• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

(LKjIP) BADAN KETAHANAN PANGAN DAN

PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN

BOYOLALI TAHUN 2015

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN

PELAKSANA PENYULUHAN

KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2016

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali merupakan Satuan Kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali sesuai Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang Tata Kerja Perangkat Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2011 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 125), dengan tugas pokok membantu Bupati dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah di bidang ketahanan pangan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pendayagunaan Aparatur Negara bahwa setiap instansi Pemerintah setiap akhir tahun anggaran wajib menyusun LKjIP (Laporan Kinerja Instansi Pemerintah). Oleh karena itu Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali pada akhir tahun 2014 menyusun LKjIP.

LKjIP Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali selain sebagai kewajiban tersebut di atas juga dimaksudkan untuk :

1. Mengetahui tingkat Pencapaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali yang pada akhirnya dapat dijadikan untuk mengetahui Capaian Kinerja Bupati Boyolali.

2. Sebagai bahan evaluasi atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali.

3. Sebagai bahan perbaikan kinerja pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali di masa-masa yang akan datang.

Demikian LKjIP (Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) Tahun 2015 untuk menjadikan periksa dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Boyolali, Pebruari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

DANPELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BOYOLALI

Ir. JUWARIS Pembina Utama Muda NIP. 19590920 198903 1 009

(3)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

IKHTISAR EKSEKUTIF ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... 3

1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Gambaran Organisasi ... 4

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ... 8

2.1 Rencana Strategis ... 8

2.2 Perjanjian Kinerja ... 12

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 15

3.1 Capaian Kinerja ... 15 3.2 Realisasi Anggaran ... 34 BAB IV PENUTUP ... 37 4.1 Simpulan ... 37 4.2 Saran ... 38 DAFTAR LAMPIRAN ... 39 A Struktur Organisasi dan Tata Kerja

B Rencana Strategis C Indikator Kinerja Utama

D Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2015 E Perjanjian Kinerja

(4)

1

IKHTISAR EKSEKUTIF

Dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta berorientasi kepada hasil (result oriented governement), perlu adanya sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perlu adanya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

yang merupakan bahan utama untuk monitoring dan evaluasi sistem

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dengan telah selesainya pelaksanaan tahun anggaran 2015, sesuai Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, semua instansi pemerintah, wajib menyusun LKjIP. Selain itu, informasi dalam dokumen LKjIP merupakan bentuk pertanggungjawaban atas keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Kabupaten Boyolali, yang salah satunya pembentukan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali disebutkan bahwa Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan merupakan unsur penunjang pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menyelenggarakan pemerintah di bidang ketahanan pangan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.

Visi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan adalah “Sebagai Lembaga yang profesional dalam memantapkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya pangan dan budaya lokal serta mampu mendorong untuk mewujudkan pelaku utama dan pelaku usaha yang maju, terampil, mandiri dan berdaya saing”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, pada tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali melaksanakan 32 (tiga puluh dua) kegiatan. Seluruh kegiatan tersebut direncanakan sebagai bagian dari Rencana Kinerja Tahun 2015 untuk mencapai 4 (empat) sasaran dengan realisasi anggaran anggaran sebesar Rp.4.513.045.881 (empat milyar lima ratus tiga belas juta empat puluh lima ribu delapan ratus delapan puluh satu rupiah) atau dengan kata lain seluruh kegiatan diharapkan mempunyai kaitan sebab akibat dengan sasaran yang telah ditetapkan.

(5)

2

Berdasarkan penilaian sendiri (self assessment) atas realisasi pelaksanaan Rencana Kinerja Tahun 2015, menunjukkan bahwa rata-rata capaian kinerja dari 4 (empat) sasaran yang telah ditetapkan adalah 102,9 %.

Ada 2 (dua) sasaran dikategorikan Sangat Baik nilai capaian kinerja lebih dari 100% dan 2 (dua) sasaran dikategorikan Baik dengan Nilai Capaian Kinerja 100% adalah sebagai berikut:

Sasaran yang dicapai pada Tahun 2015 adalah sebagai berikut :

No. Sasaran

Nilai Capaian Kinerja (%) 1. Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan

terjangkau

109,43 2. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan 102,2 3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan

teknologi pangan dan pemanfaatannya.

100 4. Meningkatnya jumlah produksi dan produktifitas peternakan

dan perikanan serta diversifikasi bahan pangan

(6)

3 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta berorientasi kepada hasil (result oriented governement). Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas perlu adanya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP). Instansi yang wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LKjIP) adalah Kementerian/Lembaga, Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota, Unit Organisasi Eselon I pada Kementerian/Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan unit kerja mandiri yang mengelola anggaran tersendiri dan/ atau unit yang ditentukan oleh pimpinan instansi masing-masing.

Sesuai dengan siklusnya, setelah selesai pelaksanaan tahun anggaran 2015, pemerintah daerah menyusun LKjIP 2015 yang merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. LKjIP berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan. Dokumen LKjIP bukan dokumen yang berdiri sendiri, namun terkait dengan dokumen lain yaitu Indikator Kinerja Utama (IKU), RPJMD/Renstra SKPD, RKPD/Renja SKPD, Perjanjian Kinerja (PK), dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT).

Tujuan penyusunan LKjIP adalah menyajikan pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah (Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan) dalam mencapai sasaran strategis instansi sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja diawal tahun anggaran. Dokumen LKjIP ini dapat digunakan sebagai :

1. sumber informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan dengan pembanding hasil pengukuran kinerja dan penetapan kinerja;

2. bahan evaluasi untuk mengetahui tingkat akuntabilitas kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan;

3. bahan evaluasi untuk penyusunan rencana kegiatan dan kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan pada tahun berikutnya.

Peraturan perundang-undangan yang diacu dalam penyusunan dokumen LKjIP Sekretariat Daerah antara lain :

(7)

4

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

3. Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP);

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2015;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 11 Tahun 2013 tentang Ketahanan Pangan;

8. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 29 Tahun 2015 tentang Perubahan Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2015.

B. Gambaran Organisasi

Gambaran umum Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari aspek kelembagaan, tugas pokok dan fungsi serta aspek strategis organisasi.

1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Kabupaten Boyolali, yang salah satunya pembentukan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali disebutkan bahwa Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan merupakan unsur penunjang pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menyelenggarakan pemerintah di bidang ketahanan pangan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Badan

(8)

5

Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan

keamanan pangan serta pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketahanan dan keamanan pangan serta pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan pangan dan keamanan pangan serta pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;

d. Pengkoordinasian dan fasilitasi pelaksanaan tugas penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Struktur Organisasi

Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali dibentuk berdasar Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan terdiri dari:

1. Kepala; 2. Sekretariat;

3. Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan;

4. Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan; 5. Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia; 6. Kelompok Jabatan Fungsional;

7. UPTB.

Sekretariat terdiri dari:

1. Subagian Umum dan Kepegawaian; 2. Subagian Keuangan; dan

3. Subagian Perencanaan dan Pelaporan.

Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan terdiri dari : 1. Subidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan; 2. Subidang Distribusi dan Cadangan Pangan;

(9)

6

1. Subidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan; 2. Subidang Keamanan dan Mutu Pangan;

Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia terdiri dari; 1. Subidang Penyuluhan;

2. Subidang Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 dan PP 65 tahun 2005 terkait penyelenggaraan pemerintah daerah dan pelayanan minimal yang harus diberikan sesuai dengan kewenangannya di bidang ketahanan pangan.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang ketahanan pangan bersifat

wajib dan Bupati bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya.

Penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang ketahanan pangan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

3. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama Organisasi

Aspek-aspek strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan diperoleh dengan mengakomodasi isu organisasi, permasalahan dan atau arah kebijakan dan program RPJMD Kabupaten 2011-2015, dan isu utama kementerian terkait dengan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, yaitu :

1. Kedaulatan pangan

2. Masih rendahnya produktifitas, nilai tambah produk-produk pertanian dalam arti luas dan belum optimalnya pendayagunaan serta pengembangan sumber daya pertanian dalm rangka mendukung ketahanan pangan

3. Adanya anomali iklim yang berpotensi menimbulkan serangan OPT dan akses pangan sehingga mempengaruhi produktifitas dan ketersediaan pangan

4. Pentingnya kesadaran masyarakat akan mutu dan keamanan pangan 5. Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan, untuk mengurangi

ketergantungan terhadap konsumsi beras

6. Peningkatan kelembagaan kelompok tani sebagai pelaku usaha dan pelaku utama

(10)

7

7. Peningkatan kapasitas dan kompetensi tenaga penyuluh dalam penyelenggaraan penyuluhan.

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Ketersediaan dan distribusi pangan yang belum merata

2. Beredarnya produk pangan yang mengandung zat-zat berbahaya. 3. Belum optimalnya pola koordinasi SKPD lingkup pertanian

4. adanya masyarakat yang mengalami kerawanan pangan

5. rendahnya kesadaran masyarakat akan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang & aman (B2SA)

6. Masih kurangnya usaha agibisnis pangan

7. Belum optimalnya pola koordinasi SKPD lingkup pertanian 8. Semakain berkurangnya jumlah penyuluh.

(11)

8 BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali telah menyusun Rencana Strategis yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu lima tahun mendatang, yaitu periode 2011 – 2015 dengan memperhitungkan potensi, peluang dan tantangan yang ada dan atau timbul. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali mencakup visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi pencapaian sasaran yang akan dicapai.

Visi dan misi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali 2011-2015 sebagai berikut :

a. Visi

Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu 5 tahun (2011–2015) yang akan datang. Visi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan adalah “Sebagai Lembaga yang profesional dalam memantapkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya pangan dan budaya lokal serta mampu mendorong untuk mewujudkan pelaku utama dan pelaku usaha yang maju, terampil, mandiri dan berdaya saing”.

b. Misi

Misi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi di masa mendatang oleh semua pihak yang berkepentingan dalam organisasi untuk mewujudkan visi.

Misi organisasi merupakan tugas utama yang harus dilakukan organisasi dalam mencapai tujuannya. Pernyataan misi secara eksplisit menyatakan apa yang harus dicapai oleh suatu organisasi pemerintah dan kegiatan spesifik apa yang harus dilaksanakan dalam pencapaian hal tersebut. Pernyataan misi menjelaskan mengapa organisasi perlu eksis dan bermakna di masa yang akan datang. Pernyataan misi yang jelas akan memberikan stabilitas manajemen dan kepemimpinan organisasi. Kriteria suatu rumusan misi antara lain;

(12)

9

1. Menunjukkan dengan jelas upaya-upaya yang akan dilakukan oleh SKPD dalam rangka mewujudkan visi SKPD.

2. Memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis eksternal dan internal daerah.

3. Menggunakan bahasa yang ringkas, sederhana dan mudah dipahami. Berdasarkan pengertian dan makna misi bagi organisasi tersebut, misi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan fasilitasi dan pembinaan dalam ketersediaan cadangan dan distribusi pangan;

2. Menyelenggarakan fasilitasi dan pembinaan teknis dalam meningkatkan kewaspadaan dan penganekaragaman konsumsi pangan;

3. Menyelenggarakan fasilitasi dan pembinaan dalam pengembangan agribisnis pangan;

4. Menyelenggarakan fasilitasi dan pembinaan dalam pengembangan teknologi pangan dan permodalan;

5. Menyelenggarakan fasilitasi dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi ketahanan pangan;

6. Meningkatkan kualitas SDM kelembagaan pangan dalam memantapkan ketahanan pangan;

7. Menyelenggarakan fasilitasi dan pembinaan kualitas pengkajian,

pengembangan, pemantauan dan perumusan kebijakan yang

menyangkut aspek ketersediaan pangan dan cadangan pangan, distribusi dan harga pangan strategis, kewaspadaan pangan dan gizi serta upaya penganekaragaman konsumsi pangan.

8. Menciptakan hubungan dan koordinasi yang harmonis dengan lembaga terkait, baik di dalam dan di luar Dewan Ketahanan Pangan dalam perencanaan, implementasi pemantauan dan evaluasi kebijakan ketahanan pangan.

9. Mengembangkan sistem penyuluhan yang komprehensif dan terpadu. 10. Mengembangkan sistem pelatihan yang berbasis kompetensi kerja.

Perencanaan strategis merupakan perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2015 mempunyai sasaran strategis:

(13)

10

2. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan;

3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatanya

4. Meningkatnya jumlah produksi dan produktifitas peternakan dan perikanan serta diversifikasi pangan.

Sasaran–sasaran strategis tersebut terdiri dari indikator kinerja dengan target kinerja setiap tahun selama 5 tahun perencanaan 2011-2015. Seluruh indikator kinerja dalam dalam dokumen Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan merupakan lndikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator, yaitu ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Indikator dalam dokumen IKU berlaku 5 tahunan menyesuaikan dokumen renstra SKPD dan RPJMD dan digunakan sebagai acuan SKPD.

Semua sasaran strategis dengan indikator capaiannya dijabarkan lebih lanjut ke dalam sejumlah program. Di dalam setiap program terkumpul sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan perspektif dikaitkan dengan maksud, tujuan dan karakterisrik program. Penetapan program diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan pengalokasian sumber daya organisasi. Dengan demikian kegiatan merupakan penjabaran lebih lanjut dari program. Rencana Kinerja Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali, disusun mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali 2011-2015 dengan mengambil target tahun 2015.

Tabel 2.1 Rencana Strategis Tahun 2011 – 2015 N

O TUJUAN SASARAN

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA PADA TAHUN KE- 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Meningkatnya jumlah produksi dan produktivitas pertanian tanaman pangan dan hortikultura dalam rangka mempertahanka n prestasi sbg lumbung padi Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau Meningkatnya ketersediaan pangan utama (beras) per tahun (kg) dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk 1,79 1,88 1,97 2,07 2,17 Meningkatnya pola pangan harapan (PPH) 78 78,5 80,9 83,4 90 Cakupan Desa P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumi Pangan 15 21 26 32 38 Meningkatnya jumlah cadangan pangan lumbung pangan masyarakat desa (ton) 272,4 422,4 572,4 722,4 812,4

(14)

11 N O TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA PADA TAHUN KE- 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Presentase tertanganinya daerah-daerah rawan (Kecamatan) yang terkene rawan pangan 100% 100% 100% 100% 100% Meningkatnya jumlah kelompok tani yang menerapkan sistem jaminan mutu usaha pasca panen dan pengolahan

23 27 30 34 38

Ketersediaan energi dan protein per kapita 0 53,4% 65,60% 77,8% 90% Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan 0 50% 60% 70% 80% Penguatan Cadangan Pangan 0 52% 55% 58% 60% 2. Meningkatnya pemerataan distribusi dan akses pangan masyarakat Meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan Terpantaunya pola dan jalur distribusi pangan di Kabupaten Boyolali (Kecamatan) 19 19 19 19 19 Terjaganya kestabilan harga pangan strategis sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP) terutama di unit LUEP 46 46 46 46 46 Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah

0 60% 70% 80% 90%

Stabilitas harga dan pasokan pangan 0 80% 83% 85% 90% 3 Meningkatnya penerapan teknologi pertanian dan pemasaran unggulan lokal Meningkatnya jumlah desa yang menjadi pilot project penerapan teknologi pertanian/perkebuna n tepat guna (PRIMATANI) 2 2 4 4 4 Meningkatnya jumlah kelompok tani yang mengembangkan kegiatan agribisnis di kawasan agropolitan

(15)

12 B. Perjanjian Kinerja

Sesuai ketentuan, Perjanjian Kinerja 2015 adalah Penetapan Kinerja (Tapkin) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan 2015 yang disusun berdasar pada Rencana Strategis (Renstra) 2011-2015 dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) 2015. Perjanjian Kinerja meliputi 4 (empat) sasaran strategis sebagai berikut :

1. Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau, mempunyai 7 (tujuh) indikator;

2. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan, mempunyai 5 (lima) indikator;

3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatannya, mempunyai 5 (lima) indikator;

4. Meningkatnya jumlah produksi dan produktifitas peternakan dan perikanan serta diversifikasi pangan, mempunyai 2 (dua) indikator;

Berikut Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali Tahun 2015 sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali Tahun 2015:

(16)

13

Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Perubahan Tahun 2015

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Sebelum Perubahan Setelah Perubaha n (1) (2) (3) (4) (5) 1 Terpenuhinya kebutuhan pangan yang bermutu dan terjangkau

1. Ketersediaan pangan utama (beras) per tahun (Kg) dibandingkan

kebutuhan konsumsi penduduk. 2. Ketersediaan energi dan protein per

kapita

3. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 4. Jumlah Cadangan Lumbung

Pangan Masyarakat Desa (LPMD). 5. Persentase tertanganinya

daerah-daerah yang terkena rawan pangan 6. Persentase pengawasan dan

pembinaan keamanan pangan 7. Jumlah Rakor Dewan Ketahanan

Pangan Kabupaten Boyolali

1,70 150% 90 812,4 ton 100% 80% 3 kali 1,70 150% 90 812,4 ton 100% 80% 3 kali 2 Meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan

1. Terpantaunya pola dan alur distribusi pangan se Kab. Boyolali. 2. Ketersediaan informasi pasokan,

harga dan akses pangan di daerah 3. Stabilitas harga dan pasokan

pangan

4. Jumlah ricemill untuk kelompok LPMD

5. Terjaganya kestabilan harga pangan startegis sesuai HPP (Harga Pembelian Pemerintah)

19 Kec. 90% 90% 2 unit 46 LUEP 19 Kec 90% 90% 2 unit 46 LUEP 3 Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatannya

1. Jumlah kelompok tani yang menerapkan sistem jaminan mutu usaha pascapanen dan pengolahan 2. Jumlah desa yang menjadi pilot

project penerapan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna (PRIMATANI)

3. Jumlah kelompok tani yang mengembangkan kegiatan agribisnis di kawasan agropolitan 4. Jumlah desa Model Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL) 5. Jumlah programa penyuluhan yang

tersusun di tingkat kabupaten dan kecamatan 38 kelompok 7 desa 125 kelompok 10 desa 20 dokumen 38 kelompok 7 desa 125 kelompok 10 desa 20 dokumen 4 Meningkatnya jumlah produksi dan produktifitas

peternakan dan perikanan serta diversifikasi bahan pangan

1. Jumlah gedung kantor BP3K kecamatan yang dibangun dan direhabilitasi.

2. Jumlah sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan

3 unit

1 paket

3 unit

(17)

14

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2015, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan mendapat alokasi anggaran perubahan, yang digunakan untuk meningkatkan capaian kinerja, antara lain:

1. Penambahan sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan di kecamatan

2. Pembayaran tambahan honor THL-TB Penyuluh Pertanian selama 2 (dua) bulan.

(18)

15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana

Penyuluhan merupakan perwujudan kewajiban BKP-PP untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Kinerja BKP-PP Tahun 2015 tergambar dalam tingkat pencapaian sasaran yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.

A. Capaian Kinerja Organisasi

Mengukur kinerja adalah menghitung kuantitas/kualitas keluaran (output) dan atau hasil (outcome) kegiatan/program yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya. Indikator keluaran (output) dan atau hasil (outcome) yang diukur berdasar indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja. Sesuai ketentuan, Indikator Kinerja SKPD minimal meliputi keluaran

(output), sehingga pengukuran kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan dapat berupa keluaran (output) dan hasil (outcome) sesuai dokumen Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Tahun 2015.

a. Keluaran (Output) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan (input) yang digunakan.

b. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) kegiatan. Hasil (outcome) merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja pada dokumen Penetapan Kinerja. Pada tahun anggaran (APBD Kabupaten) 2015, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan telah melaksanakan berbagai kegiatan strategis untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebanyak 4 sasaran strategis. Penilaian capaian kinerja menggunakan rumus :

1. Apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin tinginya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja menggunakan rumus :

(19)

16

2. Apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin tingginya kinerja menggunakan rumus :

Simpulan hasil pengukuran dibagi menjadi 4 (empat) skala pengukuran dengan kategori sebagai berikut :

a. Lebih dari 100 % = Sangat Baik (A) b. 76% sampai 100% = Baik (B)

c. 56% sampai 75 % = Cukup (C) d. Kurang dari 55 % = Kurang (K)

Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali sesuai dengan pengukuran kinerja Tahun 2015 disajikan dengan membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini, antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir. Sedangkan evaluasi capaian dan akuntabilitas kinerja meliputi analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan, analisis efisiensi penggunaan sumber daya, dan analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan diuraikan guna memberikan gambaran efektifitas dan efesiensi pencapaian target kinerja.

A. Sasaran 1: Terpenuhinya kebutuhan pangan yang bermutu dan trjangkau Tabel 3.1. Sasaran Terpenuhinya kebutuhan pangan yang bermutu dan terjangkau

N o Indikator kinerja (Outcome) Satuan Realisasi Target tahun 2015 Realisasi Tahun 2015 Capaian (%) Target Renstra 2015 Target RPJMD 2015 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Meningkatnya ketersediaan pangan utama (beras) per tahun dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk

Kg/Kg 1,80 1,91 1,54 1,59 1,70 3,05 179,41 2,17 2,17

2 Meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH)

skor 77,1 86,3 88,3 89,4 90 87,1 96,78 90 90

3 Jumlah Rakor Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali kali 2 2 2 3 3 3 100 - - 4 Meningkatnya jumlah lumbung cadangan pangan masyarakat desa Ton 139 235,23 242,7 651,967 812,4 735,047 90,48 812,4 812,4

(20)

17 N o Indikator kinerja (Outcome) Satuan Realisasi Target tahun 2015 Realisasi Tahun 2015 Capaian (%) Target Renstra 2015 Target RPJMD 2015 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 5 Ketersediaan energi dan protein % - - 79 162,43 150 144,98 96,65 90 - 6 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan % 60 60 76,5 75 80 82,6 103,25 80 - 7 Persentase tertanganinya daerah-daerah yang terkena rawan pangan

% 52 52 93,2 100 100 100 100 100 100

Nilai Capaian Rata-Rata 109,43

Capaian kinerja meliputi 7 indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 109,43% (kategori sangat baik), terdiri dari 2 indikator kategori baik dan 5 indikator kategori sangat baik. Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 1 sebagai berikut:

1. Meningkatnya ketersediaan pangan utama (beras) per tahun dibandingkan jumlah kebutuhan konsumsi penduduk.

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian target indikator ini disebabkan karena adanya surplus ketersediaan komoditas pangan utama (beras, jagung, dan ubi kayu) dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk pada tahun 2015. Walaupun demikian masih ada kendala atau hambatan dalam pencapaian target indikator ini, antara lain:

- Masih tingginya tingkat konsumsi beras di masyarakat. - Terjadinya kegagalan panen di beberapa daerah.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

- Meningkatkan kampanye dan sosialisasi diversifikasi pangan

- Merekomendasikan kepada instansi terkait untuk meningkatkan produksi pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan Kab. Boyolali. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan SKPD terkait, yaitu Dipertanbunhut kabupaten Boyolali yang terkait dengan produksi padi, jagung, dan ubi kayu dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan yang mempunyai tupoksi dalam hal ketersediaan pangan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

(21)

18

- Membentuk tim pengumpul data, analisis dan penyusun Neraca Bahan Makanan, untuk efisiensi waktu dan sumberdaya.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.900.000,- (5,54%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 1,70 terealisasi sebesar 3,05 atau capaian kinerja sebesar 179,4%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi perlu ditingkatkan koordinasi antar SKPD melalui fungsi Dewan Ketahanan Pangan untuk merumuskan kebijakan, program dan kegiatan yang terpadu dalam meningkatkan ketersediaan pangan di Kabupaten Boyolali.

2. Meningkatnya Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Kegagalan capaian kinerja Indikator Pola Pangan Harapan (PPH) pada tahun 2015, disebabkan karena adanya perubahan penghitungan standar kecukupan kalori dari 2.000 kkal/kapita/hari menjadi 2.150 kkal/kapita/hari, sehingga hasil penghitungan skor PPHnya turun. Kendala dan hambatannya antara lain:

- Perubahan standar kecukupan kalori dalam penghitungan PPH. - Keterbasan SDM untuk survey dan olah data.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

- Meningkatkan kampanye dan sosialisasi konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang, dan aman (B2SA) serta peningkatan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan

- Fasilitasi diklat dan pelatihan bagi petugas survey dan olah data. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan semua bidang di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, terutama Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melakukan sosialisasi dan promosi tentang konsumsi pangan lokal melalui beberapa media (surat edaran, baliho, pameran, dll)

- Membentuk tim survey dan analisis Pola Pangan Harapan, serta pelatihan yang memadai.

(22)

19

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.1.204.380,- (1,88%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 90 terealisasi sebesar 87,1 atau capaian kinerja sebesar 96,78%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk peningkatan capaian kinerja, kedepan perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang bisa mengarah kepada peningkatan konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang dan aman serta melalui optimalisasi lahan pekarangan.

3. Jumlah rakor Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian target kinerja rakor Dewan Ketahanan Pangan dikarenakan telah dilaksanakannya rakor Dewan Ketahanan Pangan sebanyak 3 kali. Dalam pencapaian target tidak ada kendala/ hambatan yang berarti, tetapi kedepan pelaksanaan kegiatan bisa lebih terjadwal dengan baik, agar tidak menumpuk di akhir tahun.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Sekretariat selaku pengelola kegiatan serta melibatkan SKPD-SKPD dan lembaga yang terkait dengan ketahanan pangan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Menyusun SK anggota Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali.

- Menyelenggarakan rakor untuk mengkoordinasikan program dan kegiatan yang mendukung ketahanan pangan.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.1.879.400,- (2,95%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 3 kali rakor dapat terealisasi senbanyak 3 kali atau capaian kinerja sebesar 100%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Kedepan penyelenggaraan rakor waktu pelaksanaan dan materinya harus lebih fokus.

(23)

20

4. Meningkatnya jumlah cadangan lumbung pangan masyarakat desa a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Kegagalan capaian kinerja indikator ini sampai dengan tahun 2015, disebabkan karena di beberapa wilayah terjadi gagal panen, sehingga mempengaruhi iron stock lumbung pangan masyarakat serta belum maksimalnya pengisian gudang cadangan pangan pemerintah. Kendala dan hambatan dalam pencapaian target ini antara lain:

- Belum meratanya kelembagaan Lumbung Pangan Masyarakat di

setiap desa.

- Adanya moratorium pembangunan LPMD melalui DAK Tahun 2015

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

- Memberikan fasilitasi, pembinaan, dan pengembangan lumbung pangan (LPMD, LDPM, LUEP, dll) di setiap desa

- Mengusulkan dan mengupayakan fasilitasi pembangunan LPMD di tahun-tahun selanjutnya.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan SKPD terkait, yaitu Bappermasdes kabupaten Boyolali dan juga ditentukan oleh kelembagaan cadangan pangan yang ada di masyarakat. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Bappermasdes dalam melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan lumbung pangan masyarakat.

Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.20.131.000,- (6,622%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 812,4 ton, terealisasi sebesar 735,047 ton atau capaian kinerja sebesar 90,47%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi untuk pengisian gudang cadangan pangan pemerintah, diperlukan kegiatan dan anggaran yang memadai agar sesuai dengan standar pelayanan minimal. Selain itu diperlukan upaya secara intensif untuk pengembangan lumbung pangan masyarakat ke desa-desa yang lain.

(24)

21 5. Ketersediaan energi dan protein

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian target indikator ini disebabkan karena adanya surplus ketersediaan komoditas pangan sumber energi dan protein, terutama beras dan jagung, dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk pada tahun 2015. Walaupun demikian masih ada kendala atau hambatan dalam pencapaian target indikator ini, antara lain:

- Adanya perubahan penghitungan standar ketersediaan energi dan protein.

- Terjadinya kegagalan panen di beberapa daerah.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

- Meningkatkan kampanye dan sosialisasi diversifikasi pangan

- Merekomendasikan kepada instansi terkait untuk meningkatkan produksi pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan Kab. Boyolali. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan SKPD terkait, yaitu Dipertanbunhut dan Disnakkan kabupaten Boyolali yang terkait dengan produksi padi, jagung, dan komoditas pangan lainnya baik nabati maupun hewani. Sedangkan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan yang mempunyai tupoksi dalam hal ketersediaan pangan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Membentuk tim pengumpul data, analisis dan penyusun Neraca Bahan Makanan, untuk efisiensi waktu dan sumberdaya.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.900.000,- (5,54%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 150% terealisasi sebesar 144,98% atau capaian kinerja sebesar 96,65%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi perlu ditingkatkan koordinasi antar SKPD melalui fungsi Dewan Ketahanan

(25)

22

Pangan untuk merumuskan kebijakan, program dan kegiatan yang terpadu dalam meningkatkan ketersediaan pangan di Kabupaten Boyolali.

6. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Hambatan/permasalahan dalam pencapaian target kinerja antara lain: - Masih banyaknya peredaran pangan yang tidak aman dikonsumsi. - Kurang lengkapnya peralatan dan bahan untuk pengujian sampel

makanan.

Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dan pencapaian target kinerja adalah:

- Mengoptimalkan pemantauan dan pengawasan peredaran makanan dengan melibatkan SKPD terkait.

- Mengupayakan pengadaan peralatan dan bahan untuk pengujian sampel makanan, terutama produk pangan segar.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan SKPD terkait, yaitu Dinas Kesehatan, Disnakkan, dan BKPPP kabupaten Boyolali. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Membentuk tim pengawasan dan pemantauan peredaran makanan dan tim SKPT (Sistem Keamanan Pangan Terpadu).

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.11.794.500,- (7,97%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target indikator sebesar 80%, terealisasi 82,6% (capaian kinerja 103,25%). Dari hasil uji sampel produk pangan, diperoleh hasil 82,6% produk yang diuji tidak melebihi ambang batas pestisida dan tidak mengandung zat-zat berbahaya. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, tetapi perlu ditingkatkan dalam intensitas pemantauan serta tindak lanjut temuan di lapangan.

7. Persentase tertanganinya daerah yang terkena rawan pangan a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

(26)

23

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah keterbatasan anggaran untuk intervensi daerah yang rentan terhadap rawan pangan, dan pengumpulan data yang valid dan uptodate, sehingga diperoleh pemetaan wilayah yang benar-benar rentan terhadap rawan pangan.

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan berkoordinasi secara intensif dengan SKPD terkait dalam hal penanganan daerah yang rentan terhadap rawan pangan dan diperlukan adanya pelatihan yang lebih mendalam dalam penyusunan peta kerentanan pangan.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan dan aparat desa setempat, serta beberapa SKPD terkait. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melakukan pemetaan wilayah/ daerah yang terjadi atau berpotensi terjadi rawan pangan

- Membentuk tim SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi)

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.916.500,- (2,22%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 100% terealisasi sebesar 100% atau capaian kinerja sebesar 100%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Keberhasilan pencapaian target kinerja juga didukung dengan kegiatan yang bersumber dari Dana Dekonsentrasi (Badan Ketahanan Pangan Prov. Jawa Tengah). Untuk meningkatkan capaian kinerja secara kualitatif, diperlukan keterpaduan dengan SKPD terkait dalam hal upaya intervensi daerah rentan/ rawan pangan. Selain itu diperlukan upaya untuk meningkatkan keakuratan data mengenai peta wilayah rentan/ rawan pangan.

B. Sasaran 2. meningkatnya efisiensi dan efektifitas ditribusi pangan Tabel 3.2. Sasaran meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan

N o Indikator kinerja (Outcome) Satuan Realisasi Target tahun 2015 Realisasi Tahun 2015 Capaian (%) Target Renstra 2015 Target RPJMD 2015 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Terpantaunya pola dan alur distribusi pangan

(27)

24 N o Indikator kinerja (Outcome) Satuan Realisasi Target tahun 2015 Realisasi Tahun 2015 Capaian (%) Target Renstra 2015 Target RPJMD 2015 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Se-Kabupaten Boyolali 2 Ketersediaan informasi

pasokan, harga dan akses pangan di daerah

% 65 80 86,5 89,9 90 90,33 100,37 90 -

3 Stabilitas harga dan pasokan pangan

% - - 90 78,26 90 100 111,11 90 - 4 Jumlah rice mill untuk

kelompok LPMD

Unit - - - - 2 2 100 - -

5 Terjaganya kestabilan harga pangan strategis sesuai HPP

LUEP 46 46 46 46 46 46 100 46 46

Nilai Capaian Rata-Rata 102,2

Capain kinerja meliputi 5 indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 102,2% (kategori sangat baik), terdiri dari 3 indikator kategori baik dan 2 indikator kategori sangat baik. Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 1 sebagai berikut:

1. Terpantaunya pola dan alur distribusi pangan Se-Kabupaten Boyolali

a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini pada tahun 2015, dikarenakan pola dan jalur distribusi pangan, yang meliputi kondisi pasokan, harga dan akses pangan masyarakat di 19 kecamatan dapat terpantau dan terdata secara kontinyu. Kendala dan hambatan dalam pencapaian target antara lain; keterlambatan dan kekuranglengkapan data yang dapat dikumpulkan. Sedangkan alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan koordinasi dan pemantauan secara rutin untuk memperoleh informasi dan data dukung yang lebih lengkap.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumberdaya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Sekretariat, Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan dan petugas di 19 kecamatan (koordinator penyuluh). Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Membentuk Tim pengumpul data dan penyusun laporan berkala kondisi ketahanan pangan daerah.

- Mengoptimalkan SDM dan anggaran yang ada untuk mencapai target kinerja melalui rapat koordinasi persiapan dan evaluasi kegiatan, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.575.000,- (1,49%) c. Analisis program dan kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan

(28)

25

Target sebesar 19 kecamatan terealisasi sebesar 19 kecamatan atau capaian kinerja sebesar 100%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi secara kualitatif data yang terkumpul belum lengkap, salah satunya yaitu data jumlah bahan pangan yang keluar dan masuk Kabupaten Boyolali. Kedepan diperlukan perbaikan dalam beberapa sub kegiatan dan koordinasi yang lebih intensif dengan pihak-pihak terkait.

2. Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (hambatan/solusi)

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah belum tersedianya perangkat atau media untuk menyajikan informasi pasokan, harga dan akses pangan secara online.

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mengupayakan perangkat/ media yang lebih praktis dan secara online sehingga kebutuhan informasi tersebut bisa diakses secara cepat.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan dan petugas di sejumlah pasar.. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Membentuk tim yang bertugas untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data/ informasi.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja.

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target kinerja sebesar 90%, teralisasi sebesar 90,33% (capaian kinerja 100,37%). Artinya dari segi kelengkapan data atau informasi yang dibutuhkan, tingkat kelengkapan datanya 90,33%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk meningkatkan kualitas dan keakuratan data atau informasi, kedepan perlu diupayakan informasi yang disampaikan bisa diakses secara online dan diperbarui secara berkala (mingguan/bulanan).

3. Stabilitas harga dan pasokan pangan

(29)

26

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja antara lain:

- fluktuasi harga pangan dipengaruhi oleh banyak faktor yang melibatkan banyak instansi atau banyak pihak.

- Belum adanya penetapan target harga

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah melakukan pemantauan perkembangan harga pangan secara rutin, dan mengantisipasi sedini mungkin dengan berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi terkait.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan dan petugas di sejumlah pasar. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Membentuk tim yang bertugas untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data/ informasi.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja.

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target kinerja sebesar 90%, teralisasi sebesar 100% (capaian kinerja 111,11%). Artinya tingkat kestabilan harga komoditas pangan utama pada tahun 2015 secara rata-rata 100% (sesuai dengan harga target). Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Kedepan untuk pengendalian harga pangan, perlu dibentuk tim khusus yang melibatkan semua SKPD dan pihak-pihak terkait.

4. Jumlah ricemill untuk kelompok LPMD

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja antara lain:

- Lokasi pembangunan yang terpencar, sehingga membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih dalam pengawasan dan monitoring.

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja antara lain:

- Mengoptimalkan SDM yang ada dalam mengawal jalannya

pembangunan gudang LPMD.

(30)

27

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan, panitia pengadaan dan panitia penerima hasil pekerjaan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Menunjuk panitia pengadaan, pengawas, dan penerima hasil

pekerjaan yang terdiri dari personil yang benar-benar berkompeten.. - Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar

mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.1.141.200,- (0,33%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target indikator sebesar 2 unit, terealisasi 2 unit (capaian kinerja 100%), yaitu dengan terwujudnya pengadaan RMU dan Gudang RMU Desa Sambi Kecamatan Sambi dan Desa Sendangrejo Kecamatan klego.. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik.

5. Terjaganya kestabilan harga pangan strategis sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terutama di wilayah LUEP.

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan

Keberhasilan capaian indikator kinerja ini pada tahun 2015, dikarenakan selama tahun 2015 harga pangan strategis (gabah/ beras) sesuai atau di atas HPP. Akan tetapi dalam pencapaian target kinerja ini terdapat kendala atau permasalahan antara lain: Tidak adanya dana talangan LUEP, sehingga modal/ dana untuk membeli gabah petani hanya berasal dari pemilik ricemill sendiri. Alternatif solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah melalui koordinasi dan pembinaan LUEP-LUEP yang telah ada untuk tetap membeli gabah petani sesuai atau lebih dari HPP, untuk menjaga kestabilan harga.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumberdaya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan dan petugas di 19 kecamatan (koordinator penyuluh). Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melaksanakan monitoring, koordinasi dan pembinaan secara

berkelanjutan terhadap kelembagaan LUEP agar tetap menjalankan fungsinya.

- Mengoptimalkan SDM dan anggaran yang ada untuk mencapai target

kinerja melalui rapat koordinasi, monitoring dan evaluasi kegiatan. c. Analisis program dan kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan

(31)

28

Target sebesar 46 LUEP terealisasi sebesar 46 LUEP atau capaian kinerja sebesar 100%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi untuk memfungsikan LUEP secara optimal diperlukan dana talangan atau modal yang memadai untuk menyerap gabah petani.

Sasaran 3 Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatannya

Tabel 3.3. Sasaran meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatannya

N o Indikator kinerja (Outcome) Satuan Realisasi Target tahun 2015 Realisasi Tahun 2015 Capaian (%) Target Renstra 2015 Target RPJMD 2015 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Meningkatnya jumlah kelompok yang menerapkan sistem jaminan mutu usaha pasca panen dan pengolahan

kelom pok

23 27 30 34 38 38 100 38 38

2 Meningkatnya jumlah desa yang menjadi pilot project Primatani desa 2 2 3 5 7 7 100 4 4 3 Meningkatnya jumlah kelompok yang mengembangkan kegiatan agribisnis di kawasan agropolitan kelom pok 95 95 97 101 125 125 100 125 125 4 Terwujudnya Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Desa - 2 2 13 10 10 100 - - 5 Tersusunnya programa penyuluhan di tingkat kabupaten dan kecamatan doku men 20 20 20 20 20 20 100 20 -

Nilai Capaian Rata-Rata 100

Capain kinerja meliputi 5 indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 10% (kategori sangat baik), terdiri dari 5 indikator kategori baik. Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 1 sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah kelompok yang menerapkan sistem jaminan mutu usaha pasca panen dan pengolahan

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Keberhasilan capaian kinerja Indikator ini pada tahun 2015, dikarenakan semakin bertambahnya kelompok yang menerapkan jaminan mutu usaha pengolahan pangan, yaitu memiliki ijin SP.IRT bagi kelompok yang memiliki usaha pengolahan dan kelompok yang memiliki sertifikat

(32)

29

keamanan pangan berupa Prima-3 dan sertifikasi PSAT (produk Segar Asal Tumbuhan). Kendala atau permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja antara lain:

- Masyarakat atau produsen pangan masih banyak yang berorientasi produk yang murah, sedangkan untuk kualitas dan keamanan pangan kurang diperhatikan.

- Ada kelompok-kelompok yang sebenenarnya sudah layak, tetapi belum memiliki SP.IRT.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

- Memberikan sosialiasi kepada masyarakat dan pelatihan ketrampilan bagi kelompok-kelompok pengolah pangan.

- Memfasilitasi kemudahan dan pendampingan dalam pengurusan ijin SP.IRT serta sertifikasi Prima-3 dan PSAT (Produk Segar Asal Tumbuhan).

b. Analisis efisiensi penggunaan sumberdaya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, penyuluh pendamping, aparat desa, dan kelompok masyarakat. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melakukan sosialisasi kegiatan berdasarkan petunjuk dan pedoman pelaksanaan kegiatan

- Mengoptimalkan peran pendamping kegiatan dan fasilitasi pelatihan bagi kelompok (KWT) untuk meningkatkan ketrampilannya.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.18.814.500,- (6,69%).

c. Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 38 kelompok terealisasi sebesar 38 kelompok atau capaian kinerja sebesar 100%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk lebih meningkatkan capaian kinerja, diperlukan upaya fasilitasi dan kemudahan bagi kelompok-kelompok pengolah pangan dalam mengurus ijin SP.IRT dan juga sertifikasi produk pangan segar, ketersediaan bahan baku dan akses pasar.

2. Meningkatnya jumlah desa yang menjadi pilot project penerapan teknologi pertanian/ perkebunan tepat guna (Primatani)

(33)

30

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Keberhasilan capaian kinerja Indikator ini pada tahun 2015, dikarenakan pada tahun ini telah dilaksanakan pilot project Primatani di dua desa (Desa Tawangsari, Teras dan Desa Samiran, Selo) sehingga secara akumulasi telah tercapai 7 desa. Secara umum tidak ada kendala atau permasalahan dalam pencapaian target, tetapi kegiatan tersebut untuk selanjutnya tidak sebatas pada percontohan saja, tetapi harus dikembangkan secara masal di masyarakat.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumberdaya

Pencapaian target kinerja melibatkan Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan dan aparat desa tempat dilaksanakannya kegiatan Primatani. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melaksanakan sosialisasi kegiatan dan koordinasi dengan aparat desa dan kelompok masyarakat, agar terjadi kesepahaman dan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.3.357.000,- (2,43%).

c. Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 7 desa, terealisasi sebesar 7 desa atau capaian kinerja sebesar 100%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, Untuk mempercepat replikasi kegiatan primatani, diperlukan alokasi anggaran dan kegiatan dari APBD II serta mendorong pengembangan kegiatan secara swadaya masyarakat, sehingga kegiatan Primatani bisa dikenal luas dan memasyarakat.

3. Meningkatnya jumlah kelompok yang mengembangkan kegiatan agribisnis di kawasan agropolitan

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Keberhasilan capaian kinerja indikator ini, pada tahun 2015, dikarenakan semakin bertambahnya jumlah kelompok tani yang mengembangkan kegiatan agribisnis atau memperluas usahanya menjadi on farm dan off farm. Secara umum tidak ada kendala dalam pencapaian target kinerja, tetapi diperlukan pembinaan dan pendampingan yang berkelanjutan terhadap kelompok-kelompok tani dalam menjalankan usahanya, terutama melalui peran penyuluh di lapangan.

(34)

31

b. Analisis efisiensi penggunaan sumberdaya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM dan kelompok masyarakat sasaran. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melakukan sosialisasi kegiatan berdasarkan petunjuk dan pedoman pelaksanaan kegiatan

- Mengoptimalkan peran penyuluh sesuai dengan wilayah kerjanya. - Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar

mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.85.000,- (0,34%).

c. Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 125 kelompok terealisasi sebesar 125 kelompok atau capaian kinerja sebesar 100%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, tetapi diperlukan perbaikan beberapa aspek antara lain; identifikasi yang lebih akurat terhadap kelompok sasaran dan juga jenis fasilitasi bantuan yang tepat sasaran. Sehingga kelompok sasaran bisa berkembang sesuai yang diharapkan, selain itu peran penyuluh dalam mengawal dan mendampingi kegiatan kelompok tani.

4. Terwujudnya Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Hambatan/ permasalahan yang dialamai dalam pencapain target kinerja adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan dan mengembangkan lahan pekarangan secara mandiri atau swadaya

Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pencapaian target kinerja adalah dengan melakukan monev dan pendampingan secara intensif pada lokasi kegiatan baik desa lama maupun desa baru, serta mendorong masyarakat melalui tenaga penyuluh untuk secara mandiri dan swadaya mengembangkan kegiatan serupa di desa-desa lain.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan, penyuluh pendamping, aparat desa, dan kelompok masyarakat. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melakukan sosialisasi kegiatan berdasarkan petunjuk dan pedoman pelaksanaan kegiatan

(35)

32

- Mempercepat proses pengadaan barang dan jasa pada APBD Perubahan

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.9.275.000,- (2,67%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target indikator sebanyak target 10 desa terealisasi 10 desa (capaian kinerja 100%). Capaian tersebut berupa fasilitas green house di Kebun Bibit Desa sebagai tempat penyemaian bibit maupun sebagai sentral penyediaan bibit tanaman bagi kawasan untuk penanaman sayuran di pekarangan baik berupa para-para ataupun rak-rak tempat meletakkan polybag yang berisi tanaman sayuran untuk membentuk kawasan rumah pangan tersenyum yang bermanfaat bagi masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga sehari-hari, dan dijual untuk meningkatkan sektor pendapatan bagi masyarakat di kawasan tersebut. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, tetapi diperlukan adanya pendampingan untuk keberlanjutan kegiatan tersebut di tahun-tahun berikutnya.

5. Tersusunnya programa penyuluhan di tingkat kabupaten dan kecamatan a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Hambatan/ permasalahan dalam pencapaian target kinerja antara lain: - data base kelas kelompok tani belum diupdate setiap tahun

- Programa penyuluhan yang tersusun, belum bisa didukung dengan anggaran yang memadai.

Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah:

- Melakukan pendataan ulang kelompok tani, melalui Balai penyuluhan di setiap kecamatan.

- Mengupayakan tambahan anggaran untuk mendukung penyusunan

dan pelaksanaan programa penyuluhan b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM dan semua penyuluh yang ada di masing-masing kecamatan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

(36)

33

- Melakukan penjadwalan penyusunan programa penyuluhan secara bertahap.

- Mengoptimalkan peran penyuluh sesuai dengan wilayah kerjanya. - Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar

mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.28.823.556,- (5,14%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target kinerja sebanyak 20 dokumen, realisasi sebanyak 20 dokumen (capaian kinerja 100%), yaitu programa penyuluhan kecamatan sejumlah 19 dokumen dan programa penyuluhan tingkat kabupaten sejumlah 1 dokumen. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk lebih menajamkan programa penyuluhan, perlu juga difasilitasi programa penyuluhan di tingkat desa untuk lebih menggali permasalahan di lapangan.

Sasaran 4: Meningkatnya jumlah produksi dan produktifitas peternakan dan perikanan serta diversifikasi bahan pangan

Tabel 3.4. Sasaran meningkatnya jumlah produksi dan produktifitas peternakan dan perikanan serta diversifikasi bahan pangan

N o Indikator kinerja (Outcome) Satuan Realisasi Target tahun 2015 Realisasi Tahun 2015 Capaian (%) Target Renstra 2015 Target RPJMD 2015 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Jumlah gedung kantor BP3K kecamatan yang dibangun dan direhabilitasi

unit - - 2 2 3 3 100 - -

2 Jumlah sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan

paket - - - 1 2 2 100 - -

Nilai Capaian Rata-Rata 100

Capain kinerja meliputi 2 indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 100% (kategori baik), terdiri dari 2 indikator kategori baik. Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 4 sebagai berikut:

1. Jumlah gedung kantor BP3K kecamatan yang dibangun dan diehabilitasi. a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja antara lain; terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan pembangunan gedung BP3K

(37)

34

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja antara lain:

- Mengoptimalkan SDM yang ada dalam mengawal jalannya

pembangunan gedung BP3K

- Memberikan surat peringatan dan teguran kepada rekanan untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM, panitia pengadaan dan panitia penerima hasil pekerjaan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Menunjuk panitia pengadaan, pengawas, dan penerima hasil

pekerjaan yang terdiri dari personil yang benar-benar berkompeten.. - Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar

mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.43.067.117,- (2,43%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target kinerja sebesar 3 unit, realisasi sebesar 3 unit (capaian kinerja 100%), berupa terwujudnya pembagunan dan rehap gedung BP3K sebanyak 3 unit di Kecamatan Musuk, Simo, dan Karanggede. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik.

2. Jumlah sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja secara umum tidak ada hambatan yang berarti, akan tetapi diperlukan pendataan yang lebih akurat tentang kebutuhan alat-alat dan sarana penyuluhan serta pengelolaan aset yang ada di kecamatan.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM, panitia pengadaan dan panitia penerima hasil pekerjaan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Menunjuk panitia pengadaan, pengawas, dan penerima hasil

pekerjaan yang terdiri dari personil yang benar-benar berkompeten.. - Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar

mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.43.067.117,- (2,43%).

Gambar

Tabel 2.1 Rencana Strategis Tahun 2011 – 2015
Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Perubahan Tahun 2015
Tabel 3.3. Sasaran meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi  pangan dan pemanfaatannya
Tabel  3.4.  Sasaran  meningkatnya  jumlah  produksi  dan  produktifitas  peternakan  dan perikanan serta diversifikasi bahan pangan
+2

Referensi

Dokumen terkait

selaku pembimbing akademik selama satu tahun yang selalu memberikan nasehat dan support kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting  suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada Lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan Keputusan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) ini merupakaan suatu gambaran pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan perangkat kantor Kecamatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) ini merupakaan suatu gambaran pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan perangkat kantor Kecamatan

Prinsip kerja dari metode tahanan jenis ini adalah megalirkan arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektdoda arus, kemudian beda potensialnya diukur melalui dua

Pada penelitian ini didapatkan dari total 40 pasien subjek DM bila dilakukan analisis latensi gelombang P100 terhadap 4 variabel bebas yaitu jenis kelamin, umur, lama DM

Dengan begitu, setelah melakukan analisa akan diketahui nilai kuat tekan optimum dari bata beton pejalPra Percobaan dan 2 komposisi optimum dari 4 komposisi

atau informasi yang akan menjadi dasar dari pengembangan sistem. Dengan Observasi, Wawancara dan Studi pustaka didapatkan banyak pengertian untuk bertindak membuat program.