• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ditulis pada lembar pengamatan. Motivasi menulis yang diamati mengacu pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ditulis pada lembar pengamatan. Motivasi menulis yang diamati mengacu pada"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

73 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi Awal Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Menulis Untuk mengetahui motivasi menulis siswa dalam pembelajaran dapat diketahui dari hasil observasi dan angket. Melalui observasi, motivasi menulis ditulis pada lembar pengamatan. Motivasi menulis yang diamati mengacu pada pendapat Wena (2011: 33-34) dengan penyederhanaan seperlunya. Aspek yang diamati adalah (1) keantusiasan, (2) perhatian, (3) keaktifan dan (4) rasa ingin tahu.

Pada kondisi awal, sebagian siswa dalam mengikuti pembelajaran bersikap cukup baik. Siswa melipat kedua tangan dan meletakkannya di meja. Pandangan siswa menghadap ke depan, tetapi pandangannya kosong. Ada juga siswa yang sejak awal meletakkan kepalanya dimeja tanpa semangat sedikitpun. Perhatian siswa juga rendah, karena siswa tidak bisa menjawab pertanyaan guru tentang materi pelajaran. Dalam pembelajaran siswa kurang aktif, hal ini tampak ketika siswa diminta untuk membacakan contoh teks percakapan yang ada dibuku teks, siswa berdiam diri. Rasa ingin tahu siswa masih rendah, hal ini tampak ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya, tidak ada satupun siswa yang bertanya.

Berdasarkan hasil observasi pada kondisi awal, dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa kelas IV SD Negeri Kumesu 01 dalam menulis teks percakapan termasuk dalam kategori rendah dengan nilai rata-rata 6,7.

(2)

commit to user

74

Berdasarkan lembar pengamatan, dapat disajikan hasil motivasi dalam tabel berikut.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Motivasi Menulis Berdasarkan Lembar Pengamatan (Pratindakan)

No Skor Jumlah siswa

1 Rendah = 4-6 6 (46,1%)

2 Cukup = 7-9 5 (38,46%)

3 Tinggi =10-12 2 (15,38%)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui motivasi menulis dengan skor rendah ada enam siswa, motivasi menulis dengan skor cukup ada lima siswa, dan motivasi dengan skor tinggi ada dua siswa.

Dari tabel data motivasi tersebut, dapat disajikan dalam bentuk diagram lingkaran sebagai berikut.

Gambar 1.

Diagram Motivasi Menulis Siswa (Pratindakan)

(3)

commit to user

75

Selain dengan observasi, motivasi menulis dapat diketahui pula melalui angket yang diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian. Angket penilaian motivasi menulis ini bertujuan untuk mengetahui perhatian, sikap, nilai dan pengalaman siswa dalam menulis. Dari angket dapat diketahui hasil sebagai berikut. Sembilan siswa memilih menulis merupakan pelajaran yang sulit, dan empat siswa memilih tidak. Tiga siswa memilih setiap pelajaran menulis saya merasa senang dan sepuluh siswa memilih merasa tidak senang. Sebelum menulis siswa menentukan tema dipilih oleh tiga orang sedangkan yang sepuluh memilih tidak menentukan tema sebelum menulis. Sebanyak tiga siswa memilih menyusun kerangka sebelum menulis dan sepuluh siswa memilih tidak menyusun kerangka sebelum menulis. Empat siswa memilih menggunakan kata-kata kesopanan berupa unggah-ungguh bahasa Jawa saat berbicara dengan yang lebih tua, sedangkan sembilan orang memilih tidak. Delapan siswa memilih sulit menggunakan ejaan yang disempurnakan dalam menulis dan lima siswa memilih tidak mengalami kesulitan.

Dalam mengembangkan paragraf, semua siswa memilih mengalami kesulitan. Empat siswa memilih mengoreksi kembali tulisan setelah selesai menulis dan sembilan lainnya memilih tidak mengoreksi kembali hasil tulisan. Selanjutnya cara guru menjelaskan pelajaran kurang menarik dipilih oleh delapan siswa dan lima siswa yang lain memilih tidak dengan kata lain guru sudah menjelaskan pelajaran dengan cukup menarik. Pertanyaan yang terakhir yaitu nilai saya selalu memuaskan dalam pembelajaran menulis dipilih oleh tiga siswa, sedangkan sepuluh siswa yang lain memilih tidak.

(4)

commit to user

76

2. Kondisi Awal Keterampilan Menulis Teks Percakapan

Sebelum tindakan kelas dilaksanakan, langkah yang ditempuh peneliti adalah mengetahui kondisi awal kemampuan siswa dalam menulis teks percakapan. Data ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara antara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri Kumesu 01, Kecamatan Reban, Batang. Hasil menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks percakapan siswa masih rendah. Penilaian menulis ini mengacu pada pendapat Nurgiyantoro (2010: 441-442). Komponen yang dinilai meliputi isi, organisasi, kosakata, bahasa dan mekanik.

Pada komponen isi, hasil menulis teks percakapan siswa belum mencerminkan substansi tema. Isi teks percakapan masih mengambang, pengembangan tema kurang jelas dan kurang tuntas. Pada komponen organisasi, ekspresi siswa kurang lancar, gagasan masih kacau, terpotong-potong dan urutan kurang logis. Pada komponen kosakata, masih banyak ungkapan dan pilihan kata yang kurang tepat. Pada komponen penggunaan bahasa, konstruksi kalimat masih banyak yang salah dan makna membingungkan. Beberapa kalimat juga tidak efektif. Pada komponen mekanik, masih banyak ejaan yang kurang tepat. Dalam penggunaan ejaan, masih ditemukan penggunaan huruf kapital yang salah, kata depan dan kata awalan yang masih tumpang tindih, dan tanda baca yang kurang tepat.

Hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran menulis teks percakapan pada pratindakan masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 55, sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan adalah 63. Pada kondisi awal, siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM hanya 4 siswa dengan rentang nilai 63-73.

(5)

commit to user

77

Gambaran tersebut menunjukkan kemampuan menulis teks percakapan siswa kelas IV belum memenuhi tujuan pembelajaran menulis teks percakapan bahasa Jawa. Hal ini diketahui dari hasil menulis teks percakapan siswa yang dikumpulkan pada saat pelaksanaan pratindakan. Berdasarkan perolehan nilai kemampuan menulis teks percakapan, maka disajikan tabel distribusi frekuensi nilai berikut ini.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Nilai Menulis Teks Percakapan (Pratindakan)

Nilai Jumlah Siswa

40-45 3 (23,07%)

46-51 2 (15,38%)

52-57 3 (23,07%)

58-63 5 (38,46%)

Data yang sudah disusun dalam tabel distribusi tersebut. Kemudian disusun ke dalam diagram batang. Sumbu mendatar menyatakan kelas interval, dan sumbu tegak menyatakan frekuensi. Data yang ditulis pada sumbu mendatar adalah batas-batas kelas interval.

(6)

commit to user

78 Gambar 2. Diagram Batang

Nilai Keterampilan Menulis Teks Percakapan (pratindakan)

Kurang berhasilnya pembelajaran menulis teks percakapan di kelas IV SD Negeri Kumesu 01 disebabkan karena guru belum menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Guru belum mengorganisasikan proses pembelajaran di kelas dengan runtut dan terstruktur karena ketiadaaan model pembelajaran yang guru aplikasikan. Guru baru menggunakan metode ceramah tanpa adanya rangkaian proses lain yang mengiringi. Pada kegiatan awal, guru belum menyampaikan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, sehingga siswa belum mengerti kemampuan apa yang harus mereka kuasai dan apa manfaatnya bagi mereka. Guru kurang menguasai suasana kelas, terbukti ketika guru membacakan contoh teks percakapan, beberapa siswa terlihat kurang semangat

(7)

commit to user

79

dan meletakkan tangan beserta kepalanya di atas meja. Siswa belum mendapat bimbingan yang intensif saat melakukan latihan menulis teks percakapan. Pada pratindakan, guru lebih banyak duduk daripada berkeliling untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan.

Dalam proses pembelajaran, guru sudah menggunakan sumber belajar berupa buku teks, tetapi kurang menarik dan representatif. Buku teks yang digunakan sudah sangat usang dan tidak sesuai dengan kurikulum Bahasa Jawa terbaru. Hampir semua buku sudah mengalami perbaikan, isolasi menghiasi buku di beberapa bagian. Tak sedikit pula lembaran-lembaran kertas bagian buku yang terlepas dari lemnya sehingga tercecer di atas meja. Buku ini menjadi sangat tidak menarik bagi siswa. Siswa terlihat enggan untuk membuka buku yang sudah dalam kondisi memprihatinkan tersebut. Oleh karenanya, perhatian siswa belum terfokus dan konsentrasi mereka masih buyar.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis teks percakapan masih monoton dan kurang menarik. Guru belum menggunakan media yang bisa memfokuskan perhatian siswa selain buku teks usang. Konsentrasi siswa belum maksimal karena proses belajar mengajar yang masih menjenuhkan. Guru juga kurang memotivasi siswa dalam melakukan praktik-praktik menulis teks percakapan sehingga siswa berjalan sendiri tanda ada arahan yang intensif dari guru. Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dan siswa membutuhkan rangkaian kegiatan belajar yang lebih terstruktur dan media yang lebih representatif.

(8)

commit to user

80

A. Pelaksanaan Tindakan Kelas

Seperti diuraikan dalam Bab III dalam penelitian ini, prosedur penelitian yang ditempuh setiap siklus terdiri dari empat langkah. Langkah tersebut adalah (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Apabila permasalahan ini belum teratasi, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai masalah teratasi. Berikut ini uraian kegiatan siklus pertama dan kedua.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Berdasarkan pada survei pratindakan, diketahui bahwa permasalahan yang muncul adalah motivasi menulis dan kemampuan menulis teks percakapan siswa masih rendah. Berdasarkan dari analisis tersebut, peneliti dan guru sepakat melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyiapkan beberapa instrumen yang telah dibuat pada tahap penyusunan thesis. Instrumen tersebut adalah (1) pengamatan motivasi siswa dan (2) kemampuan menulis siswa.

Instrumen pengamatan motivasi menulis siswa mengacu pada pendapat Wena (2008: 33-34) dengan penyederhanaan seperlunya. Aspek yang diamati yaitu (1) keantusiasan, (2) perhatian, (3) keaktifan, dan (4) rasa ingin tahu. Setiap aspek dinilai dengan skor 1 (rendah), 2 (cukup), dan 3 (tinggi). Kategori nilai ada tiga yaitu rendah dengan rentang 4-6, cukup dengan rentang 7-9, dan tinggu dengan rentang 10-12.

(9)

commit to user

81

Instrumen lain yang disiapkan peneliti adalah instrumen kemampuan menulis siswa. Instrumen tersebut mengacu pada pedoman penilaian menulis yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2010, 441-442). Aspek-aspek yang dinilai adalah isi, organisasi, kosakata, penggunaan bahasa dan mekanik.

Tahap pertama pada siklus 1 adalah merencanakan tindakan penelitian. Kegiatan ini dilakukan di hari Rabu, 31 Juli 2013 di ruang SD Negeri Kumesu 01. Pada kesempatan ini peneliti berdiskusi dengan guru. Hal-hal yang didiskusikan adalah:

1) Peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian akan dilaksanakan di ruang kelas IV SD Negeri Kumesu 01. Penelitian direncanakan dalam beberapa siklus.

2) Peneliti mengusulkan kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran instruksi langsung melalui media gambar dalam pembelajaran menulis teks percakapan. Peneliti menjelaskan hakikat sedikit tentang hakikat model pembelajaran instruksi langsung melalui media gambar, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk menggali hal-hal yang berkaitan dengan model pembelajaran yang ditawarkan.

3) Peneliti memberikan dekripsi model pembelajaran instruksi langsung yang sudah dicatat dalam ringkasan dan memberikan contoh media gambar agar guru semakin paham dengan model pembelajaran dan media yang dimaksudkan.

(10)

commit to user

82

4) Guru menyusun silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Sebelumnya peneliti sudah memberikan masukan kepada guru tentang pembuatan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

5) Peneliti dan guru menentukan jadwal pelaksanaan siklus 1. Dari diskusi disepakati bahwa siklus 1 akan dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu jumat, 16 Agustus 2013 dan dan jumat, 23 Agustus 2013.

b. Tindakan

Seperti telah direncanakan, tindakan siklus 1 dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu jumat, 16 Agustus 2013 dan jumat, 23 Agustus 2013.di ruang kelas IV SD Negeri Kumesu 01.

Langkah-langkah pembelajaran pada siklus 1 pertemuan pertama sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan “Assalamualaikum Wr. Wb”. Semua siswa serentak menjawab “Wa’alaikumsalam Wr. Wb.”. Kemudian guru mengecek siapa yang belum masuk kelas setelah istirahat selesai. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu belajar bahasa Jawa. Sebelum melanjutkan pelajaran, guru membagi siswa menjadi empat kelompok yang beranggotakan tiga sampai empat anak. Setelah anak-anak terkondisikan dengan kelompok masing-masing, guru memulai menjelaskan hakikat teks percakapan.

2) Guru menyampaikan bahwa hari ini siswa akan mempelajari tentang menulis teks percakapan dalam bahasa Jawa. Guru bertanya kepada siswa, “Sapa sing

(11)

commit to user

83

ngerti, apa manfaate sinau teks percakapan utawa teks pacelathon?”.

Anak-anak sejenak diam berpikir, lalu Adit, salah satu siswa yang duduk dibagian depan menjawab, “ben saged omong-omongan nggih Bu.” Guru tersenyum dan menjawab “nggih, saged. Maksude Adit ben saged omong-omongan

kanthi bener lan trep.” Lalu guru kembali menanyakan kepada kepada siswa

yang lain, karena belum ada yang menjawab, guru menjelaskan tujuan mempelajari teks percakapan tersebut. Tujuan yang dimaksud guru yaitu agar siswa bisa menulis teks percakapan dengan baik dan benar. Tujuan yang kedua agar siswa bisa menggunakan unggah-ungguh yang benar jika bercakap-cakap dengan orang yang lebih tua. (Orientasi)

3) Kemudian guru memberikan kode kepada peneliti untuk membuka penutup lcd. Guru memberikan salah satu contoh teks percakapan dengan media gambar yang ditampilkan dilayar proyektor.

Gambar 3.

Guru menjelaskan teks percakapan dengan media gambar dan proyektor Saat gambar tersebut ditampilkan, anak-anak tampak tertarik dengan mengubah posisi duduk mereka menjadi lebih tegak. Ada yang menyeletuk

(12)

commit to user

84

“ Gambar apa kuwi ya?O, wong lagi piknik.” Setelah contoh teks percakapan selesai ditampilkan seluruhnya, guru menghadap ke siswa, “Oh, iya, bener

sing diomongke Narto.” Guru menggali jawaban dengan memberikan

pertanyaan kepada siswa, “ iki gambar apa Cah?” Serentak siswa menjawab, “Wong piknik Bu.” Guru bertanya lagi kepada siswa, “sapa sing nate

piknik?”, Serentak semua siswa mengacungkan telunjuk sembari menjawab,

“Kula Bu, kula nate.” (Presentasi)

Gambar 4.

Siswa bersemangat menjawab pertanyaan dari guru.

4) Guru bersama siswa menganalisi gambar yang tercantum di dalam contoh teks percakapan. Guru melanjutkan pertanyaannya, “Sapa wae sing ana ing jero

gambar iki Cah?”, siswa malu-malu menjawab, namun samar-samar

terdengar ada yang membaca, “Ibu, bapak, terus sapa kae?”. Guru kemudian menjelaskan pelaku dalam teks percakapan tersebut.

(13)

commit to user

85

5) Setelah guru yakin bahwa perhatian siswa terfokus pada contoh teks percakapan yang tersaji di layar proyektor, guru melanjutkan menjelaskan tentang tema yang terdapat didalam teks percakapan. Guru memahamkan siswa akan pentingnya tema yang kemudian dikembangkan menjadi judul dalam menulis teks percakapan. Guru kemudian menjelaskan tata cara penulisan kalimat langsung dalam teks percakapan. Guru mengulang-ulang pentingnya tanda baca seperti petik dua, titik, koma dan yang lainnya. Guru juga mengingatkan siswa untuk senantiasa menggunakan huruf kapital pada tempatnya.

6) Setelah siswa benar-benar paham, guru memberikan praktik terstruktur sesuai dengan tahapan nomor tiga dalam model pembelajaran instruksi langsung kepada siswa. Hal ini dilakukan secara berkelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan satu lembar kerja yang didalamnya memuat gambar. Oleh guru, siswa diminta untuk membuat teks percakapan berdasarkan gambar tersebut. (Praktik terstruktur)

Gambar 5.

(14)

commit to user

86

Guru memberikan arahan kepada siswa berupa langkah-langkah dalam mengerjakan latihan tersebut. Pertama-tama masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk menentukan judul teks percakapan. Selanjutnya siswa menentukan nama-nama tokoh yang sesuai dengan gambar untuk teks percakapan. Pada tahap praktik terbimbing ini, guru selalu berkeliling dari kelompok satu menuju ke kelompok lain untuk mengecek hasil pekerjaan mereka, jika ada yang kurang tepat, guru akan memberikan penjelasan kembali dan membantu siswa melakukan perbaikan. (Praktik terbimbing)

7) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya. Setelah diskusi kelompok

selesai, siswa membacakan hasil pekerjaannya dihadapan teman-teman yang lain. Kelompok 1 diwakili oleh Narto membacakan teks percakapan yang telah dibuat. Setelah itu guru memberikan masukan. “Saben awal kata,

menawa judul kudu nganggo huruf kapital. Kelompok liyane sampun ditulis

sing bener dereng?” Kelompok dua menjawab, “Sampun Bu.” Kelompok

yang lain ternyata belum. Setelah guru mengamati hasil pekerjaan kelompok yang lain, komentar dari guru adalah dalam penulisan judul, kata depan, dan huruf kapital masih ada yang salah. Siswa juga masih ada yang melupakan tanda petik dua diawal kalimat dalam teks percakapan. Berdasarkan kesalahan tersebut, guru menjelaskan kembali tata cara penulisan teks percakapan yang benar. Kemudian guru dengan siswa membahas dan membetulkan pekerjaan siswa yang masih salah.

8) Guru dengan siswa menyimpulkan materi pelajaran pada akhir pembelajaran tentang menulis teks percakapan.

(15)

commit to user

87

9) Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa untuk membuat teks percakapan sesuai dengan lembar kerja yang sudah guru persiapkan. Praktik mandiri ini diharapkan dapat melatih siswa untuk mengembangkan tulisan dan mengasah keterampilan mereka mengaplikasikan penggunaan tanda baca dan kaidah penulisan yang lain. (Praktik Mandiri)

Berikut ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran pertemuan kedua pada siklus 1.

1) Guru melakukan apersepsi. Pada awal pembelajaran guru mengucapkan salam dan semua siswa menjawab secara serentak. Kemudian guru mengecek kehadiran siswa. Setelah itu guru meminta siswa membentuk kelompok. Supaya mudah, kelompok dibentuk dari kelompok urutan tempat duduk. Setelah semua siap, siswa mulai mengikuti game yang dipimpin oleh guru. (Orientasi)

2) Game yang dilaksanakan berkaitan dengan kosakata ragam ngoko dan krama. Guru membuat tabel di papan tulis. Bentuk tabelnya adalah sebagai berikut. (Presentasi ) Tabel 4.3

Game Kosakata Ragam Ngoko-Krama

RANI BAPAK JOKO SIMBAH

turu ... ... ... ... dhahar ... ... ... ... ... tindak ... ... adus ...

(16)

commit to user

88

3) Masing-masing kelompok harus berlomba untuk mengisi kosakata yang masih misteri di dalam kotak yang masih kosong. Kelompok yang paling banyak menjawab dengan jawaban yang benar maka kelompok tersebut yang memenangkan game kali ini. Anak-anak terlihat sangat antusias dalam berdiskusi. Mereka berlarian untuk berlomba mengisi kolom. Semuanya aktif dan guru mencatat perolehan nilai dari masing-masing kelompok.

4) Setelah semua kolom terisi, guru bersama siswa mengoreksi. Sebagian besar jawaban sudah benar, namun ada yang salah menempatkan jawaban. Kosakata

krama turu untuk Simbah yaitu sare disikan di kolom dhahar. Ada yang

mengisi pada kolom Rani untuk adus dengan kosakata pakpung, dan guru membetulkan dengan kata adus karena pakpung adalah istilah untuk anak-anak.

5) Setelah game selesai dan semua jawaban betul, anak-anak tampak sangat puas dan senang. Guru kemudian mengkaitkan kosakata yang diisikan anak-anak tersebut dalam membuat teks percakapan yang sesuai unggah-ungguh.

6) Guru mengingatkan siswa kembali akan pentingnya penggunaan unggah-ungguh yang benar dalam menulis teks percakapan yang disesuaikan dengan penutur di dalamnya. Setelah anak-anak mengerti, guru meminta siswa mengeluarkan tugas membuat teks percakapan yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.

7) Guru berkata, “Sinten sing dereng rampung nggawe teks pacelathon tugas

kalawingi?”, anak-anak tidak ada yang menjawab. Guru kemudian

(17)

commit to user

89

serentak menjawab, “Inggih Bu.” Kemudian guru meminta siswa untuk membacakan teks percakapan yang telah dibuat. Guru menanyakan kepada siswa siapa yang mau maju, dan semua siswa mengacungkan telunjuk sambil berkata saya bu. Bu Guru akhirnya memilih tiga siswa. Sembari mereka membacakan, guru dibantu peneliti mengetik hasil karangan siswa untuk ditampilkan di layar proyektor. Yang mendapat giliran pertama untuk maju yaitu Adit, kemudian guru menunjuk Irwan dan yang ketiga adalah Sinta. 8) Ketiga karangan teks percakapan tersebut dibahas, dan ditunjukkan letak

kekurangannya. Anak-anak yang lain memperhatikan dengan seksama. Setelah anak-anak paham, guru meminta mereka semua mengoreksi dan merevisi ulang pekerjaan rumah mereka agar tidak terjadi kembali kesalahan baik dalam penggunaan tanda baca, huruf kapital maupun unggah-ungguh yang dipakai jika ada. (Praktik terstruktur)

9) Guru memberi tanggapan kepada siswa yang bertanya mengenai kosakata krama yang anak-anak belum ketahui untuk merujuk kepada penutur yang tepat. (Praktik terbimbing)

10) Setelah anak-anak terlihat banyak yang sudah selesai, guru mengingatkan kembali untuk menulis teks percakapan dengan teliti, dari segi penulisan yang meliputi pemakaian huruf besar, kata depan, awalan dan akhiran, dan pemakaian tanda baca. Setelah selesai, hasil karangan teks percakapan anak-anak dikumpulkan untuk guru nilai. Sebagai kegiatan penutup, guru memberikan tugas di rumah yaitu mengerjakan teks percakapan yang masih

(18)

commit to user

90

rumpang. Siswa diharapkan dapat melengkapinya dengan tepat. (Praktik mandiri)

c. Pengamatan

Pengamatan difokuskan pada motivasi siswa dalam menulis dan kemampuan siswa dalam menulis teks percakapan. Dalam pengamatan ini, peneliti menggunakan lembar pengamatan motivasi, dan kemampuan siswa dalam menulis teks percakapan.

Berdasarkan hasil pengamatan, motivasi menulis siswa dalam ketegori cukup dengan rentang nilai 4-12. Nilai rata-rata adalah 8,48. Motivasi tersebut dapat diamati dari aspek keantusiasan, perhatian, keaktifan dan rasa ingin tahu.

Pada aspek keantusiasan, diperoleh hasil bahwa ada lima siswa sangat antusias, enam siswa cukup antusias dan dua siswa dengan antusias rendah. Keantusiasan siswa yang tinggi tampak ketika siswa bersemangat merespon pelajaran yang disajikan oleh guru. Hal ini tampak ketika guru menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari, siswa dengan lantang menjawab pertanyaan guru. Selain itu, ketika guru menyajikan gambar yang berkaitan dengan teks percakapan, siswa dengan semangat menjelaskan maksud dari gambar tersebut dan siapa saja tokoh yang terdapat dalam gambar tersebut.

Keantusiasan yang lain tampak ketika guru menyuruh siswa membacakan hasil pekerjaannya. Hampir semua siswa ingin membacakan hasil pekerjaannya sehingga akhirnya guru menunjuk tiga orang yaitu Adit, Irwan dan Sinta. Dalam mengikuti pembelajaran semua memperhatikan penjelasan guru. Pandangan siswa

(19)

commit to user

91

tertuju pada guru, tetapi ada dua siswa yang bersikap masa bodoh dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tersebut adalah Irwan dan Narto. Mereka sibuk memainkan alat tulis mereka di atas meja dan pandangannya tidak terfokus pada apa yang guru jelaskan.

Motivasi yang lain dapat dilihat dari perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dengan bantuan lembar pengamatan diperoleh hasil lima siswa perhatiannya tinggi, enam siswa perhatiannya cukup dan dua siswa yang lain perhatiannya rendah. Perhatian siswa yang tinggi tampak ketika guru memberikan contoh teks percakapan dengan menggunakan media gambar yang ditayangkan melalui layar proyektor. Siswa memperhatikan gambar dan berusaha menganalisis gambar apa sebenarnya yang ditayangkan. Selain itu siswa langsung merespon pertanyaan guru dan menjawab pertanyaan tersebut dengan lantang dan benar. Siswa yang masuk kategori memiliki perhatian cukup adan sembilan orang. Mereka mengamati contoh teks percakapan yang ditayangkan guru, dan menjawab pertanyaaan guru dengan jawaban singkat. Dua siswa yang memilik perhatian rendah ketika diberi pertanyaan tidak merespon sama sekali karena pandangan mereka tidak fokus dan asyik bermain sendiri.

Keaktifan siswa merupakan aspek yang diamati pada motivasi. Siswa yang keaktifannya sangat tinggi ada lima orang. Sementara itu yang memiliki keaktifan cukup ada tujuh orang. Hal ini tampak saat berdiskusi, mereka begitu bersemangat dalam mengemukakan ide-ide untuk menulis teks percakapan. Antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain kemudian dipadukan. Keaktifan yang lain

(20)

commit to user

92

tampak ketika siswa berebut untuk membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Siswa yang keaktifannya rendah ada satu anak. Siswa tersebut cukup memperhatikan pada saat guru menjelaskan. Namun saat berdiskusi, ia tampak masih enggan untuk mengeluarkan pendapatnya. Pada saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya, tidak ada pertanyaan dari siswa tersebut.

Rasa ingin tahu siswa dapat diamati ketika siswa penasaran, berani bertanya, dan membandingkan hasil pekerjaannya dengan teman yang lain. Rasa ingin tahu yang masuk dalam kategori tinggi ada lima siswa, cukup ada enam siswa dan rendah ada dua siswa. Rasa ingin tahu tampak ketika guru menyajikan gambar di layar atau ketika siswa menerima lembar kerja untuk berlatih menulis teks percakapan. Ada siswa yang bertanya kepada guru, “Bu, niku gambar napa?”, atau siswa lain yang bertanya kepada teman di sebelahnya, “Kae si gambar wong

kemah ya?”. Siswa yang ditanya justru kembali bertanya, “ah, apa iya si?” sambil

matanya melihat lebih jelas ke layar. Rasa ingin tahu yang lain tampak ketika siswa ingin mengatahui atau membandingkan hasil pekerjaannya dengan pekerjaan teman disebelah maupun didepannya. “Pira bijimu Sin?”, atau pertanyaan , “Wekmu wis rampung durung To?” terdengar dari siswa yang penasaran dengan hasil pekerjaan temannya.

Mengacu pada lembar pengamatan, motivasi menulis dapat disajikan seperti pada tabel berikut.

(21)

commit to user

93

MOTIVASI SIKLUS I

rendah cukup tinggi Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Motivasi dalam Pembelajaran Menulis Berdasarkan Lembar Pengamatan

(Siklus 1)

No Skor Jumlah siswa

1 Rendah = 4-6 2 (15,38%)

2 Cukup = 7-9 7 (53,84%)

3 Tinggi =10-12 4 (30,76%)

Berdasarkan tabel di atas, motivasi menulis dengan skor rendah ada dua siswa, motivasi menulis dengan skor cukup ada tujuh siswa, dan motivasi dengan skor tinggi ada empat siswa.

Dari tabel data motivasi di atas, dapat disajikan dalam bentuk diagram lingkaran sebagai berikut.

Gambar 6.

Diagram Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Menulis (Siklus 1)

(22)

commit to user

94

Selain pengamatan difokuskan pada motivasi menulis siswa, hal lain yang diperhatikan yaitu mengenai kemampuan siswa dalam menulis teks percakapan. Hasil kemampuan menulis teks percakapan tersebut dapat dilihat dari kerja berkelompok dan kerja individual. Untuk kemampuan menulis dilihat dari kerja kelompok, kelompok 1 mendapatkan nilai 74, kelompok 2 mendapatkan nilai 78, kelompok 3 mendapatkan nilai 70 dan kelompok 4 mendapatkan nilai 68 dengan nilai rata-rata kelas 72,50. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa secara kelompok pada siklus 1 sudah diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Rata-rata kemampuan menulis teks percakapan siswa secara individual pada siklus 1 juga sudah diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), meskipun belum mencapai 75%. Hasil kemampuan menulis teks percakapan secara individual pada siklus 1 nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah 54 dengan nilai rata-rata kelas 66,53. Berdasarkan perolehan nilai kemampuan menulis teks percakapan, maka disajikan tabel distribusi frekuensi nilai berikut in.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Nilai Menulis Teks Percakapan Berbahasa Jawa (Siklus 1)

Nilai Jumlah Siswa

50-55 1 (7,69%) 56-61 3 (23,07%) 62-67 4 (30,76%) 68-73 2 (15,38%) 74-79 2 (15,38%) 80-85 1 (7,69%)

(23)

commit to user

95

Data yang sudah disusun dalam tabel distribusi tersebut. Kemudian disusun ke dalam diagram batang. Sumbu mendatar menyatakan kelas interval, dan sumbu tegak menyatakan frekuensi. Data yang ditulis pada sumbu mendatar adalah batas-batas kelas interval.

Gambar 7. Diagram Batang

Nilai Keterampilan Menulis Teks Percakapan Berbahasa Jawa (siklus 1)

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disampaikan refleksi sebagai berikut. Refleksi meliputi kelebihan yang sudah dicapai, kekurangan yang masih ditemukan, faktor penyebab, dan rencana yang akan dilaksanakan.

Kelebihan yang telah dicapai siklus 1 adalah:

1) Guru menggunakan model pembelajaran yang cukup reprensentatif yaitu model pembelajaran instruksi langsung.

(24)

commit to user

96

2) Guru menggunakan media gambar yang menarik.

3) Siswa senang mendapat pelajaran menulis teks percakapan.

4) Guru sudah membimbing siswa dalam praktik terbimbing dan praktik terstruktur.

5) Guru melaksanakan penilaian proses dan hasil Kekurangan pada siklus 1 adalah:

1) Masih ada siswa yang kurang berani menyampaikan pendapatnya dan kurang berani bertanya,

2) Motivasi siswa masih belum tinggi, karena ada siswa yang belum begitu antusias dalam mengikuti pelajaran, kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang aktif, dan rasa ingin tahu masih rendah.

3) Rata-rata kemampuan menulis siswa belum memenuhi target yaitu 75%. Faktor Penyebab pada siklus 1 adalah:

1) Guru kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran

2) Ada beberapa siswa yang kurang mendapatkan bimbingan dan arahan dari guru sewaktu proses praktik terbimbing dan praktik terstruktur.

3) Guru kurang menggali potensi siswa dengan memberikan lebih banyak pertanyaan agar pemahaman siswa benar-benar sempurna.

4) Siswa belum terbiasa menggunakan penulisan kalimat yang benar dan masih sering melupakan tanda baca.

5) Siswa belum hafal kosakata ragam krama sehingga terkadang belum pas dalam penggunaan unggah-ungguhnya.

(25)

commit to user

97

Dari hasil refleksi pada siklus 1 dapat disimpulkan bahwa motivasi menulis dan kemampuan menulis teks percakapan siswa kelas IV SD Negeri Kumesu 01 meningkat dibanding pada pratindakan, namun belum memenuhi indikator ketercapaian tindakan yaitu sebanyak 75%. Oleh karena itu, dipandang perlu pelaksanaan siklus II dengan rencana sebagai berikut:

1) Guru melatih siswa menggunakan kosakata ragam krama secara lebih intensif.

2) Guru meningkatkan bimbingan dan arahan untuk penulisan tanda baca dan huruf kapital agar tidak siswa menjadi terbiasa.

3) Guru meningkatkan intensitas siswa untuk menulis dari proses praktik mandiri yang diwakili oleh tugas di rumah.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Berdasarkan pada pelaksanaan siklus 1, diketahui bahwa permasalahan yang muncul adalah motivasi menulis dan kemampuan menulis teks percakapan siswa telah terjadi peningkatan, tetapi belum memenuhi target 75%. Berdasarkan dari analisis tersebut, peneliti dan guru sepakat melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyiapkan beberapa instrumen yang telah dibuat pada tahap penyusunan thesis. Instrumen tersebut adalah (1) lembar pengamatan motivasi siswa dan (2) kemampuan menulis siswa

Instrumen pengamatan motivasi menulis siswa mengacu pada pendapat Wena (2008: 33-34) dengan penyederhanaan seperlunya. Aspek yang diamati

(26)

commit to user

98

yaitu (1) keantusiasan, (2) perhatian, (3) keaktifan, dan (4) rasa ingin tahu. Setiap aspek dinilai dengan skor 1 (rendah), 2 (cukup), dan 3 (tinggi). Kategori nilai ada tiga yaitu rendah dengan rentang 4-6, cukup dengan rentang 7-9, dan tinggu dengan rentang 10-12.

Instrumen lain yang disiapkan peneliti adalah instrumen kemampuan menulis siswa. Instrumen tersebut mengacu pada pedoman penilaian menulis yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2010, 441-442). Aspek-aspek yang dinilai adalah isi, organisasi, kosakata, penggunaan bahasa dan mekanik.

Tahap pertama pada siklus II adalah merencanakan tindakan penelitian. Kegiatan ini dilakukan di hari Sabtu, 24 Agustus 2013 di ruang SD Negeri Kumesu 01. Pada kesempatan ini peneliti berdiskusi dengan guru. Hal-hal yang didiskusikan adalah:

1) Peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai rencana pembelajaran yang langkah-langkahnya hampir sama dengan siklus 1. Perbedaannya pada substansi materi yang diajarkan. Siklus II ini lebih menekankan pada pemahaman kosakata ragam krama dan penulisan tanda baca yang benar. 2) Guru menyusun silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

Sebelumnya peneliti sudah memberikan masukan kepada guru tentang pembuatan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

3) Peneliti dan guru menentukan jadwal pelaksanaan siklus II. Dari diskusi disepakati bahwa siklus II akan dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu jumat, 30 Agustus 2013 dan dan jumat, 6 September 2013.

(27)

commit to user

99 b. Tindakan

Seperti telah direncanakan, tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu jumat, 30 Agustus 2013 dan dan jumat, 6 September 2013 di ruang kelas IV SD Negeri Kumesu 01.

Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan “Assalamualaikum Wr. Wb”. Semua siswa serentak menjawab “Wa’alaikumsalam Wr. Wb.”. Kemudian guru mengecek siapa yang belum masuk kelas setelah istirahat selesai. Setelah itu guru meminta siswa membentuk kelompok. Supaya mudah, kelompok dibentuk dari kelompok urutan tempat duduk. Setelah semua siap, siswa mulai mengikuti game yang dipimpin oleh guru. (Orientasi)

2) Game yang dilaksanakan berkaitan dengan kosakata ragam ngoko dan krama dalam bahasa Jawa. Guru membuat tabel di papan tulis. Bentuk tabelnya adalah sebagai berikut. (Presentasi)

Tabel 4.6

Game Kosakata Ragam Ngoko-Krama

BUDHE ADIK PAKLIK SINTA

netra ... ... ... ... sikil ... ... ... ... ... Untu ... ... rikma ...

(28)

commit to user

100

3) Masing-masing kelompok harus berlomba untuk mengisi kosakata yang masih misteri di dalam kotak yang masih kosong. Kelompok yang paling banyak menjawab dengan jawaban yang benar maka kelompok tersebut yang memenangkan game kali ini. Anak-anak terlihat sangat antusias dalam berdiskusi. Mereka berlarian untuk berlomba mengisi kolom. Semuanya aktif dan guru mencatat perolehan nilai dari masing-masing kelompok.

4) Setelah semua kolom terisi, guru bersama siswa mengoreksi. Beberapa jawaban sudah benar, namun ada yang masih salah. Ragam krama mirsani rupanya belum familiar untuk siswa. Tidak ada kelompok yang mengisi kolom tersebut. Kemudian guru membantu siswa menjelaskan arti kata tersebut.

Gambar 8.

(29)

commit to user

101

5) Setelah game selesai dan semua jawaban betul, anak-anak tampak sangat puas dan senang. Guru kemudian mengkaitkan kosakata yang diisikan anak-anak tersebut dalam membuat teks percakapan yang sesuai unggah-ungguh.

6) Selanjutnya guru melanjutkan pelajaran dengan membahas tugas minggu kemarin, yaitu melengkapi teks percakapan rumpang. Guru meminta perwakilan dari kelompok untuk membacakan hasil pekerjaannya didepan kelas sembari guru menuliskan dikomputer untuk ditayangkan melalui lcd. 7) Guru bersama siswa membahas beberapa hasil pekerjaan masing-masing

kelompok. Guru mengoreksi beberapa titik kesalahan diantaranya pemakaian huruf kapital, pemakaian tanda baca dan penggunaan unggah-ungguh yang tepat. Setelah pembahasan selesai, siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka untuk dinilai oleh guru.

8) Sebagai kegiatan penutup, guru menyampaikan bahwa pertemuan minggu depan adalah ujian membuat teks percakapan. Siswa diminta untuk belajar dengan baik dan berlatih membuat teks percakapan dirumah dengan benar. Siswa juga diminta untuk memilih tema-tema atau judul dari beragam gambar yang sudah disiapkan oleh guru untuk dibuat teks percakapan minggu depan.

Berikut ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran pertemuan kedua pada siklus II.

1) Seperti biasa, Ibu Ratmi membuka kembali pelajaran dengan mengucapkan salam. Melihat kondisi kelas yang banyak kertas berceceran, akhirnya para siswa diminta untuk mengambil dan membuangnya ke tempat sampah. Setelah kelas kondusif, Beliau melanjutkan dengan memberikan pengantar pelajaran

(30)

commit to user

102

Bahasa Jawa. Sebagai pengantar, anak-anak diminta untuk berdiri dan memegang anggota badan yang guru ucapkan dengan menggunakan ragam krama.

2) Saat permainan berlangsung, keadaan menjadi meriah. Hal ini terjadi karena banyak anak-anak yang keliru memegang anggota badan. Mereka hanya menirukan gerakan guru, padahal gerakan guru terkadang menipu karena tidak sesuai dengan nama anggota badan yang dipegang. Permainan ini, selain mengingatkan kembali tentang ragam krama dari anggota badan, juga membuat keadaan kelas menjadi dinamis.

3) Setelah puas dengan permainan dan anak-anak sudah cukup berkonsentrasi, guru melanjutkan ke kegiatan selanjutnya yaitu inventarisasi tema atau judul yang sudah anak-anak pikirkan sebagai tugas dirumah sesuai dengan gambar yang mereka pilih pada pertemuan sebelumnya.

4) Masing-masing siswa menuliskan judul atau tema yang dipilih di papan tulis. Setelah semua selesai, guru memberikan salah satu contoh mengembangkan tema atau judul tersebut menjadi sebuah kerangka teks percakapan. Guru memilih salah satu judul dan menanyakan kepada siswa yang dipilih judulnya tersebut, kira-kira penutur dan mitra tutur dalam teks percakapan tersebut siapa saja.

5) Guru kemudian mengingatkan siswa kembali untuk senantiasa memperhatikan penulisan yang baik dan benar baik dari segi tata bahasa, tanda baca dan unggah-ungguh yang tepat.

(31)

commit to user

103

6) Selanjutnya siswa mulai membuat teks percakapan dengan tema yang sudah dipilih oleh masih-masing siswa. Guru berkeliling memberikan motivasi dan arahan kepada para siswa. Guru senantiasa mengingatkan kepada siswa untuk memeriksa tata cara penulisan yang benar meliputi pemakaian huruf besar, kata depan, awalan, akhiran, dan pemakaian tanda baca.

7) Melihat beberapa siswa sudah selesai, guru memberikan kesempatan kepada mereka yang sudah selesai untuk mengoreksi kembali karangan mereka. 8) Setelah semua selesai dan dikumpulkan, guru mengakhiri kegiatan belajar

mengajar pada materi menulis teks percakapan bahasa Jawa dengan memberikan semangat kepada siswa untuk senantiasa menggunakan ragam unggah-ungguh bahasa Jawa baik berinteraksi dengan sesama, maupun dengan yang lebih tua.

c. Pengamatan

Pengamatan difokuskan pada motivasi siswa dalam menulis dan kemampuan siswa dalam menulis teks percakapan. Dalam pengamatan ini, peneliti menggunakan lembar pengamatan motivasi, dan kemampuan siswa dalam menulis teks percakapan.

Berdasarkan hasil pengamatan, motivasi menulis siswa dalam siklus II masuk dalam ketegori tinggi dengan rentang nilai 4-12. Nilai rata-rata adalah 10. Motivasi tersebut dapat diamati dari aspek keantusiasan, perhatian, keaktifan dan rasa ingin tahu.

(32)

commit to user

104

Pada aspek keantusiasan, delapan siswa tercatat sangat antusias, empat siswa cukup antusias dan satu siswa yang memiliki antusias rendah. Keantusiasan siswa yang tinggi tampak ketika siswa bersemangat merespon pelajaran yang disajikan oleh guru. Hal ini tampak ketika guru menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari, siswa dengan lantang menjawab pertanyaan guru. Selain itu, ketika guru menyajikan gambar beserta soal teks percakapan rumpang yang menjadi tugas, siswa penuh semangat memperhatikan dan merubah posisi duduk mereka menjadi posisi duduk yang benar-benar siap belajar.

Keantusiasan yang lain tampak ketika guru menyuruh masing-masing kelompok membacakan hasil pekerjaannya. Banyak siswa yang ingin mewakili kelompoknya membacakan hasil pekerjaan mereka, namun mereka akhirnya bisa mengatasi hal tersebut dengan menunjuk salah satu teman sendiri. Dalam mengikuti pembelajaran semua memperhatikan penjelasan guru. Pandangan siswa tertuju pada guru, tetapi ada satu siswa yang masih saja bersikap masa bodoh dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tersebut adalah Irwan. Saat yang lain memperhatikan, ia masih sibuk saja dengan alat-alat tulis yang ditata di meja. Setelah dilakukan analisis, rupanya ia memang ada masalah dengan konsentrasi karena permasalahan orang tua.

Motivasi yang lain dapat dilihat dari perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dengan bantuan lembar pengamatan diperoleh hasil sembilan siswa perhatiannya tinggi dan empat siswa yang lain perhatiannya cukup. Perhatian siswa yang tinggi tampak ketika guru mengoreksi jawaban kelompok yang masih

(33)

commit to user

105

kurang tepat. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan membandingkan dengan hasil pekerjaan kelompoknya sendiri. Selain itu siswa langsung merespon pertanyaan guru dan menjawab pertanyaan tersebut dengan lantang dan benar. Siswa yang masuk kategori memiliki perhatian cukup empat orang. Mereka sesekali asyik melihat buku teks yang masih usang dan kembali memperhatikan guru kembali, namun saat ditanya siswa bisa menjawab pertanyaan guru.

Keaktifan siswa merupakan aspek yang diamati pada motivasi. Siswa yang keaktifannya tinggi ada tujuh orang. Sementara itu yang memiliki keaktifan cukup ada lima orang. Hal ini tampak saat berdiskusi, mereka begitu bersemangat dalam menganalisis dimana letak kesalahan teks percakapan yang mereka buat. Keaktifan yang lain tampak ketika siswa berebut untuk membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Siswa yang keaktifannya rendah ada satu anak yaitu Irfan. Karena kosentrasinya memang sedang terganggu oleh permasalahan keluarga, sehingga ia hanya diam saja.

Rasa ingin tahu siswa dapat diamati ketika siswa penasaran, berani bertanya, dan membandingkan hasil pekerjaannya dengan teman yang lain. Rasa ingin tahu yang masuk dalam kategori tinggi ada enam siswa, cukup ada enam siswa dan rendah ada satu siswa. Rasa ingin tahu tampak ketika guru menyajikan hasil teks percakapan yang menjadi tugas mereka. Ada siswa yang bertanya kepada siswa lain, “Kipiye si jane sing bener ki?”. Siswa yang ditanya justru kembali bertanya, “Delokna wae kau lho Bu Guru?” sambil matanya melihat lebih jelas ke layar. Rasa ingin tahu yang lain tampak ketika siswa ingin mengatahui atau membandingkan hasil pekerjaannya dengan pekerjaan teman disebelah

(34)

commit to user

106

MOTIVASI SIKLUS II

rendah cukup tinggi

maupun didepannya. “Pira bijimu Sin?”, atau pertanyaan , “Wekmu wis rampung

durung To?” terdengar dari siswa yang penasaran dengan hasil pekerjaan

temannya.

Mengacu pada lembar pengamatan, motivasi menulis dapat disajikan seperti pada tabel distribusi frekuensi berikut ini.

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Motivasi dalam Pembelajaran Menulis Berdasarkan Lembar Pengamatan

(Siklus II)

No Skor Jumlah siswa

1 Rendah = 4-6 1 (7,69%)

2 Cukup = 7-9 4 (30,76%)

3 Tinggi =10-12 8 (61,53%)

Berdasarkan tabel distribusi di atas, motivasi menulis dengan skor rendah ada satu siswa, motivasi menulis dengan skor cukup ada empat siswa, dan motivasi dengan skor tinggi ada delapan siswa.

Dari tabel data motivasi di atas, dapat disajikan dalam bentuk diagram lingkaran sebagai berikut.

Gambar 9.

(35)

commit to user

107

Selain pengamatan difokuskan pada motivasi menulis siswa, hal lain yang diperhatikan yaitu mengenai kemampuan siswa dalam menulis teks percakapan. Hasil kemampuan menulis teks percakapan tersebut dapat dilihat dari kerja berkelompok dan kerja individual. Untuk kemampuan menulis dilihat dari kerja kelompok, kelompok 1 mendapatkan nilai 80, kelompok 2 mendapatkan nilai 68, kelompok 3 mendapatkan nilai 82 dan kelompok 4 mendapatkan nilai 76 dengan nilai rata-rata kelas 76,80. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa secara kelompok pada siklus II sudah diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Nilai rata-rata kemampuan menulis teks percakapan siswa secara individual pada siklus II juga sudah diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sehingga ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai. Hasil kemampuan menulis teks percakapan secara individual pada siklus II nilai tertinggi adalah 91 dan nilai terendah 62 dengan nilai rata-rata kelas 76,4. Berdasarkan perolehan nilai kemampuan menulis teks percakapan, maka disajikan tabel rentang nilai sebagai berikut.

Tabel 4.8

Distribusi Nilai Menulis (Siklus II)

Nilai Jumlah Siswa

60-65 1 (7,69%) 66-71 3 (23,07%) 72-77 3 (23,07%) 78-83 5 (38,46%) 84-89 - 90-95 1 (7,69%)

(36)

commit to user

108

Data yang sudah disusun dalam tabel distribusi tersebut. Kemudian disusun ke dalam diagram batang. Sumbu mendatar menyatakan kelas interval, dan sumbu tegak menyatakan frekuensi. Data yang ditulis pada sumbu mendatar adalah batas-batas kelas interval.

Gambar 10. Diagram Batang

Nilai Kemampuan Menulis Teks Percakapan (siklus II)

a. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disampaikan refleksi sebagai berikut. Refleksi meliputi kelebihan yang sudah dicapai, kekurangan yang masih ditemukan, faktor penyebab, dan rencana yang akan dilaksanakan.

(37)

commit to user

109

1) Guru sudah menerapkan model instruksi langsung dengan baik sesuai urutan yaitu orientasi, presentasi, praktik terstruktur, praktik terbimbing, dan praktik mandiri.

2) Siswa lebih paham penggunaan ragam krama dalam unggah-ungguh bahasa Jawa.

3) Siswa bersemangat dan senang mendapat pelajaran menulis teks percakapan.

4) Guru sudah membimbing siswa dalam praktik terbimbing dan praktik terstruktur.

5) Kemampuan menulis teks percakapan siswa meningkat dan sudah di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

6) Motivasi siswa tergolong tinggi untuk mengikuti pembelajaran menulis. Kekurangan pada siklus II adalah:

Masih ada siswa yang belum tuntas dalam belajar yaitu Irfan. Faktor Penyebab pada siklus II adalah:

Guru belum bisa mengalihkan perhatian Irfan agar lebih berkonsentrasi dalam pelajaran karena permasalahan keluarga yang melibatkan orang tua Irfan cukup berat.

Dari hasil refleksi pada siklus II dapat disimpulkan bahwa motivasi menulis dan kemampuan menulis teks percakapan siswa kelas IV SD Negeri Kumesu 01 meningkat dibandingkan dengan siklus 1. Meskipun demikian, guru tetap merencanakan tindakan pada pembelajaran-pembelajaran yang akan datang sebagai berikut:

(38)

commit to user

110

1) Guru akan berusaha menggunakan media yang menarik siswa untuk belajar

2) Guru membuat RPP yang terstrukur dengan pemilihan model atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi

3) Guru selalu memberikan bimbingan secara intensif saat siswa belajar. 4) Guru lebih memotivasi siswa dalam pembelajaran.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, berikut ini dijabarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut.

1. Peningkatan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Menulis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Instruksi Langsung dan Media Gambar. Motivasi siswa dalam menulis teks percakapan di SD Negeri Kumesu 01 dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran instruksi langsung melalui media gambar. Penerapan model pembelajaran instruksi langsung melalui media gambar ini dilaksanakan melalui dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Pada setiap siklus, motivasi siswa mengalami peningkatan.

Motivasi menulis yang diamati meliputi aspek (1) keantusiasan, (2) perhatian, (3) keaktifan, dan (4) motivasi. Setiap aspek dinilai dengan menggunakan skor 1-3. Skor 1 menunjukkan motivasi siswa rendah, skor 2 menunjukkan motivasi siswa cukup dan skor 3 menunjukkan motivasi siswa tinggi. Setiap siswa bisa dikategorikan dalam motivasi rendah, cuku maupun tinggi. Kategori rendah bila

(39)

commit to user

111

siswa mendapat nilai antara 4-6. Kategori cukup bila siswa mendapat nilai antara 7-9, dan kategori tinggi jika siswa mendapat nilai 10-12.

Dalam pratindakan jumlah siswa sebanyak 13 orang. Hasil menunjukkan kategori rendah dengan jumlah nilai 88. Rata-rata nilai motivasi pada pratindakan adalah 6,7. Hasil menunjukkan kategori cukup dengan jumlah nilai 109. Rata-rata nilai motivasi pada siklus 1 adalah 8,48. Hasil menunjukkan kategori tinggi dengan jumlah nilai 131. Rata-rata nilai motivasi pada siklus II adalah 10. Jadi nilai motivasi pada sebelum tindakan dengan sesudah tindakan terjadi peningkatan. Peningkatan motivasi menulis teks percakapan tersebut dapat dilihat dari aspek berikut:

a. Keantusiasan

Kondisi awal keantusiasan siswa kurang. Hal ini tampak ketika siswa bersikap biasa saat pembelajaran. Siswa tidak bergairah menerima pelajaran dari guru. Siswa hanya mau menjawab pertanyaan, bila guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Bahkan kadang walaupun sudah ditunjuk, siswa tidak bisa menjawab.

Siklus 1 keantusiasan mengalami peningkatan. Siswa tampak bersemangat merespon pelajaran yang disajikan oleh guru. Siswa dengan suara lantang menjawab pertanyaan dari guru, meskipun guru tanpa menunjuk siswa. . Selain itu, ketika guru menyajikan gambar yang berkaitan dengan teks percakapan, siswa dengan semangat menjelaskan maksud dari gambar tersebut dan siapa saja tokoh yang terdapat dalam gambar tersebut. Keantusiasan yang lain tampak ketika guru

(40)

commit to user

112

menyuruh siswa membacakan hasil pekerjaannya. Hampir semua siswa ingin membacakan hasil pekerjaannya.

Siklus II keantusiasan siswa mengalami peningkatan yang signifikan. ketika guru menyajikan gambar beserta soal teks percakapan rumpang yang menjadi tugas, siswa penuh semangat memperhatikan dan merubah posisi duduk mereka menjadi posisi duduk yang benar-benar siap belajar. Keantusiasan yang lain tampak ketika guru menyuruh masing-masing kelompok membacakan hasil pekerjaannya. Banyak siswa yang ingin mewakili kelompoknya membacakan hasil pekerjaan mereka, namun mereka akhirnya bisa mengatasi hal tersebut dengan menunjuk salah satu teman sendiri.

Berdasarkan pengamatan pada pratindakan diperoleh hasil 3 siswa (23,07%) memiliki keantusiasan yang tinggi, 7 siswa (53,84%) dengan keantusiasan yang cukup, dan 3 siswa (23,07%) dengan antusias yang rendah. Siklus 1 diperoleh hasil 5 siswa (38,46%) memiliki antusias yang tinggi, 6 siswa (46,15%) dengan antusias yang cukup dan 2 siswa (15,38%) antusiasnya rendah. Pada siklus II diperoleh hasil 8 siswa (61,53%) termasuk dalam kategori antusias tinggi, 4 siswa (30,76%) dengan antusias cukup dan 1 (7,69%) siswa dengan antusias rendah.

b. Perhatian

Kondisi awal perhatian siswa masih rendah. Hal ini tampak ketika guru menjelaskan, siswa melipat tangan di atas meja dan memandang ke depan kelas. Ketika guru memberikan pertanyaan, siswa tidak bisa menjawab dan pandangannya kosong.

(41)

commit to user

113

Siklus 1, perhatian siswa berubah lebih baik. Perhatian siswa yang tinggi tampak ketika guru memberikan contoh teks percakapan dengan menggunakan media gambar yang ditayangkan melalui layar proyektor. Siswa memperhatikan gambar dan berusaha menganalisis gambar apa sebenarnya yang ditayangkan. Selain itu siswa langsung merespon pertanyaan guru dan menjawab pertanyaan tersebut dengan lantang dan benar.

Siklus II, perhatian siswa tampak ketika ada siswa lain yang membacakan hasil pekerjaannya, siswa lain memperhatikan dengan seksama. Perhatian mereka juga terfokus pada penjelasan guru saat mengoreksi hasil pekerjaan, sehingga saat ditanya para siswa bisa menjawab dengan baik.

Berdasarkan pengamatan pada pratindakan diperoleh hasil 2 siswa (15,38%) memiliki perhatian yang tinggi, 7 siswa (53,84%) dengan perhatian yang cukup, dan 4 siswa (30,76%) dengan perhatian yang rendah. Siklus 1 diperoleh hasil 5 siswa (38,46%) memiliki perhatian yang tinggi, 6 siswa (10%) dengan perhatian yang cukup dan 2 siswa (15,38%) perhatiannya rendah. Pada siklus II diperoleh hasil 9 siswa (69,23%) termasuk dalam kategori perhatian tinggi, 3 siswa (23,07%) dengan perhatian cukup dan 1 (7,69%) siswa dengan perhatian rendah.

c. Keaktifan

Kondisi awal, keaktifan siswa belum tampak. Siswa pasif dalam pembelajaran. Siswa hanya mau melakukan sesuatu bila guru memberikan pancingan dan motivasi kepada siswa.

Siklus 1 siswa begitu bersemangat dalam mengemukakan ide-ide untuk menulis teks percakapan. Antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain

(42)

commit to user

114

kemudian dipadukan. Keaktifan yang lain tampak ketika siswa berebut untuk membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Demikian pula pada siklus II. Siswa begitu bersemangat dalam menganalisis dimana letak kesalahan teks percakapan yang mereka buat. Mereka aktif bertanya saat guru memberikan bimbingan.

Berdasarkan pengamatan pada pratindakan diperoleh hasil 1 siswa (7,69%) memiliki keaktifan yang tinggi, 4 siswa (30,76%) dengan keaktifan yang cukup, dan 8 siswa (61,53%) dengan keaktifan yang rendah. Siklus 1 diperoleh hasil 5 siswa (38,46%) memiliki keaktifan yang tinggi, 7 siswa (53,84%) dengan keaktifan yang cukup dan 1 siswa (7,69%) keaktifannya rendah. Pada siklus II diperoleh hasil 8 siswa (61,53%) termasuk dalam kategori memilik keaktifan yang tinggi, 4 siswa (30,76%) dengan keaktifan cukup dan 1 (7,69%) siswa dengan keaktifan rendah.

d. Rasa ingin tahu

Kondisi awal, rasa ingin tahu siswa belum begitu terlihat. Siswa mengikuti pembelajaran dengan biasa, dan jarang bertanya. Siswa masih belum berani mengungkapkan ide dan gagasan maupun hambatan yang dirasakan.

Siklus 1, rasa ingin tahu siswa mulai tampak. Ketika guru menyajikan teks percakapan beserta gambar yang menyertainya siswa memperhatikan dengan seksama. Bahkan ada siswa yang menyeletuk tentang gambar yang disajikan. Ada pula yang bertanya kepada siswa lain tentang maksud gambar. Rasa ingin tahu yang lain tampak ketika siswa ingin mengetahui hasil pekerjaan teman, maupun nilai yang diperoleh teman.

(43)

commit to user

115

Siklus II rasa ingin tahu siswa sama dengan siklus I. Rasa ingin tahu tampak ketika guru menyajikan hasil teks percakapan yang menjadi tugas mereka. Ada siswa yang bertanya kepada siswa lain, “Kipiye si jane sing bener ki?”. Siswa yang ditanya justru kembali bertanya, “Delokna wae kau lho Bu Guru?” sambil matanya melihat lebih jelas ke layar. Rasa ingin tahu yang lain tampak ketika siswa ingin mengatahui atau membandingkan hasil pekerjaannya dengan pekerjaan teman disebelah maupun didepannya.

Berdasarkan pengamatan pada pratindakan diperoleh hasil 2 siswa (15,38%) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, 4 siswa (30,76%) dengan rasa ingin tahu yang cukup, dan 7 siswa (53,84%) dengan rasa ingin tahu yang rendah. Siklus 1 diperoleh hasil 5 siswa (38,46%) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, 6 siswa (46,15%) dengan rasa ingin tahu yang cukup dan 2 siswa (15,38%) rasa ingin tahunya rendah. Pada siklus II diperoleh hasil 6 siswa (46,15%) termasuk dalam kategori memilik rasa ingin tahu yang tinggi, 6 siswa (46,15%) dengan rasa ingin tahu cukup dan 1 (7,69%) siswa dengan rasa ingin tahu yang rendah.

Dapat disimpulkan bahwa keempat aspek motivasi siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang keempat aspek motivasinya tinggi dan cukup bertambah pada setiap siklus. Sebaliknya keempat aspek motivasi tersebut, jumlah siswa yang masuk dalam kategori rendah semakin berkurang.

Motivasi yang diperoleh dari angket sebelum dan sesudah tindakan juga mengalami perubahan yang signifikan. Berdasarkan angket diperoleh hasil

(44)

commit to user

116

sebagai berikut: (1) Sebelum tindakan 69,23% siswa memilih menulis merupakan pelajaran yang sulit, tetapi setelah adanya tindakan tinggal 10% yang menyatakan sulit. (2) Sebelum tindakan hanya 23,07% yang merasa senang dalam pelajaran menulis, tapi setelah tindakan 100% siswa merasakan senang dalam pelajaran menulis. (3) Sebelum tindakan hanya 23,07% siswa menentukan tema sebelum menulis, namun setelah tindakan meningkat menjadi 100%. (4) Sebelum tindakan sebanyak 23,07% siswa menyusun kerangka sebelum menulis, tapi setelah tindakan meningkat menjadi 92,3%. (5) Pada pratindakan, 30,76 siswa menggunakan kata-kata kesopanan berupa unggah-ungguh bahasa Jawa saat berbicara dengan yang lebih tua, dan setelah tindakan meningkat menjadi 61,53%. (6) Sebelum tindakan 61,53% siswa sulit menggunakan ejaan yang disempurnakan dalam menulis, dan setelah diadakan tindakan, 92,3% menyatakan tidak mengaami kesulitan. (7) Sebelum tindakan 100% siswa menyatakan kesulitan dalam mengembangkan paragraf, tapi setelah tindakan 76,92% menyatakan tidak kesulitan mengembangkan paragraf. (8) Sebelum tindakan hanya 30,76% siswa yang mengoreksi kembali tulisan setelah selesai menulis, dan terjadi peningkatan menjadi 100% setelah tindakan. (9) Sebelum tindakan, 61,53% siswa menyatakan bahwa cara guru menjelaskan pelajaran kurang menarik, dan setelah tindakan 100% atau semua siswa menyatakan cara guru menjelaskan sudah menarik. (10) Sebelum tindakan, hanya 23,07 siswa yang merasa bahwa nilainya selalu memuaskan dalam pembelajaran menulis, dan setelah dilakukan tindakan 76,92% menyatakan puas terhadap nilai dalam pembelajaran menulis.

(45)

commit to user

117

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setelah adanya tindakan, motivasi menulis siswa mengalami peningkatan. Tindakan dengan cara menerapkan model instruksi langsung melalui media gambar menjadikan siswa semakin bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis teks percakapan. Motivasi menulis siswa tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yang mencakup antusias, perhatian, keaktifan dan rasa ingin tahu.

Upaya peningkatan motivasi menulis teks percakapan pada penelitian ini telah berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya antusias, perhatian, keaktifan dan rasa ingin tahu siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Meningkatnya motivasi siswa tersebut mendukung siswa untuk menggali kemampuan menulis teks percakapan mereka menjadi lebih baik lagi.

Peningkatan motivasi menulis teks percakapan siswa ini sejalan dengan pendapat Purwanto (2000: 61) yang menyatakan bahwa tidak jarang ditemui banyak bakat siswa tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Apabila seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka keluarlah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga.

Selain pendapat tersebut, peningkatan motivasi menulis siswa ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Rizikiana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan

Menggunakan Model Pembelajaran Instruksi Langsung Melalui Media Surat

Kabar. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan

menulis surat lamaran pekerjaan siswa diikuti dengan perubahan tingkah laku siswa. Perubahan yang ditampakkan adalah perubahan ke arah yang positif.

(46)

commit to user

118

Perubahan semakin cermat dalam menulis surat lamaran pekerjaan dan siswa juga semakin antusias dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

Motivasi yang tinggi dapat mengarahkan siswa untuk belajar dengan lebih baik dan memperoleh hasil belajar yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari siklus I ke siklus II. Peningkatan motivasi menjadikan hasil belajar siswa juga ikut meningkat. Oleh karena itu, pentingnya guru untuk senantiasa memotivasi siswa agar selalu bersemangat dan bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran menulis teks percakapan sehingga mereka dapat memiliki keterampilan menulis yang baik.

Motivasi yang tinggi mempengaruhi sikap siswa dalam belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian berjudul The Influence of Motivation and Attitude on Writing

Strategy Use of Undergraduate EFL Studens: Quantitative and Qualitative

Perspectives oleh Gupta dan Woldemariam pada tahun 2006. Gupta dan

Wodemariam menjelaskan bahwa bahwa mahasiswa dengan motivasi yang kuat menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi terhadap kemampuan yang dirasakan, dan sikap positif terhadap metode pengajaran menulis yang efektif dan mereka telah sering menggunakan strategi menulis. Artinya, siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki, dan memiliki sikap yang lebih positif dalam pembelajaran. Sebagaimana dalam penelitian ini, motivasi yang tinggi membuat siswa lebih mudah menggali keterampilan menulis teks percakapan mereka. Selain itu, tingkat kepercayaan diri yang tinggi juga membuat siswa tidak ragu-ragu untuk menyampaikan apa yang mereka belum ketahui maaupun hal-hal lain yang menjadi pertanyaan dalam diri

(47)

commit to user

119

mereka. Hal ini berbeda jauh ketika siswa belum diberikan stimulus pada tindakan untuk meningkatkan motivasi, siswa hanya diam dan menunggu umpan dari guru karena memiliki tingkat kepecayaan diri yang kurang. Dengan adanya penerapan model instruksi langsung dan media gambar, motivasi siswa meningkat dan siswa menjadi bersemagat untuk menggali keterampilan mereka.

2. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Percakapan Berbahasa Jawa dengan Penerapan Model Instruksi langsung dan Media Gambar.

Keterampilan siswa kelas IV SD Negeri Kumesu 01 dalam menulis teks percakapan mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran instruksi langsung melalui media gambar. Indikator peningkatan keterampilan menulis teks percakapan mengacu pada pendapat Nurgiyantoro (2010, 441-442), yaitu isi karangan, organisasi, kosakata, penggunaan bahasa, dan mekanik. Hal Peningkatan tersebut dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini:

a. Isi karangan

Isi atau substansi teks percakapan yang siswa buat mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dicermati dari teks percakapan siswa yang sudah sesuai dengan gambar bertema yang disajikan oleh guru. Pengembangan tema yang semula kurang semakin meningkat seiring dengan berjalannya tindakan. Siswa menjadi lebih kreatif dalam memaparkan gagasan dan ide-ide mereka secara lebih tuntas. Dengan adanya gambar, membantu siswa berimajinasi sehingga memudahkan mereka menuangkan gagasannya dalam bentuk teks percakapan.

(48)

commit to user

120

Pada siklus I dan II, gagasan diungkapkan oleh siswa dengan jelas, padat, tertata dengan baik dan urutannya logis. Hal ini berbeda pada pratindakan. Siswa kurang lancar menuangkan gagasannya dan seringkali ide utamanya belum terlihat dalam teks percakapan.

c. Kosakata

Pemanfaatan potensi kata pada kondisi awal siswa masih terbatas. Siswa kurang mampu menuangkan perbendaharaan kata yang dimilikinya. Hal ini dapat diamati saat siswa menulis teks percakapan dengan cukup singkat meskipun terlihat tema masih sangat luas untuk dikembangkan. Penggunaan kosakata ragam krama dalam kalimat juga masih kurang tepat. Misalnya kata adus dikenakan pada Simbah, yang harusnya menggunakan kata siram.

Pada siklus I dan siklus II, pemilihan kosakata dan ungkapan sudah tepat. Penggunaan unggah-ungguh sudah mulai baik. Semisal pada pratindakan menjawab pertanyaan ibu dalam teks percakapan menggunakan “ya Bu”, diganti menggunakan “inggih Bu”. Kosakata-kosakata ragam krama juga sudah ditempatkan sesuai dengan orang yang diajak berbicara dalam teks percakapan. d. Penggunaan Bahasa

Penggunaan bahasa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari konstruksi kalimat yang lengkap dan cukup efektif. Meskipun ada beberapa siswa yang menggunakan kalimat-kalimat yang cukup singkat, namun masih tetap efektif tanpa mengaburkan makna. Pada siklus 1 dan II siswa bisa merangkai kalimat-kalimat membentuk sebuah teks percakapan yang memiliki makna tanpa ada kesalahan sintaksi yang fatal.

(49)

commit to user

121 e. Mekanik

Pada pratindakan masih sering terjadi kesalahan penggunaan ejaan, hal ini tampak pada penggunaan huruf kapital, penulisan kata depan, penulisan kata awalan, tanda baca titik, tanda baca koma, penanda kalimat langsung berupa petik dua atas dan penulisan judul. Pada siklus I dan siklus II kesalahan mekanik berkurang tetapi belum seratus persen. Hal ini tampak dari hasil teks percakapan siswa yang semakin baik, meskipun kadang masih ada yang suka lupa mengakhiri kalimat menggunakan tanda baca yang sesuai, namun prosentase kesalahan mekanik sudah berkurang.

f. Perolehan nilai menulis teks percakapan siswa meningkat.

Nilai kemampuan menulis secara berkelompok diperoleh nilai rata-rata pada siklus I 72,50 meningkat pada siklus II yaitu sebesar 76,80. Peningkatan tampak pada isi teks percakapan, organisasi jelas, padat dan tertata dengan baik. Selain itu urutannya juga logis, kosakata tepat, penggunaan bahasa baik dan ejaan benar.

Dilihat dari nilai kemampuan menulis secara individual sebagai berikut. Dengan melihat kondisi awal pada pratindakan dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis teks percakapan siswa masih tergolong rendah. Pada pratindakan hanya empat siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 63. Kisaran nilai yang dicapai siswa antara 40-73, dengan nilai rata-rata 55.

Pada siklus I terdapat peningkatan nilai dibandingkan dengan pratindakan. Ada delapan siswa yang tuntas dalam belajar. Kisaran nilai yang dicapai siswa antara 54-80 dengan nilai rata-rata 66,53. Pada siklus II terjadi peningkatan

Gambar

Diagram Batang

Referensi

Dokumen terkait

Air Cooled Wall Mounted, Refrigerant with Non CFC Pengadaan & Pemasangan A/C supporting, accessories, setting, testing dan commisioning. Termasuk Pipa Refiregrant &

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat-Nya maka skripsi dengan judul “Perancangan Sistem Tabungan dan Deposito Berbasis Teknologi Informasi Dengan

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume II-3/W5, 2015 ISPRS Geospatial Week 2015, 28 Sep – 03 Oct 2015, La Grande Motte,

Melakukan proses tarik tunai, pindah buku dana Bantuan Siswa Miskin/Program Indonesia Pintar (PIP) di Bank Muamalat2. Demikian surat kuasa diberikan tanpa hak subtitusi untuk

Dan yang ketiga di Distrik Molanikime karena itu tidak sesuai dengan perintah putusan Mahkamah, kami mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah untuk

Penelitian bertujuan mengetahui bagaimana respon dari sarjana teknologi pertanian yang bekerja di berbagai bidang profesi (pekerjaan) dan apabila dimasukkan ke dalam

Jika hadits di atas kita ajarkan kepada anak-anak kita terkait dengan pembedaan status jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dengan memberikan contoh-contohnya

Artinya, dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menilai input (kondisi awal) peserta didik, proses (kinerja dan aktifitas peserta didik dalam proses belajar