• Tidak ada hasil yang ditemukan

Velositas Tinggi Badan dengan Mempertimbangkan Tahun Penelitian dan Lokasi 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Velositas Tinggi Badan dengan Mempertimbangkan Tahun Penelitian dan Lokasi 1"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Velositas Tinggi Badan dengan Mempertimbangkan Tahun

Penelitian dan Lokasi

1

Oleh: Myrtati D. Artaria

Departemen Antropologi, dan Departemen Anatomi & Histologi, Universitas Airlangga, Surabaya

Abstract

Increment averages were calculated from height averages to see the trend of the increments over time and location. It is assumed that more recent measurements showed greater height averages than older measurements, and that increments from more recent data had higher and earlier timing of peak height velocities than those from earlier data. These assumptions were deduced from the fact that health conditions and socioeconomic status of the world’s population were improving with time (Camdessus 1995; Camdessus 1996a; Camdessus 1996b; Camdessus 1996c; Camdessus 1996d; Eveleth and Tanner 1990). Comparisons of height increments based on averages obtained from cross-sectional studies are quite common (e.g.: Eveleth and Tanner 1990; Jasicki et al. 1962; Kobyliansky and Hershkovitz 1997; Simmons and Todd 1938). Therefore it seems reasonable here to use height averages found in published literature, to see the trends of height increments in various geographic areas. The increments calculated from the averages can be regarded as proxies for the real increments. The increments in this study were calculated from the difference between the averages of two subsequent years of measurement. When the number of individuals measured in the cross-sectional study was large, the increments calculated from the averages are usually smoother than with smaller samples. The timing of PHV is estimated, it is the calculation of increment averages of the children who are undergoing several different phases of growth. The timing of PHV in a group of children reflects the year when the greatest number of them is undergoing PHV. The same populations are re-measured one or more decades after the first set of measurements. This evaluation is used to see trends over time: whether the timing of PHV has become earlier, or whether the size of PHV has become greater. The illustrations used in this study were obtained from America, Europe, Asia, Africa and Australia, and were grouped based on geographic area. The results showed that in general the highest rate of height increments tends to be at a younger age in more recent measurements, but the magnitude of the PHV is not necessarily greater. Furthermore, the height averages of two populations may be similar, but this does not necessarily mean that the height increments are of similar magnitude or in timing.

Key words: PHV, timing, magnitude, trend, height increment

Tulisan ini membahas velositas pertumbuhan tinggi badan, dihitung dari rata-rata tinggi badan, untuk melihat tren velositas dalam lintas waktu dan lokasi. Diasumsikan

(2)

bahwa pengukuran yang lebih dulu dilakukan, mempunyai rata-rata yang lebih rendah. Asumsi ini dideduksikan dari fakta bahwa kondisi kesehatan dan sosial ekonomi dari populasi dunia telah membaik (Eveleth & Tanner 1990), sehingga pengukuran yang dilakukan lebih belakangan akan menghasilkan rata-rata tinggi badan yang lebih besar.

Bahan dan Metode

Komparasi velositas tinggi badan ini berdasarkan rata-rata yang didapat dari studi

cross-sectional yang cukup banyak ditemukan. (Contohnya: Eveleth & Tanner 1990;

Jasicki et al. 1962; Kobyliansky & Hershkovitz 1997; Simmons & Todd 1938).

Karenanya dimungkinkan untuk melihat tren velositas tinggi badan pada berbagai daerah geografis. Velositas yang dihitung dari rata-rata ini bisa dianggap sebagai proxy untuk

velositas yang sesungguhnya

Velositas dalam studi ini dihitung dari perbedaan antara rata-rata n-n1. Ketika jumlah individu yang diukur dalam studi cross-sectional cukup besar, velositas yang

dihitung dari rata-rata tersebut cukup mulus (tidak naik-turun) dibandingkan apabila dihitung dari rata-rata yang berasal dari sekelompok sampel berjumlah sedikit.

Sebenarnya, velositas tinggi badan yang baik mestinya dihitung dari ukuran tinggi badan anak yang diukur tiap bulan atau tiap tahun. Hasil perhitungan velositas tinggi badan yang seperti ini biasanya tidak jauh berbeda dari velositas tahunan yang dihitung dari rata-rata tinggi badan sekelompok anak yang diukur secara cross-sectional.

Meskipun demikian, masalah muncul ketika seseorang harus menghitung velositas tinggi badan pada kelompok sampel yang sedang mengalami masa puber, karena variasi

pertumbuhannya sangat besar, begitu juga umur munculnya peak height velocity (PHV

atau puncak velositas tinggi badan) juga sangat bervariasi. Penghitungan velositas tinggi badan dan PHV selama masa puber yang menggunakan rata-rata tinggi badan dari studi

cross-sectional memberikan hasil yang lebih rendah dari PHV yang sebenarnya. Ini

disebabkan karena dalam satu kelompok umur tertentu pada masa puber, beberapa anak mungkin sedang mengalami PHV, beberapa yang lain mungkin sedang mengalami take-off (saat grafik mulai naik ke atas), dan yang lain mungkin sudah mengalami penurunan

(3)

Kapankah PHV ini muncul, juga bisa diaproksimasi dengan cara melihat grafik velositas. Karena grafik ini merupakan hasil penghitungan rata-rata velositas dari

sekelompok anak yang sedang mengalami fase pertumbuhan yang berbeda, umur di mana terjadi PHV mencerminkan kelompok umur yang mempunyai individu dengan jumlah terbanyak yang sedang mengalami PHV.

Populasi yang sama bisa diukur kembali setelah satu dekade atau lebih. Evaluasi ini bisa digunakan untuk melihat tren: apakah umur datangnya PHV menjadi lebih awal, dan apakah nilai PHV menjadi lebih besar.

Data untuk grafik yang digunakan dalam studi ini diambil dari benua Amerika, Eropa, Asia, Afrika, dan Australia, dan dikelompokkan berdasarkan area geografis. Apabila lebih dari satu rata-rata tinggi badan ditemukan dalam kelompok populasi yang sama dalam kurun waktu yang sama, yang dipakai adalah yang mempunyai sekuens rata-rata lebih panjang. Kalau semua mempunyai sekuens yang panjang, maka dipilih secara random, karena apabila semua digunakan, terlalu banyak garis akan membuat grafik kelihatan ruwet dan lebih sulit dalam menginterpretasinya.

Rata-rata tinggi badan dan velositasnya berbeda dari satu tempat ke tempat lain, dalam hal besarnya PHV, umur datangnya PHV, dan pola garisnya, tetapi kesimpulan secara general bisa dideduksi dari sana. Kesimpulan akan diambil untuk melihat apakah ada tren tertentu dalam umur datangnya dan besarnya PHV, dan juga tren secara umum.

I. Benua Amerika

Hasil dari Amerika Serikat

Rata-rata tinggi badan laki-laki di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1896 lebih rendah daripada tahun 1990, tetapi rata-rata tinggi badan laki-laki pada tahun 1938 lebih tinggi daripada tahun 1990 (Grafik 1).

Walaupun rata-rata tinggi badan laki-laki AS pada tahun 1938 sedikit lebih tinggi daripada laki-laki tahun 1990, datangnya PHV terjadi lebih lambat (Grafik 2).

(4)

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm) Worcester 1896 (1) Cleveland 1938 (2) NHANES 1990 (3)

Grafik 1. Rata-rata tinggi badan laki-laki AS. (Height averages of US males)

Sources: (1) Boas 1896 cit. Martin 1928; (2) Simmons & Todd 1938; (3) Frisancho 1990 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 A ge (y ears ) m m /year W orc es ter 1896 (1) Clev eland 1938 (2) NHA NES 1990 (3)

Grafik 2. Velositas tinggi badan laki-laki AS. (Height Velocities of US males). Sources:

Adapted from: (1) Boas 1896 cit. Martin 1928; (2) Simmons & Todd 1938; (3) Frisancho 1990

Sayangnya data yang diterbitkan pada tahun 1938 menyediakan rata-rata hanya sampai umur 13 tahun, oleh sebab itu mereka tidak memperlihatkan besarnya PHV yang seharusnya terjadi lebih tua dari umur 13 tahun. Dari perbandingan garis pada grafik

(5)

rata-bagi laki-laki pada tahun 1938 lebih lambat daripada tahun 1990 dan lebih awal daripada tahun 1896.

Rata-rata tinggi badan perempuan AS memberikan grafik yang mirip dengan laki-laki AS. Pada perempuan AS, rata-rata tinggi badan pada tahun 1938 lebih besar daripada tahun 1990 (data berasal dari penelitian NHANES), dan rata-rata tinggi badan perempuan pada tahun 1896 adalah yang paling rendah di antara tiga kelompok itu (Grafik 3).

Tetapi, tidak seperti velositas tinggi badan laki-laki AS, velositas tinggi badan bagi perempuan AS pada tahun 1990 dan 1938 menunjukkan PHV pada umur sama, walaupun PHV bagi perempuan pada tahun 1938 agak lebih tinggi (Grafik 4).

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm) Worcester 1896 (1) Cleveland 1938 (2) NHANES 1990 (3)

Grafik 3. Rata-rata tinggi badan perempuan AS. (Height Averages of US females).

(6)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Age (years) mm/year Worcester 1896 (1) Cleveland 1938 (2) NHA NES 1990 (3)

Grafik 4. Velositas tinggi badan perempuan AS. (Height Velocities of US Females).

Sources: Adapted from (1) Boas 1896 cit. Martin 1928; (2) Simmons & Todd 1938; (3) Frisancho 1990

II. Benua Asia

Hasil dari Jepang

Velositas tinggi badan laki-laki Jepang tahun 1990 lebih rendah daripada ukuran yang diambil pada tahun-tahun sebelumnya (1896 dan 1938). Datangnya waktu PHV ketiga kelompok itu cukup bersamaan, walaupun PHV terjadi lebih muda pada ukuran yang lebih baru (1938 dan 1990). Velositas tinggi badan laki-laki Jepang mencapai puncaknya pada umur 11 tahun di tahun 1896, umur 10.75 di tahun 1938, dan pada umur 10 tahun di tahun 1990 (Grafik 4).

Pada laki-laki Jepang, anak laki-laki yang diukur pada tahun 1915 mempunyai rata-rata tinggi badan lebih rendah daripada anak laki-laki yang diukur pada tahun 1975 ataupun 1987 (Grafik 5). Dari hasil ini kelihatan bahwa ada kecenderungan terjadi

secular trend pada rata-rata tinggi badan laki-laki Jepang.

Velositas tinggi badan laki-laki Jepang digambarkan pada Grafik 6. Velositas tinggi badan laki-laki Jepang pada tahun 1915 menunjukkan PHV sekitar 8 cm/tahun pada umur 13 tahun, dan 60 tahun kemudian (pada tahun 1975) besarnya PHV sama, tetapi datangnya PHV ialah satu sampai dua tahun lebih awal. PHV pada tahun 1987

(7)

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm) Japan 1915 Japan 1975 Japan1987

Grafik 5. Rata-rata tinggi badan laki-laki Jepang. (Height averages of Japanese males).

Sources: Ali et al. 2000.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/year Japan 1915 Japan 1975 Japan 1987

Grafik 6. Velositas tinggi badan laki-laki Jepang. (Height increments of Japanese males). Sources: adapted from Ali et al. 2000

(8)

12 tahun) maka besarnya PHV di kedua kelompok umur itu mirip dengan besarnya PHV pada tahun 1915. PHV bagi laki-laki pada tahun 1987 lebih rendah daripada tahun 1975 dan 1915 karena puncak PHV tersebar pada 3 kelompok umur, yaitu umur 11 sampai 13 (Grafik 6).

Rata-rata tinggi badan perempuan Jepang menampakkan grafik yang mirip dengan grafik laki-laki, di mana ukuran pada tahun 1987 mempunyai rata-rata yang lebih tinggi daripada ukuran tahun 1901. Garis rata-rata ukuran tahun 1987 dan 1901 kurang lebih bernilai sama, mulai umur 9 sampai dengan 17 tahun (Grafik 7).

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm) Japan 1901 (1) Japan 1987 (2)

Grafik 7. Rata-rata tinggi badan perempuan Jepang. (Height averages of Japanese females). Sources: (1) Miwa 1901 cit. Martin 1928; (2) Ali et al. 2000

(9)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/year Japan 1901 (1) Japan 1987 (2)

Grafik 8. Velositas tinggi badan perempuan Jepang. (Height increments of Japanese females). Sources: adapted from (1) Miwa 1901 cit. Martin 1928; (2) Ali et al.

Velositas tinggi badan perempuan Jepang lebih berfluktuasi daripada grafik laki-laki Jepang, barangkali karena ukuran sampel atau kesalahan pengukuran. Oleh karena itu trendlines dipergunakan untuk memperkirakan kapan datangnya waktu PHV. Sama

dengan laki-laki, tingginya puncak PHV yang paling besar juga didapati pada ukuran perempuan yang dibuat belakangan (1987). Sementara itu, datangnya PHV terlihat semakin muda pada ukuran yang dibuat lebih belakangan. Pada tahun 1901 PHV terjadi pada umur 12 tahun, dan pada tahun 1987 PHV terjadi pada umur 10 tahun (Grafik 8).

III. Benua Eropa

a. Hasil dari Jerman

Grafik rata-rata tinggi badan laki-laki Jerman agak berbeda dari grafik rata-rata dari AS dan Jepang. Ukuran yang paling belakangan dibuat (Schillitz 2001) mempunyai rata-rata yang paling rendah (Grafik 9). Rata-rata tinggi badan yang rendah itu mungkin disebabkan karena kebanyakan (87.6%) murid dari Brandenburg yang diukur itu berasal dari desa dan kota kecil (Schillitz 2001).

(10)

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm) Berlin 1906 (1) Hamburg 1962 (2) Bremen 1981 (3) Brandenburg 2001 (4)

Grafik 9. Rata-rata tinggi badan laki-laki Jerman. (Height averages of German males).

Sources: (1) Rietz 1906 cit. Martin 1928; (2) City of Hamburg 1962 cit.

Eveleth & Tanner 1976; (3) Danker et al. 1981 cit. Eveleth & Tanner 1990; (4) Schillitz 2001 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/year Berlin 1906 (1) Hamburg 1962 (2) Brandenburg 2001 (4) Bremen 1981 (3)

Grafik 10. Velositas tinggi badan laki-laki Jerman. (Height increments of German males). Sources: adapted from (1) Rietz 1906 cit. Martin 1928; (2) City of

Hamburg 1962 cit. Eveleth & Tanner 1976; (3) Danker et al. 1981 cit. Eveleth & Tanner 1990; (4) Schilitz 2001

(11)

Velositas tinggi badan laki-laki Jerman menunjukkan bahwa puncak tertinggi dijumpai pada data tahun 2001. Laki-laki Jerman dari data tahun 2001 mengalami PHV pada umur 13 tahun, satu tahun lebih awal daripada laki-laki Jerman tahun 1981. Dibandingkan dengan data tahun 2001, data tahun 1962 mempunyai PHV yang hampir sama, tetapi ketinggian puncaknya lebih rendah. Bisa dikatakan bahwa perubahan umur PHV (menjadi semakin muda) sudah terjadi pada data tahun 1962 (Grafik 10).

Pada umur 12 tahun velositas tinggi badan laki-laki dari data tahun 1962 sudah tinggi, dan pada umur 14 velositas tinggi badan masih tinggi, seolah-olah PHV sedang terjadi dari umur 12 sampai 14 tahun. Laki-laki dari data 1981 juga mempunyai velositas tinggi badan yang tinggi pada umur 12 sampai 14 tahun (Grafik 10).

Grafik rata-rata tinggi badan perempuan Jerman mirip dengan bentuk grafik laki-laki Jerman. Perempuan dari data tahun 2001 mempunyai rata-rata yang paling rendah (Grafik 11). 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height ( mm) Berlin 1906 (1) Urban 1967 (2) Bremen 1981 (3) Brandenburg 2001 (4)

Grafik 11. Rata-rata tinggi badan perempuan Jerman. (Height averages of German females). Sources: (1) Rietz 1906 cit. Martin 1928; (2) Hagen 1967 cit.

Eveleth & Tanner 1976; (3) Danker et al. 1981 cit. Eveleth & Tanner 1990; (4) Schilitz 2001

(12)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/y ear Berlin 1906 (1) Urban 1967 (2) Bremen 1981 (3) Brandenburg 2001 (4)

Grafik 12. Velositas tinggi badan perempuan Jerman. (Height increments of German females). Sources: adapted from (1) Rietz 1906 cit. Martin 1928; (2) Hagen

1967 cit. Eveleth & Tanner 1976; (3) Danker et al. 1981 cit. Eveleth & Tanner 1990; (4) Schilitz 2001

Grafik velositas tinggi badan perempuan Jerman juga nampak mirip dengan grafik laki-laki Jerman. Perempuan dari data tahun 1906 juga mempunyai dua puncak PHV, yaitu pada umur 11 dan 13 tahun (Grafik 12). Puncak velositas tinggi badan yang tertinggi pada perempuan dari data tahun 1967 terjadi pada tahun yang sama dengan perempuan dari data tahun 1981.

b. Hasl dari Perancis

Rata-rata tinggi badan laki-laki Perancis pada tahun 1906 lebih rendah daripada data tahun 1971 dan 1979. Rata-ratanya kurang lebih sama dari umur 3 sampai 15 tahun (Grafik 13). Rata-rata laki-laki yang diukur pada tahun 1971 dan 1979 kurang lebih sama di semua kelompok umur.

(13)

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm) Paris 1906 (1) Paris 1971 (2) Paris 1979 (3)

Grafik 13. Rata-rata tinggi badan laki-laki Perancis. (Height averages of French males).

Sources: (1) Variot & Chaumet 1906 cit. Martin 1928; (2) Sempé et al. 1971 cit. Eveleth & Tanner 1976; (3) Sempé et al. 1979 cit. Eveleth & Tanner 1990

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/year Paris 1906 (1) Paris 1971 (2) Paris 1979 (3)

Grafik 14. Velositas tinggi badan laki-laki Perancis. (Height increments of French males). Sources: adapted from (1) Variot & Chaumet 1906 cit. Martin 1928;

(14)

Umur datangnya PHV pada laki-laki Perancis tidak banyak berubah dari tahun 1906 sampai tahun 1971 (Grafik 14). Velositas tinggi badan pada laki-laki Perancis di tahun 1906 mempunyai PHV yang lebih tinggi daripada ukuran yang dibuat pada tahun 1971 dan 1979. Sementara itu, umur datangnya PHV kurang lebih sama (13 tahun) pada ke tiga sampel (Grafik 14).

Grafik rata-rata tinggi badan pada perempuan Perancis hampir identik dengan grafik rata-rata tinggi badan laki-laki Perancis. Perempuan Perancis pada tahun 1906 mempunyai rata-rata tinggi badan lebih rendah daripada data dari tahun 1971 dan 1979 (Grafik 15). 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm) Paris 1906 (1) Paris 1971 (2) Paris 1979 (3)

Grafik 15. Rata-rata tinggi badan perempuan Perancis. (Height averages of French females). Sources: (1) Variot & Chaumet 1906 cit. Martin 1928; (2) Sempé et

al. 1971 cit. Eveleth & Tanner 1976; (3) Sempé et al. 1979 cit. Eveleth & Tanner 1990

Velositas tinggi badan perempuan Perancis dari data yang diukur pada tahun 1979 memperlihatkan bahwa perempuan mencapai PHV pada umur yang lebih muda daripada laki-laki. Umur terjadinya PHV perempuan pada tahun 1971 dan 1906 kurang lebih sama. Sementara itu data tahun 1979 lebih banyak yang mengalami puncak tertinggi velositas pada umur 10 tahun (Grafik 16).

(15)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/year Paris 1906 (1) Paris 1971 (2) Paris 1979 (3)

Grafik 16. Velositas tinggi badan perempuan Perancis. (Height increments of French females). Sources: adapted from (1) Variot & Chaumet 1906 cit. Martin 1928;

(2) Sempé et al. 1971 cit. Eveleth & Tanner 1976; (3) Sempé et al. 1979 cit. Eveleth & Tanner 1990

c. Hasil dari Polandia

Rata-rata tinggi badan laki-laki Polandia tidak banyak berubah dari tahun 1973 sampai 1983. Rata-rata laki-laki yang diukur pada tahun 1938 merupakan yang paling rendah di antara tiga kelompok data dari Polandia (Grafik 17).

Laki-laki Polandia pada tahun 1938 mempunyai PHV yang lebih tinggi dari pada tahun 1973 dan 1983. Meskipun demikian, ditinjau dari garis velositas tahun 1938 yang naik-turun, puncak tinggi ini patut diragukan reliabilitasnya. Laki-laki Polandia pada tahun 1973 mempunyai PHV pada tahun sama dengan laki-laki pada tahun 1983 (Grafik 18).

(16)

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm ) Poland 1938 (1) Warsaw 1973 (2) Wroclaw 1983 (3)

Grafik 17. Rata-rata tinggi badan laki-laki Polandia. (Height averages of Polish males).

Sources: (1) Jasicki 1938 cit. Jasicki et al. 1962; (2) Charzewska 1973 cit. Eveleth & Tanner 1976; (3) Kurniewicz-Witczakowa et al. 1983 cit. Eveleth & Tanner 1990 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/year Poland 1938 (1) Warsaw 1973 (2) Wroclaw 1983 (3)

Grafik 18. Velositas tinggi badan laki-laki Polandia. (Height increments of Polish males). Sources: adapted from (1) Jasicki 1938 cit. Jasicki et al.,1962; (2)

(17)

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height ( m m ) Poland 1938 (1) Warsaw 1973 (2) Wroclaw 1983 (3)

Grafik 19. Rata-rata tinggi badan pada perempuan Polandia. (Height averages of Polish females). Sources: (1) Jasicki 1938 cit. Jasicki et al.1962; (2) Charzewska

1973 cit. Eveleth & Tanner 1976; (3) Kurniewicz-Witczakowa et al., 1983 cit. Eveleth & Tanner 1990

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Age (years) mm/year Poland 1938 (1) Warsaw 1973 (2) Wroclaw 1983 (3)

Grafik 20. Velositas tinggi badan pada perempuan Polandia. (Height increments of Polish females). Sources: adapted from (1) Jasicki 1938 cit. Jasicki et al.

1962; (2) Charzewska 1973 cit. Eveleth & Tanner 1976; (3) Kurniewicz-Witczakowa et al. 1983 cit. Eveleth & Tanner 1990

(18)

Rata-rata tinggi badan perempuan Polandia yang diukur pada tahun 1938 dan 1973 kurang lebih sama (Grafik 19). Perempuan yang diukur pada tahun 1983 agak lebih tinggi daripada dua kelompok lain.

Velositas tinggi badan perempuan Polandia menunjukkan bahwa PHV mencapai titik tertinggi pada tahun 1983 dan terjadi lebih awal daripada PHV perempuan pada tahun 1973 (Grafik 20).

Velositas tinggi badan perempuan tahun 1938 turun naik pada umur 10 sampai 12 tahun dan oleh sebab itu trendline digunakan pada grafik ini untuk melihat

kecenderungan (trend) secara umum. Akan tetapi, trendline tidak bisa secara jelas

menunjukkan umur berapa datangnya PHV. Besarnya puncak PHV juga tidak bisa diramalkan, karena trendline merupakan penggabungan beberapa titik menjadi satu.

Menilai dari sifat velositas tinggi badan pada tahun 1938, nampaknya PHV terjadi pada umur 12 tahun.

.

d. Hasil dari Negeri Belanda

Laki-laki Belanda mempunyai rata-rata tinggi badan yang tidak banyak berubah dari tahun 1970an sampai tahun 1980an (Grafik 21). Akan tetapi, PHV memperlihatkan kecenderungan untuk datang pada umur yang lebih muda, dan puncak PHV yang lebih tinggi, pada pengukuran yang dilakukan lebih belakangan (Grafik 22).

(19)

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm) National 1971 (1) National 1985 (2)

Grafik 21. Rata-rata tinggi badan laki-laki Belanda. (Height averages of Dutch males).

Sources: (1) van Wieringen et al. 1971 cit. Eveleth & Tanner 1976; (2) Roede & van Wieringen 1985 cit. Eveleth & Tanner 1990

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/year National 1971 (1) National 1985 (2)

Grafik 22. Velositas tinggi badan laki-laki Belanda. (Height increments of Dutch males).

Sources: adapted from (1) van Wieringen et al. 1971 cit. Eveleth & Tanner 1976; (2) Roede & van Wieringen 1985 cit. Eveleth & Tanner 1990

(20)

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm) National 1971 (1) National 1985 (2)

Grafik 23. Rata-rata tinggi badan perempuan Belanda. (Height averages of Dutch females). Sources: (1) van Wieringen et al. 1971 cit. Eveleth & Tanner 1976;

(2) Roede & van Wieringen 1985 cit. Eveleth & Tanner 1990

Rata-rata tinggi badan perempuan Belanda pada tahun 1985 hanya sedikit lebih tinggi daripada perempuan pada tahun 1971. Perbedaan dimulai pada umur sekitar 5 tahun. Garis rata-rata tahun 1971 lebih-kurang sejajar dengan garis rata-rata pada tahun 1985 pada umur 11 tahun ke atas (Grafik 23).

(21)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/year National 1971 (1) National 1985 (2)

Grafik 24. Velositas tinggi badan perempuan Belanda. (Height increments of Dutch females). Sources: adapted from (1) van Wieringen et al. 1971 cit. Eveleth &

Tanner 1976; (2) Roede & van Wieringen 1985 cit. Eveleth & Tanner 1990 PHV perempuan Belanda pada tahun 1971 dan 1985 terjadi pada umur 11 tahun, dan puncaknya kurang lebih sama besarnya. Akan tetapi umur take-off perempuan yang

diukur pada tahun 1985 terjadi pada umur 8 tahun, sementara yang diukur pada tahun 1971 mengalami take-off lebih lambat, yaitu pada umur 10 tahun (Grafik 24).

IV. Benua Afrika

Sulit menemukan ukuran dari Afrika yang berasal dari daerah yang sama tetapi sekaligus dari waktu berbeda. Oleh karena itu ‘Black Americans’ dari Philadelphia dimasukkan di sini (Grafik 25 sampai Grafik 28).

Sampel Afrika yang lainnya berasal dari Gambia. Orang Gambia yang diukur pada tahun 1961 tidak mempunyai ukuran anak belasan tahun, dan oleh sebab itu PHV tidak bisa diketahui dari grafik (Grafik 26 dan 28). Tinggi badan laki-laki Gambia yang diukur pada tahun 1961 dan 1982 mempunyai rata-rata yang kurang lebih sama dari umur 1 sampai 5 tahun. Laki-laki Gambia (1961) pada umur 10 dan 15 rata-rata tinggi

(22)

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) Height (mm) Gambia 1961 (1) Afro-Philadel 1970 (2) Gambia 1982 (3) Afro-Philadel 1979 (4)

Grafik 25. Rata-rata tinggi badan laki-laki Afrika dari Gambia dan laki-laki Afrika yang

tinggal di AS. (Height averages of Gambian (Africa) males, & males of African origin in the US). Sources: (1) Mc Gregor et al. 1961; (2) Krogman

1970; (3) Billewicz & Mc Gregor 1982; (4) Katz, unpublished cit. Eveleth & Tanner 1990 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/ye ar Gambia 1961 (1) Afro-Philadel 1970 (2) Gambia 1982 (3) Afro-Philadel 1979 (4)

Grafik 26. Velositas tinggi badan laki-laki Afrika dari Gambia dan laki-laki Afrika yang

tinggal di AS. (Height increments of Gambian (Africa) males, and males of African origin in the US). Sources: adapted from (1) Mc Gregor et al. 1961;

(23)

Rata-rata tinggi laki-laki Afro-Philadelphia pada umur 16 dan 17 tahun pada tahun 1979 lebih tinggi daripada yang yang diukur pada tahun 1970 (Grafik 25), tetapi mereka lebih pendek pada umur 13 dan 14 tahun. Sayangnya ukuran laki-laki pada tahun 1970 berhenti pada umur 17 tahun. Ada kemungkinan bahwa anak laki-laki bertambah tinggi sesudah umur 17 tahun. Oleh karenanya tidak bisa dipastikan apakah Afro-Philadelphia pada tahun 1970 akhirnya mencapai tinggi badan yang sama dengan laki-laki pada tahun 1979. Walaupun rata-rata laki-laki-laki-laki tahun 1979 itu lebih tinggi daripada tahun 1970 pada umur 16 dan 17 tahun (Grafik 25), besarnya PHV laki-laki tahun 1970 lebih tinggi puncaknya daripada laki-laki tahun 1979 (Grafik 26).

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) H eight (mm) Gambia 1961 (1) Afro-Philadel 1970 (2) Gambia 1982 (3) Afro-Philadel 1979 (4)

Grafik 27. Rata-rata tinggi badan perempuan Afrika dari Gambia dan perempuan Afrika

yang tinggal di AS. (Height averages of Gambian (Africa) females, and females of African origin in the US). Sources: (1) Mc Gregor et al. 1961; (2)

Krogman 1970; (3) Billewicz & Mc Gregor 1982; (4) Katz, unpublish cit. Eveleth & Tanner 1990

(24)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Age (years) mm/year Gambia 1961 (1) Afro-Philadel 1970 (2) Gambia 1982 (3) Afro-Philadel 1979 (4)

Grafik 28. Velositas tinggi badan perempuan Afrika dari Gambia dan perempuan Afrika

yang tinggal di AS. (Height increments of Gambian (Africa) females, and females of African origin in the US). Sources: adapted from (1) Mc Gregor et

al. 1961; (2) Krogman 1970; (3) Billewicz & Mc Gregor 1982; (4) Katz, unpublished cit. Eveleth & Tanner 1990

Rata-rata tinggi badan perempuan Gambia pada tahun 1961 dan 1982 sangat berdekatan satu sama lain. Rata-rata pada umur 10 dan 15 tahun pada tahun 1982 lebih rendah daripada rata-rata tinggi badan perempuan Philadelphia pada tahun 1970 dan 1979 (Grafik 27). Sebenarnya sulit untuk menyebutkan dengan tepat penyebab perbedaan rata-rata tinggi badan antara orang Gambia dan Philadelphia, karena akan melibatkan

perbandingan perbedaan dan persamaan lingkungan serta latar belakang genetik mereka. Ini sulit untuk dilakukan karena memisahkan lingkungan dan latar belakang genetik, kemudian menentukan bagaimana masing-masing faktor itu berpengaruh terhadap pertumbuhan badan seorang anak, tidaklah sederhana.

Pembandingan di antara perempuan Afro-Philadelphian pada 1961 dan 1979 lebih mudah, karena mereka lebih mungkin datang dari latar belakang genetik sama.

Lingkungan fisik mereka mungkin tidak banyak berubah dari tahun 1961 sampai 1979, tetapi status sosial-ekonomi mereka sudah membaik.

Rata-rata tinggi badan perempuan Afro-Philadelphia pada tahun 1979 lebih tinggi daripada tahun 1970 pada umur 11 dan 12, tetapi pada umur 13 tahun ke atas tinggi

(25)

perkiraan bahwa populasi itu berasal dari latar belakang genetis yang sama. Jika ada perubahan status sosial-ekonomi antara tahun 1970 dan 1979, kelihatannya ini

berpengaruh pada pertumbuhan tinggi badan perempuan Philadelphia pada masa sebelum pubertas, di mana terlihat rata-rata tinggi badan mereka lebih rendah pada tahun 1970.

Velositas tinggi badan perempuan Gambia dan Afro-Philadelphia turun naik (Grafik 28), selain itu juga mustahil untuk menghitung velositas tinggi badan perempuan tahun 1979 sebelum pubertas. Oleh karena itu sulit menarik kesimpulan dari Grafik 28 ini

V. Benua Australia Hasl dari Australia

Rata-rata tinggi Orang Aborigin di Australia yang diukur pada 1996 didapat dari

linear trendline karena kecilnya jumlah individu yang diukur (dari Henneberg et al.

2001). Rata-rata ukuran yang dibuat paling akhir tidak berbeda dari ukuran tahun 1966 dan 1971 (Grafik 29). 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Age (years ) Height ( mm) A borigine 1966 (1) A borigine 1971 (2) A borigine 1996 (3)

Grafik 29. Rata-rata tinggi badan laki-laki Aborigin dari Australia. (Height averages of male Australian Aborigines). Sources: (1) Kettle 1966 cit. Eveleth & Tanner

1976; (2) Brown & Barrett 1971; (3) Henneberg et al. 2001

(26)

sebab sama alasan penggunaan trendline pada rata-rata tinggi badan mereka. Walaupun

besarnya PHV lebih tidak secara persis diperkirakan menggunakan trendline, umur

datangnya PHV orang Aborigin laki-laki bisa di perkirakan dari sini. Kelihatannya umur datangnya PHV terjadi lebih awal pada kelompok tahun 1996 daripada kelompok tahun 1971 (Grafik 30). 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Aborigine 1966 (1) Aborigine 1971 (2) Aborigine 1996 (3) Aborigine 1996 (3)

Grafik 30. Velositas tinggi badan laki-laki Aborigin dari Australia. (Height increments of male Australian Aborigines). Sources: adapted from (1) Kettle 1966 cit.

(27)

600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Age (years) Height ( mm) Aborigine 1966 (1) Aborigine 1971 (2) Aborigine 1996 (3)

Grafik 31. Rata-rata tinggi badan perempuan Aborigin dari Australia. (Height averages of female Australian Aborigines). Sources: (1) Kettle 1966 cit. Eveleth &

Tanner 1976; (2) Brown & Barrett 1971; (3) Henneberg et al. 2001

Rata-rata tinggi badan perempuan Aborigin di Australia yang diukur pada tahun 1996 tidak berbeda dari ukuran yang dibuat lebih awal (Grafik 31). Tetapi perlu diingat bahwa lokasi di mana ukuran dilakukan itu mungkin berpengaruh, karena Australia adalah benua sangat besar. Brown & Barrett (1971) mengukur orang Aborigin di Northern Territory, sementara Henneberg et al. (2001) mengukur orang Aborigin di Australia Selatan.

Peneliti lain (Dugdale et al. 1990) mengatakan bahwa pada 30 tahun terakhir ada perbaikan pola pertumbuhan badan anak Aborigin di Queensland (Australia) pada umur 1 sampai 5 tahun, ketika dibandingkan dengan referensi pertumbuhan badan internasional. Akan tetapi penelitian mereka terfokus pada penelitian berat-untuk-umur dan tinggi-untuk-umur, dan tidak ada penelitian mengenai velositas tinggi badan.

(28)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Aborigine 1966 (1) Aborigine 1971 (2) Aborigine 1996 (3) Aborigine 1996 (3)

Grafik 32. Velositas tinggi badan perempuan Aborigin dari Australia. (Height increments of female Australian Aborigines). Sources: adapted from (1)

Kettle 1966 cit. Eveleth & Tanner 1976; (2) Brown & Barrett 1971; (3) Henneberg et al. 2001

Umur datangnya PHV pada perempuan Aborigin di Australia yang diukur pada tahun 1996 (Henneberg et al. 2001) ternyata lebih awal daripada kelompok Aborigin yang diukur pada tahun 1971 (Grafik 32). Menilik dari rentang nilai PHV individu, besarnya rata-rata PHV mungkin tidak jauh berbeda dari umur datangnya PHV kelompok yang diukur tahun 1971.

Diskusi dan Kesimpulan

Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa secara umum besaran puncak velositas tinggi badan cenderung lebih tinggi pada penelitian yang dilakukan lebih belakangan, tetapi tidak berarti besarnya PHV meningkat secara signifikan. Selanjutnya, rata-rata tinggi badan dua kelompok sampel bisa saja hampir sama, tetapi ini tidak berarti bahwa puncak velositas tinggi badan (PHV) mempunyai besaran yang sama, dan juga tidak berarti bahwa umur datangnya PHV adalah sama (misalnya, laki-laki dan

(29)

1987; perempuan Jerman pada tahun 1967 dan 1906; perempuan di Paris pada tahun 1971 dan 1979).

Dua kelompok sampel di daerah yang sama yang diukur pada dasawarsa yang berbeda mungkin mempunyai rata-rata tinggi badan yang lebih tinggi pada pengukuran yang lebih belakangan, dan ini bisa terjadi karena PHV yang lebih tinggi puncaknya, dan waktu datangnya PHV yang lebih awal pada pengukuran yang lebih belakangan

(misalnya laki-laki Belanda pada tahun 1971 dan 1985; laki-laki Jerman pada tahun 1906 dan 1981; perempuan Jepang pada tahun 1901 dan 1987).

Selanjutnya, dua kelompok populasi yang diukur pada dasawarsa berbeda mungkin mempunyai rata-rata tinggi badan yang lebih tinggi pada ukuran yang lebih belakangan, dan PHV dicapai pada umur yang lebih dini, tetapi besaran PHV sama (misalnya perempuan di Paris pada tahun1906 dan 1979; laki-laki di Jepang tahun 1915 dan 1987; serta laki-laki AS pada tahun 1896 dan 1990).

Tabel 1 menunjukkan bahwa ada kecenderungan umum yang mengarah pada rata-rata tinggi badan yang lebih tinggi pada pengukuran-pengukuran yang dilakukan lebih belakangan, khususnya pada laki-laki. Hanya beberapa PHV yang besarannya lebih tinggi pada pengukuran yang lebih belakangan. Ini didapati pada empat kasus pengukuran pada laki-laki (di Amerika Serikat, Jerman, Polandia dan Belanda), dan lima kasus pengukuran pada perempuan (di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis dan Polandia), di mana besarnya PHV lebih tinggi pada pengukuran yang lebih belakangan. Pada kelompok-kelompok sampel yang diteliti di sini, yang lebih sering dijumpai adalah PHV yang datang pada umur lebih dini di pengukuran yang dilakukan lebih belakangan.

Velositas tinggi badan yang turun-naik biasanya mempunyai PHV yang lebih kecil. Fluktuasi ini menyebabkan interpretasi grafik yang tidak tepat.

(30)

Tabel 1. Perbandingan beberapa studi mengenai tinggi badan dari berbagai laporan

penelitian dari tempat dan tahun yang berbeda. (Comparison of several body height average studies from various areas and years of reports)

Laki-laki (Male) Perempuan (Female)

PHV lebih muda? (Younger peak?) PHV lebih tinggi? (Greater peak?) Rata-rata lebih tinggi? (Taller average?) PHV lebih muda? (Younger peak?) PHV lebih tinggi? (Greater peak?) Rata-rata lebih tinggi? (Taller average?) USA 1990 (vs 1896) √ √ √ √ ? √ USA 1990 (vs 1938) √ ? ≈ = ≈ USA 1938 (vs 1896) √ ? √ √ √ √ Japan 1987 (vs 1915) √ √ na na na Japan 1987 (vs 1901) na na na √ √ √ Germany 1981 (vs 1906) √ √ √ √ √ Germany 1981 (vs 1962) √ √ ≈ √ √ Germany 1962 (vs 1906) √ √ √ ≈ France 1979 (vs 1906) = √ √ √ √ France 1979 (vs 1971) = = = √ √ = France 1971 (vs 1906) = √ = √ Poland 1983 (vs 1938) √ √ ≈ Poland 1983 (vs 1973) = √ ≈ √ √ ≈ Poland 1973 (vs 1938) √ √ ≈ Dutch 1985 (vs 1971) √ √ √ = = √ Gambians 1979 (vs 1961) ? ? = ? ? = Afro-Philadelphians ’79 (vs ’70) ? ? √ ? ? √ Aborigines 1996 (vs 1971 & 1966) √ ? ≈ √ ? ≈ Catatan:

na: not available (data tidak ada) √ : ya

= : sama ≈ : hampir sama ? : meragukan

Positive seculer trend2 terjadi pada rata-rata tinggi badan, pada umumnya

disebabkan karena kondisi lingkungan hidup secara umum yang lebih baik, gizi dan sanitasi yang juga lebih baik, dan penanggulangan terhadap penyakit menular melalui immunisasi (Eveleth & Tanner 1990: 205; Roche 1979). Sementara itu positive seculer

(31)

trend yang terjadi pada data dari AS dan Belanda menurut Eveleth & Tanner (1990: 207)

disebabkan oleh asupan kalori yang secara umum lebih baik.

Penjelasan mengenai positive seculer trend ini kelihatannya kurang lengkap. Ada

kecenderungan bahwa peningkatan ukuran badan manusia dianggap sebagai sesuatu yang positif. Memang, anak yang berasal dari status sosial-ekonomi tinggi umumnya

mempunyai badan yang lebih tinggi daripada anak yang berasal dari status sosial-ekonomi rendah (Stinson 2000:429). Tetapi, apakah tinggi badan yang meningkat pada anak sosial-ekonomi atas di negara maju dan negara industri juga bisa dianggap sebagai sesuatu yang berarti positif?

Positive seculer trend terhadap tinggi badan sebenarnya telah dicurigai sebagai

suatu trend yang menuju arah yang tidak sewajarnya (Henneberg 2001). Rata-rata tinggi

badan yang meningkat sudah terjadi sejak Pliocene sampai akhir Pleistocene (Styne & McHenry1993; Mathers & Henneberg 1995), dan trend rata-rata tinggi badan itu

kemudian menurun mulai dari awal Pleistocene sampai dengan Holocene ketika revolusi industri mulai terjadi (Henneberg & Steyn 1993; Mathers & Henneberg 1995). Seculer trend pada tinggi badan ini berkorelasi erat dengan seculer trend pada umur menarche

(Filipsson & Aula 1976; Hagg & Taranger 1980; Hagg & Taranger 1982; Yoneyama et al. 1988), di mana rata-rata umur menarche menjadi semakin muda.

Umur menarche yang lebih muda diperkirakan telah memberi keuntungan dari perspektif evolusioner (Bogin 1999; Bogin & Smith 2000), agar seorang perempuan mempunyai waktu yang lebih panjang untuk mempelajari tugasnya sebagai manusia dewasa, di mana dia sudah dianggap sebagai orang dewasa (karena sudah mengalami menarche) tetapi secara biologis masih belum siap untuk bereproduksi (Bogin & Smith 2000).

Tetapi, umur menarche yang semakin lama menjadi jauh lebih muda (dengan status seperti orang dewasa) seperti itu mungkin akhirnya justru memberikan kerugian kepada seorang perempuan. Menarche memberikan perasaan tak enak bagi anak belasan tahun, dan dapat mengganggu masa bermain anak (Artaria, data tidak dipublikasi). Padahal seorang anak memerlukan waktu yang panjang untuk meningkatkan kemampuan kognisi, melalui pertumbuhan otak mereka, melalui pembelajaran (Bogin & Smith

(32)

2000:402), dan masa bermain-main selama masa juvenile, untuk mengembangkan

kemampuan sosial, dan untuk bersosialisasi dengan kawan sepermainan.

Masa remaja dimulai ketika kematangan seksual telah datang, yang ditandai dengan adanya PHV menjelang pubertas, dan berakhir ketika masa dewasa telah datang, dan kematangan alat reproduksi juga sudah sempurna (Bogin 1998). Sudah diketahui dan pada umumnya diterima bahwa masa remaja memberikan keuntungan evolusioner kepada manusia, dengan menambah keberhasilan reproduksi mereka jika dibandingkan dengan primata lain (Bogin 1998; Bogin & Smith 2000; Tanner 1978:23).

Bogin (1998) menyebutkan bahwa masa remaja (adolescence) mulai ada pada

periode akhir masa hidup H. erectus (sekitar 400.000 tahun yang lalu). Bogin (1998) menduga bahwa masa remaja sudah bertambah panjang pada masa hidup H. sapiens. Oleh karena itu fenomena yang terjadi belakangan ini, yaitu umur menarche yang menjadi semakin muda, serta adanya growth spurt (loncatan pertumbuhan menjelang

pubertas) yang berkaitan erat dengan kematangan seksual, kelihatannya justru

berlawanan dengan trend evolusi yang bertujuan untuk memaksimalkan keberhasilan

reproduksi spesies manusia. Perempuan yang seharusnya secara biologis belum mampu untuk bereproduksi dan harusnya mempelajari tugasnya sebagai manusia dewasa, justru menjadi dewasa secara biologis dalam waktu yang lebih dini, dan kemungkinan ini justru memperpendek masa pembelajaran mereka .

Adanya trend yang merugikan seperti tersebut di atas mungkin disebabkan karena seleksi alam pada manusia yang semakin melunak (relaxed natural selection) yang

mungkin disebabkan oleh self-domestication populasi manusia (Henneberg 1997).

Diduga penyebab dari relaxed natural selection di antaranya adalah adanya kemajuan di

bidang teknologi kedokteran, intensifikasi penggunaan pembatasan kelahiran (KB), mortalitas yang menurun, dan mobilitas geografis yang meningkat yang meningkatkan variabilitas morfologis populasi (Henneberg 1992). Selanjutnya, penggunaan bahan kimia pada makanan yang mempunyai efek mirip dengan substansi yang diproduksi oleh tubuh manusia (Henneberg 2000), misalnya mempunyai efek mirip hormon, mungkin dapat berakibat pada perubahan pola pertumbuhan badan.

(33)

yang digunakan dalam peternakan komersial (Moishezon-Blank 1991) dan produk olahan susu yang diduga juga berisi bahan-bahan sejenis itu. Perkiraan mengenai penyebab lain adalah interaksi dengan berbagai macam patogen baik secara alamiah ataupun artifisial melalui vaksinasi, yang mungkin menyebabkan kekebalan yang secara biokimia berhubungan dengan kontrol genetis terhadap tinggi badan (Henneberg 2001).

Munculnya growth spurt mungkin juga disebabkan oleh adaptasi terhadap cuaca

dingin. Growth spurt memungkinkan manusia dengan cepat mencapai ukuran yang lebih

besar dalam waktu yang lebih pendek (Johnston 1998:116) agar badan lebih dapat menyesuaikan diri dengan udara dingin. Secara umum, dibandingkan dengan iklim yang lebih hangat, penduduk-penduduk yang tinggal di daerah yang lebih dingin mempunyai badan lebih besar dan lebih lebar (Beall & Steegmann 2000:177).

Kecenderungan yang belakangan ini muncul, yaitu timbulnya growth spurt pada

umur yang lebih muda, juga bertentangan dengan arah evolusi manusia untuk memaksimalkan keberhasilan reproduksi. Jika laki-laki bisa memaksimalkan

keberhasilan reproduksi mereka dengan mempunyai kemampuan untuk bereproduksi sementara tetap mempertahankan penampilan kekanak-kanakan (Bogin & Smith 2000),

growth spurt yang datang lebih awal tidak akan menguntungkan buat para laki-laki. Trend evolusi adalah memungkinkan para laki-laki dewasa muda untuk mempunyai

penampilan fisik yang belum dewasa, tetapi mampu untuk bereproduksi, sehingga dapat bersaing secara diam-diam dengan alpha male (Bogin & Smith 2000). Dengan datangnya growth spurt yang lebih awal, laki-laki dewasa muda ini akan lebih cepat mencapai

ukuran maksimal tubuh mereka, sehingga memperpendek masa aman mereka untuk dapat bersaing secara diam-diam dengan alpha male.

Dapat disimpulkan bahwa seorang individu yang tidak mengalami growth spurt

pada masa pubertas sebaiknya tidak dianggap mempunyai kondisi abnormal. Jika growth spurt merupakan bentuk adaptasi biologis, atau efek dari relaxed natural selection,

berarti growth spurt tidak harus dialami oleh setiap individu dalam populasi. Justru

individu yang mempunyai PHV yang tinggi dan datangnya growth spurt pada umur yang

lebih awal, bisa dikatakan sebagai abnormal.

(34)

Karenanya Bogin (1988:214) menamai kejadian ini sebagai ‘puberty catastrophe’, yang

merupakan nama yang cocok untuk peristiwa ini.

.

Referensi

Ali A, Uetake T, and Ohtsuki F (2000) Secular changes in relative leg length in post-war Japan. American-Journal-of-Human-Biology. May-June, 2000; 12:405-416.

Beall CM, and Steegmann Jr. AT (2000) Human adaptation to climate: temperature, ultraviolet radiation, and altitude. In S Stinson, B Bogin, R Huss-Ashmore and D O'Rourke (eds.): Human Biology: An Evolutionary and Biocultural Perspective. Brisbane: John Wiley and Sons, Inc.

Billewicz WZ, and McGregor IA (1982) A birth-to-maturity longitudinal study of heights and weights in two West African (Gambian) villages, 1951-1975. Ann Hum Biol 9:309-20.

Bogin B (1988) Patterns of Human Growth. Cambridge, New York, Melbourne, Sydney: Cambridge University Press.

Bogin B (1998) Human growth from an evolutionary perspective. In S Ulijaszek, FE Johnston and ME Preece (eds.): The Cambridge Encyclopedia of Human Growth and Development. Cambridge: Cambridge University Press. Bogin B (1999) Patterns of Human Growth. Cambridge: Cambridge University Press. Bogin B, and Smith BH (2000) Evolution of the human life-cycle. In S Stinson, B Bogin,

R Huss-Ashmore and D O'Rourke (eds.): Human Biology: An Evolutionary and Biocultural Perspective. Brisbane: John Wiley and Sons, Inc.

Brown T, and Barrett MJ (1971) Growth in Central Australian Aborigines: stature. Med J Aust 2:29-33.

Dugdale AE, Musgrave IA, and Streatfield K (1990) The changing growth of aboriginal children. J Paediatr Child Health 26:192-6.

Eveleth PB, and Tanner JM (1990) Worldwide Variation in Human Growth. Cambridge: Cambridge University Press.

Filipsson R, and Hall K (1976) Correlation between dental maturity, height development and sexual maturation in normal girls. Ann Hum Biol 3:205-10.

Frisancho AR (1990) Anthropometric Standards for the Assessment of Growth and Nutritional Status. Ann Arbor: The University of Michigan Press.

Hagg U, and Taranger J (1980) Menarche and voice change as indicators of the pubertal growth spurt. Acta Odontol Scand 38:179-86.

Hagg U, and Taranger J (1982) Maturation indicators and the pubertal growth spurt. Am J Orthod 82:299-309.

(35)

Hagg U, and Taranger J (1992) Pubertal growth and maturity pattern in early and late maturers. A prospective longitudinal study of Swedish urban children. Swed Dent J 16:199-209.

Henneberg M (1997) Human evolution today: which way next? In CE Oxnard and L Freedman (eds.): Perspectives in Human Biology. Singapore, London, Hong Kong: World Scientific Publ. Co., pp. 1-12.

Henneberg M (2001) Secular trend in body height- Indicator of general improvement in living conditions or of a change in specific factors? In P Dasgupta and R Hauspie (eds.): Perspectives in Human Growth, Development and Maturation. Dordrecht, Boston, London: Kluwer Academic Publishers. Henneberg M, and Steyn M (1993) Trends in cranial capacity and cranial index in

Subsaharan Africa during the Holocene. American Journal of Human Biology

5:473-479.

Henneberg M, Schilitz A, and Lambert K (2001) Assessment of the growth status of children in two Aboriginal communities in South Australia. American Journal of Human Biology 13:603-611.

Henneberg M (1992) Continuing human evolution: Bodies, brains and the role of variability. Transaction of the Royal Society of South Africa 48:159-182.

Henneberg M (2000) Possible causes of secular trend in body size- Lessons from the Southern Hemisphere. Kongres der Gesellschaft fuer Anthropologie, pp. 234-237.

Jasicki B, Panek S, Sikora P, and Stołyhwo E (1962) Zarys Antropologii. Warszawa: Panstwowe Wydawnictwo Naukowe.

Johnston FE (1998) Within-population variation in growth patterns. In S Ulijaszek, FE Johnston and MA Preece (eds.): The Cambridge encyclopedia of human growth and development. Cambridge, New York, and Melbourne: Cambridge University Press.

Kobyliansky E, and Hershkovitz I (1997) Biology of Desert Populations-South SInai Bedouins: Growth and Development of Children in Human Isolates. Liege (Belgium): Eraul 82.

Krogman WM (1970) Growth of head, face, trunk, and limbs in Philadelphia white and Negro children of elementary and high school age. Monogr Soc Res Child Dev 35:1-80.

Martin R (1928) Lehrbuch der Anthropologie. Jena: G. Fisher Verlag.

Mathers K, and Henneberg M (1995) Were we ever that big? Gradual increase in hominid body size over time. Homo 46:141-173.

McGregor IA, Billewicz WZ, and Thomson AM (1961) Growth and mortality in children in an African village. British Medical Journal 2:1661-1666.

(36)

Roche AF (1979) Secular Trends in Human Growth, Maturation, and Development. Monographs of the Society for Research in Child Development 44.

Schilitz A (2001) Koeperliche Entwicklung und Koerperzusammensetzung von

Brandenburger Schulkindern im Geschlechter- und Altersgruppenvergleich. Aachen: Shaker Verlag.

Simmons K, and Todd TW (1938) Growth of well children: analysis of stature and weight, 3 months to 13 years. Growth 2:93-134.

Stinson S (2000) Growth variation: Biological and cultural factors. In S Stinson, B Bogin, R Huss-Ashmore and D O'Rourke (eds.): Human Biology: An Evolutionary and Biocultural Perspective. Brisbane: John Wiley and Sons, Inc.

Styne DM, and McHenry H (1993) The evolution of stature in humans. Horm Res 39:

3-6.

Tanner JM (1978) Foetus to Man: Physical growth from Conception to Maturity. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.

Yoneyama K, Nagata H, and Sakamoto Y (1988) A comparison of height growth curves among girls with different ages of menarche. Human Biology 60:33-42.

Gambar

Grafik 2. Velositas tinggi badan laki-laki AS. (Height Velocities of US males). Sources:
Grafik 3. Rata-rata tinggi badan perempuan AS. (Height Averages of US females).
Grafik 4. Velositas tinggi badan perempuan AS. (Height Velocities of US Females).
Grafik 6. Velositas tinggi badan laki-laki Jepang. (Height increments of Japanese  males)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan dalam tahap perencanaan ini merancang dan merencanakan pembelajaran IPS kelas 4 dengan menyusun RPP materi Kenampakan Alam dengan menggunakan model Problem Based

Bagi peserta yang lulus verifikasi tetapi TIDAK HADIR Uji Kesehatan dan Psikotest sesuai jadwal yang sudah ditentukan, maka peserta dinyatakan GUGUR.. Bagi peserta yang TIDAK

Karenanya, mengaitkan ISIS dengan agama Islam akan melahirkan kesimpulan yang salah, karena Islam adalah ajaran yang tertulis dalam Al-Quran dan Hadis Nabi SAW., bukan yang

Sistem lnformasi Manufaktur (SIM) sebagai bagian dari kerangka kerja Sistem lnformasi Manajemen (SIM) lebih menekankan kepada proses produksi yang terjadi

Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Solove, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Juli 2015. Alat yang

Sebelumnya Saya ingin mengatakan kepada Anda semua bahwa ini adalah kali pertama Saya “pecah telor” alias baru kali ini dapat dollar langsung dari AssociatedContent (AC) yang

Faktor keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh pihak-pihak yang memiliki hubungan darah secara langsung serta kerabat dekat terhadap status anak