• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 25/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 25/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 25/Permentan/OT.140/2/2010

TENTANG

PEDOMAN UMUM

PROGRAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN LINGKUP BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa program ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa atas dasar hal tersebut diatas, dipandang perlu menetapkan peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun Anggaran 2010;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4254);

(3)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

8. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 Tentang Dewan Ketahanan Pangan;

9. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;

10.Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4214) juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4418);

11.Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330) juncto Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005; 12.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/7/2005 Tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

13.Peraturan Menteri Pertanian Nomor

58/Permentan/KU.410/12/2009 Tentang Pelimpahan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Dekonsentrasi Provinsi Tahun Anggaran 2010;

14.Peraturan Menteri Pertanian Nomor

59/Permentan/KU.410/12/2009 Tentang Penugasan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2010;

15.Peraturan Menteri Pertanian Nomor

60/Permentan/KU.410/12/2009 Tentang Penugasan Kepada Bupati/Walikota Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2010;

16.Peraturan Menteri Pertanian Nomor

14/Permentan/OT.140/1/2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun Anggaran 2010;

17.Peraturan Menteri Pertanian Nomor

15/Permentan/RC.110/1/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.

(4)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

KEDUA : Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010, terdiri dari:

a. Pedoman Umum Program Aksi Desa Mandiri Pangan Menuju Gerakan Kemandirian Pangan (Lampiran I).

b. Pedoman Umum Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Lampiran II).

c. Pedoman Umum Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (Lampiran III).

KETIGA : Pedoman Umum sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari peraturan ini. KEEMPAT : Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah, Pemerintah

Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mewujudkan Ketahanan Pangan.

KELIMA : Pedoman yang bersifat Teknis, akan diatur lebih lanjut dalam bentuk Pedoman Teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan.

KEENAM : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan dirubah sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : Februari 2010 MENTERI PERTANIAN,

SUSWONO

SALINAN Peraturan ini disampaikan

Kepada Yth:

1. Presiden Republik Indonesia; 2. Wakil Presiden Republik Indonesia; 3. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;

4. Menteri Koordinator Perekonomian Repubilk Indonesia; 5. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia; 6. Menteri Keuangan Republik Indonesia;

(5)

8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia;

9. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia;

10.Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas; 11.Menteri Perindustrian Republik Indonesia;

12.Menteri Perdagangan Republik Indonesia; 13.Menteri Kehutanan Republik Indonesia;

14.Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia; 15.Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia; 16.Menteri Sosial Republik Indonesia;

17.Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah Republik Indonesia; 18.Menteri Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia;

19.Menteri Pembangunan Daerah Tertingal Republik Indonesia; 20.Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia;

21.Para Gubernur/Ketua Dewan Ketahanan Pangan Provinsi di seluruh Indonesia; 22.Para Bupati/Walikota/Ketua Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota di seluruh

Indonesia;

23.Para Pemimpin Unit Kerja Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian;

24.Kepala Badan/Kantor/Dinas/Unit Kerja yang menangani Ketahanan Pangan Provinsi seluruh Indonesia;

25.Kepala Badan/Kantor/Dinas/Unit Kerja yang menangani Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia.

(6)

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR : 25/Permentan/OT.140/2/2010

TANGGAL :

PEDOMAN UMUM

PROGRAM AKSI DESA MANDIRI PANGAN

MENUJU GERAKAN KEMANDIRIAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

JAKARTA, 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Ruang Lingkup...1

C. Pengertian ...2

BAB II. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN A. Tujuan...5

B. Sasaran ...5

C. Indikator Keberhasilan ...5

BAB III. KERANGKA PIKIR A. Program Aksi Desa Mandiri Pangan ...6

1. Rancangan Program ...6

2. Pendekatan...9

3. Strategi...9

B. Gerakan Kemandirian Pangan ...10

BAB IV. PELAKSANAAN A. Perencanaan Program...12

B. Pelaksanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan...13

1. Tahap Persiapan...13

2. Tahap Penumbuhan...15

3. Tahap Pengembangan...16

4. Tahap Kemandirian...16

C. Pelaksanaan Gerakan Kemandirian Pangan ... .17

BAB V. ORGANISASI DAN TATA KERJA A. Organisasi ...19

(8)

BAB VI. PEMBIAYAAN

A. Sumber Pembiayaan... ...23

B. Pengelolaan Dana APBN ...23

C. Pemanfaatan Dana Bansos...26

D. Pertanggungjawaban ...26

BAB VII. MONITORING, EVALUASI, PENGENDALIAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN A. Monitoring ...27

B. Evaluasi ...27

C. Pengendalian dan Pengawasan...29

D. Pelaporan ... ...30

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya mencapai tujuan pertama Millenium Development Goals (MDGs) yaitu untuk mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015, Pemerintah sudah dan masih melanjutkan program pembangunan yang tertuang di dalam triple track strategy, dimana track ketiga adalah revitalisasi pertanian, kehutanan, kelautan dan ekonomi pedesaan untuk mengurangi kemiskinan. Dalam bidang ketahanan pangan, landasan perwujudan ketahanan didasarkan pada pasal 2 UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang menyatakan bahwa pembangunan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan kemandirian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Kemandirian adalah sikap kesadaran/kemampuan untuk mengembalikan ke keadaan normal setelah terjadinya suatu tekanan, gejolak atau bencana. Untuk mewujudkan kemandirian pangan dilakukan pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan melalui twin track strategy/strategi jalur ganda, yaitu : 1) membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan dan 2) memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pemberdayaan dan pemberian bantuan langsung.

Untuk itu, Pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, sejak tahun 2006 telah meluncurkan Program Aksi Desa Mandiri Pangan (Proksi Desa Mapan), yang diharapkan masyarakat desa mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif dari hari ke hari, secara berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah serta mampu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara efisien dan berkelanjutan menuju Gerakan Kemandirian Pangan (Gema Pangan).

B.

Ruang Lingkup

Proksi Desa Mapan dilaksanakan dalam waktu empat (4) tahun, yang meliputi: tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat, penguatan kelembagaan masyarakat, pengembangan sistem ketahanan pangan dan koordinasi lintas sektor untuk pengembangan sarana prasarana pedesaan. Untuk memperluas jangkauan penerima manfaat, pada tahun kelima dikembangkan gerakan kemandirian pangan yang melibat

(10)

semua unsur masyarakat dan pemerintah daerah. Dimana desa yang telah mandiri akan membina desa-desa di sekitarnya.

C.

Pengertian

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak, diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman.

2. Desa atau yang disebut dalam (UU No. 32 Tahun 2004) diartikan sebagai kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Mandiri pangan diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan yang dapat

dicukupi oleh kemampuan sumberdaya yang dimiliki, dilihat dari bekerjanya subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi pangan.

4. Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya mempunyai

kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan.

5. Program Aksi adalah rancangan kegiatan untuk melaksanakan tujuan yang akan dicapai.

6. Program Aksi Desa Mandiri Pangan adalah gerakan yang dilaksanakan secara

berkelanjutan dan berkesinambungan untuk mewujudkan ketahanan pangan masyarakat, melalui pendekatan sub sistem ketersediaan, sub sistem distribusi dan sub sistem konsumsi.

7. Gerakan adalah perubahan suatu kondisi tertentu melalui usaha atau kegiatan yang

(11)

8. Gerakan Kemandirian Pangan adalah upaya bersama berbagai komponen masyarakat dan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat untuk memobilisasi, memanfaatkan dan mengelola aset setempat (yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya finansial, sumberdaya fisik/teknologi, serta sumberdaya sosial) untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan masyarakat melalui penanganan Desa Rawan Pangan menjadi Desa Mandiri Pangan.

9. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat atau mereka

yang kurang beruntung dalam sumberdaya pembangunan didorong untuk mandiri dan mengembangkan kehidupan sendiri. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam pembangunan sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi kehidupan mereka sendiri.

10.Ketahanan pangan (UU NO.7 Tahun 1996) adalah kondisi terpenuhinya pangan

bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

11.Ketahanan pangan masyarakat (community food security coalition/CFSC)adalah

kondisi dimana seluruh anggota masyarakat (rumah tangga/individu) mendapatkan pangan yang aman, dapat diterima secara kultural, cukup, bergizi, secara berkelanjutan dengan memaksimalkan kemandirian masyarakat dan keadilan sosial.

12.Desa rawan pangan adalah kondisi suatu daerah yang tingkat ketersediaan, akses,

dan/atau keamanan pangan sebagian masyarakat dan rumah tangganya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan.

13.Kemandirian adalah sikap kesadaran/kemampuan untuk mengembalikan keadaan

ke normal setelah terjadinya suatu tekanan, gejolak, atau bencana. Dalam keadaan normal, dimana tidak terjadi tekanan, bencana atau gejolak, maka kemandirian dapat diartikan sebagai kesadaran/kemampuan untuk meningkatkan keadaan masa depannya menjadi lebih baik tanpa bergantung pada orang lain.

14.Kemandirian pangan (UU No. 41 Tahun 2009) adalah kemampuan produksi

pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.

15.Kelompok afinitas adalah kelompok yang tumbuh atas dasar ikatan kebersamaan dan kecocokan antar anggota yang mempunyai kesamaan visi dan misi dengan memperhatikan sosial budaya setempat.

(12)

16.Kelompok wanita adalah sekumpulan wanita dengan jumlah 20 - 30 orang dari anggota dasa wisma yang bergabung menjadi satu kelompok untuk melakukan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat desa.

17.Kelompok lumbung pangan adalah kelompok yang ditumbuhkan dalam rangka

pemenuhan cadangan pangan masyarakat. Kelompok sasaran adalah kelompok yang telah ada atau kelompok baru yang memiliki potensi untuk pengembangan lumbung pangan yang berasal dari desa tersebut, belum pernah mendapat penguatan modal, atau fasilitasi lain pada saat yang bersamaan atau pada tahun-tahun sebelumnya, menyediakan lahan yang mudah dijangkau dan tidak bersengketa untuk pembangunan fisik lumbung atas nama kelompok (Pedoman Teknis Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat).

18.Sekolah Lapangan Desa Mapan (SL-DMP) merupakan pendekatan penyuluhan

yang dilakukan melalui proses belajar orang dewasa di desa mandiri pangan dengan berbagi pengalaman antara pemandu dan peserta SL-DMP (desa replikasi) untuk menemukan dan mengembangkan sendiri pengetahuan, teknologi dan upaya mewujudkan kemandirian pangan.

19.Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) adalahkegiatan pendataan lengkap (Sensus)

rumah tangga untuk memperoleh gambaran karakteristik rumah tangga yang berada di dalamnya. Hasil dari pendataan tersebut adalah data dasar seluruh rumahtangga yang ada di suatu wilayah dan dapat melihat karakteristik rumah tangga serta mengidentifikasi rumah tangga miskin dan tidak miskin.

20.Rumah tangga miskin (RTM) adalah rumah tangga sasaran yang ditetapkan

melalui survei DDRT dengan 13 indikator kemiskinan. Indikator Kemiskinan yang digunakan meliputi: (1). tingkat pendidikan, (2) jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan, (3) konsumsi pangan, (4) konsumsi non pangan, (5) modal (lahan, tabungan, hewan ternak), (6) sarana transportasi, (7) perabotan rumahtangga, (8) luas tempat tinggal, (9) kondisi tempat tinggal, (10) sumber air minum, (11) sumber penerangan, (12) asupan gizi, (13) porsi pangan antar anggota rumahtangga.

21.Lembaga Keuangan Desa (LKD) adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh

kelompok-kelompok afinitas untuk mengelola keuangan sebagai modal usaha produktif pedesaan.

22.Tim Pangan Desa (TPD) adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh masyarakat

(13)

BAB II

TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN

A.

Tujuan

Tujuan Proksi Desa Mapan adalah meningkatkan keberdayaan masyarakat pedesaan dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya yang dimiliki atau dikuasainya untuk mencapai kemandirian pangan rumah tangga dan masyarakat.

B.

Sasaran

Rumah tangga miskin di desa rawan pangan untuk mewujudkan kemandirian pangan masyarakat.

C.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan terwujudnya kemandirian pangan tingkat desa dan masyarakat, yaitu :

1. Berkembangnya usaha produktif berbasis sumber daya lokal; 2. Berkembangnya lembaga layanan permodalan;

3. Meningkatnya ketersediaan pangan;

4. Meningkatnya daya beli dan akses pangan rumah tangga;

(14)

BAB III

KERANGKA PIKIR

A. Program Aksi Desa Mandiri Pangan

1. Rancangan Program

Proksi Desa Mapan merupakan program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di desa rawan pangan, dengan kharakteristik kualitas sumberdaya masyarakat rendah, terbatasnya sumber daya modal, akses teknologi, dan infrastruktur pedesaan. Komponen kegiatan Proksi Desa Mapan, meliputi: 1) pemberdayaan masyarakat, 2) pengembangan Sistem Ketahanan Pangan dan 3) integrasi program lintas sektor dalam menjalin dukungan pengembangan sarana prasarana pedesaan.

Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pelatihan, pendampingan dan peningkatan akses untuk pengembangan kerjasama partisipasi inklusif, pengembangan kapasitas individu, pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat, pengembangan sosial dan ekonomi serta, pengembangan ketahanan pangan. Adapun sasaran pemberdayaan ditujukan untuk mengembangkan kelembagaan aparat, kelembagaan masyarakat, dan kelembagaan pelayanan di pedesaan.

Bagan Kerangka Pikir Program Aksi Desa Mandiri Pangan

Input -SDM -SDA -Dana -Teknologi -Kearifan Lokal

PENGUATAN SISTEM KETAHANAN PANGAN Ketersediaan -Peningkatan Produksi -Cadangan Pangan Distribusi/Akses -akses fisik -daya beli -stabilisasi pasokan Konsumsi - kualitas pangan - diversisifi-kasi pangan PELATIHAN dan PENDAMPINGAN • Pengembangan kerjasama dan partisipasi inklusif

• Pengembangan kapasitas individu

• Pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat

• Pengembangan sosial dan ekonomi

• Pengembangan ketahanan pangan

PENGUATAN KELEMBAGAAN

a. Kelembagaan Aparat b. Kelembagaan Masyarakat c. Kelembagaan Pelayanan

Dukungan pengembangan sarana dan prasarana

- ekonomi (jalan desa, irigasi desa, air bersih, listrik, transportasi, dll)

- kesehatan - pendidikan - kemasyarakatan

Integrasi dengan Program Pemberdayaan lain

Impact

Terwujudnya kemandirian

Output

1.Berkembangnya usaha produktif berbasis sumber daya lokal. 2.Meningkatnya ketersediaan dan

produksi pangan.

3.Meningkatnya daya beli rumah tangga

4.Meningkatnya akses pangan

rumah tangga.

Outcome

Berkurangnya kerawanan pangan dan gizi tingkat rumah tangga

(15)

Melalui fasilitasi pemerintah, kelembagaan tersebut mampu mengoptimalkan input yang meliputi: sumber daya alam, sumber daya manusia, dana, teknologi dan kearifan lokal untuk menggerakan sistem ketahanan pangan, melalui : 1) sub sistem ketersediaan pangan untuk meningkatan produksi dan cadangan pangan masyarakat, 2) sub sistem distribusi/akses yang menjamin kemudahan akses fisik, peningkatan daya beli serta menjamin stabilisasi pasokan, dan 3) sub sistem konsumsi untuk peningkatan kualitas pangan dan pengembangan diversifikasi pangan, sehingga dapat tercapai ketahanan pangan masyarakat. Ketahanan pangan masyarakat memerlukan dukungan koordinasi dan integrasi program lintas sektor yang diimplementasikan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan sarana prasarana pedesaan. Bekerjanya mekanisme tersebut, diharapkan dapat mencapai output yang diinginkan antara lain: berkembangnya usaha produktif berbasis sumber daya lokal, meningkatnya ketersediaan pangan, meningkatnya daya beli rumah tangga dan meningkatnya akses pangan rumah tangga untuk menurunkan kerawanan pangan dan gizi tingkat rumah tangga dan berdampak terhadap terwujudnya ketahanan pangan dan gizi masyarakat desa.

Roadmap pencapaian tujuan Program Aksi Desa Mandiri Pangan dirancang dalam kurun waktu empat (4) tahun yang meliputi : (1) tahap persiapan, (2) tahap penumbuhan, (3) tahap pengembangan dan (4) tahap kemandirian.

Tahap persiapan (tahun pertama), kegiatan yang dilakukan antara lain : seleksi desa rawan pangan, terbentuknya kelompok RTM sasaran, data base karakteristik kemasyarakatan, dan profil desa yang menggambarkan kondisi potensi dan permasalahan ketahanan pangan serta perencanaan pembangunan desa partisipatif yang dikoordinasikan oleh Pendamping, Tim Pangan Desa (TPD) dan Aparat desa setempat.

Tahap penumbuhan (tahun kedua), mulai ditumbuhkan usaha-usaha produktif yang dikembangkan oleh kelompok afinitas, kelompok wanita dan kelompok lumbung pangan. Pada tahap ini mulai ditumbuhkan Lembaga Keuangan Desa (LKD) sebagai lembaga layanan modal, berfungsinya posyandu dan kader gizi serta bekerjanya sistem ketahanan pangan dari aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan serta koordinasi program lintas sektor untuk pembangunan sarana prasarana dalam ketahanan pangan wilayah pedesaan.

Tahap pengembangan (tahun ketiga),terdapat peningkatan usaha-usaha

ekonomi produktif dan modal sosial kemasyarakatan yang mengarah pada peningkatan skala usaha, peningkatan modal yang dikelola masyarakat dalam wadah LKD, pembangunan sarana prasarana wilayah dalam mendukung pembangunan ketahanan pangan masyarakat melalui pengembangan sistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan yang dikoordinasikan oleh TPD sebagai penggerak pembangunan ketahanan pangan desa.

Tahap kemandirian(tahun keempat), ditunjukkan adanya peningkatan dinamika

(16)

dan meningkatnya jaringan kemitraan yang ditandai munculnya usaha kecil, usaha mikro pedesaan di bidang pangan dan non pangan serta tumbuhnya gapoktan yang mandiri dan berfungsinya LKD sebagai layanan modal. Pola pikir masyarakat lebih maju dan mulai menyadari pentingnya ketahanan pangan rumah tangga dilihat dari aspek ekonomi dan sosial budaya, yang ditandai adanya perubahan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang dan aman. Serta berfungsinya TPD yang mampu menggerakkan dan mengkoordinasikan program-program pembangunan ketahanan pangan desa, yang ditandai dengan pengelolaan sarana dan prasana pendukung usahatani melalui program lintas sektor yang berdampak terhadap kemampuan akses fisik dan ekonomi masyarakat desa setempat dan desa sekitarnya.

Tahapan Pelaksanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan

Pada tahun kelima, desa-desa yang telah memasuki tahap kemandirian sudah tidak dibiayai penuh dari anggaran APBN. Tanggung jawab pelaksanaan kegiatan dan pembinaan menjadi kewenangan pemerintah daerah. Desa yang telah mandiri mengembangkan gema pangan, dimana desa yang telah mandiri membina tiga desa di sekitarnya (replikasi). TAHAPAN KEGIATAN Persiapan Penumbuhan Pengembangan Kemandirian

Seleksi Lokasi Sasaran, Sosialisasi Program,

Pendampingan, Penyusunan Data Dasar Desa, Pelatihan, Pemberdayaan kelompok afinitas, Penyusunan RPWD, Penumbuhan LKD

1.Pemberdayaan kelembagaan aparat, kelembagaan masyarakat, kelembagaan layanan;

2.pelatihan kelompok untuk pengembangan usaha produktif, gerakan tabungan masyarakat, pengembangan sistem ketahanan pangan.; 3.Koordinasi lintas sektor untuk dukungan Proksi

Mapan.

1.Pengembangan kelembagaan masyarakat (peningkatan diversifikasi dan pengolahan pangan, pengembagan dan pemeliharaan sarana prasana)

2.Gerakan konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang, dan aman.

3.Pengembagnan sistem pemantauan , deteksi dan respon dini kerawanan pangan

1.Peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan ketersediaan pangan, akses dan konsumsi pangan. 2.Pengembangan jaringan usaha, penyebarluasan

manfaatan.

3.Peningkatan peran TPD dalam kegiatan pendampingan masyarakat.

(17)

2. Pendekatan

a. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk merubah perilaku masyarakat desa agar dapat mengenali potensi dan sumberdaya yang dimiliki, sehingga mampu mengatasi masalahnya dan menolong dirinya sendiri. Pemberdayaan masyarakat dilakukan pada semua rumah tangga miskin di desa sasaran.

b. Penguatan Kelembagaan Masyarakat

Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan masyarakat di pedesaan antara lain: Kelompok afinitas yang berperan sebagai pelaku pengembangan usaha produktif, Tim Pangan Desa yang berperan sebagai penggerak dan pengendali pembangunan ketahanan pangan tingkat desa, dan Lembaga Keuangan Desa sebagai layanan usaha produktif pedesaan.

c. Penguatan Sistem Ketahanan Pangan

Pengembangan sub sistem ketersediaan, sub sistem distribusi dan sub sistem konsumsi dalam rangka membangun sistem ketahanan pangan masyarakat yang berkelanjutan.

3. Strategi

a. Strategi Pencapaian Tujuan

1). Mengintensifkan pemberdayaan untuk meningkatkan kapasitas dan kemandirian masyarakat.

2). Menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan stakeholder untuk bersama-sama meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan.

3). Mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya, mengakar, dan

akuntabel.

4). Menerapkan konsep pembangunan partisipatif dan inklusif secara konsisten dan

dinamis serta berkelanjutan.

5). Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.

6). Mengembangkan sinergitas antar stakeholder melalui Dewan Ketahanan Pangan Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

b. Strategis Keberlanjutan Program (Exit Strategis)

1). Kelompok afinitas yang ditumbuhkan di desa mandiri pangan bergabung dengan kelompok – kelompok tani lain menjadi gabungan kelompok tani (gapoktan) untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Permentan No.273/Kpts/OT.160/4/2007)

(18)

2). Tim Pangan Desa, terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat formal dan non formal berperan merumuskan, merencanakan dan menggerakkan kegiatan desa mandiri pangan menjadi lembaga penggerak pembangunan ketahanan pangan desa.

3). Lembaga Keuangan Desa yang ditumbuhkan oleh kelompok-kelompok afinitas untuk mengelola keuangan sebagai modal usaha produktif pedesaan menjadi lembaga pelayanan usaha produktif masyarakat desa.

4). Desa Mapan yang telah mandiri akan menjadi laboratorium lapangan, dan kelembagaan yang ada di dalamnya sebagai pemandu sekolah lapangan bagi desa sekitarnya dalam Gema Pangan.

B. Gerakan Kemandirian Pangan

Gema Pangan adalah upaya bersama berbagai komponen masyarakat dan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat untuk memobilisasi, memanfaatkan dan mengelola aset setempat (yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya finansial, sumberdaya fisik/teknologi, serta sumberdaya sosial) untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan masyarakat. Gema Pangan dapat digerakkan melalui lima sub gerakan, yaitu :

1) Sub Gerakan Penguatan Sumber Daya Sosial, untuk memupuk dan

mengembangkan modal sosial masyarakat serta membangun jaringan antar kelompok masyarakat;

2) Sub Gerakan Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Alam, untuk memanfaatkan

kekayaan dan kelimpahan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya;

3) Sub Gerakan Menabung Mandiri, yaitu gerakan untuk memobilisasi sumberdaya

finansial masyarakat yang ada di wilayah lokal serta membangun jaringan antara kelompok-kelompok masyarakat miskin dengan lembaga-lembaga sosial keagamaan dan lembaga-lembaga lainnya;

4) Sub Gerakan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna, baik untuk diversifikasi produk maupun penetrasi pasar domestik dan peningkatan nilai tambah;

5) Sub Gerakan Penyebarluasan Manfaat, untuk mendampingi kelompok-kelompok

lain, baik di desanya maupun di luar desanya, serta untuk menjaga keberlanjutan usaha yang telah dikembangkan dalam fase-fase sebelumnya.

Kelima sub gerakan ini dapat dilaksanakan secara parsial sesuai dengan kebutuhan, tetapi fase pertama, yaitu gerakan penguatan kelembagaan masyarakat, merupakan fase yang sangat fundamental yang harus dilalui pada tahap awal pengembangan kemandirian pangan.

Penguatan kelompok-kelompok masyarakat merupakan unsur penting dalam membangun modal sosial, sehingga Gema Pangan diawali oleh kelompok-kelompok yang telah mandiri di desa mandiri pangan untuk menebarkan manfaat yang telah

(19)

diperoleh selama ini, baik manfaat ekonomi-finansial maupun manfaat sosial penguatan kelembagaan kelompok kepada desa-desa lain disekitarnya. Dengan demikian, diawali oleh fase kelima dalam sub gerakan penebaran manfaat dari kelompok-kelompok yang telah mandiri di desa mandiri pangan kepada desa-desa lain di sekitarnya.

Gema Pangan bertujuan untuk memobilisasi dan membangun partisipasi seluruh komponen masyarakat, baik pemerintah (pusat dan daerah) dan masyarakat untuk memanfaatkan dan mengelola aset secara cerdas guna meningkatkan ketahanan pangan dan gizi dan sekaligus mengurangi kerawanan pangan dan gizi masyarakat sesuai dengan kelembagaan dan budaya lokal. Aset meliputi sumberdaya alam, sumberdaya teknologi, sumberdaya manusia, sumberdaya finansial dan sumberdaya sosial. Sebagaimana diketahui sumberdaya sosial merupakan intangible aset yang mampu digerakan dalam mengurangi kemiskinan dan kerawanan pangan. Oleh karena itu, dengan penguatan sumberdaya soaial melalui Gema Pangan, solidaritas lokal akan semakin berkembang, dan dapat memberikan sarana bagi kelompok-kelompok masyarakat yang lebih mampu untuk membantu kelompok-kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan tanpa harus mengurangi kepemilikan finansialnya (melalui koperasi atau lembaga keuangan yang dikembangkan bersama-sama).

(20)

BAB IV

PELAKSANAAN

A. Perencanaan Program

Perencanaan Proksi Desa Mapan dilakukan secara berjenjang mulai dari perencanaan di tingkat kelompok masyarakat dan di tingkat desa, kabupaten, provinsi dan pusat. Perencanaan di Tingkat kelompok dilakukan secara partisipatif, melibatkan seluruh anggota kelompok afinitas yang difasilitasi oleh pendamping. Rencana yang disusun kelompok-kelompok afinitas mencakup penguatan dan pengembangan usaha kelompok-kelompok afinitas, selanjutnya dituangkan kedalam Rencana Kegiatan Kelompok (RKK). RKK menjadi bahan dalam penyusunan rencana ditingkat desa.

Perencanaan desa dilakukan secara partisipatif oleh Tim Pangan Desa, pendamping, dan tokoh masyarakat, diintegrasikan dengan program yang telah disusun di desa dalam Musrenbangdes (musyawarah perencanaan pembangunan desa). Perencanaan pembangunan desa merupakan rencana mewujudkan ketahanan pangan, mencakup aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi, serta pembangunan sarana dan prasarana penunjang. Perencanaan dilakukan berdasarkan hasil base line survei dan PRA (participatory rural appraisal) untuk mengetahui potensi dan permasalahan wilayah desa.

Hasil perencanaan tingkat desa yang disampaikan dalam musrenbang kabupaten untuk diintegrasikan dengan program pembangunan lintas sektor. Bupati/Walikota sebagai Ketua Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota mengkoordinasikan pelaksanaan program dinas lintas sektor dalam mendukung Proksi Desa Mapan.

Hasil perencanaan tingkat kabupaten dapat diintegrasikan dengan program pembangunan lintas sektor tingkat provinsi. Gubernur sebagai Ketua Dewan Ketahanan Pangan Provinsi mengkoordinasikan pelaksanaan program dinas lintas sektor dalam mendukung Proksi Desa Mapan.

Perencanaan tingkat pusat yang disusun berdasarkan masukan perencanaan tingkat provinsi diintegrasikan dengan program pembangunan lintas sektor. Menteri Pertanian sebagai Ketua Dewan Ketahanan Pangan mengkoordinasikan pelaksanaan program dinas lintas sektor dalam mendukung Proksi Desa Mapan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(21)

B.

Pelaksanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan

1.

Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilaksanakan dalam waktu satu tahun dengan kegiatan mempersiapkan aparat pelaksana dan masyarakat melalui sosialisasi, pelatihan-pelatihan, dan pendampingan; penetapan desa pelaksana dan penyusunan data base RTM sasaran dan potensi desa.

a. Seleksi Lokasi Sasaran

1). Kabupaten/Kota

Syarat: (a) merupakan kabupaten rentan pangan, (b) memiliki unit kerja ketahanan pangan, (c) terbentuk Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota, dan (d) adanya partisipasi masyarakat/Pemerintah Daerah setempat untuk pengentasan kemiskinan dengan mengembangkan replikasi Model Desa Mandiri Pangan.

2). Kecamatan

Syarat: (a) adanya kelembagaan ekonomi dalam mendukung pengembangan ketahanan pangan (pasar, KUD, dll), dan (b) memiliki SDM aparat (penyuluh) yang dapat mendukung pelaksanaan program.

3). Desa

Syarat: (a) desa rawan pangan (minimial RTM 30 persen dari penduduk desa) berdasarkan Survei DDRT, (b) memiliki potensi (SDA dan SDM) yang belum dikembangkan, (c) aparat desa dan masyarakat memiliki respon yang tinggi dan kesediaan menerima program yang diwujudkan dengan memberikan dukungan terhadap Proksi Desa Mapan. Desa yang telah terpilih ditetapkan oleh SK. Bupati.

b. Pendampingan

Tenaga pendamping berasal pada desa baru berasal dari penyuluh yang berada pada wilayah kerja binaan, sedangkan pendamping desa lama melanjutkan kegiatan pendampingan sebelumnya.

Tugas Pendampingan pada tahap persiapan: (a) menumbuhkan dan mengembangkan kelompok afinitas, kelompok wanita yang berasal dari anggota dasa wisma, lumbung pangan, (b) mengembangkan dinamika kelompok afinitas, (c) membina kelompok-kelompok afinitas dalam merencanakan usaha produktif, (d) menumbuhkan lembaga layanan permodalan bersama-sama dengan Tim Pangan Desa dan kelompok-kelompok afinitas.

(22)

c. Sosialisasi Program

Sosialisasi program dilaksanakan dengan menggunakan forum Dewan Ketahanan Pangan yang dipimpin oleh Gubernur/Bupati/Walikota selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan di Daerah untuk mendapatkan dukungan kegiatan Instansi lintas sektor. Selain itu juga dilakukan sosialiasi kepada desa sasaran program.

d. Penyusunan Data Dasar

Penyusunan database berupa karakteristik rumah tangga, pemetaan potensi wilayah desa lokasi kegiatan, profil kelompok, profil desa.

e. Pelatihan

Untuk mempersiapkan pelaksanaan Proksi Desa Mapan dilaksanakan pelatihan dasar kepada: pendamping/pembina kemitraan, pamong desa, aparat tingkat kabupaten/kecamatan, petani/kelompok afinitas dan pengurus kelembagaan petani.

f. Pemberdayaan Kelompok Afinitas

Kelompok afinitas adalah anggota kelompok yang diikat dengan rasa kesatuan dan kebersamaan oleh jaringan persahabatan dan keluarga untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha ekonomi secara bersama-sama. Anggota kelompok afinitas adalah RTM hasil survey DDRT, yang dibina melalui program Aksi Desa Mandiri Pangan. Pemberdayaan kelompok afinitas dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan.

g. Penyusunan Rencana Pembangunan Wilayah Desa (RPWD)

Penyusunan Rencana Pembangunan Desa dilakukan di tingkat desa dihadiri oleh wakil-wakil kelompok afinitas, tokoh masyarakat desa sebagai perencana kegiatan. Usulan kegiatan yang dibahas dalam RKAT (Rencana Kelompok Afinitas Terpadu) merupakan usulan kelompok, disusun secara partisipatif dan dituangkan dalam Rencana Kegiatan Kelompok. Setiap kegiatan dibahas secara terperinci meliputi keluaran, tujuan, target, sasaran, volume, indikator, lokasi, waktu, anggaran dan penanggungjawab. Usulan rencana kegiatan yang telah disepakati di forum RPWD ditetapkan sebagai kegiatan desa dan disampaikan kepada kecamatan serta penanggungjawab kegiatan di kabupaten/kota (Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani ketahanan pangan).

h. Penyaluran Dana Bantuan Sosial

Dana bantuan sosial adalah penyaluran atau transfer uang bagi pelaku pertanian yang mengalami keterbatasan modal sehingga mampu mengakses pada lembaga permodalan secara mandiri. Dana bantuan sosial merupakan dana stimulan dalam mendukung usaha kelompok-kelompok afinitas, sedangkan motor penggerak utama

(23)

pengembangan usaha kelompok adalah kemauan dan kemampuan kelompok-kelompok afinitas itu sendiri untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan usaha produktif. Dana bantuan sosial untuk pertanian dipergunakan untuk kegiatan usaha agribisnis maupun usaha ketahanan pangan yang diarahkan untuk menumbuhkan dan memperbesar skala usaha, efisiensi dan jaringan usaha, memanfaatkan sumberdaya lokal secara optimal, pemenuhan tambahan pangan dan gizi keluarga. Semua kegiatan dikelola oleh kelompok dan penentuan penggunaannya didasarkan pada keputusan bersama seluruh anggota kelompok afinitas.

2.

Tahap Penumbuhan

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan tahap penumbuhan meliputi : a) pemberdayaan masyarakat, b) pengembangan Sistem Ketahanan Pangan; dan c) pengembangan sarana dan prasarana.

a. Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pendampingan, pelatihan-pelatihan, peningkatan aksesibilitas, dan penguatan kelembagaan.

Pada Tahap penumbuhan pendampingan dilakukan untuk : (1) mengembangkan dinamika kelompok afinitas, (2) menumbuhkembangkan usaha produktif kelompok afinitas, meliputi usaha on farm, off farm, maupun non farm, (3) menyeleksi calon penerima manfaat bagi kegiatan P2KP untuk kelompok wanita, usaha tepung-tepungan dan anak SD/MI serta kelompok lumbung pangan masyarakat bersama Pokja Desa Mandiri Pangan Kabupaten (mengacu Pedum P2KP dan Pedum Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat).

Pelatihan yang dilakukan di provinsi adalah pelatihan : pengelolaan LKD, pelatihan penyusunan RUK dan pelatihan penunjang lainnya. Pelatihan di kabupaten berupa pelatihan teknis bagi kelompok afinitas, pelatihan bagi lembaga pangan dan gizi di desa, tenaga penyuluh pertanian dan pendamping kontrak serta pelatihan penunjang lainnya yang dibutuhkan kelompok afinitas.

Peningkatan aksesibilitas masyarakat di daerah rawan pangan pangan, meliputi : akses informasi, sarana prasarana, teknologi, permodalan, pasar dll dapat dilakukan melalui kerjasama dengan stakeholder terkait yang dapat memberikan peluang dan kesempatan berusaha kepada masyarakat melalui proses pendampingan, pembinaan dan penyuluhan.

(24)

Penguatan kelembagaan dilakukan pada Kelompok Kerja (Pokja) Desa Mandiri Pangan, Tim Pangan Desa, kelompok afinitas, kelompok wanita, kelompok lumbung pangan

b. Pengembangan Sistem Ketahanan Pangan

Pengembangan sub sistem ketahanan pangan pada tahap penumbuhan berfokus pada sub sistem ketersediaan pangan untuk peningkatan produksi dan pengembangan cadangan pangan masyarakat. Pada sub sistem distribusi, dilakukan melalui penumbuhan usaha-usaha perdagangan, pemasaran, sistem informasi harga pangan oleh anggota kelompok di tingkat desa. Sedangkan sub sistem konsumsi, dilakukan melalui peningkatan penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal, perbaikan pola konsumsi keluarga melalui pembinaan dasa wisma, pemanfaatan pekarangan, perbaikan layanan gizi bagi anak balita, ibu hamil dan menyusui melalui Posyandu serta pengembangan teknologi pengolahan dan produk pangan olahan.

c. Dukungan Pengembangan Sarana dan Prasarana

Perbaikan sarana, prasarana dan fasilitasi yang dilaksanakan pemerintah untuk pengembangan Desa Mapan melalui integrasi program kerja lintas sektor.

3.

Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan merupakan tahapan ketiga pelaksanaan Proksi Desa Mapan. Pada tahap pengembangan merupakan penguatan dan pengembangan dinamika dan usaha produktif kelompok afinitas, pengembangan fungsi kelembagaan layanan modal, kesehatan, pendidikan, sarana usaha tani, dan lain-lain. Pada tahap ini sudah terdapat kemajuan sumber pendapatan, peningkatan daya beli, gerakan tabungan masyarakat, peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, peningaktan pola pikir masyarakat, peningkatan keterampilan dan pengetahuan masyarakat.

4.

Tahap Kemandirian

Tahap kemandirian merupakan tahapan keempat atau (tahun ke IV) dalam pelaksanaan Proksi Desa Mapan. Kemandirian ditunjukkan adanya perubahan pola pikir, aktivitas dan perbaikan usaha kelompok-kelompok afinitas yang anggotanya Rumah Tangga Miskin, kelompok wanita dan kelompok lumbung pangan. Terdapat perubahan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang dan aman serta berfungsinya cadangan pangan masyarakat. Berfungsinya lembaga-lembaga layanan kesehatan, permodalan, akses produksi dan pemasaran pertanian. Tingkat kemandirian pangan juga ditunjukkan oleh bekerjanya sistem ketahanan pangan yang ditandai

(25)

ketersediaan dan kecukupan pangan, kemudahan akses distribusi pangan wilayah, kestabilan harga pangan, serta konsumsi pangan yang cukup, beragam, bergizi, berimbang dan aman sampai tingkat rumah tangga.

Kemandirian pangan tingkat desa memerlukan dukungan program lintas sektor untuk pembangunan wilayah pedesaan dan pembangunan sarana prasarana pedesaan. Tingkat kemandirian dicapai dengan berfungsinya sarana fisik yang dibangun secara partisipatif oleh masyarakat maupun fasilitasi pemerintah dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat dan desa sekitarnya.

C.

Pelaksanaan Gerakan Kemandirian Pangan

Komponen pelaksanaan Gema Pangan meliputi tiga kegiatan pokok. Pertama, fasilitasi pendampingan dan pemberdayaan masyarakat untuk memperkuat modal sosial melalui pendampingan oleh tenaga pendamping. Tenaga pendamping juga ditugaskan untuk memperkuat Tim Pangan Desa agar mampu membangun partisipasi dan memobilisasi seluruh aset yang ada di desa dalam penanganan kerawanan pangan dan kemiskinan, baik melalui pengembangan jaringan antar kelompok masyarakat maupun melalui pengembangan usaha produktif kelompok-kelompok afinitas. Kedua, pendampingan kepada masyarakat agar mampu memanfaatkan kelimpahan alam yang ada disekitarnya untuk membangun usaha produkstif. Pada fase ini, fasilitasi kepada masyarakat dan pemerintah desa dapat diberikan untuk meningkatkan efisiensi usaha kelompok-kelompok afinitas agar semakin dapat bersaing dengan usaha-usaha lainnya.

Ketiga, pendampingan kepada masyarakat untuk mengembangkan surplus yang telah dimiliki oleh masyarakat dan desa untuk menumbuhkan Lembaga Keuangan Desa. Disamping untuk akumulasi surplus, lembaga keuangan desa juga dikembangkan untuk membangun partisipasi kelompok masyarakat lainnya yang secara struktural telah memiliki surplus keuangan untuk lebih mengembangkan usaha produktif masyarakat setempat.

Untuk membangun kepedulian seluruh masyarakat, dapat dikembangkan lumbung pangan masyarakat, serta menumbuhkan kepedulian-kepedulian masyarakat lainnya di desa yang bersangkutan agar setiap anggota masyarakat memiliki kepedulian dalam membangun ketahanan pangan rumah tangga bagi setiap rumah tangga yang ada

di desa tersebut. Secara khusus, komponen pelaksanaan Gema Pangan meliputi: (1) pendampingan; baik untuk pendampingan kelompok masyarakat maupun aparat

tingkat desa agar mampu mengembangkan partsisipasi dan memobilisasi seluruh aset yang ada di desa; (2) fasilitasi modal usaha (seed capital) dan teknologi/sarana produktif; dan (3) pembangunan infrastruktur pedesaan.

Gema Pangan merupakan kelanjutan pelaksanaan Proksi Desa Mapan yang telah dimulai pada tahun 2006 tersebut. Pada tahap ini, kelompok-kelompok mandiri tersebut telah memasuki fase kelima gerakan kemandirian pangan, yaitu sub gerakan penebaran

(26)

manfaat, dengan menggunakan pendekatan sekolah lapang kemandirian pangan (SL-Mapan), yaitu kelompok-kelompok baru magang di kelompok-kelompok inti (yang telah mandiri), dan selanjutnya kelompok-kelompok mandiri (kelompok inti) berpartisipasi mendampingi kelompok-kelompok baru tersebut dengan kesepakatan usaha bisnis yang telah dimulai dalam kelompok inti.

Dengan demikian, maka: 1) kemandirian kelompok inti berkembang secara berkelanjutan; dan 2) kelompok inti mampu mengembangkan kemampuannya kepada kelompok masyarakat lain, baik di dalam desanya maupun di luar desa (desa tetangganya), sebagaimana digambarkan berikut.

Gerakan Kemandirian Pangan

Sedangkan desa-desa lain (replikasi) yang belum terdapat kelompok mandiri pangan, akan dilaksanakan sesuai dengan pendekatan Proksi Desa Mapan, yaitu melaksanakan keempat fase selama empat tahun pendampingan mulai dari fase persiapan sampai berhasil menjadi kelompok yang mandiri. Ini merupakan pelaksanaan desa mandiri secara reguler, sebagaimana yang telah dilaksanakan selama ini. Kabupaten dan provinsi lain diharapkan dapat mendorong berkembangnya Gema Pangan dengan memperkuat kelembagaan kelompok masyarakat dan mendorong salah satu sub gerakan yang ada sesuai dengan potensi dan perkembangan wilayah yang bersangkutan.

Bagi kelompok-kelompok masyarakat (daerah) yang telah mampu memanfaatkan potensi sumberdaya alamnya secara maksimal, dapat mendorong dikembangkannya sub gerakan menabung mandiri, atau penyediaan/fasilitasi sarana produktif sebagai upaya untuk memanfaatkan teknologi tepat guna sesuai dengan potensi dan keadaan daerah.

Sedangkan bagi desa yang telah ditumbuhkan selama 4 tahun, namun belum dikategorikan mandiri akan dilanjutkan pembinaannya oleh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten. Pada tahun kelima setelah mencapai kemandirian akan melakukan gerakan kemandirian pada desa-desa sekitarnya.

(27)

BAB V

ORGANISASI DAN TATA KERJA

A. Organisasi

Proksi Desa Mapan melibatkan kegiatan lintas sektor, untuk itu perlu dilakukan pengorganisasian baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan. Untuk mempertegas fungsi dan peran masing-masing lembaga dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Ketua Dewan Ketahanan Pangan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten bertindak sebagai koordinator pelaksana program aksi Desa Mandiri Pangan.

2. Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten bertindak sebagai penanggung jawab kegiatan.

3. Pokja Desa Mapan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten bertindak sebagai pelaksana kegiatan desa mapan. Pokja ini berada dalam Dewan Ketahanan Pangan. 4. Kepala Desa bertindak sebagai penanggung jawab operasional kegiatan Desa

Mandiri Pangan di tingkat desa.

5. Tim Pangan Desa bertindak sebagai penggerak pembangunan ketahanan pangan di desa.

6. Pendamping bertugas mendampingi dan membina kelompok afinitas

7. Kelompok afinitas merupakan kelompok sasaran dalam pelaksanaan Proksi Desa Mapan.

(28)

Keterangan : Hubungan koordinasi : Hubungan integrasi : Hubungan komando : Hubungan Konsultasi

Gambar 4. Bagan Pengorganisasian Desa Mandiri Pangan

B. Tata Kerja

Proksi Desa Mapan dirumuskan oleh kelompok kerja yang berfungsi sebagai simpul koordinasi untuk memperlancar pelaksanaan program secara berjenjang di tingkat desa, kabupaten/kota, provinsi dan pusat.

Kepala BKP

Kepala Badan/Dinas/Kantor/ Unit Kerja Ketahanan Pangan Tingkat Provinsi

Menteri Pertanian Gubernur Bupati/ walikota PELAKSANA KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN KOORDINATOR

Tim Pangan Desa Kepala

Desa Kepala

Badan/Dinas/Kantor/ Unit Kerja Ketahanan Pangan Tingkat Kabupaten/

Kota Pokja Pokja Penerima Manfaat 1. Kelompok Afinitas 2. Kelompok Wanita 3. Kelompok Lumbung

4. Lembaga Keuangan Desa

Pendamping Pokja

(29)

1. Tingkat Desa

Pelaksana kegiatan di tingkat desa terdiri dari : TPD, kelompok afinitas dan pendamping. Penetapan Desa dan TPD dilakukan oleh Bupati, sedangkan penetapan pendamping dan kelompok afinitas dilakukan oleh Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan.

Kepala Desa bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan Desa Mapan yang dilakukan oleh TPD, kelompok masyarakat, dan pendamping di desa tersebut. Kepala Desa juga berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan aparat pemerintah. TPD bersama pendamping merumuskan, merencanakan dan menggerakkan kegiatan Desa Mapan. TPD akan menggantikan peran pendamping, setelah Proksi Desa Mapan berakhir (setelah tahun ke IV).

Pendamping bertugas memberdayakan seluruh keluarga miskin yang berada di desa sasaran dimulai pada tahap persiapan, tahap penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap kemandirian desa. Setelah tahap kemandirian desa, pendamping sudah tidak dibiayai lagi, dan keberlanjutan kegiatan pendamping dilakukan oleh TPD beserta kader-kader pangan desa.

Kelompok afinitas berasal dari kumpulan rumah tangga miskin hasil survey DDRT yang berkelompok berdasarkan kesamaan visi, misi dan tujuan untuk melaksanakan kegiatan usaha produktif dalam rangka peningkatan pendapatan dan perbaikan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang dan aman sehingga terwujud ketahanan pangan keluarga dan kemandirian pangan masyarakat.

2. Tingkat Kabupaten/Kota

Pokja tingkat kabupaten diketuai oleh Kepala Badan/ Dinas/ Kantor/Unit kerja yang menangani ketahanan pangan di tingkat Kabupaten/Kota dengan anggota wakil-wakil dari dinas terkait dengan ketahanan pangan.

Tugas dan Fungsi Pokja tingkat Kabupaten/Kota:

a. melaksanakan sosialisasi di kabupaten/kota, kecamatan dan desa;

b. melakukan koordinasi, sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan lintas sektor dalam Proksi Desa Mapan;

c. melakukan identifikasi dan pemecahan masalah dalam pelaksanaan kegiatan Desa Mapan;

d. merumuskan pengembangan Desa Mapan di Kabupaten/Kota;

e. melakukan supervisi, sinkronisasi dan integrasi berbagai kegiatan pemberdayaan di Desa Mapan, seperti : Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP), pengembangan lumbung pangan masyarakat;

(30)

f. menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada instansi pengelola Proksi Desa Mapan di provinsi dan pusat;

g. mengadakan pertemuan Pokja kabupaten minimal 3 bulan sekali.

3. Tingkat Provinsi

Pokja provinsi diketuai oleh Kepala Badan/Dinas/Kantor/ Unit kerja yang menangani ketahanan pangan di tingkat provinsi dengan anggota dinas terkait.

Tugas dan Fungsi Pokja Tingkat Provinsi :

a. melakukan sosialisasi di propinsi dan kabupaten;

b. merumuskan program pengembangan Desa Mandiri Pangan di provinsi;

c. melakukan koordinasi, sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan lintas sektor dalam Proksi Desa Mapan;

d. mengidentifikasi dan memecahan masalah pelaksanaan Proksi Desa Mapan;

e. melakukan supervisi terhadap kegiatan kelompok afinitas Desa Mapan, Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi (P2KP), serta pengembangan lumbung pangan masyarakat;

f. menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada instansi pengelola Proksi Desa Mapan Pusat;

g. mengadakan pertemuan Pokja di provinsi yang dilaksanakan minimal 4 bulan sekali.

4. Tingkat Pusat

Susunan organisasi kelompok kerja Proksi Desa Mapan di pusat diketuai oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian yang anggotanya terdiri dari instansi terkait dengan ketahanan pangan.

Tugas dan Fungsi Pokja tingkat Pusat :

a. merumuskan kebijakan dalam pelaksanaan Proksi Desa Mapan;

b. membantu memecahkan masalah yang dihadapi provinsi dan kabupaten dalam melaksanakan Proksi Desa Mapan;

c. melakukan sosialisasi, sinkronisasi dalam mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat dari instansi terkait yang dapat diintegrasikan pelaksanaannya di Desa Mandiri Pangan.

d. menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan/Menteri Pertanian; dan

e. mengadakan pertemuan Pokja ditingkat pusat yang dilaksanakan minimal 6 bulan sekali.

(31)

BAB VI

PEMBIAYAAN

A.

Sumber Pembiayaan

Sumber-sumber pendanaan untuk membiayai Proksi Desa Mapan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana masyarakat dan swasta serta bantuan luar negeri. Dana APBN disalurkan melalui Kementerian Pertanian ataupun instansi pemerintah lainnya. Dana APBD berasal dari APBD Provinsi serta APBD Kabupaten yang dialokasikan untuk mendukung Proksi Desa Mapan, dana masyarakat dalam bentuk tabungan kelompok, sedangkan dana yang berasal dari swasta dalam bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) / PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) .

Sedangkan dukungan dana pembangunan wilayah pedesaan untuk Proksi Desa Mapan yang berasal dari instansi lintas sektor diatur menurut ketentuan yang berlaku di masing-masing instansi/lembaga.

B.

Pengelolaan Dana APBN

Dana APBN yang berasal dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dialokasikan di tingkat pusat, provinsi (dana dekonsentrasi), dan kabupaten/kota (dana tugas pembantuan). Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani ketahanan pangan bertanggungjawab penuh dalam pengelolaan dana. Pengelolaan dana APBN mengacu pada peraturan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14 Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun Anggaran 2010, dengan mekanisme pencairan dan pengelolaan dana bansos sebagai berikut :

(32)

10 11 13 5 12 4 6 8 9 1 2 14 16 15 16 16 17 7

Mekanisme Pengusulan dan Pencairan

Dana Bansos Rekening Bank Bendaharawan Pengeluaran KPPN Kabupaten Pendamping

Tim Pangan Desa dan Kepala Desa

3 Menteri Pertanian Penguji dan Penerbit SPM Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kepala Badan/Dinas/

Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan

Kabupaten/Kota selaku KPA

Bupati Kelompok Afinitas Kelompok Afinitas Kelompok Afinitas Lembaga Keuangan Desa

(33)

Keterangan:

1. Pelimpahan wewenang Menteri Pertanian ke Bupati/Walikota berupa tugas pembantuan.

2. Atas usulan Bupati, Menteri Pertanian menetapkan Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

3. Masing-masing kelompok afinitas menyusun rencana kegiatan setelah berkonsultasi dengan pendamping baik secara teknis maupun ekonomis.

4. RUK diajukan ketua kelompok atas usulan pendamping dan direkomendasikan oleh Kepala Desa untuk mendapatkan persetujuan.

5. Setelah mendapat persetujuan, kelompok afinitas membuat rekening bank.

6. Ketua kelompok afinitas mengajukan usulan tersebut ke Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani Ketahanan Pangan di tingkat kabupaten/kota.

7. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani Ketahanan Pangan di tingkat kabupaten membuat surat perjanjian kerjasama dengan kelompok afinitas

8. PPK membuat SPP-LS

9. Penguji dan Penerbit SPM-LS memberikan rekomendasi kepada Bendahara Pengeluaran

10.Bendahara Pengeluaran mengajukan SPM-LS kepada KPPN Kabupaten/Kota 11.KPPN Kabupaten menerbitkan SP2D dan mentransfer dana bansos ke rekening

kelompok afinitas

12.Dana yang telah ada di bank dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok afinitas untuk kegiatan produktif sesuai dengan RUK.

13.Kelompok – kelompok afinitas menumbuhkan LKD.

14.Dana yang ada di kelompok afinitas ditransfer ke LKD sebagai pengelola dana bansos bagi angota RTM yang tergabung dalam kelompok-kelompok afinitas. 15.TPD memverifikasi usulan RUK kelompok afinitas dan memberikan rekomendasi

untuk pemanfaatan dana bansos.

16.LKD menyalurkan dana bansos kepada kelompok-kelompok afinitas sesuai RUK yang diusulkan dan telah direkomendasi oleh TPD.

17.LKD melaporkan pencairan dan pemanfaatan dana bansos kepada Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan Kabupaten/Kota selaku KPA

(34)

C.

Pemanfaatan Dana Bansos

Dana bansos dimanfaatkan untuk pengembangan usaha produktif bagi kelompok. Jenis kegiatan usaha produktif dapat dilakukan dalam bidang on farm, off farm dan non farm. Pemanfaatan dana bansos oleh kelompok untuk modal usaha produktif dilakukan pada tahap penumbuhan. Setelah kelompok diberdayakan, mengajukan kegiatan dengan menyusun Rencana Usaha Kelompok (RUK) sesuai dengan kemampuan usaha. Pengawasan pemanfaatan dana bansos oleh kelompok dilakukan pendamping, TPD dan PPK provinsi atau kabupaten/kota.

D.

Pertanggunggungjawaban

Pertanggungjawaban pengelolaan dana APBN dilakukan oleh KPA provinsi atau KPA kabupaten/kota dengan membuat laporan keuangan secara rutin, dengan berpedoman pada peraturan-peraturan sebagai brikut :

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Kewajiban Melaporkan Laporan Keuangan Bagi Lembaga Negara dan Kementerian;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Pusat;

3. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 51 Tahun 2008 tentang Penyusunan Laporan Keuangan.

(35)

BAB VII

MONITORING, EVALUASI, PENGENDALIAN, PENGAWASAN

DAN PELAPORAN

A.

Monitoring

Monitoring adalah penilaian yang sistematis dan terus menerus terhadap perkembangan suatu pekerjaan dalam suatu jangka waktu. Dua ciri utama dari sistem monitoring: pertama, monitoring adalah bagian integral dari siklus manajemen (planning, organizing, actuating, controling) kegiatan pembangunan, dan kedua monitoring adalah suatu proses yang terus menerus untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan menggunakan informasi sebagai bahan pengendalian kegiatan pembangunan. Seperti halnya monitoring, evaluasi juga sangat penting dilakukan karena dapat menyediakan sarana untuk mengukur efektivitas intervensi program pemberdayaan masyarakat dalam rangka membuat keputusan-keputusan manajemen jangka pendek dan jangka panjang serta untuk menilai apakah misi yang ditetapkan telah tercapai atau tidak.

B. Evaluasi

Evaluasi adalah untuk mengetahui secara langsung perkembangan pelaksanaan program dan mendeteksi secara dini permasalahan yang muncul di lapangan sehingga upaya penyelesaian dapat segera dilaksanakan serta perbaikan dan penyempurnaan kegiatan yang akan datang. Evaluasi kegiatan dilakukan pada pertengahan dan akhir tahun, dengan tujuan mengetahui perkembangan dan tingkat keberhasilan program melalui pencapaian indikator tiap-tiap tahapan.

Tingkat keberhasilan pelaksanaan Proksi Desa Mapan diukur pada setiap tahap kegiatan.

1. Tahap Persiapan

Indikator keberhasilan pada tahap persiapan meliputi: (1) ditetapkannya lokasi desa pelaksana Proksi Desa Mapan, (2) meningkatnya pemahaman masyarakat tentang Proksi Desa Mapan, (3) tersusunnya data base Desa Mapan, (4) terbentuknya Pokja di tiap tingkatan dan terbentuknya TPD, (5) terbentuknya kelompok afinitas di lokasi sasaran, (6) terpilihnya tenaga pendamping, (7) terlaksananya pelatihan aparat tingkat propinsi, kabupaten, desa, pendamping dan masyarakat pelaksana Proksi Desa Mapan, dan (8) tersusunnya Rencana Pembangunan Wilayah Desa secara partisipatif (RPWD).

(36)

2. Tahap Penumbuhan

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat pada tahap penumbuhan adalah: (1) meningkatnya kinerja kelompok afinitas, lembaga pangan dan gizi di pedesaan, dan lembaga pelayanan permodalan, (2) meningkatnya modal usaha kelompok afinitas.

Indikator keberhasilan pengembangan sistem ketahanan pangan pada tahap

peumbuhan adalah: (1) meningkatnya diversifikasi produksi pangan, (2) berkembangnya intensifikasi usaha, (3) tumbuhnya lumbung pangan

masyarakat, (4) meningkatnya kegiatan usaha-usaha perdagangan bahan pangan oleh anggota kelompok afinitas maupun kelompok lainnya di tingkat desa, (5) meningkatnya pemasaran hasil secara kolektif di desa, (6) terbentuknya lembaga pemasaran (pasar) di tingkat desa maupun wilayah yang lebih luas untuk menampung hasil-hasil produksi masyarakat, (7) tersedianya informasi pasar harga dan jenis komoditi pangan, (8) meningkatnya penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya wilayah, (9) tersedianya teknologi pengolahan dan produk

pangan, (10) meningkatnya keterampilan masyarakat dalam mengolah pangan, (11) meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pangan beragam,

bergizi, berimbang dan aman.

3. Tahap Pengembangan

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat pada tahap pengembangan

adalah: (1) meningkatnya keterampilan teknis anggota kelompok afinitas, (2) meningkatnya akses kelompok afinitas terhadap permodalan, dan pemasaran,

dan (3) berkembangnya usaha kelompok-kelompok afinitas yang mampu meningkatkan pendapatan.

Indikator keberhasilan pengembangan sistem ketahanan pangan pada tahap pengembangan adalah: (1) termanfaatkannya lumbung pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, (2) adanya perubahan pola konsumsi masyarakat yang beragam, bergizi, berimbang dan aman, (3) terlaksananya kegiatan pengembangan sistem pemantauan, deteksi dan respon dini kerawanan pangan. Indikator keberhasilan pengembangan sarana dan prasarana adalah tersedianya dukungan pembangunan sarana prasarana dari instansi terkait.

(37)

4. Tahap Kemandirian

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat tahap kemandirian: (1) efektifnya peran TPD dalam pendampingan masyarakat dan pembangunan ketahanan pangan desa, (2) tumbuhnya usaha-usaha produktif yang dikelola kelompok afinitas khususnya dan masyarakat desa pada umumnya, (3) terjalinnya jaringan usaha dan pemasaran produk lokal dengan mitra usaha/koperasi/investor, (4) meningkatnya peran masyarakat dalam aspek ketersediaan dan distribusi pangan.

Indikator keberhasilan pengembangan sistem ketahanan pangan tahap kemandirian adalah: (1) meningkatnya ketersediaan dan distribusi pangan, (2) meningkatnya akses pangan rumah tangga, (3) berkembangnya usaha produktif, (4) meningkatnya pola konsumsi pangan 3B dan aman, (5) teratasinya masalah pangan tingkat wilayah, (6) terlayaninya masyarakat dalam akses permodalan, layanan kesehatan dan sarana usaha.

Indikator keberhasilan pengembangan sarana dan prasarana tahap kemandirian adalah: berfungsinya prasarana pengairan, jalan desa, jalan usahatani, sarana penerangan, pendidikan, kesehatan, dan air bersih.

C. Pengendalian dan Pengawasan

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh PPA dan KPA. Proses pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi penanggung jawab kegiatan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten. Pengendalian dilakukan pada pencapaian kegiatan pada rahap persiapan, penumbuhan, pengembangan dan kemandirian.

Pengawasan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Pengawasan oleh pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun lembaga atau instansi pengawas lainnya). Sedangkan pengawasan oleh masyarakat di tingkat desa dilakukan oleh TPD dan pendamping/penyuluh pertanian. Lingkup pengawasan yang perlu diperhatikan khususnya pengelolaan dana bansos, yang meliputi : pencairan, pemanfaatan, dan pengelolaan di LKD.

Laporan pengaduan dari masyarakat terhadap penyimpangan pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana dapat disampaikan kepada penanggung jawab kegiatan di pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

(38)

D. Pelaporan

Pelaporan adalah kegiatan penyampaian informasi tentang hasil monitoring dan evaluasi dari pelaksana kegiatan di tingkat bawah kepada tingkat pengambil kebijakan. Pelaporan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara berjenjang dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi hingga pusat secara berkala, berkelanjutan dan tepat waktu. Desa melaporkan pada kecamatan dan kabupaten/kota tentang situasi pangan dan cadangan pangan desa serta perkembangan pelaksanaan Proksi Desa Mapan dengan formulir yang telah disepakati. Kecamatan berfungsi sebagai pemantau, pendamping dan sekaligus penghubung ke kabupaten/kota dan menyampaikan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh kecamatan serta meneruskan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh kecamatan dengan menggunakan form yang telah disepakati.

Kabupaten/kota memantau kegiatan lapang secara berkala dan mengevaluasi hasil pemantauan serta menyampaikan laporan desa dan kecamatan ke provinsi sesuai dengan format yang disepakati. Kabupaten memberikan feedback kepada desa dan kecamatan serta melakukan follow up terhadap kondisi yang memerlukan penanganan segera atau dikoordinasikan oleh pengelola program tingkat kabupaten/kota.

Provinsi memantau kegiatan lapangan secara berkala dan mengevaluasi hasil pemantauan dan melaporkan ke pusat sesuai dengan format yang disepakati. Selanjutnya propinsi memberikan feedback kepada kabupaten/kota terhadap kegiatan yang memerlukan penanganan segera atau dikoordinasikan oleh pengelola program tingkat provinsi. Pusat sebagai penanggung jawab program melakukan pemantauan kegiatan lapang secara berkala dan mengevaluasi hasil pemantauan propinsi dan selanjutnya memberikan feedback kepada propinsi atau melakukan follow up terhadap kegiatan yang memerlukan penanganan segera atau dikoordinasikan oleh pengelola program tingkat pusat.

Pelaporan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan realisasi keuangan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang dari tingkat desa, kabupaten/kota, propinsi hingga pusat secara berkala, berkelanjutan dan tepat waktu. Periode pelaporan dilakukan setiap bulan, triwulanan, semesteran dan pada akhir tahun.

Gambar

Gambar 4. Bagan Pengorganisasian Desa Mandiri Pangan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Biro Umum dan Hubungan Masyarakat

Novel adalah bentuk karangan yang lebih pendek dari pada roman, tetapi lebih panjang dari pada cerpen. Novel menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa dalam

Adat Pesta pernikahan yang sudah lumrah dikalangan masyarakat yaitu, seorang pengantin wanita dirias secantik mungkin dengan beraneka ragam cara, ada yang memakai busana

Sehingga tidak dilakukan verifikasi terhadap dokumen Bukti Pembayaran Bea Masuk Impor yang menyertai penerimaan bahan baku impor Verifier.. Dokumen CITES Jika bahan baku

Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintahan, negara, dan tata dunia dalam kerangka proses

Dari pengertian- pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi

Perawatan berkala terhadap perkakas, termasuk mengasah dengan tangan menurut prosedur operasi, cara dan teknik standar dapat dilaksanakan.. Perkakas tangan dapat disimpan dengan

Dengan komitmen penuh, sesuai dengan langkah UNS ACTIVE dan dalam rangka memperingati Dies Natalis XXXIX Universitas Sebelas Maret Tahun 2015, UKM INKAI UNS memohon