• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENILAIAN DIAGNOSTIK TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI MENSINTESISKAN KEWENANGAN LEMBAGA LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 | Wirasini | 11086 23282 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENILAIAN DIAGNOSTIK TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI MENSINTESISKAN KEWENANGAN LEMBAGA LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 | Wirasini | 11086 23282 1 SM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENILAIAN DIAGNOSTIK TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI MENSINTESISKAN KEWENANGAN LEMBAGA LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 19451

Oleh:

Arni Wirasini DKD, MachmudAlRasyid & Winarno2

Alamat Email :arniwirasinidkd@gmail.com

ABSTRACT

The aim of the study is to test the effect of the Diagnostic Assessment For Basic Competencies Mastery synthesizing the State Institution Authority according to the Constitution of Indonesia Year 1945. The population of this study were students from X class of SMA Batik 1 Surakarta. The sample were X MIPA 4 class as the experiment class which use the Diagnostic Assessmentand X MIPA 3 class which use the conventional assessment through cluster random sampling technique. This research used experimental method with true-experimental design. The data collection was conducted by using test techniques to measure the basic competencies mastery, observations in the Diagnostic Assessment and document analysis techniques to gather the data on the PPKn RPP to complete the data. The data analysis using two differentation in T-test sample, while requirement test analysis using normality test and homogeneity test. The results of this research is there are differences in basic competencies mastery of students in the experimental class in the X MIPA 4 class with a basic competencies mastery of students in the control class in the X MIPA 3 class. The score of basic competencies mastery obtained from the average grade of 84.15 in experimental class and 72.35 in control class. It can be shown in the calculation of t_hitung amounted to 5,558. T_tabel then compared with the significance level of 5% amounting to 1,992 and obtained t_hitung > t_tabel, namely 5.558 > 1.992. in conclusion t_hitung > t_tabel, so H_0 rejected and H_a accepted. Therefore, it can be concluded that there are significant differences in the influence of the Diagnostic Assessment to the basic competencies mastery on synthesizing the State Institution Authority according to the Constitution of Indonesia Year 1945.

Keywords: Diagnostic Assessment, Mastery of basic competencies

1Artikel Penelitian

(2)

PENDAHULUAN

Menurut UU Sikdiknas Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Melalui pendidikan diharapkan siswa menjadi pribadi yang mampu menembus batas mimpi, menjadi pioner kebaikan dan menjadi rujukan ilmu pengetahuan. Pendidikan diawali dengan keadilan dan dengan nilai nilai asasi, yang didalamnya ada proses pemberdayaan siswa menjadi lebih baik. Pendidikan mampu membudayakan kebiasaan baik dan pendidikan tercermin keteladanan dan pengembangan inovasi dan daya kreatifitas.

Pendidikan kewarganegaraan bisa dikategorikan sebagai pelajaran yang menjunjung moral yang baik serta perkembangannya yang dinamis. Selain itu pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang wajib dimuat dalam kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Sekolah Indonesia di luar negeri pun harus mengajarkan pendidikan kewarganegaraan karena didalamnya mengandung pendidikan

moral serta pengenalan secara khusus tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pada Bab X tentang Kurikulum, khususnya Pasal 37 (2) yang menegaskan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat: 1) Pendidikan Agama, 2) Pendidikan Kewarganegaraan dan 3) Bahasa Indonesia. Pada penjelasan Pasal 37 (2) dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta

tanah air. Pendidikan

kewarganegaraan merupakan pendidikan yang sangat penting bagi siswa serta masyarakat pada

umumnya. Pendidikan

kewarganegaraan menjadi sarana pembelajaran wajib yang harus diajarkan kepada siswa disetiap jenjang pendidikan baik SD, SMP,

SMA serta perguruan

tinggi.Pendidikan kewarganegaraan memiliki komponen utama yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic

knowledge), ketrampilan

kewarganegaraan (civic skill) dan sikap kewarganegaraan (civic

disposition). Ketiga komponen

kewarganegaraan menurut Winarno (2013:26) berkaitan erat dengan sasaran pembentukan pribadi warga negara. Warga negara yang memiliki

pengetahuan dan sikap

(3)

warga negara yang percaya diri (civic

confidence), warga negara yang

memiliki pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi yang mampu (civic

competence), warga negara yang

memiliki sikap dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang komitmen (civic

commitment) dan pada akhirnya

warga negara yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizenship). Melalui

pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan sesungguhnya siswa telah dididik menjadi pribadi yang cerdas baik pengetahuannya,

karakternya maupun

keterampilannya. Tumbuh menjadi masyarakat yang bertanggung jawab, berkomitmen dan aktif dalam setiap jalan kebaikan untuk membangun bangsa dan negara. Ketiga komponen utama tersebut terangkum dalam materi pembelajaran atau bahan ajar

(instructional materials) untuk

mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

Hasil pengamatan

pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan siswa SMA Batik 1 Surakarta menunjukkan bahwa kemampuan penguasaan materi siswa masih rendah. Terutama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih banyak bersifat teoritis. Guru di SMA Batik 1

mengambil nilai siswa ketika ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang notabene penilaian tersebut lebih mengarah ke hasil daripada proses. Penilaian guru yang hanya tertuju pada hasil saja dan tidak melihat proses siswa saat mengikuti pelajaran,jika seperti itu akan semakin kesulitan siswa yang belum paham dalam pelajaran karena tidak ada penilaian proses. Keterbatasan waktu pula yang menyebabkan tidak adanya indentifikasi kesulitan penguasaan siswa. Hal itu menyebabkan siswa kurang menguasai terhadap materi yang disampaikan.

Selanjutnya pada panduan penilaian untuk Sekolah Menengah Atas kurikulum 2013 (2015:1) bahwa penilaian dengan adanya feedback

dan sebagai fungsi diagnostik untuk mengetahui pemahaman siswa serta meningkatkan pengetahuan terhadap kompetensi dan materi pelajaran bisa melalui assesment for learning.

Penilaian pengetahuan mengetahui pencapaian ketuntasan belajar

(mastery learning) juga

mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan penguasan materi pada siswa dalam proses pembelajaran

(diagnostic). Untuk itu dengan

adanya umpan balik (feedback)

(4)

Penilaian Diagnostik merupakan mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan penguasan materi pada siswa dalam proses pembelajaran kompetensi dan materi pelajaran bisa yang telah diuji cobakan ke beberapa penelitian akhir pada bidang pelajaran tertentu yaitu pelajaran Kimia yang berjudul Instrumen Alternatif untuk Penilaian Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Berfungsi Diagnostik pada Aspek Pengetahuan (Sulistyo Saputro : 2015). Kemudian pada pelajaran Matematika yang berjudul Implementasi Asesmen Diagnostik dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di SD Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan (Darmiyati : 2007) dan Penelitian pada pelajaran Sains yaitu berjudul Penerapan Jurnal Kegiatan Siswa untuk Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menguasai Keterampilan Proses pada Praktikum Pencemaran Air (Velly Yulian H : 2013). Kemudian peneliti menguji cobakan pada bidang pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada siswa kelas X SMA Batik 1.

Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti memfokuskan pada penelitian yang berjudul, Pengaruh Penilaian Diagnostik terhadap Penguasaan Kompetensi Dasar MensintesiskanKewenanganLembaga -Lembaga Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 . Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif eksperimen pada kelas X SMA Batk 1 Surakarta dengan materi pokok Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUDNegara Republik Indonesia Tahun 1945 . Penelitian ini mempunyai tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Penilaian Diagnostik terhadap Penguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD 1945 Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah dapat menambah wawasan keilmuan bagi penulis secara langsung maupun tidak langsung dan memberikan sumbangan pemikiran tentang penilaian pada saat proses pembelajaran yaitu implementasi dari Penilaian Diagnostik. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis adalah

menambah wawasan dan

kemampuan penguasaan materi.

METODE PENELITIAN

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian

true-experimental design yang merupakan

eksperimen yang sebenarnya, karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang

mempengaruhi jalannya

(5)

Sampel yang diambil secara acak dalam penelitian ini adalah kelas X MIPA 3 dan X MIPA 4 SMABatik 1 Surakarta. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yakni kelas X MIPA 4 yang berjumlah 40 siswa, sedangkan satu kelas sebagai kelas kontrol yakni kelas X MIPA 3 dengan jumlah 40 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster sampling (Area

Sampling). Teknik cluster sampling

dipilih, karena populasi penelitian yang akan digunakan terdiri atas kelompok-kelompok yang berupa kelas-kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes dan analisis dokumentasi. Uji validitas butir soal tes dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson. Dalam penelitian ini, untuk mengukur reliabilitas instrumen angket dengan rumus Alpha

Cronbach. Pengujian hipotesis dalam

penelitian ini dilakukan bertujuan

untuk mengetahui perbedaan Penguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada kelas eksperimen dengan Penguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945pada kelas kontrol. Pengujian ini menggunakan uji perbedaan dua sampel dengan uji T-Test. Uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

a. Hasil Observasi Penilaian Diagnostik

Teknik pengumpulan data yang pertama adalah menggunakan teknik observasi menggunakan lembar observasi. Berdasar observasi yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1 Hasil Observasi Penilaian Diagnostik

Sumber: Data Primer Peneliti, 2016

Berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian diagnostik yang dilakukan oleh peneliti di kelas eksperimen sudah terlaksana dengan baik sesuai

dengan langkah-langkah penilaian diagnostik.

b. Hasil Analisis Dokumentasi Teknik pengumpulan data yang kedua adalah menggunakan

Skor

Observer I 80,76

Observer II 82,69

Observer III 82,69

Total 246,14

(6)

teknik analisis dokumen menggunakan lembar analisis dokumen. Berdasar analisis yang

telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis Dokumen RPP

Sumber: Data Primer Peneliti, 2016

Berdasarkan hasil analisis

dokumen tersebut, dapat

disimpulkan bahwa RPP yang peneliti buat sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam penilaian diagnostik.

Data tentang Tes Uraian Siswa Kelas X pada Penguasaan Kompetensi Dasar

Data Penguasaan Kompetensi Dasardalam kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing didapat rata-rata sebesar 84,15 dan 72,35.

Skor Penguasaan Kompetensi Dasar terendah yang diperoleh siswa adalah 74, sedangkan skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100. Standar deviasi secara keseluruhan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar 4,76 sedangkan variannya sebesar 22,6709. Data motivasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terangkum dalam tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Rangkuman Data tentang Tes Uraian Siswa Kelas X pada Penguasaan Kompetensi Dasar

Kelompok Jumlah Skor

Tertinggi

Skor Terendah

Rata-rata Standar Deviasi

Eksperimen 40 100 65 84,15 9,84

Kontrol 40 90 55 72,35 9,60

(Sumber: Data Primer,2016)

Penguasaan Kompetensi Dasarsiswa pada kelas eksperimen dengan jumlah responden sebanyak 40 siswa. Hasil perhitungan data dari Penguasaan Kompetensi Dasarsiswa pada kelas eksperimen diperoleh

skor tertinggi adalah 100 dan skor terendah adalah 65. Rata-rata perolehan skor pada kelas eksperimen adalah 84,15. Penguasaan Kompetensi Dasar siswa pada kelas eksperimen secara lebih

Skor

Observer I 78,94

Observer II 789,4

Observer III 81,5

Total 949,84

(7)

rinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Penguasaan Kompetensi Dasar Siswa pada Kelas Eksperimen

(Sumber: Data Primer, 2016)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi variabel (Y) Penguasaan Kompetensi Dasar Siswa pada mata Pelajaran PPKn di kelas eksperimen yaitu dikelas X MIPA 4SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017 dapat diketahui bahwa jumlah nilai terbanyak berada pada rentangan

89-94 dengan frekuensi 11 responden, sedangkan yang paling sedikit terdapat pada rentangan 71-76 dengan frekuensi 5 responden.

Dengan instrumen tes seperti pada kelas eksperimen. Data mengenai Penguasaan Kompetensi Dasar siswa dari kelas kontrol dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penguasaan Kompetensi Dasar Siswa

pada Kelas Kontrol

Kelas interval Xi F xi2 Fxi fxi2

1 55-60 57,5 6 3306,25 345 19837,5

2 61-66 63,5 6 4032,25 381 24193,5

3 67-72 69,5 7 4830,25 486,5 33811,75

4 73-78 75,5 10 5700,25 755 57002,5

5 79-84 81,5 6 6642,25 489 39853,5

6 85-90 87,5 5 7656,25 437,5 38281,25

40 2894 212980

(Sumber: Data Primer, 2016)

Data Penguasaan Kompetensi Dasar siswa yang dipaparkan dalam Tabel 5 menggambarkan Penguasaan Kompetensi Dasar siswa pada kelas kontrol dengan jumlah responden sebanyak 40siswa. Data di atas menunjukkan bahwa pada kelas

kontrol perolehan skor Penguasaan Kompetensi Dasar tertinggi adalah 90.

Variabel Penguasaan

Kompetensi Dasar pada kelas kontrol telah dijelaskan dalam tabel distribusi frekuensi di atas. Penguasaan

No Kelas Interval Xi F xi2 fxi fxi2

1 65-70 67,5 5 4556,25 337,5 22781,25

2 71-76 73,5 5 5402,25 367,5 27011,25

3 77-82 79,5 7 6320,25 556,5 44241,75

4 83-88 85,5 6 7310,25 513 43861,5

5 89-94 91,5 11 8372,25 1006,5 92094,75

6 95-100 97,5 6 9506,25 585 57037,5

(8)

Kompetensi Dasar Siswa pada mata Pelajaran PPKn di kelas kontrol yaitu kelas X MIPA 3 di SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017 dapat diketahui bahwa jumlah nilai terbanyak berada pada rentangan 73-78 dengan frekuensi 10 responden, sedangkan yang paling sedikit terdapat pada rentangan 85-90 dengan frekuensi 5 responden.

Hasil Uji Persyaratan Analisis a. Hasil Uji Normalitas

1) Kelas Eksperimen

Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, hasil yang didapat yaitu adalah 6,63.

Kemudian, apabila dikonsultasikan dengan tabel uji statistik Normalitas dengan N=40 dan taraf nyata 5% didapat X2tabel adalah 11,7. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa X2 hitung X2 tabelyaitu 6,63 <11,7,

maka sampelnya berasal dari Distribusi Normal.

2) Kelas Kontrol

Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, hasil yang didapat yaitu adalah 8,09.

Kemudian, apabila dikonsultasikan dengan tabel uji statistik Normalitas dengan N=40 dan taraf nyata 5% adalah 11,7. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa yaitu 8,09<11,7,

maka sampelnya berasal dari Distribusi Normal.

b. Hasil Uji Homogenitas

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas yang telah dilakukan, diperoleh data Penguasaan Kompetensi Dasar siswa pada kelas eksperimen dan data Penguasaan Kompetensi Dasar siswa pada kelas kontrol adalah hitung sebesar

0,0897. Apabila dikonsultasikan dengan pada taraf signifikansi

5% dan df = (k-1) = 2-1 =1, diperoleh = 3,84. Berdasarkan hal

tersebut, maka dapat disimpulkan < , yaitu 0,0897< 3,841

berarti data kedua kelas memiliki varians yang sama atau kedua kelas homogen.

c. Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan perhitungan uji hipotesis yang telah dilakukan, didapatkan hasil perhitungan

sebesar = 5,558. Kemudian mencari t tabel dengan ketentuan taraf signifikansi = 0,05, db = 2

= 40+40-2 = 78, maka akan diperoleh nilai = 1,992. Hasil perhitungan

selanjutnya dibandingkan

dengan dan didapatkan

> , yaitu 5,558>1,992.

Ternyata > , maka

ditolak dan diterima. Oleh karena

(9)

belajar siswa kelas eksperimen dengan Penguasaan Kompetensi Dasarsiswa kelas kontrol.

PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh implementasi Penilaian Diagnostikterhadap Penguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD 1945 Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada kelas X SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini menggunakan sampel yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas X MIPA 4 dan X MIPA 3. Kedua kelas tersebut mendapat perlakuan atau tindakan yang berbeda, kelas X MIPA 4 sebagai kelas eksperimen menggunakan Penilaian Diagnostiksedangkan kelas X MIPA 3 sebagai kelas kontrol menggunakan penilaian secara konvensional.

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Penilaian Diagnostiksedangkan variabel terikatnya (Y) adalah Penguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan uji coba tes berupa tes subyektif atau tes uraian yang akan digunakan. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas tes yang akan digunakan dalam penelitian. Uji coba dilakukan terhadap 39 siswa diluar sampel. Uji coba menggunakan soal tes uraian yang berjumlah 10 butir dan hasilnya terdapat 9 butir soal yang valid sedangkan 1 butir soal lainnya invalid namun yang digunakan dalam penelitian adalah 5 item yang mewakili indikator pada tes penguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara. Kemudian langkah berikutnya untuk menyempurnakan uji validitas yaitu dilakukan uji reliabilitas dengan hasil koefisien alpha 0.911 untuk soal uraian (subyektif), reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori tinggi karena berada pada interpretasi antara 0,800 sampai dengan 1,000.

Berdasarkan perhitungan keputusan uji hasil analisis data dengan menggunakan uji T-Test dengan taraf signifikasi 5% diperoleh thitung sebesar 5,558 sedangkan ttabel

sebesar 1,992 sehingga H0 ditolak

karena thitung >ttabel. Maka dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara kelas eksperimen yang menggunakan penilaian dengan Penilaian Diagnostikdengan kelas kontrol yang tidak menerapkan Penilaian Diagnostik.

(10)

Diagnostik. Penilaian Diagnostik memiliki empat langkah penilaian yaitu meliputi :

1. Dirancang untuk mendeteksi kelemahan belajar siswa

2. Dikembangkan berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber kesalahan

3. Menggunakan soal bentuk uraian atau jawaban

4. Tindak lanjut yang sesuai dengan kesulitan yang teridentifikasi

Penilaian Diagnostikdapat

menjadikan siswa mampu

mengetahui kekurangan dalam menguasai kompetensi dalam materi yang diajarkan. Hal ini bisa dilihat ada analisis kesalahan terhadap penilaian yang dilakukan berbeda dengan penilaian sumatif yang tidak ada umpan balik setelahnya.

Penilaian diagnostik bertujuan untuk mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan penguasaan materi pada siswa dalam proses pembelajaran.

Keterbatasan waktu dalam penelitian ini menjadikan tujuan penilaian yang disampaikan oleh Kusaeri dan Suprananto (2012:9) hanya mengarah pada poin b yaitu pengecekkan (checking - up), untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami oleh siswa selama menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Penilaian ini masih tahap awal yaitu pengecekan belum

sampai tahap penyimpulan penguasaan siswa karena belum ada tindak lanjut secara mendalam dalam penelitian ini.

Penilaian Diagnostik di kelas X MIPA SMA Batik 1 Surakarta sebagai kelas eksperimen dalam penelitian ini, lebih mampu mengetahui kesulitan pada Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada pelaksanaannya siswa mencari dan menafsirkan bukti-bukti untuk digunakan untuk mencapai kinerja dalam meraih prestasinya. Penyajian materi dalam penelitian ini pada KD 3.3 yaitu Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD NRI Tahun 1945. Materi dan soal yang disampaikan kepada siswa terdiri dari tingkatan kognitif C2 sampai yang paling tinggi yaitu C6 yang terdiri dari menciptakan. Total soal yang diberikan berjumlah 5 soal.

(11)

ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:

1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru.

2. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain.

3. Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.

Teori kognitif yang dikemukakan oleh Jerome Bruner menekankan tentang menemukan sendiri (discovery learning)suatu

kesimpulan dan pentingnya ada

evaluasi dalam

pembelajaran.Selanjutnya menurut Asri Budiningsih (2008:34) bahwa teori belajar kognitif lebih mementingkan proses dari pada hasil belajarnya. Di dalam penelitian yang dilakukan ini menggunakan Penilaian Diagnostik, untuk mendapatkan hasil tes penguasaan materi yang lebih baik dari penilaian lain karena ada partisipasi aktif dari siswa dan dilakukan secara berulang-ulang dalam penilaiannya. Untuk

mendapatkan hasil

identifikasipenguasaan materi di dalam penelitian memerlukan Penilaian Diagnostikyang lebih mementingkan prosesnya dari pada hasilnya.

Kemudian menurut penjelasan dari Suyono dan Hariyanto (2014:75) bahwa pendidikan menurut teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Asri Budiningsih (2008:40-41) menambahkan bahwa Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh

yang ia jumpai dalam

kehidupannya .Pada penelitian ini, guru memberikan materi disertai contoh contoh kewenangan dan penyalahgunaan dari lembaga-lembaga negara kemudian memberikan pertanyaan untuk

memacu siswa menemukan

jawabannya.

Jerome Bruner mengatakan bahwa dalambelajar guru perlu memperhatikan empat hal sebagai berikut:

1. Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan dan perlu juga disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.

(12)

masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat

men-transferapa yang sedang

dipelajari.

4. Memberireinforcementdan umpan balik (feed-back), penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ia menemukan jawabannya. (Slameto, 2010:12)

Teori belajar kognitif ini menekankan terhadap upaya partisipasi aktif dari siswa dan terjadinya umpan balik yang dilakukan guru terhadap siswanya.

Pada penelitian yang sudah dilakukan, bahwa implementasi Penilaian Diagnostikdapat berpengaruh terhadap kepahaman penguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diukur menggunakan tes uraian. Nilai rata-rata hasil tesPenguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu ( . Hasil

dari kelas eksperimen lebih luas, penguasaan terhadap materinya bagus dan lebih variasi sedangkan hasil dari kelas kontrol sangat singkat namun tidak padat dan kurang menguasai materi.

Berdasarkan pada

pembahasan bahwa kesimpulan dari

penelitian ini adalah Penilaian Diagnostik. Penilaian diagnostik yang bertujuan untuk mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan penguasaan materi pada siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian ini membuktikan bahwa Penilaian Diagnostikmerupakan salah satu penilaian yang dapat mengetahui posisi siswa ketika belajar dan

mempengaruhi penguasaan

kompetensi dasar pada siswa kelas X.

Implementasi Penilaian

Diagnostikmemiliki pengaruh terhadap Penguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD 1945 Negara Republik Indonesia tahun 1945.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan pada data lapangan dari penelitian dan hasil analisis yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara Penilaian Diagnostikterhadap Penguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga Lembaga Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Pengaruh ini terjadi karena adanya perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen

yang menggunakan model

pembelajaran penilaian diagnostik

(13)

dibandingkan skor rata-rata kelas kontrol yang tidak menggunakan penilaian diagnostikyaitu sebesar 72,35. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji T-Test dengan taraf signifikasi 5% diperoleh thitungsebesar

5,558 sedangkan ttabelsebesar1,992

atau thitung >ttabelsehingga H0 ditolak

dan Ha diterima. Maka dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas yang menggunakan penilaian diagnostik penguasan kompetensi dasarnya lebih bagus daripada kelas yang tidak menggunakan penilaian diagnostik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dipaparkan sebelumnya, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1) Bagi Siswa diharapkan selalu aktif dan jujur dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung serta memahami instruksi yang disampaikan oleh guru dengan baik, 2) Bagi Guru, agar siswa menguasai materi dan lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya dan menjadi salah satu alternatif penilaian yang diimplementasikan oleh guru dalam proses pembelajaran, 3) Bagi peneliti

lain hendaknya dapat

menindaklanjuti dengan melakukan penilaian diagnostik terhadap kompetensi dasar yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Budingsih, Asri. (2008).Belajar dan Pembelajaran.PT Rineka Cipta : Jakarta Depdiknas (2007). Tes Diagnostik. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP pada

Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran. Jakarta: AV Publisher

Gunawan, Rudy. (2014).Pengembangan Kompetensi Guru IPS. Bandung: Alfabeta Hamdani. 2011.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Atas (2015). Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Slameto. (2010) Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. PT Rineka Cipta : Jakarta

Suyono dan Hariyanto. (2014).Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Winarno. (2013). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Isi, Strategi, dan

Penilaian. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penguasaan Kompetensi Dasar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasi penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hubungan motivasi terhadap penggunaan situs Islami di SMA Al Muayyad tahun ajaran 2011-2013

Berangkat dari latar belakang yang telah peneliti tuliskan, peneliti ingin membuat sebuah rancangan produksi film dokumenter mengenai seluk beluk kegiatan sabung

boulardii, menghasilkan tempe dengan aroma harum-manis yang menutupi aroma kedelai pada umumnya karena yeast mempunyai aktivitas proteolitik dan lipolitik yang sangat

Beberapa literatur menyebutkan ciri-ciri penelitian kualitatif/naturalistik, antara lain, sumber data adalah situasi wajar (natural setting), peneliti sebagai

Tingkat Pendidikan dan pengetahuan merupakan faktor internal yang berhubungan dengan gejala akut keracunan pestisida golongan organofosfat pada responden,

kamar mandi” karya Gusmel Riyald, ald, dapat diketahui bahwa d dapat diketahui bahwa drama ini menggunakan rama ini menggunakan alur maju yaitu dari pertama terjadi suatu

Kualitas atau mutu air yang mengalir dalam suatu jaringan pipa distribusi air sangatlah penting. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi air bersih

Dengan demikian, apa yang dimaksud dengan imaji tentang “Indonesia” sebagai sebuah makna dalam kedua teks edisi khusus kebangkitan nasional majalah TEMPO dan