• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. abstrak (tidak nyata) misalnya rasa aman, ingin dihargai, atau dihormati, maka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. abstrak (tidak nyata) misalnya rasa aman, ingin dihargai, atau dihormati, maka"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan adalah keinginan manusia terhadap benda atau jasa yang dapat memberikan kepuasan jasmani maupun kebutuhan rohani.Kebutuhan manusia tidak terbatas pada kebutuhan yang bersifat konkret (nyata) tetapi juga bersifat abstrak (tidak nyata) misalnya rasa aman, ingin dihargai, atau dihormati, maka kebutuhan manusia bersifat tidak terbatas.1 Beberapa faktor yang menyebabkan kebutuhan manusia itu tidak terbatas antara lain karena makin bertambahnya jumlah penduduk, makin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan meningkatnya tingkat kebudayaan manusia.2

Pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas dapat dilakukan dengan cara berusaha secara individu atau kelompok dalam masyarakat atau longkungannya, pemenuhan kebutuhan tidak sekaligus, tetapi harus menerapkan skala proritas yaitu mengutamakan kebetuhan yang harus didahulukan.3

Kebutuhan sekunder berperan sebagai kebutuhan pendamping atau penunjang kebutuhan primer yang dalam pemenuhannya tidak mendesak atau tidak harus terpenuhi karena tidak akan mengancam keberlangsungan hidup manusia.4

1H Bahril Hidayat Lubis, “Hubungan Kebutuhan Dasar Manusia dan Tata Laksana

Pemerintahan Yang Baik”, http:// Kampar.go.id/kebutuhan-dasar-manusia-dan-tata-laksana-pemerintahan–yang- baik.html, (diakses pada tanggal 28 Maret 2017) .

2 Ibid., 3Ibid.

Dalam memenuhi kebutuhannya manusia membutuhkan manusia lain.

4

Abdul Hadi, “Macam-Macam Kebutuhan Manusia”, http://www.softilmu.com/2013/12/

(2)

Sesuai dengan kodratnya alam manusia sejak lahir hingga meninggal dunia hidup bersama-sama dengan manusia lainnya atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup menyendiri, terpisah dengan kelompok manusia lainnya.5

Tingkat kesadaran akan resiko dan kebutuhan berasuransi merupakan ukuran dari kesadaran berasuransi masyarakat. Kesadaran berasuransi dapat mencerminkan seberapa jauh masyarakat melihat asuransi sebagai suatu kebuutuhan akan mekanisme pengalihan resiko dan seberapa jauh pelaku bisnis asuransi telah menjangkau mereka.6Kesadaran asuransi dipengaruhi oleh pelaku usaha perasuransian menbangun daya saing industri asuransi sehingga menjadi menarik bagi masyarakat luas dan peran pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang menarik dan membuat kententuan peraturan perundang–undanagan yang mengatur perosedur dan perilaku dalam bisnis asuransi yang sehat.7

Usaha perasuransian komersial bertujuan untuk mengejar keuntungan dan merupakan arena unjuk prestasi para pelakunya.8Perjanjia yang menjadi dasar pemberian jaminan tertanggung pada umumnya tidak terlepas dari unsur persaingan kepentingan.9

5

Liza Erwina,Ilmu Hukum dan Hukum, (Medan: Pustaka Bangsa Press,2012), hal. 1.

6 Ibid., 7

A.Junaidi Ganie,Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta:Sinar Grafika,2013),hal.v.

8 Ibid., 9

Djanius Djamin, Bahan hukum Asuransi, (Medan:Stie Tri Karya, 1993), hal.iv.

Hukum Asuransi Indonesia dapat berperan mencegah, membatasi dan menyelesaikan pertentangan kepentingan yang mungkin timbul. Dari segi persaingan bisnis, persaingan global yang tidak dapat dihindari menuntut Indonesia untuk mempelajari kekurangan-kekurangan yang ada dan melakukan pembaharuan terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang– undangan terhadap yang tidak sesuai lagi dengan praktik bisnis yang berlaku,

(3)

terutama dalam kaitannya dengan paham Negara kesejahteraannya yang diamati oleh UUD 1945.10

Kebutuhan asuransi masyarakat telah berkembang jauh mendahului perangkat hukum yang mengaturnya sehingga tidak pelak hukum harus di kedepankan untuk memungkinkan berperan dengan baik memetakan jalan dalam perkembangan usaha daya saing.11 Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang mengumpulkan dana masyarakat dalam bentuk pembayaran premi dan sebagai timbal baliknya perusahaan asuransi menjanjikan untuk mengembalikan kondisi tertanggungnya seperti sebelum terjadinya kerugian dan perasuransian dapat berperan penting dalam perekonomian nasional tetapi berbagai tantangan masih menghadang industri asuransi nasional untuk mengambil peran tersebut ternasuk tentang hak dan kewajiban tertanggung dalam sebuah perjanjia asuransi.12

Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mempengaruhi hidup dan kehidupan ini, manusia selalu dihadapkan kepada sesuatu yang tidak pasti, yang mungkin menguntungkan, dan mungkin pula sebaliknya.13Manusia mengharapkan keamanan atas harta benda mereka, mengharapkan kesehatan dan kesejahteraan tidak kurang sesuatu apapun, namun manusia hanya dapat berusaha, tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa yang menentukannya.14

10 Ibid., 11

Junaidi Ganie, Hukum Asuransi…..op.cit., hal.1.

12 Ibid.,

13 Said Zainal Abidin, Strategi Kebijakan Pembagunan dan Ekonomi, (Jakarta: Suara

bebas, Cetakan ke-1, 2008), hal.3.

14 Ibid.,

Oleh karena itu, setiap orang di dunia selalu menghadapin berbagai resiko yang merupakan sifat hakiki manusia yang

(4)

menunjukan ketidak berdayaan dibandingkan sang pencipta, kemungkinan menderita kerugian yang dimaksud disebut risiko.15

Timbulnya suatu risiko menjadi kenyataan merupakan sesuatu yang belum pasti, sementara kemungkinan bagi seseorang akan mengalami kerugian atau kehilangan yang dihadapi oleh setiap manusia merupakan suatu hal yang tidak diinginkan.16Oleh karena itu, kemungkinan timbulnya suau risiko menjadi kenyataan, adalah suatu hal yang diusahakan untuk tidak terjadi.Seseorang yang tidak yang diinginakan suatu risiko menjadi kenyataan seharusnya mengusahakan supaya kehilangan atau kerugian itu tidak terjadi.17

Kebutuhan terhadap perlindungan atau jaminan asuransi bersumber dari keinginan untuk mengatasi ketidakpastian.Ketidakpastian melahirkan kebutuhan untuk mengatasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai konsekuensi dari ketidakpastian tersebut.18

Dalam asuransi terdapat kegunaan positif dengan adanya kegunaan positif dari perlindungan asuransi maka keberadaan asuransi perlu dipertahankan dan dikembangkan. Untuk mengembangkan usaha ini banyak faktor yang perlu diperhatikan antara lain peraturan perundang–undangan yang memadai, kesadaran masyarakat, kejujuran para pihak, pelayanan yang baik, tingkat pendapatan masyarakat, pemahaman akan kegunaan asuransi serta pemahaman yang baik

15Disarikan dari Man S.Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,

Alumi, Edisi ke-1, Cetakan 1,1997,hlm. 1-2.

16 Ibid., 17

Disarikan dari Emmy Pangaribuan Simajuntak, Hukum Pertanggumgan

danPerkembangannya, Badan Pembina Hukum Nasional, Departemen Kehakiman oleh Seksi

Hukum Dagang Fakultas Hukum Gajah Mada, Cetakan ke-1, 1980, hlm. 4-5.

18 Ibid.,

(5)

terhadap peraturan perundang–undangan yang terkait.19

Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut “OJK”) berdasarkan Undang–Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut “UU OJK”) adalah lembaga independen bertugas dalam pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.

Dalam hal ini pemerintah memiliki peran terhadap perasuransian yang diwujudkan dalam pengawasan usaha asuransi yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

20

UU OJK pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola OJK yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kreteria lembaga jasa keuangan, tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial serta ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain sebagainnya yang menyangkut transaksi jasa keuangan diatur dalam undang–undang sektoral tersendiri, yaitu undang–undang tentang usaha perasuransian, perbankan, pasar modal, dana pension, dan peraturan perundang–undangan lain yang terkait dengan sektor keuangan lainnya.21

OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan

19Man S. Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, Alumni, Edisi ke-2, Cetakan ke-1, 1997, hlm.1.

20Setiawan Achmad Hendra, Perekonomian, (Semarang :PT. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, 2011), hlm. 2.

21 Ibid.,

(6)

sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional.22 Lembaga OJK yang independen dan bebas dari campur tangan dari pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan, sebagaimana yang dimaksud dalam UU OJK. Lembaga ini bersifat independen dan lebih akuntabel untuk tindakan yang dilakukan dalam pengaturan dan pengawasan secara transparan dalam menjalankan tugasnya.23

Berdasarkan paparan di atas, maka menarik untuk dilakukan penelitian tentang “Peranan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Perasuransian Di Indonesia Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian”.Menariknya penelitian ini menyangkut masalah pengawasan dan pengaturan terhadap perasuransian. Sebelumnya pengawasan dan pengaturan perasuransian diatur di Undang-Undang OJK namun setelah adanya Undang– Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian (selanjutnya disebut “UU Perasuransian”) mengenai peran OJK dalam pengawasan dan pengaturan apakah tetap diatur di dalam UU OJK atau beralih kepada UU Perasuransian. Maka dari ketidakjelasan ini akan berdampak terganggunya sistem pengawasan terhadap perasuransian dalam perekonomian Negara Republik Indonesia.

22

Bismar Nasution, “Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Menurut

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan ”, Makalah

Disampaikan Pada Sosialisasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pengawasan Industri Jasa Keuangan yang Terintegrasi, Dilaksanakan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dan Bekerjasama Dengan Universitas Medan Area, Hotel Santika Medan, Tanggal 19 Juni 2012, hal.2

(7)

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi adalah mengenai hal–hal berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan hukum perasuransian di Indonesia?

2. Bagaimanakah peranan Otoritas Jasa Keuangan terhadap pengawasan perasuransian ditinjau dari Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian?

3. Bagaimanakah tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan terhadap perlindungan konsumen perasuransian di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada di atas, dan manfaat penelitian ini adalah:24

1. Untuk mengetahui dan memahami pengaturan hukum perasuransian di Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan memahami peranan Otoritas Jasa Keuangan terhadap pengawasan perasuransian di tinjau dari Undang-Undang Nomor Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

3. Untuk mengetahui dan memahami tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan terhadap perlindungan konsumen perasuransian di Indonesia.

24

(8)

Sedangkan manfaat dari penelitian ini secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memperkaya serta menambah wawasan ilmiah dalam khasanah ilmu hukum khususnya mengenai pengawasan asuransi dan bermanfaat juga bagi akademisi sebagai bahan kajian penelitian dan pengkajian lebih lanjut dan bermanfaat bagi masyarakat, universitas dan khususnya pemegang polis asuransi.

2. Secara praktis

Penulisan skripsi ini juga diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan secara yuridis tentang pengawasan perasuransian dalam UU OJK dan bermanfaat juga bagi lembaga–lembaga yang berhubungan dengan perasuransian baik asuransi negeri maupun asuransi swasta, OJK dan lembaga–lembaga keuangan lainnya.

D. Keaslian Penelitian

Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap judul dan masalah yang sama, maka peneliti melakukan pemeriksaan judul skripsi yang sama dengan, “Peranan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Perasuransian di Indonesia di Tinjau dari Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian”. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tidak ditemukan judul dan permasalahan yang sama dengan penelitian ini artinya bahwa judul yang saya gunakan belum pernah dilakukan penelitian lain dalam topik dan permasalahan

(9)

yang sama. Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dikatakan memiliki keaslian dan jauh dari unsur pelagiat serta sesuai dengan asas–asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yakni kejujuran, rasional, objektif dan terbuka serta sesuai dengan prosedur menemukan kebenaran ilmiah sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia,25

Menurut Frianto Pandia perasuransian adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih dan dimana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung.

pengawasan ialah pemerhati tingkah laku atau kelakuan, manakala sistem pengawasan ialah proses memerhatikan tingkah laku orang ramai, objek atau proses dalam sistem keakuran pada norma– norma yang dijangka atau dalam sistem dipercayai untuk tujuan sekuriti atau kawalan sosial. Didalam skripsi ini akan khusus dibahas mengenai peranan OJK terhadap pengawasan perasuansian di tinjau dari UU Perasuransian. Seperti diketahui bahwa OJK merupakan lembaga yang mempunyai kewenangan penuh dalam mengawasi dan mengatur pelaksanaan lembaga perasuransian.Namun dengan terbitnya Undang–Undang baru tentang perasuransian yaitu UU Perasuransian maka apakah mengenai pengawasan dan pengaturan tetap mengacu pada UU OJK.

26

25

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:Balai Pustaka,2005)

(10)

Pasal 1 angka 1 OJK menyebutkan bahwa OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewnang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang–undang.27

F. Metode Penelitian

Dengan adanya UU OJK fungsi pengawasan terhadap lembaga peraasuransian sesuai dengan yang tertuang dalam Pasal 6 UU OJK dan dimana OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor pasar perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, dan kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, lembaga pembiayaana, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

1. Jenis dan Sifat Penelitian28

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya.Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan yuridis normatif yaitu penelitian yang mengacu kepada norma–norma dan asas–asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang–undangan khususnya dalam UU Perasuransian dan UU OJK.Sifat penelitian adalah deskriptif analitis yaitu dengan mengambarkan hasil analisis terhadap norma–norma dan asas–asas hukum yang terdapat dalam UU Perasuransian dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antara pasal–pasal terkait yang menyangkut masalah

27 Republik Indonesia, (Otoritas Jasa Keuangan) Undang – Undang Nomor 21 Tahun

2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan LN Nomor 111 Tahun 2011, TLN Nomor 5253, Pasal 1 angka (1).

28

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:Raja Grafindo Bersada,2001), hal. 41.

(11)

peranan pengawasan OJK terhadap perasuransian di tinjau dari UU Perasuransian.

2. Sumber Data29

Dalam menyusun skripsi ini, data yang digunakan adalah data sekunder atau data kepustakaan yang diperoleh dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku–buku, makalah–makalah, seminar, arikel, jurnal, surat kabar, makalah lepas di internet maupun karya–karya tulisan yang menyangkut OJK dari internet.

c. Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum penunjang yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data30

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode hukum normatif.dengan pengumpulan data secara studi dokumen atau bahan pustaka.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dari suatu penelitian.Studidokumen adalah mempelajari sumber–

29

Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian….op.,cit, hal.12.

30

(12)

sumber atau bahan–bahan tertulis yang dapat dijadikanbahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan dari beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya. Dalam hal ini juga penelitian hukum dilakukan identifikasi terhadap data. Sehingga data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah–pilah guna memperoleh pasal–pasal yang berisi kaidah–kaidah hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang di teliti kemudian di sistematikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan.

4. Analisa Data

Data–data yang diperoleh, akan dianalisis secara kualitatif yakni memilih norma–norma dan kaidah–kaidah serta pasal–pasal yang terpenting di dalam UU Perasuransian dan UU OJK. Kemudian data-data dijelaskan, diuraikan, dipaparkan secara sistematis, sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan permasalahanyang diteliti. Dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selain menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan dan dapat dilakukan penarikan kesimpulan.31

31

(13)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan penjabaran penulisan, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan terbagi dalam bab perbab yang saling berkaitan satu sama lain, adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : PENGATURANHUKUMPERASURANSIAN DI INDONESIA

Bab ini berisikan mengenai sejarah timbulnya Asuransi, pengertian asuransi, tujuan dan fungsi asuransi, subyek dan obyek asuransi, jenis–jenis asuransi, perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap asuransi, pengaturan perasuransian di Indonesia.

BAB III: PERANAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP PENGAWASAN PERASURANSIAN DI INDONESIA DI TINJAU DARI UNDANG - UNDANG

NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

(14)

Bab ini berisikan kedudukan OJK di Indonesia, sejarah pembentukan OJK, tugas dan wewenang OJK, pengurusan OJK, peranan OJK terhadap pengawasan Perasuransian di Indonesia di tinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014.

BAB IV: TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN PERASURANSIAN DI INDONESIA

Dalam sub–sub bab ini dijelaskan dalam bentuk uraian yakni tentang: perlindungan konsumen dan masyarakat dan tanggung jawab OJK terhadap perlindungan konsumen asuransi.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah di bahas sebelumnya dan saran–saran yang mungkin berguna bagi OJK dalam pengwasan terhadap jasa keuangan dan bagi orang–orang yang membacanya dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengawasan OJK terhadap lembaga Perasuransian.

Referensi

Dokumen terkait

Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi komposisi vitamin dan konsentrasi gula medium, serta jenis dan konsentrasi sitokinin terbaik dalam menginduksi pertumbuhan

3) Postur memandikan anak: Pengasuh pada kegiatan memandikan bayi ini merasa tidak nyaman dengan postur tubuh yang dirasakan. Pengasuh ini melakukan kegiatan

Brand Awareness Pada Generasi Z (Studi Kasus Pada Radio Play99ers 100 FM Bandung)”. Maka dengan itu penulis memberikan saran yang dapat menjadi bahan

+DVLO SHUKLWXQJDQ DQDOLVLV UDVLR NHXDQJDQ GDQ LQWHUSUHVWDVL DWDV KDVLO SHUKLWXQJDQ XQWXN PHQLODL NLQHUMD NHXQJDQ 37 %DQN 5DN\DW ,QGRQHVLD 3HUVHUR 7EN &DEDQJ 0DQDGR PHQMHODVNDQ

Bagi sekolah, hendaknya perlu mengoptimalkan kembali fasilitas yang dimiliki sekolah; mengoptimalkan kinerja tenaga kependidikan untuk melaksanakan apa

Walaupun dalam fikih terdapat empat mazhab besar, tetapi dalam penelitian ini penulis membagi mazhab tersebut menjadi dua, dengan alasan adalah ulama Mazhab

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial insentif, budaya kerja, lingkungan kerja terhadap