• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kelembagaan dalam Proses Pembuatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Kelembagaan dalam Proses Pembuatan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KELEMBAGAAN DALAM

PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN

PENGELOLAAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

BERDASARKAN PENDEKATAN DISKURSUS DAN

SEJARAH

YULIUS HERO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Peran Kelembagaan dalam Proses Pembuatan Kebijakan Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat Berdasarkan Pendekatan Diskursus dan Sejarah adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

(3)

ABSTRAK

YULIUS HERO. Peran Kelembagaan dalam Proses Pembuatan Kebijakan Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat Berdasarkan Pendekatan Diskursus dan Sejarah. Komisi Pembimbing: RUDY C. TARUMINGKENG (Ketua), DUDUNG DARUSMAN dan HARIADI KARTODIHARDJO (Anggota).

Pendekatan ilmu kelembagaan dengan berbagai teori telah banyak digunakan dalam analisis proses pembuatan kebijakan kehutanan di dunia dan Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan diskursus kelembagaan (intstitutional discource) dalam bentuk diskursus-frame (discourse of frame). Penelitian ini mengambil kasus praktek sosial dalam kebijakan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Tujuan penelitian ini, yaitu: diskursus/narasi kebijakan, pilihan kebijakan, kepentingan dan kekuasaan, pelaku dan jaringan kerjasama, ruang kebijakan, dan rekomendasi kebijakan. Analisis diskursus penelitian ini menggunakan pendekatan model IDS dan dilengkapi dengan model Wittmer dan Birner dan diagram Eden-Ackermann. Pendekatan sejarah menggunakan analisis keterkaitan sejarah (path dependency). Proses pembuatan kebijakan HPGW tidak linier, melainkan dipengaruhi oleh diskursus/narasi kebijakan, kepentingan dan kekuasaan, pelaku dan jaringan kerjasama yang mempengaruhi kinerja pengelolaan HPGW. Fakultas Kehutanan IPB berhasil membangun diskursus dan narasi kebijakan HPGW dengan kemampuan (credibility) pelaku (ilmu pengetahuan, jaringan kerjasama, kepentingan, dan kekuasaan); sehingga pihak eksternal dapat menerima (acceptability) dan percaya (trust) terhadap pengelolaan HPGW untuk kepentingan pendidikan kehutanan Fakultas Kehutanan IPB. Kunci keberhasilan kebijakan pengelolaan HPGW adalah penataan kelembagaan melalui kebijakan pengaturan perilaku (behaviour) pelaku (actors) Pengelola HPGW, sehingga mendapatkan kepercayaan (trust) dari pihak ketiga untuk mewujudkan terjadinya aliansi kepentingan yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan HPGW. Ilmu kelembagaan melalui pendekatan diskursus dan sejarah dapat digunakan untuk analisis proses pembuatan kebijakan HPGW dalam mengisi ruang kebijakan KHDTK sesuai Pasal 8 Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999.

(4)

ABSTRACT

YULIUS HERO. Institutional Role in Gunung Walat Educational Forest Policy based on Discourse and Historical Approaches. Supervised by: RUDY C. TARUMINGKENG as the chaiman, DUDUNG DARUSMAN dan HARIADI KARTODIHARDJO as the member of advisory committee.

The approach of institutional concepts withs its theories, has been used in analyzing the process of forest policy making in international and Indonesian level. This research was a case study of social practice in HPGW policy using institutional approach with discourse and historical approaches. This research used discourse approach in the form of frame-discourse. The objective of this research were discourse/policy narrative analysis, policy options, interests and power, actors and networking, policy space, and recommendation. Discourse analysis in this research used model IDS completed with model Wittmer dan Birner and diagram of Eden-Ackermann; while the historical approach used analysis of path dependency. HPGW policy-making process was not linier, but influenced by the frame of discourse/narrative policies, actors, and interests. Fakultas Kehutanan IPB successfully built the discourse/narrative of HPGW policies supported by the mastery of science (credibility) of Fakultas Kehutanan IPB, so that external parties accepted and trusted the management of HPGW for forestry education of Fakultas Kehutanan IPB. The key to the successful independent management of HPGW was the institutional arrangement through actors’ behaviour regulatory policy of HPGW manager, thus providing trusts on cooperation with third parties. Institutional concept through discourse and historical approach which can be used to analyzed the process of making HPGW policy in order to fill policy space of KHDTK based on Article 8 Forestry laws number 41 year 1999.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

(6)

PERAN KELEMBAGAAN DALAM

PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN

PENGELOLAAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

BERDASARKAN PENDEKATAN DISKURSUS DAN

SEJARAH

YULIUS HERO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

(7)

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup : Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS

Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc

(8)

Judul Disertasi : Peran Kelembagaan dalam Proses Pembuatan Kebijakan Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat Berdasarkan Pendekatan Diskursus dan Sejarah

Nama : Yulius Hero

NRP : IPK 99.5112

Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng, MF Ketua

Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA Anggota

Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS Anggota

Disetujui

Ketua Program Studi IPK

Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

(9)

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan disertasi berjudul Peran Kelembagaan dalam Proses Pembuatan Kebijakan Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat Berdasarkan Pendekatan Diskursus dan Sejarah.

Naskah artikel disertasi ini diterbitkan dalam jurnal terakreditasi Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI), Jurnal Manajemen Hutan Tropika Volume XVII Nomor 3 Edisi Desember 2011.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian disertasi ini, sebagai berikut:

1. Komisi Pembimbing, yaitu: Bapak Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng, MF (Ketua Komisi Pembimbing) dan Bapak Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA dan Bapak Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS (Anggota Komisi Pembimbing) atas bimbingan, arahan, dan saran yang diberikan kepada penulis.

2. Nara Sumber Penelitian, yaitu: Bapak Prof. Rudy C. Tarumingkeng, MF; Bapak Prof. Herman Haeruman Js, MF; Bapak Prof. Dudung Darusman, MA; Bapak Prof. Hariadi Kartodihardjo, BS; Bapak Dr. Hendrayanto, MAgr; Bapak Dr. Supriyanto; Bapak Dr. Irdika Mansur, MSc; Bapak Ir. Budi Prihanto Siswosuwarno, MS; Bapak Dr. Dwi Sudarto; Bapak Ir. Bambang Pranggodo; Bapak Ir. Rachmatsjah Abidin, MM atas data dan informasi yang berhubungan dengan sejarah pengelolaan HPGW.

(10)

pengelolaan HPGW.

4. Penguji Luar Komisi Disertasi, yaitu: Dr. Bramasto Nugroho, MS; Dr. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc (Penguji Luar Komisi Disertasi untuk Ujian Tertutup) dan Dr. Agus Pakpahan, APU; dan Dr. Supriyanto (Penguji Luar Komisi Disertasi untuk Ujian Terbuka).

5. Rekan-Rekan Bagian Kebijakan Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB, yaitu: Prof. Dudung Darusman, MA; Prof. Hardjanto, MS; Ir. Sudaryanto; Prof. Hariadi Kartodihardjo, MS; Dr. Sudarsono Soedomo, MSc; Dr. Bramasto Nugroho, MS; Dr. Bahruni, MS; Dr. Didik Suharjito, MS; Dr. Iin Ichwandi, MAgr; Dr. Leti Sundawati, MSc; Dr. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc; Soni Trison, SHut MSi; dan Handian Purwawangsa, SHut MSi.

6. Keluarga besar penulis, yaitu: Ayahanda Syamsulbahri, Ibunda Aminah, Istri Nurul Fitri; Anak-anak Herfi Qurrota Hanina, Pinka Nurulia Asterina, dan Bunga Loviena Cherolia; serta Adik-adik Trimanna Fitrajaya, SE; Dr. Eva Oktavidiati; Ir. Yopita Sari, dan Ir. Nova Dewi Yani beserta Keluarga masing-masing atas doa dan dukungan semangat untuk penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian disertasi ini.

Semoga disertasi ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu kelembagaan dalam pengelolaan hutan pada umumnya dan pengelolaan hutan pendidikan pada khususnya.

Bogor, Januari 2012

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 7 Juli 1965 dari Ayahanda Syamsulbahri dan Ibunda Aminah. Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara.

Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 9 Bengkulu pada tahun 1977, menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bengkulu pada tahun 1980, menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bengkulu pada tahun 1984. Selanjutnya, penulis menamatkan pendidikan Sarjana Kehutanan dari Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 1989 dan menamatkan pendidikan Magister Kehutanan dari Georg August University Gottingen Jerman pada tahun 1993. Penulis mengikuti pendidikan Program Doktor di Sekolah Pascasarjana IPB pada tahun 1999 dengan beasiswa pendidikan dari BPPS-DIKTI.

Penulis bekerja sebagai Dosen Kebijakan Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB mulai tahun 1990 sampai saat ini.

(12)

Halaman

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

KONTEKS DAN FOKUS PENELITIAN... 1

1.1. Pendahuluan... 1

1.2. Konteks Penelitian... 1

1.3. Fokus Penelitian... 5

1.4. Tujuan Penelitian... 8

1.5. Manfaat Penelitian... 8

KONSEP TEORI DAN METODOLOGI... 9

2.1. Pendahuluan... 9

2.2. Kelembagaan... 9

2.3. Pendekatan Sejarah... 15

2.4. Pendekatan Diskursus... 18

2.5. Diskursus Bingkai (Frame)... 23

2.6. Analisis Diskursus Model IDS... 24

2.7. Analisis Diskursus Model Wittmer dan Birner... 28

2.8. Proses Pembuatan Kebijakan... 29

2.9. Analisis Stakeholder... 30

2.10. Metode Penelitian... 35

KONDISI AKTUAL DAN SEJARAH PENGELOLAAN HPGW... 42

3.1. Pendahuluan... 42

(13)

3.3. Sejarah Pengelolaan HPGW... 49

3.4. Organisasi Pengelolaan HPGW... 92

3.5. Pemanfaatan Hasil HPGW... 101

ANALISIS DISKURSUS DAN SEJARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN HPGW... 129

4.1. Pendahuluan... 129

4.2. Analisis Diskursus Kebijakan HPGW... 129

4.2.1. Kebijakan Pemerintah Terhadap Fakultas Kehutanan IPB... 130

4.2.2. Kebijakan Fakultas Kehutanan IPB Terhadap Pengelola HPGW... 162 4.3. Analisis Keterkaitah Sejarah Pengelolaan HPGW... 168

4.4. Kinerja Pengelolaan HPGW... 180

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 185

5.1. Kesimpulan... 185

5.2. Rekomendasi... 187

DAFTAR PUSTAKA... 189

(14)

Halaman Tabel 1. Kerangka pikir (frame) diskursus model Wittmer dan

Birner... 28

Tabel 2. Hubungan tujuan penelitian dengan metode penelitian, data yang dibutuhkan dan perkiraan hasil penelitian... 40

Tabel 3. Distribusi penduduk Desa Hegarmanah menurut umur... 46

Tabel 4. Tingkat pendidikan penduduk Desa Hegarmanah... 46

Tabel 5. Sarana pendidikan penduduk Desa Hegarmanah... 47

Tabel 6. Pola penggunaan lahan Desa Hegarmanah... 47

Tabel 7. Struktur kepemilikan lahan pertanian di Desa Hegarmanah... 48

Tabel 8. Jenis mata pencaharian penduduk Desa Hegarmanah... 48

Tabel 9. Nama Dekan Fakultas Kehutanan IPB dan Pimpinan HPGW periode tahun 1969-2011... 93

Tabel 10. Nama personal organisasi HPGW periode 2001-2003... 96

Tabel 11. Nama personal organisasi HPGW periode 2003-2009... 96

Tabel 12. Nama personal organisasi HPGW periode 2009-2013... 98

Tabel 13. Daftar penelitian di HPGW mulai tahun 1982... 102

Tabel 14. Perbandingan jumlah, jenis, dan tingkat pendidikan kegiatan penelitian dengan periode tahun pengelolaan HPGW... 113

Tabel 15. Perbandingan produksi, harga, upah, dan pola pengelolaan getah HPGW periode sebelum 2001 sampai 2011... 115

Tabel 16. Perbandingan produksi getah kopal dan pinus rata-rata bulanan dengan periode tahun pengelolaan HPGW... 119

Tabel 17. Perbandingan harga getah kopal dan pinus dengan periode tahun pengelolaan HPGW... 119

(15)

Tabel 19. Perbandingan jumlah penyadap getah kopal dan pinus dengan

periode tahun pengelolaan HPGW... 120 Tabel 20. Jumlah kunjungan HPGW dan kenaikan kunjungan priode tahun

2003-2005... 121 Tabel 21. Asal pengunjung, total dan persentase kunjungan tahun

2003-2005... 121 Tabel 22. Kelompok kegiatan, total dan persentase kunjungan tahun

2003-2005... 122 Tabel 23. Jumlah pengunjung HPGW dan kenaikan/penurunan pengunjung

periode tahun 2006-2008... 123 Tabel 24. Asal pengunjung, total dan persentase kunjungan tahun

2006-2008... 123 Tabel 25. Jumlah pengunjung HPGW dan kenaikan pengunjung periode

tahun 2009-2011... 124 Tabel 26. Asal pengunjung, total dan persentase kunjungan tahun

2009-2011... 125 Tabel 27. Kelompok kegiatan, total dan persentase kunjungan tahun

2009-2011... 126 Tabel 28. Jawaban responden pengunjung HPGW periode 2009-2013 dari

dalam negeri... 127 Tabel 29. Jawaban responden pengunjung HPGW periode 2009-2013 dari

luar negeri... 128 Tabel 30. Analisis diskursus kebijakan Pemerintah terhadap HPGW IPB... 130 Tabel 31. Analisis pengaruh-kepentingan pelaku terhadap pengelolaan

HPGW periode tahun 1969-1972... 146 Tabel 32. Analisis pengaruh-kepentingan pelaku terhadap pengelolaan

HPGW periode tahun 1972-1989... 149 Tabel 33. Analisis pengaruh-kepentingan pelaku terhadap pengelolaan

HPGW periode tahun 1989-2001... 151 Tabel 34. Analisis pengaruh-kepentingan pelaku terhadap pengelolaan

(16)

Tabel 36. Analisis pengaruh-kepentingan pelaku terhadap pengelolaan

HPGW periode tahun 2009-2013... 160 Tabel 37. Analisis diskursus kebijakan Fakultas Kehutanan IPB terhadap

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian kebijakan HPGW... 10

Gambar 2. Konsep proses kebijakan (IDS, 2006)... 25

Gambar 3. Diagram kekuasaan-kepentingan analisis stakeholder (DFID 2003 & Nugroho 2008)... 33 Gambar 4. Diagram pengaruh-kepentingan analisis stakeholder (Eden & Akermann 1998)... 35 Gambar 5. Foto citra lokasi HPGW... 43

Gambar 6. Sebaran Potensi Tegakan HPGW... 44

Gambar 7. Struktur organisasi pengelola HPGW sebelum tahun 2001... 94

Gambar 8. Struktur Organisasi HPGW Periode 2001-2003... 95

Gambar 9. Struktur Organisasi HPGW Periode 2003-2009... 97

Gambar 10. Struktur Organisasi HPGW Periode 2009-2013... 100

(18)

Gambar 19. Mekanisme keuangan HPGW periode 2003-2009... 174

Gambar 20. Mekanisme keuangan HPGW periode 2009-2011... 175

Gambar 21. Keterikatan pola pemanfaatan hasil HPGW... 179

Gambar 22. Kinerja produksi bulanan getah kopal HPGW... 181

Gambar 23 Kinerja produksi bulanan getah resin HPGW... 181

Gambar 24. Jumlah kunjungan tahunan HPGW... 182 Gambar 25. Jumlah penelitian rata-rata tahunan

HPGW...

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data dan informasi

penelitian...

198 Lampiran 2. SK Menteri Kehutanan Nomor 188/Menhut-II/2005 jo. SK

Menteri Kehutanan Nomor 702/Menhut-II/2009... 202 Lampiran 3. SK Dekan Fakultas Kehutanan IPB Nomor 35/13.5/KP/2008

tentang Garis-Garis Besar Kebijakan Pengelolaan Hutan

(20)

1.1. Pendahuluan

Bab ini akan menguraikan konteks, fokus, tujuan, dan manfaat penelitian. Konteks berhubungan dengan latar belakang, keadaan, situasi, dan kondisi penelitian (Eriyanto 2005). Fokus penelitian berhubungan dengan pembahasan masalah penelitian. Tujuan penelitian berhubungan dengan jawaban terhadap masalah penelitian. Manfaat penelitian berhubungan dengan hasil penelitian (Damin 2004).

1.2. Konteks Penelitian

Sejak akhir tahun 1990-an pendekatan ilmu kelembagaan (institusi) mulai digunakan dalam analisis kebijakan kehutanan di Indonesia. Berdasarkan hasil kajian pendekatan ilmu kelembagaan terhadap kebijakan kehutanan Indonesia menunjukkan bahwa pandangan terhadap proses pembuatan kebijakan kehutanan Indonesia lebih didominasi oleh pandangan teknis dan hukum (Kartodihardjo 1998). Selanjutnya pendekatan ilmu kelembagaan banyak digunakan dalam analisis proses pembuatan kebijakan kehutanan di Indonesia dengan berbagai permasalahan, pendekatan teori yang digunakan, dan solusi kebijakan yang dihasilkan.

Spektrum teori kelembagaan sangat luas dan terus berkembang pesat sesuai tuntutan pembangunan yang sangat cepat (Yustika 2006). Perkembangan pendekatan teori kelembagaan dalam proses pembuatan kebijakan kehutanan global di berbagai lokasi di dunia, antara lain: teori collective action dalam kebijakan kehutanan masyarakat di Nepal (Varugese & Ostrom 2001), teori

(21)

pendekatan aturan hukum dan konsep pengelolaan hutan dalam kebijakan kehutanan di Finlandia dan Brazil (Hirakuri 2005).

Sementara perkembangan pendekatan teori kelembagaan dalam proses pembuatan kebijakan kehutanan Indonesia, antara lain: transaction cost theory

dalam pengusahaan hutan alam (Kartodihardjo 1998) dan hutan tanaman industri (Kartodihardjo 2003), agency theory atau pricipal-agent theory dalam pengusahaan hutan alam di Indonesia (Nugroho 2003), dan transaction cost theory dalam kelembagaan pengelolaan DAS di Indonesia (Kartodihardjo et al.

2004).

Analisis proses pembuatan kebijakan kehutanan di Indonesia berdasarkan ilmu kelembagaan terus berkembang, pada saat ini digunakan pendekatan diskursus (discourse). Analisis proses pembuatan kebijakan kehutanan di Indonesia berdasarkan ilmu kelembagaan melalui pendekatan diskursus menggunakan analisis berbagai teori (multiple analysis) diskursus sesuai tujuan penelitian, antara lain: kasus kebijakan usaha kehutanan Indonesia (Khan et al.

2010) dan kasus kebijakan pengelolaan hutan lindung (Ekawati et al. 2011). Berbagai pendekatan teori ilmu kelembagaan ini sifatnya saling melengkapi satu sama lain untuk mendapatkan gambaran komprehensif terhadap proses pembuatan kebijakan kehutanan Indonesia.

Berdasarkan perkembangan penelitian proses pembuatan kebijakan kehutanan tingkat internasional dan Indonesia yang berkembang pesat saat ini, maka sangat menarik untuk dilakukan penelitian peran kelembagaan dalam proses pembuatan kebijakan pengelolaan hutan pendidikan yang termasuk dalam KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) sesuai Pasal 8 Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 dengan pendekatan diskursus dan sejarah. Dalam penelitian ini diambil kasus praktek sosial dalam kebijakan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW).

(22)

berupa semak belukar (HPGW 2009a). Pada tanggal 14 Oktober 1969, kawasan hutan Gunung Walat ditetapkan untuk hutan pendidikan bagi Fakultas Kehutanan IPB berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 7041/IV/69 (HPGW 2009a). Kondisi kawasan hutan Gunung Walat saat diserahkan kepada Fakultas Kehutanan IPB, yaitu: hutan rawang yang dikelilingi oleh desa dan kebun-kebun masyarakat, hutan "kemati-matian", tidak masuk dalam kelas perusahaan, dan dalam keadaan terlantar (RCT). Kondisi vegetasi tanaman berkayu sebanyak 30% dari total kawasan hutan ini (RCT dan DDR).

Setelah pemberontakan PKI pada tahun 1965, kawasan hutan Gunung Walat banyak diserobot atau diokupasi oleh masyarakat sekitar. Kehadiran Fakultas Kehutanan IPB dengan melibatkan mahasiswa dalam pengelolaan hutan diharapkan dapat membuat masyarakat segan dan malu untuk melakukan penyerobotan terhadap kawasan hutan ini, sehingga areal ini dapat dipertahankan sebagai kawasan hutan negara (RCT).

Sejak awal pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) sudah dilakukan kegiatan penanaman pohon dengan melibatkan mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Mulai tahun 1972 kegiatan penanaman lebih intensif dengan adanya bantuan dana DIP/APBN Direktorat Jenderal Kehutanan Departemen Pertanian melalui Bappenas (RMA) dengan luasan tanaman 4 hektar untuk setiap angkatan (DDR). Pada tahun 1980 seluruh kawasan hutan ini telah berhasil ditanami berbagai jenis tanaman pohon, antara lain: damar, pinus, puspa, kayu afrika, mahoni, rasamala, sonokeling, glirisidia, sengon, meranti, dan akasia (HPGW 2009a).

(23)

dan manfaat intangible HPGW; antara lain: air, oksigen, kesuburan tanah, dan sebagainya.

Sejarah pengelolaan HPGW menunjukkan bahwa sejak awal pengelolaan HPGW tahun 1969 sampai saat penelitian ini sudah banyak kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka pengelolaan HPGW. Pada tahun 1969, kebijakan Kepala Dinas Kehutanan Jawa Barat melalui SK No. 7041/IV/69 menetapkan kawasan hutan Gunung Walat untuk hutan pendidikan Fakultas Kehutanan IPB dengan status hak pakai. Pada tahun 1973, kebijakan Menteri Pertanian RI melalui SK Nomor: 008/Kpts/DJ/I/73 menetapkan HPGW sebagai Unit Kebun Percobaan IPB dengan status hak pakai 20 tahun. Pada tahun 1992, kebijakan Menteri Kehutanan RI melalui SK Nomor: 687/Kpts-II/1992 menetapkan hak pengelolaan bersama HPGW antara Fakultas Kehutanan IPB dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan/Balai Latihan Kehutanan (BLK) Bogor selama 20 tahun. Pada tahun 2005, Menteri Kehutanan melalui SK Nomor 188/Kpts-II/2005 menetapkan HPGW sebagai KHDTK untuk Pendidikan dan Latihan Fakultas Kehutanan IPB, selama 20 tahun terhitung 24 Januari 1993. Pada tahun 2009, Menteri Kehutanan melalui SK Nomor SK.702/Menhut-II/2009 hak pengelolaan HPGW tanpa batas waktu.

Proses penataan kelembagaan dan implementasi kebijakan pengelolaan HPGW telah dilakukan mulai pertengahan tahun 1998. Pada tahun 2009 disusun strategi pengelolaan HPGW untuk mencapai tujuan pengelolaan HPGW melalui kegiatan, yaitu: manajemen kawasan, manajemen hutan tridharma, dan penataan kelembagaan (HPGW 2009a). Hasil yang ingin dicapai (output) kegiatan penataan kelembagaan HPGW, yaitu: organisasi dan sumberdaya manusia (SDM), regulasi dan sistem manajemen, pendanaan, jaringan kerjasama dan kemitraan, serta monitoring dan evaluasi. Penataan organisasi lembaga pengelola HPGW yang dibentuk oleh Fakultas Kehutanan IPB disebut Badan Pengelola HPGW. Badan Pengelola HPGW terdiri dari Badan Pengurus (BP-HPGW) dan Badan Pelaksana atau Badan Eksekutif (BE-HPGW) (HPGW 2009b).

(24)

HPGW dan realitas sejarah sukses pengelolaan HPGW ini sangat menarik untuk diteliti menggunakan kaedah ilmiah pendekatan kelembagaan diskursus yang berkembang pesat saat ini. HPGW merupakan unit pengelolaan hutan yang telah lama dikelola (managed) oleh Fakultas Kehutanan IPB, sehingga dapat dilakukan penelitian kelembagaan dengan objek praktek sosial berupa kerangka pikir (frame) dalam proses pembuatan kebijakan pengelolaan HPGW. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran komprehensif tentang kerangka pikir (frame) proses pembuatan kebijakan, respon perilaku (behaviour) dan pengaruh kepentingan pelaku (actors), dan hasil kinerja (kinerja) pengelolaan HPGW berdasarkan kaidah ilmiah ilmu kelembagaan. Berbagai kebijakan pengelolaan HPGW sejak awal pengelolaan HPGW sampai saat penelitian ini yang menjadi bagian sejarah perkembangan kebijakan pengelolaan HPGW.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk penyusunan kebijakan HPGW pada masa datang. Mengutip kalimat Guru Besar Sejarah UGM Sartono Kartodirdjo (1992): “Mempelajari sejarah masa lalu, memberikan pemahaman terhadap kejadian saat ini, untuk prediksi kemajuan masa datang”.

1.3. Fokus Penelitian

(25)

HPGW merupakan unit pengelolaan hutan yang telah lama dikelola (managed) oleh Fakultas Kehutanan IPB, sehingga dari pengelolaan HPGW ini dapat dilakukan penelitian kelembagaan untuk menganalisis praktek sosial berupa kerangka pikir (frame) para pelaku pengelolaan HPGW melalui analisis perilaku dan kepentingan serta kinerja yang dihasilkan.

Paradigma penelitian disertasi ini menggunakan paradigma pandangan kritis (Gulo 2000) dengan metodologi studi kasus praktek sosial berupa kerangka pikir (frame) dalam proses pembuatan kebijakan pengelolaan HPGW melalui pendekatan ilmu kelembagaan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan/aplikatif (Damin 2004) atau penelitian pemecahan masalah (problem solving research) (Jhonson 1986) bertujuan menghasilkan tindakan aplikatif untuk memecahkan masalah praktek sosial dalam kebijakan pengelolaan HPGW. Jenis pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tacit knowledge berupa ilmu pengetahuan yang masih ada dalam pikiran (tacit) pemilik ilmu pengetahuan (Nonaka & Takeuchi 1995). Nonaka dan Takeuchi (1995) menyebutkan ada dua jenis ilmu pengetahuan berdasarkan keberadaannya, yaitu: 1) Explicit knowledge dan 2) Tacit knowledge.

Jenis penelitian berdasarkan pendekatan sejarah adalah sejarah non-naratif yang tidak bertujuan menyusun cerita sejarah, melainkan penelitian berpusat kepada masalah (problem oriented), dalam hal ini masalah praktek sosial berupa kerangka pikir (frame) yang berhubungan dengan kebijakan pengelolaan HPGW.

Pendekatan penelitian kelembagaan yang telah banyak digunakan selama ini, antara lain: pendekatan materi (materialist), posititif (positivist), tingkat kepentingan (interest-based) dan sumberdaya (resource-oriented) yang saat ini telah banyak dikritisi oleh berbagai pihak (Art & Buizer 2009).

(26)

ilmu kelembagaan, yaitu: 1) Dinamika kelembagaan lahir dari ide/gagasan baru, konsep, dan narasi di dalam masyarakat yang terlembaga dalam praktek-praktek sosial dan menghasilkan berbagai hal baru dan 2) Ide/gagasan, konsep dan narasi yang telah secara kuat terlembaga di dalam masyarakat menjadi faktor yang dipertimbangkan apakah suatu institusi cenderung akan berubah atau status quo.

Pendekatan kelembagaan diskursus (discourse institutionalism) dalam penelitian ini menganalisis praktek sosial dalam kebijakan pengelolaan HPGW dengan konsep diskursus berupa kerangka pikir atau frame (Art & Buizer 2009).

Analisis diskursus bingkai makna (frame) bersifat abstrak, oleh karena itu dalam penelitian ini analisis kerangka pikir (frame) kebijakan pengelolaan HPGW menggunakan pendekatan model IDS (IDS 2006) dan dilengkapi dengan analisis diskursus kerangka pikir (frame) Wittmer dan Birner (2005). Model IDS menganalisis kerangka pikir (frame) dalam proses pembuatan kebijakan berdasarkan parameter ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai dasar diskursus/narasi kebijakan (discouce/narrative), kepentingan serta dinamika kekuasaan para pihak terkait dengan pengelolaan HPGW (politics/interest), dan perilaku para pelaku dan jaringan kerjasama yang berhubungan dengan pengelolaan HPGW (actors/network). Sementara pendekatan kelembagaan sejarah (historical istitutionalism) untuk menganalisis keterkaitan sejarah HPGW mulai tahun 1969 sampai 2011 menggunakan analisis keterkaitan sejarah (path dependency) Peters et al. (2005).

Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa diskursus/narasi (discourse/narrative) kebijakan pengelolaan HPGW berdasarkan ilmu pengetahuan yang dipahami oleh pelaku dalam proses pembuatan kebijakan HPGW?

(27)

3. Bagaimana kepentingan (interests) dan dinamika kekuasaan (politics) mempengaruhi diskursus/narasi kebijakan dan pelaku yang berhubungan dengan pengelolaan HPGW?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran kelembagaan pengelolaan HPGW melalui proses pembuatan kebijakan berdasarkan pendekatan diskursus dan sejarah dengan tahapan pencapaian tujuan penelitian, sebagai berikut:

1. Menganalisis diskursus/narasi kebijakan berdasarkan ilmu pengetahuan yang dipahami oleh pelaku dalam proses pembuatan kebijakan pengelolaan HPGW.

2. Menganalisis kepentingan dan dinamika kekuasaan serta pelaku dan jaringan kerjasama yang terkait dengan pengelolaan HPGW.

3. Menerangkan ruang kebijakan dan rekomendasi untuk penyempurnaan kebijakan pengelolaan HPGW.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Menghasilkan resep (prescription) untuk perbaikan perilaku (behaviour) para pelaku untuk meningkatkan kinerja pengelolaan HPGW.

2. Menghasilkan ruang kebijakan (policy space) dan rekomendasi untuk perbaikan kebijakan pengelolaan HPGW pada masa datang.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu sistem pengereman yang banyak diaplikasikan pada kendaraan adalah sistim pengereman cakram dengan menggunakan mekanisme hidrolik, pada penelitian ini

- Contoh Surat Pemberitahuan Penambahan dan/atau Pengurangan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) adalah

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa seluruh Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah telah mengungkapkan indeks integritas dalam bentuk laporan kinerja, laporan

1) Bibit kelapa sawit ditanam dengan tegak lurus, jika penanaman kelapa sawit miring bisa memempengaruhi pertumbuhan menjadi tidak optimal. 2) Pada saat penanaman tanah

Berdasarkan hasil penelitian me- nunjukkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 34 responden (53,1%) dan dari hasil uji Chi

Dari hasil pengamatan apabila petambak ingin mengganti atau menambahkan air maka saat yang tepat adalah sekitar pukul 21.00 WIB atau pasang kedua untuk nilai tertinggi

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh Good corporate governance yang terdiri dari

Penelitian ini dilaksanakan di Ma‟had Sunan Ampel Al-„Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, yang terletak di Jalan Gajayana 50,.. Dalam penelitian di