• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh citra merek terhadap minat beli produk mie instan "Pop Mie" studi kasus: konsumen produk mie instan "Pop Mie" di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh citra merek terhadap minat beli produk mie instan "Pop Mie" studi kasus: konsumen produk mie instan "Pop Mie" di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

xiv ABSTRAK

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK MIE INSTAN “POP MIE”

Studi kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta

Yohanes Petrus Seran Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah citra merek berpengaruh terhadap minat beli produk mie instan “Pop Mie”. penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Kampus II universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta yang belum pernah membeli atau mengkonsumsi produk mie instan “Pop Mie”. Pengambilan sampel

menggunakan metode incidental sampling dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa citra merek berpengaruh terhadap minat beli produk mie instan “Pop Mie”.

(2)

Xv ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BRAND IMAGE TOWARDS CUSTOMER’S INTEREST OF

INSTANT NOODLES PRODUCT “POP MIE”

Case Study: Consumer of the instant noodles product “Pop Mie” at Campus II Sanata

Dharma University, Mrican, Yogyakarta

Yohanes Petrus Seran Sanata Dharma University

2016

The purpose of the research was to find the image of the brand that effect towards the of the instant noodles “Pop Mie”. This research was conducted on March, 2016 at Campus II

Sanata Dharma University, Mrican, Yogyakarta. The population of the research were the students of Campus II Sanata Dharma University, Mrican, Yogyakarta who never bought or consumed the product of instant noodles “Pop Mie”. the way of taking the samples was using

incidental sampling method with total respondents 100 people. The data gathering technique was using questionnaire and then the data analysis used descriptive analysis. In conclusion, the image of the brand itself affect towards the customer’s interest of the instant noodles “Pop Mie”.

(3)

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK

MIE INSTAN “POP MIE”

Studi kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Yohanes Petrus Seran

NIM: 112214077

PROGRAM STUDI MANAJEMEN, JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Do not put off doing a job because nobody knows whether we can meet tomorrow or not”

“jangan menunda-nunda untuk melakukan suatu pekerjaan karena tidak ada yang tahu apakah kita bertemu hari esok atau tidak”

~Anonim~

BELAJARLAH MENGALAH SAMPAI TAK SEORANGPUN YANG BISA MENGALAHKANMU, BELAJARLAH MERENDAH SAMPAI TAK

SEORANGPUN YANG BISA MERENDAHKANMU

~GOBIND VASHDEV~

Hidup itu perlu dinikmati

ketika gagal harus dinikmati

ketika suksespun harus dinikmati

karena hidup hanya sekali maka harus dinikmati

~Penulis~

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Tuhan Yesus Kristus penuntun hidup saya

 Bapak dan Mama tercinta serta kakak dan adik-adik saya

 Teman-teman seperjuangan khususnya teman-teman kelas C

 Kekasih dengan segala perjuangannya untuk mendukung saya

(7)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN – PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul : PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK MIE INSTAN

“POP MIE”

Studi kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta

dan diajukan untuk diuji pada tanggal 08 September 2016 adalah hasil karya saya.

Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah – olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.

Bila di kemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E) dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).

Yogyakarta, 30 September 2016 Yang membuat pernyataan

(8)

vi

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yohanes Petrus Seran

NIM : 112214077

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK MIE INSTAN

“POP MIE”

Studi kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, mempublikasikannya di internet, atau di media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 30 September 2016 Yang Menyatakan

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Citra Merek

Terhadap Minat Beli Produk Mie Instan Pop Mie”. skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penuisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk

itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Albertus Yudi Yuniarto S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Gregorius Hendra Poerwanto M. Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang

telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar dan kesungguhan hati.

4. Bapak Albertus Yudi Yuniarto S.E., M.B.A., selaku Dosen Pembimbing II, yang juga

telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar dan kesungguhan hati.

5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

6. Bapakku Julius Seran dan mamaku Yustina Hoar Berek yang selalu memberikan

kasih sayang, doa, dukungan, nasehat dan motivasi yang mendorong saya untuk terus

maju dan tanpa menyerah menghadapi segala tantangan kehidupan dan juga dalam

menyelesaikan skripsi ini.

(10)

viii

8. Almarhum Kakek dan Almarhumah Nenek Laentuan yang selama hidupnya selalu

memberikan dukungan dan motivasi.

9. Kakak dan adik yang selalu memotivasi saya untuk secepatnya menyelesaikan skripsi

saya.

10.Bapak Niko sekeluarga dan Bapak Kamilus sekeluarga yang selalu memberikan

dukungan dan bantuannya kepada saya.

11.Kekasih tercinta Renie yang tanpa putus asa selalu menyemangati saya.

12.Teman-teman kelas C manajemen 2011 yang selalu memberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman pendaki gunung yang selalu memberikan semangat dan dukungannya

baik secara langsung maupun tidak langsung.

14.Teman-teman kos dan teman-teman WMG yang penuh dengan kegilaannya dan

kelucuannya.

15.Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang

tidak saya sebutkan.

Yogyakarta, 30 September 2016

Penulis

Yohanes Petrus Seran

(11)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA TULIS... v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

HALAMAN ABSTRAK ... xiv

HALAMAN ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan penelitian ... 4

D. Manfaat penelitian ... 5

(12)

x

A. Landasan Teori... 6

1. Pengertian Pemasaran ... 6

2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 7

3. Citra... 7

4. Merek ... 15

5. Citra Merek ... 19

6. Minat Beli ... 25

B. Penelitian Sebelumnya ... 27

C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 28

D. Hipotesis ... 28

J. Teknik Pengujian Kuesioner ... 39

K. Teknik Analisis Data... 40

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 45

A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 45

(13)

xi

C. Tujuan Pendidikan ... 49

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Penjelasan Penelitian ... 50

B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 50

C. Analisis Data ... 53

D. Pembahasan... 61

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

C. Keterbatasan ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel V.1 Validitas Citra Merek ... 49

Tabel V.2 Validitas Minat Beli ... 49

Tabel V.3 Reliabilitas Citra Merek ... 50

Tabel V.4 Reliabilitas Minat Beli ... 50

Tabel V.5 Distribusi Data Berdasarkan Program Studi ... 51

Tabel V.6 Distribusi Data Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel V.7 Distribusi Data Berdasarkan Usia ... 52

Tabel V.8 Rata-rata Variabel, Dimensi, dan Pernyataan Citra Merek ... 53

Tabel V.9 Rata-rata Variabel dan Indikator Minat Beli ... 54

Tabel V.10 Hasil Uji Normalitas ... 55

Tabel V.11 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 56

Tabel V.12 Hasil Uji t ... 57

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Data Kuesioner ... 67

(16)

xiv ABSTRAK

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK MIE INSTAN

“POP MIE”

Studi kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta

Yohanes Petrus Seran Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah citra merek berpengaruh terhadap minat beli produk mie instan “Pop Mie”. penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di Kampus II

Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Kampus II universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta yang belum pernah membeli atau mengkonsumsi produk mie instan “Pop Mie”. Metode pengambilan sampel

menggunakan metode incidental sampling dengan jumlah responden sebanyak 100 orang.

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis

deskriptif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa citra merek berpengaruh terhadap

minat beli produk mie instan “Pop Mie”.

(17)

xv ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BRAND IMAGE TOWARD BUYING INTEREST OF

INSTANT NOODLES PRODUCT “POP MIE”

Case Study: Consumer “Pop Mie” instant noodles products at Campus II Sanata Dharma

University, Mrican, Yogyakarta

Yohanes Petrus Seran

Sanata Dharma University

2016

This study aims to determine whether the brand image influence the buying interest of

instant noodle products “Pop Mie”. This study was conducted on March, 2016 at Campus II

Sanata Dharma University, Mrican, Yogyakarta. The population in this study were the

students of Campus II Sanata Dharma University, Mrican, Yogyakarta who have never

purchased or consumed of instant noodles product “Pop Mie”. Sampling method using incidental sampling method with the number of respondents as many 100 people. Data

collection techniques was using questionnaire. Data analysis using descriptive analysis. The

results of this study can be concluded that brand image influenced toward buying interest of

instant noodles product “Pop Mie”.

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi sekarang ini manajemen pemasaran merupakan suatu

disiplin ilmu yang memiliki arti sangat penting dalam dunia usaha, karena

semakin majunya teknologi dalam berbagai bidang menuntut setiap orang

atau lembaga (perusahaan) untuk selalu berkompetisi dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan yaitu memperoleh keuntungan yang optimal

dengan pengeluaran yang seminimal mungkin.

Menjadi pemimpin dalam suatu pasar dapat diukur dari penerimaan pasar

dan posisinya di saat krisis dan tantangan global. Kenyataannya menjadi

pemenang tidaklah selalu mudah, terlebih pada level kosumen yang mudah

tergoda untuk mencoba atau berpindah ke merek atau produk lain. Perusahaan

harus mampu bersaing dan mempertahankan bisnisnya dalam lingkungan

bisnis yang ketat, adanya produk pesaing baru, kemajuan teknologi, hukum

atau kebijakan pemerintah yang terus berubah-ubah secara cepat diharapkan

perusahaan mampu bertahan dan terus bersaing dengan harapan gerak

langkah perusahaan sesuai keinginan dan harapan konsumen.

Dengan adanya semua itu perusahaan dalam menjalankan usahanya

dituntut untuk tetap kompetitif sehingga perusahaan dapat mempertahankan

pelanggan lama dan juga mendapatkan pelanggan baru termasuk perusahaan

(19)

diketahui merupakan salah satu produk makanan cepat saji yang semakin

lama semakin digemari oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan dan usia.

Semakin banyaknya merek mie instan yang ada di pasaran berarti

memberikan keleluasaan bagi konsumen untuk memilih merek yang sesuai

dengan selera, oleh karena itu sangat perlu bagi perusahaan untuk

menganalisis perilaku konsumen mie instan untuk mengetahui pola

pembeliannya. Dengan banyaknya merek mie instan yang ada di pasaran akan

mendorong perusahaan untuk bersaing mendapatkan calon konsumen melalui

berbagai strategi yang tepat.

Assel (dalam Untung Gundar;2013) mengatakan bahwa keinginan untuk

membeli merupakan tendensi konsumen untuk membeli suatu produk.

Pengukuran keinginan untuk membeli tersebut merupakan suatu hal yang

penting dalam mengembangkan strategi pemasaran.

Perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu

peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu

penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke

tahun mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan

suatu prospek yang cukup baik bagi industri mie instan ini pada masa yang

akan datang. PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu dan kepuasan

pelanggan sebagai basis bagi perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan.

Oleh karena itu keinginan dan kebutuhan konsumen harus diperhatikan oleh

(20)

Perkembangan produk mie instan yang sudah dianggap sebagai makanan

cepat saji dan bahkan sebagai makanan pokok, menyebabkan tingkat

persaingan pada industri mie instan ini semakin tinggi. Tingkat persaingan

yang tinggi ini dapat menyebabkan pergeseran loyalitas konsumen mie instan

produk Indofood kepada mie instan produk yang lain. Kondisi ini mendorong

perusahaan untuk senantiasa melakukan riset pemasaran yang dilakukan

terhadap konsumen, sehingga dapat diketahui kebutuhan dan keinginan

konsumen akan suatu produk mie. Tingginya pangsa pasar mie instant

mengharuskan perusahaan-perusahaan yang ada untuk berhati-hati, sehingga

perusahaan dituntut harus selalu mengevaluasi dan mematangkan strategi

pemasaran yang dijalankannya.

Fenomena persaingan ini menuntut para pemasar untuk selalu

menginovasi strategi bisnisnya. Salah satu aset untuk mencapai hal tersebut

adalah melalui manajemen merek. Citra merek yang kuat memungkinkan

preferensi dan loyalitas dari konsumen terhadap perusahaan semakin kuat.

Semakin besar prefensi dan loyalitas konsumen terhadap suatu merek produk,

maka kesempatan perusahaan untuk mempertahankan dan mengembangkan

pasar semakin besar. Di tengah persaingan yang semakin ketat, merek bisa

menjadi senjata andalan untuk menarik perhatian dan mengikat loyalitas

pelanggan.

Merek yang sejati adalah merek yang memiliki ekuitas merek yang kuat.

Suatu produk yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat membentuk

(21)

merek dalam persaingan apapun dalam jangka panjang. Konsumen

menjadikan merek sebagai salah satu pertimbangan penting ketika hendak

membeli suatu produk atau jasa. Pertimbangan tersebut didasari oleh banyak

aspek, baik aspek yang rasional mapupun emosional. Secara rasional,

konsumen percaya bahwa merek tertentu bisa memberikan jaminan kualitas.

Secara emosional, merek tersebut dianggap mampu menjaga atau

meningkatkan citra dan gengsi penggunanya.

Berdasarkan ulasan-ulasan di atas, peneliti ingin meneliti dan

mengidentifikasi seberapa besar pengaruh citra merek mie instan “pop mie”

terhadap minat beli konsumen khususnya konsumen Kampus II Universitas

Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta. Dari uraian di atas, penulis ingin

meneliti masalah dengan judul: “PENGARUH CITRA MEREK

TERHADAP MINAT BELI PRODUK MIE INSTAN “POP MIE” Studi

kasus: Konsumen Produk Mie Instan “Pop Mie” di Kampus II Universitas

Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang masalah yang dipaparkan penulis di atas maka

penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah citra merek produk mie instan “pop mie” berpengaruh terhadap

minat beli konsumen?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan dari

(22)

1. Untuk mengetahui pengaruh citra merek produk mie instan “pop mie”

terhadap minat beli konsumen.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan yang lebih luas dan dapat

mengembangkan cara berpikir serta menerapkan teori-teori yang di dapat

di bangku kuliah.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan bacaan ilmiah bagi

mahasiswa dan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa serta dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam penulisan karya

(23)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pemasaran

The American Marketing Association (dalam Morissan 2010;2) mendefinisikan pemasaran sebagai: “The process of planning and

executing the conception, pricing, promotion and distribution of ideas, goods and services to create exchanges that satisfy individual and

organizational objectives” (proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, harga, promosi, dan distribusi ide, barang dan jasa untuk

menciptakan pertukaran yang memuaskan individu serta tujuan

organisasi). Definisi di atas, meletakkan konsep pertukaran sebagai

konsep sentral dalam pemasaran.

Sedangkan pemasaran menurut Kotler (dalam Fajar Laksana

2008;4) adalah “is a societal process by which individual and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely

exchanging products and services of value with others” (pemasaran yaitu suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk

yang bernilai dengan pihak lain). Menurut Fajar Laksana (2008;4)

pemasaran adalah segala kegiatan yang menawarkan suatu produk untuk

(24)

Menurut Venkatesh & Penaloza (dalam Fandy Tjiptono dkk,

2008;4) pemasaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan

perusahaan untuk menstimulasi permintaan atas produk atau jasanya dan

memastikan bahwa produk dijual dan disampaikan kepada para

pelanggan.

2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler (dalam Fajar Laksana 2008;4) manajemen

pemsaran adalah "is the process of planning and executing the

conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, services

to create exchanges that satisfy individual and organizational goals”

(proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga,

promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan

pertukaran yang memenuhi sasaran - sasaran individual dan organisasi).

Menurut Fajar Laksana (2008;5) manajemen pemasaran adalah

pertukaran produk yang dilakukan melalui aktivitas dari bauran

pemasaran, yaitu Produk, Price, Promotion dan Place.

3. Citra

a. Pengertian Citra

Ada beberapa definisi citra yang dikemukakan oleh para ahli antara

lain: Pengertian citra (Ruslan,2008:80) adalah seperangkat

(25)

Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu objek akan ditentukan

oleh citra objek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya.

Menurut Philip Henslowe (2000; 2) citra adalah kesan yang

diperoleh dari tingkat pengetahuan dan pengertian terhadap fakta

(tentang orang-orang, produk atau situasi). Rhenald Kasali (2003;

30) juga mendefinisikan citra sebagai kesan yang timbul karena

pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul

karena adanya informasi.

Seperti yang dikemukakan Assael ( 1987) yaitu : “An Image is a total perception of the subject that this formed by processing information from various sources over time“ (Citra merupakan keseluruhan dari persepsi seseorang terhadap satu hal yang dibentuk

melalui proses informasi yang diperoleh dari berbagai sumber).

Cornelissem (2000) menyatakan bahwa “ an image is a perception of a receiver of his or her received projection of the corporate identity and own reflection of interpretations of various attributes from various source. It is a complex of cognitive interpretations that members of the key publics hold of an organization”.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu citra adalah

persepsi dari seorang penerima berdasarkan pertimbangan yang

dimilikinya terhadap identitas perusahaan dan daya reflek

(26)

sumber. Citra memiliki sebuah interpretasi yang kompleks dimana

masyarakat merasa berkepentingan terhadap sebuah organisasi.

Ind (1990) dalam John Christie (2002:41) menyatakan bahwa corporate image as what the organization transmits to its receivers about itself and how these projections are received” . Pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa citra merupakan apa yang

organisasi sampaikan kepada para penerima mengenai dirinya dan

hal-hal yang bagaimana dipertimbangkan untuk diterima.

Dari definisi - definisi tersebut, maka dapat diambil pengertian

umum dari citra yaitu: Citra merupakan hasil evaluasi dalam diri

seseorang berdasarkan persepsi dan pemahaman terhadap gambaran

yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan dalam benak

seseorang. Citra dapat diukur melalui pendapat, kesan atau respon

seseorang dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada

dalam pikiran setiap individu mengenai suatu objek, bagaimana

mereka memahaminya dan apa yang mereka sukai atau yang tidak

disukai dari objek tersebut.

Suatu citra bisa sangat kaya makna atau sederhana saja. Citra dapat

berjalan stabil dari waktu ke waktu atau sebaliknya bisa berubah

dinamis, diperkaya oleh jutaan pengalaman dan berbagai jalan

pikiran asosiatif. Setiap orang bisa melihat citra suatu objek berbeda

(27)

objek tersebut atau sebaliknya citra bisa diterima relatif sama pada

setiap anggota masyarakat, ini yang biasa disebut opini publik.

b. Jenis Citra

Menurut Jefkins, ada beberapa jenis citra yaitu:

1) Citra bayangan

Citra yang melekat pada orang atau anggota-anggota organisasi.

Biasanya adalah pimpinannya mengenai anggapan pihak luar

tentang organisasinya. Citra ini sering kali tidaklah tepat,

bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak

memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang

dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat

atau pandangan pihak-pihak luar.

2) Citra yang berlaku

Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku (current

image) ini adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama

halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak

selamanya, bahkan jarang sesuai dengan kenyataan karena

semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan

orang-orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak

memadai.

(28)

Citra harapan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan

oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra

yang sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan lebih baik atau

lebih menyenangkan daripada citra yang ada.

4) Citra majemuk

Setiap perusahaan atau organisasi memiliki banyak unit dan

pegawai (anggota). Masing-masing individu tersebut memiliki

perangai dan perilaku tersendiri sehingga secara sengaja atau

tidak, dan sadar atau tidak, mereka pasti memunculkan suatu

citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau

perusahaan secara keseluruhan.

5) Citra perusahaan

Ada juga yang menyebutnya citra lembaga adalah citra dari

suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan hanya citra

produk dan pelayanannya.

c. Citra Perusahaan

Citra perusahaan dikemukakan oleh Andreassen dan Lindestad

(1997:74) bahwa “corporate image is an overall evaluation of the company and is measured using three indicator: overall opinion of the company contribution to society and company network” (citra perusahaan merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap

(29)

pendapat mengenai perusahaan, pendapat mengenai kontribusi

perusahaan terhadap masyarakat dan jaringan perusahaan).

Menurut Petty dan Cacioppo, 1986 dalam Cornelissem (2000:120)

berbagai tingkat pemahaman dalam konsep citra perusahaan

didasarkan atas hubungan antara tingkat keterlibatan individu dengan

objek dan tingkat dari pengembangan citra terhadap suatu objek.

Keterlibatan tersebut dilihat sebagai sebuah konsekuensi dari

kapasitas proses informasi bagi setiap individu sehingga

memotivasinya terhadap objek tersebut. Sebuah tingkat keterlibatan

yang tinggi memiliki hubungan dengan sebuah tingkat dari

pengembangan.

Praya (1990) dalam Cornelissem (2000) mengenalkan tiga macam

citra perusahaan berdasarkan tingkat pengembangannya:

1) Citra dilihat dari sebuah jaringan atau bagan struktur yang

kompleks (pengembangan tingkat tinggi atau high elaboration).

2) Citra dilihat dari suatu sikap penilaian (pengembangan tingkat

menengah atau midlle elaboration).

3) Citra dilihat dari suatu kesan global yang sederhana

(pengembangan tingkat rendah atau low elaboration)

Citra perusahaan yang baik merupakan sebuah aset bagi

kebanyakan perusahaan, karena citra perusahaan memiliki suatu

(30)

perusahaan yang sangat menghormati pelanggan. Gronroos

(1990:169) menyebutkan citra mempunyai dua fungsi:

1) Citra perusahaan merupakan komunikasi dengan berbagai

harapan.

2) Citra perusahaan merupakan sebuah fungsi dari pengalaman

yang paling baik sebagaimanan berbagai harapan pelanggan.

Menurut Nguyen dan LeBlanc (1988:55) ada sejumlah item

sebagai kontribusi di dalam membangun citra perusahaan yaitu

tradisi, ideologi, nama perusahaan, reputasi, berbagai tingkat harga,

keragaman jasa dan kualitas komunikasi yang dimiliki setiap

karyawan dalam menyampaikan jasa perusahaan, identitas

perusahaan, tingkat dan kualitas dari media periklanan serta sistem

penyampaian jasa.

Sedangkan menurut Kennedy (1977) dalam Nguyen dan LeBlanc

(1988:55) menyatakan bahwa secara prinsip ada dua komponen citra

perusahaan yaitu fungsional dan emosional. Komponen fungsional

berkaitan dengan komponen yang yang bersifat nyata (tangible)

sehingga pengukurannya lebih mudah, sedangkan komponen

emosional berkaitan dengan bentuk psikologis yang ditunjukkan

melalui berbagai perasaan dan sikap.

Gronroos (1984) dalam Nguyen dan LeBlanc (1988:55)

berpendapat bahwa citra dibangun sebagian besar melalui technical

(31)

dari pengguna jasa dan functional quality (kualitas fungsional), yaitu

bagaimanan cara perusahaan menyampaikan jasa tersebut.

Siswanto Sutojo (2004:37) mengemukaan, citra perusahaan yang

baik dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut:

1) Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.

2) Menjadi perisai selama masa krisis.

3) Menjadi daya tarik eksekutif handal.

4) Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.

Selanjutnya, Siswanto Sutujo (2004:39) juga mengemukakan

bahwa keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor yaitu:

1) Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang

dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran.

2) Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis.

3) Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan.

4) Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran.

5) Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha.

Kottler (2003) yang menyebutkan bahwa citra perusahaan

menggambarkan sekumpulan kesan (impressions), kepercayaan

(believe), dan sikap (attitudes), yang ada di dalam benak konsumen

(32)

4. Merek

a. Pengertian Merek

Kotler dan Amstrong (1999) juga Keller (2001) (dalam

Ferrinadewi 2008;137) berpendapat bahwa merek adalah nama,

istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi keseluruhannya, yang

ditujukan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang

ditawarkan perusahaan sekaligus sebagai diferensiasi produk.

Sementara Keegan et.al (1995) (dalam Ferrinadewi 2008;137)

berpendapat bahwa merek adalah sejumlah citra dan pengalaman

dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang

dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu.

Menurut Fajar Laksana (2008;77) merek atau brand adalah suatu

nama, istilah, tanda, lambang atau desain, atau gabungan semua yang

diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang, penjual

atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang

dan jasa dari produk pesaing.

Tjiptono (2008:104) menyatakan definisi merek sebagai nama,

istilah, simbol, atau lambing, desain, warna, gerak, atau kombinasi

atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan

identitas dan sebagai pembeda terhadap produk pesaing.

Kotler and Keller (2007:332) juga mendefinisikan bahwa merek

(33)

kombinansinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan

barang atau jasa pesaing.

Berbagai definisi di atas menekankan bahwa merek erat kaitannya

dengan alam pikiran manusia. Alam pikir manusia meliputi semua

yang eksis dalam pikiran konsumen terhadap merek seperti perasaan,

pengalaman, citra, persepsi, keyakinan, sikap sehingga dapat

dikatakan merek adalah sesuatu yang sifatnya imaterial.

Merek merubah atau mentranformasi hal yang sifatnya tangible

menjadi sesuatu yang bernilai. Proses transformasi berjalan dengan

menyediakan sesuatu yang bernilai. Proses transformasi sepenuhnya

menjadi wewenang konsumen untuk melanjutkan atau

menghentikan.

Alasan merek sangat diperlukan oleh suatu produk karena selain

merek memiliki nilai yang kuat, merek juga bermanfaat bagi

konsumen dan produsen, maupun masyarakat. Manfaat merek

menurut Tjiptono (2005:20) untuk mengidentifikasikan dan

memudahkan pelacakan produk sejenis bagi perusahaan, untuk

melindungi suatu produk di mata hukum, untuk mengetahui tingkat

kepuasan pelanggan terhadap produk sehingga mereka akan

membelinya lagi di lain waktu, untuk menciptakan asosiasi yang

dapat membedakan produk dari para pesaing, sumber keunggulan

kompetitif, dan sumber financial return terutama menyangkut

(34)

b. Manfaat Merek Secara Umum

Ada 2 jenis manfaat merek yaitu:

1) Manfaat fungsional mengacu pada kemampuan fungsi produk

yang ditawarkan.

2) Manfaat emosional adalah kemampuan merek untuk membuat

penggunanya merasakan sesuatu selama proses pembelian atau

selama konsumsi (Aaker & Joachimstahler, 2000).

Manfaat simbolis mengacu pada dampak psikologi yang akan

diperoleh konsumen ketika ia menggunakan merek tersebut artinya

merek tersebut akan mengkomunikasikan siapa dan apa konsumen

pada konsumen lain. Ketika konsumen menggunakan merek tertentu

maka ia akan terhubung dengan merek tersebut artinya konsumen

akan membawa serta citra dari pengguna sekaligus karakteristik

merek itu sendiri.

Dalam rangka menciptakan pengalaman yang positif antara merek

dan konsumen, maka sebuah merek perlu mengembangkan

pemahaman yang menyeluruh tentang konsumennya. Pemahaman ini

akan mempermudah merek dalam mendekatkan diri dengan

konsumen menjadi terintegrasi dalam kehidupan sehari - hari.

Manfaat merek bagi penjual yaitu:

1) Nama merek memudahkan penjual untuk mengolah

(35)

2) Nama merek dan tanda dagang secara hukum akan melindung

penjual dari pemalsuan ciri-ciri produk, karena bila tidak

demikian maka setiap pesaing akan meniru produk yang telah

berhasil di pasaran.

3) Merek memberi penjual peluang kesitiaan konsumen pada

produk.

4) Merek dapat membantu penjual dalam mengelompokan pasar ke

dalam segmen-segmen.

5) Citra perusahaan dapat di bina dengan adanya merek yang baik.

Dengan membawa nama perusahaan, merek ini sekaligus

mengiklankan kualitas dan besarnya perusahaan.

Manfaat merek bagi konsumen yatu:

1) Dapat membedakan produk tanpa harus memeriksa secara teliti.

2) Konsumen akan mendapat informasi tentang produk tersebut

(Fajar Laksana,2008;78-79).

c. Strategi Merek

Ada dua macam strategi merek yaitu:

1) Brand Extantion Strategy

Suatu usaha untuk menggunakan brand yang sudah berhasil

terhadap produk yang baru.

(36)

Untuk produk yang sejenis yang diberikan merek yang berbeda

individual brand yang maksudnya agar seolah-olah antara

produk tersebut saling bersaing (Fajar Laksana, 2008;81).

5. Citra Merek

a. Pengertian

Definisi Citra Merek menurut Kotler and Keller (2009:403) adalah

persepsi yang dimiliki oleh konsumen saat pertama kali mendengar

slogan yang diingat dan tertanam di benak konsumen.

Citra merek (Keller, 1993) adalah persepsi tentang merek yang

merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek

tersebut. Dapat dikatakan juga citra merek merupakan konsep yang

diciptakan oleh konsumen karena alasan subyektif dan emosi

pribadinya. Citra merek (brand image) merupakan representasi dari

keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi

dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek

berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi

terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif

terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan

pembelian.

Setiadi (2003;180) berpendapat: Citra merek mengacu pada skema

memori akan sebuah merek, yang berisikan interpretasi konsumen

atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi, para pengguna, dan

(37)

merek tersebut. Citra merek adalah apa yang konsumen pikirkan dan

rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek.

Konsumen yang positif terhadap suatu brand lebih memungkinkan

konsumen untuk melakukan pembelian. Brand yang lebih baik juga

menjadi dasar untuk membangun citra perusahaan yang positif.

Brand image yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu (Tjiptono, 2005: 49).

Menurut Kotler dan Armstrong (2001;225) “Brand image adalah keyakinan tentang merek tertentu”. Citra merek meliputi

pengetahuan dan kepercayaan akan atribut merek (aspek kognitif),

konsekuensi dari penggunaan merek tersebut, dan situasi

penggunaan yang sesuai, begitu juga dengan evaluasi, perasaan dan

emosi yang diasosiasikan dengan merek tersebut (aspek afektif).

Citra merek didefinisikan sebagai persepsi konsumen dan preferensi

terhadap merek, sebagaimana yang direfleksikan oleh berbagai

macam asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen. Meskipun

asosiasi merek dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk tapi dapat

dibedakan menjadi asosiasi performansi dan asosiasi imajeri yang

berhubungan dengan atribut dan kelebihan merek.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa brand image

merupakan serangkaian kepercayaan konsumen tentang merek

tertentu sehingga asosiasi merek tersebut melekat di benak

(38)

b. Faktor-faktor yang membentuk citra merek

Menurut Keller (1993:3) faktor-faktor yang membentuk citra merek

adalah:

1) Kekuatan asosiasi merek

Tergantung pada bagaimana informasi masuk ke dalam ingatan

konsumen dan bagaimana informasi tersebut bertahan sebagai

bagian dari brand image.

2) Keuntungan asosiasi merek

Kesuksesan sebuah proses pemasaran sering tergantung pada

proses terciptanya asosiasi merek yang menguntungkan, dimana

konsumen dapat percaya pada atribut yang diberikan mereka

dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

3) Keunikan asosiasi merek

Suatu merek harus memiliki keunggulan bersaing yang menjadi

alasan bagi konsumen untuk memilih merek tertentu. Keunikan

asosiasi merek dpat berdasarkan atribut produk, fungsi produk

atau citra yang dinikmati konsumen.

(http://www.kajianpustaka.com)

c. Komponen-komponen yang membentuk citra merek

Menurut Biel dalam jurnal penelitian Setyaningsih & Didit

Darmawan (2004) komponen-komponen yang membentuk citra

merek adalah :

(39)

Citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai

organisasi berusaha membangun imagenya dengan tujuan tak lain

ingin agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan

mempengaruhi segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh

perusahaan tersebut.

2) Citra Produk / konsumen

Citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat berdampak

positif maupun negatif yang berkaitan dengan kebutuhan,

keinginan, dan harapan konsumen. Image dari produk dapat

mendukung terciptanya sebuah brand image atau citra dari merek

tersebut.

3) Citra Pemakai

Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan

pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen

yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu

apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau

layanan tersebut.

d. Dimensi citra merek

1) Brand Identity atau Identitas merek

Brand identity merupakan identitas fisik yang berkaitan dengan merek atau produk tersebut sehingga konsumen mudah mengenali

(40)

warna, kemasan, lokasi, identitas perusahaan yang

memayunginya, slogan, dan lain-lain.

2) Brand Personality atau Personalitas merek.

Brand personality adalah karakter khas sebuah merek yang membentuk kepribadian tertentu sebagaimana layaknya manusia,

sehingga khalayak konsumen dengan mudah membedakannya

dengan merek lain dalam kategori yang sama, misalnya karakter

tegas, kaku, berwibawa, ningrat, atau murah senyum, hangat,

penyayang, berjiwa sosial, atau dinamis, kreatif, independen, dan

sebagainya.

3) Brand Association atau Asosiasi Merek.

Brand association adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul dari penawaran unik

suatu produk, aktivitas yang berulang dan konsisten misalnya

dalam hal sponsorship atau kegiatan social responsibility, isu-isu

yang sangat kuat berkaitan dengan merek tersebut, ataupun person,

simbol-simbol dan makna tertentu yang sangat kuat melekat pada

suatu merek, misalnya “ingat beras ingat cosmos”,

art+technology=apple, bola=Djarum, koboi=Marlboro, kulit

putih=Ponds, Bola=Djarum, Surya Paloh=MetroTV,

Korupsi=Partai Demokrat, Konflik=PSSI, Gramedia=Buku,

Lifebuoy=Kebersihan, anak muda rebel=A Mild, dan sebagainya.

(41)

Brand attitude and behavior adalah sikap atau perilaku komunikasi dan interaksi merek dengan konsumen dalam menawarkan

benefit-benefit dan nilai yang dimilikinya. Kerap sebuah merek

menggunakan cara-cara yang kurang pantas dan melanggar etika

dalam berkomunikasi, pelayanan yang buruk sehingga

memengaruhi pandangan publik terhadap sikap dan perilaku merek

tersebut, atau sebaliknya, sikap dan perilaku simpatik, jujur,

konsisten antara janji dan realitas, pelayanan yang baik dan

kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas membentuk

persepsi yang baik pula terhadap sikap dan perilaku merek tersebut.

Jadi brand attitude & behavior mencakup sikap dan perilaku

komunikasi, aktivitas dan atribut yang melekat pada merek saat

berhubungan dengan khalayak konsumen, termasuk perilaku

karyawan dan pemilik merek.

5) Brand Benefit And Competence atau Manfaat dan Keunggulan Merek.

Brand benefit and competence merupakan nilai-nilai dan keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada

konsumen yang membuat konsumen dapat merasakan manfaat

karena kebutuhan, keinginan, mimpi dan obsesinya terwujudkan

oleh apa yang ditawarkan tersebut. Nilai dan benefit di sini dapat

bersifat functional, emotional, symbolic maupun social, misalnya

(42)

(functional benefit/ values), menjadikan pemakai pakaian yang

dibersihkan jadi percaya diri (emotional benefit/ values), menjadi

simbol gaya hidup masyarakat modern yang bersih (symbolic

benefit/ values) dan memberi inspirasi bagi lingkungan untuk peduli pada kebersihan diri, lingkungan dan hati nurani (social

benefit/ values). Manfaat, keunggulan dan kompetensi khas suatu merek akan memengaruhi brand image produk, individu atau

lembaga/ perusahaan tersebut. (www.komunikasiana.com)

6. Minat Beli

a. Pengertian

Minat beli adalah sesuatu diperoleh dari proses belajar dan proses

pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini

menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan

menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika

seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan

mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu (Mowen

dalam Oliver (2006).

Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap

mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor dalam Tjiptono (2003),

minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak

sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Menurut

Mowen dalam Oliver (2006) efek hierarki minat beli digunakan

(43)

Sikap (attitudes) dan perilaku pengetahuan kognitif yang dimiliki

konsumen dengan mengaitkan atribut, manfaat, dan obyek (dengan

mengevaluasi informasi), sementara itu sikap mengacu pada

perasaan atau respon efektifnya. Sikap berlaku sebagai acuan yang

mempengaruhi dari lingkungannya (Loudon dan Dela Bitta, 1993).

b. Indikator Minat Beli

Menurut Ferdinand (2002;129), minat beli dapat diidentifikasi

melalui indikator-indikator sebagai berikut:

1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk

membeli produk.

2) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk

mereferensikan produk kepada orang lain.

3) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku

seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut.

Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan

produk prefrensinya.

4) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang

yang selalu mencari informasi mengenai produk yang

diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat

positif dari produk tersebut.

(44)

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang akan penulis kemukakan pada penelitian sebelumnya,

penulis akan membahas Skripsi yang disusun oleh Maria Nurfita Dwi Lestari,

SE, (Universitas Sanata Dharma Yogyakarta) dengan judul penelitian

“Pengaruh kesan kualitas dan citra merek tehadap keputusan pembelian dan

loyalitas merek”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesan

kualitas terhadap keputusan pembelian dan pengaruh citra merek terhadap

keputusan pembelian serta pengaruh keputusan pembelian terhadap loyalitas

merek. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada konsumen sabun mandi

merek LUX dengan jumlah sampel 200 responden. Teknik penggumpulan

data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purpose dan convenience sampling. Teknik analisis data

yang digunakan adalah Analisis Persentase, Uji validitas, Uji reliabilitas, dan

structural Equation Modeling. Hasil analisis data menunjukkan: kesan kualitas berpengaruh terhadap keputusan pembelian, citra merek berpengaruh

terhadap keputusan pembelian dan keputusan pembelian berpengaruh

terhadap loyalitas merek.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang penulis lakukan

adalah variabel bebas(citra merek). Perbedaan penelitian sebelumnya dengan

penelitian yang penulis lakukan adalah variabel bebas (kesan kualitas),

variabel mediasi (keputusan pembelian), variabel terikat (loyalitas merek) dan

penulis meneliti produk mie instan “pop mie” serta tempat penelitian di

(45)

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka di atas, maka kerangka konseptual

penelitian adalah sebagai berikut: citra merek (variabel independen)

mempengaruhi minat beli (variabel dependen) atau minat beli (variabel

dependen) dipengaruh oleh citra merek (variabel independen), seperti pada

gambar 2.1. berikut ini:

Gambar 2.1.

Kerangka Konseptual Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 = ada pengaruh citra merek terhadap minat beli.

Citra

Merek

Minat

Beli

(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab

pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah konsumen atau mahasiswa

Kampus II Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta.

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah citra merek dan minat beli.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampus II Universitas Sanata Dharma,

Mrican, Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

seorang peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

(47)

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi

mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap

variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen

adalah citra merek (X). Dimensi-dimensi citra merek dalam penelitian

ini adalah:

1) Identitas Merek

Identitas fisik yang berkaitan dengan merek atau produk tersebut

sehingga konsumen mudah mengenali dan membedakannya

dengan merek atau produk lain.

2) Personalitas atau Kepribadian Merek

Karakter khas sebuah merek yang membentuk kepribadian

tertentu, sehingga konsumen dengan mudah membedakannya

dengan merek lain dalam kategori yang sama.

3) Asosiasi Merek

Hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan dengan suatu

merek, bisa muncul dari penawaran unik suatu produk, aktivitas

yang berulang dan konsisten misalnya dalam hal sponsorship atau kegiatan social responsibility, isu-isu yang sangat kuat berkaitan dengan merek tersebut, ataupun person, simbol-simbol dan makna

tertentu yang sangat kuat melekat pada suatu merek.

(48)

Sikap atau perilaku komunikasi dan interaksi merek dengan

konsumen dalam menawarkan benefit-benefit dan nilai yang

dimilikinya. Kerap sebuah merek menggunakan cara-cara yang

kurang pantas dan melanggar etika dalam berkomunikasi,

pelayanan yang buruk sehingga memengaruhi pandangan publik

terhadap sikap dan perilaku merek tersebut, atau sebaliknya, sikap

dan perilaku simpatik, jujur, konsisten antara janji dan realitas,

pelayanan yang baik dan kepedulian terhadap lingkungan dan

masyarakat luas membentuk persepsi yang baik pula terhadap

sikap dan perilaku merek tersebut.

5) Manfaat dan Keunggulan Merek

Nilai-nilai dan keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu

merek kepada konsumen yang membuat konsumen dapat

merasakan manfaat karena kebutuhan, keinginan, mimpi dan

obsesinya terwujudkan oleh apa yang ditawarkan tersebut.

b. Variabel Dependen

Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain,

karenanya juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel

terpengaruhi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat atau

variabel dependen adalah Minat Beli (Y). Indikator minat beli mie

in-stan “Pop Mie” yang diteliti adalah:

1) Kecenderungan mencari informasi tentang produk mie instan “Pop

(49)

2) Kecenderungan membicarakan produk mie instan “Pop Mie”.

3) Kecenderungan mengunjungi tempat yang menjual produk mie

instan “Pop Mie”.

4) Kecenderungan membeli produk mie instan “Pop Mie”.

2. Definisi Variabel

Citra merek (brand image) merupakan representasi dari

keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan

pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Dapat dikatakan juga citra

merek merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen karena alasan

subyektif dan emosi pribadinya. (www.pendidikanekonomi.com).

Minat beli adalah sesuatu diperoleh dari proses belajar dan proses

pemikiran yang yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini

menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan

menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika

seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan

mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. (Mowen dalam

Oliver, 2006).

3. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah

Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dalam penelitian ini peneliti telah menetapkan 2 variabel yang akan

(50)

Peneliti akan menggunakan skala pengukuran data, yaitu teknik

skala Likert yang berskala 1 sampai 5. Pernyataan kuisioner dibuat dalam

bentuk checklist dan masing masing item jawaban memiliki bobot yang

berbeda. Bobot dari masing-masing kuisioner sebagai berikut:

Sangat setuju diberi bobot 5

Setuju diberi bobot 4

Netral diberi bobot 3

Tidak setuju diberi bobot 2

Sangat tidak setuju diberi bobot 1

Dapat diketahui bobot tertinggi 5 dan bobot terendah 1. Jumlah

kelas 5 sehingga interval dapat dihitung sebagai berikut:

Interval = nilai maksimum – minimum Kelas interval

Interval = 5 – 1 5 = 0,8

Dengan rentang skala 0,8 maka dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

a. Sangat Rendah (SR) apabila skor variabel 1,00 s/d 1,79 yang

menunjukkan citra merek dan minat beli sangat rendah.

b. Rendah (R) apabila skor variabel 1,80 s/d 2,59 yang menunjukkan

(51)

c. Cukup (C) apabila skor variabel 2,60 s/d 3,39 yang menunjukkan citra

merek dan minat beli cukup.

d. Tinggi (T) apabila skor variabel 3,40 s/d 4,19 yang menunjukkan citra

merek dan minat beli tinggi.

e. Sangat Tinggi (ST) apabila skor variabel 4,20 s/d 5,00 yang

(52)

E. Definisi Operasional

Variabel Dimensi Definisi operasional Item-item

Citra

merek

1. Identitas

merek

Identitas fisik merek yang mudah dikenali

dan mudah dibedakan dengan merek atau

Karakter merek yang membentuk

kepribadian tertentu layaknya pribadi

konsumen.

dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul

dari penawaran unik suatu produk, atau

aktivitas yang berulang dan konsisten.

1) Sponsor kegiatan

berkomunikasi dan dan berinteraksi

dengan konsumen dalam menawarkan

keuntungan-keuntungan dan nilai yang

dimilikinya.

keunggulan merek yang ditawarkan kepada

konsumen membuat konsumen merasakan

manfaat karena kebutuhan dan keinginan,

konsumen terwujudkan oleh apa yang

ditawarkan.

1) Sesuai kebutuhan

2) Mengikuti selera

(53)

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009;115) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah semua

mahasiswa Kampus II Universitas Sanata Dharma yang belum pernah

membeli atau mengkonsumsi produk mie instan “Pop Mie”.

Populasi ini merupakan jenis populasi tidak terbatas karena jumlah

pembeli produk mie instan “Pop Mie” jumlahnya berbeda setiap hari.

Populasi tidak terbatas adalah suatu populasi yang mengalami proses

secara terus – menerus sehingga ukuran N (jumlah populasi) menjadi tidak

terbatas perubahan nilainya. (Suharyadi dan Purwanto, 2004).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.(Sugiyono, 2009;116). Sampel penelitian ini adalah

sebagian mahasiswa Kampus II Universitas Sanata Dharma yang belum

pernah membeli atau mengkonsumsi produk mie instan “Pop Mie”.

Dalam penelitian ini karena ukuran populasi tidak diketahui, maka

untuk menentukan ukuran sampel digunakan beberapa asumsi berikut

(Sugiarto, 2004, 70):

Rumus : n =

n =

(54)

= 96,04 responden

= 97 responden

Keterangan: n = Sampel

e = besarnya toleransi / rentang interval (0,1)

Pq = ukuran penyebaran populasi (0,25)

Z (0,05) = 1,96

Minimal responden yang diambil untuk penelitian ini sebagai

sampel adalah 97 responden, tetapi jumlah sampel yang diambil adalah

sebanyak 100 responden.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

teknik non-probability sampling, teknik pengambilan sampel yang tidak

memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sumarni dan Wahyuni, 2006: 76).

Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah incidental

sampling yaitu teknik pemgambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang menjadi bagian dari populasi dan kebetulan bertemu dengan

peneliti maka akan dijadikan sampel oleh peneliti.

H. Jenis dan Sumber Data

Ada dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu:

(55)

Data yang tidak dapat di ukur dalam skala numerik seperti teori-teori yang

berkaitan dengan penelitian penulis.

2. Data Kuantitatif

Data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka).

Ada dua jenis sumber data yang digunakan untuk mendukung penelitian

ini, yaitu:

1. Data primer

Data ini dikumpulkan atau diperoleh langsung dari individu yang

menjadi subyek penelitian dimana data diperoleh dengan cara

menyebarkan kuesioner kepada sampel yang telah ditentukan sebelumnya

yaitu konsumen produk mie instan “Pop Mie” Kampus II Universitas

Sanata Dharma yang belum pernah membeli atau mengkonsumsi produk

mie instan “Pop Mie”.

2. Data sekunder

Sumber data ini diperoleh dari sumber-sumber data yang telah ada

seperti laporan-laporan penelitian terdahulu.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner

(angket) dengan cara menyebarkanya kepada mahasiswa Kampus II

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya

(56)

J. Teknik Pengujian Kuesioner

Teknik pengujian kuesioner digunakan untuk mengetahui ketepatan dan

konsistensi dari kuesioner yang digunakan, tujuannya adalah untuk

mengetahui seberapa baik indikator dalam mengukur variabelnya. Uji

kuesioner data terdiri dari:

1. Uji Validitas

Menunjukkan sejauh mana ketepatan, kesesuaian, atau kecocokan

suatu alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Adapun rumus yang

digunakan untuk menghitung korelasi tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan:

=

Koefisiensi korelasi

X = Skor pertanyaan tiap nomor

Y = Jumlah skor total pertanyaan

n = Jumlah responden

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

─ Jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka

pernyataan dinyatakan valid.

─ Jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka

(57)

2. Uji Reliabilitas

Seberapa jauh konsistensi alat ukur untuk dapat memberikan hasil

yang sama dalam mengukur hal dan subyek yang sama. Kriteria penilaian

uji reliabilitas menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach (Arikunto,

1999; 193), yaitu:

Keterangan:

=

Reliabilitas instrumen

=

Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= Jumlah varians butir

=

Varians total

Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai (α) 0,60.

Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf signifikansi 60% atau

0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliable.

K. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

a. Deskripsi Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen produk mie

instan “Pop Mie” yang berada di kampus II Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, diambil sebagai sampel adalah 100 orang.

Hasil penelitian dari 100 responden sampel dapat dideskriptifkan

(58)

1) Deskriptif responden berdasarkan program studi.

2) Deskriptif responden berdasarkan jenis kelamin.

3) Deskriptif responden berdasarkan usia.

b. Deskriptif Variabel

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu citra merek

sebagai variabel (X) dan minat beli sebagai variabel (Y). Variabel

citra merek terdiri dari beberapa item yaitu:

1) Mudah dikenali

2) Mudah dibedakan

3) Membentuk kepribadian

4) Semakin “keren”

5) Sponsor kegiatan

6) Tanggung jawab sosial

7) Konsisten antara janji dan realitas

8) Memiliki kepedulian

9) Merasakan manfaatnya

10)Mengikuti kebutuhan konsumen

Dari setiap item memiliki satu pernyataan, dalam penelitian ini untuk

variabel citra merek memiliki 10 pernyataan.

Variabel minat beli terdiri dari beberapa indikator yaitu:

1) Kecenderungan mencari informasi tentang produk mie instan

“Pop Mie”.

(59)

3) Kecenderungan mengunjungi tempat yang menjual produk mie

instan “Pop Mie”.

4) Kecenderungan membeli produk mie instan “Pop Mie”.

Dari setiap indikator memiliki satu pernyataan, dalam penelitian ini

untuk variabel minat beli ada 4 pernyataan.

2. Analisis Regresi

a. Uji Asumsi Klasik

Agar mendapat regresi yang baik harus memenuhi asumsi yang

disyaratkan yaitu memenuhi uji asumsi normalitas.

(1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal. Pengujian normalitas dalam

penelitian ini digunakan dengan melihat normal probality plot

yang membandingkan distribusi komulatif dari data

sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari data normal.

b. Persamaan Regresi

(1) Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara

linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel

dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara

(60)

negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila

nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Y’ = a + bX

Keterangan :

Y’ = Variabel dependen (Minat Beli)

X = Variabel independen (Citra Merek)

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai kenaikan atau penurunan)

c. Uji Hipotesis

Ho : t ≤ 0 artinya tidak ada pengaruh citra merek terhadap minat beli

produk mie instan “Pop Mie”.

Ho : t > 0 artinya ada pengaruh citra merek terhadap minat beli produk

mie instan “Pop Mie”.

1) Uji t

Uji ini digunakan untuk mengetahui kebenaran pernyataan

atau dugaan yang dihipotesiskan. Uji t dilakukan untuk

membandingkan signifikansi hitung masing-masing variabel

bebas terhadap variabel α = 5%. Apabila signifikan t lebih besar

dari 0,05 maka Ho diterima. Sebaliknya jika signifikan lebih kecil

dari 0,05 maka Ho ditolak. Bila Ho ditolak berarti ada hubungan

yang signifikan antara variabel independen (citra merek) terhadap

Gambar

gambar 2.1. berikut ini:
Tabel V.1 Tabel Validitas Citra Merek
Tabel V.3 Tabel Reliabilitas Citra Merek
Tabel V.5 Distribusi Data Berdasarkan Program Studi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang digunakan untuk membina manusia dari kecil sampai mati. Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan seumur hidup, maka perlu

Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta

perempuan dan anak yang menjadi penghuni Magdalene’s Laundry telah terabaikan hak sipilnya. dimana justru hanya tinggal diam bahkan turut campur dalam melakukan

Penulisan skripsi dengan judul “Kebijakan Pelita III Bidang Pertanian untuk Produksi Beras: Studi Kasus Pada Masyarakat Konsumen Thiwul di Gunungkidul (1979-1984)” ini

Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh baik dari suplementasi mineral esensial dalam ransum induk terhadap air susu yang dihasilkan dan dikonsumsi oleh anak kelinci sehingga bobot

[r]

Kesimpulan penelitian ini adalah sebanyak 26 responden (68,4%) mengekspresikan respon nyeri dengan mengerutkan dahi, mengatupkan rahang dan dagu gemetar, sebanyak

Darmaji (Darmaji, 2011) membahas dimensi partisi dari graf multipartite dan graf hasil korona dua buah graf terhubung, dan masih banyak penelitian lainnya.. Berikut