BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan PPKS Sei- Aek Pancur, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecambah kelapa sawit varietas DXP Yangambi PPKS sebagai objek pengamatan, polybag hitam berukuran 50 X 40 cm, topsoil, sabuk kelapa, fungisida, insektisida, paranet, kertas label perlakuan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, penggaris, bambu, ayakan, gembor, sprayer, timbangan, jangka sorong digital, alat tulis untuk mencatat data pengamatan.
Metode Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor I : Penambahan sabut kelapa pada media tanam (S) dengan 3 taraf, yaitu : S0 : Top soil
S1 : Top soil : 1/10 sabut kelapa S2 : Top soil : 2/10 sabut kelapa
Faktor II : Frekuensi Penyiraman (F) dengan 2 taraf, yaitu : F1 : Pagi
F2 : Pagi dan sore
S0F1 S1F1 S2F1 S0F2 S1F2 S2F2
Jumlah Ulangan : 4 ulangan
Jumlah plot : 24 plot
Jumlah tanaman/plot : 8 Tanaman Jumlah sampel/plot : 8 Tanaman Jumlah seluruh tanaman sampel : 192 tanaman Jumlah tanaman barier : 60 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 252 Tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:
��� =�+��+��+ (��)��+����
i = 1,2,3 j = 1,2 k = 1,2,3,4
��� : Hasil pengamatan perlakuan penambahan sabut kelapa (S) pada
taraf ke-i dan perlakuan frekuensi penyiraman (F) pada taraf ke-j μ : Nilai tengah umum
αi : Efek penambahan sabut kelapa taraf ke-i βj : Efek frekuensi penyiraman tanam taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi perlakuan penambahan sabut kelapa (S) pada taraf ke-i
dan perlakuan frekuensi penyiraman (F) pada taraf ke-j
εijk : Efek galat pada perlakuan penambahan sabut kelapa (S) pada taraf
Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka analisis
dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Penelitian
Lahan dipersiapkan dilahan datar dan terbuka, strategis dan aman. Areal yang digunakan dibersihkan dari gulma dan sisa akar tanaman dengan luas lahan 1080 cm x 990 cm dengan jarak antar ulangan 60 cm dan jarak antar plot 40 cm. Kemudian dibuat naungan dari bahan paranet yang dapat meloloskan cahaya 30% dengan tinggi naungan 2 m dari permukaan lahan.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah topsoil dan sabut kelapa yaitu : 1/10 sabut kelapa dari tinggi polybag dan 2/10 sabut kelapa dari tinggi polybag. Sebelumnya media tanam topsoil diayak dengan menggunakan ayakan dan diaduk sampai homogen. Sabut kelapa sudah dicuci berkali- kali dan di jemur sampai tidak terdapat kandungan tanin dan ditaburkan fungisida dan insektisida secukupnya. Pengisian media tanam polybag yaitu sabut kelapa disusun pada bagian dasar polybag kemudian dimasukkan top soil sesuai perlakuan masing- masing. Polibag diletakkan dan disusun dengan jarak antar polibag 10 x10 cm pada plot percobaan.
Penanaman
Benih kecambah yang digunakan varietas D X P Yangambi PPKS. Tiap polybag ditanam 1 benih kecambah dengan kedalaman 2 cm dari permukaan media tanam.
Frekuensi Penyiraman
penyiraman bibit memerlukan 0,25 liter air pada pre nursery dan 1 liter air untuk sekali penyiraman di main nursery.
Pemeliharaan Pemupukan
Pemupukan di pre nursery dilakukan setelah bibit berumur 3 bulan yaitu seminggu sekali menggunakan pupuk urea sebanyak 2 gram/liter air untuk 100 bibit dengan cara disiram.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada dalam polibag dan lahan percobaan. Penyiangan dilakukan 2 kali seminggu dan disesuaikan dengan kondisi media tanam dan lahan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi tanaman pada lahan percobaan tersebut.
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah yang telah diberi tanda sampai daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setelah berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dengan interval 1 minggu menggunakan penggaris atau meteran.
Jumlah Daun (Helai)
Diameter Batang (mm)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel Lampiran 1. Dari analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan sabut kelapa berpengaruh tidak nyata dan frekuensi penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada 3 MST- 12 MST. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman
terhadap tinggi tanaman (cm) pada 3 MST- 12 MST
MST Sabut Kelapa Frekuensi Penyiraman Rataan
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 10.91 9.94 10.43
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan sabut kelapa S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 15.51 cm dibandingkan S0 (Tanpa Sabut) yaitu 14.40 cm dan S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) yaitu 15.33 cm. Perlakuan frekuensi penyiraman F1 (Pagi) menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 15.89 cm dibandingkan F2 ( Pagi dan Sore) yaitu 14.27cm.
Jumlah Daun (helai)
Tabel 2. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman terhadap jumlah daun (helai) pada 3 MST- 12 MST
MST Sabut Kelapa Frekuensi Penyiraman Rataan
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 2.22 1.94 2.08 S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 2.22 1.84 2.03
Rataan 2.07 1.93 2.00
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan sabut kelapa S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) menghasilkan jumlah daun terbayak yaitu 2.08 helai, lebih tinggi dibandingkan S0 (Tanpa Sabut) yaitu 1.89 helai dan S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) yaitu 2.03 helai. Perlakuan frekuensi penyiraman F1 (Pagi) menghasilkan jumlah daun terbanyak yaitu 2.07 helai dibandingkan F2 (Pagi dan Sore) yaitu 1.93 helai.
Diameter Batang (mm)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman terhadap diameter batang disajikan pada Tabel Lampiran 3. Dari analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan sabut kelapa berpengaruh tidak nyata dan frekuensi penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada 3 MST- 12 MST. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman terhadap diameter batang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman terhadap diameter batang (mm) pada 6 MST- 12 MST
MST Sabut Kelapa Frekuensi Penyiraman Rataan
Rataan 3.37 3.18 3.27
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan sabut kelapa S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) menghasilkan diameter terbesar yaitu 4.16 mm, lebih tinggi dibandingkan S0 (Tanpa Sabut) yaitu 3.89 mm dan S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) yaitu 3.94 mm. Perlakuan frekuensi penyiraman F1 (Pagi) menghasilkan diameter terbesar yaitu 4.10 mm dibandingkan F2 ( Pagi dan Sore) yaitu 3.89 mm.
Pembahasan
Menurut Oshima (1965) molekul hemiselulosa lebih mudah menyerap air, bersifat plastis, dan mempunyai permukaan kontak antar molekul yang lebih luas dari selulosa.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Penambahan sabut kelapa pada media tanam kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit.
2. Frekuensi penyiraman pada tanamaman kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit.
Saran