BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang menjadi potensi dan
peluang dalam pembangunan pariwisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan
untuk berkunjung. Keunggulan kompetetif kepariwisataan Indonesia terletak pada
kekayaan budaya Indonesia, keindahan alam di posisikan sebagai penguat dalam
kepariwsataan. Kebudayaan Indonesia merupakan hasil karya masyarakat Indonesia,
penghasil dan pemilik budaya Indonesia adalah masyarakat Indonesia, dan bagian
terkecil penghasil budaya Indonesia adalah masyarakat di desa.
Nawa Cita sebagai program prioritas pembangunan Kabinet Kerja 2015-2019.
Sektor Prioritas pembangununan 2017 ada 5 yaitu pangan, energi, maritim, pariwisata,
dan Kawasan Industri dan KEK. Pada kabinet kerja, sektor kepariwisataan tumbuh
menjadi sektor unggulan dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan menjadi lokomotif
untuk penerimaan devisa negara, pengembangan usaha, pembangunan infrastruktur
serta penyerapan tenaga kerja. Sektor ini telah memberi kontribusi sebesar 9,5% pada
PDB global.
Pariwisata menjadi salah satu sektor pembangunan dan pariwisata menjadi
penggerak ekonomi nasional. Pariwisata menjadi salah satu sektor yang berperan dalam
penyumbang devisa terbesar keempat setelah minyak dan gas, batubara serta kelapa
sawit. Dengan demikian kepariwisataan mempunyai peranan dalam meningkatkan
akhir Pembangunan Kepariwisataan Indonesia adalah Meningkatnya Kesejahteraan
Rakyat.
Undang-Undang No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan
bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusasha, Pemerintah dan
pemerintah Pusat. Pariwisata menjadi bisnis, dan bisnis yang murah dan dapat dimulai
dari skala kecil dari diri sendiri sehingga kita bisa menciptakan bisnis dari diri sendiri.
Masyarakat dari segala lapisan menjadi subjek dalam pembangunan pariwisata,
masyarakat menjadi pelaku ataupun penggerak yang akan menciptakan pengalaman
terbaik bagi wisatawan sehingga akan tercipta kenangan terhadap objek pariwisata
tersebut. Dengan begitu wisatawan akan kembali lagi bahkan akan bercerita kepada
yang lain sehingga akan mendatangkan wisatawan lain untuk berkunjung kembali.
Otonomi daerah memberikan kewenangan bagi daerah untuk melakukan
perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan pariwisata di daerah. Proses dan
mekanisme pengambilan keputusan menjadi lebih sederhana dan cepat. Maka dalam
rangka percepatan proses pembangunan daerah Kabupaten Samosir, Dinas Pariwisata,
Seni dan Budaya harus benar-benar menangkap pelimpahan tugas dan wewenang itu
sebagai salah satu peluang yang menjadi andalan dalam memajukan masyarakat di
daerah.
Pembangunan sering tak memperhatikan masyarakat dan lingkungan sehingga
mengabaikan moral dan etika. Sehingga akan terjadi kerusakan alam ini dikarenakan
masyarakat dijadikan objek.
Pembangunan pariwisata hendaknya mengetengahkan soft tourism, bukan hard
tourism, dalam kerangka pariwisata yang berkelanjutan, berkeadilan dan menjunjung
tinggi martabat manusia. Soft tourism merupakan pariwisata yang bertanggung jawab
terhadap kelestarian alam semesta dan juga mementingkan kebutuhan lokal masyarakat
setempat. Sedangkan hard toursim adalah aktivitas pariwisata yang tidak sensitif
terhadap alam, berorientasi jangka pendek dan tidak memberdayakan masyarakat
setempat. Sehingga pengembangan pariwsata melalui model soft tourism dapat
dibangun dan ditumbuhkembangkan di lingkungan masyarakat dengan tidak merusak
lingkungan hidupserta memastikan kehidupan sosial yang mengintegrasikan keadilan
sosial, pengembangan ekonomi dna integritas lingkungan. Dalam pengembangan soft
tourism dapat dilakukan melalui pembangunan pariwisata berbasis masyarakat
(Community Based Tourism)
Destinasi Unggulan Sumatera Utara adalah Danau Toba dengan resources yang
luar biasa dengan keindahan alamnya, kekayaan sosial budaya yang tinggal di
sekitarnya, sejarah geologi, peninggalan sejarah. Danau Toba adalah danau Kaldera
terbesar di dunia, merupakan danau terluas di Indonesia. Dengan potensi itu menjadikan
Danau Toba menjadi salah satu dari 10 daerah tujuan wisata yang dikembangkan
pemerintah. Untuk menenmpuh Danau Toba maka ada dua akses yaitu akses Lintas
Penyebrangan menuju Kab. Samosir: Ajibata-Tomok, Tigaras-Simanindo,
Balige-Onanrunggu, Muara-Nainggolan, Bakkara-Naiggolan dan yang ke dua yaitu akses pintu
Tabel 1.1
Objek Wisata di Kabupaten Samosir No Lokasi Obyek
1 Pangururan Terusan Tano
Ponggol
Museum Tomok Wisata Sejarah
Tuk-Tuk Siasu Wisata Sejarah/Budaya
Museum Huta Bolon
Wisata Budaya
Kawasan
Arboretum Aek Natonang
Wisata Alam
Gua Lontung Wisata Gua
Sipokki Wisata Alam
Tanjungan Wisata Alam Raut Bosi Wisata Alam Simanindo Parbaba Wisata Sejarah
Gua Alam Sangkal Wisata Gua
Pertunjukan Sigale-Gale
Wisata Sejarah
Perumahan Batak Wisata Budaya
Batu Kursi
Batu Marhosa Wisata Alam
Gedung Kesenian
3. Sianjur Mula-Mula Gunung Pusuk Buhit Wisata Sejarah/Budaya
Pemandian Aek
Siraja Batak Wisata Budaya
Perkampungan Sigulatti
Wisata Air/Budaya
Aek Si Boru Pareme Wisata Alam/Budaya
Air Terjun Hadabuan Nasogo
Wisata Air
Aek Boras Wisata Budaya Batu Pargasipan Wisata Budaya Batu Parhusipan Wisata Budaya
Batu Nanggar Wisata Alam/Budaya Batu Sawan Wisata Budaya
Rumah Parsaktian Guru Tatea Bulan
Wisata Budaya
4 Ronggur Nihuta Aek Liang Wisata Air Gua Sidam-Dam Wisata Gua Batu Simalliting Wisata Alam Danau Sidihoni Wisata Rekreasi Batu Hitam Wisata Alam Jea Ni Tano Wisata Air/Alam Aek Sipale Onggang Wisata Air
Kawasan Wisata Tirta Pea Porogan
Wisata Air
5. Harian Boho Menara Pandang
Tele
Wisata Panorama
Partuko Naginjang Wisata Alam Janji Martahan Wisata Alam
Air Terjun Sampuran Efrata
Wisata Alam
Mata Air Dan Pohon Pokki
Wisata Alam
Gua Parmonangan Wisata Gua
Kampung Harimau Situmeang
Wisata Sejarah
Ulu Darat Wisata Alam Janji Matogu Wisata Alam Hutan Flora Anggrek
Wisata Alam
Rumah Adat Wisata Budaya Hutan Limbong Wisata Alam Rumah Adat Sagala Wisata Budaya
6. Sitio-Tio Mata Air/Mual
Datu
Parngongo
Wisata Air/Budaya
Parngongo Piso Somalim Wisata Sejarah Batu Rantai Wisata Alam Pemandian Air
Panas Simbolon
Wisata Air
Martua Limang Wisata Sejarah
8. Nainggolan Pantai Pasir Putih Wisata Air,Rekreasi Batu Guru Air,Rekreasi
Rumah Parsaktian Wisata Alam Hotel Golat Wisata Sejarah Atraksi Budaya Dan
Agama
Wisata Budaya
Pananggangan Wisata Sejarah
Polhang Wisata Alam
Boru Simenak-Menak
Wisata Alam
Sidabasa Wisata Sejarah
9. Onan Runggu Kawasan Wisata
Remaja Lagundi
Tambun Surlau Wisata Sejarah
Mual Siraja Sonang Di Pakpahan
Wisata Budaya
Catatan : Objek Wisata Yang Huruf Tebal Adalah Objek Wisata Unggulan
Banyak objek wisata di Kabupaten Samosir salah satunya Pantai Pasir Putih
Parbaba yang memiliki kekayaan alam dan memiliki adat dan budaya batak toba yang
unik sehingga menjadi potensi wisata yang luar biasa untuk di kembangkan. Pantai ini
juga memiliki pemandangan yang indah dengan latar belakang pegunungan pusuk buhit
dan bukit –bukit di Pulau Sumatera. Pantai Pasir Putih terletak di Desa Huta Bolon
Parbaba Kecamatan Pangururan dengan jarak tempuh ± 10 Km dari pusat kota
Pangururan. Pantai ini merupakan penghasil Pendapatan Asli Daerah Terbesar Kedua
dibidang Pariwisata. Pantai ini sering dikunjungi baik oleh wisatawan lokal maupun
mancanegara. Pantai ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan
olah raga antara lain : Volly pantai, Foatsal, Cano, Palo air, Jet ski, Water boom.
Pariwisata dapat merusak nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat setempat
dan akan mencipatakan individualis, maka diperlukan penguatan moral dan budaya
yang melindungi nilai dan budaya Batak sebagai kebudayaan masyarakat setempat.
Maka disinilah Community Based Tourism di perkenalkan yakni dengan
memberdayakan masyarakat setempat. Konsep Community Based Tourism merupakan
konsep pariwisata oleh rakyat, dikelola oleh rakyat, untuk kemajuan rakyat dan
dimanfaatkan oleh rakyat
Pengembangan pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba diharapkan masyarakat
lokal dapat diberdayakan dan diikut sertakan dalam aktivitas kegiatan pariwisata itu
sendiri dalam rangka memperoleh kemanfaatan dari kegiatan pariwisata dengan
mementingkan keberlanjutan pariwisata itu. Pengembangan Pariwisita tentunya tidak
dapat hanya masyarakat dijadikan objek yang hanya hanya menerima keputusan dari
begitu masyarakat merasa memiliki dan akan ikut memelihara potensi pariwisata yang
ada didaerah Pantai Pasir Putih Parbaba. Sehingga berbagai permasalahan dalam
pengembangan pariwisata dapat diatasi dan wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba
khususnya Pantai Pasir Putih Parbaba akan meningkat dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk
mengetahui pengembagan melaui konsep Community Based Tourism sebagai upaya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu menjadikan sektor Pariwisata dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba (Studi Pada Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya kabupaen Samosir)”.
1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis
menentukan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Partisipasi Masyarakat
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata
Pantai Pasir Putih Parbaba
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah :
1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan
kemapuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan
kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, khususnya aparatur pemerintah Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Samosir, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
masukan/sumbangan pemikiran dalam mengelola sektor pariwisata berbasis
masyarakat.
3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan jurusan Ilmu
1.5 Kerangka Teori
1.5.1 Pembangunan
1.5.1.1 Indikator Keberhasilan Pembangunan
Pembangunan adalah upaya manusia untuk mengolah dan memanfaatkan
sumber daya bagi pemenuhan dan peningkatan kesejahteraanya. Dalam kaitan ini,
pmbangunan selalu diikuti oleh perubahan, baik ke arah yang diinginkan berupa
tersedianya barang dan jasa maupun ke arah sebaliknya berupa penurunan penyeediaan
sumber daya, terutama sumber daya alam untuk memungkinkan terjadinya
pertumbuhan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang diinginkan akan semakin besar
pula jumlah pasokan sumber daya alam yang dialokasikan di sektor pembangunan.
Dalam pengalokasian sumberdaya inilah terkait maslah perencanaan dilihat dari laju
pemanfaatannya dan pengendalian ketersediaannya, sehingga tidak melemahkan fungsi
lingkungan hidup sebagai penunjang kehidupan. Ini berartoi sumber daya harus dikelola
secara efektif dan efisien. 1
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan ada 5 indikator yang diperlukan
yaitu
2
1. Kekayaan rata-rata
Pembangunan mulanya dipakai dalam arti pertumbuhan ekonomi. Sebuah
masyarakat dinilai berhasil melaksanakn pembangunan, bila pertumbuhan masyarakat
tersebut cukup tinggi. Dengan demikian, yang diukur adalah produktivitas masyarakat
1
Azhari, Samlawi, Etika Lingungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan , Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta 1997,
hlm 21.
atau produktivitas negara tersebut setiap tahunnya. Dalam bahasa teknis ekonominya,
produktivitas ini diukur oleh Produk nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product
(GNP) dan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). PNB
atau PDB merupakan mengukur hasil keselurah dari sleuruh negara, dimana sebuah
negara (jumlah penduduk) yang berlainan, untuk bisa membandingkan dapat diukr
dengan PNB/Kapita atau PDB/Kapita. Dengan begitu dapat dilihat berapa produksi
rata-rata setiap orang dari negara yang bersangkutan. Dengan begitu dapat dibandingkan
negara satu dengan negara lainnya.
2. Pemerataan
Kekayaan keseluruhan yang dimiliki atau yang di produksikan oleh sebuah
bangsa, tidak berarti bahwa kekayaaan itu merata dimiliki oleh semua penduduknya.
Bisa terjadi, sebgaian kecil orang di dalam negara tersebut memiliki kekayaan yang
berlimpah, sedangkan sebagian besar hidup dalam kemiskinan. Oleh karena itu timbuk
keinginan memasukkan aspek pemerataan dalam ukuran pembangunan, bukan lagi
hanya PNB/kapita saja. Pemertaan ini secara sederhana diukur dengan melihat berapa
prosen dari PNB diraih oleh 40% penduduk termiskin, berapa prosen oleh 40%
penduduk golongan menegah dan berapa prosen oleh 20% penduduk terkaya. Dengan
demikian bangsa atau negara yang berhasil melakukan pembangunan adlah mereka
yang disamping tinggi produktivitasnya, penduduknya juga makmur dan sejahtera
3. Kualitas Kehidupan
Salah satu cara lain untuk mengukur kesejahteraan penduduk sebuah negara
adalah dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physuical Quality of Life Indeks). Tolok
ukur PQLI yang diperkenalkan oleh Moris yang mengukur tiga indikator yakni
• Rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun
• Rata-rata jumlah kematian bayi
• Rata-rata prosentasi buta dan melek huruf
4. Kerusakan Lingkungan
Sebuah negara yang tinggi produktivitasnya, dan merata pendapatan
penduduknya, bisa saja berada dalam sebuah proses untuk menjadi semakin miskin. Hal
ini misalnya, karena pembangunan yang menghasilkan produktivitas yng tinggi itu tidak
mempedulikan dampak terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, seringkali terjadi
bahwa pembangunan yang dianggap berhasil ternyata tidak memiliki daya kelestarian
yang memadai. Akibatnya pembangunan ini tidak bisa berkelanjutan atau tidak
sustainable.
5. Keadilan sosial dan Kesinambungan
Faktor keadilan sosial dan faktor lingkungan saling berkaitan erat. Yang
pertama keadilan sosial, bukanlah faktor yang dimasukkan atas dasar pertimbangan
moral yaitu demi keadilan saja. Tetapai juga berkaitan dengan kelestarian pembangunan
juga. Bila terjadi kesenjangan yang mencolok atara orang kaya dan miskin maka
cenderung untuk menolak status quo yang ada. Mereka ingin memperbaiki diri dengan
mengubah keadaan. Oleh karena itu bila konfigurasi kekuatan-kekuatan sosial
memungkinkan akan terjadi gejolak politik yang bisa menghancurkan hasil
pembangunan yang sudan dicapai. Begitu juga dengan kerusakan alam yang dapat
mengganggu kesinambungan pembangunan, faktor keadilan sosial juga merupakan
semacam kerusakan sosial yang bisa mengakibatkan dampak yang sama. Konsep
pembangunan menjadi semakin kompleks, tidak hanya terbatas pada masalah
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meliputi maslah sosial dan lingkungan.
1.5.1.2 Teori Pembangunan 1.5.1.2.1Teori Modernisasi
Teori pembagian Kerja secara Internasinal yang di dasarkan pada terori
Keuntungan Komparatif, yang dimiliki oleh setiap negara, mengakibatkan terjadinya
spesialisasi produksi pada tiap-tiap negara sesuai dengan keuntungan komparatif yang
mereka miliki. Oleh karena iitu secara umum, di dunia terdapat dua kelompok negara
yaitu Negara yang memproduksi hasil pertanian dan negara yang memproduksi barang
industri. Tapi yang terjadi negara Industri menjadi semakin kaya dan Negara pertanian
tertinggal. Terhadap kenyataan ini, secara umum terdapat dua kelompok teori. Pertama,
teori yang menjelaskan kemiskinan ini terutama disebabkkan oleh faktor-faktor intenal
atau faktor yang terdapat didalam negara yang bersangkutan yang di kenla dengan Teori
Modernisasi. Kedua, teori yang lebih banyak mempersoalkan faktor-faktor eksternal
sebagai penyebab terjadinya kemiskinan.3
3
Teori-teori pilihan yang termasuk dalam teori Modernisasi agar dapat di lihat
dengan jelas4
a. Harrod-Domar: Tabungan dan Investasi :
Teori Harrod-Domar merupakan salah satu teori yang terus dipakai dan terus
dikemabangkan. Teori ini dicetuskan oleh Evsey Domar dan Roy Harrod, yang bekerja
terpisah namun menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Jika tabungan dan investasi
masyarakat rendah, maka pertumbuhan ekonomi masyarakat atau negara tersebut juga
rendah. Hal ini bisa dijumpai pada negara maju dan berkembang, masyarakat di negara
maju merupakan masyarakat yang memiliki investasi yang tinggi yang diwujudkan
dalam saham, danareksa, indeks, dan bentuk investasi yang lain.
b. Max Weber: Etika Protestan
Teori Weber tertarik untuk membahas masalah manusia yang dibentuk oleh
budaya di sekitarnya, khususnya agama. Weber tertarik untuk mengkaji pengaruh
agama, pada saat itu adalah protestanisme yang mempengaruhi munculnya kapitalisme
modern di Eropa. Teori yang menenekankan nilai-nilai budaya. Teori Weber tentang
peran agama dalam pembentukan kapitalisme merupakan sumber dari aliran teori ini.
Nilai- nilai masyarakat, antara lain dari yang melalui agama, mempunyai peran yang
menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang hidupp
dalam masyrakat dapat diarahkan kepada sikap positif terhdap pertumbuhan ekonomi,
proses pembangunan dalam masyarakat dapat terlaksana.
4
c. David McClelland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach
Teori yang menekankan aspek-aspek psikoloi individu. Teori: need for
Achievement (n-Ach). kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana mendorong proses
pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara
pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di
lingkungan keluarga. McClelland berpendapat bahwa pada dasarnya jika sebuah
masyarakat menginginkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka yang perlu diubah
adalah dorongan berprestasi individu yang ada dalam masyarakat. McClelland
menyimpulkan bahwa n-ach merupakan semacam virus yang perlu ditularkan kepada
orang-orang dimana masyarakatnya ingin mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
d. Walt .W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
Teori Pertumbuhan Tahapan Linear (linear-stages-of growth-models) proses
pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurusyakni masyarakat yang terbelakang ke
masyarakat yang maju dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Masyarakat Tradisional, Ilmu pengetahuan masih belum banyak dikuasai.
2. Prakondisi untuk Lepas Landas, masyarakat tradisional terus bergerak
walaupun sangat lambat dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi
untuk lepas landas
3. Lepas Landas, ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang
menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
5. Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi, Pada tahap ini pembangunan sudah
berkesinambungan
e. Bert F. Hoselitz : Faktor-faktor Non-ekonomi
Membahas faktor-faktor non ekonomi yg ditinggalkan Rostow yang disebut
faktor “kondisi lingkungan”. Kondisi lingkungan maksudnya adalah
perubahan-perubahan pengaturan kelembagaan yg terjadi dalam bidang hukum, pendidikan,
keluarga, dan motivasi. Faktor tersebut sebagai faktor kondisi lingkungan yang penting
dalam proses pembangunan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa factor ekonomi
sangat penting dalam proses pembangunan, namun factor kondisi lingkungan seperti
perubahan kelembagaan yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat mempersiapkan
kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Faktor non
ekonomis yang penting antara lain pemasokan tenaga ahli dan terampil. Bahwa salah
satu factor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi, diperlukan sebuah penyediaan
tenaga terampil yang memadai, karena jika hanya didukung oleh modal dan investasi
1.5.1.2.2 Teori Dependensi
Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan
pembangunan negara Dunia Ketiga. Teori Dependensi mewakili suara-suara negara
pinggiran untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budya dan intelektual dari
negara maju. Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik terhadap arus
pemikiran utama persoalan pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi.
Teori ini mencermati hubungan dan keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan negara
sentral di Barat sebagai hubungan yang tak berimbang dan karenanya hanya
menghasilkan akibat yang akan merugikan Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat selalu
dan akan menindas negara Dunia Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus
ekonomi dari negara pinggiran ke negara sentral.
Teori ini berpangkal pada filsafat materialisme yang dikembangkan Karl Marx.
Salah satu kelompok teori yang tergolong teori struktiral ini adalah teori ketergantungan
yang lahir dari 2 induk, yakni seorang ahli pemikiran liberal Raul Prebiesch dan seorang
pemikir marxis yang merevisi pandangan marxis tentang cara produksi Asia yaitu, Paul
Baran.
1. Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara
terbelakang harus melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri
substitusi impor.
2. Paul Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya
perkembangan kapitalisme di negara-negara pinggiran beda dengan
kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap
kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai
kelanjutan dari tokoh-tokoh di atas, yakni:5
1. Andre Guner Frank : Pembangunan dan keterbelakangan. Keterbelakangan
bukan suatu kondisi alamiah dari sebuah masyarakat. Bukan juga karena
masyarkat itu kekurangan modal. Keterbelakangan merupakan sebuah
proses ekonomi, politik dan sosial yang terjadi sebagai akibat globalisasi
dari sistem kapitalisme. Keterbekangan di negara pinggiran (negara satelit)
adalah akibat langsung dari terjadinya pembangunan di negara-negara
pusat. Bagi Frank keterbelakangan hanya dapat diatasi dengan revolusi,
yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2. Theotonia De Santos : Membantah Frank. Bahwa negara pinggiran atau
satelit pada dasarnya hanya merupakan bayangan dari negara-negara pusat
atau metropolis. Bila negara pusat yang menjadi induknya berkembang,
negara satelit bisa juga ikut berkembang. Bila negara induknya mengalami
krisis, satelitnya pun kejangkitan krisis. Negara pinggiran atau satelit bisa
berkembang, mewskipun perkembangan ini merupakan perkembangan
yang tergantung, perkembangan ikutan.
5
Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni:
1. Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat
bersifat eksploitatif.
2. Ketergantungan Finansial-Industri: pengendalian dilakukan melalui
kekuasaan ekonomi dalam bentuk kekuasaan financial-industri.
3. Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus
industri dilakukan melalui monopoli teknologi industri.
1.5.1.2.3 Teori Sistem Dunia
6
1. Negara pusat, mengambil keuntungan yang paling banyak, karena
kelompok ini dapat memanipulasikan sistem dunia sampai batas-batas
tertentu
Teori sistem dunia yang dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein. Hal ini
dikarenakan bahwa dalam suatu sistem sosial perlu dilihat bagian-bagian secara
menyeluruh dan keberadaan negara-negara dalam dunia internasional tidak boleh dikaji
secara tersendiri karena ia bukan satu sistem yang tertutup. Teori ini berkeyakinan
bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang
mendunia. Wallerstein menyatakan sistem dunia modern adalah sistem ekonomi
kapitalis.
Wallerstein, membagi tiga kelompok negara, yaitu :
2. Semi-periferi atau setengah pinggiran, mengambil keuntungan dari
negara-negara pinggiran yang merupakan pihak yang paling dieksploitir
3. Negara periferi atau pinggiran.
6
Menurut Wallerstein negara-negara dapat “naik atau turun kelas,” misalanya
dari negara pusat menjadi negara setengah pinggiran dan kemudian menjadi negara
pinggiran, dan sebaliknya. Naik dan turun kelasnya negara ini ditentukan oleh dinamika
sistem dunia. Pernah suatu saat Inggeris, Belanda, dan Perancis adalah negara pusat
yang berperan dominan dalam sistem dunia, namun kemudian Amerika Serikat muncul
menjadi negara terkuat (pusat) seiring hancurnya negara-negara Eropa dalam Perang
Dunia II.
Wallerstein merumuskan tiga strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas,
yaitu:
1. Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang. Sebagai
misal negara pinggiran tidak lagi dapat mengimpor barang-barang industri
oleh karena mahal sedangkan komiditi primer mereka murah sekali, maka
negara pinggiran mengambil tindakan yang berani untuk melakukan
industrialisasi substitusi impor. Dengan ini ada kemungkinan negara dapat
naik kelas dari negara pinggiran menjadi negara setengah pinggiran.
2. Kenaikan kelas terjadi melalui undangan. Hal ini terjadi karena
perusahaan-perusahaan industri raksasa di negara-negara pusat perlu melakukan
ekspansi ke luar dan kemudian lahir apa yang disebut dengan MNC. Akibat
dari perkembangan ini, maka muncullah industri-industri di negara-negara
pinggiran yang diundang oleh oleh perusahaan-perusahaan MNC untuk
bekerjasama. Melalui proses ini maka posisi negara pinggiran dapat
3. Kenaikan kelas terjadi karena negara menjalankan kebijakan untuk
memandirikan negaranya. Sebagai misal saat ini dilakukan oleh Peru dan
Chile yang dengan berani melepaskan dirinya dari eksploitasi
negara-negara yang lebih maju dengan cara menasionalisasikan
perusahaan-perusahaan asing. Namun demikian, semuanya ini tergantung pada kondisi
sistem dunia yang ada, apakah pada saat negara tersebut mencoba
memandirikan dirinya, peluang dari sistem dunia memang ada. Jika tidak,
mungkin dapat saja gagal.
1.5.1.2.4 Teori Alternatif
Teori Pembangunan Alternatif memandang pembangunan sebagi perbaikan
hakekat manusia. Pembangunan merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik,
visi masyarakat yang lebih baik dipengaruhi oleh tindakan politik dan kemauan
manusia. Pendekatan normatif dalam pembangunan ini menekankan pada tujuan dan
arti pembangunan. Pieterse menekankan bahwa pembangunan harus partispatif dan
berpusat pada manusia. Dalam proses pembangunan harus terdapat konsensus yang
meluas bahwa pembanguna akan lebih berhasil ketika masyarakat berpartisipasi.
Pembangunan manusia merupakan tujuam dan ukuran pembangunan yang paling tepat.
Dalam konsep Pembangunan Diri Manusia Pembangunan (People Self Development),
Ansiur Rahman memandang pemabangunan sebagai kekuatan relatif yang dimana
manusia merupakan kekuatan kreatif pembangunan sebagai alat dan tujuan bukan
penerima pasif pembangunan pembangunan. Pembangunan yang berpusat pada manusia
anggota masyarakat meningkatkan kapasitas personal dan kelembagaan untuk
peningkatan kualitas kehidupan manusia yang berkelanjutan dan adil selaras dengan
aspirasi masyarakat sendiri. Perubahan-perubahan yang timbul dalam proses
pembangunan akan mewujudkan transformasi menuju keadilan, keikut sertaan dan
keberlanjutan. Dengan demikian Pembangunan pembangunan harus dimulai dari
manusia dan kebutuhannya, bukan dimulai dari produksi. 7
Strategi utama dari pembangunan alternatif adalah participatory budgeting
(PB)/Orcamento Participativo (OP). Participatory Budgeting merupakan suatu proses
pembicaraan formal di antara masyrakat mengenai program pembangunan yang akan
dibentuk dan dilaksanakan serta proses pembiayaan dan pengawasan di mana hasil dan
rembuk program tersebut akan diteruskan ke pemerintah. Selanjutnya pemerintah akan
melakukan proses peganggaran dan menurunkan kembali ke masyrakat dari pihak
terkait selaku eksekutornya. Model pembangunan tersebut akan menghadirkan public
sphere, masyrakat dengan semangat kolekstivitas yang didampingi oleh pemerintah,
akademika dan civil society organization membentuk suatu tatanan etika dengan
meletakkkan sentralistas masyrakat sebagai subjek yang dinamis dan mengenali
kebutuhannya sendiri. Tidak hanya memberikan masyarakat hak untuk berbicara, tetapi
juga memberikan hak untuk di dengar, menentukan dan mengawasi jalannya program
pembangunan serta partisipasi lainnya. Habernas menjelaskan tentang public sphere
dengan berbagai dimensi yang berasosiasi dengan jaringan masyrakat sipil sebagai
warning system tidak hanya mendeteksi permasalahan melalui teknik dialogis
(komunikasi). Partispasi masyrakat melalui jalur dialog merupakan sebuah sarana
7
untuk mewujudkan public sphere sebagai solusi persoalan dan masalah. Komunikasi
public dalam public sphere mempunyai reproducing culture and keeping traditions
alive, social integration or the coodination of the plans of different actors in social
interaction, socialization or cultural interpretation of needs8
Berbagai Teori yang dimaksudkan dalam teori Alternatif ini meliputi berbagai
paradigma yaitu :
.
9
1. Feminisme dan Perubahan Sosial
Femisme sebagai kumpulan pemikiram, pendirian, dan aksi berangkat dari
kesaran, asumsi dan kepedulian terhadap ketidakadilan, ketidaksetaraan,
penindasan atau diskriminasi terhadap kaum perempuan, serta merupakan
gerakan yang berusaha untuk menghentikan segala bentuk ketidakadilan dan
diskriminasi yang semula memang tidak secara khusus merupakan teori
perubahan sosial. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya gerakan
feminisme juga memproyeksikan suati visi masyarakat yang adil, demokratis
dan sejahtera menurut perspektif feminisme.10
2. Paradigma teologi pembebasan (Liberation Theology).
Teologi adalah suatu ilmu yang memabahas hakikat dan hubungan antara
Tuhan dan manusia maupun makhluk lainnya. Teologi umumnya sulit
dipadukan dengan teori perubahan sosial dan teori kritik terhdap pembangunan
yang sepenuhnya berpijak pada analisis rasional, sekunder dan dialeetika antara
refleksi serta aksi kemudian partisipasi. Telogi pembebasan adalah suatu
8
Budi , Winarno, Etika Pembangunan , Center for Academic Public Service (CAPS), Jakarta 2013, hlm 264-267.
9
Mansour, Fakih, runtuhnya teori Pembangunan dan Globalisasi, Insist Prest, Yogyakarta 2011, hlm 144
10
refleksi teologi yang lahhir dari ungkapan dan pengalaman serta usaha bersama
untuk menghapus situasi ketidakadilan dan untuk membangun masyarakat
yang berbeda yang lebih bebas dan lebih manusiawi. 11
3. Postmodernisasi : Dekonstruksi Pembangunan
Michel Foucault , analissnya tentang discourse, power dan knowledge
merupakan sumbangan yang besar terhadap kritik pembangunan yang
merupakam suatu diskursus yang menyiratkan dominasi pendisiplinan dan
normalisasi Dunia Pertama terhadap Dunia Ketiga. Studi Foucault bertujuan
memahami bagaimana proses disiplin, normalisasi, dan penggunaan kekuasaan
yang telah di terapkan di berbagai pengalaaman, dimana praktik discursive
diterapkam.12
1.5.2 Pariwisata
1.5.2.1 Definisi Pariwisata
Kata pariwisata baru populer pada tahun 1958. Sebelum itu digunakan kata
turisme, serapan dari bahasa Belanda “tourisme”. Sejak 1958 resmilah kata pariwisata sebagai padanan tourisme (Bld) atau tourism(Ing). Perkembangan dan pengayaan
makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, karyawisata, widyawisata, yang
semuanya mengandung unsur wisata. Menurut KBIK Wisata berarti berpergian
bersama-sama untuk bersenang-senang dan sebagainya; bertamasya; piknik; wisatawan
adalah orang yang berdarmawisata; pelancong; turis. Yoeti mengartikan wisata adalah
11
Ibid hlm 177-178
12
perjalanan sebagai padanan kata “travel” sehingga wisatawan adalah “traveler”, orang
yang melakukan perjalanan.13
Pariwisata sebagai suatu konsep dapat dipandang dari berbagai perspektif yang
berbeda. Pariwisata adalah suatu kegiatan melakukan perjalanan dari rumah terutama
untuk maksud usaha atau bersantai. Pariwisata adalah suatu bisnis dalam penyediaan
barang dan jasa bagi wisatawan/pengunjung dalam perjalanannya. Kepariwisataan
adalah suatu lingkup usaha yang terdiri atas ratusan komponen usaha, sebagiannya besar
sekali, akan tetapi sebagian besar usaha kecil, termasuk didalamnya angkutan udara,
kapal pesiar, kereta api, agen-agen penyewaan mobil, pengusaha tur dan biro
perjalanan, penginapan restoran dan pusat-pusat konvensi.14
Yoeti mengutip berbagai pengertian pariwisata seperti dibawah ini 15
1. Wahab memandangnya sebagai suatu kegiatan kemanusiaan berupa
hubungan antarorang baik dari negara yang sama atau antarnegara atau
hanya dari daerah geografis yang terbatas. Didalamnya termasuk tinggal
untuk sementara waktu di daerah lain atau negara lain atau benua lain
untuk memenuhi berbagai kebutuhan kecuali kegiatan untuk memperoleh
penghasilan, meskipun pada perkembangan selanjutnya batasan
memperoleh penghasilan menjadi kabur.
:
2. Schulaland mengartikan pariwisata adalah gabungan berbagai kegiatan,
pada umumnya bidang ekonomi, yang langsung berkaitan dengan
13 Suwardjoko P Warpani dan Indira P Warpani, Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah , ITB, Bandung , 2007, hlm 5. 14Lunberg Donald, dkk, Ekonomi Pariwisata , PT Gramedia Pustaka Utama , Jakarta, 1997 , hlm 6.
kedatangan, tinggal dan kegiatan pendatang di negara tertentu atau daerah
tertentu.
3. Hans Buchli, mendifiniskan bahwa pariwisata dalam arti sempit peralihan
tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan
maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan
itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tertentu
4. Kurt Morgenroth, Pariwisata dalam arti sempit adlah lalu-lintas
orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannnya untuk sementara waktu,
untuk berpesiar di tempat lain semata-mata sebagai konsumen dari buah
hasil perekonomian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan
budayanya atau keinginan yang beraneka ragam.
5. Gluckmann, Pariwisata diartikan keseluruhan hubungan antaramanusia
yang hanya berada untuk sementara waktu dalam suatu tempat kediaman
dan berhubungan dengan manusia-manusia yang tinggal di tempat itu.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan yang dimaksud dengan:
“Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara.“
“Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
“Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. “
Berbagai definisi yang dikutip menunjukkan beragam aspek yang menjadi titik
tolak pandangan masing-masing ahli dalam mendefiniskan pengertian pariwisata. Ada
kesamaan yang dapat ditangkap dari definisi-definisi tersebut, yakni meninggalkan
tempat kediamannya sehari-hari pergi ke tempat lain untuk tinggal sementara waktu dan
bukan untuk mencari nafkah. Batasan waktu lebih tegas dinyatakan oleh McIntosh,
Goeldner dan Ritchie, bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang ke dan
tinggal di tempat lain di luar lingkungan tempat tinggalnya untuk waktu kurang dari
satu tahun terus-menerus, dengan maksud bersenang-senang, berniaga dan keperluan
lainnya. Beberapa penulis memperhitungkan kriterium jarak minimal 200 km, tetapi
pada umumnya menganggap bahwa pariwisata adalah tinggal di luar wilayahnya
sekurang-kurangnya satu malam. Jadi ciri utama pariwisata adlah melakukan perjalanan
dan tinggal sementara di tempat tujuan.
Dari berbagai macam definisi tentang pariwisata dapat dirangkum hubungan
dan fenomena yang timbul akibat perjalanan dan tinggal untuk sementara dengan
maksud bersenang-senang, bersantai danrekreasi, atau berniaga dan keperluan lainnya.
Dalam makna Geografis perbedaan utama antara berwisata dan bersantai adalah pada
1.5.2.2 Ragam pariwisata
Berdasarkan keterlibatan wisatawan dalam berwisata, ada 2 macam wisatawan
yakni16
1. Wisatawan aktif, yaitu mereka yang terlibat atau melibatkan diri secara fisik
atau ikut serta atau bersentuhan langsung dengan kegiatan pariwisata, menjadi
pelaku misalnya pada wisata petualangan; kegiatan ini menghasilkan
pariwisata aktif :
2. Wisatawan Pasif, yaitu mereka yang hanya melihat/menonton, mendengar,
merasakan/menikmati objek dan/atau atraksi pariwisata, mereka hanya terlibat
secara emosional, misalnya menonton pertandingan olahraga sehingga
pariwisata yang dihasilkan adalah pariwisata pasif.
Batasan pariwisata sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau
kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi:17
1. Wisata Agro, dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang dikaitkan
dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian, atau wisata tani,
yakni para wisatawan turun terjun aktif menanam padi.
2. Wisata Belanja, dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau
bagian dari jenis pariwisata lain, miwsalnya Bandung dengan Pusat Jin di Jl.
Cihampelas, Sidoarjo dengan Pusat Tas di Tanggulangin.
3. Wisata Budaya, berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi,
misalnya Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali. Tidak jarang
wisatawan melakukannya dengan maksud mengadakan riset budaya,
mempelajari budaya setempat, mengunjungi situs bersejarah dan sebagainya.
4. Wisata iklim, bagi negara beriklim em[pat pada saat tertentu benar0benar
dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain
hanya untuk berburu panas sinar matahari. Contoh penduduk kota pantai
berwisata ke pegunungan dan sebaliknya.
5. Wisata Karya: kunjungan kerja, yaitu jenis pariwisata yang para wisatawannya
berkunjung dengan maksud dinas atau tugas atau tugas-tugas lain. Misalnya
peninjauan/inspeksi daerah, sigi lapangan. Maksud kedatangan seseorang atau
sejumlah orang di suatu DTW memang untuk melaksanakan pekerjaan, namun
dalam waktu senggang, atau sengaja di acarakan, mereka melakukan rekreasi
atau kunjungan wasata ke beberapa objek.
6. Wisata kesehatan, berhubung dengan maksud penyembuhan suatu penyakit.
Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaaan penyembuh,
misalnya kunjungan ke Krakal di kebumen dengan maksud berendam di air
belerang untuk menyemuhkan penyakit kulit.
7. Wisata konvensi/Seminar, dilakukan dengan sengaja memilih salah satu DTW
sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya
pengembangan DTW. Penentuan lokasi tempat penyelenggaraan suatu
kebijakan pemerintah mempromosikan DTW. Kebijakan pemilihan lokasi
Penyelenggaraan konvensi sangat jelas diwarnai oleh kepentingan pariwisata.
8. Wisata Niaga, berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha perdagangan).
Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut. Seperti
halnya wisata dinas, para pengusaha/niagawan datang dengan maksud utama
melakukan kegiatan perniagaan, namun pada waktu luang pada umumnya
berwisata. Bahkan menjadi kebiasaan usaha bahwa berwisata digunakan
sebagai media berniaga mengadakan pertemuan, perundingan dan transaksi
niaga.
9. Wisata olahraga, mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga, misalnya
Pekan Olahraga Nasional.
10. Wisata Pelancongan/pesiar/pelesir/rekreasi, dilakukan untuk berlibur mencari
suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru,
menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan (lepas dari kesibukan kerja
rutin). Maksudnya memulihkan kesegran dan kebugaran jasmani dan rohani
setelah berwisata.
11. Wisata Petualangan, dilakukan ke arah olahraga yang sifatnya menantang
kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Misalnya Terbang Layang, arung
jeram.
12. Wisata Ziarah, dalam kaitan dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat
ibadah atau tempat Ziarah pada waktu tertentu. Misalnya waisak di kompleks
13. Darmawisata, perjalanan beramai-ramai untuk bersennag-senang, atau
berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan atau ekskursi atau
melaksanakan pengabdian kepada masyrakat di luar waktu kerja sehari-hari.
14. Widiawisata (pendidikan), perjalanan ke luar daerah dalam rangka kunjungan
studi, dilakukan untuk memperlajari seni-budaya rakyat, mengunjungi dan
meneliti cagar alam atau budaya, atau untuk kepentingan menuntut ilmu
selama waktu tertentu, misalnya tugas belajar.
1.5.2.3 Elemen Pariwisata
Menurut pendapat Prof. Mariotti, terdapat 3 hal yang menarik wisatawan
berkunjung ke suatu daerah, yakni :
1. Benda-benda yang tersedia di alam semesta, yang dalam kepariwisataan
disebut dengan istilah kenikmatan alam (natural amenities), seperti iklim,
pemandangan, flora, dan fauna, pusat kesehatan, sumber air mineral ;
2. Hasil ciptaan manusia, misalnya monumen bersejarah dan sisa peradaban
masa lampau, museum, gerai seni, perpustakaan, kesenian rakyat, acara
tradisional, pameran, festival, rumah ibadah ;
3. Tata cara hidup masyrakat, antara lain; kebiasaan hidup, adat istiadat.18
Gunn memandang pariwisata sebagai suatu sistem dan memilahnya dalam sisi
permintaan dan sediaan. Komponen permintaan terdiri atas elemen orang, ditengarai
oleh hasrat orang melakukan perjalanan dan kemampuan melakukannya, sedangkan
komponen sediaan adalah daya tarik wisata, serta perangkutan, informasi dan promosi,
dan pelayanan.
Berdasarkan pengertian daya tarik wisata di atas dan bertolak dari pendekatan
Gunn, elemen kepariwisataan dikelompokkan menjadi elemen: 19
1. Utama, yakni daya tarik, yang mengandung arti objek yang menjadi sasaran
dan destinasi kunjungan wisata, adalah elemen yang menjadi bagian langsung
dan menjadi pemicu pariwisata. Dan penduduk baik sebagai pelaku pariwisata,
sebagai tuam rumah pariwisata maupun menjadi objek wisata
2. Prasyarat, yakni elemen yang merupakan prasyarat proses berlangsungnya
kegiatan pariwisata, yakni pengangkutan
3. Penunjang, misalnya informasi dana promosi, yang membangun dan
mendorong minat berwisata. Sarana pelayanan juga elemen penunjang, yakni
elemen yang membuat proses kegiatan pariwisata menjadi lebih mudah,
nyaman, aman dan menyenangkan berupa hotel, motel, penginapan, rumah
makan, dan lain-lain.
1.5.3 Pariwisata dan Pembangunan Partisipasi 1.5.3.1 Prinsip Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia
dalam pelaksanaannya sangat mensyratkan keterlibatan langsung dari masyarakat.
Dengan Partisipasi masyarakat, maka tingkat keberhasilan pembangunan tersebut akan
sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyrakat itu sendiri. Partisipasi masyrakat atau
keterlibatan masyarakat yang berlaku universal adalah kerjasama seseorang ataupun
suatu kelompok (masyarakat secara aktif dalam berkontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung pada seluruh tahapan.
Adapum tahapan dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan
kepariwisataan dapat dijabarkan sebagai berikut20
1. Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan :
2. Tahap partisipasi dalam perencanaan pembangunan
3. Tahap partipasi dalam pelaksanaan kegiatan
4. Tahap partispasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan
5. Tahapan partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan
Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban seorang warga Negara
untuk memberikan kontribusi kepada pencapaian kelompok. Sehingga mereka diberi
kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan menyumbangkan inisiatif dan
kreatifitasnya. Sumbangan inisiatif dan kreatifitasnya dapat disampaikan dalam rapat
kelompok masyarakat atau pertemuan-pertemuan baik yang bersifat formal maupun
yang bersifat informal. Dalam rapat kelompok atau pertemuan itu akan saling memberi
informasi antara pemerintah dengan masyarakat. Jadi dalam partisipasi terdapat
komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat dan antara sesama anggota
masyarakat.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Slamet (1994)
dapat dilakukan mulai dari proses perencanaan sampai pelaksanaan proyek
pembangunan tersebut. Partisipasi dalam perencanaan merupakan pelibatan masyarakat
yang paling tinggi karena masyarakat turut serta dalam membuat keputusan. Bentuk-
bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat sebagai berikut :
1. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam anjang sono,
pertemuan atau rapat
2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk
perbaiakan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, dan
sebagainya.
3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang lain dalam berbagai kegiatan
untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan berupa uang, makanan
dan sebagainya ;
4. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk
mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri ;
5. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.
Dalam pembangunan kepariwisataan partisipasi masyarakat merupakan bagian
penting dalam perkembangan destinasi wisata, sebab sebagai salah satu faktor penentu
serta sekaligus indikator keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan. Nilai modal
sosial yang terkandung dalam partisipasi masyarakat merupakan salah satu yang
membentuk pengembangan pariwisata. Peran serta masyarakat dapat di tumbuhkan dan
digeraakan melalui usaha-usaha pariwisata serta pengembangan komunikasi soial yang
sehat, yang dilakukan melalui dialog yang luas dan bersifat terbuka, terarah, jujur, bebas
dan bertanggung jawab : baik antara pemerintah dan masyarakat maupun antar anggota
dan pembangunan tetap berjalan. Untuk itu pembangunan dan pengembangan
pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat dan sekitanya secara langsung.21
1.5.3.2 Partsispasi Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Pariwisata
Salah satu prinsip mendasar dalam pariwisata yang berpihak pada masyarakat
miskin dan berpusat pada manusia adalah adalah partispasi masyarakat lokal dalam
perencanaan pembangunan pariwisata dan pengambilan keputusan. Hal ini dapat
dicapai dengam melibatkan warga lokal dalam pengambilan keputusan Partisipasi juga
merupakan upaya untuk memaksimalkan manfaat sosial ekonomi pariwisata bagi
masyarakat lokal.partisipasi juga merupakan benteng untuk mencegah dan mengurangi
dampak negatif dari pariwisata.
Partispasi juga meningkatkan keberdayaan komunitas sehingga mereka dapat
menentukan arah pembangunan yang pasti akan memepengaruhi kehidupan mereka.
Pembangunan sering diklaim sudah partisipatif, karena masyarakat sudah diundang
untuk pertemuan. Namun proses partispasi yang sesungguhnya sering tidak terjadi.
Tabel 1.2 Tingkatan Partisipasi22
Level Tingkatan Uraian Kategori
1. Manipulasi
(manipulation)
Dominasi total pengambilan
keputusan oleh pemerintah
Tidak ada
partisipasi
2. Terapi (Therapy) Sekedar agar masyarakat tidak
marah/sosialisasi
Masyarakat didengar, tapi
tidak selalu dipakai sarannya
5. Penentraman
(placation)
Saran masyarakat diterima tapi
1.5.3.3 Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Dalam pengembangan pariwsta berbasi masyarakat dapat merujuk pada filosofi
pembangunan pariwisata berkelanjutan yang menekankan bahwa membangun
pariwisata bukan untuk kepentingan wisatawan, tetapi membangun pariwisata untuk
kepentingan masyarakat yan dibutuhkan wisatawan. Dengan demikian, maka
pendekatan pariwisata berbasi masyarakat dapat lebih memastikan kepentingan
masyarakat. Pariwisata Berbasis masyarakat (Community Based Tourism)
dikembangkan berdasarkan prisnsip keseimbangan dan keselarasan antara berbagai
stakeholder pembangunan pariwisata termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Secara ideal prisnsip pembangunan ini menekankan pada pembangunan dari masyrakat
oleh masyrakat dan untuk msayrakat yang dimulai dari tahap pembangunan yaitu dari
perencanaan, pembangunan, pengelolaan dan pengembangan sampai pengawasan serta
evaluasi yang harus melibatkan masyarakat setempat secara aktif.
Pariwisata berbasis masyrakat merupakan aktivitas ekonomi yang jika
dikembangkan dengan tepat dapat mengatasi sejumlah tantangan pembangunan,
termasuk pengurangan kemiskinan, pengembangan ekonomi lokal, perdamaian, dan
keselarasan masyrakat dan manajemen sumber daya alam dan lingkungan yang
berekesinambungan. Pendekatan ini merupakan alternatif pengembangan pariwisata
yang lebih menghuntungkan masyrakat lokal dan menjamin keberlanjutan pariwisata.
Masyarakat lokal menjadi penerima manfaat utama dari kegiatan pariwisata lokal.
Selain itu model CBT sangat cocok untuk pelestarian sumber daya lokal baik sumber
Untuk pengembangan pariwisata dengan pendekatan ini agar dapat
dilaksanakan oleh masyrakat, maka berbagai pihak terutama pemerintah agar
melakukam pendampingan dan menstimulus pengembangan pariwisata dalam skala
lokal atau pada setiap daya tarik wisata hingga adanya kemandirian dalam pengelolaan.
Hal ini untuk memastikam bahwa implementasi pengembangan pariqwisata berbasis
masyrakat dapat berjalan sesuai prinsip pengembangan yaitu ramah lingkungan, ramah
masyrakat dan dan ramah wisatawan. Sasaran prinsip ramah lingkungan ini adalah
terpeliharanya ekosistem melalui pengendalian optimal jumlah/besaran pengunjung
pada daya tarik tertentu, seperti daya tarik yang bernilai sakral. Termasuk rancangan
ynag peka terhadap lingkungan, sistem pengendalian limbah, konservasi flora dan fauna
serta habitatnya hingga mendorong cinderamata
Prinsip ramah masyarakat adalah bagaimana masyarakat dapat terlibat dan
menerima manfaat langsung dari kegiatan pariwisata. Prinsip ini menitikberatkan pada
aspek sosiologis, berorietasi pada hal-hal yang dapat mendorong peningkatan
kesejahteraan sosial masyrakat, baik pada peningkatan kekerabatan sosial maupun
peningkatan ekonomi. Orientasi aspek sosial yang lain adalah mendorong peningkatan
peran masyrakat dalam mewujudkan rasa kepemilikan terhadap keberadaan usaha
wisata yang ada di sekitarnya yang sekaligus mendorong keinginan-keinginan untuk
ikut memelihara,merawat serta menjaga objek wisata.
Prinsip ramah wisatawan , dimana pelayan prima dibutuhkan untuk
meningkatkan kepuasan wisatawan, sehingga mereka akan melakukan kunjungan ulang.
Prinsip ini menitikberatkan pada aspek pelayanan yang akan berdampak pada aspek
1.6 Definisi Konsep
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Partisipasi masyarakat adalah kerjasama seseorang ataupun suatu kelopok
(masyarakat) secara aktif dalam berkontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung pada seluruh tahapan.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, permasalahan yang menjadi rumusan
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi
konsep serta sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,
tekhnik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian dan karakteristik lokasi
penelitian
BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama penelitian di lapangan dan dokumentasi
yang akan diaanalisis. Bab ini berisikan analisis data dari data yang diperoleh saat
melakukan penelitian dan interprestasi atas permaslahan yang diajukan.
BAB V : PENUTUP