• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amelya Larasati,Zainuddin, Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pend. Fisika FKIP UniversitasLambungMangkuratBanjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Amelya Larasati,Zainuddin, Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pend. Fisika FKIP UniversitasLambungMangkuratBanjarmasin"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN MENGGUNAKAN

METODE PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PENGAJARAN

LANGSUNG PADA MATERI SUHU DAN PERUBAHANNYA

PADA SMP NEGERI 5 BANJARMASIN

Amelya Larasati ,Zainuddin, Andi Ichsan Mahardika

Program Studi Pend. Fisika FKIP UniversitasLambungMangkuratBanjarmasin larasatilya@gmail.com

Abstrak : Bahan ajar yang biasanya dilakukan oleh guru belum maksimal yang hanya menggunakan bahan ajar yang seadanya dan penugasan individu. Maka dari itu, Siswa menjadi malas belajar fisika serta rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu dilakukan penelitian bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar dengan metode pemecahan masalah pada materi suhu dan perubahannya untuk siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Banjarmasin. Secara khusus peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan ; (1) kevalidan bahan ajar , (2) kepraktisan bahan ajar , (3) keefektifan bahan ajar. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pengajaran langsung. Peneliti ini termasuk penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan perangkat Dick and Carey. Data diperoleh melalui tes hasil belajar, keterlaksanaan RPP dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kevalidanbahan ajarcukup valid, atau dapat digunakan namun perlu direvisi kecil, (2) Kepraktisan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan keterlaksanaan RPP adalah terlaksana sangat baik. (3) keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar adalah berkategori medium (efektif) .Diperoleh simpulan bahwa bahan ajarpada materi suhu dan perubahannya pada SMP Negeri 5 Banjarmasin layak digunakan.

Kata kunci : bahan ajar, pengajaran langsung, pemecahan masalah, suhu dan perubahannya.

DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIALS BY USING MODEL RESOLUTION ON LIVE ON TEACHING MATERIALS ON TEMPERATURE

AND AMENDMENTS AT JUNIOR HIGH SCHOOLS 5 BANJARMASIN

Abstract : Teaching materials are usually performed by teachers is not maximized using only a makeshift teaching materials and individual assignments. Therefore, students become lazy to study physics and the low level of student learning outcomes. Therefore the research aims to develop teaching materials with troubleshooting methods on material temperature and amendments to the seventh grade students atjunior high schools 5 banjarmasin.Specifically researchers aim to describe; (1) the validity of teaching materials, (2) the practicality of teaching materials, (3) the effectiveness of teaching materials. The learning method used is the direct teaching method. These researchers including research development refers to the development of the model of Dick and Carey. Data obtained through achievement test, materialized RPP and documentation. Data were analyzed descriptively qualitative and quantitative. The results showed that: (1) the validity of instructional materials is quite valid, or can be used but need to be revised small, (2) Practicality teaching materials developed by accomplished RPP is very well done. (3) the effectiveness of the learning device that was developed based on the

(2)

results of learning are categorized as medium (effective) It can be concluded that the material ajarpada material temperature and changes in Junior High School 5 Banjarmasin fit for use.

Keywords: teaching materials, direct instruction, problem solving, Temperature And Amendments

PENDAHULUAN

Dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20, tahun 2003, pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban kehidupan bangsa. IPA menurut Departemen Pendidikan Nasional ”Studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Suyidno,2012).

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk

memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2006 ).

Bahan ajar yang ada di SMP Negeri 5 Banjarmasin hanya menggunakan bahan ajar yang disediakan oleh pemerintah berupa penjelasan mata pelajaran fisika yg terlalu ringkas dan susahdipahami oleh siswa itu sendiri. Dalam proses pembelajaran di kelas guru cenderunghanya melakukan penjelasan dan penugasan terhadap siswa.Banyak siswa yang mengeluh tentang pelajaran fisika sehingga hasil belajar siswa itu tersebut rendah. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa kurang diajarkan bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan metode pemecahan masalah.

Pemecahan masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,

(3)

akan tetapi melalui problem solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Problem solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpamasalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.

Agar siswa terlatih melakukan penyelesaian masalah, maka siswa harus dibimbing oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan model pengajaran langsung dengan metode pemecahan masalah. Diharapkan dengan kolaborasi antara model dan tujuan tersebut siswa mampu memecahkan persoalan fisika dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dikembangkan bahan ajar menggunakan metode problem solving dalam model pengajaran langsung. Adapun rumusan masalah secara umum yaitu “Bagaimanakah kelayakan bahan ajar dengan metode pemecahan masalah yang dikembangkan untuk siswa SMP Negeri 5 Banjarmasin ditinjau dari kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan?”. Sedangkan tujuan dalam penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar dengan metode pemecahan masalah yang layak digunakan untuk siswa SMP Negeri 5 Banjarmasin.

KAJIAN PUSTAKA

Menurut National Centre for Competency Based Training (Prastowo, 2013), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak tertulis.

Bahan ajar merujuk pada segala sesuatu yang digunakan guru atau siswa untuk memudahkan belajar, untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya. Sedangkan pengembangan bahan ajar adalah apa yang dilakukan penulis, guru, atau siswa untuk memberikan sumber masukan berbagai pengalaman yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran (Tomlison dalam Emzir, 2012).

Menurut The National Science Teachers Assoaciation (NSTA) tahun 1985, pemecahan masalah meupakan kemampuan yang sangat penting yang harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Pemecahan masalah adalah hasil aplikasi pengetahuan dan prosedur kepada situasi masalah. Ada empat tingkatan dalam pemecahan masalah ,yaitu: (1) definisi masalah, (2) seleksi informasi yang tepat, (3) penggabungan bagian-bagian informasi yang terpisah-pisah, dan (4) menilai pemecahan masalah (Suyidno, 2012).

(4)

Metode problem solving (metode memecahkan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Pengajaran langsung disebut juga pembelajaran berpusat pada guru, karena hampir semua keputusan pembelajaran ditentukan oleh guru dan tingkat otonomi siswa yang rendah. Model pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center dimana siswa belajar secara langsung dari demonstrasi guru untuk mencapai hasil belajar pengetahuan deklaratif dan keterampilan prosedural. Guru yang menggunakan model pengajaran langsung memberikan kesempatan dan waktu belajar yang sama bagi peserta didik dan peserta didik akan memiliki kemampuan yang maksimal sehingga erat hubungannnya dengan konsep ketuntasaan belajar (Refiana dkk, 2016). Selain itu model pengajaran langsung ditujukan pula untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memeberi informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah (Trianto, 2009).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan karena mengembangkan perangkat pembelajaran fisika SMP kelas VII pada materi suhu dan perubahan.Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 5 Banjarmasin yang beralamat di Jalan Belitung Darat Kecamatan Banjar Barat Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan, dengan status sekolah negeri berstandar nasional. Penelitian dimulai pada bulan september 2014 dan berakhir pada bulan januari 2017.

Produk pembelajaran langsung dengan metode pemecahan masalah berupa, yaituRPP dikembangkan berdasarkan pada model pembelajaran langsung, Materi ajar yang mengacu pada buku paket pegangan guru dan siswa serta buku sumber yang lain, yang mengandung materi suhu dan pemuaian, LKS yang dikembangkan sendiri dan dari buku sumber yang relevan, serta THB dikembangkan sendiri dan dari buku sumber yang mendukung.

Data hasil validasi bahan ajar yang direkam dengan instrumen validasi bahan ajar berupa RPP, materi ajar, LKS, dan THB dianalisis secara deskriptif dan kuantitati. Penelitian ini passing grade adalah skor rerata dari dua orang validator yaitu akademisi dan praktisi. Kesesuaian kriteria penilaian

(5)

validasi bahan ajar pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Kriteria validasi bahan ajar

No. Rentang Skor Kriteria

1 3,25 ≤ x ≤ 4 Sangat baik

2 2,5 ≤ x ≤ 4 Baik

3 1,75 ≤ x ≤ 2,5 Cukup

4 1 ≤ x ≤ 1,75 Kurang

(Widoyoko, 2013) Kepraktisan bahan ajar dilihat dari

keterlaksanaan RPP yang diamati oleh dua orang pengamat yang sudah dilatih untuk memberikan penilaian skor yang berdasarkan kritea penilaian pengamatan dan memberikan saran. Kritea penilaian kepraktisan bahan ajar dapat dilihat dari keterlaksanaan RPP pada Tabel 1.

Test hasil belajar siswa melalui pretest-posttest dapat dianalisis dengan menggunakan uji gain Meltzer dalam

(Tawil, 2013) yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

g =𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡−𝑆𝑝𝑟𝑒 𝑆𝑚𝑎𝑥−𝑆𝑝𝑟𝑒

Ket : g = skor nilai uji gain Spost = skor nilai posttest

𝑆𝑝𝑟𝑒 = skor nilai pretest

𝑆𝑚𝑎𝑥 = skor nilai maksimal yang dapat diperoleh

Hasil uji gain selanjutnya dapat dikelompokkan dalam tiga kategori pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Kategori skor nilai uji gain No. Rentang skor uji gain Kategori

1 g > 0,7 High (sangat efektif)

2 0,3 ≤ g ≤ 0,7≤ Medium ( efektif)

3 g < 0,3 Low (kurang efektif)

(Tawil, 2013: 5) HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini dikembangkan produk bahan ajar pembelajaran fisika (IPA Terpadu) melalui model pembelajaran langsung yang terdiri dari

rencana pelaksanaan pembelajaran, materi ajar, lembar kegiatan siswa, dan tes hasil belajar. Berikut ini adalah hasil validasiRPP,LKS,THB dan bahan ajar yang telah divalidasi oleh validator. Tabel 3 . Reliabilitas

Perangkat Reliabilitas Kategori

Rpp 0,99 Baik

LKS 0,99 Baik

THB 0,96 Baik

Bahan ajar 0,99 Baik

(1)

(6)

Bahan ajar yang dikembangkan setelah divalidasi, disimulasi selanjutnya dilaksanakakan ujicoba pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Banjarmasin . Adapun analisis pelaksanaan kegiatan

ujicoba kelas pada tiap pertemuan. Berikut ini adalah tabel keterlaksanaan RPP dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga.

Tabel4. Keterlaksanaan Rpp RPP Reliabilitas Kategori Terlaksana

I 0,99 Tinggi baik

II 0,98 Tinggi baik

III 0,99 Tinggi baik

Hasil belajar siswa yang berhubungan dengan bukuajar suhu dan perubahannya diukur menggunakan THB-Produk. Analisis tes hasil belajar

dilakukan pretest dan posttest yang dianalisis dengan uji gain pada setiap siswa disajikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 5. Uji Gain siswa kelas VII E

indeks gain Kategori Jumlah Siswa

g > 0,7 High ( sangat efektif) 1 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Medium (efektif) 21

g < 0,3 Low (rendah) 10

Tabel 5 menunjukkan bahwa 21 siswa dikategorikan sedang (medium) dan hanya 1 siswa dikategorikan tinggi (high) serta 10 siswa dikategorikan rendah (low). Hal ini menunjukkan bahwa pada kategori high adalah sangat efektif dan pada kategori medium adalah efektif.

RPP ini mengacu dengan 3 kali pertemuan pada materi suhu dan perubahannya dengan model pengajaran langsung melalui metode Pemecahan

masalah. Pada pertemuan pertama membahas materi suhu dan termometer, pertemuan kedua membahas skala termometer, dan pertemuan ketiga membahas perubahan akibat suhu (Pemuaian).hasil penilaian validasi rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi aspek format RPP, isi RPP, dan bahasa.

Pertama, aspek penilaian indikator dan tujuan pembelajaran yang meliputi menggunakan kurikulum 2013, sistem

(7)

penomoran jelas, jenis dan ukuran huruf sesuai,kesesuaian ruang tata letak dan teks isi RPP seimbang. Pada aspek ini diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori baik. Kedua, aspek penilaian kegiatan pembelajaran, yaitu bahasa yang meliputi bahasa yang sesuai dengan kaidah, sederhana,istilah yang mudah dimengerti, tidak menimbulkan tafsiran ganda, daftar pustaka. Pada aspek ini memperoleh rata-rata 3,2 dengan kategori baik. Ketiga, aspek isi RPP yang meliputi tujuan,materi ajar,kegiatan pembelajaran, perangkat pendukung, dan alokasi waktu. Pada aspek ini memperoleh rata-rata 2,93 dengan kategori baik.

Hasil analisis diatas menyatakan RPP pada dalam kategori valid, dapat digunakan dengan revisi kecil dengan reliabilitas pada validasi RPP adalah 0,99 dengan derajat reliabilitas tinggi. Hasil analisis diatas menyatakan secara keseluruhan RPP layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran berorientasi problem based learning untuk siswa kelas VII pada materi suhu dan perubahan.

Berdasarkan hasil penilaian dari setiap kategori RPP yang dikembangkan dapat dijadikan panduan guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar dengan

lingkungan yang kondusif dan menyenangkan yang sesuai strategi peembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Hal ini dikarenakan RPP yang dibuat dan dikembangkan disesuaikan dengan komponen Permendiknas No. 41 tahun 2007 dan Urutan sistematika RPP menurut Permendikbud No. 81A Tahun 2013.Hal ini menunjukkan bahwa RPP dapat dikatakan valid dan layak setelah melakukan perbaikan untuk diujicobakan di kelas dan layak digunakan sebagai panduan bahan ajar bagi guru dalam melaksanakan kurikulum 2013.

LKS ini mengacu dengan 3 kali pertemuan pada materi suhu dan perubahannya dengan model pengajaran langsung melalui metode Pemecahan masalah. Pada pertemuan pertama membahas materi suhu dan termometer, pertemuan kedua membahas skala termometer, dan pertemuan ketiga membahas perubahan akibat suhu (Pemuaian).

Hasil penilaian validasi LKS meliputi aspek format LKS, bahasa, dan isi LKS. Pertama, aspek penilaian indikator dan tujuan pembelajaran yang meliputi rumus tujuan LKS, sistem penomoran jelas, jenis dan ukuran huruf sesuai,kesesuaian ruang tata letak, teks dan ilutrasi,prosedur kegiatan, ringkasan / kesimpulan materi, kualitas cetakan.

(8)

Pada aspek ini memperoleh rata-rata 2,94 dengan kategori baik.

Kedua, aspek bahasa meliputi bahasa dengan sesuai kaidah,sederhana, sesuai dengan taraf berpikir, dan tidak menimbulkan tafsiran ganda. Pada aspek ini memperoleh rata-rata 3,12 dengan kategori baik.Ketiga, aspek isi LKS yang meliputi sesuai dengan kurikulum 2013, relevan dengan fase DI, konsep materi, kebenaran prinsip, prosedur/metode LKS, sesuai dengan tujuan RPP dan LKS,ilustrasi dengan konsep, ransangan secara visual, pengalaman belajar, pengalaman belajar dalam LKS, mengandung karateristik, dan komponen 5M.pada aspek ini memperoleh rata-rata 2,92 dengan kategori baik.Dari hasil valid LKS disimpulkan pada tabel 3 di pertemuan pertama memililiki reabilitas yang tinggi dengan 0,99.

Tes hasil belajar ini digunakan pada siswa di awal dan akhir pertemuan (pre test-post test). Soal tes hasil belajar ini berjumlah 7 soal dalam bentuk essay. Masing-masing memiliki ranah kognitif C1, C2, dan C3. Berdasarkan hasil analisis soal dinyatakan jelas, penskoran jelas, cetakan baik, jenis ukuran huruf yang sesuai, desain dan kesesuaian ruang tata letak, objek dalam memberikan hasil

penguku-ran,kepraktisan instrumen, serta waktu yang sesuai. Memiliki rata-rata 3,18 dengan kategori baik dan memiliki reabilitas yang tinggi 0,96.

Buku ajar ini digunakan sebagai siswa sebagai buku pendamping pada saat penelitian berlangsung.buku ajar ini bermateri suhu dan perubahannya dengan sub pokok suhu dan termometer, skala termometer, dan perubahan akibat suhu (pemuaian). Pada aspek pertama yaitu, format buku siswa memiliki rata-rata 3,22 dengan kategori baik. Aspek kedua yaitu, bahasa memiliki rata-rata 3,12 dengan kategori baik. Aspek ketiga yaitu, isi buku siswa memiliki rata-rata 3,11 dengan kategori baik. Aspek keempat yaitu, penyajian memiliki rata-rata 3,08 dengan kategori baik. Aspek kelima yaitu, pengintegrasian memiliki rata-rata 2,7 dengan kategori baik. Aspek keenam yaitu, manfaat dan kegunaan buku memiliki rata-rata 3 dengan kategori baik. Memiliki reabilitas yang tinggi 0,99.

RPP memiliki 3 kali pertemuan masing-masing dengan alokasi waktu (2x 45) menit dengan sub pokok bahasan yang berbeda.Pada pertemuan pertama membahas suhu dan termometer yang diawali dengan kegiatan pendahuluan dengan fase 1 mempersiapkan siswa dan menyampaikan tujuan memiliki rata-rata

(9)

2,78 dengan kategori baik. Kegiatan inti dengan fase 2 mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan memiliki rata-rata 2,5 dengan kategori baik, fase 3 memberikan latihan terbimbing memiliki rata-rata 3 dengan kategori baik, fase 4 mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik memiliki rata-rata 3 dengan kategori baik dan fase 5 memberikan latihan lanjutan dengan rata-rata 3 dengan kategori baik. Kegiatan penutup memiliki rata-rata 3 dengan kategori baik. Memiliki reabilitas yang tinggi dengan 0,99.

Pada pertemuan kedua membahas skala termometer yang diawali dengan kegiatan pendahuluan dengan fase 1 mempersiapkan siswa dan menyampaikan tujuan memiliki rata-rata 3,37 dengan kategori baik. Kegiatan inti dengan fase 2 mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan memiliki rata-rata 3,3 dengan kategori baik, fase 3 memberikan latihan terbimbing memiliki rata-rata 3,5 dengan kategori baik, fase 4 mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik memiliki rata-rata 2,83 dengan kategori baik, dan fase 5 memberikan latihan lanjutan memiliki rata-rata 3,16 dengan kategori baik. Kegiatan penutup memiliki rata-rata 1,75 dengan kategori cukup baik. Memiliki reabilitas yang tinggi dengan 0,98.

Pada pertemuan ketiga membahas perubahan akibat sushu (pemuaian) yang diawali dengan kegiatan pendahuluan dengan fase 1 menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa memiliki rata-rata 2,87 dengan kategori baik. Kegiatan inti dengan fase 2 mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan memiliki rata-rata 3,14 dengan kategori baik, fase 3 memberikan latihan terbimbing memiliki rata-rata 3,16 dengan kategori baik, fase 4 mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik memiliki rata-rata 2,75 dengan kategori baik, dan fase 5 memberikan latihan lanjutan memiliki rata-rata 3 dengan kategori baik Kegiatan penutup memiliki rata-rata 3 dengan kategori cukup baik, dengan kategori baik. Memiliki reabilitas yang tinggi dengan 0,99.

Efektivitas perangkat pembelajaran dinilai dari tes hasil belajar siswa terbagi dua yaitu pretest dan posttest yang kemudian dihitung dengan uji gain pada saat awal dan akhir pembelajaran. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji gain dapat dilihat pada tabel 5 terlihat ada 10 siswa dalam kategori low atau kuang efektif( rendah), 11 siswa dalam kategori medium atau (sedang) cukup efektif, dan 1 siswa dalam kategori high atau tinggi (efektif) atau efektif, 4 orang siswa tidak termasuk dalam penilaian yaitu diantaranya 1. Beberapa siswa

(10)

dalam kategori low, hal ini dikarenakan memang siswa-siswa tersebut kurang memperhatikan, tidak paham atau malas saat pembelajaran.

Suyidno (2012) penilaian adalah proses memberikan atau mentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu . penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil rangkuman. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian Amrita dkk (2016) menyatakan bahwa model pengajaran langsung dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuam siswa dalam

menyelesaikan soal.

Jadi pembelajaran bahan ajar dengan metode pemecahan masalah ini cukup efektif untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan untuk siswa SMA kelas VII pada materi suhu dan perubahan.

SIMPULAN

Kelayakan bahan ajar yang dikembangkan berkategori layak

digunakan. Hal ini didukung oleh kevalidan yaitu sebagai berikut :

1) Kevalidan bahan ajar dengan metode pemecahan masalah melalui pengajaran langsung yang dikembangkan pada sub pokok suhu dan perubahannya valid dan dapat digunakan dengan revisi kecil.

2) Kepraktisan bahan ajar dengan metode pemecahan masalah melalui pengajaran langsung yang dikembangkan berdasarkan keterlaksanaan RPP pada pokok

pembahasan suhu dan

perubahannya adalah terlaksana sangat baik.

3) Keefektifan bahan ajar dengan metode pemecahan masalah melalui pengajaran langsung yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar berkategori medium atau efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Amrita, P. D., Jamal, M. A., & Misbah, M. M. (2016). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Melalui Model Pengajaran Langsung Pada Pembelajaran Fisika Di Kelas X MS 4 SMA Negeri 2 Banjarmasin. Berkala

Ilmiah Pendidikan Fisika,4(3),

304-316. Diakses 15 November 2016 Emzir. (2012). Metodologi Penelitian

(11)

Kuantitatif. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

http://tikatiwiberbagitentangfisikabl ogspot.com. Diakses, 11 Januari 2016.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Roesdakarya.

Prastowo, A. (2013). Panduan Kreatif Bahan Ajar Inovatif. Jogyakarta: Diva Press.

Ratumanan, T.G dan Laurens. (2003). Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Unesa Press.

Refiana, R., Jamal, M. A., & Hartini, S. (2016). Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa Kelas X MS3 Sman 2 Banjarmasin Pada Materi Gerak Melingkar Melalui Pengajaran Langsung Bermetode Pemecahan

Masalah. Berkala Ilmiah

Pendidikan Fisika,4(1), 84-95.

Diakses, 15 November 2016

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.

Suyidno & Jamal, M.A. (2012). Metodologi Penelitian. Banjarmasin : Unlam.

Suyidno. (2012). Modul Penilaian Hasil Belajar dan RPP. Banjarmasin : Tidak dipublikasikan.

Suyidno,. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin : P3AI Unlam.

Tawil, M & Bunga dara Amin. (2013). Portfolio-Based Physics Learning Model To Improve Critical Thinking Skills. International Journal of Education and Research. 1( 9): 1-8.

TIM Pekerti. (2007). Panduan Silabus dan RPP. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : PT.Bumi Askara

Trianto. (2010).Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT. Bumi Askara.

Widoyoko, E. P. (2013). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakrta: Pustaka Belajar.

Gambar

Tabel 2.  Kategori skor nilai uji gain  No.  Rentang skor uji gain  Kategori
Tabel 5.  Uji Gain siswa kelas VII E

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi teknik pembelajaran kolaboratif dengan variasi media dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Kalijambe, baik dalam ranah kognitif

Menurut Todar (dalam Fajriah 2010), bahwa bakteri asam laktat pada pertumbuhan awal akan menggunakan gula sederhana (monosakarida) sebagai sumber energi sampai semua

Panliten Tindakan Kelas (PTK) iki ditindakake ing klas IX A SMPN 3 Kedungwaru Tulungagung kang ditindakake kanthi 2 siklus , lan saben sikluse 2 jam pasinaon. Panliten

a) kedudukan Tim seleksi sebagai penyelenggara Seleksi terbuka ditiadakan dan tetap menggunakan Baperjakat sebagai penyelenggara Seleksi terbuka pada tingkat

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa RPP dan LKPD matematika dengan penerapan pembelajaran berdasarkan masalah pada materi prisma

Kesaksian yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan, Jumhur ulama telah bersepakat tentang masalah ini seperti melahirkan, haid, cacat seorang perempuan yang ada

Menurut penelitian dari Kristianto (2013) tentang “ Studi Numerik Pengaruh Convergency Promoters (CP’s) terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas dengan l/D = 0,15

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) berlokasi di SDN 007 Kunto Darussalam, yang ditujukan pada guru-guru. Adapun alasan utamanya adalah