• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PEN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH RESKY 201201045 KEPERAWATAN A

PROGRAM STUDI NERS JENJANG STRATA SATU (S.1) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MUHAMMADIYAH SIDRAP 2017

(2)

DAFTAR ISI A. Tinjaun Umum Tentang Demam Typoid...6

B. Tinjauan Umum Tentang Suhu Tubuh...17

C. Tinjaun Umum Tentang Kompres Air Hangat...19

BAB III KERANGKA KONSEP

C. Tem pat penelitian...24

D. Waktu Penelitian ...24

E. Etika Penelitian...25

(3)

DAFTAR PUSTAKA

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.

Draf Proposal ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Pengaruh Kompres Air Hangat Trehadap Penurunan Suhu Tubuh Pasa pasien Demam Typoid”, yang kami sajikan dari berbagai sumber. Draf Proposal ini disusun oleh penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Riset Keperawatan yaitu bapak Dr.Ns.H.Basra, S.Kep,M.kes yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai akidah.

(5)

celcius. Demam umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus, atau dapat juga disebabkan karena infeksi virus (Muscari, 2005 dalam Sri Hartini, 2014). Demam didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh sentral diatas variasi normal harian dalam respon terhadap berbagai macam keadaan patologis yang berbeda. Hampir 30% kunjungan ke dokter dan lebih lima juta kunjungan ke emerjensi dengan keluhan demam (Gerna, 2012 dalam Hartini, 2014)

Penyakit demam typoid merupakan penyakit yang berada pada usus halus dan dapat menimbulkan gejala terus menerus, ditimbulkan oleh Salmonella thyposa. Pada tahun 2008 demam typoid diperkirakan

216.000-600.000 kematian. Kematian tersebut, sebagian besarterjadi di Negara-negara berkembang dan 80% kematian terjadidi Asia. Kematian di rumah sakit berkisar antara 0-13,9%. Prevalensi pada anak-anak kematian berkisar antara 0-14,8%. (WHO, 2013). Pada tahun 2014 diperkirakan 21 juta kasus demamtypoid 200.000 diantaranya meninggal dunia setiap tahun (WHO, 2014).

Demam typoid merupakan penyakit yang masih endemik di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2010 Profil Kesehatan Indonesia typoid masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Diketahui dari 10 macam penyakit terbanyak di rumah sakit inap typoid menduduki peringkat ke-3 setelah penyakit diare,

(6)

2

dengan jumlah penderita. Total kasus demam typoid mencapai 41.081 penderita yaitu 19.706 jenis kelamin laki-laki, 21.375 perempuan 274 penderita meninggal dunia. Case fatality rate (CFR) demam typoid pada tahun 2010 sebesar 0,6% (Kemenkes RI, 2011). Indonesia merupakan Negar aendemik demam typoid diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahunnya. (Widoyono, 2011)

Penyakit typhus berdasarkan Riskesdas tahun 2007 secara nasional di Sulawesi Selatan, tersebar di semua umur dan cenderung lebih tinggi pada umur dewasa. Prevalensi klinis banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah yaitu 1,9%, terendah pada bayi yaitu 0,8%

Situasi penyakit Typhus (demam typhoid) di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 suspeck penyakit typhus tercatat sebanyak 23.271 yaitu laki-laki sebanyak 11.723 dan perempuan sebanyak 11.548 sedangkan penderita demam typoid sebanyak 16.743 penderita yaitu laki-laki sebanyak 7.925 dan perempuan sebanyak 8.818 penderita dengan insiden rate (2,07) dan (CFR=0,00%), dengan kasus yang tertinggi yaitu di Kabupaten Bulukumba (3.270 kasus), Kota Makassar (2.325 kasus) Kabupaten Enrekang (1.153 kasus) dan terendah di Kabupaten Toraja Utara (0 kasus), Kabupaten Luwu ( 1 kasus) dan Kabupaten Tana Toraja (19 kasus )

(7)

khususnya turunannya yaitu Salmonella typhii terutama menyerang bagian saluran pencernaan.

Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi) naik-turun. hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi demam. hal inilah yang biasanya tidak disadari oleh si penderita maupun keluarga si penderita. Untuk menurunkan demam dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu salah satunya adalah dengan mengompres air hangat dengan menggunakan suam suam kuku (air hangat) dibandingkan dengan kompres menggunakan air dingin (es) dapat menyebabkan kedinginan, menggigil, sedangkan alkohol dapat penyebabkan keracunan alkohol. Berikan kompres air hangat setelah pemberian antipiretik pada kasus demam yang cukup tinggi. (sodikin 2012)

Berdasarkan berbagai data dan informasi diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada penyakit demam typoid.

B. Rumusan Masalah

(8)

4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien demam typoid

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui suhu tubuh sebelum dilakukan pemberian kompres air hangat

b. Untuk mengetahui suhu tubuh sesudah dilakukan pemberian kompres air hangat

c. Untuk mengetahui selisih suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan pemberian kompres air hangat

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi rumah sakit

Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya bagi pasien dengan demam typoid

2. Bagi institusi akademik

(9)

3. Bagi perawat

a. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan penderita demam typoid

b. Melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan dengan demam typoid.

4. Bagi penulis

Draff Proposal ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis mengenai kasus tentang demam typoid

5. Bagi pembaca

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Demam Typoid

1. Defenisi

Penyakit demam tifoid (Typhoid fever) yang biasa disebut tifus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan (Algerina, 2008 dalam Nurhasanah, 2014)

Demam tifoid adalah penyakit infeksi perut yang masih banyak ditemukan pada anak dan orang dewasa (Surininah, 2009)

Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh salmonella typhi (Widoyono, 2012).

2. Etiologi

Penyebab demam tifoid adalah bakteri salmonella typhi. salmonella adalah bakteri gram-negatif, tidak berkapsul, mempunyai

flagela, dan tidak membentuk spora. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu:

a. Antigen O (somatik), b. Antigen H (flagela) dan c. Antigen K (Selaput)

(11)

Etiologi demam tifoid adalah salmonella typhi. Sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies salmonella enteritidis, yaitu S. enteritidis bioserotipe paratif C.

Kuman-kuman ini lebih dikenal dengan nama S. paratyphi A, S. schottmuelleri, dan S. hirschfeldii (Mansjoer, 2007).

Beberapa faktor resiko yang diduga mempengaruhi terjangkitnya penyakit demam tifoid antara lain kesehatan lingkungan yang kurang memadai, kepadatan penduduk, penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat, hegiene perorangan yang kurang baiktingkat social ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, (Hidayati, 2010) 3. Patofisiologi

(12)

7

lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotetial. Sel-sel retikuloendotetial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu (Padila, 2013).

4. Manifestasi klinis

Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodormal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas):( Mansjoer, 2007)

a. Perasaan tidak enak badan b. Lesu

Menurut Surininah (2009) gejala tifoid adalah sebagai berikut: a) Demam lebih dari satu minggu yang biasanya dimulai dengan demam

(13)

b)Gangguan pada saluran pencernaan dapat berupa diare atau sembelit. c) Anak tampak lemah, lesu, tidak mau bermain dan tidak mau makan. d)Napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih

kotor, ujung tepi lidah kemerahan. 5. Penatalakanaan

a. Pencegahan Primer

Kebersihan makanan dan minuman sangat penting untuk mencegah demam tifoid. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu juga perlu dilakukan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah di tempatnya dengan baik dan pelaksanaan program imunisasi (Widoyono, 2012).

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk mendiagnosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :

1. Diagnosis klinik

(14)

9

beberapa hari tidak diperkirakan kemungkinan diagnosis demam tifoid.

2. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan

kuman Metode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik dan lebih dari 90% penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positip dalam minggu pertama. Hasil ini menurun drastis setelah pemakaian obat antibiotika, dimana hasilpositip menjadi 40%. Meskipun demikian kultur sum-sum tulang tetapmemperlihatkan hasil yang tinggi yaitu 90% positip. Pada minggu-minggu selanjutnya hasil kultur darah menurun, tetapi kultur urin meningkat yaitu 85% dan 25% berturut-turut positip pada minggu ke-3 dan ke-4. Organisme dalam tinja masihdapat ditemukan selama 3 bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3% penderita tetap mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu yanglama

3. Diagnosis serologik

(15)

Tujuan dari uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita demam tifoid.Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin besar pula kemungkinan didiagnosis sebagai penderita demam tifoid.

Pada infeksi yang aktif, titer aglutinin akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang waktu paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid. Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :

a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat

imunisasi ataupernah menderita infeksi

c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier 4. pengobatan

a) Istirahat tirah baring.

b) Habiskan antibiotika yang diresepkan sampai tuntas sesuai petunjuk.

c) Atasi demam dengan obat penurun panas.

d) Diet makan lunak seperti bubur atau nasi lembek.

(16)

11

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar dari infeksi ulang demam tifoid. Pada penderita demam tifoid yang carier perlu dilakukan pemerikasaan laboratorium pasca penyembuhan untuk mengetahui kuman masih ada atau tidak. ()

6. Asuhan keperawatan 1. Pengkajian

Menurut Ardiansyah (2012) adalah sebagai berikut: a. Identitas

b. Riwayat Sesehatan Sekarang

Tanyakan mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.

c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit sistem pencernaan, sehingga menyebabkan penyakit demam tifoid.

d. Riwayat Tumbuh Kembang

(17)

seseorang yang dapat mempengarui keadaan penyakit, misalnya pernah ikterus saat proses kelahiran yang lama atau lahir prematur. Kelengkapan imunisasi pada form atau daftar isian yang tersedia tidak terdapat isian yang berkaitan dengan tumbuh kembang.

e. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan tanda-tanda vital

2) Konjungtiva anemis, kondisi lidah khas (selaput putih kotor, ujung dan tepi lidah berwarna kemerahan), napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, dan hidung-hidung terjadi epistaksis. 3) Perut kembung (meteorismus), hepatomegali, splenomegali, dan

nyeri tekan Sirkulasi bradikardi dan gangguan kesadaran. Terdapat bintik-bintik kemerahan pada kulit punggung dan ekstremitas. f. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk menegakan diagnosis penyakit demam tifoid, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup

pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut: 1. Darah tepi

a. Terdapat gambaran leucopenia. b. Limfositosis retalif.

c. Emeosinofila pada permulaan sakit.

d. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.

(18)

13

2. Pemeriksaan Widal

Pemeriksaan positif apabila terjadi reaksi aglutinasi. Apabila titer lebih dari 1/80, 1/160 dan seterusnya, maka hal ini menunjukan bahwa semakin kecil titrasi berarti semakin berat penyakitnya. 3. Pemeriksaan darah untuk kultur (Biakan Empedu).

2. diagnosa keperawatan

Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid menurut Suratun & Lusianah (2010) adalah sebagai berikut

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

c. Resiko tinggi terjadi kurang volume cairan berhubungan dengan kurang intake cairan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi

3. Intervensi

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat

Intervensi :

1) Kaji pola makan dan status nutrisi klien

Rasional : untuk mengetahui langkah pemenuhan nutrisi

(19)

Rasional : mencegah iritasi usus dan distensi abdomen

3) Berikan makanan lunak selama fase akut (masih ada panas/suhu lebih dari normal)

Rasional : mencegah terjadinya iritasi usus dan komplikasi perforasi usus

4) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : mencegah rangsang mual/ muntah 5) Berikan terapi antiemetik sesuai program medik

Rasional : untuk mengontrol mual dan muntah sehingga dapat meningkatkan masukan makanan

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Intervensi :

1. Kaji suhu tubuh setiap 2 sampai 4 jam

Rasional : suhu tubuh 38ºC-40ºC menunjukkan proses penyakit infeksi akut

2. Observasi membran mukosa, pengisian kapiler, turgor kulit

Rasional : untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi akibat panas

(20)

15

Rasional : kebutuhan cairan dalam tubuh cukup untuk mencegah terjadinya panas

4. Berikan kompres hangat pada dahi, ketiak dan lipat paha

5. Rasional : kompres hangat memberi efek vasodilatasi pembuluh darah, sehingga mempercepat penguapan panas tubuh

6. Berikan terpai antipiretik sesuai program medik

Rasional : untuk menurunkan/ mengontrol panas

7. Pemberian antibiotik sesuai program medik

Rasional : untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran infeksi

c. Resiko tinggi terjadi kurang volume cairan berhubungan dengan kurang intake cairan

Intervensi :

1. Observasi tanda-tanda vital

Rasioanl : mengetahui suhu, nadi, dan pernafasan

(21)

Rasional : tanda tersebut menunjukan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi

3. Observasi dan catat intake dan output cairan setiap 8 jam

Rasional : untuk mendeteksi keseimbangan cairan dan elektrolit

4. Berikan cairan peroral 2-2,5 liter perhari, jika klien tidak muntah

Rasional : untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh

5. Berikan cairan parenteral sesuai program medik

Rasional : untuk memperbaiki kekurangan volume cairan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi

Intervensi :

1. Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas

Rasional : menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktivitas

(22)

17

Rasional : untuk menurunkan metabolisme tubuh dan mencegah iritasi usus

3. Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan Rasional : untuk mengurangi peristaltik usus, sehingga mencegah iritasi usus

4. Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan

Rasional : kebutuhan aktivitas klien terpenuhi, dengan energi minimal sehingga mengurangi peristaltik usus

5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari

Rasional : partisipasi keluarga meningkatkan kooperatif kien dalam perawatan

B. Tinjauan Umum Tentang Suhu Tubuh

(23)

panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Pada kondisi tubuh yang ekstrim selama melakukan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan relatif konstan. (Smeltzer, S. C., & Bare,2013).

Regulasi suhu adalah suatu pengaturan kompleks dari suatu proses dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Manusia pada dasarnya secara fisiologis digolongkan sebagai makhluk berdarah panas atau homoteral. Organisasi homoteral mempunyai temperatur tubuh konstan walaupun suhu lingkungan berubah. Hal ini karena ada interaksi secara berantai yaitu pembentukan panas dan kehilangan panas. Kedua proses ini aktivitasnya diatur oleh susunan saraf yaitu hipotalamus. Reseptor suhu yang paling penting dalam mengatur suhu tubuh. Banyak neuron peka terhadap panas khususnya yang terletak pada area preoptika hipotalamus. Neuron ini meningkatkan pengeluaran impuls bila suhu meningkat dan mengurangi impuls yang keluar bila suhu turun. Selain neuron ini reseptor lain yang peka terhadap suhu adalah reseptor suhu kulit termasuk reseptor dalam lainnya yang juga menghantarkan isyarat terutama isyarat dingin ke susunan syaraf pusat panas untuk membantu mengontrol suhu tubuh (Smeltzer, S. C., & Bare,2013).

(24)

19

1. Core temperatur (Suhu inti )

Suhu pada jaringan dalam dari tubuh, seperti kranium, thorax, rongga abdomendan rongga pelvis.

2. Surface temperatur

Suhu pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. suhu ini berbeda, naik turunnyatergantung respon terhadap lingkungan.

(25)

C. Tinjauan Umum Tentang Kompres Air Hangat

1. Defenisi

Kompres adalah salah satu metode fisikuntuk menurunkan suhu tubuh anak yangmengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agarmenurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry,2005 dalam Hartini, 2014 ).

2. Tujuan

Kompres air hangat membuat pembuluh darah melebar sehingga pori-pori kulit terbuka dan membuat panas yang terperangkap dalam tubuh bisa menguap keluar .

(26)

21

(27)

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep penelitian menghubungkan variabel-variabel dalam penelitian yaitu hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompres air hangat . Sedangkan variabel dependen adalah penurunan suhu tubuh pada skema berikut dibawah ini:

Skema Kerangka Konsep

20 Variabel Independen

Kompres air hangat

Variabel Dependen

(28)

21

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2007). Rumusan yang akan diuji dalam penelitian variabel penelitian, sehingga memudahkan pengukuran dan pengamatan serta pengembangan instrumen/ alat ukur (Notoatmodjo, 2012). Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel berikut.

(29)

dalam tubuh bisa menguap keluar.

Variabel dependen terikat :

Suhu tubuh

Suhu tubuh adalah Ukuran dari kemampuan tubuh untuk menghasilkan atau menyingkirkan

hawa panas.

Lembar observasi

Nominal

1. Ada 2. Tidak

(30)

23

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan

kemungkinan adanya hubungan sebab akibat atau variabel (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre Exsperimental Design dengan bentuk rancangan One Group Pretest-Postest. Dengan

observasi dilakukan sebelum exsperimen disebut pre-test, dan observasi sesudah exsperimen disebut post-test (Hidayat, 2012). Adapun skema rancangan bentuk penelitian adalah sebagai berikut :

Rancangan Penelitian

Kelompok intervensi X ………. N ……Y Keterangan :

X = Menilai tingkat suhu tubuh sebelum diberikan kompres air hangat (pada hari pertama)

Y = Menilai tingkat suhu tubuh setelah diberikan kompres air hangat (pada hari ketiga)

N = Pemberian kompres air hangat

(31)

B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien demam typoid yang dirawat di Rumah Sakit X.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling yaitu semua pasien demam typoid yang dirawat di RS X

menjalani proses perawatan dan pengobatan.

Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus:

n= N

N+1

(

0,052

)

Ket :

n : sampel N : populasi C. Tempat Penelitian

Penelitian Dilakukan Di Rumah Sakit X D. Waktu Penelitian

(32)

25

E. Etika Penelitian 1. Self determination

Responden diberikan kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara suka rela dan tidak dengan tekanan.

2. Privacy/confidentiality

Responden dijaga kerahasiaannya yaitu dengan cara merahasiakan informasi-informasi, menghormati privacy dan kerahasian yang didapat dari responden hanya untuk kepentingan responden.

3. Anonymity

Selama kegiatan penelitian nama responden tidak digunakan. Sebagai gantinya peneliti menggunakan pengkodean dengan nomor responden. 4. Informed consent

Seluruh responden bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi subjek penelitian, setelah peneliti menjelaskan tujuan, manfaat terapi zikir, resiko atau ketidaknyamanan dari intervensi dan harapan peneliti terhadap responden serta telah memahami semua penjelasan yang diberikan yang diberikan oleh peneliti.

5. Protection from discomfort

(33)

diajukan untuk memilih yaitu menghentikan sebagai responden atau terus melanjutkan dengan disertai intervensi psikologis dari keperawatan.

6. Justice

Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi pada semua responden diberikan kesempatan yang sama, namun berdasarkan alasan yang berhubungan langsung dengan masalah penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan alat pengumpul data lembaran instrumen pengkajian yang dirancang sendiri oleh peneliti. Instrumen penelitian tersebut berupa buku panduan petunjuk teknis pelaksanaan kompres air hangat , lembar observasi.

Metode observasi dengan cara yang paling efektif adalah dengan melengkapi format observasi sebagai instrumen. Format berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2002).

(34)

27

Strategi yang dilakukan peneliti terkait dengan reliabilitas adalah Peneliti latihan terus menerus, dimana latihan yang dilakukan peneliti setiap hari dengan total durasi waktu 15 menit untuk 3 kali siklus, dimana setiap siklus durasi waktunya 5 menit setiap Pemberian kompres air hangat  .

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data tentang pasien pasien demam typoid dan karakteristik responden dikumpulkan oleh peneliti. Intervensi kompres hangat dilakukan oleh responden dengan anjuran dari peneliti .Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap persiapan a. Persiapan instrumen

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa buku panduan, kuesioner karakteristik responden dan lembar observasi intensitas nyeri.

b. Persiapan administrasi

(35)

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap kedua ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) menyeleksi subyek penelitian

b) memberikan informasi penelitian dengan sejelas-jelasnya kepada subyek penelitian,

c) meminta persetujuan klien untuk menjadi subyek penelitian, selanjutnya, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Hari pertama peneliti menemukan subyek penelitian atau hari ke-0 peneliti mengisi kuesioner untuk diisi langsung oleh peneliti dengan menanyakan langsung dengan responden dan melihat rekam medis dan selanjutnya kontrak dengan pasien untuk pelaksanaan Kompres air hangat yang dilaksanakan tiga hari, sehari 3 kali

2. Pada hari pertama penelitian (pertama kali subyek diberikan kompres air hangat dengan panduan dari peneliti) dilakukan penilaian suhu tubuh, sebelum dan segera setelah dilakukan kompres air hangat, lalu dicatat pada format pengkajian yang tersedia sesuai dengan tanggal pelaksanaan.

(36)

29

H. Analisis Data

Data yang telah terkumpul, sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Editing

Editing data untuk memastikan bahwa data yang diperoleh sudah lengkap,terisi semua dan dapat terbaca dengan baik. Dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh meliputi kebenaran pengisian dankelengkapan jawaban terhadap lembar kuesioner.

2. Coding

Memberi kode pada setiap variabel untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data antara lain jenis kelamin yang diberikan kode 1 = laki – laki dan 2= perempuan. Pengkodean ini diberikan untuk mempermudah dalam memasukkan data dan menganalisa data serta mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut jenisnya.

3. Tabulating

(37)

4. Entry data

Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer untuk selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan program komputer. Peneliti memasukkan satu persatu data responden mulai dari jenis kelamin, usia, intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi .

5. Cleaning data

Data-data yang telah dimasukkan ke program komputer dilakukan pembersihan agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisis. Peneliti memeriksa kembali semua data satu persatu data yang telah dimasukkan ke dalam program yang digunakan. Peneliti tidak menemukan satu pun data yang hilang atau tidak dimasukkan dan data yang telah dimasukkan ke dalam program sesuai dengan data yang ada. Analisa data yang dilakukan meliputi :

a. Analisis univariat

(38)

31

b. Analisis bivariat

(39)

Referensi

Dokumen terkait

secara tertulis pada kertas yang ditandatangani oleh pemegang rekening atau kuasanya untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak lain pada bank yang sama atau bank lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerimaan Retribusi Pasar tiap tahunnya pada masa diberlakukannya otonomi daerah di Kabupaten Bantul tahun 2000 sampai dengan 2007

Ketika kita klik materi dalam bentuk ms.word maka akan ditampilkan jendela download seperti dibawah: (pada mozila firefox) Kamu dapat langsung melihat materi tersebut dengan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Persepsi pedagang Pasar Atas Curup tentang bagi hasil syariah berdasarkan

Rangsang nyeri yang digunakan pada metode ini berupa hot-plate yang panas dengan suhu suhu 55 ± 0,5 ºC dimana kaki mencit diletakkan ke atas hot-plate, maka nanti mencit

Kemerahan (rubor), kemerahan terjadi pada tahap pertama inflamasi (Kee dan Hayes, 1993). Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai darah itu melebar,

Walau bagaimanapun dalam kes - kes yang tertentu sep erti kekurangan responden pada kelas - kelas kemahiran yang dipilih , Pe gaw a i R undingcara membenarkan memilih

IAIN Sunan Ampel adalah perguruan tinggi yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan tinggi, pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam bidang