpulkan bahwa pola peredaran narkotika sangat bervariasi yakni:

1. Lewat paket pos yang dikirim dari mancanegara kepada seseorang di negara tujuan dengan menggunakan nama alibi/alias, guna menghindari tertangkapnya si pemesan. Jika barang tersebut lolos dari sensor atau pengawasan aparat, Narkotika yang dalam paket sampai ke tangan pengedar/bandar.

16

Zulkarnain Nasution, dkk, Modul Penyuluhan Klasikal, Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba, GAN Indonesia dan Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara

(PIMANSU), Medan, 2004, halaman 46. 17

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, Gunung Mulia, Jakarta, 1991, halaman 28. 18

(9)

terdeteksi alat sensor di pelabuhan udara.

3. Memperalat wanita Indonesia sebagai isteri dengan tujuan memudahkan keluar masuk Indonesia (orang Nigeria banyak memperisteri wanita Indonesia dan tempat tinggal di permukiman penduduk dan bersifat sosial kepada masyarakat sekitarnya).19

Bentuk-Bentuk Keterlibatan Wanita Dalam Peredaran Narkotika

Kasus peredaran narkotika di Indonesia ini untuk tahun ke tahun cendrung meningkat tajam. Bahkan peningkatan barang yang memabukkan itu pada tahun 2010 telah mencapai lebih dari separuh atau 62,34 persen dari jumlah peredaran tahun 2009.20

Kepala Bagian Represi Badan Narkotika Propinsi Surabaya mengatakan hingga saat ini heroin jenis itu belum ditemukan di Indonesia. Heroin jenis brownsugar dan white crystal itu dibuat di negara negara kawasan Segi Tiga Emas dan Bulan Sabit dan Afganistan. Pasokan barang langka ini terus masuk ke Indonesia dan peredarannya juga tiap tahun terus meningkat. “Untuk pertengahan tahun ini saja kami telah menyita sekitar 2,354 gram

Kuat dugaan, meningkatnya peredaran narkotika itu disebabkan semakin banyaknya sindikat narkotika internasional melakukan pemasokan. Ironisnya narkotika seperti heroin berjenis brownsugar dan white crystal sudah banyak beredar dipasaran, padahal narkotika jenis itu merupakan barang langka di Indonesia.

19

(10)

brownsugar,”21

Direktur IV Tindak Pidana Narkotika dan Kejahatan Terorganisir, Bareskrim Mabes Polri, Brigjen Pol Indradi Thanos menyebutkan, salah satu sindikat pemasok heroin jenis white crystal yakni Mr 2000 alias Ajah Joeseph asal Nigeria yang berhasil ditangkap di depan Mc Donald Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Kamis (21/8) sekitar pukul 21:00 WIB, tengah malam.

Dari operasi dikedua tempat tersebut, polisi berhasil menemukan barang bukti berbagai jenis narkotika seperti 55 paket heroin, 56 butir pil ekstasi, 3 paket ganja kering dan 16 buah jarum suntik. Dalam operasi itu kepolisian juga menemukan heroin jenis brownsugar asal Bulan Sabit dan Afganistan serta heroin berjenis white cristal yang berasal dari kawasan Segi Tiga Emas yakni Laos-Burma-Thailand. Kawasan Segi Tiga Emas ini merupakan salah satu basis penyuplai narkotika untuk Asia.

Direktur Narkotika Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Arman Depari yang ikut melakukan operasi dikedua tempat tersebut menyebutkan ditemukannya narkotika jenis heroin langka di kedua tempat itu telah menunjukkan bahwasanya kawasan Menteng, Tenggulun dan Pegangsaan Timur dan sekitarnya sudah merupakan bagian dari pusat peredaran mafia atau sindikat narkotika internasional.

22

Dari operasi itu, kepolisian menetapkan tujuh orang tersangka yakni

20

C. Plint 1984, “Peredaran Narkoba Semakin Meluas”, http://cplin-1984.blogspot.com,

Diakses tanggal 6 Pebruari 2011. 21

(11)

Ajah Joseph atau Mr.2000 (Nigeria), Bethel Onye Oju atau Boni (Nigeria), Chris (Nigeria) napi LP Cipinang, Dadang (Napi LP Cipinang), Iwan Chandra, Wahyuni A dan Ati Suryani. Selain itu, kepolisian juga berhasil menyita sekitar 100 gram heroin.23 22 Ibidi. 23 Ibid.

Dari tersangka di atas ada dua orang yang berjenis kelamin wanita yaitu Wahyuni A dan Ati Suryani/ Jaringan ini biasanya memperalat para wanita Indonesia untuk dijadikan sebagai kurir untuk mengedarkan barang

haramnya. Pada point ini terlihat bentuk yang dimainkan oleh wanita dalam keterlibatannya dengan peredaran narkotika adalah sebagai kurir semata. Artinya si wanita dalam kapasitas ini diberikan imbalan dalam bentuk sejumlah uang untuk menyampaikan narkotika tersebut dari satu tempat ke tempat lain.

Meski barang bukti hanya 100 gram, tetapi setidaknya kepolisian telah mendapat petunjuk tentang peta jalur perdagangan narkotika dari Afrika Barat ke Indonesia. Petanya itu dari Pakistan ke India lalu Malaysia baru ke

Indonesia, mereka menggunakan jalur udara dan memasok sekitar 9 sampai 10 kilogram heroin per minggu. Pasokannya dari Segitiga Emas dan Afghanistan. Kalau dulu modusnya dari Myanmar ke China baru ke Indonesia.Tapi sekarang mereka memakai jalur baru lewat Kamboja dan Vietnam.

(12)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilihat bahwa bentuk utama keterlibatan wanita dalam peredaran narkotika adalah sebagai kurir narkotika semata.

Menurut Sulistyowati Irianto, perempuan yang biasa dipilih oleh warga negara asing untuk dijadikan kurir narkotika, dan akhirnya dilibatkan dalam kejahatan narkotika adalah: muda usia, tingkat ekonomi rendah, pendidikan rata-rata Sekolah Menengah Atas. Perempuan-perempuan itu dikencani untuk waktu yang lama, dinikahi, dipenuhi kebutuhan materinya, dan dibuat agar timbul keterikatan dan ketergantungan.

Selain dihadapkan pada kondisi di atas pada beberapa kasus juga ditemukan wanita Indonesia yang bepergian ke luar negeri, dan tatkala pulang kembali ke Indonesia dijadikan sebagai kurir narkotika tanpa diketahui si wanita itu sendiri. Dalam kasus ini dimisalkan wanita Indonesia pergi ke Thailand. Tatkala di Thailand ia berkenalan dengan seorang warga Thailand.

24

Keterlibatan perempuan dalam pengedarkan narkotika berkaitan dengan posisi tawar perempuan yang sangat rendah terhadap laki-laki (pacar atau suami, dan komplotannya). Karena ancaman kekerasan, perempuan tidak kuasa menolak permintaan suami atau pacar. Atau, karena perempuan itu

membutuhkan uang, atau sudah dipenuhi segala kebutuhan materinya, dengan kata lain dibuat menjadi tergantung, maka perempuan tidak mampu menolak permintaan laki-laki.

(13)

Tatkala si wanita akan pulang ke Indonesia, wanita tersebut dititipi barang orang warga Thailand tersebut yang menjelaskan bahwa barang titipan tersebut adalah contoh kosmetik yang akan di pasarkan di Indonesia. Si wanita dibujuk agar membawanya dengan menjanjikan pembagian keuntungan.

Barang titipan yang menurut penitipnya adalah kosmetika ternyata adalah narkotika. Maka dalam kondisi ini si wanita telah menjadi korban dari sindikat pengedaran narkotika tanpa diketahui si wanita itu sendiri.

Bentuk lainnya dalam kaitannya dengan keterlibatan wanita dalam peredaran narkotika adalah total menjadi kegiatan pengedaran tersebut sebagai suatu mata pencaharian dalam pemenuhan ekonominya. Selain difungsikan untuk pemenuhan ekonomi maka kegiatan pengedaran narkotika oleh wanita sangat dimungkinkan bahwa si wanita tersebut adalah juga sebagai pemakai. Sehingga dalam melakoni kegiatannya sebagai pemakai ia juga melakukan kegiatan pengedaran narkotika itu sendiri.

Hal-hal yang tidak pernah diperhitungkan oleh para perumus hukum adalah konteks sosial bagaimana suatu tindak kriminal berkaitan dengan narkotika itu terjadi. Berkembangnya kejahatan dalam masyarakat tidak pernah bisa dikejar oleh hukum, dalam hal ini adalah kejahatan dan kekerasan yang semakin canggih, yang antara lain menjadikan wanita sebagai pelaku atau korban. Hampir tidak pernah terpikirkan oleh para penegak hukum, bahwa

24

Sulistyowati Irianto, Kriminal Atau Korban, (Studi tentang Perempuan dalam Kasus

(14)

keterlibatan perempuan dalam perdagangan narkotika, adalah berkaitan dengan masalah kekerasan yang menempatkan perempuan sebagai korban. Di samping itu, barangkali juga tidak pernah terbayangkan oleh para penegak hukum, bahwa terlibatnya perempuan dalam perdagangan narkotika, merupakan bagian dari fenomena lain yang lebih luas, yaitu masalah perdagangan perempuan.

Masalah ini sekarang sangat merebak, bahkan menyita perhatian (lembaga-lembaga) internasional. Ciri-ciri yang memperlihatkan adanya

overlapping antara modus pengedaran narkotika melalui perempuan; dengan

perdagangan perempuan adalah adanya penipuan, jebakan, pemasungan kebebasan, dan pemindahan.

Dalam hal ini koreksi yang seharusnya dilakukan melalui perubahan

25

Memang dalam masalah perdagangan perempuan (dan anak perempuan) yang skalanya luas itu, ditenggarai bahwa perempuan korban antara lain dijadi-

kan sebagai pengedar narkotika, di samping sebagai pekerja seks (paling banyak), budak, dan perdagangan organ tubuh.

Kesulitan yang lebih mendasar adalah, adanya azas legalitas dalam hukum pidana yang harus dipegang secara sangat ketat oleh para penegak hukum, sehingga sulit bagi mereka untuk mengadakan penafsiran secara agak lain. Azas legalitas menuntut pendefinisian yang sangat jelas mengenai suatu perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan atau kriminal. Tujuannya adalah agar tidak salah dalam menghukum orang, dan inilah yang dilihat oleh Pendekatan hukum berperspektif perempuan sebagai: hukum pidana melindungi pelaku, bukan korban.

25

(15)

atau reformasi di bidang hukum pidana (substansi hukum) ke arah yang lebih bersahabat kepada perempuan, hampir tidak pernah terjadi. Padahal, rumusan atau substansi hukum pidana yang kaku itu tidak sesuai lagi dengan tuntutan jaman, karena perempuan yang merupakan separuh lebih dari jumlah penduduk mengharapkan keadilan. Hal-hal yang pada masa lalu tidak dipikirkan sebagai kejahatan bagi perempuan, sekarang ini sudah dirasakan sebagai suatu pelanggaran terhadap hak asasi manusia (perempuan), karena pengalaman-pengalaman perempuan semakin muncul ke permukaan.

Bila terjadinya perubahan substansi hukum sulit dilakukan, maka munculnya terobosan-terobosan dari para penegak hukum sangat diharapkan. Koreksi terhadap kekakuan hukum pidana sebenarnya dapat diatasi melalui adanya putusan-putusan pengadilan yang lebih ramah kepada perempuan. Perlu dipahami oleh para penegak hukum, bahwa berempati kepada perempuan dengan pengalaman–pengalamannya yang berbeda, bukanlah suatu dosa dalam penegakan hukum.

Referensi

Dokumen terkait

dan nilai Anti-image Correlation variabel- variabel yang diuji diatas 0,5. Pada analisis selanjutnya dari variabel- variabel preferensi konsumen dalam memilih buah durian,

(2) Mendeskripsikan karakteristik kompetensi guru program keahlian teknik pemesinan di SMK Binawiyata Kabupaten Sragen, dan (3) Mendeskripsikan karakteristik tata

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepribadian terhadap kepuasan kerja pegawai Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Karo.. Ada

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 11 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan kesehatan pada pusat

This research was aimed at proving that team word-webbing was effective for teaching narrative writing at the eighth grade students of SMP Negeri 2 Jeruklegi in

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan

SimNasKBA-2011 , bahwa dengan segala keterbatasan tersebut Insha Allah dapat melaksanakan SimNasKBA ini dengan sukses, yang tentu saja semua itu atas bantuan Panitia SimNasKBA dari

Salah satu ketentuan yang dianggap dapat digunakan untuk menjerat prostitusi dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan