xiv ABSTRAK
PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK MIE INSTAN “POP MIE”
Studi kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta
Yohanes Petrus Seran Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah citra merek berpengaruh terhadap minat beli produk mie instan “Pop Mie”. penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Kampus II universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta yang belum pernah membeli atau mengkonsumsi produk mie instan “Pop Mie”. Pengambilan sampel
menggunakan metode incidental sampling dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa citra merek berpengaruh terhadap minat beli produk mie instan “Pop Mie”.
Xv ABSTRACT
THE INFLUENCE OF BRAND IMAGE TOWARDS CUSTOMER’S INTEREST OF
INSTANT NOODLES PRODUCT “POP MIE”
Case Study: Consumer of the instant noodles product “Pop Mie” at Campus II Sanata
Dharma University, Mrican, Yogyakarta
Yohanes Petrus Seran Sanata Dharma University
2016
The purpose of the research was to find the image of the brand that effect towards the of the instant noodles “Pop Mie”. This research was conducted on March, 2016 at Campus II
Sanata Dharma University, Mrican, Yogyakarta. The population of the research were the students of Campus II Sanata Dharma University, Mrican, Yogyakarta who never bought or consumed the product of instant noodles “Pop Mie”. the way of taking the samples was using
incidental sampling method with total respondents 100 people. The data gathering technique was using questionnaire and then the data analysis used descriptive analysis. In conclusion, the image of the brand itself affect towards the customer’s interest of the instant noodles “Pop Mie”.
PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK
MIE INSTAN “POP MIE”
Studi kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
Yohanes Petrus Seran
NIM: 112214077
PROGRAM STUDI MANAJEMEN, JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Do not put off doing a job because nobody knows whether we can meet tomorrow or not”
“jangan menunda-nunda untuk melakukan suatu pekerjaan karena tidak ada yang tahu apakah kita bertemu hari esok atau tidak”
~Anonim~
BELAJARLAH MENGALAH SAMPAI TAK SEORANGPUN YANG BISA MENGALAHKANMU, BELAJARLAH MERENDAH SAMPAI TAK
SEORANGPUN YANG BISA MERENDAHKANMU
~GOBIND VASHDEV~
Hidup itu perlu dinikmati
ketika gagal harus dinikmati
ketika suksespun harus dinikmati
karena hidup hanya sekali maka harus dinikmati
~Penulis~
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus penuntun hidup saya
Bapak dan Mama tercinta serta kakak dan adik-adik saya
Teman-teman seperjuangan khususnya teman-teman kelas C
Kekasih dengan segala perjuangannya untuk mendukung saya
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN – PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul : PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK MIE INSTAN
“POP MIE”
Studi kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta
dan diajukan untuk diuji pada tanggal 08 September 2016 adalah hasil karya saya.
Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah – olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.
Bila di kemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E) dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).
Yogyakarta, 30 September 2016 Yang membuat pernyataan
vi
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yohanes Petrus Seran
NIM : 112214077
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK MIE INSTAN
“POP MIE”
Studi kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, mempublikasikannya di internet, atau di media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 30 September 2016 Yang Menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Citra Merek
Terhadap Minat Beli Produk Mie Instan Pop Mie”. skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penuisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Albertus Yudi Yuniarto S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Gregorius Hendra Poerwanto M. Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang
telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar dan kesungguhan hati.
4. Bapak Albertus Yudi Yuniarto S.E., M.B.A., selaku Dosen Pembimbing II, yang juga
telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar dan kesungguhan hati.
5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
6. Bapakku Julius Seran dan mamaku Yustina Hoar Berek yang selalu memberikan
kasih sayang, doa, dukungan, nasehat dan motivasi yang mendorong saya untuk terus
maju dan tanpa menyerah menghadapi segala tantangan kehidupan dan juga dalam
menyelesaikan skripsi ini.
viii
8. Almarhum Kakek dan Almarhumah Nenek Laentuan yang selama hidupnya selalu
memberikan dukungan dan motivasi.
9. Kakak dan adik yang selalu memotivasi saya untuk secepatnya menyelesaikan skripsi
saya.
10.Bapak Niko sekeluarga dan Bapak Kamilus sekeluarga yang selalu memberikan
dukungan dan bantuannya kepada saya.
11.Kekasih tercinta Renie yang tanpa putus asa selalu menyemangati saya.
12.Teman-teman kelas C manajemen 2011 yang selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
13.Teman-teman pendaki gunung yang selalu memberikan semangat dan dukungannya
baik secara langsung maupun tidak langsung.
14.Teman-teman kos dan teman-teman WMG yang penuh dengan kegilaannya dan
kelucuannya.
15.Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang
tidak saya sebutkan.
Yogyakarta, 30 September 2016
Penulis
Yohanes Petrus Seran
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA TULIS... v
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
HALAMAN ABSTRAK ... xiv
HALAMAN ABSTRACT ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan penelitian ... 4
D. Manfaat penelitian ... 5
x
A. Landasan Teori... 6
1. Pengertian Pemasaran ... 6
2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 7
3. Citra... 7
4. Merek ... 15
5. Citra Merek ... 19
6. Minat Beli ... 25
B. Penelitian Sebelumnya ... 27
C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 28
D. Hipotesis ... 28
J. Teknik Pengujian Kuesioner ... 39
K. Teknik Analisis Data... 40
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 45
A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 45
xi
C. Tujuan Pendidikan ... 49
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Penjelasan Penelitian ... 50
B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 50
C. Analisis Data ... 53
D. Pembahasan... 61
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
C. Keterbatasan ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel V.1 Validitas Citra Merek ... 49
Tabel V.2 Validitas Minat Beli ... 49
Tabel V.3 Reliabilitas Citra Merek ... 50
Tabel V.4 Reliabilitas Minat Beli ... 50
Tabel V.5 Distribusi Data Berdasarkan Program Studi ... 51
Tabel V.6 Distribusi Data Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51
Tabel V.7 Distribusi Data Berdasarkan Usia ... 52
Tabel V.8 Rata-rata Variabel, Dimensi, dan Pernyataan Citra Merek ... 53
Tabel V.9 Rata-rata Variabel dan Indikator Minat Beli ... 54
Tabel V.10 Hasil Uji Normalitas ... 55
Tabel V.11 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 56
Tabel V.12 Hasil Uji t ... 57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Data Kuesioner ... 67
xiv ABSTRAK
PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK MIE INSTAN
“POP MIE”
Studi kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta
Yohanes Petrus Seran Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah citra merek berpengaruh terhadap minat beli produk mie instan “Pop Mie”. penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di Kampus II
Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Kampus II universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta yang belum pernah membeli atau mengkonsumsi produk mie instan “Pop Mie”. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode incidental sampling dengan jumlah responden sebanyak 100 orang.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis
deskriptif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa citra merek berpengaruh terhadap
minat beli produk mie instan “Pop Mie”.
xv ABSTRACT
THE INFLUENCE OF BRAND IMAGE TOWARD BUYING INTEREST OF
INSTANT NOODLES PRODUCT “POP MIE”
Case Study: Consumer “Pop Mie” instant noodles products at Campus II Sanata Dharma
University, Mrican, Yogyakarta
Yohanes Petrus Seran
Sanata Dharma University
2016
This study aims to determine whether the brand image influence the buying interest of
instant noodle products “Pop Mie”. This study was conducted on March, 2016 at Campus II
Sanata Dharma University, Mrican, Yogyakarta. The population in this study were the
students of Campus II Sanata Dharma University, Mrican, Yogyakarta who have never
purchased or consumed of instant noodles product “Pop Mie”. Sampling method using incidental sampling method with the number of respondents as many 100 people. Data
collection techniques was using questionnaire. Data analysis using descriptive analysis. The
results of this study can be concluded that brand image influenced toward buying interest of
instant noodles product “Pop Mie”.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi sekarang ini manajemen pemasaran merupakan suatu
disiplin ilmu yang memiliki arti sangat penting dalam dunia usaha, karena
semakin majunya teknologi dalam berbagai bidang menuntut setiap orang
atau lembaga (perusahaan) untuk selalu berkompetisi dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yaitu memperoleh keuntungan yang optimal
dengan pengeluaran yang seminimal mungkin.
Menjadi pemimpin dalam suatu pasar dapat diukur dari penerimaan pasar
dan posisinya di saat krisis dan tantangan global. Kenyataannya menjadi
pemenang tidaklah selalu mudah, terlebih pada level kosumen yang mudah
tergoda untuk mencoba atau berpindah ke merek atau produk lain. Perusahaan
harus mampu bersaing dan mempertahankan bisnisnya dalam lingkungan
bisnis yang ketat, adanya produk pesaing baru, kemajuan teknologi, hukum
atau kebijakan pemerintah yang terus berubah-ubah secara cepat diharapkan
perusahaan mampu bertahan dan terus bersaing dengan harapan gerak
langkah perusahaan sesuai keinginan dan harapan konsumen.
Dengan adanya semua itu perusahaan dalam menjalankan usahanya
dituntut untuk tetap kompetitif sehingga perusahaan dapat mempertahankan
pelanggan lama dan juga mendapatkan pelanggan baru termasuk perusahaan
diketahui merupakan salah satu produk makanan cepat saji yang semakin
lama semakin digemari oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan dan usia.
Semakin banyaknya merek mie instan yang ada di pasaran berarti
memberikan keleluasaan bagi konsumen untuk memilih merek yang sesuai
dengan selera, oleh karena itu sangat perlu bagi perusahaan untuk
menganalisis perilaku konsumen mie instan untuk mengetahui pola
pembeliannya. Dengan banyaknya merek mie instan yang ada di pasaran akan
mendorong perusahaan untuk bersaing mendapatkan calon konsumen melalui
berbagai strategi yang tepat.
Assel (dalam Untung Gundar;2013) mengatakan bahwa keinginan untuk
membeli merupakan tendensi konsumen untuk membeli suatu produk.
Pengukuran keinginan untuk membeli tersebut merupakan suatu hal yang
penting dalam mengembangkan strategi pemasaran.
Perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu
peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu
penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan
suatu prospek yang cukup baik bagi industri mie instan ini pada masa yang
akan datang. PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu dan kepuasan
pelanggan sebagai basis bagi perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan.
Oleh karena itu keinginan dan kebutuhan konsumen harus diperhatikan oleh
Perkembangan produk mie instan yang sudah dianggap sebagai makanan
cepat saji dan bahkan sebagai makanan pokok, menyebabkan tingkat
persaingan pada industri mie instan ini semakin tinggi. Tingkat persaingan
yang tinggi ini dapat menyebabkan pergeseran loyalitas konsumen mie instan
produk Indofood kepada mie instan produk yang lain. Kondisi ini mendorong
perusahaan untuk senantiasa melakukan riset pemasaran yang dilakukan
terhadap konsumen, sehingga dapat diketahui kebutuhan dan keinginan
konsumen akan suatu produk mie. Tingginya pangsa pasar mie instant
mengharuskan perusahaan-perusahaan yang ada untuk berhati-hati, sehingga
perusahaan dituntut harus selalu mengevaluasi dan mematangkan strategi
pemasaran yang dijalankannya.
Fenomena persaingan ini menuntut para pemasar untuk selalu
menginovasi strategi bisnisnya. Salah satu aset untuk mencapai hal tersebut
adalah melalui manajemen merek. Citra merek yang kuat memungkinkan
preferensi dan loyalitas dari konsumen terhadap perusahaan semakin kuat.
Semakin besar prefensi dan loyalitas konsumen terhadap suatu merek produk,
maka kesempatan perusahaan untuk mempertahankan dan mengembangkan
pasar semakin besar. Di tengah persaingan yang semakin ketat, merek bisa
menjadi senjata andalan untuk menarik perhatian dan mengikat loyalitas
pelanggan.
Merek yang sejati adalah merek yang memiliki ekuitas merek yang kuat.
Suatu produk yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat membentuk
merek dalam persaingan apapun dalam jangka panjang. Konsumen
menjadikan merek sebagai salah satu pertimbangan penting ketika hendak
membeli suatu produk atau jasa. Pertimbangan tersebut didasari oleh banyak
aspek, baik aspek yang rasional mapupun emosional. Secara rasional,
konsumen percaya bahwa merek tertentu bisa memberikan jaminan kualitas.
Secara emosional, merek tersebut dianggap mampu menjaga atau
meningkatkan citra dan gengsi penggunanya.
Berdasarkan ulasan-ulasan di atas, peneliti ingin meneliti dan
mengidentifikasi seberapa besar pengaruh citra merek mie instan “pop mie”
terhadap minat beli konsumen khususnya konsumen Kampus II Universitas
Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta. Dari uraian di atas, penulis ingin
meneliti masalah dengan judul: “PENGARUH CITRA MEREK
TERHADAP MINAT BELI PRODUK MIE INSTAN “POP MIE” Studi
kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas
Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang masalah yang dipaparkan penulis di atas maka
penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah citra merek produk mie instan “pop mie” berpengaruh terhadap
minat beli konsumen?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan dari
1. Untuk mengetahui pengaruh citra merek produk mie instan “pop mie”
terhadap minat beli konsumen.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan yang lebih luas dan dapat
mengembangkan cara berpikir serta menerapkan teori-teori yang di dapat
di bangku kuliah.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan bacaan ilmiah bagi
mahasiswa dan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa serta dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam penulisan karya
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pemasaran
The American Marketing Association (dalam Morissan 2010;2) mendefinisikan pemasaran sebagai: “The process of planning and
executing the conception, pricing, promotion and distribution of ideas, goods and services to create exchanges that satisfy individual and
organizational objectives” (proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, harga, promosi, dan distribusi ide, barang dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang memuaskan individu serta tujuan
organisasi). Definisi di atas, meletakkan konsep pertukaran sebagai
konsep sentral dalam pemasaran.
Sedangkan pemasaran menurut Kotler (dalam Fajar Laksana
2008;4) adalah “is a societal process by which individual and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely
exchanging products and services of value with others” (pemasaran yaitu suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk
yang bernilai dengan pihak lain). Menurut Fajar Laksana (2008;4)
pemasaran adalah segala kegiatan yang menawarkan suatu produk untuk
Menurut Venkatesh & Penaloza (dalam Fandy Tjiptono dkk,
2008;4) pemasaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan
perusahaan untuk menstimulasi permintaan atas produk atau jasanya dan
memastikan bahwa produk dijual dan disampaikan kepada para
pelanggan.
2. Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler (dalam Fajar Laksana 2008;4) manajemen
pemsaran adalah "is the process of planning and executing the
conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, services
to create exchanges that satisfy individual and organizational goals”
(proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga,
promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang memenuhi sasaran - sasaran individual dan organisasi).
Menurut Fajar Laksana (2008;5) manajemen pemasaran adalah
pertukaran produk yang dilakukan melalui aktivitas dari bauran
pemasaran, yaitu Produk, Price, Promotion dan Place.
3. Citra
a. Pengertian Citra
Ada beberapa definisi citra yang dikemukakan oleh para ahli antara
lain: Pengertian citra (Ruslan,2008:80) adalah seperangkat
Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu objek akan ditentukan
oleh citra objek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya.
Menurut Philip Henslowe (2000; 2) citra adalah kesan yang
diperoleh dari tingkat pengetahuan dan pengertian terhadap fakta
(tentang orang-orang, produk atau situasi). Rhenald Kasali (2003;
30) juga mendefinisikan citra sebagai kesan yang timbul karena
pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul
karena adanya informasi.
Seperti yang dikemukakan Assael ( 1987) yaitu : “An Image is a total perception of the subject that this formed by processing information from various sources over time“ (Citra merupakan keseluruhan dari persepsi seseorang terhadap satu hal yang dibentuk
melalui proses informasi yang diperoleh dari berbagai sumber).
Cornelissem (2000) menyatakan bahwa “ an image is a perception of a receiver of his or her received projection of the corporate identity and own reflection of interpretations of various attributes from various source. It is a complex of cognitive interpretations that members of the key publics hold of an organization”.
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu citra adalah
persepsi dari seorang penerima berdasarkan pertimbangan yang
dimilikinya terhadap identitas perusahaan dan daya reflek
sumber. Citra memiliki sebuah interpretasi yang kompleks dimana
masyarakat merasa berkepentingan terhadap sebuah organisasi.
Ind (1990) dalam John Christie (2002:41) menyatakan bahwa “ corporate image as what the organization transmits to its receivers about itself and how these projections are received” . Pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa citra merupakan apa yang
organisasi sampaikan kepada para penerima mengenai dirinya dan
hal-hal yang bagaimana dipertimbangkan untuk diterima.
Dari definisi - definisi tersebut, maka dapat diambil pengertian
umum dari citra yaitu: Citra merupakan hasil evaluasi dalam diri
seseorang berdasarkan persepsi dan pemahaman terhadap gambaran
yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan dalam benak
seseorang. Citra dapat diukur melalui pendapat, kesan atau respon
seseorang dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada
dalam pikiran setiap individu mengenai suatu objek, bagaimana
mereka memahaminya dan apa yang mereka sukai atau yang tidak
disukai dari objek tersebut.
Suatu citra bisa sangat kaya makna atau sederhana saja. Citra dapat
berjalan stabil dari waktu ke waktu atau sebaliknya bisa berubah
dinamis, diperkaya oleh jutaan pengalaman dan berbagai jalan
pikiran asosiatif. Setiap orang bisa melihat citra suatu objek berbeda
objek tersebut atau sebaliknya citra bisa diterima relatif sama pada
setiap anggota masyarakat, ini yang biasa disebut opini publik.
b. Jenis Citra
Menurut Jefkins, ada beberapa jenis citra yaitu:
1) Citra bayangan
Citra yang melekat pada orang atau anggota-anggota organisasi.
Biasanya adalah pimpinannya mengenai anggapan pihak luar
tentang organisasinya. Citra ini sering kali tidaklah tepat,
bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak
memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang
dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat
atau pandangan pihak-pihak luar.
2) Citra yang berlaku
Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku (current
image) ini adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama
halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak
selamanya, bahkan jarang sesuai dengan kenyataan karena
semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan
orang-orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak
memadai.
Citra harapan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan
oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra
yang sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan lebih baik atau
lebih menyenangkan daripada citra yang ada.
4) Citra majemuk
Setiap perusahaan atau organisasi memiliki banyak unit dan
pegawai (anggota). Masing-masing individu tersebut memiliki
perangai dan perilaku tersendiri sehingga secara sengaja atau
tidak, dan sadar atau tidak, mereka pasti memunculkan suatu
citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau
perusahaan secara keseluruhan.
5) Citra perusahaan
Ada juga yang menyebutnya citra lembaga adalah citra dari
suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan hanya citra
produk dan pelayanannya.
c. Citra Perusahaan
Citra perusahaan dikemukakan oleh Andreassen dan Lindestad
(1997:74) bahwa “corporate image is an overall evaluation of the company and is measured using three indicator: overall opinion of the company contribution to society and company network” (citra perusahaan merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap
pendapat mengenai perusahaan, pendapat mengenai kontribusi
perusahaan terhadap masyarakat dan jaringan perusahaan).
Menurut Petty dan Cacioppo, 1986 dalam Cornelissem (2000:120)
berbagai tingkat pemahaman dalam konsep citra perusahaan
didasarkan atas hubungan antara tingkat keterlibatan individu dengan
objek dan tingkat dari pengembangan citra terhadap suatu objek.
Keterlibatan tersebut dilihat sebagai sebuah konsekuensi dari
kapasitas proses informasi bagi setiap individu sehingga
memotivasinya terhadap objek tersebut. Sebuah tingkat keterlibatan
yang tinggi memiliki hubungan dengan sebuah tingkat dari
pengembangan.
Praya (1990) dalam Cornelissem (2000) mengenalkan tiga macam
citra perusahaan berdasarkan tingkat pengembangannya:
1) Citra dilihat dari sebuah jaringan atau bagan struktur yang
kompleks (pengembangan tingkat tinggi atau high elaboration).
2) Citra dilihat dari suatu sikap penilaian (pengembangan tingkat
menengah atau midlle elaboration).
3) Citra dilihat dari suatu kesan global yang sederhana
(pengembangan tingkat rendah atau low elaboration)
Citra perusahaan yang baik merupakan sebuah aset bagi
kebanyakan perusahaan, karena citra perusahaan memiliki suatu
perusahaan yang sangat menghormati pelanggan. Gronroos
(1990:169) menyebutkan citra mempunyai dua fungsi:
1) Citra perusahaan merupakan komunikasi dengan berbagai
harapan.
2) Citra perusahaan merupakan sebuah fungsi dari pengalaman
yang paling baik sebagaimanan berbagai harapan pelanggan.
Menurut Nguyen dan LeBlanc (1988:55) ada sejumlah item
sebagai kontribusi di dalam membangun citra perusahaan yaitu
tradisi, ideologi, nama perusahaan, reputasi, berbagai tingkat harga,
keragaman jasa dan kualitas komunikasi yang dimiliki setiap
karyawan dalam menyampaikan jasa perusahaan, identitas
perusahaan, tingkat dan kualitas dari media periklanan serta sistem
penyampaian jasa.
Sedangkan menurut Kennedy (1977) dalam Nguyen dan LeBlanc
(1988:55) menyatakan bahwa secara prinsip ada dua komponen citra
perusahaan yaitu fungsional dan emosional. Komponen fungsional
berkaitan dengan komponen yang yang bersifat nyata (tangible)
sehingga pengukurannya lebih mudah, sedangkan komponen
emosional berkaitan dengan bentuk psikologis yang ditunjukkan
melalui berbagai perasaan dan sikap.
Gronroos (1984) dalam Nguyen dan LeBlanc (1988:55)
berpendapat bahwa citra dibangun sebagian besar melalui technical
dari pengguna jasa dan functional quality (kualitas fungsional), yaitu
bagaimanan cara perusahaan menyampaikan jasa tersebut.
Siswanto Sutojo (2004:37) mengemukaan, citra perusahaan yang
baik dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut:
1) Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.
2) Menjadi perisai selama masa krisis.
3) Menjadi daya tarik eksekutif handal.
4) Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.
Selanjutnya, Siswanto Sutujo (2004:39) juga mengemukakan
bahwa keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor yaitu:
1) Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang
dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran.
2) Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis.
3) Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan.
4) Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran.
5) Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha.
Kottler (2003) yang menyebutkan bahwa citra perusahaan
menggambarkan sekumpulan kesan (impressions), kepercayaan
(believe), dan sikap (attitudes), yang ada di dalam benak konsumen
4. Merek
a. Pengertian Merek
Kotler dan Amstrong (1999) juga Keller (2001) (dalam
Ferrinadewi 2008;137) berpendapat bahwa merek adalah nama,
istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi keseluruhannya, yang
ditujukan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang
ditawarkan perusahaan sekaligus sebagai diferensiasi produk.
Sementara Keegan et.al (1995) (dalam Ferrinadewi 2008;137)
berpendapat bahwa merek adalah sejumlah citra dan pengalaman
dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang
dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu.
Menurut Fajar Laksana (2008;77) merek atau brand adalah suatu
nama, istilah, tanda, lambang atau desain, atau gabungan semua yang
diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang, penjual
atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang
dan jasa dari produk pesaing.
Tjiptono (2008:104) menyatakan definisi merek sebagai nama,
istilah, simbol, atau lambing, desain, warna, gerak, atau kombinasi
atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan
identitas dan sebagai pembeda terhadap produk pesaing.
Kotler and Keller (2007:332) juga mendefinisikan bahwa merek
kombinansinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
barang atau jasa pesaing.
Berbagai definisi di atas menekankan bahwa merek erat kaitannya
dengan alam pikiran manusia. Alam pikir manusia meliputi semua
yang eksis dalam pikiran konsumen terhadap merek seperti perasaan,
pengalaman, citra, persepsi, keyakinan, sikap sehingga dapat
dikatakan merek adalah sesuatu yang sifatnya imaterial.
Merek merubah atau mentranformasi hal yang sifatnya tangible
menjadi sesuatu yang bernilai. Proses transformasi berjalan dengan
menyediakan sesuatu yang bernilai. Proses transformasi sepenuhnya
menjadi wewenang konsumen untuk melanjutkan atau
menghentikan.
Alasan merek sangat diperlukan oleh suatu produk karena selain
merek memiliki nilai yang kuat, merek juga bermanfaat bagi
konsumen dan produsen, maupun masyarakat. Manfaat merek
menurut Tjiptono (2005:20) untuk mengidentifikasikan dan
memudahkan pelacakan produk sejenis bagi perusahaan, untuk
melindungi suatu produk di mata hukum, untuk mengetahui tingkat
kepuasan pelanggan terhadap produk sehingga mereka akan
membelinya lagi di lain waktu, untuk menciptakan asosiasi yang
dapat membedakan produk dari para pesaing, sumber keunggulan
kompetitif, dan sumber financial return terutama menyangkut
b. Manfaat Merek Secara Umum
Ada 2 jenis manfaat merek yaitu:
1) Manfaat fungsional mengacu pada kemampuan fungsi produk
yang ditawarkan.
2) Manfaat emosional adalah kemampuan merek untuk membuat
penggunanya merasakan sesuatu selama proses pembelian atau
selama konsumsi (Aaker & Joachimstahler, 2000).
Manfaat simbolis mengacu pada dampak psikologi yang akan
diperoleh konsumen ketika ia menggunakan merek tersebut artinya
merek tersebut akan mengkomunikasikan siapa dan apa konsumen
pada konsumen lain. Ketika konsumen menggunakan merek tertentu
maka ia akan terhubung dengan merek tersebut artinya konsumen
akan membawa serta citra dari pengguna sekaligus karakteristik
merek itu sendiri.
Dalam rangka menciptakan pengalaman yang positif antara merek
dan konsumen, maka sebuah merek perlu mengembangkan
pemahaman yang menyeluruh tentang konsumennya. Pemahaman ini
akan mempermudah merek dalam mendekatkan diri dengan
konsumen menjadi terintegrasi dalam kehidupan sehari - hari.
Manfaat merek bagi penjual yaitu:
1) Nama merek memudahkan penjual untuk mengolah
2) Nama merek dan tanda dagang secara hukum akan melindung
penjual dari pemalsuan ciri-ciri produk, karena bila tidak
demikian maka setiap pesaing akan meniru produk yang telah
berhasil di pasaran.
3) Merek memberi penjual peluang kesitiaan konsumen pada
produk.
4) Merek dapat membantu penjual dalam mengelompokan pasar ke
dalam segmen-segmen.
5) Citra perusahaan dapat di bina dengan adanya merek yang baik.
Dengan membawa nama perusahaan, merek ini sekaligus
mengiklankan kualitas dan besarnya perusahaan.
Manfaat merek bagi konsumen yatu:
1) Dapat membedakan produk tanpa harus memeriksa secara teliti.
2) Konsumen akan mendapat informasi tentang produk tersebut
(Fajar Laksana,2008;78-79).
c. Strategi Merek
Ada dua macam strategi merek yaitu:
1) Brand Extantion Strategy
Suatu usaha untuk menggunakan brand yang sudah berhasil
terhadap produk yang baru.
Untuk produk yang sejenis yang diberikan merek yang berbeda
individual brand yang maksudnya agar seolah-olah antara
produk tersebut saling bersaing (Fajar Laksana, 2008;81).
5. Citra Merek
a. Pengertian
Definisi Citra Merek menurut Kotler and Keller (2009:403) adalah
persepsi yang dimiliki oleh konsumen saat pertama kali mendengar
slogan yang diingat dan tertanam di benak konsumen.
Citra merek (Keller, 1993) adalah persepsi tentang merek yang
merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek
tersebut. Dapat dikatakan juga citra merek merupakan konsep yang
diciptakan oleh konsumen karena alasan subyektif dan emosi
pribadinya. Citra merek (brand image) merupakan representasi dari
keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi
dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek
berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi
terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif
terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan
pembelian.
Setiadi (2003;180) berpendapat: Citra merek mengacu pada skema
memori akan sebuah merek, yang berisikan interpretasi konsumen
atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi, para pengguna, dan
merek tersebut. Citra merek adalah apa yang konsumen pikirkan dan
rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek.
Konsumen yang positif terhadap suatu brand lebih memungkinkan
konsumen untuk melakukan pembelian. Brand yang lebih baik juga
menjadi dasar untuk membangun citra perusahaan yang positif.
Brand image yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu (Tjiptono, 2005: 49).
Menurut Kotler dan Armstrong (2001;225) “Brand image adalah keyakinan tentang merek tertentu”. Citra merek meliputi
pengetahuan dan kepercayaan akan atribut merek (aspek kognitif),
konsekuensi dari penggunaan merek tersebut, dan situasi
penggunaan yang sesuai, begitu juga dengan evaluasi, perasaan dan
emosi yang diasosiasikan dengan merek tersebut (aspek afektif).
Citra merek didefinisikan sebagai persepsi konsumen dan preferensi
terhadap merek, sebagaimana yang direfleksikan oleh berbagai
macam asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen. Meskipun
asosiasi merek dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk tapi dapat
dibedakan menjadi asosiasi performansi dan asosiasi imajeri yang
berhubungan dengan atribut dan kelebihan merek.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa brand image
merupakan serangkaian kepercayaan konsumen tentang merek
tertentu sehingga asosiasi merek tersebut melekat di benak
b. Faktor-faktor yang membentuk citra merek
Menurut Keller (1993:3) faktor-faktor yang membentuk citra merek
adalah:
1) Kekuatan asosiasi merek
Tergantung pada bagaimana informasi masuk ke dalam ingatan
konsumen dan bagaimana informasi tersebut bertahan sebagai
bagian dari brand image.
2) Keuntungan asosiasi merek
Kesuksesan sebuah proses pemasaran sering tergantung pada
proses terciptanya asosiasi merek yang menguntungkan, dimana
konsumen dapat percaya pada atribut yang diberikan mereka
dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
3) Keunikan asosiasi merek
Suatu merek harus memiliki keunggulan bersaing yang menjadi
alasan bagi konsumen untuk memilih merek tertentu. Keunikan
asosiasi merek dpat berdasarkan atribut produk, fungsi produk
atau citra yang dinikmati konsumen.
(http://www.kajianpustaka.com)
c. Komponen-komponen yang membentuk citra merek
Menurut Biel dalam jurnal penelitian Setyaningsih & Didit
Darmawan (2004) komponen-komponen yang membentuk citra
merek adalah :
Citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai
organisasi berusaha membangun imagenya dengan tujuan tak lain
ingin agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan
mempengaruhi segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut.
2) Citra Produk / konsumen
Citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat berdampak
positif maupun negatif yang berkaitan dengan kebutuhan,
keinginan, dan harapan konsumen. Image dari produk dapat
mendukung terciptanya sebuah brand image atau citra dari merek
tersebut.
3) Citra Pemakai
Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan
pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen
yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu
apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau
layanan tersebut.
d. Dimensi citra merek
1) Brand Identity atau Identitas merek
Brand identity merupakan identitas fisik yang berkaitan dengan merek atau produk tersebut sehingga konsumen mudah mengenali
warna, kemasan, lokasi, identitas perusahaan yang
memayunginya, slogan, dan lain-lain.
2) Brand Personality atau Personalitas merek.
Brand personality adalah karakter khas sebuah merek yang membentuk kepribadian tertentu sebagaimana layaknya manusia,
sehingga khalayak konsumen dengan mudah membedakannya
dengan merek lain dalam kategori yang sama, misalnya karakter
tegas, kaku, berwibawa, ningrat, atau murah senyum, hangat,
penyayang, berjiwa sosial, atau dinamis, kreatif, independen, dan
sebagainya.
3) Brand Association atau Asosiasi Merek.
Brand association adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul dari penawaran unik
suatu produk, aktivitas yang berulang dan konsisten misalnya
dalam hal sponsorship atau kegiatan social responsibility, isu-isu
yang sangat kuat berkaitan dengan merek tersebut, ataupun person,
simbol-simbol dan makna tertentu yang sangat kuat melekat pada
suatu merek, misalnya “ingat beras ingat cosmos”,
art+technology=apple, bola=Djarum, koboi=Marlboro, kulit
putih=Ponds, Bola=Djarum, Surya Paloh=MetroTV,
Korupsi=Partai Demokrat, Konflik=PSSI, Gramedia=Buku,
Lifebuoy=Kebersihan, anak muda rebel=A Mild, dan sebagainya.
Brand attitude and behavior adalah sikap atau perilaku komunikasi dan interaksi merek dengan konsumen dalam menawarkan
benefit-benefit dan nilai yang dimilikinya. Kerap sebuah merek
menggunakan cara-cara yang kurang pantas dan melanggar etika
dalam berkomunikasi, pelayanan yang buruk sehingga
memengaruhi pandangan publik terhadap sikap dan perilaku merek
tersebut, atau sebaliknya, sikap dan perilaku simpatik, jujur,
konsisten antara janji dan realitas, pelayanan yang baik dan
kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas membentuk
persepsi yang baik pula terhadap sikap dan perilaku merek tersebut.
Jadi brand attitude & behavior mencakup sikap dan perilaku
komunikasi, aktivitas dan atribut yang melekat pada merek saat
berhubungan dengan khalayak konsumen, termasuk perilaku
karyawan dan pemilik merek.
5) Brand Benefit And Competence atau Manfaat dan Keunggulan Merek.
Brand benefit and competence merupakan nilai-nilai dan keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada
konsumen yang membuat konsumen dapat merasakan manfaat
karena kebutuhan, keinginan, mimpi dan obsesinya terwujudkan
oleh apa yang ditawarkan tersebut. Nilai dan benefit di sini dapat
bersifat functional, emotional, symbolic maupun social, misalnya
(functional benefit/ values), menjadikan pemakai pakaian yang
dibersihkan jadi percaya diri (emotional benefit/ values), menjadi
simbol gaya hidup masyarakat modern yang bersih (symbolic
benefit/ values) dan memberi inspirasi bagi lingkungan untuk peduli pada kebersihan diri, lingkungan dan hati nurani (social
benefit/ values). Manfaat, keunggulan dan kompetensi khas suatu merek akan memengaruhi brand image produk, individu atau
lembaga/ perusahaan tersebut. (www.komunikasiana.com)
6. Minat Beli
a. Pengertian
Minat beli adalah sesuatu diperoleh dari proses belajar dan proses
pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini
menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan
menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika
seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan
mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu (Mowen
dalam Oliver (2006).
Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap
mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor dalam Tjiptono (2003),
minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak
sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Menurut
Mowen dalam Oliver (2006) efek hierarki minat beli digunakan
Sikap (attitudes) dan perilaku pengetahuan kognitif yang dimiliki
konsumen dengan mengaitkan atribut, manfaat, dan obyek (dengan
mengevaluasi informasi), sementara itu sikap mengacu pada
perasaan atau respon efektifnya. Sikap berlaku sebagai acuan yang
mempengaruhi dari lingkungannya (Loudon dan Dela Bitta, 1993).
b. Indikator Minat Beli
Menurut Ferdinand (2002;129), minat beli dapat diidentifikasi
melalui indikator-indikator sebagai berikut:
1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk
membeli produk.
2) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
mereferensikan produk kepada orang lain.
3) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut.
Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan
produk prefrensinya.
4) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang
yang selalu mencari informasi mengenai produk yang
diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat
positif dari produk tersebut.
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang akan penulis kemukakan pada penelitian sebelumnya,
penulis akan membahas Skripsi yang disusun oleh Maria Nurfita Dwi Lestari,
SE, (Universitas Sanata Dharma Yogyakarta) dengan judul penelitian
“Pengaruh kesan kualitas dan citra merek tehadap keputusan pembelian dan
loyalitas merek”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesan
kualitas terhadap keputusan pembelian dan pengaruh citra merek terhadap
keputusan pembelian serta pengaruh keputusan pembelian terhadap loyalitas
merek. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada konsumen sabun mandi
merek LUX dengan jumlah sampel 200 responden. Teknik penggumpulan
data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purpose dan convenience sampling. Teknik analisis data
yang digunakan adalah Analisis Persentase, Uji validitas, Uji reliabilitas, dan
structural Equation Modeling. Hasil analisis data menunjukkan: kesan kualitas berpengaruh terhadap keputusan pembelian, citra merek berpengaruh
terhadap keputusan pembelian dan keputusan pembelian berpengaruh
terhadap loyalitas merek.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah variabel bebas(citra merek). Perbedaan penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang penulis lakukan adalah variabel bebas (kesan kualitas),
variabel mediasi (keputusan pembelian), variabel terikat (loyalitas merek) dan
penulis meneliti produk mie instan “pop mie” serta tempat penelitian di
C. Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan uraian tinjauan pustaka di atas, maka kerangka konseptual
penelitian adalah sebagai berikut: citra merek (variabel independen)
mempengaruhi minat beli (variabel dependen) atau minat beli (variabel
dependen) dipengaruh oleh citra merek (variabel independen), seperti pada
gambar 2.1. berikut ini:
Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual Penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 = ada pengaruh citra merek terhadap minat beli.
Citra
Merek
Minat
Beli
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah konsumen atau mahasiswa
Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah citra merek dan minat beli.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampus II Universitas Sanata Dharma,
Mrican, Yogyakarta.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
seorang peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
1. Identifikasi Variabel
a. Variabel Independen
Variabel ini sering disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi
mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap
variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen
adalah citra merek (X). Dimensi-dimensi citra merek dalam penelitian
ini adalah:
1) Identitas Merek
Identitas fisik yang berkaitan dengan merek atau produk tersebut
sehingga konsumen mudah mengenali dan membedakannya
dengan merek atau produk lain.
2) Personalitas atau Kepribadian Merek
Karakter khas sebuah merek yang membentuk kepribadian
tertentu, sehingga konsumen dengan mudah membedakannya
dengan merek lain dalam kategori yang sama.
3) Asosiasi Merek
Hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan dengan suatu
merek, bisa muncul dari penawaran unik suatu produk, aktivitas
yang berulang dan konsisten misalnya dalam hal sponsorship atau kegiatan social responsibility, isu-isu yang sangat kuat berkaitan dengan merek tersebut, ataupun person, simbol-simbol dan makna
tertentu yang sangat kuat melekat pada suatu merek.
Sikap atau perilaku komunikasi dan interaksi merek dengan
konsumen dalam menawarkan benefit-benefit dan nilai yang
dimilikinya. Kerap sebuah merek menggunakan cara-cara yang
kurang pantas dan melanggar etika dalam berkomunikasi,
pelayanan yang buruk sehingga memengaruhi pandangan publik
terhadap sikap dan perilaku merek tersebut, atau sebaliknya, sikap
dan perilaku simpatik, jujur, konsisten antara janji dan realitas,
pelayanan yang baik dan kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat luas membentuk persepsi yang baik pula terhadap
sikap dan perilaku merek tersebut.
5) Manfaat dan Keunggulan Merek
Nilai-nilai dan keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu
merek kepada konsumen yang membuat konsumen dapat
merasakan manfaat karena kebutuhan, keinginan, mimpi dan
obsesinya terwujudkan oleh apa yang ditawarkan tersebut.
b. Variabel Dependen
Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain,
karenanya juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel
terpengaruhi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat atau
variabel dependen adalah Minat Beli (Y). Indikator minat beli mie
in-stan “Pop Mie” yang diteliti adalah:
1) Kecenderungan mencari informasi tentang produk mie instan “Pop
2) Kecenderungan membicarakan produk mie instan “Pop Mie”.
3) Kecenderungan mengunjungi tempat yang menjual produk mie
instan “Pop Mie”.
4) Kecenderungan membeli produk mie instan “Pop Mie”.
2. Definisi Variabel
Citra merek (brand image) merupakan representasi dari
keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan
pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Dapat dikatakan juga citra
merek merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen karena alasan
subyektif dan emosi pribadinya. (www.pendidikanekonomi.com).
Minat beli adalah sesuatu diperoleh dari proses belajar dan proses
pemikiran yang yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini
menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan
menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika
seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan
mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. (Mowen dalam
Oliver, 2006).
3. Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah
Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian ini peneliti telah menetapkan 2 variabel yang akan
Peneliti akan menggunakan skala pengukuran data, yaitu teknik
skala Likert yang berskala 1 sampai 5. Pernyataan kuisioner dibuat dalam
bentuk checklist dan masing masing item jawaban memiliki bobot yang
berbeda. Bobot dari masing-masing kuisioner sebagai berikut:
Sangat setuju diberi bobot 5
Setuju diberi bobot 4
Netral diberi bobot 3
Tidak setuju diberi bobot 2
Sangat tidak setuju diberi bobot 1
Dapat diketahui bobot tertinggi 5 dan bobot terendah 1. Jumlah
kelas 5 sehingga interval dapat dihitung sebagai berikut:
Interval = nilai maksimum – minimum Kelas interval
Interval = 5 – 1 5 = 0,8
Dengan rentang skala 0,8 maka dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Sangat Rendah (SR) apabila skor variabel 1,00 s/d 1,79 yang
menunjukkan citra merek dan minat beli sangat rendah.
b. Rendah (R) apabila skor variabel 1,80 s/d 2,59 yang menunjukkan
c. Cukup (C) apabila skor variabel 2,60 s/d 3,39 yang menunjukkan citra
merek dan minat beli cukup.
d. Tinggi (T) apabila skor variabel 3,40 s/d 4,19 yang menunjukkan citra
merek dan minat beli tinggi.
e. Sangat Tinggi (ST) apabila skor variabel 4,20 s/d 5,00 yang
E. Definisi Operasional
Variabel Dimensi Definisi operasional Item-item
Citra
merek
1. Identitas
merek
Identitas fisik merek yang mudah dikenali
dan mudah dibedakan dengan merek atau
Karakter merek yang membentuk
kepribadian tertentu layaknya pribadi
konsumen.
dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul
dari penawaran unik suatu produk, atau
aktivitas yang berulang dan konsisten.
1) Sponsor kegiatan
berkomunikasi dan dan berinteraksi
dengan konsumen dalam menawarkan
keuntungan-keuntungan dan nilai yang
dimilikinya.
keunggulan merek yang ditawarkan kepada
konsumen membuat konsumen merasakan
manfaat karena kebutuhan dan keinginan,
konsumen terwujudkan oleh apa yang
ditawarkan.
1) Sesuai kebutuhan
2) Mengikuti selera
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2009;115) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah semua
mahasiswa Kampus II Universitas Sanata Dharma yang belum pernah
membeli atau mengkonsumsi produk mie instan “Pop Mie”.
Populasi ini merupakan jenis populasi tidak terbatas karena jumlah
pembeli produk mie instan “Pop Mie” jumlahnya berbeda setiap hari.
Populasi tidak terbatas adalah suatu populasi yang mengalami proses
secara terus – menerus sehingga ukuran N (jumlah populasi) menjadi tidak
terbatas perubahan nilainya. (Suharyadi dan Purwanto, 2004).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.(Sugiyono, 2009;116). Sampel penelitian ini adalah
sebagian mahasiswa Kampus II Universitas Sanata Dharma yang belum
pernah membeli atau mengkonsumsi produk mie instan “Pop Mie”.
Dalam penelitian ini karena ukuran populasi tidak diketahui, maka
untuk menentukan ukuran sampel digunakan beberapa asumsi berikut
(Sugiarto, 2004, 70):
Rumus : n =
n =
= 96,04 responden
= 97 responden
Keterangan: n = Sampel
e = besarnya toleransi / rentang interval (0,1)
Pq = ukuran penyebaran populasi (0,25)
Z (0,05) = 1,96
Minimal responden yang diambil untuk penelitian ini sebagai
sampel adalah 97 responden, tetapi jumlah sampel yang diambil adalah
sebanyak 100 responden.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
teknik non-probability sampling, teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sumarni dan Wahyuni, 2006: 76).
Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah incidental
sampling yaitu teknik pemgambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang menjadi bagian dari populasi dan kebetulan bertemu dengan
peneliti maka akan dijadikan sampel oleh peneliti.
H. Jenis dan Sumber Data
Ada dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu:
Data yang tidak dapat di ukur dalam skala numerik seperti teori-teori yang
berkaitan dengan penelitian penulis.
2. Data Kuantitatif
Data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka).
Ada dua jenis sumber data yang digunakan untuk mendukung penelitian
ini, yaitu:
1. Data primer
Data ini dikumpulkan atau diperoleh langsung dari individu yang
menjadi subyek penelitian dimana data diperoleh dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada sampel yang telah ditentukan sebelumnya
yaitu konsumen produk mie instan “Pop Mie” Kampus II Universitas
Sanata Dharma yang belum pernah membeli atau mengkonsumsi produk
mie instan “Pop Mie”.
2. Data sekunder
Sumber data ini diperoleh dari sumber-sumber data yang telah ada
seperti laporan-laporan penelitian terdahulu.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner
(angket) dengan cara menyebarkanya kepada mahasiswa Kampus II
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya
J. Teknik Pengujian Kuesioner
Teknik pengujian kuesioner digunakan untuk mengetahui ketepatan dan
konsistensi dari kuesioner yang digunakan, tujuannya adalah untuk
mengetahui seberapa baik indikator dalam mengukur variabelnya. Uji
kuesioner data terdiri dari:
1. Uji Validitas
Menunjukkan sejauh mana ketepatan, kesesuaian, atau kecocokan
suatu alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Adapun rumus yang
digunakan untuk menghitung korelasi tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan:
=
Koefisiensi korelasiX = Skor pertanyaan tiap nomor
Y = Jumlah skor total pertanyaan
n = Jumlah responden
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
─ Jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka
pernyataan dinyatakan valid.
─ Jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka
2. Uji Reliabilitas
Seberapa jauh konsistensi alat ukur untuk dapat memberikan hasil
yang sama dalam mengukur hal dan subyek yang sama. Kriteria penilaian
uji reliabilitas menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach (Arikunto,
1999; 193), yaitu:
Keterangan:
=
Reliabilitas instrumen=
Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal∑
= Jumlah varians butir=
Varians totalSuatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai (α) 0,60.
Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf signifikansi 60% atau
0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliable.
K. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
a. Deskripsi Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen produk mie
instan “Pop Mie” yang berada di kampus II Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, diambil sebagai sampel adalah 100 orang.
Hasil penelitian dari 100 responden sampel dapat dideskriptifkan
1) Deskriptif responden berdasarkan program studi.
2) Deskriptif responden berdasarkan jenis kelamin.
3) Deskriptif responden berdasarkan usia.
b. Deskriptif Variabel
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu citra merek
sebagai variabel (X) dan minat beli sebagai variabel (Y). Variabel
citra merek terdiri dari beberapa item yaitu:
1) Mudah dikenali
2) Mudah dibedakan
3) Membentuk kepribadian
4) Semakin “keren”
5) Sponsor kegiatan
6) Tanggung jawab sosial
7) Konsisten antara janji dan realitas
8) Memiliki kepedulian
9) Merasakan manfaatnya
10)Mengikuti kebutuhan konsumen
Dari setiap item memiliki satu pernyataan, dalam penelitian ini untuk
variabel citra merek memiliki 10 pernyataan.
Variabel minat beli terdiri dari beberapa indikator yaitu:
1) Kecenderungan mencari informasi tentang produk mie instan
“Pop Mie”.
3) Kecenderungan mengunjungi tempat yang menjual produk mie
instan “Pop Mie”.
4) Kecenderungan membeli produk mie instan “Pop Mie”.
Dari setiap indikator memiliki satu pernyataan, dalam penelitian ini
untuk variabel minat beli ada 4 pernyataan.
2. Analisis Regresi
a. Uji Asumsi Klasik
Agar mendapat regresi yang baik harus memenuhi asumsi yang
disyaratkan yaitu memenuhi uji asumsi normalitas.
(1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal. Pengujian normalitas dalam
penelitian ini digunakan dengan melihat normal probality plot
yang membandingkan distribusi komulatif dari data
sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari data normal.
b. Persamaan Regresi
(1) Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara
linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara
negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila
nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
Y’ = a + bX
Keterangan :
Y’ = Variabel dependen (Minat Beli)
X = Variabel independen (Citra Merek)
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai kenaikan atau penurunan)
c. Uji Hipotesis
Ho : t ≤ 0 artinya tidak ada pengaruh citra merek terhadap minat beli
produk mie instan “Pop Mie”.
Ho : t > 0 artinya ada pengaruh citra merek terhadap minat beli produk
mie instan “Pop Mie”.
1) Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui kebenaran pernyataan
atau dugaan yang dihipotesiskan. Uji t dilakukan untuk
membandingkan signifikansi hitung masing-masing variabel
bebas terhadap variabel α = 5%. Apabila signifikan t lebih besar
dari 0,05 maka Ho diterima. Sebaliknya jika signifikan lebih kecil
dari 0,05 maka Ho ditolak. Bila Ho ditolak berarti ada hubungan
yang signifikan antara variabel independen (citra merek) terhadap