i
ANALISIS HUKUM PENYELESAIAN UTANG PIUTANG
PERSEROAN TERBATAS DALAM LIKUIDASI
TESIS
OLEH
AZIARNI
087005044/HK
PR0GRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS HUKUM PENYELESAIAN UTANG PIUTANG
PERSEROAN TERBATAS DALAM LIKUIDASI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Magiter Hukum Dalam Program Studi Magister
Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
OLEH
AZIARNI
087005044/HK
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
JUDUL TESIS : ANALISIS HUKUM PENYELESAIAN UTANG PIUTANG PERSEROAN TERBATAS DALAM LIKUIDASI
NAMA : AZIARNI
NIM : 087005044
PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Bismar Nasution.,SH.,MH Ketua
)
(Prof. Dr. Sunarmi.,SH.,M. Hum) (Dr. Mahmul Siregar.,SH.,M. Hum Anggota Anggota
)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Suhaidi.,SH.,MH) (Prof. Dr. Runtung.,SH.,M. Hum)
Telah Diuji
Pada Tanggal : 20 Januari 2012
PANITIA KOMISI PEMBIMBING
KETUA : Prof. Dr. Bismar Nasution.,SH.,MH
AGGOTA : 1. Prof. Dr. Sunarmi.,Sh.,M. Hum
2. Dr. Mahmul Siregar.,SH.,M. Hum
A B S T R A K
Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur tentang pembubaran perseroan, mempunyai arti : 1. Penghentian kegiatan usaha Perseroan; 2. Penghentian status usaha itu, tidak menyebabkan status hukumnya hilang; dan 3. Perseroan yang dibubarkan baru kehilangan status badan hukumnya, sampai selesai likuidasi, dan pertanggungjawaban likuidator pada saat proses akhir likuidasi diterima oleh RUPS, Pengadilan Negeri, atau Hakim Pengawas.
Kesulitan likuidator dalam hal melikuidasi perseroan adalah mengenai kapan likuidator harus diangkat. Pasal 142 ayat (2) huruf a. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak menentukan kapan likuidator tersebut harus ditunjuk sehingga yang terjadi adalah perseroan yang sudah dibubarkan tetapi likuidator belum ditetapkan. Pada saat rentang waktu ini terjadi penggelapan asset perseroan yang merugikan perseroan. Sebenarnya menurut ketentuan hukum, pada saat perseroan dibubarkan maka pada saat itu juga harus ditunjuk likuidator untuk melakukan likuidasi. Namun inilah yang sering terjadi di dunia usaha. Penggelapan asset itu menjadi hambatan bagi likuidator untuk melakukan pembayaran hutang kepada pihak ketiga/kreditur.
Pada penelitian ini, contoh kasusnya pada proses likuidasi PT. Schutter Indonesia pada tahun 2006. Setelah perseroan mengadakan RUPS untuk membubarkan perseroan, dan dilanjutkan untuk menentukan likuidator. Selanjutnya likuidator bekerja untuk melikuidasi perusahaan, dan dalam melaksanakan likuidasi pada waktu itu likuidator masih berpedoman pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dalam proses likuidasi PT. Schutter Indonesia. Terdapat beberapa masalah dalam penyelesaian hutang-piutang perseroan, salah satu penyebabnya adalah karena penentuan likuidator yang tidak diangkat pada waktu pembubaran perseroan tetapi beberapa bulan setelah perseroan dibubarkan barulah likuidator ditunjuk. Selanjutnya dalam likuidasi ini, likuidator juga kesulitan membayar hutang-hutang perseroan, disamping asset perusahaan yang tidak mencukupi, juga terdapatnya piutang pada pemegang saham yang disebut dengan piutang istimewa, yang tidak tertagih, sehingga sampai RUPS terakhir hal ini tidak dapat diselesaikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Sebaiknya Likuidator berupaya untuk menyelesaikan hutang-piutang dengan cara luar pengadilan. Tidak terdapatnya penetapan jangka waktu penentuan likuidator dalam melikuidasi perseroan di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 maka sebaiknya hal ini dimasukkan bagi legislator dalam merevisi ketentuan hukum perseroan. Hambatan yang muncul pada saat penyelesaian sengketa hutang-piutang perseroan dalam likuidasi sebenarnya bisa dianulir melalui penegakan hukum yang baik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada. Mengenai penagihan hutang sementara perusahaan sudah tutup atau tidak beroperasi lagi (sudah dilikuidasi terlebih dahulu), dapat dilakukan berdasarkan Pasal 150 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007. Oleh karena itu, penyelesaian hutang dilakukan di pengadilan. Pihak yang mempertanggungjawabkan hutang tersebut adalah Pemegang Saham secara tanggung renteng.
Kata Kunci : - Analisis Hukum Penyelesaian Utang-Piutang Perseroan Terbatas - Perseroan Terbatas Dalam Likuidasi
A B S T R A C T
Article 142 Paragraph (1) of Act No. 40 of 2007 regarding Limited Liability Company set about the dissolution of the corporation, shall have the meanings : 1. Cessation of business activities of the Company; 2. Cessation of busniess status, it does not cause lost its legal status; and 3. The Company had been dissolved recently lost its legal entity status, until the completion of liquidation, the liquidator and accountability during the process of final liquidation received by the General Meeting of Shareholders, the District Court, or Judge of Trustees.
The difficulty of the liquidator in the case of liquidation of the company is on when the liquidator should be appointed. Article 142 Paragraph (2) Letter a., Act No. 40 of 2007 regarding Limited Liability Company does not determine when the liquidator should be appointed so that there is a company that has been dissolved but the liquidator has not been established. At this time span occurs embezzlement adverse asset liability corporation. Actually, according to the provisions of law, when the company was dissolved by the time it should also be appointed a liquidator to conduct the liquidation. But this is what often happens in the corporate world. Embezzlement of assets that becomes an obstacle to the liquidator to make payments owed to a third party/creditors.
In this study, a case in point in the process of liquidation of PT. Schutter Indonesia in 2006. after the company General Meeting of Shareholders held to dissolve the company, and proceed to determine the liquidator. Further work to liquidate the company’s liquidator, and in carrying out the liquidation the liquidator at the time was based on Act. No. 1 of 1995 regarding Limited Liability Company in the process of liquidation of PT. Schutter Indonesia. There are some problems in completion of the lending company, one reason is because the determination of the liquidator is not appointed at the time of the dissolution of the corporation but a few months after the company was dissolved before the liquidator was appointed. Furthermore, in liquidation, the liquidator is also difficult to pay the debts of the company, in addition to the company’s assets are not sufficient, nor the presence of accounts receivable on shareholders called special accounts which are not collectible so until the last General Meeting of Shareholders this can not be resolved.
The results showed that : Should Liquidator seeks to resolve the debt-claim in way out of court. Absence of long-time determination of a liquidator in the liquidation of the company’s determination in Act No. 40 of 2007 then this should be included for legislators in revising the company law provisions. Barriers that arise the time of dispute resolution, accounts payable liability company in liquidation could have disallowed the enforcement of existing regulations both under existing legislation. Regarding debt collection while the company has closed or no longer in operation (already liquidated first), can be carried out pursuant to Article 150 Paragraph (2) of Act No. 40 of 2007. Therefore, the debt settlement made in court. Parties that account for such debts are the Shareholders jointly and severally.
Key Words : - Legal Analysis of Debt Settlement and Claims Company Limited - Limited Liability Company in Liquidation
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulilah, Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis serta panjatan doa dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan contoh dan tauladan, penulis masih diberikan kesehatan dan kesempatan serta kemudahan dalam mengerjakan penelitian ini.
Pada penelitian ini, penulis dengan ketulusan hati, mengucapkan terima kasih sebesaar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.&H., M.Sc.(C.T.M.), Sp.A.(K.), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.Hum., sebagai Ketua Program Magister (S2) dan Doktor (S3) Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dalam hal penelitian;
4. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum., sebagai Sekretaris Program Magister (S2) Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dan merangkap sebagai Dosen Pembimbing III yang telah memberikan arahan mengenai penulisan penelitian yang benar;
5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH., sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan masukan dan ide-ide dalam hal penulisan penelitian ini sampai dengan selesai;
6. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum., sebagai Dosen Pembimbing II yang bersabar dalam penyelesaian penelitian ini;
7. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., sebagai Dosen Penguji I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
8. Ibu Dr. T. Keizerina Devi, SH., CN., M.Hum., sebagai Dosen Penguji II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan motivasi
dan dorongan kepada penulis;
9. Para Dosen dan Tata Usaha Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu selama penulis menjalani studi di Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara;
10. Terima kasih yang sangat besar kepada kedua orang tua saya Ayahanda Almarhum H.Abdul Aziz Hasibuan dan Ibunda Hj.Rosni Aziz, yang selalu mendoakan, mencurahkan segenap kasih sayangnya dan segala pengorbanannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini;
11. Terima kasih penulis kepada Suami saya OK. Iskandar, SH., dan anak-anakku Kania Syafiza, M.Ibnu Hidayah dan M.Faqih Akbar, yang sangat memberikan motivasi kepada penulis dan doanya sehingga dapat menyelesaikan studi di Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara
12. Tidak ketinggalan terima kasih kepada sahabat-sahabatku rekan mahasiswa, sudah membantu selama penyelesaian penelitian ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu.
Akhir kata kiranya tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia.
Wassalamualaikum Wr. Wb., Medan, Januari 2012
Penulis
Aziarni
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Aziarni
Tmpt /Tgl Lahir : Medan, 20 Oktober 1962
Alamat : Jl.Jermal V Ujung no.100 Medan Pekerjaan : Advokat
II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN 1. Pendidikan Dasar dan Menengah Umum
a. SD : SD Negeri nomor 21 Medan 2. Pendidikan Tinggi
a. S1 : Fakultas Hukum USU lulus tahun 1987
b. S2 : Program Studi Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, (2008 – 2011) 3. Pendidikan Khusus Profesi Advokat
a. PERADI, lulus tahun 1998
DAFTAR ISI
E. Keaslian Penelitian 15
F. Kerangka Teoritis dan Konsepsi 17
1. Kerangka Teori 17
2. Kerangka Konsep 24
G. Metode Penelitian 27
1. Jenis dan Sifat Penelitian 29
2. Sumber Bahan Hukum 29
3. Teknik Pengumpulan Data 31
4. Analisis Data 31
BAB II : PENGATURAN PENYELESAIAN UTANG PIUTANG PADA PERSEROAN TERBATAS YANG DILIKUIDASI
33
A. Likuidasi Perseroan Terbatas di Amerika Serikat 34 1. Pilihan Alternatif Perseroan Untuk Menempuh
Chapter 7 – Likuidasi (Alternatives to Chapter 7)
36
2. Latar Belakang Likuidasi 38
3. Studi Kelayakan Bagi Perseroan Dalam Chapter 7 - Likuidasi (Chapter 7 Eligibility)
39
4. Cara Kerja Chapter 7 (How Chapter 7 Works) 41
5. Peranan Pengadilan Dalam Likuidasi Perseroan (Role
of The Case Trustee)
47
6. Penetapan Pengadilan Terhadap Chapter 7 – Likuidasi (The Chapter 7 Discharge)
50
B. Pengaturan Mengenai Likuidasi dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
55
1. Pengertian Likuidasi 55
2. Pembubaran dan Likuidasi Perseroan Terbatas 61 a. Proses Pembubaran Berdasarkan Keputusan
RUPS
62
b. Proses Pembubaran Perseroan Berdasarkan Jangka Waktu Berdirinya Berakhir
63
c. Proses Pembubaran Berdasarkan Penetapan Pengadilan
64
d. Proses Pembubaran Karena Harta Pailit Perseroan Tidak Cukup Untuk Membayar Biaya Kepailitan
64
e. Proses Pembubaran Karena Harta Pailit yang Telah Dinyatakan Pailit Dalam Keadaan Insolvensi
66
f. Proses Pembubaran Karena Izin Usaha Dicabut 66 3. Perkembangan Likuidasi dalam Kegiatan Bisnis 68 C. Pertimbangan Likuidasi Perseroan Terbatas 71 D. Pengaturan Penyelesaian Hutang Piutang Perseroan
Terbatas Dalam Likuidasi
74
1. Jalur Pengadilan (Gugatan Perdata Biasa) 77 2. Jalur Luar Pengadilan (Alternative Dispute Resolution
– ADR)
81
a. Negosiasi 83
b. Mediasi 84
c. Konsiliasi 86
BAB III : PENENTUAN LIKUIDATOR TERHADAP LIKUIDASI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
91
A. Kewajiban DanTanggung Jawab Likuidator 91
B. Tanggung Jawab Likuidator 95
a. Internal 97
b. Eksternal 98
C. Penentuan Likuidator Pada Likuidasi Perseroan Terbatas 99 D. Berakhirnya Status Badan Hukum Perseroan 105 BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN PENYELESAIAN HUTANG
PIUTANG PADA PERUSAHAAN YANG DI LIKUIDASI
109
A. Pembagian Sisa Hasil Likuidasi Perseroan 109 B. Aset Perseroan Adalah Aset Bersama dari Pemegang
Saham Sesuai Dengan Proporsi Kepemilikan Saham Masing-Masing Pemegang Saham Dalam Perseroan
113
C. Jangka Waktu Pengangkatan Likuidator 119 D. Pungutan Liar Dalam Laporan Pencabutan Izin Usaha 121 E. Penggelapan Aset oleh Pengurus Perusahaan 125
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 128
A. Kesimpulan 128
B. Saran 130
DAFTAR PUSTAKA 133