• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ilmu pengetahuan alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ilmu pengetahuan alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Hasil Belajar IPA

1. Kajian tentang IPA

Ilmu pengetahuan alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan ketrampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran IPA di sekolah dasar mulai diajarkan di kelas rendah dengan lebih bersifat memberi pengetahuan melalui pengamatan terhadap berbagai jenis dan perangai lingkungan alam serta lingkungan buatan.

Srini M. Iskandar (1996/1997: 17) berpendapat bahwa “IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan berfikir kritis”. Conant (Patta Bundu, 2006: 10) juga mengemukakan pendapatnya bahwa sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual (conseptual schemes) yang saling berhubungan sebagai hasil eksperimentasi dan observasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Surjani Wonorahardjo (2010: 11) bahwa “sains mempunyai makna merujuk ke pengetahuan yang berada dalam sistem berpikir dan konsep teoritis dalam sistem tersebut, yang mencakup segala macam pengetahuan, mengenai apa saja”.

Secara singkat IPA adalah “pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya” (Hendro Darmodjo dan Jenny R. E.

(2)

12

Kaligis, 1992/1993: 3). Menurut Conant (yang dikutip oleh Maslichah Asy’ari, 2006: 7) IPA diartikan sebagai bangunan atau deretan konsep yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi. Kemudian menurut Abdullah Aly dan Eni Rahma (2008: 18) bahwa “IPA adalah suatu pendekatan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan yang lain”. Hal senada juga diungkapkan oleh Carin dan Sund (Patta Bundu, 2006: 4) IPA merupakan suatu pengetahuan tentang alam semesta yang bertumpu pada data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan sehingga di dalamnya memuat produk, proses, dan sikap manusia.

Menurut Paolo dan Marten (Srini M. Iskandar, 2001: 16) Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan sebagai berikut.

a. Mengamati apa yang terjadi.

b. Mencoba memahami apa yang diamati.

c. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.

d. Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

Tujuan pembelajaran IPA menurut Asep Herry Hernawan, dkk (2008: 8.28) bahwa “mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan ketrampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari”. Prinsipnya pembelajaran sains di Sekolah Dasar membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk “mengetahui” dan “cara mengerjakan” yang dapat membantu

(3)

13

siswa dalam memahami alam sekitar, sedang secara rinci tujuan pembelajaran sains di Sekolah Dasar (Maslichah Asy’ari, 2006: 23) yakni sebagai berikut.

a. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi, masyarakat.

b. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

e. Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaanNya.

Patta Bundu (2006: 11-13) “IPA pada hakikatnya terdiri dari IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah”. Penelitian ini dibatasi pada IPA sebagai produk. Maslichah Asy’ari (2006: 9) berpendapat bahwa “IPA sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori”. Menurut Srini M. Iskandar (2001: 3) berpendapat“yang disebut fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif”.

Patta Bundu (2006: 11-12) berpendapat “konsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta sains yang berhubungan kemudian prinsip adalah generalisasi tentang hunbungan diantara konsep-konsep sains”. Selanjutnya Srini M. Iskandar (2001: 3) mengungkapkan pendapatnya “hukum IPA adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentatif tetapi karena mengalami pengujian yang lebih keras dari pada prinsip”. Teori adalah

(4)

14

generalisasi tentang berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam (Maslichah Asy’ari, 2006: 12).

Mengacu pada pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan alam untuk memberikan pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat berupa fakta, konsep, teori, hukum, prinsip tentang lingkungan alam dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

2. Materi IPA Kelas V Sifat-sifat Cahaya

Materi IPA kelas V pada penelitian ini yakni sifat-sifat cahaya. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya. “Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya (Heri Sulistyanto dan Edi Wiyono, 2008: 125)”. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, api, senter, dan bintang.

Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu, sifat-sifat cahaya tersebut banyak manfaatnya bagi kehidupan. Manusia dalam kehidupan sehari-hari sangat membutuhkan cahaya. Cahaya memiliki sifat cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya merambat lurus, dan cahaya dapat dibiaskan (S. Rositawaty dan Aris Muharam, 2008: 99).

Sifat yang pertama yakni cahaya dapat menembus benda bening. Benda-benda yang dapat ditembus oleh cahaya disebut Benda-benda bening, sedangkan Benda- benda-benda yang tidak dapat ditembus oleh cahaya disebut benda-benda gelap (Haryanto,

(5)

15

2007: 143). Misalnya di daerah yang airnya keruuh, cahaya tidak dapat masuk menembus air yang keruh. Padahal cahaya dalam hal ini cahaya matahari, merupakan sumber energi bagi kehidupan di dalam air. Tanpa cahaya matahari, tumbuhan air tidak dapat melakukan fotosintesis. Akibatnya, tumbuhan air tidak dapat hidup di air yang keruh dan tidak dapat menyediakan makanan bagi makhluk hidup lain. Demikian pula, ikan-ikan di air keruh akan terganggu kehidupannya karena kurang mendapat energi dari cahaya matahari. Ikan-ikan itu tidak dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Bahkan dalam air yang sangat keruh mungkin tidak ada makhluk hidup yang dapat bertahan hidup. Benda yang dapat ditembus cahaya yaitu benda bening seperti kaca, plastik, gelas bening, dan lain-lain.

Sifat cahaya yang kedua yakni cahaya dapat dipantulkan. “Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur” (Choiril Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati, dan Rohana Kusumawati, 2008: 112). Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata dan sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengkilap serta sinar pantulnya memiliki arah yang teratur. Salah satu benda yang dapat memantulkan cahaya yaitu cermin, baik cermin datar, cembung maupun cekung.

Sifat cahaya yang ketiga yakni cahaya dapat dibiaskan. Menurut Heri Sulistyanto dan Edi Wiyono (2008: 131) berpendapat “apabila cahaya merambat melalui dua medium yang berbeda kerapatannya maka cahaya akan mengalami

(6)

16

pembelokan atau pembiasan”. Udara memiliki kerapatan yang lebih kecil dari pada air, apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Akan tetapi apabila sebaliknya yakni cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Contoh peristiwa pembiasan dalam kehidupan sehari-sehari yaitu ikan di kolam yang jernih atau ikan yang ada di dalam akuarium kelihatan lebih besar dari aslinya, dasar kolam atau sungai kelihatan lebih dangkal, jalan beraspal pada siang hari yang panas kelihatan seperti berair (fatamorgana).

Sifat cahaya yang terakhir yakni cahaya dapat merambat lurus. Contoh cahaya merambat lurus yaitu nyala lilin atau lampu senter terlihat ketika karton yang sudah diberi lubang yang sama diletakkan secara tegak dan sejajar. Contoh selanjutnya dapat pula dilihat pada cahaya lampu mobil atau senter di malam hari.

Mengacu pada penjelasan yang telah dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya, dapat disimpulkan cahaya memiliki beberapa sifat yaitu cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat merambat lurus, dan cahaya dapat dibiaskan. Contoh cahaya dapat menembus benda bening yaitu pada benda bening seperti gelas dan kaca. Cahaya dapat dipantulkan melalui permukaan cermin. Kemudian cahaya dapat merambat lurus misalnya pada lampu mobil dan lampu senter. Sedangkan contoh cahaya dapat dibiaskan pada saat berenang maka orang tersebut akan terlihat lebih pendek dari pada aslinya.

(7)

17

3. Karakteristik Siswa Kelas Tinggi

Karakteristik belajar anak juga tidak terlepas dari karakteristik perkembangannya. Menurut Piaget (Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, 2007: 2.12) bahwa “kondisi belajar anak SD berada dalam taraf operasional konkret”. Anak merupakan individu yang aktif membentuk dan menyusun pengetahuannya sendiri pada saat menyesuaikan pikirannya sebagaimana terjadi ketika anak mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran yang logis.

Siswa kelas V memiliki ciri-ciri khas tertentu dan berlangsung antara usia 9-12 tahun, menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116) adalah sebagai berikut.

a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.

c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Siswa kelas V (kelas tinggi) mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan lebih bisa memahami apa yang siswa lihat secara langsung (realistis), apabila pembelajaran menarik maka siswa akan lebih antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar. Penelitian ini dibatasi pada penggunaan metode inkuiri terbimbing dan metode demonstrasi. Melalui metoe inkuiri terbimbing siswa akan lebih antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar dan dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan penemuan terbimbing. Kemudian melalui metode demonstrasi siswa dapat lebih memahami materi yang bersifat abstrak dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan demonstrasi. Saat pembelajaran, guru diharapkan mampu melaksanakan

(8)

18

pembelajaran dan menggunakan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswanya. Sehingga siswa mampu mengikuti pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangannya.

4. Kajian Hasil Belajar IPA

Asep Herry Hernawan, dkk (2008: 2.11) berpendapat “belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman”. Purwanto (2008: 38-39) juga berpandangan bahwa “belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”. Winkel (1991: 36) mengemukakan “belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap”. Kemudian Santrock dan Yussen (Sugihartono, dkk, 2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.

Mengacu pendapat-pendapat para ahli tersebut tentang belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses agar siswa mengalami langsung, terlibat aktif dan beriteraksi dengan lingkungan untuk melakukan suatu perubahan atau meningkatkan kemampuan dalam hal pengetahuannya yang berlangsung secara terus menerus.

Selanjutnya Purwanto (2010: 44) berpendapat tentang hasil belajar bahwa “hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan”. Hasil belajar menurut Oemar Hamalik (2001: 30) adalah “bila seseorang telah belajar akan terjadi

(9)

19

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2009: 22) mengklasifikasikan jenis-jenis hasil belajar ada tiga yaitu hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tetapi pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar ranah kognitif saja karena masalah yang ada di kelas V SD Gugus Diponegoro yakni rendahnya hasil belajar IPA ranah kognitif sehingga yang diteliti hanya hasil belajar IPA ranah kognitif.

Menurut Daryanto (2007: 101) “dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama”. Kemudian Nana Sudjana (2009: 22) juga berpendapat “ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6)”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 114) bahwa “beberapa aspek kejiwaan yang telah disebutkan sebagian yang cocok diterapkan di SD yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3) sedangkan analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6) baru dapat dilatih di SMP, SMA, PT secara bertahap”. Hal senada juga diungkapkan oleh Hendro Darmodjo dan Jenny RE Kaligis (1992/1993: 131) bahwa “untuk tingkat SD dan SMP umumnya bobot terbesar pada aspek pemahaman (C2) dan aplikasi (C3)”. Mengacu pada pendapat tersebut maka pada penelitian ini, jenjang kognitif yang digunakan pada penelitian ini hanya sampai aplikasi atau penerapan (C3).

Berdasarkan pada pendapat ahli tentang hasil belajar tersebut dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah

(10)

20

seseorang melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar biasanya diberikan dalam bentuk nilai atau angka. Untuk mendapatkan hasil belajar bisa dilakukan dengan cara tes maupun non tes, bisa melalui ulangan, tugas dan sebagainya. Penelitian ini dibatasi pada hasil belajar ranah kognitif. Hasil belajar ranah kognitif merupakan salah satu hasil belajar dimana mengakibatkan suatu perubahan pada diri seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran dalam hal berpikir seperti pengetahuannya bertambah, pemahamannya meningkat, dan sebagainya.

Mengacu pada penjelasan-penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah kemampuan kognitif yang diperoleh seseorang setelah seseorang melakukan kegiatan belajar berupa suatu produk seperti seperti dapat mendeskripsikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap), mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dapat dipantulkan, menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari, dan menunjukkan contoh peristiwa cahaya merambat lurus.

B.Metode Inkuiri Terbimbing

1. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing

Metode inkuiri bisa disebut juga metode “penemuan” merupakan metode yang relatif baru yang diperkenalkan kepada guru-guru bersamaan dengan meluasnya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Menurut Moh. Amien (1987: 126-127) mengemukakan bahwa “inkuiri merupakan suatu perluasan proses-proses dari discovery. Lebih lanjut Carin menekankan pengajaran discovery dengan batas-batas tertentu untuk siswa sekolah dasar kelas yang lebih rendah, kemudian

(11)

21

mengenalkan inquiry kepada siswa yang lebih atas kelasnya yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektualnya”.

Berikut pendapat yang dikemukakan oleh Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999: 164) bahwa “metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bimbingan guru”. Lebih lanjut Trowbridge and Bybee (1986: 182) mengemukakan pendapatnya “Trowbridge menyatakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah. Metode inkuiri melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dalam rangka menemukan konsep-konsep IPA.

Menurut Callahan, et al (kpincer.org) yang dikutip oleh Anselmus Mema (2010: 32) ada tiga jenis metode inkuiri berdasarkan variasi bentuk keterlibatannya dan intensitas keterlibatan siswa yakni (a) inkuiri terbimbing (quided inquiry); (b) inkuiri bebas terbimbing (modified free inquiry); (c) inkuiri bebas (free inquiry). Kemudian menurut Trowbridge and Bybee (1986: 185-186) membagi metode inkuiri menjadi dua yaitu guided inquiry (inkuiri terbimbing) dan free inquiry (inkuiri bebas).

Penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode inkuiri terbimbing (quided inquiry), dimana masih ada bimbingan dari guru yang luas untuk siswa dalam proses menemukan konsep-konsep, informasi-informasi dan sebagainya.

(12)

22

Menurut Bonnstetter yang dikutip oleh Kristiani Natalina (2009: 32) beberapa kriteria atau ciri khusus dari metode inkuiri yaitu:

Tabel 2.

Kriteria Metode Inkuiri

Aspek Guided Inquiry Modified Free

Inquiry

Free Inquiry Rumusan

Masalah

Dari guru Dari guru Dari guru Pembatasan

Masalah

Dilakukan guru Dilakukan guru/siswa Dilakukan siswa Pedoman Berupa pertanyaan-pertanyaan membimbing Berupa pertanyaan-pertanyaan membimbing Berupa pertanyaan-pertanyaan membimbing Prosedur kerja atau desain Guru yang merancang dan siswa yang melakukan Siswa yang merancang dan melakukan, dapat dibantu guru Siswa yang merancang dan siswa yang melakukan Analisis Hasil Dilakukan siswa Dilakukan siswa Dilakukan siswa Menarik

Kesimpulan

Dilakukan siswa Dilakukan siswa Dilakukan siswa

Menurut Carin and Sund (Hendro Darmodjo dan Jenny RE Kaligis, 1992/1993: 35) bahwa untuk usia anak muda, keterlibatan guru masih sangat diperlukan agar proses pembelajaran menjadi efektif, semakin meningkat usia anak maka dominasi guru semakin berkurang. Lebih lanjut Hendro Darmodjo dan Jenny RE Kaligis (1992/1993: 35) mengemukakan pendapatnya bahwa “anak usia SD masih memerlukan bimbingan dari guru untuk mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan mendapatkan bimbingan untuk menemukan sendiri konsep-konsep IPA”. Sehingga pada penelitian ini menggunakan metode inkuiri terbimbing karena untuk usia anak SD masih sangat memerlukan bimbingan dari guru.

(13)

23

Inkuiri terbimbing yakni guru memberikan bimbingan yang cukup luas kepada siswa, sebagian perencanaan dibuat oleh guru dan siswa tidak merumuskan masalah (Moh. Amien, 1987: 137). Melalui pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri terbimbing ini diharapkan siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, mengalami langsung dan pembelajaran dapat bermakna bagi siswa dengan adanya bimbingan dari guru.

Mengacu penjelasan-penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing adalah salah satu metode pembelajaran dimana siswa berperan dan berpikir aktif, belajar secara mandiri untuk memecahkan suatu masalah dan menemukan konsep-konsep atau informasi-informasi sendiri dengan bimbingan dari guru.

2. Tujuan dan Alasan Penggunaan Metode Inkuiri Terbimbing

Tujuan utama penggunaan metode inkuiri terbimbing menurut Moedjiono dan Moh. Dimyati (1992/1993: 87) yakni meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar. Tujuan selanjutnya yakni mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup. Siswa tidak hanya belajar di sekolah dasar melainkan para siswa melakukan belajarnya sepanjang hayat. Selain itu juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa. Siswa dapat memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitarnya sebagai sumber belajarnya. Serta dapat melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah tuntas digali.

(14)

24

Salah satu alasan menggunakan metode inkuiri terbimbing menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999: 165) yakni karena perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. Guru dituntut untuk mengembangkan metode pembelajaran dari yang bersifat tradisional menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kemudian belajar tidak hanya dapat diperoleh di sekolah tetapi juga lingkungan sekitar sehingga lingkungan sekitar dapat menjadi sumber belajar. Metode inkuiri terbimbing juga melatih siswa untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya. Serta melatih siswa untuk penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.

Serupa dengan paragraf sebelumnya bahwa metode inkuiri terbimbing sangatlah penting dimana metode tersebut mampu memberikan tujuan yang positif terhadap meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Metode inkuiri terbimbing diterapkan karena beberapa alasan salah satunya yakni pembelajarannya dapat melatih siswa untuk belajar secara mandiri sehingga tidak bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

3. Prosedur Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing

Menurut Gilstrap, dkk (Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992/1993: 89) ada beberapa langkah pemakaian metode inkuiri terbimbing. Langkah-langkah tersebut yaitu (a) mengidentifikasi kebutuhan siswa; (b) pemilihan pendahuluan; (c) pemilihan bahan dan masalah; (d) mempersiapkan tempat dan alat; (e) mengecek pemahaman siswa; (f) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan penemuan; (g) membantu siswa dengan informasi atau data yang diperlukan; (h) membimbing para siswa menganalisis sendiri; (i) membesarkan

(15)

25

hati dan memuji siswa; (j) membantu siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide, generalisasi, atau konsep berdasarkan hasil penemuannya.

Metode inkuiri terbimbing memiliki beberapa prosedur atau langkah-langkah kerja. Pelaksanaan metode tersebut masih terdapat bimbingan dari guru sehingga siswa tidak melakukan penemuan sendiri. Guru masih ikut berperan sebagai motivator, fasilitator, serta memberikan bimbingan kepada siswa sehingga siswa dapat melakukan penemuan terbimbingnya.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Inkuiri Terbimbing

Metode inkuiri terbimbing memiliki keunggulan diantaranya melalui metode ini, pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi sifatnya dan memungkinkan sebagai pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa. Metode penemuan dapat ditimbulkan gairah belajar pada diri siswa, karena siswa merasakan jerih payah penemuannya membuahkan hasil. Siswa akan lebih termotivasi dan tertarik dalam kegiatan pembelajaran. Siswa berlatih mandiri untuk maju berkelanjutan sesuai dengan kemampuannya sendiri. Metode ini juga menyebabkan siswa mengarahkan belajarnya sendiri, sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi dengan sendirinya untuk belajar. Selain itu dapat memperkuat konsep diri siswa dengan bertambahnya rasa percaya diri selama proses-proses kerja penemuan.

Pembelajaran yang berpusat pada guru sudah tidak diterapkan lagi dalam pembelajaran dengan penerapan metode inkuiri terbimbing. Metode inkuiri terbimbing berpusat pada siswa, guru hanya berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan pendinamisator dari penemuan. Siswa dapat belajar dengan

(16)

26

arahan dan bimbingan dari guru sehingga pembelajaran dapat bersifat student centered. Apabila menerapkan metode inkuiri terbimbing maka proses pembelajaran pun akan berubah dari proses pembelajaran sebelumnya yang masih bersifat tradisional menjadi berpusat pada siswa. Serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat menghasilkan siswa yang lebih mandiri dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Selain memiliki kelebihan dalam menerapkan metode inkuiri terbimbing juga ada kelemahannya. Kelemahan metode inkuiri terbimbing diantaranya (a) tidak sesuai untuk kelas yang besar jumlah peserta didiknya; (b) memerlukan fasilitas yang memadai; (c) menuntut guru mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat tradisional; (d) sangat sulit mengubah cara berpikir peserta didik dari kebiasaan menerima informasi dari guru menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri; (e) kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal, kadang peserta didik malah kebingungan memanfaatkannya. Guru harus pintar mengatasi kelemahan dalam menerapkan metode inkuiri terbimbing agar hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Serta kendala-kendala yang terjadi sebelum maupun saat proses pembelajaran dapat diantisipasi dengan segera.

(17)

27

C.Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Menurut Sri Anitah W, dkk (2008: 5.25) tentang metode demonstrasi yakni “metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek”. Sementara menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999: 154) berpendapat “metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang yang dipertunjukkan oleh guru atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan”.

Sedangkan menurut Suprihadi Saputro, Zainul Abidin dan I Wayan Sutama (2000: 189) “metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana cara mengaturnya?, bagaimana prosesnya?, bagaimana proses mengerjakannya?”. Selanjutnya Winarno (Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992/1993: 73) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas. Menurut Roestiyah (2001: 83) “demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebus air sampai mendidih 100°C, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut”.

(18)

28

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode demontrasi yaitu salah satu metode pembelajaran yang menghadirkan objek atau alat peraga langsung tentang suatu cara kerja atau suatu proses untuk mengkonkretkan suatu konsep atau prosedur yang abstrak, sehingga siswa dapat memahami, melihat, mengamati, dan mendengarkan apa yang dipertunjukkan guru. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode demonstrasi ini adalah posisi siswa seluruhnya harus bisa memperhatikan (mengamati) objek yang akan didemonstrasikan (Sri Anitah W, dkk, 2008: 5.25). Selama proses demonstrasi, guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut terlebih dahulu.

2. Tujuan dan Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi

Tujuan penggunaan metode demonstrasi yakni untuk (a) mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki siswa; (b) mengkonkretkan informasi atau penjelasan yang bersifat abstrak; (c) mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para peserta didik secara bersama-sama sehingga menghindari verbalisme. Selain tujuan juga terdapat alasan metode inkuiri diterapkan. Terdapat beberapa alasan mengapa seorang guru menggunakan metode demonstrasi diantaranya (a) tidak semua topik dapat terang melalui penjelasan atau diskusi; (b) sifat pelajaran yang menuntut diperagakan; (c) tipe belajar peserta didik yang berbeda ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam auditif dan motorik ataupun sebaliknya; (d) memudahkan mengajarkan suatu cara kerja atau prosedur.

(19)

29

3. Prosedur Penggunaan Metode Demonstrasi

Menurut Sri Anitah W, dkk (2008: 5.26) ada beberapa prosedur penggunaan metode demonstrasi. Prosedur yang harus dilakukan dalam pembelajaran demonstrasi yakni (a) mempersiapkan alat; (b) memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemontrasikan; (c) pelaksanaan demonstrasi; (d) penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil demonstrasi; dan (e) kesimpulan.

Mengacu pada pendapat tersebut prosedur penggunaan metode demonstrasi yakni ada lima langkah. Apabila langkah-langkah tersebut disiapkan dan dilakukan dengan sebaik mungkin, pembelajaran pun dapat berjalan dengan optimal. Serta kendala-kendala maupun hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dapat diminimalisir dan diantisipasi oleh guru.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999: 155-156) ada beberapa kelebihan metode demonstrasi. Kelebihan-kelebihan tersebut yaitu (a) pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit; (b) memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran; (c) proses pembelajaran akan lebih menarik; (d) merangsang siswa untuk lebih aktif mengamati dan dapat mencobanya sendiri; dan (e) dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang lain.

Lebih lanjut Sri Anitah W, dkk (2008: 5.26) juga berpendapat tentang kelebihan metode demonstrasi. Kelebihan-kelebihan tersebut yakni (a) siswa dapat memahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya; (b)

(20)

30

mengembangkan rasa ingin tahu siswa; (c) melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis; (d) mengetahui hubungan yang struktural atau urutan objek; dan (e) melakukan perbandingan dari beberapa objek.

Selain memiliki kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki kelemahan. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999: 156) ada beberapa kelemahan metode demonstrasi. Kelemahan penggunaan metode demonstrasi yaitu (a) memerlukan ketrampilan guru secara khusus; (b) keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikannya; (c) memerlukan waktu yang banyak; (d) memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.

Mengacu pada pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan. Pembelajaran dengan menggunakan demonstrasi diharapkan mampu mempermudah guru untuk menyampaikan bahan pelajaran yang sulit untuk dijelaskan dengan metode konvensional dan mempermudah siswa untuk memahami bahan ajar yang diberikan. Metode demonstrasi tidak hanya mempunyai kelebihan tetapi juga mempunyai kelemahan. Guru diharapkan mampu mempertimbangkan segala hal yang dibutuhkan saat pembelajaran agar kelemahan metode demonstrasi dapat diminimalisir dengan baik. Guru harus benar-benar memahami prosedur pelaksanaan metode demonstrasi agar pembelajaran dapat optimal dan kelemahan metode demonstrasi dapat diantisipasi sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, efektif dan efisien.

(21)

31

D.Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar IPA

Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA. Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing menuntut siswa untuk belajar menemukan konsep-konsep, informasi-informasi, atau bisa juga untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi yang diajarkan dengan bimbingan guru. Metode inkuiri terbimbing sesuai dengan karakteristik IPA yakni melatih berpikir logis dan sistematis melalui kegiatan penemuan terbimbing yang di dalam kegiatan pembelajarannya siswa melakukan percobaan sendiri agar konsep-konsep tersebut bisa ditemukan. Pembelajaran pun berubah dari teacher centered menjadi student centered.

Selanjutnya penerapan metode inkuiri terbimbing memberikan pengalaman belajar seumur hidup untuk siswa. Siswa mengalami sendiri dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, hal tersebut akan membuat siswa lebih mengingat dan susah lupa tentang materi yang telah diajarkan berdasarkan hasil penemuan terbimbingnya. Penggunaan metode inkuiri terbimbing akan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA karena konsep, fakta, prinsip, hukum, dan teori yang siswa peroleh dari hasil penemuan terbimbingnya akan lebih melekat dan siswa susah melupakan hal tersebut.

E.Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap Hasil Belajar IPA

Pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA. Penggunaan metode demonstrasi siswa

(22)

32

mengamati apa yang diperagakan guru untuk memperagakan sesuatu konsep, cara kerja, informasi yang bersifat abstrak agar nyata dan mudah dipahami siswa. Siswa juga ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan demonstrasi. Metode demonstrasi juga digunakan untuk mengkonkretkan suatu konsep atau prosedur yang abstrak, mengajarkan bagaimana berbuat atau menggunakan prosedur secara tepat, meyakinkan bahwa alat atau prosedur tersebut dapat digunakan.

Menurut Piaget (Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, 2007: 2.12) bahwa “kondisi belajar anak SD berada dalam taraf operasional konkret”. Siswa usia SD lebih bisa menerima, memahami dan mengerti bahan pelajaran yang disajikan secara langsung dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan berupa informasi-informasi atau konsep-konsep secara lisan saja tetapi juga harus disertakan contoh yang konkret. Apabila menggunakan metode ini maka informasi yang abstrak dapat dikonkretkan, sehingga siswa lebih mudah memahami apa yang ia pelajari dalam pembelajaran.

F. Penelitian yang Relevan

1. Kristiani Natalina, Tesis (2009: ii) yang berjudul “Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur 2 Yogyakarta”. Hasil penelitiannya yaitu (1) tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep IPA antara siswa yang belajar dengan metode guided inquiry, modified free inquiry, dan free inquiry (p>0,05) dan (2) terdapat perbedaan aspek ketrampilan proses yang berhasil dikuasai siswa yang belajar dengan metode

(23)

33

guided inquiry, modified free inquiry, dan free inquiry. Relevansinya adalah penelitian ini lebih fokus pada pengaruh metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) dengan cara mencari perbedaan hasil belajar IPA antara kelas yang diajar dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dan metode demonstrasi pada siswa sekolah dasar yakni siswa kelas V SD Gugus Diponegoro Karangkobar Banjarnegara Jawa Tengah 2011/2012.

G.Kerangka Pikir

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPA merupakan mata pelajaran yang membahas tentang manusia dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pada hakekatnya IPA merupakan ilmu, produk dan proses. IPA sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan yang berupa fakta-fakta, konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Manfaat pembelajaran IPA yaitu anak mampu berfikir kritis dan mampu menerapkan produk IPA ke dalam kehidupan nyata. Saat belajar IPA, anak haruslah aktif menemukan sendiri serta mampu mengintegrasikan dengan kehidupan nyata agar lebih mudah memahaminya.

Berkaitan dengan hal tersebut, ditemukan fakta bahwa masih rendahnya hasil belajar IPA ranah kognitif pada siswa dikarenakan nilai ulangan akhir semester II tahun ajaran 2010/2011 pada siswa kelas V SD Gugus Diponegoro memiliki nilai rata-rata paling rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata mata pelajaran yang lain. Hasil belajar IPA adalah kemampuan kognitif yang diperoleh seseorang setelah seseorang melakukan kegiatan belajar berupa suatu produk

(24)

34

seperti seperti dapat mendeskripsikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap), mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dapat dipantulkan, menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari, dan menunjukkan contoh peristiwa cahaya merambat lurus. Guru merupakan fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran dan memegang kendali utama dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Guru harus kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakterisistik siswa dan materi yang akan dipelajari agar mudah dipahami, serta agar tujuan pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran dapat tercapai sehingga hasil belajar siswa juga dapat meningkat.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan sengaja dilakukan oleh pendidik agar siswa mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dalam proses belajar sehingga mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya dan mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran yang maksimal tergantung dari beberapa hal, salah satu yang mempengaruhi pembelajaran dapat tercapai yaitu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar agar siswa terlibat aktif sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien serta tujuan pembelajaran dapat tercapai. Terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan metode pembelajaran pun disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu metode inkuiri terbimbing dan metode demonstrasi.

(25)

35

Metode inkuiri terbimbing adalah salah satu metode pembelajaran dimana siswa berperan dan berpikir aktif, belajar secara mandiri untuk memecahkan suatu masalah dan menemukan konsep-konsep atau informasi-informasi sendiri dengan bimbingan dari guru. Sedangkan metode demonstrasi yaitu salah satu metode pembelajaran yang menghadirkan objek atau alat peraga langsung tentang suatu cara kerja atau suatu proses untuk mengkonkretkan suatu konsep atau prosedur yang abstrak, sehingga siswa dapat memahami, melihat, mengamati, dan mendengarkan apa yang dipertunjukkan guru sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

B.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini diajukan adanya hipotesis sebagai berikut “tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelas yang diajar dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dan metode demonstrasi Kelas V SD Gugus Diponegoro Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah 2011/2012”.

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Perawatan Psiko-Neuro-Geriatri atau yang lebih dikenal dengan “Puri Saras” adalah klinik kesehatan yang bergerak dalam bidang layanan kesehatan jiwa, mulai beroperasi sejak

Para pengunjung peziarah makam Ali Mas’ud ini juga terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, dari golongan tingkat atas sampai yang ke tingkat bawah tanpa mengurangi

• Peserta didik secara berkelompok dibimbing oleh guru untuk menggabungkan contoh gerakan-gerakan yang sudah diperagakan dipertemuan sebelumnya menjadi satu

Dalam upaya menjawab permasalahan tersebut diatas maka penelitian ini mengambil tema judul pengembangan buku ajar mata kuliah Psikologi Olahraga berbasis android

Sehingga peranan luas permukaan akar dan jumlah unsur hara yang tersedia dalam media perakaran akan saling mengisi yang menghasilkan pertumbuhan tinggi bibit,

layanan yang memadai memberikan nilai skor tertinggi dibandingkan indikator kemegahan hotel; Penilaian responden terhadap dimensi tanggungjawab sosial hotel pada masyarakat, dimana

Taylor kebudayaan didefinisikan sebagai kompleksitas yang meliputi kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan segala bentuk kehidupan yang diperoleh dari

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3 bagian yang meliputi pembuatan pati talas, pembuatan gel lidah buaya kemudian dilanjutkan dengan pembuatan.. edible film