• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 439 K Pid 2010 Atas Tuduhan Penipuan Yang Dilakukan Oleh Oknum Notaris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 439 K Pid 2010 Atas Tuduhan Penipuan Yang Dilakukan Oleh Oknum Notaris"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

Seharusnya seorang Notaris yang menjalankan jabatan Notaris tidak dapat dihukum oleh karena atau berdasarkan perbuatan yang dilakukannya menurut undang-undang yaitu melakukan perbuatan mengkonstatir maksud/kehendak dari pihak-pihak yang menghendaki perbuatan hukum yang mereka lakukan dapat dibuktikan dengan akta otentik, sepanjang dalam melaksanakan jabatannya telah mengikuti prosedur yang ditentukan oleh Undang-undang (lihat khususnya Pasal 16 dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 yang berkaitan dengan kewajiban dan larangan. Sehingga perlu dikaji mengenai bentuk-bentuk perbuatan Notaris yang dapat dikelompokkan sebagai tindak pidana penipuan, mengenai pertimbangan Mahkamah Agung dalam putusan No. 439 K/Pid/2010 atas tuduhan penipuan yang dilakukan oleh Notaris, serta perlindungan hukum bagi Notaris atas tuduhan penipuan yang dilakukan Notaris dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier sebagai data utama. Data-data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan ditafsirkan secara logis, sistematis dengan menggunakan metode berpikir deduktif.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa perbuatan Notaris yang dapat dikelompokkan sebagai perbuatan pidana penipuan yaitu tindakan menggunakan nama palsu (valsche naam), menggunakan martabat/kedudukan palsu (valsche hoedanigheid), menggunakan tipu muslihat (listige kunstgreoen) dan rangkaian kebohongan (zamenweefsel van verdichtsels). Pertimbangan Mahkamah Agung dalam putusan Nomor 439 K/Pid/2010 atas tuduhan penipuan yang dilakukan oleh Notaris adalah terdakwa BN telah melanggar ketentuan Pasal 378 KUHPidana jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana. Perlindungan bagi Notaris atas tuduhan tindak pidana penipuan dalam menjalankan tugas dan kewenangannya adalah Seorang Notaris tidak bisa diminta pertanggung jawaban pidana atas akta yang dibuatnya bila ia telah melakukan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan tugasnya selaku notaris, hal ini dilegitimasi dalam Pasal 266 KUHP. Seorang Notaris tidak bisa dihukum pidana atas Pasal 266 KUHP ini karena ia telah menjalankan tugasnya dengan benar. Posisi seorang Notaris pada Pasal 266 KUHP adalah orang yang disuruh (manus ministra), dan dalam hukum pidana orang yang disuruh tidak bisa diminta pertanggungjawaban pidana atas perbuatannya.

Kata Kunci : Notaris, Pertanggungjawaban Jabatan, Tindak Pidana Penipuan.

(2)

ii ABSTRACT

A Notary, In doing his job as a Notary, cannot be punished because he does his job according to law. He only bridges the wish of the parties that their legal act can be proved by authentic certificates, and only does his job according to the procedures stipulated in law (see Article 16 and Article 17 of Law No. 30/2004, concerning obligation and prohibition). Therefore, it is necessary to analyze a Notary’s actions which can be categorized as fraud, consideration of the Supreme Notary, and legal protection for a Notary who is accused of conducting fraud in doing his job and authority.

The research used judicial normative with descriptive analytic approach. The data were gathered by using secondary data which consisted of primary, secondary, and tertiary legal materials as the main data. The gathered data were then processed, analyzed, and interpreted systematically by using deductive thinking method.

The result of the research showed that a Notary’s action which could be categorized as fraud were using false name (valsche naam), using false status/position (valsche hoedanigheid), using cunning tricks (listige kunstgreoen), and conducting a series of falsehood (zamenweefsel vanvedichtsels). The consideration of the Supreme Court in the Ruling No. 439 K/Pid/2010 on the charge of fraud by a Notary was the accused BN who had violated the law in Article 378 of the Penal Code, in conjunction with Article 55, paragraph 1 of the Penal Code. The legal protection for a Notary on conducting fraud in his job and authority is that a Notary cannot be asked for his responsibility for the deeds he has written when he does his job as a Notary according to the prevailing legal provisions, rules and regulations. This case has been legitimated in Article 266 of the Penal Code. A Notary cannot be punished for violating Article 266 of the Penal Code because he has done his job properly. The position of a Notary in Article 266 of the Penal Code is as a person who is asked for (manus ministra), and in the criminal law, a person who is asked for doing something cannot be asked for his responsibility for what he has done.

Keywords: Notary, Responsibility for Position, Fraud

Referensi

Dokumen terkait

Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota yang tidak menindaklanjuti temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu Kabupaten/ Kota dalam

pasien kanker paru bukan sel kecil dengan kemoterapi. Untuk mengetahui perbedaan nilai faal Hemostasis darah pada pasien kanker. paru bukan sel kecil sebelum dan

Gunakan menu File -> Save for Web untuk menghasilkan gambar dengan ukuran kecil yang biasa digunakan pada web site.. SELECTION

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran koomite audit, likuiditas, ukuran dewan komisaris, dan degree of operation leverage terhadap pengungkapan risiko

Rasio profitabilitas (Sudana,2011) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki perusahaan,

Dengan memahami petunjuk, siswa dapat menjelaskan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah tentang menjaga kebersihan di lingkungan rumah dengan tepat.

Dalam hal terjadi pelanggaran oleh anggota Komite terhadap Pedoman dan Tata Tertib Kerja akan dilakukan teguran oleh Ketua Komite, serta menyampaikan teguran tertulis

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang tingkat kondisi vacuum di scruber dan suhu RBDPO di pre stripper terhadap PFAD yang dihasilkan..