• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asimilasi Budaya : Batik Mega Mendung Sebagai Produk Asimilasi Budaya Cina Indonesia. Dita Dea Desita ( ), Dilah Kencono, M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asimilasi Budaya : Batik Mega Mendung Sebagai Produk Asimilasi Budaya Cina Indonesia. Dita Dea Desita ( ), Dilah Kencono, M."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Asimilasi Budaya :

Batik Mega Mendung Sebagai Produk Asimilasi Budaya Cina – Indonesia

Dita Dea Desita (0906641970), Dilah Kencono, M.Si Sastra Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Abstrak

Batik merupakan warisan budaya leluhur bangsa Indonesia. Periode awal kemunculan batik erat hubungannya dengan masa kerajaan Majapahit dan penyebaran Islam di tanah Jawa. Motif batik secara general dapat dibagi menjadi dua, yaitu motif batik pedalaman (keraton) dan motif batik pesisir. Motif batik pedalaman biasanya bermotif simbolik geometrik, serta corak-corak yang yang memiliki makna tertentu. Batik pedalaman biasanya berwarna hitam, cokelat, biru atau putih. Sedangkan batik pesisir biasanya memiliki motif yang banyak dipengaruhi oleh negri lain karena daerah pesisir biasanya dijadikan tempat persinggahan oleh para saudagar asing. Motif batik pesisir yang mendapat pengaruh dari negri lain, antara lain : awan, burung phoenix, naga, gajah, dll. Warnanya pun biasanya berwarna terang. Salah satu batik pesisir yang terkenal di Indonesia adalah batik mega mendung, batik ini merupakan produk asimilasi budaya antara kebudayaan Cina dan Indonesia.

Abstract

Batik is the ancestral heritage of Indonesia. The initial period of batik emergence is closely connected with the Majapahit empire and the spread of Islam in Java. Batik motifs in general can be divided into two, namely the inland batik motif (palace) and the coastal batik motifs. Inland batik motif is usually symbolic geometric motifs, and the motifs that have specific meanings. Batik inland usually black, brown, blue or white. Meanwhile, coastal batik motifs usually have a lot of other lands as influenced by coastal regions typically be a haven by foreign merchants. Coastal batik motifs from other lands influenced by, among other things: clouds, phoenix, dragon, elephant, etc.. The color is usually light. One of the famous coastal batik in Indonesia is a batik mega mendung, batik mega mendung is a product of cultural assimilation between Chinese and Indonesian culture.

(4)

Pendahuluan

Batik, ketika mendengar kata ini mungkin yang langsung dibayangkan oleh pikiran kita adalah kain tradisional khas Jawa, namun sebenarnya batik tidak hanya berada di tanah Jawa saja, tetapi setiap wilayah di Indonesia juga memiliki batik khas daerahnya sendiri. Seperti kita tahu, batik merupakan warisan budaya nusantara. Warisan budaya ini sangatlah tak ternilai harganya, oleh karena itu kita sebagai generasi muda harus berusaha

melestarikannya. Untuk itu, penting bagi kita sebagai generasi pewaris budaya untuk mengetahui paling tidak jenis-jenis batik yang ada di nusantara dan bagaimana cara

melestarikannya. Hal ini harus kita lakukan agar produk kebudayaan kita ini tak lagi diakui oleh negara lain sebagai produk kebudayaannya.

Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk kepada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” yang diaplikasikan ke atas kain untuk menahan masuknya bahan pewarna. Batik telah memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Periode awal kemunculan batik di Indonesia erat hubungannya dengan zaman kerajaan Majapahit dan zaman penyebaran Islam di tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Setelah kemunculannya di masa kerajaan Majapahit, kesenian batik terus-menerus berkembang pada masa pemerintahan raja-raja berikutnya. Secara historis, batik mulai dikenal di zaman nenek moyang kita sekitar abad XVII, pada waktu itu batik ditulis di atas daun lontar dan kebanyakan bermotif binatang atau tanaman. Namun seiring dengan perkembangannya, motif batik berkembang menjadi motif awan, candi, relief, wayang dll. Batik mulai dikenal luas di tanah Jawa sekitar akhir abad XVIII hingga awal abad XX. Pada periode tersebut, semua batik yang dihasilkan ialah batik tulis, namun sekitar tahun 1920-an mulai dikenal batik cap sebagai salah satu teknik membatik.

Dari zaman kerajaan Majapahit dan Mataram Hindu sampai masuknya agama demi agama ke Pulau Jawa, sejak datangnya para pedagang India, Cina, Arab, yang kemudian disusul oleh para pedagang dari Eropa, sejak berdirinya kerajaan Mataram Islam yang dalam perjalanananannya memunculkan Keraton Yogyakarta dan Surakarta, batik telah hadir

(5)

Kesenian batik merupakan kesenian menggambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia pada zaman dahulu. Awalnya batik dibuat hanya terbatas dalam keraton saja, pada masa itu batik diperuntukkan sebagai pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, saat ini pengguna batik berasal dari berbagai kalangan, tak hanya kaum bangsawan saja yang dapat menggunakan batik, masyarakat biasa pun dapat menggunakan batik.

Bahan-bahan pewarna batik yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain berasal dari pohon mengkudu, tinggi, soga, nila dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Teknik membatik berdasarkan penggunaan alat kurang lebih ada empat cara, antara lain : Teknik canting tulis (melukis batik dengan menggunakan canting yang berisikan malam), teknik celup ikat (mengikat sebagian kain, kemudian kain dicelupkan ke dalam larutan pewarna), teknik printing/cap (menggunakan canting cap untuk membuat motif batik), dan teknik colet (mewarnai pola batik dengan mengoleskan cat atau pewarna pada kain jenis tertentu pada pola batik dengan alat khusus atau dengan kuas).

Masing-masing wilayah Indonesia memiliki motif batik yang berbeda pula. Tentu saja motif batik yang dibuat oleh masyarakat yang tinggal di pedalaman (keraton) berbeda dengan motif batik yang dibuat oleh masyarakat pesisir. Batik pedalaman biasanya bermotif simbolik geometrik, serta corak-corak yang yang memiliki makna tertentu. Biasanya batik pedalaman berwarna hitam, coklat, biru atau putih. Sebaliknya, motif batik pesisir banyak dipengaruhi oleh motif dari negeri lain, seperti motif awan, burung phoenix dan naga dari Cina dll. karena seperti kita tahu bahwa di daerah pesisir zaman dahulu seringkali dijadikan tempat

persinggahan para saudagar-saudagar asing yang ingin berdagang di Indonesia. Selain itu, batik pesisir biasanya menggunakan warna-warna terang yang menggambarkan karakter orang pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.

Berbicara tentang batik pesisir, ada salah satu batik yang memiliki sejarah asimilasi budaya yang panjang dan makna filosofis yang terkandung dalam setiap guratan batik tersebut. Batik tersebut banyak kita temukan di daerah Cirebon, tepatnya di daerah sentral kesenian batik Trusmi. Batik tersebut bernama Mega Mendung. Batik mega mendung mendapat banyak sekali pengaruh dari Cina. Menilik sejarahnya, motif batik ini erat

(6)

dibawa oleh Putri Ong Tien1) ke daerah Cirebon melalui pernikahannya dengan Sunan Gunung Jati yang pada masa itu terkenal karena penyebaran agama Islam di tanah Cirebon.

Batik mega mendung memiliki motif yang khas berbentuk awan yang berwarna gelap seperti keadaan mendung. Motif awan ini berasal dari kebudayaan Cina yang

menggambarkan tentang ajaran Daoisme2) yang sangat berkembang di Cina. Warna dasar batik mega mendung biasanya berwarna lebih cerah yang menggambarkan karakteristik masyarakat pesisir. Kedua ciri khas dari dua kebudayaan ini kemudian melebur menjadi satu dan menghasilkan batik mega mendung.

Dewasa ini, batik mega mendung tak hanya bermotifkan awan saja, namun juga disisipkan motif-motif lain seperti kupu-kupu dan burung. Hal ini dilakukan semata-mata untuk memberikan variasi kepada motif batik mega mendung agar tidak terlalu monoton.

Pembahasan

Asimilasi Budaya merupakan peleburan dua kebudayaan yang disertai hilangnya keaslian budaya tersebut dan kemudian menghasilkan sebuah kebudayaan baru. Asimilasi budaya dilakukan biasanya untuk memperkecil perbedaan antar individu dalam dua atau lebih kelompok yang ada. Hal ini juga dapat mempererat kesatuan antar dua atau lebih kelompok yang berada di dalam suatu wilayah. Asimilasi budaya yang terjadi di suatu wilayah biasanya menghasilkan suatu produk asimilasi kebudayaan.

Banyak sekali contoh dari produk asimilasi kebudayaan, ada yang berupa tarian, lagu, alat musik, pakaian, bahkan motif kain. Dalam jurnal ini, penulis akan membahas tentang salah satu produk asimilasi budaya antara kebudayaan Cina dan Indonesia yang berkembang di Cirebon, yaitu batik mega mendung.

Batik mega mendung muncul di daerah Cirebon. Pelabuhan Muara Jati yang berada di Cirebon merupakan tempat persinggahan bagi para saudagar baik dari dalam maupun luar negeri. Sekitar abad ke-16 wilayah Cirebon didatangi oleh masyarakat Cina yang hendak berdagang, Sunan Gunung Jati yang pada masa itu terkenal dalam penyebaran agama Islam di wilayah Cirebon menikahi Putri Ong Tien yang berasal dari Cina. Hal inilah yang menjadi gerbang masuknya kebudayaan Cina di wilayah Cirebon.

Beberapa benda seni yang dibawa dari negeri Cina diantaranya adalah keramik, piring porselain, kain sutera yang menginspirasi para seniman di Cirebon. Gambar simbol

(7)

kebudayaan Cina, seperti burung phoenix, naga, kupu-kupu, dan banji (swastika atau simbol kehidupan abadi) menjadi akrab dengan masyarakat Cirebon. Satu bentuk yang paling terkenal adalah benda yang berhiaskan bentuk awan. Bentuk awan dalam beragam budaya melambangkan dunia yang juga diambil dari faham Daoisme yang berkembang di Cina.

Daoisme atau Daojiao (道教) adalah ajaran Laozi3) (老子) yang berkembang di negeri

Cina sejak akhir zaman Chunqiu4) (春秋). Daoisme berasal dari kata Dao (道) yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian pada semua benda hidup dan benda-benda alam yang berada di semesta. Dao yang memiliki wujud adalah De(德). Gabungan dari Dao (道) dan De (德). adalah Daoisme. Daoisme bersifat tenang, lembut seperti air, dan abadi. Menurut Daoisme, kesempurnaan manusia adalah ketika manusia tersebut mencapai kesadaran. Orang-orang yang menganut Daoisme kemudian mempraktekkan Dao (道) untuk mencapai kesadaran tersebut.

Pengertian batik mega mendung yang berkembang di Cirebon merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan ini juga ada pada dunia seni rupa Islam pada abad 16 yang digunakan oleh kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.

Pernikahan Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien yang menjadi gerbang masuknya budaya dan tradisi Cina ke dalam keraton Cirebon ini, menyebabkan para pembatik di keraton Cirebon sedikit banyak menuangkan tradisi Cina ke dalam proses dan seni

pembuatan batik Cirebon, tapi mereka juga tidak lupa untuk memberikan sentuhan khas dari batik Cirebon sendiri. Ada perbedaan antara motif mega mendung yang asli dari Cina dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif mega mendung Cina, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga.

Sejarah batik di Cirebon juga terkait dengan perkembangan gerakan tarekat5) yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Membatik pada awalnya dikerjakan oleh anggota tarekat yang mengabdi di keraton Cirebon sebagai sumber ekonomi untuk

membiayai kelompok tarekat tersebut. Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya. Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya.

(8)

Desa Trusmi merupakan pusat batik Cirebon pada masa kini, pada masa dahulu para pengrajin di desa Trusmi menerima perintah dari keraton Cirebon untuk membuat batik warga keraton, batik yang dibuat penduduk desa Trusmi dikenal berkualitas baik. Teknik membatik dan pewarnaan batik di desa Trusmi sulit ditiru oleh daerah lain. Batik Trusmi menggunakan teknik pencelupan dengan tingkat kompleks dan keasaman air yang spesifik, hal inilah yang menentukan keberhasilan setiap proses pencelupan batik. Jadi, meskipun dilakukan pola pewarnaan yang sejenis tetapi jika dilakukan di luar daerah Trusmi tidak akan menghasilkan warna yang memiliki kualitas persis seperti batik Trusmi.

Motif batik di wilayah Cirebon yang dipengaruhi oleh tradisi dan budaya Cina ada berbagai macam, antara lain motif mega mendung dan paksi naga liman. Batik dengan motif paksi naga liman mengandung unsur keagamaan yang erat hubungannya dengan gerakan tarekat yang telah dibicarakan sebelumnya yang berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Paksi menggambarkan rajawali, naga adalah ular naga, dan liman adalah gajah. Motif

tersebut menggambarkan tentang peperangan kebaikan melawan keburukan dalam mencapai kesempurnaan. Motif jenis ini merupakan hasil asimilasi antara kebudayaan Indonesia, India, dan Cina.

Contoh Batik Paksi Naga Liman

Selain itu, yang menjadi fokus penulis dalam jurnal ini adalah batik mega mendung. Batik mega mendung, seperti namanya, motif batik mega mendung berbentuk menyerupai awan dengan corak warna yang menggambarkan nuansa mendung. Motif yang dituangkan ke

(9)

atas kain pada dasaranya berupa garing-garis lengkung yang membentuk gambar awan yang menggumpal. Umumnya batik mega mendung didominasi dengan warna biru, putih, dan abu-abu yang melambangkan warna langit ketika sedang mendung.

Motif mega mendung gaya Cirebon memiliki kekhasan sehingga tidak sama persis dengan mega mendung asli Cina. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, ada perbedaan antara motif mega mendung yang asli dari Cina dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif

megamendung Cina, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga.

Contoh Batik Mega Mendung (1)

Contoh Batik Mega Mendung (2)

Ada pula yang menyebutkan bahwa motif mega mendung adalah ciptaan Pangeran Cakrabuana6) (1452-1479). Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon,

(10)

karena pada awalnya seni batik Cirebon hanya dapat digunakan oleh kalangan keraton Cirebon. Sekarang di Cirebon, batik motif mega mendung sudah banyak digunakan berbagai kalangan, mulai dari seragam batik sekolah, seragam batik para pegawai, hingga busana kasual yang dapat digunakan oleh khalayak luas.

Persentuhan budaya Cina dengan seniman batik di Cirebon melahirkan batik baru khas Cirebon dengan motif Cina sebagai inspirasi. Seniman batik Cirebon kemudian mengolahnya dengan cita rasa masyarakat setempat yang beragama Islam.

Apabila kita lihat motif batik mega mendung cukup sederhana, hanya berupa kumpulan awan, namun dibalik motif awan tersebut terkandung makna kehidupan yang mendalam jika kita lihat dari sisi filosofi kehidupan yang terkandung di dalamnya. Setidaknya ada tiga nilai filosofi yang terkandung dalam motif batik mega mendung ini, antara lain :

1. Nilai Penampilan (appearance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai bentuk yang bisa dilihat secara visual adalah motif mega mendung dalam sebuah kain yang indah terlepas dari penggunaan bahan berupa kain katun atau kain sutera. Sementara dalam nilai struktur adalah dihasilkan dari bentuk-bentuk yang disusun begitu rupa berdasarkan nilai esensial. Bentuk-bentuk tersebut berupa garis-garis lengkung yang disusun beraturan dan tidak terputus saling bertemu.

2. Nilai Isi (Content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi), nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup (values) yang dapat terdiri dari atas moral, nilai sosial, nilai religi, dsb.

Pada bentuk mega mendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) menunjukkan suatu keharmonisan. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu mengalami naik dan turun kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri dan pada akhirnya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut kehidupan (naik dan turun) pada akhirnya kembali ke asalnya.

(11)

Dapat kita lihat bentuk mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus.

Terlepas dari makna filosofi bahwa mega mendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehinga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung mega mendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan.

3. Nilai Pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat pribadi seseorang, nilai ketrampilan, dan nilai medium yang dipakainya.

Ungkapan yang ditampilkan oleh seniman berupa proses batik yang begitu indah dengan memberikan goresan lilin lewat alat yang diberi nama canting terbuat dari bahan tembaga tipis yang dibentuk secara hati-hati sehingga lilin panas yang melewati ujung canting dapat mengalir dengan lancar.

Paduan unsur warna yang harmonis dengan penuh makna bagi siapa yang melihatnya. Unsur warna biru yang kita kenal dengan melambangkan warna langit yang begitu luas, bersahabat dan tenang. Ditambah lagi dengan ada yang mengartikan bahwa biru melambangkan kesuburan sehinga warna batik mega mendung pada awalnya selalu memberikan unsur warna biru diselingi dengan warna dasar merah.

Selain mengandung nilai filosofis, warna yang terkandung dalam batik mega

mendung juga memiliki kekhasan pada warna-warna yang ditorehkan dalam kainnya. Motif mega mendung yang pada awalnya selalu berunsurkan warna biru diselingi warna merah menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena dalam proses pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis tradisi batik mega mendung ini. Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.

Selain itu, warna biru juga disebut-sebut melambangkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang serta melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna biru yang digunakan mulai dari warna

(12)

biru muda sampai dengan warna biru tua. Biru muda menggambarkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi kehidupan.

Seiring dengan perkembangan zaman dan minat dari masyarakat akan batik mega mendung, warna motif batik mega mendung mengalami perkembangan warna, antara lain : kuning, hijau, cokelat, dan lain-lain. Hal ini tidak mengurangi makna filosofis dan keindahan yang terkandung dalam batik mega mendung.

Kesimpulan

Indonesia kaya sekali akan kebudayaan, salah satu produk kebudayaannya yang sangat terkenal di kancah internasional adalah batik. Batik mulai muncul di Indonesia ketika zaman kerajaan Majapahit, namun seiring dengan perkembangannya, batik mulai tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Setiap wilayah di Indonesia memiliki motif khas batik nya sendiri-sendiri, hal ini dikarenakan perbedaan tipografi ataupun psikologis dari masyarakat yang tinggal di walayah tersebut itu sendiri.

Motif batik masyarakat yang berkembang di pedalaman (keraton) tentu saja berbeda dengan motif batik yang berkembang di masyarakat pesisir. Batik di pedalaman biasanya menggunakan warna-warna netral seperti putih atau cokelat, sebaliknya batik pesisir biasanya menggunakan warna-warna yang cerah sebagai dasarnya, hal ini menunjukkan psikologis masyarakat pesisir yang terbuka, lugas dan egaliter.

Motif batik yang banyak mendapatkan pengaruh kebudayaan asing biasanya adalah batik pesisir, hal ini dikarenakan pada zaman dahulu banyak saudagar asing yang menjadikan daerah pesisir Indonesia sebagai tempat persinggahan mereka. Salah satu batik pesisir yang sangat terkenal adalah batik mega mendung yang berasal dari daerah Cirebon.

Batik mega mendung adalah salah satu contoh produk dari asimilasi kebudayaan. Asimilasi kebudayaan adalah peleburan antara dua kebudayaan yang disertai hilangnya keaslian budaya tersebut dan menghasilkan sebuah kebudayaan baru. Asimilasi budaya dilakukan biasanya untuk memperkecil perbedaan antar individu dalam dua atau lebih

(13)

kelompok yang ada. Hal ini juga dapat mempererat kesatuan antar dua atau lebih kelompok yang berada di dalam suatu wilayah.

Batik mega mendung merupakan produk hasil asimilasi budaya antara kebudayan Cina dan kebudayaan Indonesia. Motif batik ini banyak mendapat pengaruh dari Cina yang dibawa oleh Putri Ong Tien yang berasal dari Cina. Pada sekitar abad ke-16 Putri Ong Tien menikah dengan Sunan Gunung Jati yang terkenal dalam penyebaran agama Islam di tanah Cirebon. Hal inilah yang menjadi gerbang masuknya kebudayaan Cina di wilayah Cirebon.

Motif awan, burung phoenix, maupun naga yang khas Cina seringkali kita temukan di dalam motif batik mega mendung. Bentuk awan dalam beragam budaya melambangkan dunia yang juga diambil dari faham Daoisme yang berkembang di Cina pada masa itu. Daoisme atau Daojiao (道教) adalah ajaran Laozi (老子) yang berkembang di negeri Cina sejak akhir zaman Chunqiu (春 秋).

Meskipun mendapat banyak pengaruh dari kebudayaan Cina, batik mega mendung tak meninggalkan ciri batik khas Indonesia. Tentu saja ada perbedaan antara motif mega mendung yang asli dari Cina dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif mega mendung Cina, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga.

Batik Cirebon berkembang di daerah Trusmi yang berjarak 4 km dari wilayah

Cirebon. Desa Trusmi merupakan pusat batik Cirebon pada masa kini, pada masa dahulu para pengrajin di desa Trusmi menerima perintah dari keraton Cirebon untuk membuat batik warga keraton, batik yang dibuat penduduk desa Trusmi dikenal berkualitas baik. Teknik membatik dan pewarnaan batik di desa Trusmi sulit ditiru oleh daerah lain. Batik Trusmi menggunakan teknik pencelupan dengan tingkat kompleks dan keasaman air yang spesifik, hal inilah yang menentukan keberhasilan setiap proses pencelupan batik.

Menilik sejarahnya, pada zaman dahulu para tarekat yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan menetap di daerah Trusmi dan kemudin mereka menjadi pengrajin batik. Oleh karena kualitas batik Trusmi yang dinilai sangat baik, maka pihak keraton Cirebon meminta para pengrajin di daerah Trusmi untuk membuat pakaian warga keraton.

(14)

Dari motif batik mega mendung, kita dapat menilik lagi, setidaknya ada tiga nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Ketiga nilai filosofis tersebut, antara lain : Nilai penampilan (appeareance), nilai isi (content), dan nilai pengungkapan (presentation).

Selain mengandung nilai filosofis, warna-warna yang terkandung dalam batik mega mendung juga memiliki artinya masing-masing. Motif mega mendung yang pada awalnya selalu berunsurkan warna biru diselingi warna merah menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena dalam proses pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis tradisi batik mega mendung ini. Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.

Seiring dengan perkembangan zaman, warna batik mega mendung juga mengalami perkembangan warna seperti hijau, kuning dll. Walaupun begitu, hal ini tidak mengurangi nilai filosofis yang terkandung dalam batik mega mendung tersebut.

Batik merupakan aset budaya bangsa yang harus kita lestarikan, oleh karena itu kita sebagai generasi muda harus sadar betul akan kewajiban ini. Melestarikan batik dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain ialah mempromosikan batik di berbagai acara berkancah internasional dan juga sebisa mungkin menggunakan pakaian batik pada hari-hari tertentu yang sudah ditentukan oleh pemerintah maupun di hari-hari biasa.

Beberapa waktu lalu, batik sempat kurang mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia, oleh karena itu batik sempat diakui sebagai aset budaya negara tetangga. Tentu saja hal ini menjadi catatan buruk bagi sejarah batik Indonesia. Untuk menghindari kejadian yang sama, maka dari itu kita sebagai generasi pewaris budaya harus menghormati budaya batik tersebut dengan cara mempromosikan maupun menggunakan kain batik di setiap waktu.

(15)

Catatan Tambahan 1) Putri Ong Tien:

Merupakan putri Kaisar Hong Gie dari masa Dinasti Ming yang kemudian menjadi istri Sunan Gunung Jati pada tahun 1481. Putri Ong Tien meninggal di Cirebon pada tahun 1485.

2) Daoisme/Daojiao (道教):

Merupakan ajaran dari Laozi (570-470 SM) yang berkembang di Cina pada masa Chunqiu (春秋). Ajaran ini mengajarkan tentang jalan atau cara kejadian pada semua benda hidup dan benda-benda alam yang berada di semesta.

3) Laozi (老子):

Ahli filsafat populer dari Cina yang merupakan pendiri Daoisme. Laozi (570-470 SM) lahir di Provinsi Ku(苦县), Chuguo (楚国), sekarang lebih dikenal

denganProvinsi Henan (河南).

4) Zaman Chunqiu (春秋) :

Zaman musim semi dan gugur. Merupakan masa akhir Dinasti Zhou di Cina (770-476 SM). Zaman Musim Semi dan Gugur mendapat namanya karena nama sebuah buku terkenal dari zaman itu Chun Qiu (春秋) yang artinya "Musim Semi dan Gugur".

5) Tarekat :

Dalam bahasa arab “tariqah” berarti “jalan” atau “metode”. Tarekat mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme dalam Islam.

6) Pangeran Cakra Buana :

Dikenal juga dengan nama Raden Walangsungsang atau Kian Santang dan nama Islam Haji Abdullah Iman. Pangeran Cakra Buana adalah anak dari Prabu Siliwangi, raja Padjajaran. Karena memeluk Islam, Pangeran Cakra Buana tidak

(16)

berhak sebagai putera mahkota dari kerajaan Pakuan Padjajaran, pada akhirnya Ia mendirikan istana di Cirebon dan mulai menyebarkan agama Islam disana. Pangeran Cakra Buana merupakan paman dari Sunan Gunung Jati yang berasal dari Cirebon.

(17)

Daftar Pustaka

Musman, Asti & Arini, Ambar B. 2011. Batik : Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Yudhoyono, Ani Bambang. 2010. Batikku Pengabdian Cinta Tak Berkata. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Djoemena, Nian S. 1986. Ungkapan Sehelai Batik Its Mystery and Meaning : Penerbit Djambatan.

Purwanto, Senuarto Aji & Sekimoto, Teruo. 2005. Trusmi Desa Batik Cirebon : Studi Sosial Budaya Mengenai Keberadaan Kerajinan Batik Tradisional. Depok : Penerbit Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia.

Erlinawati, Fitri. 1997. Lambang dan Makna Flora dan Fauna dalam Kebudayaan Cina pada Motif Kain Cirebon.

http://www.medogh.com/blog/artikel-batik/asal-batik-mega-mendung/ http://www.medogh.com/blog/artikel-batik/filosofi-batik-mega-mendung/ http://www.medogh.com/blog/artikel-batik/pengertian-batik-mega-mendung/ http://deltafm.net/v1/index.php?option=com_content&view=article&id=1895:sejarah-batik-indonesia&catid=236:life-style http://pesonabatik.site40.net/Sejarah_Batik.html http://batikcirebonan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3:sejarah-batik

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bahan masukan yang bermanfaat kepada pihak Dinas Bina Marga dan Pengairan dan pemerintah daerah Kota Bandung agar bisa

‡ Menepati tempoh masa penghantaran data yang ditetapkan oleh KPMM – markah penuh. ‡ Data-data yang disalurkan adalah terbukti kualitinya. ‡ Komitmen dan kerjasama daripada semua

imbalan bunga maka dari itu penulis ingin mengetahui factor dari dana pihak ketiga yang merupakan salah satu hal pokok yang terdapat pada lembaga keuangan khususnya

adsorben yang digunakan, maka semakin banyak pula sisi aktif pada patikel adsorben yang menyerap ion logam sehingga semakin banyak pula adsorbat yang terjerap

Kesadaran untuk mensistematisasi berbagai model layanan konseling sangat penting untuk mengingkatkan keberhasilan bimbingan, untuk memajukan layanan, dan memberikan

Perbandingan rekapitulasi RAB Verifikasi ialah Rp 2.476.049.000,00 sedangkan rekapitulasi RAB Perencanaan ialah Rp 2.999.142.000,00.Untuk penghitungan menggunakan

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan penelitian

Permintaan minyak kelapa sawit yang terus meningkat juga dipacu oleh ditemukannya teknologi pengolahan atau diversifikasi seperti berkembangnya industri hilir kelapa