• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau: Studi di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau: Studi di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

i

TRADISI BATAGAK PANGULU DI MINANGKABAU: Studi di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh,

Kabupaten Lima Puluh Kota

ABSTRAK

Salah satu bentuk tradisi upacara adat dan ritual Minangkabau adalah upacara batagak pangulu. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan dan menganalis performansi batagak pangulu di Minangkabau, menganalisis teks, ko-teks, dan konteks, menemukan makna dan fungsi serta kearifan lokal, dan membuat model revitalisasi. Metode penelitian ini adalah metode emik dengan teknik pengumpulan data observasi-partisipasi dan wawancara serta analisis data secara kualitatif. Temuan penelitian adalah performansi batagak pangulu dikelompokkan atas acara adat, seremonial, dan hiburan. Hasil analisis teks terdapat perbedaan perlakuan aturan adat dan pemimpin adat terhadap penghulu yang belum dikukuhkan. Makna batagak pangulu bagi masyarakat Minangkabau adalah mengukuhkan atau melegitimasi keberadaan penghulu di Minangkabau serta mengukuhkan sako (gelar) diwariskan kepada kemenakan, sedangkan fungsinya adalah (1) sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga adat Minangkabau, (2) sebagai pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi anggota kaum, (3) sebagai sistem proyeksi dan pencerminan angan-angan suatu kelompok masyarakat Minangkabau,(4) sebagai alat pendidikan anak, dan (5) sebagai suatu kebanggaan di masyarakat. Nilai dan norma yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu adalah nilai logika, etika, dan estetika sedangkan norma yang terdapat adalah norma agama, kesopanan, kesusilaan, kebiasaan, dan hukum adat. Kearifan lokal yang ditemukan dalam tradisi batagak pangulu gotong royong, musyawarah dan mufakat, kerukunan dan penyelesaian konflik, kebenaran dan keadilan, kesopansantunan, komitmen, keharmonisan, pengelolaan gender, dan kesetiakawanan sosial. Revitalisasi tradisi batagak pangulu berupa pengelolaan baik di Nagari Piobang maupun di nagari-nagari lain di Minangkabau. Pengelolaan kelangsungan tradisi batagak pangulu di Nagari Piobang dilakukan dengan musyawarah dan gotong royong sedangkan untuk nagari lain dapat dilakukan dengan wisata budaya, penayangan batagak pangulu melalui televisi, seminar, penyuluhan, dan buletin.

Kata Kunci: Tradisi, Batagak Pangulu, di Minangkabau

(2)

ii

THE TRADITION OF BATAGAK PANGULU IN MINANGKABAU: Study in Nagari Piobang, Payakumbuh District,

Lima Puluh Kota Regency

ABSTRACT

One of the traditional ceremonies and rituals in Minangkabau is batagak pangulu. The objective of this study is to figure out and to analyze the performance of batagak pangulu in Minangkabau, to analyze text, co-text, and context, to find out the meaning and function of the local wisdom, and to create a model of revitalization. Emic method was used in this research. Participant observations and interviews were applied as the technique of data collection as well as qualitative data analysis. The research findings were; the performance of batagak pangulu was classified into traditional events, ceremonial, and entertainment.The results from textual analysis proved that there were differences in the treatment of customary rules and in the traditional leader who has not been inaugurated as a penghulu. The meaning of batagak pangulu for Minangkabau people were to strengthen or to legitimize the presence of penghulu in Minangkabau, and to declarethe soko (title) bequeathed to the nephew, mean while its function was (1) as a validation institution and traditional institutions of Minangkabau, (2) as coercive and supervisory norms that must be adhered to the members (3) as a projection system, a reflection of wishful thinking of Minangkabausociety, (4) as a means of child education, and (5) as a pride in the community.The values and norms of batagak pangulu were a logical value, the ethics value, and the aesthetic value; and the norms were the norms of religion, norms of decency, the norms of obscenity, the norms of habits, and the norms of customary legal.The local wisdom of batagak pangulu were: mutual cooperation, deliberation and consensus, peace and conflict resolution, politeness, truth and justice, commitments, harmony, gender management, and social solidarity. The revitalization of batagak pangulu was the management of either in Nagari Piobang or in other nagari. A good management for the sustainability of batagak pangulu in Nagari Piobang in Minangkabau was conducted by the deliberation and mutual cooperation. For other nagari,it was conducted through tourism-culture, the show of batagak pangulu on television, seminar, counselling, and news letters.

Keywords: Tradition, BatagakPangulu, in Minangkabau

Referensi

Dokumen terkait

Kelahirnya Pesantren As’adiyah mirip dengan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, terutama pada latar setting sosial keagamaan yang terjadi di Wajo

Jawab : keputusan pembelian adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian6. Sikap orang lain,

Subjected to remolded young clay, this paper shows that a lot of time dependent behavior in the standard consolidation (SC) and CSRC tests is represented systematically by a

Berdasarkan hasil pemodelan baik pada penampang sayatan vertikal maupun penampang sayatan lateral menunjukkan bahwa pemodelan distribusi potensial elektrokinetik dalam medium

geometri bangun datar untuk sekolah dasar yang terdapat pada motif batik paoman Indramayu adalah. konsep titik, sudut, garis lurus, garis sejajar, segitiga, persegi, persegi

[r]

Dengan demikian, pengkajian sifat-sifat dan kelakuan sistem kontrol linier, yang banyak digunakan dalam dunia aplikasi akan sangat terbantu jika diketahui dengan

Untuk mengetahui gambaran umum perilaku degradasi kekuatan beton di bawah kondisi intrusif mikroorganisme, parameter penting yang ditetapkan dalam penelitian adalah