• Tidak ada hasil yang ditemukan

Coping Stress Isteri dalam Perkawinan Poligini di Kota Banjarmasin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Coping Stress Isteri dalam Perkawinan Poligini di Kota Banjarmasin."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Coping Stress

1. Pengertian Coping stress

Coping stress berasal dari dua kata yaitu coping dan stress. Coping adalah kata benda yang berasal dari bahasa Inggeris, coping diartikan dengan kepala dinding/tembok.1

Menurut Laura A. King, coping adalah salah satu jenis pemecahan masalah. Prosesnya melibatkan pengelolaan situasi yang berlebihan, meningkatkan usaha untuk menyelesaikan permasalahan–permasalahan kehidupan, dan mencari cara untuk mengalahkan stres atau menguranginya.2

Wrzesniewski dan Chylinska seperti dikutip oleh Robert S. Feldman berpendapat coping adalah usaha untuk mengontrol, mengurangi, atau belajar

1

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia, cet. xxi, (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), h. 147.

2

(2)

29

untuk menoleransi ancaman yang menimbulkan stres.3

Iin Tri Rahayu menjelaskan bahwa Lazarus dan Folkman menggambarkan coping sebagai: “... suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang bersal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam mengatasi stressful...”4

Stres berasal dari bahasa Inggeris stress yang artinya satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis.5 Secara istilah Farid Mashudi mengutip pendapat Lazarus dan Folkman mendefinisikan stress sebagai hasil (akibat) dari ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan.6

3

Robert S. Feldman, Understanding Psychology,10th ed, terj Petty Gina Gayati, Putri Nurdina Sofyan, ed. Ria Oktsfiani, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012, h. 220.

4

Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam & Psikologi Kontemporer, (Malang: UIN-Malang Press, 2009), h. 181.

5

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia, h. 489

6

(3)

30

Tristiadi Ardi Ardani menyebutkan pengertian stres sebagai suatu keadaan tertekan baik secara fisik maupun psikologis.7 Stres menurut Sarafino adalah sebagai suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. 8Bagi Aliah B. Purwakania Hasan memandang stres sebagai stimulus, sebagai tanggapan psikologis atau fisiologis terhadap stimulus, atau interaksi antara keduanya.

Dengan demikian stres terjadi apabila dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai keadaan tertekan baik secara fisiologis maupun psikologis.

Dalam Kamus Lengkap Psikologi, J. P. Chaplin memiliki istilah lain untuk coping stress yaitu coping behavior. Coping behavior yaitu tingkah laku/tindakan penanggulangan; sembarang

7

Tristiadi Ardi Ardani dan M. Noor Rochman Hadjam,

Psikologi Abnormal, cet. 1, (Bandung: Cv Lubuk Agung, 2001), h. 59. 8

(4)

31

perbuatan, dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan masalah.9 Dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah coping stress.

Dalam menghadapi stres diperlukan pengelolaan terhadap stres tersebut. Pengelolaan stres tersebut disebut juga dengan istilah coping. Menurut Diana E. Papalia,et.al, bahwa coping adalah pemikiran atau perilaku adaptif dalam mengurangi atau meringankan stres yang bersumber dari kondisi yang menyakitkan, berbahaya, atau menantang.10

2. Strategi Coping

Strategi coping mempunyai arti menanggulang, menerima, menguasai segala sesuatu yang bersangkutan dengan diri sendiri.

Coping adalah salah satu model untuk mengendalikan emosi di samping model penyesuaian dan model pengalihan. Jadi copng merupakan salah satu aktivitas spesifik yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan dan mengurangi stres,

9

J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, 112. 10

(5)

32

setiap individu melakukan usaha menurunkan tingkat stres. Perbedaan usaha ini dikenal dengan istilah strategi coping.

Strategi coping didefinisikan oleh Folkman sebagai bentuk usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengatur tuntutan internal dan eksternal dari hubungan individu dengan lingkungan yang dirasakan mengganggu batas-batas yang dimiliki individu tersebut. Coping terdiri dari pikiran dan perilaku khusus yang digunakan untuk mengatur tuntutan dan tekanan yang datang dari hubungan individu dengan lingkungan, terutama yang berhubungan dengan kesejahteraan. Senada dengan itu, Coyne menyatakan bahwa coping merupakan usaha secara kognitig dan perilaku yang digunakan untuk mengatur tuntutan lingkungan dan internal serta untuk mengelola konflik-konflik yang di luar batas kemampuan individu.11

Menurut Cohen dan Lazarus, tujuan perilaku coping adalah untuk mengurangi kondisi lingkungan yang menyakitkan,

11

(6)

33

menyesuaikan dengan peristiwa/ kenyataan

yang tidak menyenangkan,

mempertahankan keseimbangan emosi, mempertahankan self image yang positif serta berusaha untuk meneruskan hubungan yang memuaskan dengan orang lain.12

Menurut Santrock ada dua macam strategi coping yaitu:

a. Strategi pendekatan (approach strategy), yaitu usaha kognitif untuk memahami penyebab stres atau stressor dan usaha untuk menangani hal tersebut dengan cara menghadapinya.

b. Strategi menghindar (avoidance strategy), yaitu usaha kognitif untuk menangkal dan meminimalisir stressor yang muncul dalam perilaku dengan cara menghindari masalah.

Laura A. King menjelaskan bahwa Richard Lazarus membedakan dua tipe strategi coping yaitu:

a. Emotion focused coping (EFC) atau strategi coping yang berfokus pada aspek emosi yang bertujuan untuk

12

(7)

34

mengurangi dan meredakan emosi individu yang ditimbulkan oleh stressor (sumber stres) tanpa berusaha mengubah situasi yang menjadi sumber stres secara langsung. Strategi ini memungkinkan individu mendapatkan sisi baik (hikmah) dari suatu peristiwa, mengharap simpati dan pengertian dari orang lain dan mencoba melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang menekan emosi, namun sifatnya hanya sementara.

b.Problem- focused coping (PFC) atau coping yang berfokus pada masalah adalah strategi kognitif individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres. Tujuannya untuk menghilangkan, mengatur atau memperbaiki kondisi yang menekan. Jadi, dengan menggunakan strategi ini individu melakukan suatu tindakan modifikasi untuk meminimalkan, mengubah atau menghilangkan situasi yang menimbulkan stres. 13

13

(8)

35

Adapun aspek-aspek yang termasuk dalam strategi Emotional Focused Coping (EFC) menurut Folkman adalah:

1) Distancing, yaitu reaksi melepaskan diri atau usaha melarikan diri dalam permasalahan serta menciptakan pandangan yang positif, seperti menganggap remeh suatu masalah. 2) Self control, yaitu usaha untuk

meregulasi perasaan maupun tindakan dengan melakukan perencanaan, menahan diri, mengatur perasaan, teliti dan tidak tergesa-gesa di dalam mengambil tindakan atau keputusan.

3) Accepting responsibility, yaitu usaha untuk mengetahui peran dirinya dalam permasalahan yang dihadapi dan mencoba untuk menempatkan segala sesuatu sebagaimana mestinya.

4) Escape avoidance, yaitu reaksi berkhayal dan usaha menghindar atau melarikan diri dari

(9)

36

permasalahan dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan dan lain-lain.

5). Positive reappraisal, yaitu usaha untuk menciptakan makna yang positif dengan memusatkan pada pengembangan personal dan juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius.14

Sedangkan aspek-aspek yang termasuk dalam strategi Problem Focused Coping (PFC) menurut Folkman adalah:15

1) Planful problem solving, yaitu usaha memecahkan masalah dengan tenang dan hati-hati disertai dengan pendekatan analisis.

2) Confrontative coping, yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan resiko.

14

Reina Wangsadjaja, “Stres”

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/stres.html.(03-12-2014). 15

Reina

(10)

37

3) Seeking social support, yaitu usaha untuk mencari dukungan dari pihak luar, baik berupa informasi, bantuan nyata maupun dukungan emosional. 4) Acceptance, yaitu berserah diri,

individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.

5) Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.

Selain itu Moos membagi strategi coping menjadi dua bentuk yaitu prilaku dan kognitif, keduanya termasuk kategori coping iterpusat pada emosi. Kedua bentuk strategi yang dimaksud adalah:

(11)

38

b. Strategi kognitif dengan cara menyingkirkan secara sementara pikiran tentang masalah. 16

Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Sebagai contoh seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau Aids.

Apa yang dilakukan individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri yang sebenarnya dapat

16

(12)

39

menimbulkan dampak negatif bagi individu karena cepat atau lambat permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan. Permasalahan akan semakin rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi dan menambah kepekaan terhadap ancaman.

Menurut Lazarrus dan Folkman faktor-faktor yang mempengaruhi sterategi coping adalah ada enam, yaitu:

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan hal penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.

b. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan pada nasib (eksternal locus of control) yang akan mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang menurunkan kemampuan strategi coping tipe: problem-solving focused coping.

(13)

40

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, meng-analisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasil-kan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai yang pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan tindakan yang tepat.

d. Keterampilan sosial

Keterampilan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.

e. Dukungan sosial

Pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya

f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

(14)

41

a.Karakteristik situasional. b. Faktor lingkungan.

c. Faktor personal atau perbedaan individu.17

3. Mengelola Stres menurut Islam

Allah Swt. memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-Nya dengan berbagai macam cara, ada manusia yang lulus dari ujian dan cobaan tersebut namun ada pula yang gagal. Kegagalan dalam ujian dan cobaan itu dapat mengakibatkan stres.

Stres adalah satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis sebagai akibat dari ketidak-seimbangan antara tuntutan dan kemampuan. Stres terjadi apabila dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai keadaan tertekan baik secara fisiologis maupun psikologis.

Keadaan di atas dapat membuat kehidupan seseorang menjadi tidak tenang dan tidak bahagia. Melihat akibat yang ditimbulkan, maka dibutuhkan kemampuan untuk mengelola stres. Langkah terbaik adalah menyiapkan sikap dan perilaku di

17

(15)

42

dalam mengelola stres sehingga mampu menangkal akibatnya.

Allah Swt. telah memberikan cara untuk menghindari dan mengelola stres sebagaimana firman Allah dalam Q.S Ali

„Imrân/3: 139.

 



   

 



“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.

Ada beberapa cara mengelola stres dalam Islam yaitu sebagai berikut:

a. Ikhlas

(16)

43

yang lain dan tidak ria dalam beramal. Secara hakikat kehidupan yang sebenarnya hanyalah penghambaan manusia kepada Allah semata. Itulah sebabnya persoalan hidup merupakan urusan Allah untuk menguji seberapa besar kecintaan dan penghambaan kepada-Nya.18

b.Sabar dan Salat

Sabar adalah kemampuan untuk berpegang teguh dan mengikuti ajaran agama. Oleh karena itu, orang yang sabar akan mampu mengambil keputusan dalam menghadapi stressor yang ada, sedang orang yang rugi adalah orang yang tidak mengerti bagaimana menghadapi masalahnya dengan cara yang benar. Jadi orang yang beruntung adalah orang yang bersabar dan mengerti bagaimana cara menghadapi permasalahan secara bijak.19

Setiap orang Islam dituntut untuk melakukan salat dengan khusuk. Sebab

18

Zainal Abidin & Imam Fathurrohman, Bimbingan Spritual 5+ Menyembuhkan Penyakit & Menenangkan Jiwa, cet. 1 (Jakarta: PT Mizan Publika, 2009), h. 64-68.

19

(17)

44

salat khusuk merupakan obat bagi ketakutan yang muncul dari stressor yang dihadapi. Kekhusukan itu merupakan proses meditasi. Salat yang berisi meditasi yang dapat menghilangkan kecemasan dan konsentrasi salat dapat merangsang sistem syaraf lain yang akan menutup terbawanya rangsangan sakit tersebut ke otak.20 Salat dan sabar sebagai penolong orang beriman terdapat dalam QS. Al-Baqarah/2: 45

   

  

  

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”.

c. Bersyukur dan Tawakal

20

(18)

45

Hakikat syukur ialah menampakkan nikmat. Siapa yang bersyukur atas segala nikmat Allah, maka Allah akan merasakan ketenteraman. Dengan bersyukur akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Bersyukur akan membuat hati menjadi bahagia. Akan melihat yang sedikit menjadi banyak dan yang menyakitkan menjadi menyenangkan. Orang yang bersyukur selalu memandang Allah Swt. dari apa yang diterima walaupun tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.21

Adapun tawakal berarti berserah diri atas segala ketentuan yang telah Allah gariskan kepada hamba-Nya. Artinya, jika saat ini tengah ditimpa berbagai macam persoalan hidup atau nikmat kebahagiaan, maka sesungguhnya itulah ketentuan yang telah Allah putuskan. 22

d. Doa dan Zikir

Setiap orang yang beriman akan menjadikan doa dan zikir sebagai

21

Mustamir, Hidup Sehat & Herbal Ala Resep Sufi, cet. 1 (Yogyakarta: Diva Press, 2008), h.282.

22

(19)

46

sumber kekuatan bagi kita di dalam berusaha. Segala harapan yang tinggi dan kekhawatiran terhadap suatu ancaman disandarkan kepada Allah Swt. Doa mempunyai manfaat untuk pencegahan, pertahanan dan penyembuhan bagi stres dan gangguan kejiwaan.23 Sedangkan zikir adalah mengingat segala keagungan dan kasih sayang Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Q.S ar-Ra‟ad/13:28.

     

 

   

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tenteram”.

23

Iin Tri Rahayu, Psikoterapi perspektif Islam & Psikologi

(20)

47

Zikir bermakna sebagai kegiatan psikologis yang sama nilainya dengan terapi rileksasi, yaitu suatu bentuk terapi dengan menekankan bagaimana cara ia harus beristirahat atau bersantai untuk mengurangi ketegangan atau tekanan psikologis.24

B. Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Perkawinan adalah suatu ikatan janji setia antara suami dan istri yang di dalamnya terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belah pihak.25 Dalam UU No. 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa: ”Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

ketuhanan Yang Maha Esa”.26

Dalam Islam kita mengenal istilah nikah. Nikah secara bahasa ialah berhimpun, penggabungan dan perhimpunan. Dalam

24

Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, cet. 2 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 236-238.

25

Murfidah Ch, Psikologi Keluarga Berwawasan Gender, (Malang: UIN- Malang Press, 2008), h. 107-108.

(21)

48

Kamus Besar Bahasa Indonesia Nikah adalah: (1) perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami isteri (dengan resmi). (2) perkawinan. Menurut syariat nikah berarti akad antara laki-laki dan wali perempuan yang karenanya hubungan badan menjadi halal. Alquran menggunakan kata perkawinan untuk makna tersebut. Dalam al-Quran istilah kawin secara majazi terdapat 23 kali yang diartikan hubungan seks.27 Jadi istilah kawin dan nikah pada dasarnya sama. Dalam Islam, perkawinan merupakan suatu akad yang mengandung makna keberkahan antara laki-laki dan perempuan dari yang sebelumnya dilarang (haram).28

Secara psikologis, perkawinan adalah suatu penyatuan dari dua individu yang masing-masing memiliki sejarahnya sendiri. Dengan demikian, suatu perkawinan merupakan asal mula perpaduan dua pola budaya yang dibawa dan diteruskan oleh masing-masing pribadi individu.29

27

Hasbi Indra, Potret Wanita Shalehah, (Jakarta: Penamadani, 2004), h. 78

28

Ahmad Najieh, Fiqih Wanita Shalihah menurut Al-Qur‟an dan Al-Hadits, (Surabaya: Menara Suci, 2012), h.160.

29

(22)

49

2. Tujuan Perkawinan

Perkawinan hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu, terutama persiapan mental karena tidak jarang perkawinan berlangsung ketika kedua belah pihak belum mengenal lebih jauh ptibadi masing-masing. Itulah sebabnya pengenalan karakter masing-masing Setiap keluarga harus bisa menciptakan kesejukan hidup supaya kedua belah pihak tetap merasakan cinta satu sama lainnya. Hal ini terkait dengan persiapan mental

Tujuan perkawinan dalam al-Quran di atas bersesuaian dengan tujuan perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam Bab II tentang Dasar-Dasar Perkawinan. Pada pasal 3 dinyatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.30 Tujuan perkawinan seperti ini bersifat psikologis.

Dalam al-Quran tujuan perkawinan terdapat dalam surah al-Rûm ayat 21, Allah berfirman:

30

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:

(23)

50

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

(24)

51

mereka. Selain itu, Allah menjadikan rasa cinta dan kasih sayang antara suami dan istrinya. Sesungguhnya penciptaan oleh Allah tersebut mengandung bukti terang atas keesaan-Nya dalam ketuhanan dan menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah bagi orang yang berpikir serta merenungi tanda-tanda dan petunjuk-petunjuk tersebut. 31

M. Quraish Shihab menyatakan bahwa setelah perkawinan hati manusia itu menjadi sakana atau diam, tenang setelah sebelumnya goncang dan sibuk. Allah menjadikan pasangan suami dan isteri masing-masing merasakan ketenangan di samping pasangannya serta cenderung kepadanya. Allah menjadikan mawaddah atau kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Kalau kita mencintai, maka kita menginginkan kebaikan dan mengutamakannya. Tetapi mawaddah adalah menghendaki untuknya kebaikan dan tidak menghendaki selain itu. Adapun rahmat tertuju kepada yang dirahmati, dan yang dirahmati itu dalam keadaan membutuhan

31’Aidh al

(25)

52

atau lemah. Kelemahan dan kebutuhan sangat dirasakan terutama di saat usia tua.32 Suami isteri harus berusaha saling isi mengisi,menutupi kekurangan dengan kelebihan masing-masing.33

Selain tujuan di atas perkawinan juga bertujuan untuk melahirkan anak keturunan sebagai generasi penerus dari orang tuanya. 34

Menurut Fatchiah dalam bukunya Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia, tujuan perkawinan dalam Islam antara lain:

a. Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntunan hajat tabiat kemanusiaan.

b. Memperoleh keturunan anak saleh salehah.

c. Mewujudkan suatu keluarga dengan dasar kasih sayang

d. Mengikuti sunah Nabi Muhammad Saw. e. Memelihara kesucian diri dan beribadah

kepada Allah Swt.

f. Mencari kecukupan hidup.35

32

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, volume 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 33-36.

33

Hasbi Indra. dkk, Potret Wanita Shalehah…., h. 84.

34

(26)

53

3. Peran dan Fungsi Istri

Setiap orang memiliki peran dan fungsi di dalam kehidupan. Begitu pula seorang isteri memiliki peran dan fungsi di dalam perkawinan. Peran dan fungsi itu merupakan kewajiban istri terhadap suami di dalam rumah tangganya. Kewajiban istri tidak terlepas dari upayanya untuk mendukung terciptanya kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Adapun kewajiban isteri terhadap suami antara lain:

a.Taat dan patuh pada suami.

Istri yang salehah adalah istri yang taat dalam menjalankan ibadah kepada Allah dan patuh kepada suami selama perintah suami tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Jika bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, Maka istri tidak wajib untuk mematuhi perintah suaminya.36

b. Memelihara kehormatan diri dan harta suami.

35

Fatchiah E Kertamuda, Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia, (Jakarta: Salemba Humaika, 2009), h.26

(27)

54

Seorang istri harus memelihara kehormatan diri dan kehormatan suaminya dengan berlaku baik dan santun kepada orang lain, keluarga, atau kenalan suami. Tidak menerima tamu laki-laki ketika suami tidak berada di rumah. Menjaga harta suaminya dengan baik, terutama ketika suami tidak berada di rumah. Istri tidak boleh memberikan harta milik suaminya yang berharga kepada siapapun, kecuali atas sepengetahuan suaminya.37

c. Menyenangkan hati suami.

Istri yang baik harus merawat diri dan memelihara kecantikannya dengan baik untuk suaminya. Ketika suaminya pulang kerja, apalagi datang dari perjalanan jauh, istri harus bisa menyenangkan suami dengan penampilan yang enak dipandang. Tidak ada harta yang paling berharga bagi suami, selain dari seorang istri yang shalehah.

Isteri yang baik adalah isteri yang selalu berusaha menyenangkan hati suami dengan menampilkan sikap dan perbuatan yang disenangi dan disukai oleh suami.

37

(28)

55

Perbuatan yang baik akan membuat suami merasa tentram dan betah di rumah. Istri yang baik tidak akan membeberkan aib/rahasia suaminya kepada orang lain. Membeberkan aib suami termasuk akhlak tercela. 38

d.Melayani kebutuhan biologis suami.

Istri wajib memberikan pelayanan terbaik dalam masalah hubungan intim dengan suaminya. Bila istri berhasil memuaskan suaminya, maka suami tidak akan mencari wanita lain. Kebutuhan biologis menjadi hak suami istri yang diterima dari pasangannya karena secara fitrah suami-istri saling membutuhkan dalam pemenuhan hasrat biologis tersebut. Namun, jika sedang berhalangan, misalnya sedang haid, nifas, atau sakit, maka boleh menolak ajakan suami. 39

e.Tidak keluar rumah tanpa izin suami

Isteri yang yang baik akan meminta izin kepada suami bila hendak keluar rumah dengan menyebutkan maksud dan tujuannya, termasuk jika suami tidak di

38

Hasbi Indra,dkk, Potret Wanita Shalehah…., h. 9 -191.

39

(29)

56

rumah. Jika tidak meminta izin atau suaminya tidak mengizinkan, maka haram bagi wanita untuk pergi meninggalkan rumahnya.

Para istri-istri Rasulullah tetap berada di rumahnya, dan baru keluar rumah apabila ada keperluan yang dibenarkan oleh syariat. Terutama untuk keperluan urusan rumah tangga yang menjadi tanggung jawabnya.40 f.Mengurus rumah tangga

Seorang istri harus menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangganya sesuai kemampuannya. Mengatur rumah tangga sesuai dengan pasal 31 Bab VI UU perkawinan sebagai berikut:

“Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Karenanya, istri berkewajiban mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya, seperti mengurus dan mendidik anak, menyediakan keperluan suami, menyiapkan makan, pakaian, memelihara harta suami (tidak memberikan harta suami kepada pihak

40

(30)

57

lain tanpa izin suami), dan lain sebagainya”.

Istri salehah adalah isteri yang telah menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Istri seperti ini berhak memperoleh imbalan haknya dari suaminya. Sang suamipun wajib memenuhi hak-hak istrinya dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada ketimbangan dalam rumah tangga. Sebaliknya, suami akan berdosa bila tidak menunaikan kewajibannya pada istrinya, bila tugas istri telah ditunaikan. Pemenuhan kewajiban secara timbal-balik antara suami dan istri adalah kunci terciptanya suatu keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.41

4. Komitmen dalam Perkawinan

Komitmen terdiri dari dua bagian yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai seseorang. Jangka panjang adalah keputusan untuk mempertahankan dan merawat cinta dengan pasangan dalam perkawinan hingga akhir hidup. Komitmen untuk

41

(31)

58

mempertahankan perkawinan,

memungkinkan suami istri tetap setia dan bertahan berjalan bersama serta mampu mengatasi berbagai permasalahan dalam perkawinan, karenanya komitmen merupakan sisi kognitif dari cinta. 42

Membangun komitmen dalam perkawinan bertujuan untuk membentuk dan mencapai keluarga sakinah, mawaddah warahmah. Untuk mencapai keluarga ideal ini suami isteri perlu memahami:

a.Min anfusikum adalah dari dirimu sendiri menjadi sakinah, maka suami harus menjadikan istrinya bagian dari dirinya sendiri dan sebaliknya.

b. Mawaddah, artinya cinta, sebagai cinta yang disertai birahi, dan mawaddah juga memiliki arti kekosongan jiwa dari berbuat jahat terhadap yang dicintainya. Mawaddah adalah cinta plus. Dengan mawaddah ini pasangan suami istri ini saling tertarik dan saling membutuhkan. c.Rahmah artinya kasih sayang, rahmah

adalah karunia Allah yang besar bagi

42

(32)

59

pasangan suami istri dan dengan rahmah ini yang menjadi perekat pasangan suami istri yang bisa langgeng hingga akhir hayat. 43

5. Monogami dan Poligami

Pada dasarnya, asas penting yang dianut sistem undang-undang perkawinan di dunia Islam adalah monogami, yaitu asas yang hanya memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai satu isteri pada jangka waktu tertentu. Walaupun demikian, hukum Islam dan hukum dalam perundang-undangannya memperbolehkan poligini pada orang tertentu dengan alasan tertentu pula.

Poligini merupakan fitrah hidup, bagaimanapun ia dibenci dan dimusuhi, praktek poligini selalu ada. Pada masyarakat Barat yang melarang poligini secara hukum, maka dalam prakteknya banyak suami yang mempunyai wanita selingkuhan. Ada wanita-wanita yang memiliki seterotip kepada laki-laki yang berpoligini, isteri muda laki-laki tersebut adalah perempuan

43

Hasan Maksum Nasution, Membentuk Keluarga Sakinah,

Mawaddah Warahmah,

http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANISLAM/fbig140540915 5.pdf ( 04-12-2014).

(33)

60

juga. Ini maksudnya, pada sebagian perempuan, isteri kedua merupakan jalan keluar. Dalam hidup tidak semua yang kita terima itu yang kita inginkan. Inginnya tentu menjadi isteri satu-satunya, tetapi malah menjadi isteri ketiga.

Dalam Islam poligini merupakan pintu darurat yang tidak semua orang boleh melewatinya. Ada lelaki tertentu yang tidak cukup hanya dengan satu isteri atau isterinya mandul tidak bisa melahirkan atau sakit yang berkepanjangan yang tidak bisa melayani suami. Islam menyalurkan fitrah manusia dengan aturan dan etika. Etika bagi laki-laki yang menjalani poligini adalah harus berlaku adil terhadap isteri-isterinya meski adil itu sangat berat. Dalam prakteknya, ada orang yang berpoligini secara jujur dan terbuka, ada yang sembunyi-sembunyi, dan ada yang sekedar menuruti nafsu syahwat tanpa tanggungjawab.

(34)

61

Siti Hajar. Karena itu tidak bisa dipersonifikasikan poligini ini dengan

sunnah fi‟liyah (contoh nyata) Nabi Muhammad Saw.

Orang-orang yang tidak setuju dengan poligini sering mempertanyakan semangat atau motivasi Nabi Muhammad Saw menikahi beberapa wanita. Beliau menikahi beberapa wanita bukan karena motivasi nafsu (seksual), tetapi lebih didorong oleh keinginan beliau untuk melindungi perempuan dan dalam rangka dakwah islamiyah. Jawaban tersebut beralasan, sebab dari sekian isteri beliau hanya satu orang isteri yang berstatus perawan, yaitu Siti Aisyah binti Abu Bakar AS, satu orang janda muda yang bernama Hafsah binti Umar bin Khattab, sedang yang lainnya janda tua bersia 40 tahun ke atas.

(35)

62

yang berpendidikan tinggi maupun yang kurang pendidikannya, pejabat maupun rakyat biasa.

Menurut al-Athar dalam bukunya Ta‟addud az-Zaujat seperti yang dikutip oleh Khairudin Nasution, ada empat dampak negatif dari poligami (poligini), yaitu:

a. Menimbulkan kecemburuan antar isteri. b. Menimbulkan kekhawatiran di kalangan

isteri jika suami tidak dapat berlaku adil. c. Anak-anak yang lahir dari ibu yang

berbeda rawan terjadi permusuhan atau persaingan tidak sehat.

d. Kekacauan dalam bidang ekomoni.44

Melihat dampak negatif yang timbul akibat poligini, baik terhadap isteri dan anak-anak. Maka Muhammad Abduh menyebutkan poligini itu haram. Pesan moral dari QS. al-Nisa/4:3 bukan menganjurkan poligini, tetapi sebaliknya menghindari agar tidak berbuat aniaya.bukanlah jalan keluar terbaik dari masalah keluarga.45 Dampak negatif tersebut akan muncul, walau seadil apapun suami terhadap keluarga-keluarganya.

44

Khairudin Nasution, Riba dan Poligami : Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh(Jakarta: 1996), h. 100.

45

(36)

63

Perempuan lebih memiliki

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis dampak sosial ekonomi relokasi pasar terhadap pedagang PASTY (Pasar Satwa Dan Tanaman Hias Yogyakarta) serta pendapat

masyarakat yang ada disekitar pasar, lebih dari itu pasar telah dijadikan sebagai.. sarana penggerak roda perekonomian dalam skala besar

Arsitektur Sistem Pemantauan Aktivitas Pengguna Pada Jaringan Client-Server Komputer client berisi aplikasi viewer/ client bertugas mengendalikan kerja seluruh sistem

8) Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini

O2 dalam udara dengan sebuah elektron bebas yang dapat dihasilkan dari eksitasi elektron dari struktur molekul organik (akibat terpapar radiasi UV) dapat menghasilkan spesies O2 x

SQL Sever memiliki bahasa pemrograman sendiri yang disebut Transact-SQL (T-SQL) selain itu SQL Server juga mempunyai Trigger, yaitu sebuah prosedur yang tersimpan khusus

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH LAUT KECAMATAN TAKISUNG..

[r]