• Tidak ada hasil yang ditemukan

menyerupai mioma, dimana kondisi ini disebut adenomioma. e. Fundus uteri merupakan tepat yang paling umum dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "menyerupai mioma, dimana kondisi ini disebut adenomioma. e. Fundus uteri merupakan tepat yang paling umum dari"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PATOFISIOLOGI

ADENOMIOSIS

a. Pertumbuhan endometrium menembus membrana basalis.

b. Pada pemeriksaan histologis sebagian menunjukkan

pertumbuhan endometrium menyambung ke dalam fokus

adenomiosis, di mana sebagian ada di dalam miometrium dan sebagian lagi ada yang tidak tampak adanya hubungan antara permukaan endometrium dengan fokus adenomiosis. Hal ini mungkin karena hubungan ini terputus oleh adanya fibrosis.

c. uterus membesar secara difus dan terjadi hipertrofi otot polos

d. elemen kelenjar berada dalam lingkup tumor otot polos yang menyerupai mioma, dimana kondisi ini disebut adenomioma.

e. Fundus uteri merupakan tepat yang paling umum dari

adenomiosis. Pola mikroskopik dijumpai adanya pulau-pulau endometrium yang tersebar ke dalam miometrium.

f. Penyebab adenomiosis sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.

g. Kemungkinan disebabkan adanya erupsi dari membrana basalis dan disebabkan oleh trauma berulang, persalinan berulang,

(3)

PATOFISIOLOGI

ENDOMETRIOSIS EKSTERNA

Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium di dalam rongga peritonium. Teori ini dibuktikan dengan ditemukan adanya darah haid dalam rongga peritonium

pada waktu haid dengan laparoskopi, dan sel endometrium yang ada dalam haid itu dapat dikultur dan dapat hidup

menempel dan tumbuh kembang pada sel mesotel peritoneum.

Teori koelemik metaplasia, di mana akibat stimulus tertentu terutama hormon, sel mesotel dapat mengalami perubahan menjadi sel endometrium ektopik. Teori ini dibuktikan dengan ditemukan endometriosis pada

perempuan pramenarke dan pada daerah yang tidak berhubungan langsung dengan refluks haid seperti di rongga paru.

(4)

PATOFISIOLOGI

• ENDOMETRIOSIS EKSTERNA

Penyebaran ,melalui aliran darah(hematogen) dan limfogen.

Pengaruh genetik. Pola penurunan penyakit

endometrosis terlihat berperan secara secara genetik. Risiko menjadi 7 kali lebih besar bila ditemukan

endometrosis pada ibu atau saudara kandung.

Patoimunologi: reaksi abnormal imunologi yang tidak berusaha membersihkan refluks haid dalam rongga

peritonium, malah memfasilitasi terjadinya endometrosis. Apoptosis sel-sel endometrium menurun, ditemukan

adanya peningkatan jumlah makrofag dan monosit di dalam cairan peritonuem yang teraktivasi menghasilkan faktor pertumbuhan dan sitokin yang merangsang

(5)

PATOFISIOLOGI

• Ditemukan adanya peningkatan aktivitas aromatase intrinsik pada sel endometrium ektopik menghasilkan estrogen lokal yang berlebihan, sedangkan respons sel endometrium ektopik terhadap progesteron menurun.

• Peningkatan sekresi molekul neurogenik, seperti nerve growth factor dan reseptornya yang merangsang

tumbuhnya syaraf sensoris pada endometrium.

• Peningkatan interleukin-1(IL-1) dapat meningkatkan

perkembangan endometriosis dan merangsang pelepasan faktor angiogenik(VEGF), interleukin-, interleukin-8 dan merangsang pelepasan intercellular adhesion

molecule(ICAM-1) yang membantu sel endometrium yang refluks ke dalam rongga peritoneum terlepas dari

pengawasan imunologis. Interleukin-8 merupakan suatu sitokin angiogenik yang kuat. Interleukin-8 merangsang perlengketan sel stroma endometrium ke protein matrix extracelular, meningkatkan aktivitas matrix

metaloproteinase yang membantu implantasi dan pertumbuhan endometrium ektopik.

(6)

ETIOLOGI

Tisu endometrial yang transplantasi ektopik:

endometriosis disebabkan oleh implantasi sel

endometrial dengan regurgitasi transtubal semasa menstruasi.

Metaplasia coelomic: transformasi epitelium

coelomic kepada tissue endometrial dikatakan merupakan mekanisme untuk endometriosis.

Teori induksi: merupakan ekstensi dari teori

metaplasia coelomic. Dikatakan faktor endogenous yang tidak diketahui biokimia bisa menginduksi sel peritoneal tidak berdifferensiasi berkembang menjadi tissue eNdometrial.

Faktor genetik: ada peningkatan bukti yang

mengatakan endometriosis merupakan penyakit genetik.

(7)

ETIOLOGI

Faktor imunologi dan inflamasi: sistem imun

mungkin berubah pada wanita dengan endometriosis dan ada hipotesis yang mengatakan penyakit ini

berkembang sebagai hasil dari penurunan klirens imunologi sel endometrium dari ruang pelvis. Ada beberapa bukti yang mengatakan endometriosis

berhubungan dengan keadaan inflamasi peritoneal subklinikal, yang ditandai dengan peningkatan

volume cairan peritoneal, peningkatan konsentrasi sel darah putih cairan peritoneal (terutama makrofag)

dan peningkatan inflamasi sitokin, growth factor dan angiogenesis promoting substances.

(8)

FAKTOR RESIKO

 Riwayat keluarga dengan endometriosis

 Siklus haid pendek

 Menstruasi yang berat

(9)

EPIDEMIOLOGI

• Paling dominant pada wanita usia reproduktif, dewasa

• Pada wanita postmenopausal yang menerima pengganti hormonal

• Pada wanita pada semua etnis dan kelompok sosial

• Pada wanita dengan nyeri panggul atau infertilitas, prevalensi endometriosis tinggi, dari 20%-90%.

• Pada wanita asimptomatik yang menjalani ligasi

tuba(wanita terbukti subur), prevalensi endometriosis dari 3%-43%.

(10)

GAMBARAN KLINIS

ADENOMIOSIS

menoragia : disebabkan oleh gangguan kontraksi

miometrium akibat adanya fokus-fokus adenomiosis ataupun makin bertambahnya vaskularisasi di dalam rahim.

dismenorea :terjadi akibat gangguan kontraksi

miometrium yang disebabkan oleh pembengkakan prahaid dan perdarahan haid di dalam kelenjar

endometrium.

subfertilitas.

pada pemeriksaan dalam :rahim yang membesar

secara merata, nyeri tekan dan sedikit lunak bila dilakukan pemeriksaan bimanual sebelum prahaid (tanda Halban)

(11)

GEJALA KLINIS

ENDOMETRIOSIS EKSTERNA

dismenorea:nyeri haid yang disebabkan oleh reaksi peradangan

akibat sekresi sitokin dalam rongga peritoneum, akibat

perdarahan lokal pada sarang endometrosis dan oleh adanya infiltrasi endometrosis ke dalam syaraf pada rongga panggul.

nyeri pelvik:akibat perlengketan, dapat mengakibatkan ngeri

pelvik yang kronis, bisa menyebar jauh ke dalam panggul,

punggung dan paha dan bahkan menjalar sampai ke rektum dan diare, mengalami rasa nyeri intermenstrual.

dispareunia:paling sering timbul terutama bila endometriosis

sudah tumbuh di sekitar Kavum Douglasi dan ligamentum sakrouterina dan terjadi perlengketan sehingga uterus dalam posisi retrofleksi.

diskezia:keluhan buang air besar bila endometriosis sudah

tumbuh dalam dinding rekto sigmoid dan terjadi hematokezia pada saat siklus haid.

(12)
(13)

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi visual: tidak ditemukan kelainan pada

inspeksi visual pengecualian termasuk endometriosis di dalam parut episiotomy atau parut bedah, biasanya pada insisi pfanentiel. Endometriosis jarang

berkembang spontan di perineum or perianal.

Inspeksi pada vulva, vagina dan servik: bisa

menemukan nodular uterosacral, pembengkakan yang nyeri pada septum rectovaginal, pembesaran unilateral ovarian(kista).

Pemeriksaan spekulum: tidak menunjukkan tanda

endometriosis. Kadang-kadang, kelihatan lesi warna kebiruan dan kemerahan pada servik atau fornix

(14)

PEMERIKSAAN FISIK

Bimanual: palpasi organ pelvis biasanya menunjukkan abnormalitas anatomi.

• Pada penyakit yang parah, uterus biasanya dalam retroversi tetap dan mobilitas ovaria dan tuba fallopi berkurang.

• Bukti endometriosis menginfiltrasi dalam(lebih dari 5 mm di bawah perineum) di septum rectovaginal dengan

obliterasi cul de sac atau kista ovarian endometriosis

disuspek dengan dokumentasi klinis nodular uterosakral semasa mens, terutama jika CA125 tinggi dari 35 IU/ml.

• Pemeriksaan klinis mungkin memberikan hasil negatif palsu.

Diagnosis endometriosis dikonfirmasikan dengan biopsi lesi yang mencurigakan yang didapatkan melalui laparoskopi.

(15)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

ADENOMIOSIS

ultrasonografi(USG):adanya uterus yang membesar secara difus dan gambaran penebalan dinding rahim terutama pada bagian posterior dengan fokus-fokus ekogenik, rongga endometriosis eksentrik, adanya penyebaran dengan gambaran hiperekoik, kantung-kantung kistik 5-7 mm yang menyebar menyerupai gambaran sarang lebah.

MRI:terlihat adanya penebalan dinding miometrium yang difus.

pemeriksaan patologi anatomi: ditemukan adanya pulau-pulau endometrium yang tersebar dalam

miometrium. konsistensi uterus keras dan tidak beraturan pada potongan permukaan terlihat cembung dan

mengeluarkan serum, jaringan berpola trabekula atau

gambaran kumparan dengan isi cairan kuning kecokelatan atau darah.

(16)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

ENDOMETRIOSIS EKSTERNA

ultrasonografi(USG):mendiagnosis endometriosis(kista endometriosis) > 1cm, tidak dapat digunakan untuk melihat bintik-bintik endometriosis ataupun pelengkatan. USG

transvaginal :gambaran karakteristik kista endometriosis

dengan bentuk kistik dan adanya interval eko di dalam kista.

magnetic resonance imaging(MRI): untuk melihat kista, massa ekstraperitoneal, adanya invasi ke usus dan septum rektovagina.

pemeriksaan serum CA 125: petanda tumor yang sering digunakan pada kanker ovarium.pada endometriosis, terjadi peningkatan kadar CA 125, tetapi pemeriksaan ini mempunyai nilai sensitifitas yang rendah.. CA 125 dapat digunakan sebagai monitor prognostik pascaoperatif endometriosis bila nilainya tinggi berarti prognostik kekambuhannya tinggi. CA 125 > 65 mIU/ml praoperatif menunjukkan derajat beratnya

(17)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

bedah laparoskopi:alat diagnostik baku emas untuk

mendiagnosis endometriosis. lesi aktif yang baru berwarna merah terang, sedangkan lesi aktif yang

sudah lama berwarna merah kehitaman. lesi nonaktif terlihat berwarna putih dengan jaringan parut. pada endometriosis yang tumbuh di ovarium dapat

terbentuk kista yang disebut endometrioma. biasanya isinya berwarna cokelat kehitaman sehingga diberi

nama kista cokelat.

pemeriksaan patologi anatomi:didapatkan adanya

(18)

DIFERENSIAL DIAGNOSIS

Gynecologic

• pelvic inflammatory disease i. tubo ovarian abccess

ii.salpingitis

iii.endometritis

• hemorrhagic ovarian cyst

• ovarian torsion

• primary dismenorrhea

• degenerating leiomyoma

Non gynecologic

• interstitial cystitis

• chronic urinary tract infection

• renal calculi

• inflammatory bowel disease

• irritable bowel syndrome

• divertikulitis

• mesenteric lymphadenitis

(19)

PENATALAKSANAAN

ADENOMIOSIS

pengobatan Hormonal GnRH Agonis: diberikan selama 6 bulan, tapi ini bersifat sementara yang dalam beberapa

waktu kemudian akan kambuh kembali.

pengobatan dengan suntikan Progesteron: pemberian suntikan progesteron depot seperti suntikan KB dapat

mengurangi gejala nyeri dan perdarahan.

penggunaan IUD yang mengandung hormon

progesteron: penelitian menunjukkan penggunaan IUD yang mengandung hormon dapat mengurangi gejala

dismenorea dan menoragis seperti Minera yang

mengandung levonorgestrel yang dilepaskan secara perlahan-lahan ke dalam rongga rahim.

aromatase inhibitor: fungsinya menghambat enzim

aromatase yang menghasilkan estrogen seperti amastrazole dan letrozole.

histerektomi: dilakukan pada perempuan yang tidak membutuhkan fungsi reproduksi.

(20)

PENATALAKSANAAN

ENDOMETRIOSIS EKSTERNA

Pemberian antinyeri : parasetamol 500mg 3 kali

sehari, Non Steroidal Anti Inflammatory

Drugs(NSAID) seperti ibuprifen 400mg tiga kali sehari, asam mefenamat 500mg tiga kali sehari,

tramadol, parasetamol dengan kodein, GABA inhibitor seperti gabapentin.

pemberian pil kontrasepsi dosis rendah:

Kombinasi monofasik(sekali sehari selama 6-12 bulan) merupakan pilihan pertama yang sering dilakukan

untuk menimbulkan kondisi kehamilan palsu dengan timbulnya amenorea dan desidualisasi jaringan

(21)

PENATALAKSANAAN

Progestin memungkinkan efek antiendometriosis

dengan menyebabkan desidualisasi awal pada jaringan endometrium dan diikuti dengan atrofi. Progestin bisa dianggap sebagai pilihan utama terhadap

penanganan endometriosis karena efektif

memgurangi rasa sakit seperti danazol, lebih murah tetapi mempunyai efek samping lebih ringan daripada danazol.

Danazol : menyebabkan level androgen dalam jumlah

yang tinggi dan estrogen dalam jumlah yang rendah sehingga menekan berkembangnya endometriosis dan timbulnya amenorea yang diproduksi untuk mencegah implan baru pada uterus sampai ke rongga peritoneal.

(22)

PENATALAKSANAAN

Gestrinon adalah 19 nortesteron termasuk

androgenik, antiprogestagenik, dan antigonadotropik. Gestrinon bekerja sentral dan perifer untuk

meningkatkan kadar testosteron dan mengurangi kadar Sex Hormone Binding Globuline(SHBG),

menurunkan nilai serum estradiol ke tingkat folikular awal(antiestrogenik), mengurangi kadar Luteinizing Hormone(LH) dan menghalangi lonjakan LH.

GnRHa menyebabkan sekresi terus-menerus FSH dan

LH sehingga hipofisa mengalami disensitisasi dengan menurunkan sekresi FSH dan LH mencapai keadaan hipogonadotropik hipogonadisme, di mana ovarium tidak aktif sehingga tidak terjadi siklus haid.

(23)

PENATALAKSANAAN

Aromatase inhibitor

Fungsinya menghambat perubahan C19 androgen menjadi 18 estrogen. Aromatase P450 banyak

ditemukan pada perempuan dengan gangguan organ reproduksi seperti endometriosis, adenomiosis dan mioma uteri.

(24)

PEMBEDAHAN

KONSERVATIF

• Bertujuan untuk mengangkat semua sarang

endometriosis dan melepaskan perlengketan dan memperbaiki kembali struktur anatomi reproduksi. Penanganan Pembedahan dilakukan secara

laparotomi atau laparoskopi.

RADIKAL

• Dilakukan dengan histerektomi dan bilateral salfingo-oovorektomi. Ditujukan pada perempuan yang

mengalami penanganan medis ataupun bedah konservatif gagal dan tidak membutuhkan fungsi reproduksi. Setelah pembedahan radikal, diberikan terapi substitusi hormon.

(25)

PEMBEDAHAN

SIMPTOMATIS

 Dilakukan untuk menghilangkan nyeri dengan

presacral neurectomy atau LUNA(Laser Uterosacral Nerve Ablation).

(26)

PENCEGAHAN

 Pencegahan endometriosis belum diketahui. Secara tradisional, perempuan dengan ahli keluarga yang terkena endometriosis atau yang didiagnosis dini, dinasihatkan untuk tidak menunda kehamilan.

(27)

KOMPLIKASI

implantasi pada abdomen atau ureter bisa

menyebabkan obstruksi dan kerusakan pada fungsi ginjal.

• Sifat erosi lesi ini pada penyakit yang agresif boleh menyebabkan berbagai simptom tergantung organ yang terlibat.

• Endometriomas bisa menyebabkan torsio ovarian atau ruptur dan menumpahkan isi-isi ke dalam peritoneal cavity, yang menyebabkan terjadinya peritonitis kimia.

• Eksisi endometriosis menyebabkan kejutan catamenial atau pneumothorak.

(28)

PROGNOSIS

ADENOMIOSIS

• Adenomiosis merupakan suatu penyakit yang progresif selama masa reproduksi dan akan

mengalami regresi bila memasuki masa menopause. tidak mempunyai kecenderungan menjadi ganas.

ENDOMETRIOSIS

• Endometriosis sulit disembuhkan kecuali perempuan yang sudah menopause. Setelah diberikan

penanganan bedah konservatif, angka kesembuhan 10-20% per tahun. Endometriosis sangat jarang menjadi ganas.

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Secara lebih lengkap, data kependudukan lainnya seperti data jumlah kelahiran dan kematian, data mobilitas penduduk dan jumlah penduduk WNI dan WNA di Kecamatan

Untuk mendapatkan respons steady state rangkaian terhadap eksitasi non-sinusoidal periodik ini diperlukan pemakaian deret Fourier, analisis fasor ac dan prinsip superposisi..

statistic sebesar 2,082 yang lebih besar dari t-tabel (1,96), yang berarti bahwa hipotesis Budaya Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja

Dengan pola pemberdayaan ini masyarakat dilibatkan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan, di mana khusus untuk tahap perencanaan

GR15 Tanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan guru 2 setiap jamnya pada hari kerja terakhir sejak pukul 6 pagi sampai pukul 9 malam, apakah melakukan tugas kedinasan di

Aminuddin Ilmar, S.H., M.H, bahwa sejatinya, dalam proses penerbitan objek sengketa in casu, Termohon harus berpijak pada sisi dimana keputusan KPU tersebut memiliki

simultan terhadap Organization al Citizenship Behavior (OCB) 2) Tidak terdapat pengaruh Komitmen Afektif terhadap Organization al Citizenship Behavior (OCB) 3) Terdapat

Dalam mengukur parameter clarity, saya dibantu oleh beberapa teman sebagai penerima suara yang mendengarkan di posisi tengah dan sisi sisi aula barat ( posisi pendengar dan penonton