• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENTANG SURAT DAN AYAT DALAM AL QURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TENTANG SURAT DAN AYAT DALAM AL QURAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

SURAT DAN AYAT

MAKALAH AL-QUR’AN DAN HADITS

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Qur’an Hadits

Dosen : Drs. H. Abdul Madjid, AS

VINA IDAMATUSSILMI 14350037

AL-AKHWAL ASY-SYAKHSIYYAH (B)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam saya haturkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang kaya akan ilmu pengetahuan.

Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada bapak Abdul Majid, AS selaku dosen pengampu Al-Qur’an Hadits yang telah membimbing saya dalam

pembuatan makalah. Tak lupa kepada teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat, dalam proses pembelajaran akademik ataupun kegiatan di luar akademik. Terimakasih

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii-iii

BAB.I PENDAHULUAN

Latar Belakang...1

Rumusan Masalah...1

Tujuan...1

BAB.II PEMBAHASAN

SURAH

Pengertian Surah...2

Jumlah Surah dalam Al-Qur’an...2-3

Pembagian Surah dalam Al-Qur’an...3-4

Penyusunan Surah dalam Al-Qur’an...5-7

Penamaan Surah dalam Al-Qur’an...7-8

Antara yang Turun Pertama dan Terakhir...8-10

Surah Makiyyah dan Madaniyyah...10-11

AYAT

Pengertian Ayat...12-13

Jumlah Ayat dalam Al-Qur’an...13-14

(4)

Tertib Pengurutan Ayat dalam Al-Qur’an...14-15

Huruf-Huruf Muqaththa’ah...15-16

BAB.III PENUTUP

Kesimpulan...17

DAFTAR PUSTAKA...18

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Allah menurunkan al-qur’an dengan begitu indahnya. Dari segi bahasa, susunannya, ataupun hal lain yang membuat kita sebagai manusia terkagum-kagum akan ciptaanNya, dan membuat kita berfikir bahwa al-qur’an itu benar-benar mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, bukan buatan manusia, atau makhluq Allah lainnya. Semua itu dapat kita lihat pada surat dan ayat yang menjadi bagian dalam al-qur’an.

Dengan itu, kita perlu mengetahui apa saja yang ada dalam al-qur’an terkait dengan surat dan ayat. Guna menambah kekuatan iman kita kepada al-qur’an yang termasuk kitab Allah.

B. RUMUSAN MASALAH

a)

Apa yang dimaksud dengan surah dalam Al-Qur’an?

b)

Apa yang dimaksud dengan ayat dalam Al-Qur’an?

C. TUJUAN

a) Mengetahui apa yang dimaksud dengan surah dalam al-qur’an b) Mengetahui apa yang dimaksud dengan ayat dalam al-qur’an

1

BAB II

(6)

A.

SURAH

a) PENGERTIAN SURAH

Dalam leksikologi Arab, kata surat (jamak: suwar) mengandung banyak arti, yaitu: bangunan yang menjulang tinggi ke langit, kedudukan/tempat dan keutamaan.1 Dari segi lughowi-nya surah juga berarti Manzilah atau

kedudukan. Arti lainnya adalah syaraf, atau kemuliaan. Arti lainnya adalah

Syaraf, atau kemuliaan.

Pada sisi terminologis, kita tidak melihat batasan surat dalam perspektif yang berbeda. Pada umumnya memberikan batasan yang sama tentu dengan sedikit penjelasan tambahan yang berbeda. Al-Zarkasyi misalnya menjelaskan pengertian surat dengan “sekelompok ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai permulaan dan penutup”. 2Al-Zarqani memberikan sedikit tambahan bahwa sekelompok ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai permulaan dan akhir itu adalah berdiri sendiri. Menurut Abdul Wahhab Abdulmajid Ghazlan, surah adalah “kelompok tersendiri dari Al-Qur’an yang terdiri dari sedikitnya tiga ayat”. Jadi dapat disimpulkan bahwa surah adalah “kelompok tersendiri dari ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai awal dan akhir”.

b) JUMLAH SURAH DALAM AL-QUR’AN

Pendapat yang paling umum diterima, jumlah surat al-Qur’an seperti dalam mushaf Usman adalah 114 surat. Tetapi pendapat yang diterima dari Mujahid surat Qur’an adalah 113 surat dengan menggabungkan surat al-Anfal dengan surat al-Tawbah menjadi satu surat. Hasan, ketika ditanya apakah surat al-Bara’ah dan surat al-Anfal itu satu surat atau dua surat, menjawab “satu surat”. Ibnu Mas’ud dalam mushafnya terdapat 112 surat. Ini karena ia tidak memasukan dua surat terakhir (mu’awidzatani) 3 yang oleh Montgomery Watt dikatakan sebagai jimat-jimat pendek. Sementara sebagian di antara ulama Syi’ah menetapkan bahwa jumlah surat al-Qur’an 116. Hal ini karena mereka memasukan surat qunut yang dinamai surat al-khaf dan al-hafd yang oleh ditulis oleh Ubay di kulit al-Qur’an.

c) PEMBAGIAN SURAH

1

http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran/

2 al-zarqasyi, t.t : I, 263

2

(7)

Pembagian al-Qur’an menjadi 30 juz berkaitan dengan jumlah hari dalam bulan Ramadhan, ketika satu juz al-Qur’an dibaca setiap harinya. Tetapi, bagian atau juz al-Qur’an tampaknya kurang diperhitungkan untuk menjadi pembicaraan dalam pembahasan ilmu-ilmu al-Qur’an. Berbeda dengan pembahasan surah dan ayat dalm al-qur’an yang dipandang cukup menarik.

4Para ulama mengelompokkan Al-Qur’an yang berjumlah 114 surah menjadi

empat kelompok. Sandarannya adalah hadits marfu’ yang dikeluarkan oleh Abu ‘Ubaid dari Basyir, dari Qatadah, dari Abi Al-Mulih, dari Wailah bin Al-Asyqa dari Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi :

ليجنلا ناكم ن

ن ييئئمئلا ت

ت ييط

ئ ع

ي اتون ةئارنويتتلا نناك

ن من لناونط

ط لا عنبيس

ت لا ت

ت ييط

ئ ع

ي ات

لصفملاب تلضفو روبزلا ناكم يناثملا تيطعاو

“Aku diberi (oleh Allah) tujuh surah thiwal isi Taurat. Dan aku diberi mi’un pada posisi Injil. Dan aku diberi matsani pada posisi Zabur. Dan, aku dilebihkan dengan mufashshal”.

Sekalipun oleh Al-Zarkhasyi dalam Al-Burahn Fi ‘Ulumil Qur’an-nya hadits ini dinyatakan gharib, tetapi istilah-istilah surah thiwal, mi’in atau matsani dan mufashshal demikian populer di kalangan pengkaji ‘Ulumul Qur’an. Dan pembagiannyapun sebagai berikut :

1. Ath-Thiwal

Yaitu surah yang panjang-panjang.

Kelompok surah ini ada enam surah yag disepakati. Dan satu surah dipersoalkan. Surah-surah yang disepakati adalah : Al-Baqarah, Ali ‘Imron, An-Nisa’, Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raf. Sedangkan satu surah lainnya yang dipertentangkan adalah surah Baraah (At-Taubah). Kedua surah ini dianggap satu karena tidak dipisah dengan basmallah. Menurut pendapat yang lain, yang ketujuh adalah surat Yunus.

2. Al-Mi’un atan Al-Mi’in

Yaitu surah-surah Al-Qur’an yang jumlah ayatnya sekitar 100 ayat.

3. Al-Matsani

4

http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran/

(8)

Adalah surah-surah yang panjangnya kurang dari 100 ayat. Dinamakan Matsani, karena surat itu diulang-ulang dalam bacaannya (sering dibaca), lebih banyak dibandingkan dengan surat at-thiwwal dan al-mi’un.

4. Al-Mufashshal

Yaitu surah-surah yang lebih pendek dari matsani. Disebut mufashshal karena terputus-putus. Sebabnya surah itu pendek. Ada 3 macam surah Mufasshal, yaitu :

1. Thiwal Al-Mufasshal

Dimulai dari surah Qaaf atau dari surah Al-Hujurat sampai dengan surah An-Naba atau sampai Al-Buruj.

2. Aussth Al-Mufasshal

Dari surah An-Naba’ atau dari surah Al-Buruj sampai surah Adh-Dhuha atau sampai surah Al-Bayyinah.

3. Qishar al-Mufasshal

Dari surah adh-Dhuha atau dari Al-Bayyinah sampai akhir Al-Qur’an.5

d) PENYUSUNAN SURAH DALAM AL-QUR’AN

Para ulama berbeda pendapat tentang susunan surat-surat al-Qur’an. Ada tiga pendapat yang muncul tetang persoalan ini, yaitu: pertama, susunan surat-surat al-Qur’an seluruhnya berdasarkan petunjuk Rasul (tawqifi). Kedua, susunan surat-surat al-Qur’an adalah ijtihad para sahabat; dan ketiga, susunan surat-surat al-Qur’an sebagian bersifat tawqifi dan sebagian lagi

adalah ijtihad sahabat.

Pendapat yang pertama ini didukung oleh ulama-ulama seperti Abu Ja’far bin Nuhas, Ibnu al-Hasr dan Abu Bakar al-Anbari. Alasan yang mendukung pendapat ini adalah riwayat Abu Syaibah bahwa Nabi pernah membaca beberapa surat mufashshal dalam satu rakaat menurut susunan mushaf al-Qur’an. Di samping itu juga pernyataan Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa ia pernah menyebutkan surat Makiyah, surat Bani Israil, al-Kahfi, Maryam, Thaha dan al-Anbiya’ yang pertama kali ia pelajari—secara beruntut seperti urutan sekarang ini. Al-Zarqani menambahkan alasan golongan ini dengan mengatakan bahwa para sahabat telah sepakat terhadap mushaf Usman dan tidak ada seorang pun dari sahabat yang berkeberatan atau menyangkalnya. Kesepakatan ini tak terjadi kecuali karena pengumpulan ini

5

http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran/

(9)

sifatnya tawqifi. Sebab bila seandainya berdasarkan ijtihad maka para sahabat tentu akan berpegang teguh pada pendapat mereka yang berlainan. Pendapat kedua dinisbahkan kepada imam Malik. Dan al-Zarqani menyebut bahwa pendapat ini adalah pendapat jumhur ulama dan termasuk di dalamnya seperti al-Qadhi dan Abu Bakar. Argumen pendapat ini adalah adanya beberapa mushaf pribadi beberapa orang sahabat yang sistematika surat tersebut saling berbeda satu sama lain. Mushaf Ibnu Mas’ud misalnya, dimulai dengan surat al-fatihah, al-Baqarah, an-Nisak, Ali Imran dan seterusnya. Demikian juga dengan mushaf Ubay. Mushaf Ali disusun berasarkan urutan turunnya ayat, karenanya dimulai dengan surat al-Alaq, kemudian al-Mudaststir, Nun, Qalam dan seterusnya. Ketika Usman ditanya oleh para sahabat, kenapa ia mengambil kebijaksanaan untuk menggabungkan surat al-Anfal dengan surat al-Bara’ah menjadi satu dengan tidak meletakkan basmalah di antara kedua surat tersebut, ia menjawab bahwa itu hanya perkiraannya karena kisah yang terdapat dalam surat al-Anfal serupa dengan kisah dalam surat al-Bara’ah.

5

(10)

al-Qur’an sebelumnya telah turun ke lauh mahfudh dan telah berupa kitabyang tentunya tersusun secara sistematis. Namun demikian, terlepas dari perbedaan tertib surat tersebut, sistematika surat tidaklah mengindikasikan suatu kemestian dan keharusan orang membaca dan mempelajari sesuai dengan

susunan surat tersebut.

Adapun tertib ayat al-Qur’an oleh ulama seperti yang dikatakan al-Sayuthi —disepakati urutannya berdasarkan tawqifi dari Rasul. Karena setiap kali turun ayat nabi selalu memberikan petunjuk supaya meletakkan ayat tersebut pada tempat tertentu atau pada surat yang di dalamnya disebutkan seperti ini.

Usman bin Abi al-Ash mengatakan:

Saya duduk di samping Rasul, tiba-tiba pandangannya menjadi tajam lalu kembali seperti semula kemudian memerintahkan aku meletakan ayat ini di tempat ini surat ini.

6

Ibnu Zubair berkata, aku mengatakan kepada Usman bahwa ayat 23 surat al-Baqarah telah dimansukhkan oleh ayat lain, tetapi mengapa anda menuliskannya atau membiarkannya dituliskan. Beliau menjawab: “Kemenakanku, aku tidak mengubah sesuatu pun dari tempatnya”. Di samping itu diriwayatkan pula bahwa Jibril senantiasa mengulangi dan memeriksa al-Qur’an yang telah disampaikannya kepada Muhammad setiap tahun pada bulan Ramadhan, bahkan sampai dua kali pada tahun-tahun terakhir hidup Muhammad saw. Pengulangan Jibril terkahir ini adalah seperti susunan surat-surat al-Qur’an yang dikenal sekarang. Baik surat-surat maupun ayat-ayat, selalu mempunyai korelasi (munasabah). Penjelasan tentang korelasi surat-surat dan ayat-ayat al-Qur’an biasanya dapat dilihat dalam kitab-kitab tafsir.

e) PENAMAAN SURAH DALAM AL-QUR’AN

(11)

hanya dijadikan sebagai alat metode identifikasi. Nama-nama surat ini diambil dari kata yang mencolok atau tidak lazim di dalamnya. Biasanya kata ini muncul hampir di awal surat, tetapi tidak demikian

selamanya. Surat 16 misalnya, diberi nama dengan surat al-Nahl (lebah) tetapi tidak disebutkan di dalamnya hingga pada ayat 68 lebih separuh dari surat tersebut; bahkan ayat ini (16: 68) merupakan satu-satunya bagian dari al-Qur’an yang berbicara tentang al-Nahl. Senada dengan ini, surat 26 diberi nama dengan al-Syu’ara, kata yang disebutkan al-Qur’an di dalam ayat 224 surat tersebut dan merupakan bagian paling akhir dari surat tersebut.

7

Jelas sekali bahwa nama-nama surat ini tidak berasal dari al-Qur’an, tetapi diperkenalkan oleh para-pakar al-Qur’an. Tampaknya tidak ada aturan yang umum dalam pemilihan nama-nama surat tersebut. Orang-orang

menggunakan kata apa saja yang paling menonjol dalam suatu surat. Sebagian ulama mengasumsikan bahwa nama-nama surat al-Qur’an ini adalah petunjuk Rasul (tawqifi). (petunjuk Rasul). Sedangkan sebagian lagi percaya bahwa penamaan surat tersebut berdasarkan jitihad sahabat yang diambil dari pokok pembicaraan dalam surat itu. (Ismail, tt: 66). Tetapi, tampaknya yang lebih masuk akal adalah bahwa Nabi sangat berperan dalam mensosialisasikan nama-nama surat. Tidak mungkin Nabi saw sebagai transmiter dan penerjemah al-Qur’an untuk para sahabat tidak memiliki nama-nama surat sebagai alat identifikasi. Yang jelas sejak masa yang paling awal Nabi dan sahabat-sahabat telah mengetahui dan mempopulerkan nama-nama surat al-Qur’an.

f) ANTARA YANG TURUN PERTAMA DAN TERAKHIR e.1) Surat dan Ayat yang Pertama Turun

(12)

Setidaknya ada empat pendapat yang berkembang tentang ini. Pendapat pertama, yang dipandang oleh Manna’ al-Qaththan sebagai pendapat yang terkuat, mengatakan bahwa ayat al-Qur’an yang pertama kalinya diturunkan adalah ayat 1 sampai 5 surat al-‘Alaq, yang turun di Gua Hira. Pendapat ini didukung oleh hadis Aisyah yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadis—Bukhari dan Muslim—serta ahli hadis lainnya. Pendapat kedua, ayat yang pertama kali turun adalah ayat-ayat surat al-Mudatsir.

8

Pendapat ini juga berdasarkan hadis, yakni hadis dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Jabir ketika ia ditanya tentang ayat yang pertama diturunkan. Ia menjawab al-Mudatsir. Hadis ini juga diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadis. Pendapat ketiga menyatakan ayat yang pertama kali turun adalah surat al-Fatihah. Sedangkan pendapat keempat menyatakan basmalah sebagai ayat yang pertama sekali turun, dengan alasan karena basmalah merupakan turun mendahului setiap surat. (Manna’ Qaththan: 67). Pendapat pertama tampaknya memang lebih kuat sebab boleh jadi Jabir tidak mendengar kisah permulaan turunnya wahyu sehingga ia menyangka bahwa surat Mudatstsir adalah ayat Qur’an yang pertama turun. Sebab surat al-Mudatstsir adalah surat yang turun setelah ayat 1-5 surat al-‘Alaq—setelah wahyu terhenti beberapa lama. Di samping itu, hadis Jabir sendiri juga mengindikasikan bahwa al-Mudatstsir turun setelah peristiwa yang terjadi di Gua Hira. Nabi melihat malaikat yang pernah datang kepadanya di langit. Karena ketakutan ia segera pulang dan meminta Khadijah untuk menyelimutinya dan kemudian turunlah ayat: “Wahai orang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan”. Sedangkan dalam menetapkan ayat yang terakhir turun para ulama juga tidak sepakat. Dari beberapa pendapat yang banyak berkembang dapat dicatat bahwa ayat yang terakhir turun adalah: surat al-Baqarah ayat 278, 281, 282; Ali Imran ayat 190; al-Nisa’ ayat 93, 176; al-Maidah ayat 3; al-Tawbah ayat

128 dan surat al-Nashr.

(13)

sekali ini adalah apa yang mereka dengar dari Rasul, tetapi juga mungkin

ijtihad mereka sendiri

.

e.2) Surat dan Ayat yang Terakhir Turun

Tak berbeda dengan pembahasan surat yang pertama turun, yang terakhir turun pun banyak khilafiyyah. Ada beberapa pendapat, yaitu :

1. Al-Maidah ayat 3

9. dan masih ada beberapa pendapat lagi, namun dipandang lemah

Dan dari beberapa pendapat diatas, yang paling masyhur adalah Al-Maidah ayat 3, yang turun 9 Dzulhijjah, saat nabi melaksanakan haji wada’. Namun dilihat dari waktu turunnya, Al-Baqarah ayat 281 lebih akhir dari pada Al-Maidah ayat 3, karena ayat ini turun 9 hari sebelum Nabi SAW wafat.

g) SURAH MAKIYYAH DAN MADANIYYAH

(14)

Madaniyah adalah ayat-ayat diturunkan setelah hijrah, meskipun turunnya di luar Madinah, termasuk dalam kategori ini adalah ayat-ayat yang turun dalam perjalanan dari Hudaibiyah (Abu Syuhbah, 1992, 198). Pada mushaf Usman istilah Makiyyah dan Madaniyyah lebih ditujukan kepada surat-surat al-Qur’an, bukan ayat-ayatnya, meskipun sebenarnya yang menjadikannya surat Makiyyah dan Madaniyyah adalah ayat-ayatnya.

10

(15)

11

B.

AYAT

a) PENGERTIAN AYAT

Pengertian ayat secara etimologi dalam Al-Qur’an bermacam-macam, pertama berarti tanda, seperti yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 248. Yang kedua berarti ibrah atau pelajaran, seperti yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 164. Yang ketiga adalah mu’jizat, seperti yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 211. Yang ke empat adalah, hal yang menajubkan, seperti dalam surah Al-Mu’minun ayat 50. Dan yang kelima berarti dalil, baurhan, atau bukti, seperti dalam surah Ar-Rum ayat 22.

Dan secara terminologis, para ulama memberi batasan ayat dengan sekelompok kata yang mempunyai permulaan dan akhir yang berada dalam suatu surat Qur’an (Zarqani, 1988: I, 350). Batasan ini didukung oleh al-Qur’an sendiri yang mengungkapkan ayat dengan pengertian tersebut sehingga makana etimologis tetap relevans dengan pengertian terminologis.

Salah satunya adalah dalam surat Yusuf ayat 1:

نيبملاباتكلاتاياءكلترلا

(16)

tergolong surat yang panjang berisi lebih dari 100 ayat yang pendek-pendek. Pada ayat-ayat yang panjang yang terdapat dalam surat yang panjang, bentuk ungkapannya sangat beragam, tak dapat ditentukan matra yang baku, baik pada suku-suku kata atau pada tekanan. Pada umumnya akhiran-akhiran dari ayat tersebut adalah bunyi yang dibentuk dengan akhiran kata benda dan kata

12

kerja berbentuk jamak, -un dan –in, diselang-seling dengan kata bentukan yang secara teknis disebut fail, salah satu bentuk yang paling umum di dalam bahsa Arab. Sebagai contoh نمركفتي ،نولقعت dan نورفاك ،نوملاظ. Dan inilah bentuk yang umum dan paling banyak digunakan. Tetapi juga terkadang dengan akhiran vokal panjang a. Sedangkan pada ayat-ayat yang pendek-pendek memiliki irama dan ritma yang juga sangat bervariasi. Terkadang semua atau sebagian besar ayat-ayatnya berakhiran ud, ha dan lain-lain.

b) JUMLAH AYAT DALAM AL-QUR’AN

(17)

basmalah adalah ayat pertama dari setiap surat. Dari golongan sahabat yang berpendapat demikian antara lain: Ibnu Abbas, Ali bin Abi Thalib, Abdullah ibn Umar dan Abu Hurairah. Sedangkan dari golongan ulama salaf antara lain: Ibnu Katsir, al-Kasa’i, al-Syafi’i, al-Tsauri dan Ahmad. Sedangkan sebagian lagi menyatakan bahwa basmalah bukan ayat pertama dari setiap

13

surat, tetapi hanya sebagai pemisah antara satu surat dengan surat lainnya. Di antara mereka yang berpendapat seperti ini adalah Imam Malik dan al-Auza’i.

(Hamka, 1982: 74).

Di samping itu, serta penentuan fashilah dan ra’s al-ayat juga menjadi sebab perbedaan pendapat ulama dalam menghitung jumlah ayat. Fashilah adalah istilah yang diberikan kepada kalimat yang mengakhiri ayat dan merupakan akhir ayat. Sedangkan ra’s al-ayat adalah akhir ayat yang padanya diletakkan tanda fashal (pemisah) antara ayat yang satu dengan ayat yang lain. Fashilah ini terkadang berupa ra’s al-ayat dan terkadang tidak. Dengan demikian, setiap ra’s al-ayat adalah fashilah dan tidak setiap fashilah adalah ra’s al-ayat (Manna’ al-Qaththan, tt: 153). Fashilah dan ra’s al-ayat ini mungkin mirip dengan sajak, seperti yang dikenal dalam ilmu Badi’ (stalistik). Tetapi ulama tidak menggunakan istilah sajak karena al-Qur’an bukan karya sastrawan atau ungkapan para nabi, tetapi adalah wahyu Allah yang tentu lebih tinggi kedudukannya dibanding sajak. Di samping itu, fashilah yang dimaksud dalam al-Qur’an adalah meruntutkan makna dan bukan fashilah itu sendiri yang dimaksud. Sementara sajak, maka sajak itu sendiri yang dimaksudkan (dalam suatu perkataan) dan baru kemudian arti perkataan itu dialihkan kepadanya, sebab hakikat sajak ialah menguntai kalimat dalam satu irama.

c) TERTIB PENGURUTAN AYAT DALAM AL-QUR’AN

(18)

dan tidak ada keraguan dalam hal itu. Jibril AS secara bertahab turun membawa wahyu kepada nabi SAW berupa ayat-ayat Al-Qur’an diman ayat tersebut harus ditempatkan surat atau ayat-ayat yang turun sebelumnya.

14

Kemudian Rasulullah memerintahkan kepada penulis wahyu untuk menulisnya pada tempatnya. Beliau bersabda “Tempatkan/letakkan ayat-ayat ini pada pada surat yang didalamnya terdapat penyebutan tentang ini dan itu, atau tempatkna ayat ini pada tempat anu.”6

d) HURUF-HURUF MUQATHTHA’AH

Satu hal yang menjadi ciri khas al-Qur’an adalah adanya huruf-huruf muqaththa’ah (huruf-huruf yang terpisah) yang memulai suatu surat (fawatih al-suwar). Dalam al-Qur’an terdapat 29 surat yang menggunakan huruf-huruf tersebut sebagai pembuka surat. Huruf-huruf ini hanya muncul sekali secara tunggal, namun huruf-huruf ini juga muncul bersama dengan huruf lain sebagai pembuka surat yang lain. Dari 29 huruf hijaiyah, hanya 14 huruf yang digunakan sebagai pembuka surat, yaitu: ي ـه ن م ل ك ق ط ص س ع ر ج ا dalam 29 surat. Dari 14 huruf ini 3 huruf yang berdiri sendiri sebagai pembuka surat, yakni ص pada surat Shad, ق pada surat Qaf dan ن pada surat al-Qalam Sedang selebihnya merupakan kombinasi dari beberapa huruf. Lebih jelasnya

perhatikan tabel di bawah ini:

Tabel Fawatih al-Suwar pada Surat al-Qur’an

Fawatih al-Suwar Nama Surat

(19)

مسط________________________________________ Al-Syu’ara,al-Qashahs

سط____________________________________________________ Al-Naml

سي_______________________________________________________ Yasin

ص_______________________________________________________ Shad

مح___ Al-Mu’min, Fushshilat, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf

15

قسعمح_________________________________________________ Al-Syura

ق_________________________________________________________ Qaf

(20)

menyatakan bahwa huruf-huruf ini tampaknya tetap menjadi huruf-huruf misterius.7

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pendapat yang paling umum diterima, jumlah surat al-Qur’an seperti dalam mushaf Usman adalah 114 surat. Tetapi pendapat yang diterima dari Mujahid surat al-Qur’an adalah 113 surat dengan menggabungkan surat al-Anfal dengan surat al-Tawbah menjadi satu surat. Hasan, ketika ditanya apakah surat al-Bara’ah dan surat al-Anfal itu satu surat atau dua surat, menjawab “satu surat”. Ibnu Mas’ud dalam mushafnya terdapat 112 surat. Ini karena ia tidak memasukan dua surat terakhir (mu’awidzatani) yang oleh Montgomery Watt dikatakan sebagai jimat-jimat pendek. Sementara sebagian di antara ulama Syi’ah menetapkan bahwa jumlah surat al-Qur’an 116. Hal ini karena mereka memasukan surat qunut yang dinamai surat al-khaf dan al-hafd yang oleh ditulis oleh Ubay di kulit al-Qur’an.

7http://wahdah-banggai.blogspot.com/2011/05/tertib-pengurutan-ayat-dan-surat.html

(21)

17

DAFTAR PUSTAKA

Manna’ Qaththan, tt: 126; al-Zanjani, 1986: 85). al-Zarqani,1988: I, 352.

Manna’ al-Qaththan, tt: 154)

http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran/

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa dalam proses penciptaan alam semesta terdapat nilai spiritual terkait ke ketetapan Allah dalam menciptakan alam semesta dibuktikan dengan kebenaran ayat- ayat

Sahdah Dzakiyah, “Penafsiran Sayyid Quthb Tentang Khima>r dalam Al- Qur’an Surat An -Nur Ayat 31. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana penafsiran

Tujuan dari penelitian ini untuk pandangan Hamka dalam Tafsir Al Azhar tentang dzikir dan kesehatan mental dalam Al-Qur’an surat Ar Ra’du ayat 28 dan

Pertama, bahwa Nabi Muhammad SAW perlu menyadari bahwa Allah SWT yang kepadanya menurunkan Al- Qur‟an dan memberikan tugas dan kewajiban berdakwah, tidak akan membiarkan

Kalau pada ayat yang lalu dinyatakan bahwa Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri, maka ayat ini menyatakan bahwa Allah juga tidak senang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip pendidikan Islam dalam al- qur‟an telah surat al -alaq ayat 1-5 adalah sederhana, yakni orang yang memiliki kehidupan sederhana

Perkembangan ilmu matematika tidak terlepas dari peran kitab-kitab yang diwahyukan kepada rasul-rasul Allah SWT terutama kita suci Al-Qur‟an. Munculnya Al- Qur‟an telah

Cara Mendapatkan Ilmu dalam Surat Al-„Alaq Ayat 1-5 Surat Al-‗Alaq merupakan wahyu pertama yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai jawaban atas pertanyaan manusia mengenai