• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukittinggi (Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukittinggi (Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dalam politik dan perekonomian Nasional yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Selain itu pariwisata juga memegang peranan penting dalam penerimaan kas negara pada umumnya dan kas daerah pada khususnya. Untuk itu perlu adanya pengembangan pariwisata baik itu objek wisata maupun faktor pendukung lainnya yang jika ditinjau dari aspek ekonomi akan bermuara pada peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan pemerintah dan meningkatkan kewirausahaan Nasional .

Pariwisata merupakan suatu industri yang sangat vital dalam pendapatan selain minyak, gas dan otomotif. Sebagai pasar yang menarik, kepariwistaan merupakan hal yang luar biasa dalam menahan kondisi politik dan ekonomi yang dapat merugikan .

(2)

Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik1. Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Pengembangan potensi pariwisata masih perlu perencanaan yang matang, pengembangan, pembinaan sampai tahap pemasaran dan meningkatkan hubungan kerja dengan instansi-instansi yang terkait dalam hal kepariwisataan serta meningkatan pengawasan terhadap pihak swasta yang mengelola potensi pariwisata. Selain itu, untuk menarik minat para investor menanamkan modalnya maka Pemerintah Daerah hendaknya tidak mempersulit perizinan dalam pengelolaan objek-objek wisata.

Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup andal, juga merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi. Untuk mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.

1

(3)

Sumatera Barat merupakan salah satu daerah tujuan wisata nasional, yang memiliki objek dan daya tarik wisata yang beragam dan eksotik, baik alam maupun budaya. Menyadari potensi tersebut, Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat menetapkan pariwisata sebagai sektor andalan pembangunan daerah ke masa datang, khususnya pariwisata di Kota Bukittinggi.

Bidang Kepariwisataan ditetapkan sebagai potensi unggulan daerah Kota Bukittinggi

adalah berangkat dari kondisi alam dan geografis Kota Bukittinggi itu sendiri. Kota

bukittinggi saat ini mempunyai luas + 25.239 km 2terletak ditengah-tengah Propinsi

Sumatera Barat dengan ketinggian antara 909 M – 941 M diatas permukaan laut. Suhu udara

berkisar 17, 1o C sampai 24,9o C, merupakan iklim udara yang sejuk. Posisinya yang strategis

merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara , timur dan selatan Sumatera.

Disamping itu, Bukittinggi juga dilengkapi dengan peninggalan sejarah yang dapat

dikategorikan sebagai keajaiban seperti: Lobang Jepang, Benteng Fort De Kock, Jam Gadang dan lain-lain. Hal ini membuktikan Bukittinggi sebagai kota tua yang sarat dengan sejarah, salah satunya yang selalu melekat dengan sejarah bangsa yaitu: Bukittinggi menjadi

Ibu Kota Republik pada masa PDRI Desember 1949 – Juli 1950.

Karunia alam yang ditopang dengan karunia sejarah ini, menyebabkan Bukittinggi

menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dinikmati. Sinergi dengan potensi unggulan derah

lainnya. Bukittinggi juga dikembangkan menjadi wisata perdagangan dan jasa, wisata

kesehatan, wisata konfrensi dan peristirahatan serta jasa lain-lain. Ini dapat dibuktikan

dengan kontribusi sektor pariwisata untuk menompang PAD Bukittinggi yaitu : antara 30-40

%.

Untuk mendukung sektor pariwisata ini disamping objek alam yang ada

dalam kotaBukittinggi, juga menyediakan paket-paket wisata daerah-derah sekitarnya. Dalam

(4)

Saat ini Bukittinggi terdapat sebanyak 43 buah hotel baik berbintang maupun melati

ditambah 11 mes/wisma/pondok wisata. Tidak salah kiranya Bukittinggi ditetapkan sebagai

kota Wisata dan sekaligus Kota Tujuan Wisata Propinsi Sumatera Barat pada tanggal 11

Maret 1984 Bukittinggi dicanangkan sebagai Kota Wisata dan Daerah Tujuan Wisata Utama

di Sumatera Barat. Dan pada bulan Oktober 1987 ditetapkan sebagai daerah Pengembangan

Pariwisata Propinsi sumatera Barat dengan Perda Nomor: 25 tahun 1987.

Untuk menunjang kepariwisataan, di kota ini sudah tersedia sarana Akomodasi yang

memadai, seperti Hotel Berbintang dengan kapasitas 660 kamar dan 1.083 tempat tidur serta

Non Berbintang dengan kapasitas 630 kamar dan 1.261 tempat tidur, puluhan Rumah Makan

dan Restoran, beberapa travel Biro, serta serta dilengkapi dengan pasar wisata dan souvenir

shop. Pemerintah Kota Bukittinggi senangtiasa megutamakan citra sapta pesona (Aman,

Tertip, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah Tamah dan Kenangan), yang sejak tahun 2000 dirajut

dalam ivent Pesta Seni Budaya Pameran Dagang dan Idustri (PEDATI) Bukittinggi 2.

Kota Bukittinggi memiliki bermacam- macam destinasi wisata, seperti wisata alam, wisata minat kreasi dan wisata budaya. Wisata alam yang ditawarkan Kota Bukittinggi berupa pemandangan alam ngarai sianok, lobang jepang dan janjang koto gadang dimana objek wisata ala mini menyajikan keindahan alam Kota Bukittinggi. Berbeda lagi dengan wisata budaya yang disajikan kota Bukittinggi yaitu adanya Rumah Adat Nan Baanjuang

yang didirikan dengan gaya arsitektur bangunan museum ini menggunakan arsitektur tradisional minangkabau dengan bentuk atap Gajah Maharam dengan anjungan di kiri dan kanan sesuai dengan keselarasan Koto piliang, Jam Gadang serta Medan Nan Balinduang. Sedangkan wisata minat kreasi yaitu wisata yang menyajikan kegiatan- kegiatan berupa hiburan, kerajinan, kesenian maupun kuliner khas dari kota Bukittinggi seperti kelurahan Manggis Gantiang sebagai desa wisata yang ditunjuk oleh Kementerian dan Ekonomi Kreatif

2

(5)

sebagai salah satu Kampung Wisata yang ada di Kota Bukittinggi. Sehingga wisatawan memiliki lebih banyak lagi alternatif destinasi wisata di Kota Bukittinggi.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bukittinggi, kunjungan wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang maupun non bintang di Kota Bukittinggi selama tahun 2012 berjumlah 27.183 pengunjung. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2011 yang hanya mencapai 21.457 pengunjung. Meski kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2012 meningkat dibanding 2011, namun jumlah itu masih di bawah kunjungan tahun 2010 yang mencapai 33.598 serta tahun 2009 dengan jumlah 36.242 pengunjung.

Kota Bukittinggi yang memiliki destinasi wisata yang banyak dan iklim daerah yang beriklim udara sejuk, tetapi masih memiliki berbagai permasalahan seperti menurunnya kunjungan wisatawan ke Bukittinggi, kesemrautan kota dan kurangnya fasilitas bagi wisatawan. Adapun beberapa permasalahan yang mengakibatkan menurunnya kunjungan wisatawan juga dapat di lihat dalam kutipan berikut :

BUKITTINGGI, HALUAN-Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bukittinggi, kunjungan

wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang maupun non bintang di Kota

Bukittinggi selama tahun 2012 berjumlah 27.183 pengunjung. Jumlah ini meningkat dibanding

tahun 2011 yang hanya mencapai 21.457 pengunjung. Meski kunjungan wisatawan

mancanegara tahun 2012 meningkat dibanding 2011, namun jumlah itu masih di bawah

kunjungan tahun 2010 yang mencapai 33.598 serta tahun 2009 dengan jumlah 36.242

pengunjung.

Menurut Lala Iswandi, ada beberapa kelemahan di Kota Bukittinggi yang menghambat

pening-katan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.

Kelemahan itu diantaranya tidak ada program every day atau kegiatan wisata setiap harinya

yang diterapkan, sehingga para bule merasa bosan jika berlama-lama di Bukittinggi. Lala

Iswandi menilai, untuk memenuhi kriteria kota wisata, pemerintah harus menyusun dan

melaksanakan berbagai kegiatan kesenian dan kebudayaan daerah setiap harinya.

Kelemahan lainnya menurut Lala ketidaksediaan pusat informasi dan rambu-rambu yang jelas,

kurangnya kebersihan serta budaya yang tidak aktif lagi, objek wisatanya juga tidak dilengkapi

dengan program yang jelas, serta sikap sejumlah guide wisata yang tidak lagi mempromosikan

wisata, tapi lebih mengarahkan wisatawan mancanegara untuk belanja, agar memperoleh fee

(6)

Sedangkan permasalahan utama menurut Asnawi Bahar adalah sertifikasi guide yang tidak

merata. Ia mengklaim, sekitar 50 persen guide tidak bersertifikat, sehingga para guide tak

bersertifikat itu mengharapkan komisi besar dan sedikit mengabaikan komitmen

kepariwisataan3.

Hal itu juga senada dengan kutipan berikut :

Laporan utama (Laput) Haluan edisi Minggu (22/9) yang judulnya tentang “Lets go to

Bukittinggi”, memuat tentang kondisi kekinian kota sejuk Bukittinggi yang dijuluki juga

sebagai kota wisata. Pada laporan tersebut dikupas tentang perkembangan kepariwisataan Kota

Bukittinggi, perkembangan kawasan Pasar Aur Kuning sebagai pusat grosir dan juga

perkembangan Kota Bukittinggi yang juga dikenal sebagai salah satu kota yang sangat

bersejarah bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sejumlah praktisi turisme Kota Bukittinggi menyebut beberapa kelemahan dan kendala Kota

Bukittinggi yang menghambat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.

Kelemahan dan kendala itu antara lain; tidak adanya program every day atau kegiatan wisata

setiap hari di Kota Bukittinggi.

Artinya, selain objek wisata yang bersifat keindahan alam dan sejarah, pagelaran seni dan

budaya juga merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para turis. Bagi mereka pertunjukan

seni budaya itu sangat berarti, karena hal yang demikian tidak pernah mereka jumpai di negara

mereka.

Karena sangat minim pertunjukan seni budaya yang bisa disaksikan di Bukittingi, akibatnya

para turis mancanegara merasa bosan untuk berlama-lama di kota berudara sejuk tersebut.

Kesemrawutan kota juga menjadi catatan khusus bagi para turis. Jika dibandingkan dengan kota

lain di Sumatera Barat (terkecuali Kota Padang) kota wisata Bukittingi tergolong sebagai kota

yang kurang bersih dan tidak tertata dengan baik

Parkir pun menjadi persoalan pelik di Kota Bukittinggi. Selain areal parkirnya sangat terbatas,

biaya parkir yang diminta kepada para konsumen atau pengunjungpun nilai terbilang tinggi,

bahkan sangat tinggi. Pada lokasi-lokasi tertentu tarif parkir paling murah Rp5.000. Bahkan di

pada sejumlah titik strategis, ongkos parkir yang dikutip bisa mencapai Rp10.000, - s/d

Rp20.000.

Sementara petugas yang meminta ongkos parkir tidak bisa menunjukkan tiket parkir dengan

tarif yang sesuai dengan jumlah yang diminta kepada pengunjung.

Buruknya pengaturan transportasi kita menyumbang penyebab. Sangat terbatasnya lahan parkir

juga menjadi salah satu penyebab. Begitu juga kemacetan yang sangat luar biasa di kawasan

Pasar dan Terminal Aur Kuning juga membuat orang untuk berpikir sekian kali untuk

berkunjung dan berbelanja ke Pasar Aur Kuning.

3

(7)

Beberapa persoalan di atas mestinya menjadi catatan khusus bagi Pemko Bukittinggi untuk

melakukan pembenahan. Tujuannya jelas, agar kota ini tetap manjadi magnet

pariwisata dan bisnis di wilayah Sumatera4

Dari kutipan di atas, menunjukkan bahwa masih terdapat berbagai permasalahan dalam pengelolaan pariwisata di Kota Bukittinggi, seperti :

1. Tidak adanya program every day atau kegiatan wisata setiap hari di Kota Bukittinggi. 2. Kesemrautan kota

3. Biaya parkir yang tinggi

4. Buruknya pengaturan transportasi 5. Kurangnya kebersihan

6. Budaya yang tidak aktif lagi

7. Sikap sejumlah guide wisata yang tidak lagi mempromosikan wisata 8. Sertifikasi guide yang tidak merata

Banyaknya permasalahan yang terjadi di bidang pariwisata Kota Bukittinggi haruslah segera dibenahi oleh Pemerintah Kota Bukittinggi serta dinas yang terkait dalam segi pengelolaan destinasi wisata sehingga bisa kembali meningkatkan kunjungan dan kenyamanan para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan dari luar negri.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kota Bukittinggi, khususnya yang berkaitan dengan strategi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengelolaan destinasi kepariwisataan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengeloaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukitinggi (Studi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)”.

4

(http://www.harianhaluan.com/index.php/haluan-kita/26483-bukittinggi-perlu-berbenah, diakses pada tanggal

(8)

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi?”

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai jalan dan tujuan yang ingin di capai dalam penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan pariwisata Kota Bukittinggi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi

2. Untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sektor pariwisata dalam rangka pengelolaan pariwisata Kota Bukittinggi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kota Bukitinggi.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penilitian ini adalah : 1. Manfaat secara ilmiah

Untuk menambah pengetahuan atas pengembangan teori Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam pengembangan pariwisata dalam rangka meningkatkan ekonomi kreatif.

2. Manfaat secara praktis

(9)

3. Manfaat secara akademis

Sebagai tahap dalam mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu departemen Ilmu Admnistrasi Negara.

1.5. Kerangka Teori

Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori merupakan pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti tersebut menyoroti masalah yang dipilihnya. Menurut Singarimbun, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sitematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep5.

Dalam penelitian kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan dasar yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan masalah. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian penulis dapat melakukan teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian.

Berdasarkan rumusan di atas, penulis mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan berfikir dalam penelitian ini.

5

(10)

1.5.1 Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti kepemimpinan dan ketentaraan. Konotasi ini berlaku selama perang yang kemudian berkembang menjadi manajemen ketentaraan dalam rangka mengelola para tentara. Pada tahun 1990-an strategi dapat didefenisikan menetapkan arah kepada “manajemen”. Dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan dalam pasar6.

Strategi dapat dideskripsikan sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal organisasi7. Jauch dan Glueck mendefenisikan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu, yang mengaitkan keunggulan perusahanaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan8. Strategi merupakan program luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi,respons organisasi pada lingkungannya sepanjang waktu9.

Jadi secara umum strategi adalah sebuah rencana yang disusun sedemikian rupa dengan memanfaatkan sumberdaya serta peluang yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.

Elemen strategi ialah :

1. Tujuan jangka panjang, yaitu pengembangan wawasan jangka panjang dan menetapkan kemampuan untuk mencapainya.

6

Crown Dirgantoro. 2001. Manajemen Strategis. Jakarta: PT Gramedia, hal. 5 7

RD Jatmiko. 2004. Manajemen Strategik. Malang:UMM Press, hal. 4 8

Ibid, hal. 5 9

(11)

2. Sumber keunggulan, yaitu pengembangan pemahaman yang dalam tentang pemilihan pasar dan pelanggan oleh organisasi yang juga menunjukkan cara terbaik untuk berkompetisi dengan pesaing di dalam pasar10.

1.5.1.1 Manajemen Strategi

Pengertian Manajemen Strategi dalam khasanah literatur Ilmu Manajemen memiliki cakupan yang luas, dan tidak ada suatu pengertian yang dianggap baku. Itulah sebabnya, definisi Manajemen Strategi berkembang luas tergantung kepada pemahaman ataupun penafsiran seseorang. Meskipun demikian, dari berbagai pengertian yang diberikan oleh para pakar ilmu manajemen dapat ditemukan suatu kesamaan pola pikir, bahwa Manajemen Strategi merupakan ilmu yang menggabungkan fungsi- fungsi manajemen dalam rangka pembuatan keputusan- keputusan organisasi secara efektif dan efisien. Menurut Wahyudi, dari berbagai pengertian dan definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa Manajemen Strategik adalah suatu seni dan ilmu pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan- keputusan strategis antar fungsi- fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan- tujuan masa datang11. Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa Manajemen Strategi pada hakekatnya mengandung 2 hal penting, yaitu :

a. Manajemen strategik terdiri dari tiga macam proses manajemen yaitu pembuatan strategi, penerapan strategi, dan evaluasi/control terhada strategi.

10

Crown Dirgantoro. 2001. Manajemen Strategis. Jakarta: PT Gramedia, hal. 6 11

(12)

Pembuatan strategi, meliputi kegiatan pengembangan misi dan tujuan jangka panjang, pengidentifikasian peluan dan pengembangan alternatif- alternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi. Sedangkan penerapan strategi meliputi kegiatan penentuan sasaran- sasaran oprasional tahunan, kebijakan perusahaan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber-sumber daya agar strategi yang telah disusun dapat diimplementasikan dalam praktek secara berdaya guna dan berhasil guna. Adapun proses evaluasi strategi mencakup usaha- usaha untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan penerapan strategi termasuk mengukur kinerja individu dan organisasi, serta mengambil langkah- langkah perbaikan jika diperlukan.

b. Wahyudi menjelaskan bahwa Manajemen Strategi memfokuskan pada penyatuan atau penggabungan aspek- aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan/ akuntansi dan produksi/oprasional dari sebuah bisnis12.

Dalam kaitannya dengan definisi Manajemen Strategi seperti disebut diatas, perlu dibedakan pengertian antara strategi dan taktik. Menurut Drucker, strategi adalah mengerjakan sesuatau yang benar (doing the right things), sedangkan taktik adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing

the things right). Sementara menurut Clausewits dalam Nisjar, strategi

merupakan suatau seni menggunakan pertempura untuk memenangkan perang. Jadi, taktik merupakan penjabaran operasional jangka pendek dari strategi agar strategi dapat diterapkan13.

12

Ibid, hal. 86 13

(13)

1.5.1.2 Manfaat Manajemen Strategi

Dengan menggunakan Manajemen strategi sebagai instrumen untuk mengantisipasi perubahan lingkungan sekaligus sebagai kerangka kerja untuk menyelesaikan setiap masalah melalui pengambilan keputusan perusahaan, maka penerapan Manajemen Strategi dalam suatu organisasi atau perusahaan diharapkan akan membawa manfaat-manfaat atau keuntungan sebagai berikut Wahyudi dalam Nisjar14:

1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju

2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan- perubahan yang terjadi 3. Membuat suatau organisasi menjadi lebih efektif

4. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko

5. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahan untuk mencegah munculnya masalah masa datang

6. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya

7. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi

8. Keengganan akan berubah dari karyawan lama dapat dikurangi

Manajemen Strategi semakin penting arti dan manfaatnya apabila diingat bahwa lingkungan perusahaan atau organisasi mengalami perubahan yang semakin cepat dan kompleks, sehingga keberhasilan Manajemen Strategi pun sangat ditentukan oleh para manajer atau pimpinannya.

14

(14)

1.5.1.3 Ciri- ciri Keputusan Strategi

Ada sejumlah ciri yang berkaitan dengan istilah strategi dan keputusan- keputusan strategis yaitu :

1. Keputusan-keputusan strategi pada umumnya berkaitan dengan skope dari aktivitas-aktivitas sesuatu organisasi.

Persoalan skope aktivitas sangat fundamental bagi keputusan- keputusan strategik karena ia berhubungan dengan cara dengan apa pihak yang bertanggung jawab untuk memanaje organisasi tersebut mempersepsi batas-batasnya. Hal tersebut berhubungan dengan apa yang mereka inginkan dari organisasi yang bersangkutan.

2. Strategi berkaitan dengan upaya menyesuaikan (MATCHING) aktivitas-aktivitas organisasi dengan lingkungan dimana ia beroperasi.

3. Strategi juga berhubungan dengan tindakan dan upaya menyesuaikan aktivitas- aktivitas organisasi yang bersangkutan dengan kemampuan sumber dayanya.

4. Keputusan-keputusan strategi seringkali menimbulkan implikasi- implikasi serius terhadap sumber daya suatu organisasi.

5. Keputusan-keputusan strategi, besar kemungkinan mempengaruhi keputusan- keputusan oprasional.

6. Strategi suatu organisasi, bukan saja dipengaruhi oleh kekuatan- kekuatan lingkungan, dan ketersediaan sumber-sumber daya, tapi mereka pula akan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan ekspektasi-ekspektasi pihak yang memiliki kekuasaan dalam organisasi yang bersangkutan

(15)

8. Keputusan-keputusan strategi seringkali bersifat kompleks

Kompleksitas itu terjadi karena adanya beberapa alasan sebagai berikut : Pertama : keputusan-keputusan strategi biasanya mencakup ketidakpastian tingkat tinggi.

Kedua : keputusan-keputusan strategi, kiranya menuntut adanya suatu tugas-tugas manajemen, tetapi, ia terutama bersifat problematik bagi keputusan- keputusan strategi.

Ketiga : keputusan-keputusan strategi biasanya menyebabkan timbulnya dampak berupa perubahan besar pada organisasi. Bukan saja problematik untuk mengambil keputusan dan mengimplementasi perubahan-perubahan tersebut, tetapi jauh lebih problematik untuk mengimplementasinya.

1.5.2 Pengelolaan Kepariwisataan

1.5.2.1 Tata Kelola Kepariwisataan Yang Baik

Kesemua arah kemumgkinan terjadinya dampak baik positif maupun negatif pada kepariwisataan dan lingkungan pada dasarnya akan sangat tergantung pada manajemen dan tata pengelolaan kepariwisataan yang diperankan oleh segenap pemangku kepentingan (Stake Holders) baik dari unsure Pemerintah-Industri-Masyarakat yang ada di destinasi pariwisata.

(16)

Secara teoritis pola manajemen dari penyelenggaraan pembangunan kepariwisataan yang berlanjut dan berwawasan akan dapat dengan mudah dikenali melalui berbagai cirri penyelenggaraannya yang berbasis pada prinsip-prinsip sebagai berikut15:

1. Partisipasi Masyarakat Terkait

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan kepariwisataan yang ada dengan ikut terlibat dalam menentukan visi, misi dan tujuan pembangunan kepariwisataan serta berpartisipasi dalam mengimplementasikan rencana dan program yang telah disusun sebelumnya.

2. Keterlibatan Segenap Pemangku Kepentingan

Para pelaku dan pemangku kepentingan yang harus terlibat secara aktif dan produktif dalam pembangunan kepariwisataan.

3. Kemitraan Kepemilikan Lokal

Pembangunan kepariwisataan harus mampu memberikan kesempataan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat.

4. Pemanfaatan Sumber Daya Secara Berlanjut

Pembangunan kepariwisataan harus dapat menggunakan sumber daya yang dibutuhkan secara berlanjut, yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan.

15

(17)

5. Mengakomodasikan Aspirasi Masyarakat

Aspirasi dan tujuan masyarakat setempat hendaknya dapat diakomodasikan dalam program kegiatan kepariwisataan, agar kondisi yang harmonis antara pengunjung, pelaku dan masyarakat setempat dapat diwujudkan dengan baik.

6. Daya Dukung Lingkungan

Daya dukung lingkungan dalam pembangunan kepariwisataan yang harus dipertimbangkan dan dijadikan pertimbangan utama dalam mengembangkan berbagai fasilitas dan kegiatan kepariwisataan.

7. Monitor dan Evaluasi Program

Kegiatan monitor dan evaluasi dalam program pembangunan kepariwisataan yang berlanjut mencakup mulai dari kegiatan penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata sampai dengan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan.

8. Akuntabilitas Lingkungan

Perencanaan program pembangunan kepariwisataan harus selalu memberi perhatian yang besar pada kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat setempat. 9. Pelatihan Pada Masyarakat Terkait

(18)

10.Promosi dan Advokasi Nilai Budaya Kelokalan

Pembangunan kepariwisataan secara berlanjut juga membutuhkan program-program promosi dan advokasi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap (sense of place) dan identitas budaya masyarakat setempat secara baik.

1.5.2.2 Reformasi Birokrasi Kepariwisataan

Sebagai respon terhadap adanya perubahan yang bersifat global, maka reformasi birokrasi tata kelola kepariwisataan di Indonesia sudah merupakan kebutuhan yang amat mendesak untuk dilakukan penataan ulang. Reformasi kepariwisataan adalah keseluruhan upaya untuk menata ulang, mengubah, menyempurnakan, dan memperbaiki sistem dan prosedur birokrasi dibidang kepariwisataan agar menjadi lebih efisien, efektif dan produktif serta akuntabel16.

Oleh karena itu reformasi birokrasi di sektor kepariwisataan pada hakekatnya memiliki dua tujuan utama yaitu:

1. Menciptakan aparatur kepariwisataan yang bersih, profesional, dan bertanggung jawab yang bebas dari praktik KKN dan perbuatan tercela 2. Menciptakan birokrasi kepariwisataan yang efisien, efektif dan produktif

sehingga dapat memberikan pelayanan publik yang prima.

16

(19)

Beberapa program utama yang dikembangkan dalam reformasi kepariwisataan adalah17:

1. Program-program penataan atau restrukturisasi organisasi

2. Program-program untuk penyempurnaan proses birokrasi kepariwisataan 3. Program-program untuk meningkatkan manajemen SDM

4. Program-program untuk perbaikan struktur rumenerasi (sistem penggajian) yang berbasis kinerja dengan menerapkan penghargaan dan hukuman secara adil kepada aparatur.

1.5.2.3 Keterpaduan Pengelolaan Pariwisata

Sektor kepariwisataan merupakan kegiatan yang memiliki keterkaitan dan melibatkan banyak sektor, antara lain meliputi sektor kehutanan, kelautan, pertanian, dan perkebunan, industri dan perdagangan, telekomunikasi, perhubungan, kimpraswil, lingkungan, kebudayaan, pendidikan, imigrasi dan hubungan luar negri. Oleh karena itu, harus di tempuh langkah-langkah:

1. Pengembangan kebijakan di sektor perhubungan. 2. Pengembangan kebijakan di sektor keimigrasian.

3. Pengembangan kebijakan di sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, kelautan dan kebudayaan.

4. Pengembangan kebijakan di sektor pendidikan dapat meningkatkan kualitas SDM.

Melalui koordinasi terpadu yang dijalin antarsektor tersebut, maka dapat disiapkan kerangka pengembangan terpadu yang akan memberikan nilai

17

(20)

manfaat yang besar dalam jangka panjang, baik dalam hal penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan produk lokal, pemberdayaan ekonomi rakyat, maupun konservasi lingkungan dan sumber daya alam.

1.5.2.4 Kemitraan Publik Dan Swasta

Konstruksi strategi Public-private partnership (PPP) atau kemitraan pemerintah-swasta dalam pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu cara yang sangat strategis dalam penyediaan infrastruktur pelayan publik, yang dalam hal ini pihak pemerintah tetap bertanggung jawab dan harus akuntabel bagi penyediaan jasa publik dan tetap menjaga kelangsungan kepentingan publik18.

Beberapa hal yang perlu mandapatkan perhatian dalam kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam pengelolaan pembangunan kepariwisataan antara lain adalah:

1. Pentingnya bagi semua pihak untuk saling memahami misi, fungsi, tugas, hak dan kewajiban masing-masing sebagai pelaku pembangunan kepariwisataan.

2. Melakukan penyatuan persepsi dalam negosiasi kegiatan kemitraan yang sangat memerlukan keterbukaan dan komitmen dari para pelaku pembangunan kepariwisataan agar dicapai hasil yang saling menguntungkan.

3. Perlunya keterlibatan langsung seluruh pihak, terutama Pemerintah Daerah, DPRD, masyarakat, karyawan, dan lain-lain.

4. Keberadaan dan akses data yang relevan, mudah, benar, dan konsisten.

18

(21)

5. Dukungan yang jelas dan benar kepada pemberi keputusan baik tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota.

6. Kriteria persyaratan lelang/negosiasi yang jelas, transparan, dan konsisten dari setiap proyek pembangunan kepariwisataan.

7. Struktur dan tugas Tim Negosiasi yang jelas dan kemampuan dalam penguasaan materi bidang hokum, teknis, dan keuangan dalam setiap proyek pembangunan kepariwisataan.

Untuk menjamin keberhasilan penerapan model PPP, diperlukan kondisi-kondisi seperti di bawah ini, yang juga dikenal sebagai “process conditions”, dariPPP yaitu:

1. Perlindungan untuk kepentingan dan hak- hak pihak ketiga 2. Dukungan yang cukup dan control terhadap fasilitas 3. Orientasi bisnis dan pasar

4. Koordinasi internal

5. Pengelolaan proyek yang baik

1.5.3 Pariwisata

4.1.3.1 Pengertian Pariwisata

(22)

bersenang-senang dan sebagainya. Wisatawan adalah orang yang berdarmawisata, pelancong atau turis. Toeti mengartikan wisata adalah perjalanan sebagai padanan kata ‘trave’ sehingga wisatawan adalah ‘traveler’, orang yang melakukan perjalanan.

Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi:

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai.

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar dan angkutan wisata.

(23)

mencari kerja penuh19. Sejalan dengan ahli tersebut, Spillane mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebehagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu20. Pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise), karena begitu banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya, dan juga karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata.

Pariwisata menurut Prof. Salah Wahab memandangnya sebagai suatu kegiatan kemanusiaan berupa hubungan antar orang dari Negara yang sama atau antar Negara atau hanya dari daerah geografis yang terbatas. Di dalamnya termasuk tinggal untuk sementara waktu di daerah lain atau kegiatan untuk memperoleh penghasilan, mskipun pada perkembangan selanjutnya batasan “memperoleh penghasilan” menjadi kabur21. Selanjutnya menurut Hans Buchli, mendefinisikan bahwa pariwisata adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut22. Lain halnya menurut E Guyer Freuler, Pariwisata adalah

19

Nyoman S. Pendit. 1999. Ilmu Pariwisata. PT.Pradya Pratama.Jakarta, hal. 38

20

J James Spillane. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta, hal. 21

21

Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB, hal. 6

(24)

merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan23.

Dari berbagai macam definisi tentang pariwisata dapat di jelaskan bahwa pariwisata tersebut adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau memperoleh penghasilan tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi.

4.1.3.2 Jenis Pariwisata

Berdasarkan keterlibatan wisatawan dalam berwisata, terdapat dua macam wisatawan, yaitu :

1. Wisatawan aktif, mereka yang terlibat atau melibatkan diri secara fisik atau ikut serta atau bersentuhan langsung dengan kegiatan pariwisata, menjadi pelaku, misalnya pada wisata petualangan, kegiatan wisatawan ini menghasilkan pariwisata aktif.

2. Wisatawan pasif, mereka yang hanya melihat/menikmati objek dan/atau atraksi pariwisata, mereka hanya terlibat secara emosional, misalnya menonton pertandingan olahraga sehingga pariwisata yang dihasilkannya adalah pariwisata pasif.

23

(25)

Batasan pariwisata sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi :

a. Wisata Agro

Dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata batu yang dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian pada musim buah durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turut terjun aktif menanam padi dan memandikan kerbau di sungai.

b. Wisata Belanja

Dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya Bandung dengan pusat Jeans.

c. Wisata Budaya

Berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi, misalnya mudik lebaran setahun sekali, atau pariwisata budaya yang digelar pada saat-saat tertentu.

d. Upacara Iklim

Bagi Negara yang beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya untuk berburu panas sinar matahari.

e. Wisata Karya

(26)

f. Wisata Kesehatan

Berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat untuk berobat sekalian melakukan kunjungan wisata.

g. Wisata Konvensi/seminar

Dilakukan dengan sengaja memilih salah satu DTW sebagai tempat penyelenggaraan seminar yang dikaitkan dengan uapaya pengembangan DTW.

h. Wisata Niaga

Berkaitan dengan kepentingan perniagaan/perdagangan. Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada disana.

i. Wisata Olahraga

Yakni mengunjungi pariwisata penting di dunia olahraga, misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga Nasional. Para wisatawan adalah para olahragwan, penonton dan semua yang terlibat dalam pariwisata olahraga.

j. Wisata Pelancong

(27)

k. Wisata Petualangan

Dilakukan lebih kearah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam jenis wisata petualangan adalah kegiatan pelatihan di alam terbuka dengan berbagai atraksi manantang dan kadang mengandung resiko. Terbang layang, arung jeram dan panjat tebing.

l. Wisata Ziarah

Wisata yang dalam kaitan dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu.

m. Darmawisata

Perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan atau ekskursi.

n. Widiawisata

Perjalanan keluar daerah atau kampung dalam rangka kunjungan studi, dilakukan untuk mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam atau budaya.

Ragam kegiatan pariwisata tersebut menempati ruang ruang wilayah di suatu DTW yang seharusnya terkoordinasi dalam satu kebijakan kepariwisataan nasional maupun dala tata ruang wilayah suatu daerah24.

4.1.3.3 Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan menjadikan maju atau pembangunan secara bertahap, teratur dan berkelanjuntan, yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengembangan juga dapat dinilai sebagai respon

24

(28)

terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, didalam mengupayakan pengembangan, perencanaan yang baik menjadi tindakan yang mutlak dilakukan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu strategi pengembangan yang terintegrasi, sehingga sasaran yang akan dituju sesuai dengan yang diharapkan. Pengembangan disini mengandung pengertian perbuatan mengembangkan pariwisata agar dapat meningkatkan Ekonomi Kreatif masyarakat lokal di Kota Bukittinggi.

Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara. Menurut Marpaung, Pengembangan kepariwisataan dilandaskan atas usaha-usaha sebagai berikut25 :

1. Memelihara dan membina keindahan alam dan kekayaan serta kebudayaan masyarakat Indonesia sebagai daya tarik kepariwisataan. 2. Menyediakan dan membina fasilitas-fasilitas transportasi, akomodasi,

entertainment, dan pelayanan pariwisata lainnya yang diperlukan

termasuk pendidikan pegawai.

3. Menyelenggarakan promosi kepariwisataan secara aktif dan efektif di dalam dan di luar negeri.

4. Mengusahakan kelancaran formalitas perjalanan dan lalu lintas para wisatawan dan dengan demikian menghilangkan unsur-unsur yang menghambatnya.

5. Mengerahkan kebijaksanaan dan kegiatan perhubungan sebagai sarana utama guna memperbesar jumlah dan kelancaran arus wisatawan.

25

(29)

Proses pengembangan pariwisata memerlukan waktu yang cukup panjang dan langkah-langkah yang berkesinambungan. Untuk mewujudkannya diperlukan kerjasama yang baik oleh semua pihak. Dalam hal ini, Hadinoto menguraikan bahwa secara umum ada tiga (3) pihak yang saling berkaitan erat, yaitu26 :

1. Pihak Penyedia Jasa Wisata Langsung, meliputi usaha yang menyangkut perjalanan seperti penerbangan, hotel, transportasi darat lokal, bus perjalanan, restoran dan toko eceran. Usaha-usaha ini memberikan layanan aktivitas, dan produk yang dibeli atau dikonsumsi langsung oleh orang-orang yang melakukan perjalanan.

2. Pihak Usaha Pendukung Wisata, meliputi tour organizer, travel and trade publication, hotel management firm dan travel research firm. 3. Organisasi Pengembangan Wisata, meliputi konsultan perencanaan,

badan pemerintah,. lembaga finansial, developer properti, lembaga latihan dan pendidikan.

4.1.3.4 Tujuan Pengembangan Objek Wisata

Menurut Hadinoto, adapun tujuan dari pengembangan objek wisata ialah27 :

1. Tujuan Internasional :

a. Penerimaan devisa yang meningkat.

b. Pengembangan ekonomi yang lebih banyak memberi kesempatan kerja.

26

Kusadianto Hadinoto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwiata. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), hal. 26

27

(30)

c. Pendapatan nasional meningkat, lebih banyak peneriman pajak, perluasaan prasarana.

d. Pendapat umum di luar negeri menguntungkan dan peningkatan pengertian di negara-negara lain mengenai kebijaksanaan Indonesia.

e. Apresiasi meningkat di luar negeri mengenai hasil dan kontribusi budaya Indonesia

2. Tujuan Dalam Negeri :

a. Persatuan dan kesatuan identitas Nasional Indonesia. b. Pengertian umum dan kewajiban penduduk.

c. Kesehatan dan kesejahteraan umum.

d. Pertumbuhan ekonomi dan redristribusi pendapatan yang seimbang.

e. Perhatian umum terhadap lingkungan. f. Pelestarian tradisi/adat istiadat daerah.

g. Perlindungan dari hak perseorangan untuk berlibur. 4.1.3.5 Manfaat Perencanaan Pengembangan Objek Wisata

Adapun yang menjadi manfaat perencanaan pengembangan objek wisata adalah sebagai berikut :

(31)

2. Perencanaan pengembangan objek wisata juga bermanfaat bagi pengusaha, secara khusus yang terlibat dalam bidang kepariwisataan dimana mereka dapat melihat iklim yang sesuai dengan perkembangan usahanya dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

3. Perencanaan pengembangan objek wisata juga bermanfaat bagi masyarakat umum, terutama masyarakat disekitar objek wisata, dimana mereka dapat memahami akan arti pentingnya pengembangan objek wisata, sehingga masyrakat tidak menjadi penghambat28.

4.1.3.6 Aspek-Aspek Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengembangan Objek Wisata

Dalam rangka usaha pengembangan pengembangan objek wisata aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Tidak merugikan kebudayaan masyarakat serta perkembangannya. 2. Pengamanan benda-benda peninggalan bersejarah serta flora dan fauna

yang dilindungi di dalam margasatwa terhadap bahaya kepunahan. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata, seperti transportasi

peningkatan daya tarik objek wisata dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata.

4. Mendapatkan kebijakan-kebijakan yang menciptakan iklim dan kondisi yang sehat guna memperlancar kegiatan kepariwisataan29.

1.6. Definisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun, konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu menjadi

28

Kusadianto Hadinoto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwiata. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), hal. 31

29

(32)

pusat perhatian ilmu sosial30. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan gambaran terhadap penelitian, maka perlu suatu konsep yang jelas mengenai batasan yang akan diteliti, yaitu :

1. Strategi, yaitu penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan penerapan serangkain tindakan serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran tersebut.

2. Pengelolaan, yaitu suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

3. Pariwisata, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengelola atau penyelenggara objek serta daya tarik wisata sehingga dengan usaha itu orang atau wisatawan datang untuk mengunjunginya.

1.7. Definisi Operasional 1. Strategi

a. Strategi yang digunakan Dinas Pariwisata b. Perumusan strategi oleh Dinas Pariwisata

c. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pelaksananan strategi d. Keterampilan dan pengetahuan kerja dari sumber daya manusia

e. Budaya di dalam suatu organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi

2. Pengelolaan

a. Perencanaan pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi

30

(33)

b. Proses bagaimana cara dalam pengorganisasin pengelolaan destinasi pariwisata

c. Proses pergerakan pengelolaan destinasi pariwisata d. Pengawasan yang ketat dan berkelanjutan

e. Efektifitas pencapaian tujuan organisasi 3. Pariwisata

a. Pemanfaatan objek dan fasilitas pariwisata b. Jenis-jenis objek wisata yang ditawarkan c. Ciri khas wobjek wisata

(34)

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini ditulis dalam lima bab yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, Tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi keadaan geografis, kependudukan, sosial, ekonomi, dan pemerintahan.

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Bab ini membahas dan menyajikan tentang hasil data-data yang diperoleh dilapangan yang akan dianalisis dan interpretasi.

BAB V PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 8 Agustus

[r]

Kekuatan dunia telah mencapai kesepakatan dengan Iran dalam mengurangi kegiatan nuklir negara itu dengan imbalan pencabutan sanksi atau embargo ekonomi internasional yang telah

Pergerakan IHSG hari ini kami estimasi akan berpeluang menguat terbatas dengan rentang perdagangan berada di 6.500 sampai dengan 6.600.. Indeks bursa saham AS, ditutup positif

Skripsi dengan judul “Pengaruh pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) terhadap minat dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII

tumbuh terhadap antera cabai rawit ( C. frutescens ) menyebabkan perbedaan persentase jumlah antera yang membesar. Hal

1.2.1 Jelaskan manfaat program studi terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Untuk pengusulan program studi baru yang diusulkan oleh perguruan tinggi lama,

Berdasrkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh konservatisme akuntansi , ukuran perusahaan , pengungkapan corporate social