• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Knalpot Berbahan Aluminium Untuk Mengurangi Kebisingan Pada Sepeda Motor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Knalpot Berbahan Aluminium Untuk Mengurangi Kebisingan Pada Sepeda Motor"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perancangan Teknik

Manusia selalu merancang sesuatu untuk mempermudah dalamn mencapai tujuan yang mereka inginkan. Karakteristik yang paling mendasar pada manusia adalah membuat fungsi perlatan yang telah ada menjadi lebih luas lagi untuk mencapai hal yang diinginkan. Dan pada saat tujuan itu terhambat akibat peralatan yang ada kurang mendukung, maka perbaikan fungsi peralatan dibuat menjadi lebih baik atau dibuat peralatan yang baru. Atas dasar kompleknya tujuan yang ingin dicapai maka manusia dituntut untuk selalu berkreasi dan terus merancang sesuatu yang baru atau merobah sesuatu yang lama menjadi lebih berfungsi lagi.

Merancang adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dengan mengubah suatu yang lama menjadi lebih baik atau membuat sesuatu yang baru. Dalam proses merancang ini tidak ada sesuatu ketentuan yang baku yang harus diikuti oleh setiap perancang. Setiap perancang akan memiliki prosesnya sendiri untuk mencapai tujuan. Dari banyak metode perancangan yang dikeluarkan oleh para perancang, maka proses yang selalu ada pada setiap metode perancangan dan bisa dikatakan proses yang umum yang dilakukan yaitu :

 Menyelidiki alternatif sistem yang bisa memenuhi spesifikasi yang diinginkan  Menformulasikan model matematika dari konsep sistem yang terbaik

(2)

2.1.1 Metode Perancangan Model Pahl dan Beitz

Dalam proses perancangan banyak sekali model perancangan yang diajukan oleh para perancang, tetapi kebanyakan model yang lebih rumit sering mengaburkan tujuan utama dari perancangan dengan mencampurkan antara ditail dari berbagai masalah dan aktivitas dalam melakukan pekerjaan rancangan. Salah satu model yang telah disempurnakan dikemukakan oleh Pahl dan Beitz.

Model Pahl dan Beitz bedasarkan pada tahap-tahap perhitungan sebagai berikut :

 Klarifikasi dari masalah, mengumpulkan informasi tentang kebutuhan untuk diujudkan dalam produk akhir dan juga mengumpulkan informasi tentang batasan masalah.

 Mambuat konsep perancangan, menetapkan fungsi struktur, penelitian untuk pemecahan masalah yang sesuai, penggabungan kedalam beberapa konsep..  Pengujutan rancangan, dimulai dari konsep, para perancang membuat kaluaran

dan bentuk serta membuat produ atau sistem dengan pertimbangan teknik dan ekonomi

(3)

2.2 Deskripsi Knalpot

Sistem buangan ( knalpot ) adalah saluran untuk membuang sisa hasil pembakaran pada mesin pembakaran dalam. Sistem pembuangan terdiri dari beberapa komponen, minimal terdiri dari satu pipa pembuangan. Di Indonesia kata knalpot merupakan kata serapan dari bahasa Belanda yang berarti saringan suara.

Knalpot adalah alat peredam kebisingan yang dipasang pada kendaraan. Pada knalpot terdapat tabung peredam suara yang disebut Silencer. Secara umum knalpot pada kendaraan berfungsi untuk mengalirkan gas pembakaran mesin dan menstabilkan kerja mesin terhadap lingkungan. Ada banyak bentuk tabung peredam knalpot yang ada dipasaran, ini tergantung kepada mesin kendaraan yang dipasang. Pada gambar 2.1 dapat dilihat bentuk dari sistem pembuangan dan bagian- bagian dari sistem pembungan (knalpot).

Secara spesifik knalpot pada kendaraan berfungsi untuk :

 Meredam suara yang dikeluarkan oleh mesin.

 Mengurangi keluarnya Zat-zat berhahaya dari asap kendaraan.

 Memperlambat kecepatan aliran gas buang keluar kendaraan.

 Mengalirkan panas pembakaran dari mesin.

(4)

2.3 Jenis - jenis knalpot 2.3.1 Knalpot Absortif

knalpot absortif adalah knalpot yang dirancang khusus menggunakan peredam untuk menyerap gelombang suara yang keluar dari mesin tanpa memperdulikan tekanan gas buang. Bentuk knalpot absortif dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Knalpot Absortif 2.3.2 Knalpot Reaktif

(5)

Gambar 2.3 Knalpot Reaktif 2.4 Aluminium

Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah Al, dan nomor atomnya 13. Aluminium ialah logam paling berlimpah. Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api. Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik ringan dan kuat. Merupakan konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang Tahan korosi.

(6)

Tabel 2.1 Sifat-sifat Fisika dari Material Aluminium

Sifat fisika

Fase Solid

Massa jenis (mendekati suhu kamar) 2.70 g·cm−3

Massa jenis cair 2.375 g·cm−3

Titik lebur 933.47 K, 660.32 °C, 1220.58 °F

Titik didih 2792 K, 2519 °C, 4566 °F

Kalor peleburan 10.71 kJ·mol−1

Kalor penguapan 294.0 kJ·mol−1

Kapasitas kalor 24.200 J·mol−1·K−1

Tekanan uap

(7)

Gambar 2.4 Gulungan Glasswool

Kelebihan glasswool :

• Insulasi panas dan bunyi yang baik.

• Tidak berjamur, tidak mudah berkarat.

• Tidak mudah terbakar.

• Daya fleksibilitas yang baik.

• Umum digunakan (sudah tersosialisasi dengan baik).

• Dari sisi ekonomis relatif terjangkau sebagai bahan insulasi.

2.6 Teori Gelombang dan Bunyi

Pada bagian ini akan diberikan beberapa definisi dan pengertian dasar mengenai gelombang dan bunyi serta hal-hal yang berkaitan dengan teori ini. 2.6.1 Pengertian Gelombang

(8)

banyaknya gelombang yang melewati suatu titik tiap satuan waktu, periode (T) adalah waktu yang diperlukan oleh gelombang melewati suatu titik, amplitudo (A) adalah simpangan maksimum dari titik setimbang, kecepatan gelombang (v) adalah kecepatan dimana puncak gelombang (atau bagian lain dari gelombang) bergerak. Kecepatan gelombang harus dibedakan dari kecepatanpartikel pada medium itu sendiri. Pada waktu merambat gelombang membawa energi dari satu tempat ke tempat lain. Saat gelombang merambat melalui medium maka energi dipindahkan sebagai energi getaran antar partikel dalam mediumtersebut.

2.6.2 Jenis-Jenis Gelombang

Jenis-jenis gelombang dikelompokkan berdasarkan arah getar, amplitudo dan fasenya, medium perantaranya dan frekuensi yang dipancarkannya. Berdasarkan arah getarnya gelombang dikelompokkan menjadi:

a. Gelombang Transversal

Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatannya. Satu gelombang terdiri dari satu lembah dan satu bukit seperti ditunjukkan pada gambar 2.5.

(9)

b. Gelombang Longitudinal

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar atau berimpit dengan arah rambatannya. Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan renggangan seperti ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Gelombang longitudinal 2.7 Bunyi dan Gelombang Bunyi

Menurut Lesie L. Doelle (1990), disebutkan bahwa bunyi memiliki dua definisi yaitu :

1. Secara fisis merupakan pergerakan partikel melalui medium udara disebut sebagai bunyi objektif.

2. Secara fisiologis bunyi dianggap sebagai sensasi pendengaran yang ditimbulkan oleh kondisi fisik disebut sebagai bunyi subjektif.

Bunyi merupakan tranmisi energi yang melewati benda padat, cair dan gas dalam suatu getaran yang diterima melalui sensasi telinga dan otak. Variasi bunyi terjadi karena tekanan udara berupa rapatan atau renggangan molekul udara oleh gangguan pada media elastis yang menyebar ke segala arah (Suptandar, 2004).

(10)

padat dari suatu media dilewatinya. Bunyi serupa dengan suara, namun dari sudut bhasa bunyi tidak sama dengan suara oleh karena suara dihasilkan oleh getaran (bunyi) yang keluar dari mulut atau dihasilkan oleh makhluk hidup. Tapi dari sudut fisika bunyi dan suaranya sama, oleh karena bunyi dan suara sama-sama dihasilkan dari getaran.

Bunyi memiliki beberapa sifat dan besaran fisis. Sifat-sifat bunyi antara lain : dapat dipantulkan, dapat berinterferensi dan dapat dibelokkan. Bunyi dapat menimbulkan pengaruh pada lingkungan sekitarnya seperti adanya pelayangan bunyi dan efek Doppler. Bunyi merupakan suatu jenis gelombang sehingga memiliki besaran-besaran gelombang seperti kecepatan, frekuensi, panjang gelombang dan periode. Selain itu bunyi juga memiliki besaran lain seperti tekanan bunyi, intensitas bunyi dan daya akustik. Ketika bunyi menumbuk suatu batas dari medium yang dilewatinya, maka energi dalam gelombang bunyi dapat diteruskan, diserap atau dipantulkan oleh batas tersebut. Pada umumnya ketiganya terjadi pada derajat tingkat yang berbeda, tergantung pada jenis batas yang dilewatinya (Lord 1980 dalam Himawanto 2007). Fenomena gelombang suara yang terjadi berupa suara yang diserap (absorb), dipantulkan (reflected) dan diteruskan (transmitted). Dapat dilihat pada gambar 2.7.

(11)

2.7.1 Pemantulan Bunyi (Refleksi)

Pemantulan bunyi adalah pemantulan kembali dari gelombang bunyi yang menumbuk suatu permukaan, dimana sudut datang sama dengan sudut pantul. Permukaan yang keras, tegar dan rata akan memantulkan semua energi bunyi. Bentuk pemantulan dapat dibedakan menjadi beberapa kondisi, yaitu :

1). Permukaan rata bersifat sebagai penghasil gelombang bunyi yang merata. 2). Permukaan cekung bersifat sebagai pengumpul gelombang bunyi.

3). Permukaan cembung bersifat sebagai penyebar gelombang bunyi.

Suara yang disebarkan kesegala arah akan menimbulkan gelombang bunyi yang merambat ke segala arah dengan tekana bunyi yang sama dengan tekanan bunyi yang sama pada setiap ruang (Suptandar,2004).

(12)

2.7.2 Penyerapan Bunyi

Penyerapan bunyi adalah peristiwa penyerapan bunyi oleh suatu lapisan tertentu memiliki koefisien yang juga tertentu. Ada beberapa jenis penyerap bunyi yaitu bahan berpori, panel-panel penyerap bunyi dan resonator berongga. Bahan lembut, berpori, dan kain serta manusia menyerap sebagian besar gelombang bunyi yang menumbuk mereka, dengan kata lain, mereka adalah penyerap bunyi. Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain,yaitu energi panas. Biasanya energi panas terjadi ketika bunyi melewati suatu bahan atau menumbuk suatu permukaan. Jumlah panas yang dihasilkan pada perubahan energi ini sangat kecil, sedangkan kecepatan perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh penyerapan. Berikut disajikan tabel koefisien serapan beberapa material.

2.7.3 Tranmisi Bunyi

Bunyi yang merambat pada lapisan permukaan akan diteruskan ke semua penjuru atau ruang-ruang lain dan sifatnya bergantung pada kesesuaian tingkat kemampuan tranmisi material. Untuk menghindari kebisingan ruang yang berakustik digunakan material yang bertranmisi rendah serta perhitungan kontruksi pada pemasangan lapisan penyerap.

2.7.4 Difraksi Bunyi

(13)

gelombang dibatasi. Difraksi lebih nyata pada frekuensi rendah dari pada frekuensi tinggi, karena panjang gelombang bunyi yang dapat didengar terentang dari beberapa sentimeter sampai beberapa meter dan seringkali cukup besar dibandingkan dengan lubang atau perintang, maka pembelokan gelombang bunyi di sekitar suatu pojokan merupakan suatu fenomena biasa, (Leslie L. Doelle. 1985:28)

2.7.5 Penyebaran Bunyi

(14)

cair, atau padat. Gelombang itu dihasilkan ketika sebuah benda yang digetarkan dan menyebabkan gangguan kerapatan medium. Gangguan dijalarkan di dalam medium melalui interaksi molekul-molekulnya. Arah gerakan molekul medium yang dilewati searah dengan arah penjalaran gelombang tersebut (Tipler,1998). Berdasarkan frekuensinya gelombang bunyi dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Gelombang Infrasonik dengan frekuensi < 20 Hz .

2. Gelombang Audiosonik dengan frekuensi 20 – 20.000 Hz 3. Gelombang Ultrasonik dengan frekuensi >20.000Hz.

Penyerapan, dan penerusan bunyi, yang karakteristiknya tergantung pada karakteristik obyek. Perambatan gelombang bunyi yang mengenai bidang batas dengan celah akan mengalami difraksi (Mediastika, 2005) misalnya yang terjadi pada ruangan yang berlubang.

2.8 Sifat-Sifat Bunyi

Bunyi mempunyai beberapa sifat, seperti frekuensi bunyi, kecepatan perambatan, intensitas, panjang gelombang dan kecepatan partikel.

2.8.1 Frekuensi Bunyi

(15)

� =

……….. (2.1)

Dimana : f = Frekuensi (Hz) T = Waktu (s)

2.8.2 Kecepatan Perambatan Bunyi

Bunyi bergerak pada kecepatan berbeda-beda pada tiap media yang dilaluinya. Pada media gas udara, cepat rambat bunyi tergantung pada kerapatan, suhu, dan tekanan. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

c =

� .��

� ……….. (2.2)

atau dalam bentuk sederhannya dapat ditulis :

c =

20,05 √

dimana: c = Cepat rambat bunyi (m/s)

� = Rasio panas spesifik (untuk udara = 1,41) Pa = Tekanan atmosfer (Pascal)

= Kerapatan (Kg/� T = Suhu (K)

Pada media padat bergantung pada modulus elastisitas dan kerapatan

c =

�……….. (2.3)

dimana : E = Modulus Elastisitas = Kerapatan (Kg / �

(16)

c =

� ……….. (2.4)

dimana : K = Modulus Bulk = Kerpatan (Kg / � 2.8.3 Panjang Gelombang

Panjang gelombang bunyi dapat didefenisikan sebagai jarak antara dua muka gelombang berfase sama. Hubungan antara panjang gelombang, frekuensi dan cepat rambat bunyi dapat ditulis :

= �……….. (2.5)

Dimana : = Panjang Gelombang bunyi (m) C = Cepat Rambat bunyi (m/det)

f = Frekuensi (Hz)

2.8.4 Intensitas Bunyi

Intensitas bunyi adalah aliran energi yang dibawa gelombang udara dalam suatu daerah per satuan luas. Intensitas bunyi pada tiap titik dari sumber dinyatakan dengan :

I =

� ……….. (2.6)

(17)

Ambang batas pendengaran manusia, yaitu nilai minimum intensitas daya bunyi yang dapat dideteksi telinga manusia adalah 10-6 W/�� . Intensitas maksimum bunyi yang dapat diterima tanpa menyebabkan kerusakkan adalah sekitar 10-3 W/�� .

2.8.5 Kecepatan Partikel

Radiasi bunyi yang dihasilkan suatu sumber bunyi akan mengelilingi udara sekitarnya. Radiasi bunyi ini akan mendorong dan partikel udara yang dekat dengan permukaan luar sumber bunyi. Hal ini akan menyebabkan bergeraknya partikel-partikel disekitar radiasi bunyi yang disebut dengan kecepatan partikel-partikel.

Hubungan tekanan dengan kecepatan partikel sebagai berikut :

V

=

�.� ……….. (2.7)

Dimana: V = Kecepatan partikel (m/det)

P = Tekanan (Pascal)

= Massa Jenis bahan (kg / �

c = Kecepatan rambat gelombang (m/det) 2.9 Sifat Akustik

(18)

pertumbuhan, kelembaban, modulus elastitas, dan kandungan bahan kimia yang dapat mempengaruhi sifat akustik (Bucur 2006).

Sifat akustik berhubungan dengan produksi suara yang diakibatkan oleh benturan langsung, dan bunyi yang dihasilkan oleh sumber lain yang dipancarkan melalui udara dan mempengaruhi kayu dalam bentuk gelombang suara (Tsoumis 1991). Medium gelombang bunyi dapat berupa zat padat, cair, ataupun gas.

2.9.1 Koefisien Penyerapan Bunyi

Menurut Jailani et al. (2004) penyerapan suara (sound absorption) merupakanperubahan energi dari energi suara menjadi energi panas atau kalor. Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien

penyerapan bahan terhadap bunyi), semakin besar α maka semakin baik digunakan sebagai peredam suara. Nilai α berkisar dari 0 sampai 1. Jika α bernilai 0, artinya

tidak ada bunyi yang diserap sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100% bunyi yang

datang diserap oleh bahan. Besarnya energi suara yang dipantulkan, diserap, atau diteruskan bergantung pada jenis dan sifat dari bahan atau material tersebut. Pada umumnya bahan yang berpori (porous ma terial) akan menyerap energi suara yang lebih besar dibandingkan dengan jenis bahan lainnya. Adanya pori-pori menyebabkan gelombang suara dapat masuk kedalam material tersebut. Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan menjadi bentuk energi lainnya, pada umumnya diubah ke energi kalor.

(19)

Ener gy

Terdapat dua metode untuk mengukur koefisien absorbsi suara, yaitu dengan tabung impedansi (impedance tube) yang dapat mengukur koefisien absorbsi suara normal, serta pengukuran dengan ruang dengung (reverberationroom) yang dapat mengukur koefisien absorbsi suara sabine. Tabel 2.2 berikut merupakan nilai koefisien absorpsi dari beberapa material.

Tabel 2.2 Koefisien Penyerapan Bunyi dari Beberapa Material

Material Frekuensi

(20)

1. Material penyerap atau absorbing material,

2. Material penghalang atau barrier material, 3. Material peredam atau damping material.

Material penyerap bunyi mempunyai beberapa parameter akustik yang merupakan besaran yang dapat diukur sebagai sifat dan kinerja material tersebut. Besaran tersebut yaitu impedansi normal dan koefisien serapan bunyi. Penelitian mengenai karakter akustik pada suatu material penyerap bunyi telah banyak dilakukan (Doelle,1993). Secara umum bahan penyerap suara terdiri dari beberapa jenis diantaranya :

A. Bahan berporous,

B. Panel-panel penyerap bunyi, C. Resonator berongga.

Pada bahan berpori, energi bunyi diubah menjadi energi panas melalui gesekan dengan molekul udara. Contoh material ini adalah serat kacang (rock wall), serat kayu, dan papan serat (fiber board). Pada panel absorber, energi bunyi diubah menjadi energi getaran. Material panel absorber ini bekerja dengan baik pada frekuensi rendah, misalnya kaca, pintu, dan panel kayu. Resonator berongga mengurangi energi bunyi melalui gesekan dan interfleksi pada lubang dalam yang bekerja pada frekuensi rendah. Contohnya antara lain sound block, resonator panel berlubang, dan resonator celah. (Sriwigiyatno, 2006).

Kualitas dari bahan penyerap suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien

penyerapan bahan terhadap bunyi), semakin besar α maka semakin baik digunakan

(21)

tidak ada bunyi yang diserap sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100% bunyi yang datang diserap oleh bahan (Khuriati 2006). Reaksi serap terjadi akibat turut bergetarnya material terhadap gelombang bunyi yang sampai pada permukaan material tersebut. Getaran suara yang sampai dipermukaan turut menggetarkan partikel dan pori-pori udara pada material tersebut. Sebagian dari getaran tersebut terpantul kembali ke ruangan, sebagian berubah menjadi panas dan sebagian lagi di teruskan ke bidang lain dari material tersebut. (Gunawan dalam Niken Puspita Sari,2008). Kayu dengan kerapatan dan modulus elastisitas yang rendah, dan kadar air dan temperatur yang tinggi lebih banyak menyerap suara.

2.11 Kebisingan ( Noise )

(22)

2.11.1 Baku Tingkat Kebisingan

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :KEP 48/MENLH/11/1996 Tentang Baku tingkat kebisingan baku tingkatkebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkandibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkangangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.Baku tingkat kebisingan nilainya disesuaikan dengan peruntukannyaataupun dengan lingkungan kegiatan.

Baku tingkat kebisingan nilainya disesuaikan peruntukannya ataupun dengan lingkungan kegiatan. Baku tingkat kebisingan di perumahan dan tidak sama dengan didaerah perkantoran, sedangkan baku tingkat kebisingan untuk lingkungan kegiatan rumah sakit juga tidak sama dengan lingkungan sekolah.

2.11.2 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : KEP 48/ MENLH/11/1996 Tentang baku tingkat kebisingan.

(23)

Tabel 2.3 Nilai Baku Tingkat Kebisingan (Kep. MENLH 1996)

Peruntukan Kawasan/lingkungan Kesehatan Tingkat kebisingan dB (A)

a. Peruntukan Kawasan.

1. Perumaahan dan Pemukiman 2. Perdagangan dan Jasa

3. Perkantoran dan Perdagangan 4. Ruang Terbuka Hijau

5. Industri

6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi

1. Rumah Sakit atau sejenisnya 2. Sekolah atau sejenisnya 3. Tempat ibadah atau sejenisnya

55

2.11.3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 718/Men/Kes/Per/XI/ 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan.

(24)

Tabel. 2.4 Pembagian Zona Bising oleh Menteri Kesehatan

No. Zona

Tingkat Kebisingan (dB) Maks yang

dianjurkan

Maks yang diperbolehkan

1 A 35 45

2 B 45 55

3 C 50 60

4 D 60 70

 Zona A  Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial dan sejenisnya.

 Zona B  Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.

 Zona C  Zona yang diperunyukkan bagi perkantoran, perdagangan, pasar dan sejenisnya.

 Zona D  Zona yang diperuntukkan bagi industry, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.

2.11.4 Peraturan MENLH Nomor 07 Tahun 2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan bermotor tipe baru kategori L.

(25)

Tabel 2.5 Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L secara Dinamis

2.11.5 Sanksi Bagi Pelanggar Peraturan Baku Tingkat Kebisingan

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diatur ancaman tindak pidana bagi pelanggar baku mutu lingkungan. Sanksi tersebut terdapat pada pasal 100 ayat 1 dan 2 yaitu setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Tindak pidana tersebut hanya dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali.

Sanksi administratif yang dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah:

a) Teguran tertulis

(26)

Pemberian sanksi untuk kendaraan bermotor diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 67 yaitu

“barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak memenuhi

persyaratan ambang batas emisi gas buang, atau tingkat kebisingan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah).”

2.12 Mesin Sebagai Sumber Kebisingan

Berhubung mesin sebagai sumber kebisingan, dimana tekanan pembakaran yang terjadi pada motor bensin berkisar antara 30-60 Bar, temperatur pembakaran dapat mencapai 2000-2500 oC dan kecepatan rata-rata piston mencapai 20 s/d 40 m/dtk. Untuk kondisi tertentu temperatur gas yang keluar pada saluran knalpot putaran lambat 300 s/d 500 oC, tekanan gas keluar pada saluran gas buang (Exhaust Port) 1–3 Bar.

Pada putaran tinggi temperatur mesin mencapai 700 s/d 1000 oC, sedangkan tekanan gas yang keluar dari saluran gas buang (Exhaust Port) mencapai kisaran 3 – 5 Bar. Penyebab naik turunnya hal tersebut diatas akan tergantung oleh putaran mesin. Semakin tinggi putaran mesin maka kecepatan gerakan piston, temperatur, tekanan gas buang semakin tinggi dan akibatnya pada knalpot mengeluarkan suara kebisingan. Kecepatan gerakan piston rata- rata seperti rumus dibawah :

�� = .

……….. (2.λ)

Dimana :

V m = Kecepatan rata-rata piston (m/dtk) S = Langkah piston (mm)

(27)

Besar sound power level (Lw) mesin dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut ini :

Lw = 95 + 5 Log 10 Ni - �

. ……….. (2.10)

Dimana : Lw = Sound Power Level (dB) Ni = Daya mesin (kW)

Lp = Panjang Pipa exaust (m)

2.13 Tingkat Tekanan Bunyi (Sound Pressure Level)

Jika terdapat gelombang bunyi yang melewati suatu medium, maka tekanan

di dalam medium tersebut akan berubah. Perbedaan atau selisih perubahan ini

disebut sebagai tekanan bunyi.Pada medium udara, tekanan bunyi terendah yang

dapat didengar oleh telinga manusia (dewasa muda pada frekuensi bunyi 1000 Hz)

adalah 20 Pa dan tekanan bunyi yang dapat menyebabkan telinga terasa sakit

adalah 208 Pa. Tekanan bunyi dengan tekanan lebih kecil dari 20 Pa tidak dapat

dirasakan atau diindera oleh telinga manusia, sedangkan tekanan bunyi diatas

208 Pa dapat merusakkan syaraf indera pendengaran atau dapat menyebabkan tuli

permanen. Dengan demikian tekanan bunyi yang dapat ditoleransi oleh indera

telinga manusia adalah 20 Pa sampai dengan 208 Pa atau 2.10-5 Pa sampai dengan

2.102 Pa. (Pa atau N/m2).

Lp = 20 log �

.

……….. (2.11)

Dimana : Lp = Tingkat Tekanan Bunyi (dB)

(28)

2.14 Tingkat Daya Bunyi (Sound Power Level)

Daya bunyi merupakan karakteristik (sifat yang dipunyai individu) dari

suatu sumber bunyi sehingga tidak dipengaruhi faktor luar, seperti kondisi medium

atau jarak dari sumber bunyi. Daya bunyi tidak tergantung pada dekat atau jauhnya

letak titik dari sumber. Daya bunyi atau disebut juga daya akustik mempunyai

definisi seperti definisi daya pada umumnya, yaitu energi bunyi yang dikeluarkan

atau dipancarkan oleh suatu sumber bunyi setiap satuan waktu, dan mempunyai

satuan Joule per detik atau Watt.

Lw = 10 Log �

……….. (2.12)

Dimana : Lw = Tingkat Daya Bunyi (dB)

W = Daya (watt)

2.15 Penentuan Banyaknya Lubang Pada Knalpot

Untuk memperkecil frekwensi dari sistem pipa pada tabung silencer maka pada pipa dibuat lubang. Untuk menetukan banyak lubang untuk setiap pipa pada tabung silincer dapat digunakan rumus berikut :

n

t

=

K { L+ . √SS t }

t ……….. (2.13)

Dimana:

nt

= banyak lubang

St = luas masing-masing lubang (m2)

L = tebal pipa (m)

K = konduktivitas lubang pipa (m)

(29)

K =

cπf

V

………..………... (2.14)

Dimana:

f = frekwensi dari harga pengurangan transmisi (Hz) V = volume tabung (m3)

c = kecepatan gelombang suara dalam gas (m/s)

2.16 Pemilihan Ukuran dari Knalpot

Berdasarkan design and construction of a muffler for engine exaust noise reduction (M. Rahman, T. Sharmin, A F M E. Hassan, and M. Al Nur, 2005) untuk mencari panjang knalpot dan diameter knalpot dirumuskan sebagai berikut :

Lk = / 4..………. (2.15)

=

………..(2.16)

Dimana : c = Kecepatan suara (340 m/s) f = frekuensi ( Hz)

= panjang gelombang (m)

Lk = panjang Knalpot (m)

Dt = 3 x De ……… (2.17) Dimana : Dt = Diameter knalpot (m)

(30)

2.17 Material Stainless Steel

Stainless steel merupakan salah satu material yang baik untuk material knalpot salah satunya yang biasa digunakan adalah dari jenis AISI Type 304 Stainless Steel. Material Stainless Steel merupakan yang banyak digunakan untuk bahan knalpot.

2.17.1 Sifat-sifat Stainless Steel

Stainless Steel memiliki sifat antara lain :

1. Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan gesekan 2. Tahan temperatur rendah maupun tinggi

3. Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil

4. Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus 5. Tahan terhadap oksidasi

6. Kuat dan dapat ditempa 7. Mudah dibersihkan

8. Mengkilat dan tampak menarik

Pada tabel 2.6 dapat dilihat sifat fisis dari material AISI Type 304 Stainless Steel.

Tabel 2.6 Sifat Fisis dan Mekanis Material AISI Type 304 Stainless Steel.

No Sifat Fisis Nilai

1 Modulus Elastisitas 196 Gpa

2 Possion Ratio 0.29

3 Density 8000 Kg/m3

(31)

2.18 Kehilangan Bunyi yang ditransmisikan

TL = log [ + . (ScSe- SeSc) sin ( πLcλ ) ]

Dimana :

TL = Transmision loses (dB)

Se = Luas daerah masuk atau keluar (m2) Sc = Luas daerah knalpot (m2)

Lc = Panjang knalpot (m)

Gambar

Gambar 2.1  Sistem Pembuangan (knalpot)
gambar 2.2.
Gambar 2.3 Knalpot Reaktif
Tabel 2.1 Sifat-sifat  Fisika dari Material Aluminium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pokja Jasa Konsultansi ULP Empat Lingkungan Peradilan Korwil Kalimantan Selatan untuk pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin akan

Hasil as uhan kebidanan secara komprehensif pada Ny “D” selama trimester III dengan flour albus, persalinan spontan tanpa penyulit tetapi pada kala I terjadi fase laten

Berbeda dengan hasil penelitian Putranto (2012), Utami (2012) dan Lestari (2015) menyatakan bahwa group cohesiveness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

Berdasarkan penelitian dan pembahasan implementasi sistem sengaturan suhu ruang server menggunakan sensor DHT11 dan sensor PIR berbasis mikrokontroler dapat

[r]

[r]

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, ternyata terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel kualitas produk terhadap kepuasan pengguna jasa ojek

Ayat dan ungkapan di atas mengindikasikan akan peran dan tanggung jawab yang begitu besar bagi para pendidik (orangtua) secara khusus, karena anak sebagai &#34;titipan&#34;