• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh.Arnasari PENDEKATAN OPEN ENDED DALAM MENINGKATAN KREATIVITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Oleh.Arnasari PENDEKATAN OPEN ENDED DALAM MENINGKATAN KREATIVITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN OPEN ENDED DALAM MENINGKATAN KREATIVITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA

Oleh: Arnasari

Abstrak :Matematika sebagai salah satu mata pembelajaran di sekolah dinilai sangat memegang peranan penting dalam kehidupan, karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa serta untuk menghilangkan anggapan yang keliru terhadap matematika, pendekatan open ended adalah salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan itu. Dengan menggunakan pendekatan open ended, siswa bisa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengeksperisikan idenya, siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan dan siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan yang diberikan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kreativitas pembelajaran siswa.

Kata Kunci : Pendekatan Open Ended, Kreativitas, Prestasi

Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi memanusiakan manusia itu sendiri. Pendidikan merupakan salah satu cara pembentukan kemampuan manusia untuk menggunakan pikiran seefektif dan seefisien mungkin sebagai solusi dalam menghadapi problem yang timbul dalam usaha menciptakan masa depan yang lebih baik.

(2)

Ada berbagai pendekatan pembelajaran yang bisa diterapkan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru diharapkan dapat memilih salah satu pendekatan pembelajaran yang juga merupakan fokus kajian penelitian ini adalahopen ended.Pendekatanopen ended, merupakan suatu metode yang dapat memberi keleluasan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan cara berpikir siswa. Dalam pendekatan ini siswa dihadapkan pada permasalahan yang selesaiannya tidak perlu hanya satu, sehingga diharapkan kreativitas siswa dapat berkembang. Pendekatan open ended juga dapat membangkitkan nalar siswa sehingga siswa kreatif dan akhirnya diharapkan siswa dapat berpikir logis dan kritis. Tujuan dari pembelajaran open ended menurut Nohda (Suherman, dkk, 2003) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa melaluiproblem posingsecara simultan. Artinya, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa.

Hakekat Belajar Matematika

Dari berbagai definisi tentang belajar yang diberikan oleh beberapa ahli , subtansinya adalah bahwa belajar sebagi suatu proses dimana menyebabkan perubahan-perubahan tingkah laku akibat pengalaman dan latihan. Hal ini senada dengan pernyataan Slameto (2010) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan itu Sudjana (2002) mengemukakan bahwa, “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Sedangkan Menurut kamus besar bahasa Indonesia belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.

(3)

konsisten”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika merupakan proses usaha dalam memahami dan menguasai serta mengkaji berbagai konsep-konsep dan struktur menurut aturan logis serta hubungan antara objek-objek matematika sehingga diperoleh ilmu dan perubahan tingkah laku.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika:

1. Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu.

2. Dalam setiap pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan penguasaan materi prasyarat yang diperlukan.

3. Pendekatan pemecahan masalah fokus dalam pembelajaran matematika, yang mencakup masalah tertutup (mempunyai solusi tunggal) dan masalah terbuka (masalah dengan berbagai cara penyelesain) (Irzani, 2009).

PendekatanOpen ended

Menurut Suherman dkk. (2003) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-endedatau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan denganOpen-ended, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak pendekatan atau metode yang digunakan.

Tujuan dari pembelajaranOpen-ended menurut Nohda (Suherman, dkk, 2003) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematika siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematika siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap siswa. Lebih lanjut Poppy (Japar, 2009) menyatakan bahwa salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi pada aktivitas serta kreativitas siswa yaitu pendekatanopen-ended.

Sejalan dengan itu juga Shimada (Japar, 2009) menyatakan bahwa pendekatanopen-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu, sehingga dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik.

(4)

memformulasikan multi jawaban yang benar, sehingga kreativitas siswa dapat berkembang.

Pada dasarnya, pendekatanOpen-ended bertujuan untuk mengangkat kegiatan kreatif siswa dan berpikir matematika secara simultan. Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan adalah kebebasan siswa untuk berpikir dalam membuat progress pemecahan sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minatnya sehingga pada akhirnya akan membentuk intelegensi matematika siswa.

Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Suherman, dkk (2003)mengemukakan bahwa dalam kegiatan matematika dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:

1. Kegiatan siswa harus terbuka. Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.

2. Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir. Kegiatan matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya.

3. Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan. Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu. Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing. Guru bisa membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya rendah. Pendekatan uniteral semacam ini dapat dikatakan terbuka terhadap kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide matematika.

Mengonstruksi Masalah Open-ended

Menurut Suherman, dkk. (2003: 129-130) mengkonstruksi dan mengembangkan masalah Open-ended yang tepat dan baik, antara lain sebagai berikut:

1. Menyajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.

(5)

3. Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur.

4. Menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.

5. Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi siifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum. 6. Memberikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat

menggeneralisasai dari pekerjaannya.

Menyusun Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Open-ended Apabila guru telah mengkonstruksikan atau menformulasi masalah Open-endeddengan baik, barulah mennyusun rencana pembelajaran. Antara lain:

1. Tuliskan respon siswa yang diharapkan. Pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-ended, siswa diharapkan merespons masalah dengan berbagai cara sudut pandang. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan atau menuliskan daftar antisipasi respons siswa terhadap masalah. Kemampuan siswa terbatas dalam mengekpresikan ide atau pikirannya, mungkin siswa tidak akan mampu menjelaskan aktivitasnya dalam memecahkan masalah itu. Tetapi mungkin juga siswa mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan cara yang berbeda. Dengan demikian, antisipasi guru membuat atau menuliskan kemungkinan repsons yang dikemukakan siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan membantu siswa memecahkan masalah sesuai dengan cara kemampuannya.

2. Tujuan dari masalah itu diberikan kepada siswa harus jelas. Guru memahami dengan baik peranan masalah itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran. Masalah dapat diperlakukan sebagai topik yang tertentu, seperti dalam pengenalan konsep baru kepada siswa, atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajara siswa. Berdasarkan pengalaman, masalah Open-ended efektif untuk pengenalan konsep baru atau rangkuman kegiatan belajar.

3. Sajikan masalah semenarik mungkin bagi siswa.Konteks permasalahan yang diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik oleh siswa, dan harus membangkitkan keingintahuan serta semangat intelektual siswa. Oleh karena masalahOpen-endedmemerlukan waktu untuk berpikir dan mempertimbangkan strategi pemecahannya, maka masalah itu harus mampu menarik perhatian siswa.

(6)

eksplanasi masalah terlalu singkat. Hal itu dapat timbul karena guru bermaksud memberikan terobosan yang cukup kepada siswa untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan masalah. Atau dapat pula diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki pengalaman belajar karea terbiasa megikuti petunjuk-petunjuk dari buku teks.

5. Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengekplorasi masalah. Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam menyajikan masalah, memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian,, dan merangkum dari apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru harus memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengekplorasi masalah. Berdiskusi secara aktif antar sesama siswa dan antara siswa dengan guru merupakan interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran dengan pendekatanOpen-ended(Japar, 2009).

Jenis-jenis soal PendekatanOpen-ended

Menurut Sawada (Japar, 2009: 5) mengklasifikasikan soal yang dapat diberikan melalui pendekatanopen-ended, kedalam tiga kelompok yaitu: 1. Soal untuk mencari hubungan. Sesuai dengan istilahnya, soal jenis ini

diberikan agar siswa dapat mencari sendiri aturan atau hubungan matematis dari suatu teori tertentu.

2. Soal mengklasifikasi. Dalam jenis ini, Siswa dituntut untuk dapat memiliki dan mengembangkan kemampuan mengklasifikasi berdasarkan sifat-sifat dari suatu obyek tertentu.

3. Soal mengukur. Dalam soal jenis ini, siswa diminta untuk dapat menempatkan parameter-parameter numerik terhadap fenomena tertentu. Soal jenis ini biasanya mencakup latihan kemampuan berpikir matematis yang memiliki aspek-aspek yang majemuk terkadang melibatkan beberapa pokok bahasan Soal jenis ini biasanya mencakup latihan kemampuan berpikir matematis yang memiliki aspek-aspek yang majemuk terkadang melibatkan beberapa pokok bahasan.

Kreativitas Pembelajaran

Dalam kamus ilmiah popular (1994) kreativitas merupakan kemampuan untuk berkreasi; daya cipta. Selain itu, menurut Sternberg (2008) kreativitas adalah proses memproduksi sesuatu yang orisinal dan bernilai. Senada dengan itu, Slameto (2010) menyatakan “pada hakikatnya, pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada”.

(7)

Dari beberapa paparan beberapa ahli tersebut dapat didefinisikan kreativitas pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk siswa dalam membuat sesuatu yang baru dan bernilai dari sesuatu yang telah ada.

Menurut Moreno (2010) yang terpenting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya. Artinya, kreativitas itu tidak saklek pada penemuan sesuatu yang belum diketahui orang lain ataupun dunia. Tapi bagaimana siswa itu menemukan sesuatu yang baru, minimal untuk dirinya sendiri. Lebih jauh lagi Getzels & Jackson (Slameto, 2010) menyatakan, siswa yang tinggi tingkat kecerdasannya tidak selalu menunjukkan tingkat kreativitas yang tinggi, dan banyak siswa yang tinggi tingkat kreativitasnya tidak selalu tinggi tingkat kecerdasannya. Dengan perkataan lain, bahwa kecerdasan hanya memegang peranan yang kecil saja di dalam tingkah laku kreatif dan kecerdasan tidak bisa dijadikan tolak ukur kreativitas.

Ciri-Ciri Individu Kreatif

Menurut Sund (Slameto, 2010) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar

2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru 3. Panjang akal

4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti cenderung lebih menyukai tugas berat dan sulit

5. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

6. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas 7. Berfikir fleksibel

8. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak

9. Kemampuan membuat analisis dan sitesis 10. Memiliki semangat bertanya serta meneliti 11. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

12. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas 13. Mengajarkan Kreativitas

Menurut Klousmeier (Slameto, 2010) cara-cara mengembangkan kreativitas melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menolong siswa mengenal masalah-masalah untuk dipecahkan

(8)

4. Menolong siswa mengolah dan kemudian menerapkan informasi, pengertian, asas-asas dan metode-metode itu pada masalah terbuka untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan pemecahan (hipotesis)

5. Mendorong siswa merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis itu untuk memperoleh pemecahan masalah.

6. Mendorong siswa mengadakan penemuan dan penilaian sendiri secara bebas.

Cara-Cara Mengembangkan Kreativitas

Davis (Slameto, 2010: 153) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan di dalam pengembangan kreatifitas:

1. Sikap individu. Mencakup tujuan untuk menemukan gagasan-gagasan serta produk-produk dan pemecahan baru. Untuk tujuan ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Perhatian khusus bagi pengembangan kepercayaan diri siswa perlu diberikan.secara aktif guru perlu membantu siswa mengembangkan kesadaran diri yang positif dan menjadikan siswa sebagai individu yang seutuhnya dengan konsep diri yang positif.kepercayaan diri meningkatkan keyakinan siswa bahwa ia mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan juga merupakan sumber perasaan aman dalam diri siswa. Guru harus dapat menanamkan rasa percaya diri pada siswa sedini mungkin pada awal tahun ajaran, agar pengembangan gagasan-gagasan,produk-produk serta pemecahan baru dapat terwujud.

b. Rasa keiginan tahu siswa perlu dibangkitkan. Rasa keinginan tahu merupakan kapasitasuntuk menemukan masalah-masalah teknis serta usaha untuk memecahkanya.

2. Kemampuan dasar yang diperlukan Mencakup berbagai kemampuan berpikir konvergen dan divergen yang diperlukan. Osborn (Slameto, 2010) memperkenalkan 10 tahap pengajaran pemecahan masalah yang kreatif bagi orang dewasa.

a. Memikirkan keseluruhan tahap dari masalah. b. Memilih bagian masalah yang perlu dipecahkan. c. Memikirkan informasi yang kiranya dapat membantu. d. Memilih sumber-sumber data yang paling memungkinkan. e. Memikirkan segala kemungkinan pemecahan masalah tersebut. f. Memilih gagasan-gagasan yang paling memungkinkanbagi

pemecahan.

g. Memikirkan segala kemungkinan cara pengujian.

h. Memilih cara yang paling dapat dipercaya untuk menguji i. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi j. Mengambil keputusan

(9)

Teknik-teknik yang digunakan

1. Melakukan pendekatan inquiry (pencaritahuan): pendekatan ini memungkinkan siswa menggunakan semua proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip ilmiah.

2. Menggunakan teknik-teknik sumbang saran: di dalam pendekatan ini, suatu masalah dikemukakan dan siswa diminta untuk mengemukakan gagasan-gagasannya. Apabila keseluruhan gagasan telah dikemukakan, siswa diminta meninjau kembali gagasan-gagasan tersebut dan menentukan gagasan mana yang akan digunakan dalam pemecahan masalah tersebut.

3. Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif: penghargaan yang diterima akan mempengaruhi konsep diri siswa secara positif yang meningkatkan keyakinan diri siswa.

4. Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar”. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Pendapat lain mengungkapkan bahwa prestasi adalah sesuatu yang diberikan sesudah murid-murid mendapatkan pelajaran yang maksudnya untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa secara menyeluruh dan menempatkan mereka berdasarkan tingkat kemampuannya.

Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untukmendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Sejalan dengan hal tersebut, Sardiman (2003) mengemukakan suatu rumusan, bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Dengandemikian secara sederhana dapat ditarik benang merah bahwa prestasi belajar Matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh individu setelah mengalami peroses belajar sehingga dapat beraktivitas seperti membaca teori-teori Matematika, latihan soal-soal, dan lain sebagainya.

(10)

Mengenai status abilitas ini, menurut Bloom (Sardiman, 2003) meliputi tiga ranah/matra, yaitu: matra kognitif, afektif, dan psikomotor sebagaimana dijelaskan di bawah ini:

a. Ranah kognitif

Ranah atau matra kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual yang terdiri dari enam kelas/tingkat yakni pengetahuan, penguasaan, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Pengetahuan (knowledge), aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar (Syaiful Sagala, 2009).

Penguasaan, aspek ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari (Syaiful Sagala, 2009). Penguasaan dapat dibedakan menjadi tiga kategori yakni penerjemahan (translation), penafsiran (interpretation) dan eksplorasi (extrapolation) yaitu menyimpulkan sesuatu yang telah dikuasai.

Penerapan/aplikasi (application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya yang sudah dimiliki pada situasi baru dan konkret, yang menyangkut penggunaan aturan, prinsip dan sebagainya dalam memecahkan persoalan tertentu (Syaiful Sagala, 2009: 157).

Analisis(analysis), aspek ini mengacu pada kemampuan megkaji atau menguraikan sesuatu bahan atau keadaan ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara yang satu dengan yang lain, sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dipahami (Syaiful Sagala, 2009).

Sintesis (synthesis), aspek ini mengacu pada pada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru (Syaiful Sagala, 2009). Sintesis menuntut adanya kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi yang dimaksud. Aspek sintesis memerlukan tingkah laku yang kreatif.

Evaluasi (evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokan-patokan berdasarkan kriteria tertentu (Syaiful Sagala, 2009).

b. Ranah afektif

(11)

Dalam ranah afektif ada beberapa jenis kategori ranah afektif yang dijadikan sebagaihasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang paling sederhana ketingkat yang paling kompleks. Adapun jenis-jenis kategori ranah afektif adalah penerimaan, partisipasi, menilai dan menentukan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Krathwohl & Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2002) adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan, mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesedian memperhatikan hal tersebut. Misalnya mengakui adanya perbedaan pendapat mengenai konsep penyelesaian soal-soal trigonometri sudut rangkap.

2. Partisipasi, mencakup kerelaan, kesedian memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan di sekolah, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan seperti kegiatan osis dan lain sebagainya.

3. Menilai dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya, menerima suatu pendapat ketika temannya menyelesaikan soal-soal trigonometri sudut rangkap dengan menggunakan konsep yang salah.

4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak.

5. Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang disiplin.

6. Tingkat-tingkat pada aspek afektif ini tampak kurang jelas perbedaan yang satu dengan yang lainnya dan kurang tampak pada siswa, lain halnya pada matra kognitif. Tetapi ini bukan berarti tidak dapat diukur dengan jelas atau secara rinci, sebab aspek efektif ini bisa diidentifikasikan melalui pengamatan langsung terhadap sikap, perasaan, dan karakteristik yang ada pada diri siswa/peserta didik.

c. Ranah psikomotor

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan bertindak setelah seseotang menerima pengalaman belajar tertentu. Tujuan-tujuan kemampuan psikomotorik adalah Tujuan-tujuan-Tujuan-tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek keterampilan motorik atau gerak dari peserta didik atau siswa.

Simpson (Syaiful Sagala, 2009), membangi ranah psikomotorik dalam tujuh kategori, yaitu

(12)

2. Kesiapan, mengacu pada kesiapan memberikan respons secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan.

3. Respons terbimbing, mengacu pada pemberian respons perilaku, gerakan-gerakan yang diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya. 4. Mekanisme, megacu pada keadaan dimana respons fisik yang dipelajari

telah menjadi kebiasaan.

5. Respons kompleks, mengacu pada pemberian respons atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efesien. 6. Adaptasi, mengacu pada kemampuan menyesuaikan respons atau

perilaku gerakan dengan situasi yang baru.

7. Originasi, mengacu pada pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak-gerik yang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atas prakarsa atau inisatif sendiri.

Simpulan

Berdasarkan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Open-ended sangat baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut karena didasarkan pada beberapa kelebihannya antara lain: Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya, Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematika secara komprehensif, Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri, Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan, Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Daftar Pustaka

Al-Jupri.2007.Open Ended Problems dalam Matematika. Tersedia di: http://mathematicse.wordpress.com/2007/12/25/open-ended-problems-dalam-matematika (24 Desember 2016).

Slameto.2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruha. Edisi Jakarta: Renika Cipta.

Sudjana, Nana & Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Irzani . 2009. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Mataram: media grafindo ress.

Japar. 2009. JurnalPembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended. Makasar: Balai Diklat Keagamaan Makassar. Tersedia di: http://mathematicse.wordpress.com/2007/12/25/jurnal-pembelajaran-matematika-dengan-pendekatan-open-ended (14 Desember 2016). Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruha. Edisi

(13)

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syaiful Sagala.2007. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Probelematika Belajar dan Mengajar.Alfabeta: Bandung. Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruha. Edisi

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan materi ajar IPA-fisika lainnya dan melakukan penelitian pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi untuk memperoleh gambaran mengenai efektivitas

Bagi organisasi kecil yang hanya berkecimpung dalam satu lini bisnis atau organisasi besar yang belum terdiversifikasi dalam berbagai produk atau pasar, strategi

Nilai koefisien variabel respon pengembangan bioetanol bertanda negatif menunjukkan terjadinya pengalihan pendapatan yang berasal dari bagian gula petani kepada pendapatan baru

Sebelum penulis membahas lebih dalam mengenai sewa menyewa tanah di Desa Gunung sugih, perlu diketahui bahwa sewa menyewa tanah yang akan dibahas saat ini merupakan

Sumsum tulang belakang Otak besar Otak tengah Otak depan Otak kecil Sumsum lanjutan Saraf somatik Saraf otonom.. 12 pasang saraf otak (saraf

(Plant Breeding and Plant Genetics - Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute) Prof..

Perhitungan kapasitas pompa dihitung menjadi dua tahapan: (a) Untuk seluruh total areal dengan berbagai jenis tanaman, dan (b) Untuk setiap jenis tanaman dan masing-masing

Game bertipe fighting ini merupakan salah satu tipe game yang cukup digandrungi di kalangan remaja, dalam game ini pemain akan memainkan satu karakter atau lebih yang