• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta."

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Riyanatalia, Lusia Desti. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, mata pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap semakin rendahnya kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada penelitian PISA tahun 2009 dan 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen jenis quasi

experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas V SD Negeri Cebongan sebanyak 72 siswa. Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu 36 siswa kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan 36 siswa kelas VB sebagai kelompok kontrol. Treatment yang diterapkan di kelompok eksperimen adalah metode inkuiri. Ada 7 langkah dalam metode inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05); df = 70 dan t = (-4,134). Gain score kelompok eksperimen sebesar 2,53, SD = 1,18 dan SE = 1,97. Gain score kelompok kontrol sebesar 1,40,

SD = 1,15 dan SE = 0,19. Effect size metode inkuiri terhadap kemampuan

mengevaluasi adalah 0,45 (20%) temasuk kategori “cukup besar”. (2) Metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga

Sig (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05); df = 70 dan t = (-6,798). Gain score kelompok

eksperimen sebesar 2,96, SD = 0,84 dan SE = 0,14. Gain score kelompok kontrol sebesar 1,5, SD = 0,94 dan SE = 0,16. Effect size metode inkuiri terhadap kemampuan

(2)

ABSTRACT

Riyanatalia, Lusia Desti. (2016). The effects of the implementation of inquiry method on the ability to evaluate and create in science subject for the fifth grade students in Cebongan State Elementary School, Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Departement of Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry methods, the ability to evaluate, ability to create, natural science subject.

The background of this study was directed to the concern about the low level ability to evaluate and create according to PISA 2009 and 2012 studies. The aim of the study was to find out the effect of the implementation of inquiry method on the ability to evaluate and create in science subject for the fifth grade students in Cebongan State Elementary School, Yogyakarta in odd semester 2015/2016.

This study used experimental research, specifically quasi experimental research with nonequivalent control group design. The population of this study were 72 of the 5th grade students in Cebongan States Elementary School. The samples were divided into two groups; in which 36 students of class A as the experimental group and 36 students of class B as the control group.The treatment for the experimental group was inquiry method. There are 7 steps in the inquiry methods including orientation, problem formulation, hypothesis formulation, experiment, conclusion, result presentation, evaluation.

(3)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA

MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI CEBONGAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Lusia Desti Riyanatalia NIM 121134040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini penulis persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria kekuatanku.

2. Kedua orang tuaku Heribertus Sugiyono dan Anastasia Suwanti yang menyertaiku sepanjang waktu.

3. Kakakku Gregorius Rio Bhakti Pratama yang mendoakanku di surga. 4. Stephanus Chandra Saputra Aji yang memberikanku semangat dan doa. 5. Sahabat-sahabatku, penyemangat dan penghiburku yang setia.

(7)

v

HALAMAN MOTTO

Ora et Lobora (St. Teresa)

Earth and sky, woods and fields, lakes and rivers, the mountain and the sea, are excellent schoolmasters, and teach of us more than we can ever learn from books

(John Lubbock)

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Januari 2016 Peneliti,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Lusia Desti Riyanatalia

NomorMahasiswa : 121134040

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI CEBONGAN YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 11 Januari 2016 Yang menyatakan,

(10)

viii

ABSTRAK

Riyanatalia, Lusia Desti. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, mata pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap semakin rendahnya kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada penelitian PISA tahun 2009 dan 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen jenis quasi

experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Cebongan sebanyak 72 siswa. Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu 36 siswa kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan 36 siswa kelas VB sebagai kelompok kontrol.

Treatment yang diterapkan di kelompok eksperimen adalah metode inkuiri. Ada 7

langkah dalam metode inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig

(2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05); df = 70 dan t = (-4,134). Gain score kelompok

eksperimen sebesar 2,53, SD = 1,18 dan SE = 1,97. Gain score kelompok kontrol sebesar 1,40, SD = 1,15 dan SE = 0,19. Effect size metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi adalah 0,45 (20%) temasuk kategori “cukup besar”. (2) Metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05); df = 70 dan t = (-6,798). Gain score kelompok eksperimen sebesar 2,96, SD = 0,84 dan SE = 0,14. Gain score kelompok kontrol sebesar 1,5, SD = 0,94 dan SE = 0,16. Effect

size metode inkuiri terhadap kemampuan mencipta adalah 0,63 (40%) temasuk

(11)

ix ABSTRACT

Riyanatalia, Lusia Desti. (2016). The effects of the implementation of inquiry method on the ability to evaluate and create in science subject for the fifth grade students in Cebongan State Elementary School, Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Departement of Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry methods, the ability to evaluate, ability to create, natural science subject.

The background of this study was directed to the concern about the low level ability to evaluate and create according to PISA 2009 and 2012 studies. The aim of the study was to find out the effect of the implementation of inquiry method on the ability to evaluate and create in science subject for the fifth grade students in Cebongan State Elementary School, Yogyakarta in odd semester 2015/2016.

This study used experimental research, specifically quasi experimental research with nonequivalent control group design. The population of this study were 72 of the 5th grade students in Cebongan States Elementary School. The samples were divided into two groups; in which 36 students of class A as the experimental group and 36 students of class B as the control group.The treatment for the experimental group was inquiry method. There are 7 steps in the inquiry methods including orientation, problem formulation, hypothesis formulation, experiment, conclusion, result presentation, evaluation.

The result of this study showed that (1) inquiry method affects on the ability to evaluate. The value of Sig (2-tailed) was 0,000 (p < 0,05); df = 70 and t = (-4,134). The gain score of experimental group was 2.53, SD = 1,18 and SE = 1,97. The gain score of control group was 1,40, SD = 1,15 dan SE = 0,19. The effect size of inquiry method on the ability to create was 0,45 (20%) categorized

(12)

x

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI CEBONGAN YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mendukung dengan sabar dan bijaksana.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing II yang membimbing kami dengan penuh kesabaran.

5. Sudiyo, S.Ag., M.Pd., Kepala SD Negeri Cebongan Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk terlaksananya penelitian kami.

6. Temu Sartiwi, S.Pd., Guru mitra SD Negeri Cebongan Yogyakarta yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Siswa kelas VA dan VB SD Negeri Cebongan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.

(13)

xi 9. Kedua orang tuaku, Heribertus Sugiyono dan Anastasia Suwanti yang dengan sabar selalu menyertai perjuanganku berupa doa, kasih sayang, perhatian, nasihat, dan materiil.

10.Kakakku Gregorius Rio Bhakti Pratama yang memberikan semangat dan doa untukku dari surga.

11.Stephanus Chandra Saputra Aji yang memberikan semangat dan doa. 12.Sahabatku Iin dan Ratna yang setia sejak duduk di Sekolah Dasar.

13.Sahabatku Dewi, Asti, Shinta, Vega, dan Ambar yang menjadi penghibur dan penyemangatku selama perkuliahan dan penyusunan skripsi.

14.Sahabatku penelitian kolaboratif payung Ami, Vega, Tira, Nindya, Wikan, Dewi, Andan, Agnes, Stepani, Dea, Bayu, dan Adi yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.

15.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan peneliti. Segala kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.

Peneliti

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 9

2.1.1.1 Teori Perkembangan Kognitif Anak ... 9

2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 14

2.1.1.3 Metode Inkuiri ... 15

1. Pengertian Inkuiri... 15

2. Macam-macam Metode Inkuiri... 17

3. Langkah-langkah Metode Inkuiri ... 18

4. Kelebihan dan Manfaat Metode Inkuiri ... 21

2.1.1.4 Proses Kognitif Mengevaluasi dan Mencipta ... 22

1. Proses Kognitif Benjamin S. Bloom ... 22

2. Proses Kognitif Mengevaluasi dan Mencipta ... 24

2.1.2 Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 26

2.1.3 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ... 27

2.1.4 Materi Listrik ... 28

2.1.4.1 Listrik dan Sumber Listrik ... 29

1. Baterai ... 29

2. Aki... 30

3. Generator... 30

4. Pembangkit Listrik ... 31

2.1.4.2 Jenis-jenis Rangkaian Listrik ... 32

(15)

xiii

2. Rangkaian Listrik Seri ... 34

3. Rangkaian Listrik Paralel ... 34

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

2.2.1 Penelitian tentang Inkuiri ... 35

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta ... 37

2.2.3 Literature Map ... 39

2.3 Kerangka Berpikir ... 39

2.4 Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Setting Penelitian ... 43

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 43

3.2.2 Waktu Penelitian ... 44

3.3 Populasi dan Sampel ... 45

3.4 Variabel Penelitian ... 46

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.6 Instrumen Penelitian ... 48

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 49

3.7.1 Validitas Instrumen ... 49

3.7.2 Reliabilitas Instrumen ... 53

3.8 Teknik Analisis Data ... 53

3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan ... 54

3.8.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 54

3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 54

3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 56

3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 56

3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ... 58

3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I .... 58

3.8.2.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ... 58

3.8.2.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I ... 59

3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 60

3.8.2.5 Elemen Kualitatif ... 61

3.8.3 Pembahasan ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

4.1 Hasil Penelitian ... 64

4.1.1 Implementasi Penelitian ... 64

4.1.1.1 Deskripsi Populasi Penelitian ... 64

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 66

1. Kelompok Kontrol ... 66

2. Kelompok Eksperimen... 67

4.1.2 Uji Hipotesis Penelitian I ... 70

4.1.2.1 Analisis Pengaruh Perlakuan ... 70

1. Uji Normalitas Distribusi Data ... 71

2. Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 72

3. Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 73

(16)

xiv

4.1.2.2 Analisis Lebih Lanjut ... 76

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 76

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 79

3. Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I ... 80

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 82

4.1.3 Uji Hipotesis Penelitian II ... 83

4.1.3.1 Analisis Pengaruh Perlakuan ... 83

1. Uji Normalitas Distribusi Data ... 83

2. Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 85

3. Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 86

4. Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 88

4.1.3.2 Analisis Lebih Lanjut ... 89

1. Perhitungan Persentase Peningkatan rerata Pretest ke Posttest I ... 89

2. Uji Signifikansi Peningkatan rerata Pretest ke Posttest I ... 91

3. Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I ... 92

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 94

5. Analisis Elemen Kualitatif ... 95

4.2 Pembahasan ... 101

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi ... 102

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta ... 104

4.2.3 Pembahasan Lebih Lanjut ... 107

BAB V PENUTUP ... 109

5.1 Kesimpulan ... 109

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 110

5.3 Saran ... 110

DAFTAR REFERENSI ... 112

LAMPIRAN ... 117

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rata-rata Persentase Keberhasilan Semua Kelompok Siswa ... 38

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 45

Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen... 49

Tabel 3.3 Hasil Validasi Isi oleh Ahli ... 50

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Semua Variabel ... 52

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Semua Aspek ... 52

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Semua Variabel Kemampuan Kognitif B. S. Bloom ... 53

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Semua Aspek Kemampuan Kognitif B.S. Bloom ... 53

Tabel 3.8 Kriteria Besar Efek... 57

Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 60

Tabel 3.10 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 3.11 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen ... 63

Tabel 3.12 Pedoman Wawancara Guru ... 63

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Mengevaluasi ... 72

Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 73

Tabel 4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kemampuan Mengevaluasi... 73

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Varians (Levene’s Tesrt) ... 74

Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 74

Tabel 4.6 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Mengevaluasi ... 76

Tabel 4.7 Hasil Penghitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest- Posttest I ... 77

Tabel 4.8 Penghitungan Persentase Gain Score Kemampuan Mengevaluasi ... 78

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Variabel Mengevaluasi ... 79

Tabel 4.10 Hasil Penghitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Mengevaluasi ... 80

Tabel 4.11 Tabel Interpretasi koefisien Korelasi ... 80

Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi Kemampuan Mengevaluasi ... 81

Tabel 4.13 Hasil Uji Pengaruh Perlakuan Skor Posttest I ke Posttest II Kemampuan Mengevaluasi ... 82

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Mencipta ... 84

Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 85

Tabel 4.16 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kemampuan Mencipta ... 86

Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Varians (Levene’s Test) ... 86

Tabel 4.18 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mencipta .... 87

Tabel 4.19 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Mencipta ... 88

Tabel 4.20 Hasil Penghitungan persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Mencipta ... 89

Tabel 4.21 Penghitungan Persentase Gain Score Kemampuan Mencipta ... 91

Tabel 4.22 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Variabel Mencipta ... 91

(18)

xvi

ke Posttest I Mencipta Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 92

Tabel 4.24 Interpretasi Koefiseien Korelasi... 93 Tabel 4.25 Hasil Uji Korelasi Kemampuan Mencipta ... 93 Tabel 4.26 Hasil Uji Pengaruh Perlakuan Skor Posttest I ke Posttest II

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Zone of Proximal Development ... 13

Gambar 2.2 Bagian-bagian Baterai ... 29

Gambar 2.3. Bagian-bagian Aki... 30

Gambar 2.4 Generator ... 31

Gambar 2.5 Arah Gerak Muatan ... 33

Gambar 2.6 Rangkaian Listrik Tertutup dan Terbuka ... 33

Gambar 2.7 Contoh Rangkaian Listrik Terbuka ... 34

Gambar 2.8 Contoh Rangkaian Listrik Tertutup ... 34

Gambar 2.9 Rangkaian Listrik Seri ... 34

Gambar 2.10 Rangkaian Listrik Paralel ... 35

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 42

Gambar 3.2 Desain Pengaruh Perlakuan ... 43

Gambar 3.3 Paradigma Penelitian ... 47

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ... 57

Gambar 3.5 Rumus Besar Efek untuk data Tidak Normal... 57

Gambar 3.6 Rumus Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I ... 58

Gambar 3.7 Rumus Gain Score ... 58

Gambar 3.8 Rumus Persentase Uji Retensi... 61

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Posttest I-Pretest Kemampuan Mengevaluasi ... 75

Gambar 4.2 Rumus Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 77

Gambar 4.3 Grafik Gain Score Kemampuan Mengevaluasi ... 78

Gambar 4.4 Grafik Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 83

Gambar 4.5 Diagram Rerata Selisih Skor Posttest I-Pretest Kemampuan Mencipta ... 88

Gambar 4.6 Rumus Gain Score ... 90

Gambar 4.7 Grafik Gain Score Kemampuan Mencipta ... 90

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 118

Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal ... 119

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen ... 120

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ... 124

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelompok Eksperimen... 127

Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelompok Eksperimen .... 131

Lampiran 2.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol... 133

Lampiran 3.1 Soal Uraian ... 139

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 144

Lampiran 3.3 Rubrik Penelitian ... 148

Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement... 160

Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ... 163

Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ... 165

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Pretest Kemampuan Mengevaluasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 166

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest Kemampuan Mencipta Kelompok Kontrol dan Kelompok eksperimen... 167

Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ... 168

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Rerata Pretest ... 169

Lampiran 4.5 Hasil Penghitungan Pengaruh Perlakuan ... 170

Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 171

Lampiran 4.7 Penghitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan ... 172

Lampiran 4.8 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 173 Lampiran 4.9 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 176

Lampiran 4.10 Hasil SPSS Uji Korelasi Pretest dan Posttest I ... 178

Lampiran 4.11 Hasil Uji Retensi Perlakuan ... 179

Lampiran 4.12 Transkip Wawancara Kelompok Kontrol ... 181

Lampiran 4.13 Transkrip Wawancara Kelompok Eksperimen ... 184

Lampiran 4.14 Transkrip Wawancara Guru ... 188

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ... 190

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan dibahas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Bagian-bagian tersebut akan dijelaskan di bawah ini.

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia selalu ingin tahu mengenai hal-hal yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya. Keingintahuan akan hal-hal yang belum diketahui, mendorong manusia untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan manusia melalui proses pembelajaran (Mudyahardjo, 2006: 3). Pendidikan nasional memiliki tujuan mengembangkan domain sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013). Manusia tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai selaras dengan pendidikan yang sedang ditempuh.

Berbagai permasalahan terjadi dalam sistem pendidikan di Indonesia pada saat ini. Permasalahan tersebut tidak hanya masalah mutu pendidikan akan tetapi juga berkaitan dengan strategi pembelajaran yang dilaksanakan. Pendekatan dalam pembelajaran masih didominasi peran guru (teacher centered), sehingga keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat kurang (Depdiknas, 2003). Hal tersebut terbukti dengan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia sesuai dengan data UNESCO tahun 2000 tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) bahwa Indonesia menempati urutan ke 102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999) dari 174 negara (Kadir, et al, 2012: 248).

(22)

2 profesionalitas dan gaji. Pembiayaan untuk reformasi guru ini menghabiskan 20% anggaran umum pemerintah untuk pendidikan (Chang, 2014: 2-5). Pada tahun 2011 dana sebesar 9% dari anggaran pendidikan secara keseluruhan atau sebesar Rp 23 triliun dialokasikan untuk tunjangan profesional sertifkasi guru (Chang, 2014: 159). Pemerintah sangat serius meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa.

Upaya yang dilakukan dengan meningkatkan kesejahteraan guru dengan memberikan tunjangan profesional dan kenaikan gaji tidak sebanding dengan hasil belajar siswa. Sertifikasi guru memberikan dukungan finansial terhadap kesejahteraan guru akan tetapi tidak membawa perbaikan yang signifikan dari segi produktivitas guru. Peningkatan profesional guru tidak diimbangi dengan pemerataan guru di seluruh wilayah Indonesia sehingga masih banyak sekolah yang belum mendapatkan guru yang profesional sehingga sistem pendidikan di Indonesia dapat dikatakan kurang berhasil (Chang, 2014: 116-117). Pendidikan di Indonesia dapat dikatakan kurang berhasil karena hasil kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun dalam matematika, sains, dan membaca masih berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam Program for

International Student Assessment (PISA). Rata-rata skor matematika, sains dan

membaca anak-anak Indonesia adalah 375, 396, dan 382, jauh di bawah rata-rata skor anak di seluruh negara, yaitu 494, 496, dan 501 (OECD, 2013: 7). Hasil PISA tahun 2012 menurun drastis dari PISA tahun 2009 yang menunjukkan Indonesia pada peringkat 57 dari 65 negara yang diteliti (OECD, 2009: 1). Peringkat anak Indonesia di PISA menunjukkan bahwa Indonesia mengalami permasalahan rendahnya kapasitas anak-anak Indonesia dalam penguasaan pada bidang matematika, sains, dan membaca.

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menjadi salah satu mata pelajaran pokok di Sekolah Dasar. Hasil PISA menunjukkan kemampuan mengevaluasi dan

mencipta di bidang sains siswa di Indonesia belum terasah dengan baik. Mutu

(23)

3 mempersiapkan siswa Indonesia menuju persaingan global yang menuntut peningkatan kualitas dan produktivitas manusia terdidik (Sani, 2014: 3).

Pelaksanaan pembelajaran dapat memfasilitasi siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ada di Kurikulum 2013. SKL tersebut memuat domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan domain keterampilan yaitu menjadikan pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret (Sani, 2014: 46). Siswa perlu mengembangkan ketiga domain sehingga memunculkan rasa ingin tahu dalam melakukan berbagai aktivitas pembelajaran. Pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir siswa dapat mengoptimalkan keterampilan yang dimiliki siswa. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat memacu perkembangan siswa pada aspek kognitif atau yang biasa disebut kemampuan berpikir.

Kemampuan kognitif siswa dibangun dengan tahapan-tahapan mulai dari yang paling sederhana sampai pada tahapan yang paling kompleks. Kemampuan kognitif siswa ada 6 proses yaitu, mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 6). Siswa diharapkan mampu mencapai tahapan yang paling kompleks yaitu

mengevaluasi dan mencipta. Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk

mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar yang telah ditetapkan. Siswa yang telah mampu mengevaluasi adalah siswa yang dapat mengambil keputusan berdasarkan kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi (Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Kemampuan mengevaluasi membekali siswa untuk dapat memeriksa dan mengkritik suatu teori/metode apakah sesuai dengan data atau tidak sesuai dengan data. Kemampuan mencipta adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian agar membentuk suatu hal atau produk yang baru dan orisinil. Kemampuan mencipta membekali siswa agar dapat merumuskan dugaan sementara, merencanakan penelitian, dan memproduksi suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu (Anderson & Krathwohl, 2010: 102).

(24)

4 sedangkan siswa hanya menjadi objek yang patuh mendengarkan, mencatat, dan menghafal ceramah guru. Kondisi pembelajaran yang seperti itu akan menjadikan siswa sulit memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan siswa tidak memiliki karakter yang kuat untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan yang dihadapi di kehidupan sehari-hari. Siswa membutuhkan pembelajaran inovatif yang dapat mengembangkan keingintahuan siswa akan suatu hal dan mengembangkan kreativitas siswa. Pembelajaran tersebut tentunya akan bermakna dan akan dipahami dalam jangka waktu yang lama. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan siswa untuk mencapai level kognitif mengevaluasi dan mencipta adalah metode inkuiri.

Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat merangsang keterampilan berpikir siswa, sehingga kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan (Kitot, et al, 2010: 268). Pembelajaran inkuiri sebagai pembelajaran yang memfasilitasi siswa dan guru mempelajari fenomena saintifik dengan pendekatan dan kekuatan seorang ahli sains. Inkuiri merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguasai dalam proses maupun produk dari sains (Kuslan & Stone, 1969: 138; 158). Beberapa penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan siswa, baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik (Maretasari, Subali, & Hartono, 2012; Sofiani, 2011; Abdi, 2014).

(25)

5 (dalam Trianto, 2010: 136) mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang mempelajari tentang berbagai zat, baik yang berhubungan dengan benda mati maupun benda hidup.

Fungsi dan tujuan IPA menurut Depdiknas adalah sebagai berikut: (1) menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah; (3) mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi; (4) menguasai konsep sains untuk bekal hidup masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi (Trianto, 2010: 138). Pembelajaran IPA lebih menekankan proses belajar yang bermakna sehingga menjadikan pembelajaran tersebut mendukung perkembangan kognitif sampai pada tahapan yang paling kompleks yaitu mencipta. Hal tersebut didukung oleh perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat yang memungkinkan siswa untuk berkembang, kreatif, dan berpikir kritis untuk menciptakan sesuatu yang baru dan orisinil yang dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

Salah satu materi pelajaran di IPA yaitu materi listrik. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi listrik diajarkan di kelas enam, sedangkan pad Kurikulum 2013 materi listrik diterapkan di kelas lima. Perbedaan penerapan materi tersebut akan mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Kurikulum 2013 membiasakan siswa kelas V untuk mulai mengenal materi baru yaitu materi listrik sehingga di kelas VI siswa sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai listrik dan dapat memperdalam materi. Pembelajaran Kurikulum 2013 juga menekankan pada proses pembelajaran untuk mencapai SKL yang telah ditetapkan. Metode inkuiri menjadi salah satu metode inovatif yang dapat mengembangkan keterampilan siswa sampai tahap mengevaluasi dan

mencipta.

(26)

6

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengevaluasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan

Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan

Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengevaluasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan

Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan

Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah, guru, siswa dan bagi peneliti. Guru dapat menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran, sedangkan siswa mendapatkan pembelajaran bermakna.

1.4.1 Bagi Sekolah

Sekolah dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna bagi siswa, sekolah dapat memperbaiki mutu pendidikan dan dapat memperbaiki prestasi sekolah dengan menciptakan suasana belajar yang efektif sehingga siswa dapat belajar secara baik.

1.4.2 Bagi Guru

(27)

7

1.4.3 Bagi Siswa

Siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, siswa akan mendapatkan pembelajaran bermakna yang dapat dipahami dengan baik, siswa dapat belajar sampai tahap perkembangan kognitif paling tinggi yaitu mencipta sehingga mereka lebih mudah dalam belajar.

1.4.4 Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan mengenai model pembelajaran inkuiri serta dapat mengetahui sejauh mana siswa kelas V SD Negeri Cebongan dapat

mengevaluasi dan mencipta sesuai materi pembelajaran dengan baik.

1.5Definisi Operasional

1.5.1 Kemampuan adalah kekuatan atau kesanggupan untuk melakukan sesuatu. 1.5.2 Mengevaluasi adalah memberikan penilaian atau keputusan terhadap suatu

hal atau teori tertentu berdasarkan kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.

1.5.3 Kemampuan mengevaluasi adalah kekuatan atau kesanggupan untuk memberikan penilaian terhadap suatu hal atau teori tertentu berdasarkan kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensi.

1.5.4 Mencipta adalah kegiatan merumuskan dugaan sementara, merencanakan

penelitian dan mendesain suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu.

1.5.5 Kemampuan mencipta adalah kekuatan atau kesanggupan untuk melakukan kegiatan merumuskan dugaan sementara, merencanakan penelitian dan mendesain suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu.

1.5.6 Metode adalah prinsip-prinsip yang tersusun secara sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.

1.5.7 Pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk merancang pembelajaran agar dapat mendorong siswa mencapai tujuan pembelajaran. 1.5.8 Inkuiri adalah pembelajaran yang bertujuan merangsang siswa untuk

(28)

8 1.5.9 Metode Inkuiri adalah metode pembelajaran yang bertujuan merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan yang bermakna dan mendorong siswa untuk menemukan jawabannya melalui tujuh langkah yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.

(29)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi kajian pustaka, penelitian-penelitian yang terdahulu atau penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka berisi teori-teori yang berkaitan dengan teori perkembangan kognitif anak, metode pembelajaran, metode inkuiri, tahap perkembangan kognitif B.S Bloom, hakikat IPA, materi IPA tema 3 Kerukunan dalam Bermasyarakat, subtema 1, dan materi listrik. Penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian-penelitian penerapan metode inkuiri dan penelitian-penelitian-penelitian-penelitian perkembangan kognitif. Kerangka berpikir berisikan rumusan atau landasan berpikir dari umum ke khusus. Hipotesis penelitian berisi dugaan atau jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah disusun.

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

Pada bagian ini akan membahas teori perkembangan kognitif anak, metode pembelajaran inkuiri, tahapan perkembangan kognitif, kemampuan

mengevaluasi dan mencipta, pembelajaran tematik, IPA, dan materi listrik.

2.1.1.1Teori Perkembangan Kognitif Anak

(30)

10 yang baik. Setiap siklus baru pada anak sering disebut tingkat perkembangan. Hal tersebut terlihat jelas pada setiap orang yang dapat dilihat dari keterampilan yang paling kompleks atau pemahaman bahwa mereka dapat menghasilkan suatu produk atau mencipta (Boddington, 2009).

Siklus perkembangan otak tersebut sering disebut perkembangan kognitif anak. Jean Piaget (1896-1980) mengembangkan teori konstruktivis dengan nama

individual cognitive constructivist theory (Yaumi, 2013: 40-41). Piaget

berpendapat bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan penyesuaian (adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi (Desmita, 2009: 103). Usaha untuk mencapai keseimbangan tersebut dibutuhkan equilibration (penyeimbang). Equilibration adalah tendensi bawaan untuk mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang maksimal (Hergenhahn & Olson, 2010: 316). Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang menggabungkan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif untuk menempatkan dan mengklasifikasikan pengetahuan yang baru ke dalam pengetahuan awal yang telah dimiliki. Akomodasi adalah

menciptakan langkah baru untuk memperbarui, atau menggabungkan istilah lama

dalam menghadapi tantangan baru. Akomodasi dapat dilakukan dengan dua hal: (1) membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan baru, atau (2) memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 2001: 22-23).

(31)

11 seseorang karena skema atau pola seseorang dibentuk oleh pengalaman sepanjang waktu.

Secara garis besar Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap: (1) tahap sensorimotor, (2) tahap pra operasional, (3) tahap operasional konkret, (3) tahap operasional kongkret, (4) tahap operasional formal (Rahyubi, 2014: 126). Tahap pertama yaitu tahap sensorimotor yaitu anak yang berusia 0-2 tahun. Pada tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan tindakan inderawinya dan tindakan tersebut dilakukan langkah demi langkah. Tahap kedua adalah tahap pra operasional yaitu anak usia 2-7 tahun. Tahap ini memiliki ciri mulai digunakannya simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khususnya penerapan bahasa. Tahap ketiga adalah tahap operasional konkret yaitu anak usia 8-11 tahun. Tahap ini ditandai dengan penerapan aturan logis yang jelas. Tahap terakhir adalah tahap operasional formal. Tahap ini terjadi pada usia 12 tahun ke atas. Ciri pokok tahap perkembangan ini adalah anak mulai berpikir secara hipotesis, abstrak, deduktif, dan induktif.

Berdasarkan teori kognitif Piaget, perkembangan intelektual anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkret (7-11 tahun). Anak pada masa ini memiliki kemampuan berpikir konkret dan mendalam, mampu mengklasifikasikan dan mengontrol persepsinya (Muhibin, dalam Majid, 2014: 8). Namun, dalam pembelajaran dibutuhkan metode pembelajaran yang dapat merangsang pemikiran anak terhadap hal-hal kritis agar kemampuan berpikir tingkat tinggi anak dapat dimaksimalkan.

(32)

12

development) dan konsep tentang Zone of Proximal Development (ZPD) yang

diartikan sebagai Daerah Perkembangan Terdekat (DPT) (Supratiknya, 2002: 28). Perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tercermin dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri. Tingkat perkembangan potensial tercermin dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (Supratiknya, 2002: 30). Vygotsky yakin bahwa pembelajaran dapat efektif apabila siswa belajar memecahkan masalah kompleks yang masih berada pada jangkauan kognitif siswa atau permasalahan tersebut berada pada ZPD.

Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara taraf

perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Dalam pengertian tersebut, taraf perkembangan aktual (zone of actual development) merupakan batas bawah ZPD (DPT), sedangkan taraf perkembangan potensial (zone of

potential development) merupakan batas atasnya. Vygotsky mencatat bahwa dua

anak yang mempunyai taraf perkembangan aktual sama, dapat berbeda taraf perkembangan potensialnya. Jadi, ZPD (DPT) mereka masing-masing berlainan meskipun dalam situasi belajar yang sejenis (Santoso, 2010: 130).

Tharp dan Gallimore (dalam Santoso, 2010: 131-132) membagi empat tahap ZPD (DPT), yaitu: (1) Tahap pertama adalah more dependence to others

stage. Pada tahap ini pekerjaan anak akan mendapatkan bantuan dari pihak lain

seperti teman sebayanya, orangtua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif. (2) Tahap kedua adalah less

dependence external assitence stage. Tahap ini tahap dimana pekerjaan anak tidak

lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self

assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri. (3) Tahap ketiga adalah internalization and automatization stage. Tahap ini, pekerjaan anak sudah lebih

(33)

13 kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam mancapai kapasitas diri yang matang. (4) Tahap keempat adalah de-automatization stage. Tahap ini anak mampu mengeluarkan perasaan dari jiwa, dan emosinya secara berulang-ulang. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan

de-automatization sebagai puncak kinerja sesungguhnya.

Sumber: www.innovativelearning.com Gambar 2.1. Zone of Proximal Development

Ormrod (dalam Santoso, 2010: 131) berpendapat bahwa scaffolding

support mechanism, provided by a more competent individual, that helps a learner successfully perform a task within his or her ZPD. Kutipan ini dapat

dimaknai bahwa scaffolding adalah pemberian bantuan (tuntunan) sementara yang dapat mendukung siswa lebih kompeten dalam usahanya menyelesaikan tugas di daerah jangkauan kognitifnya. Pemberian bantuan (tuntunan) diberikan secara penuh kepada anak dalam tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian berangsur-angsur dikurangi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya sendiri.

(34)

14 pemecahan masalah. Tersedianya bantuan dari teman sekelas atau guru (scaffolding) siswa akan melompat dari zone of actual development menuju zone

of potential development melalui proses yang disebut ZPD (Santoso, 2010: 134).

Teori perkembangan kognitif Piaget dan Teori belajar sosial Vygotsky menunjukkan kaitan yang sangat erat antara proses belajar kognitif yang di dukung dengan proses belajar sosial dengan scaffolding. Dengan demikian, siswa akan tertantang untuk mengikuti setiap langkah pembelajaran menggunakan metode inkuiri yang akan membekali kemampuan berpikir kritis siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah baik yang ada dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari.

2.1.1.2Metode Pembelajaran

Percival dan Ellington menjabarkan pengertian metode (method) adalah cara umum untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau mempraktikkan teori tertentu yang telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar. Selanjutnya Reigeluth (dalam Rianto, 2006: 6). mengartikan bahwa metode mencakup rumusan tentang pengorganisasian bahan ajar, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan tujuan, hambatan, dan karakteristik peserta didik sehingga diperoleh hasil yang efektif, efisien dan menimbulkan daya tarik dalam pembelajaran. Definisi yang lebih komprehensif diberikan oleh Neumann dan Koper yang mengatakan bahwa metode pembelajaran didefinisikan sebagai seperangkat aktivitas yang mengarah pada hasil belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan pendukung pembelajaran (Yaumi, 2014: 253). Kemp mengelompokkan pola pembelajaran, yaitu klasikal, mandiri, dan interaksi guru dan peserta didik atau pengajaran kelompok (Rianto, 2006: 6).

(35)

15 untuk melakukan refleksi secara bebas terhadap pengalaman belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar (fisik dan sosial), (6) mendorong tumbuh-kembangnya kepribadian peserta didik, utamanya sikap terbuka, demokratis, disiplin, tanggung-jawab, dan toleran serta komitmen terhadap nilai-nilai sosio-budaya bangsanya (Rianto, 2006: 9).

Ada beberapa metode pembelajaran yaitu (1) metode ceramah, yaitu metode yang dalam penyampaian materinya secara lisan, (2) metode demonstrasi, yaitu metode dengan cara memberikan contoh terlebih dahulu, (3) tanya jawab, yaitu metode dengan cara mengajukan pertanyaan kepada perserta didik, (4) metode diskusi, yaitu interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk memecahkan masalah, (5) metode studi mandiri, yaitu pelaksanaan tugas siswa secara mandiri, (6) metode pemecahan masalah, yaitu metode yang merangsang berfikir untuk memecahkan masalah, (7) metode bermain peran, yaitu metode yang melibatkan dua siswa atau lebih untuk melakukan peran dari tokoh yang dilakoninya (Yamin, 2008: 153). Metode-metode tersebut merupakan metode yang sering digunakan guru dalam melaksanakan pembelajarannya. Penjelasan mengenai macam-macam metode tersebut belum dibahas mengenai metode inkuiri yang dapat merangsang daya berpikir siswa untuk mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi.

2.1.1.3Metode Inkuiri

1. Pengertian Inkuiri

Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang bertujuan merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan yang bermakna dan mendorong siswa untuk menemukan jawabannya. Pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris „inquiry‟, yang berarti penyelidikan

(36)

16 kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Piaget (dalam Mulyasa, 2007: 108) menjelaskan bahwa inkuiri adalah metode yang mempersiapkan peserta didik dalam situasi bereksperimen secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta dapat menghubungkan satu penemuan dengan penemuan siswa yang lain. Inti dari pembelajaran inkuiri adalah eksperimen, eksperimen yang asli dengan banyak fenomena untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tanpa terpaku pada buku dan otoritas yang lainnya (Kuslan & Stone, 1969: 158). Berdasarkan pendapat-pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian pembelajaran memberikan tekanan pada keaktifan siswa untuk memiliki pengalaman bermakna dalam belajar serta mampu berpikir kritis dan sistematis dalam menemukan konsep atau memecahkan suatu masalah.

Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat merangsang keterampilan berpikir siswa, sehingga kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan (Kitot, et al, 2010: 268). Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui pembelajaran berbasis inkuiri ini seperti keterampilan berkomunikasi, berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan memanipulasi, dan teknik-teknik dalam melakukan penelitian (Kitot, et al, 2010: 267-268).

(37)

17 2. Macam-macam Metode Inkuiri

Stund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006: 109) membagi metode inkuiri dalam 3 macam yaitu: (1) guided inquiry (inkuiri terbimbing) merupakan pelaksanaan discovery dan inkuiri yang dilakukan atas petunjuk atau bimbingan dari guru. Keduanya, dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Kemudian siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya. (2) Free inquiry (inkuiri bebas) yaitu siswa melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuan, antara lain merumuskan masalah sendiri, melakukan penyelidikan sendiri dan menarik kesimpulan yang diperoleh dengan mandiri. (3) Modified free inquiry (inkuiri bebas yang dimodifikasi) yaitu permasalahan yang diajukan guru didasarkan pada teori yang sudah dipahami siswa. Siswa melakukan peyelidikan dalam rangka membuktikan kebenaran atas teori atau permasalahan tersebut.

Berdasarkan penjelasan mengenai macam-macam metode inkuiri yang paling pas diterapkan dalam pembelajaran kelas V SD adalah metode guided

inquiry. Hal tersebut dikarenakan siswa kelas V SD masih perlu bimbingan atau

pengarahan dari guru (scaffolding) mengenai langkah-langkah eksperimen sehingga siswa mampu melompat dari zone of actual development menuju zone of

potential development.

Guided inqury (inkuiri terbimbing) adalah langkah-langkah pembelajaran

(38)

18 menyelesaikan masalah baik secara kelompok maupun pribadi dan mampu menarik kesimpulan dengan bimbingan dan arahan dari guru.

3. Langkah-langkah Metode Inkuiri

Penerapan pembelajaran inkuiri sangat beragam dan bergantung pada tujuan penggunaan inkuiri. Pembelajaran secara inkuiri yang diperkenalkan oleh

Alberta Learning mengikuti tahapan sebagai berikut (Sani, 2014: 93):

a.Perencanaan, yang mencakup pembuatan rencana untuk melakukan inkuiri.

b.Mencari informasi, yang mencakup pengumpulan dan pemilihan informasi, serta mengevaluasi informasi.

c.Mengolah, yang mencakup analisis informasi dengan mencari hubungan dan melakukan inferensi.

d. Mengkreasi, yang mencakup kegiatan mengelola informasi, mengkreasi produk, dan memperbaiki produk.

e.Berbagi, yang mencakup komunikasi atau paparan hasil pada audien terkait.

f. Mengevaluasi, yang mencakup aktivitas evaluasi produk dan

evaluasi proses inkuiri yang telah dilakukan.

Piaget (Sanjaya, dalam Shoimin, 2014: 85-86) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a.Membina suasana yang responsif di antara siswa.

b.Mengemukakan permasalahan untuk ditemukan melalui cerita, film, gambar dan sebagainya,

c.Mengajukan petanyaan-pertanyaan kepada siswa.

d.Merumuskan hipotesis atau perkiraan yang merupakan jawaban dari pertanyaan tersebut.

e.Menguji hipotesis, guru mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data atau pembuktian hipotesis.

f. Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa.

(39)

19 masalah, (c) mengajukan atau merumuskan hipotesis, d) mengumpulkan data; e) menguji hipotesis, f) merumuskan kesimpulan.

Mulyasa (2007: 109) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam. b. Merumuskan masalah.

c. Merumuskan hipotesis.

d. Merancang dan melakukan eksperimen. e. Mengumpulkan dan menganalisis data.

f. Menarik kesimpulan dengan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan dan bertanggungjawab.

Berdasarkan penjelasan di atas, langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

a.Orientasi

Orientasi merupakan cara untuk membina suasana yang responsif di antara siswa. Tahap ini, guru menciptakan suasana atau iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk siap dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan guru untuk membangun suasana yang responsif yaitu (a) menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa, (b) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan, (c) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal tersebut akan memotivasi siswa dalam belajar (Sanjaya, 2006: 199-203).

b.Merumuskan masalah

(40)

20 ke arah mencari, merumuskan, dan memperjelas dari cerita atau gambar. Guru juga berperan untuk mengajukan pertanyaan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah yang dihadapi oleh siswa. Pertanyaan-pertanyaan akan membimbing siswa untuk lebih menggali pemahaman mengenai topik atau kegiatan belajar yang sedang dilakukannya.

c.Merumuskan hipotesis

Merumuskan hipotesis atau perkiraan yang merupakan jawaban sementara dari pertanyaan tersebut. Perkiraan akan terlihat setelah pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan bantuan.

d.Melakukan eksperimen

Pada langkah ini, siswa mengumpulkan data-data atau informasi yang dibutuhkan dengan melakukan percoban, menganalisis data, dan membahas hasil percobaan yang telah dilakukan dengan bimbingan dari guru.

e.Menarik kesimpulan

Menarik kesimpulan dilakukan oleh guru dan siswa. Menarik kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan. Menarik kesimpulan yang akurat memerlukan bimbingan dari guru agar dalam pemilihan data-data dapat menemukan data-data relevan dan benar.

f. Mempresentasikan hasil

(41)

21 g.Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan mengulas kembali materi pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa dan guru bersama-sama melakukan pemeriksaan hasil percobaan siswa disesuaikan dengan data atau informasi yang relevan. Siswa dan guru dapat memberikan kritik dan saran terhadap hasil percobaan yang telah siswa lakukan.

4. Kelebihan dan Manfaat Metode Inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri memiliki beberapa keunggulan di antaranya (dalam Sanjaya, 2006: 206):

a.Inkuiri menekankan pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang sehingga pembelajaran lebih bermakna. b.Inkuiri memberikan kesempatan siswa untuk belajar sesuai gaya belajar

mereka.

c.Inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.

d.Inkuiri memfasilitasi kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Di samping memiliki banyak kelebihan, metode inkuiri juga bermanfaat bagi siswa. Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri banyak memberikan manfaat yaitu membantu siswa belajar tentang bagaimana cara-cara melakukan penelitian, meningkatkan daya ingat, membuat proses pembelajaran menjadi „students centered’sehingga dapat membantu pembentukan „konsep diri‟ seseorang, meningkatkan harapan, mengembangkan bakat, menghindari proses belajar menghafal, dan memberikan lebih banyak kesempatan waktu untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi yang diperoleh siswa (Kuhlthau, dkk, 2007: 6-7).

(42)

22 siswa dapat menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan cara belajar mereka. Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri melatih siswa berpikir kritis sampai pada tingkat pemikiran yang kompleks, melatih siswa menjadi seorang ilmuan atau peneliti, meningkatkan daya ingat, menjadikan pembelajaran „students centered’, mengembangkan bakat, menghindari proses menghafal, dan memberikan waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru yang didapat melalui pembelajaran.

2.1.1.4Proses Kognitif Mengevaluasi dan Mencipta

1. Proses Kognitif Benjamin S. Bloom

Kategori-kategori pada dimensi kognitif merupakan klasifikasi dari proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan-tujuan pendidikan. Kategori-kategori ini merentang dari proses kognitif yang paling banyak dijumpai dalam tujuan-tujuan di bidang pendidikan, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Proses-proses kognitif tersebut akan dijabarkan secara rinci sebagai berikut (Anderson & Krathwohl, 2010: 99-133).

(43)

23 b. Memahami mengajak siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang menumbuhkan kemampuan transfer. Fokusnya ialah lima proses kognitif dari memahami sampai mencipta. Siswa dikatakan memahami bila mereka dapat mengkonstruksikan makna dari pesan-pesan pembelajaran baik yang bersifat lisan, tulisan, atau grafis yang disampaikan melalui pengajaran, buku, komputer, dan sebagainya. Kategori yang termasuk dalam memahami adalah kata kerja menafsirkan, memberi contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Kata-kata kerja menafsirkan nama lainnya adalah mengklarifikasi, memparafrasakan, mempresentasi, atau menerjemahkan. Kata kerja mencontohkan kata lainnya adalah mengilustrasikan atau memberikan contoh. Kata kerja mengklasifikasikan kata lainnya adalah mengkategorikan atau mengkelompokkan. Kata kerja meringkas kata lainnya adalah mengabstraksi atau mengeneralisasi. Kata kerja menyimpulkan kata lainnya adalah menyarikan, mengekstrapolasi, menginterpolasi, dan memprediksi. Kata kerja membandingkan kata lainnya adalah mengontraskan, memetakan, mencocokkan. Kata kerja menjelaskan kata lainnya adalah membuat model.

c. Mengaplikasikan yaitu menggunakan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi yaitu menerapkan suatu prosedur terhadap masalah yang familier dan mengimplementasikan yaitu menerapkan suatu prosedur terhadap masalah yang tidak familier. Kata kerja mengeksekusi dapat diganti dengan kata melaksanakan. Kata kerja mengimplementasikan dapat diganti dengan kata menggunakan.

(44)

potongan-24 potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan di balik informasi tersebut (mengatribusikan). Kata kerja membedakan memiliki nama lain menyendirikan, memilah, memfokuskan, memilih. Kata kerja mengorganisasi memiliki kata lain menemukan koherensi, memadukan, membuat garis besar, mendeskripsikan peran, menstrukturkan. Kata kerja mengatribusikan memiliki kata lain mendekonstruksi.

e. Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan

kriteria dan standar. Kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik. Memeriksa memiliki kata lain mengkoordinasi, mendeteksi, memonitor dan menguji. Sedangkan mengkritik memiliki kata lain menilai.

f. Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah

keseluruhan yang koheren atau fungsional. Mencipta mengandung tiga proses kognitif, yaitu merumuskan atau membuat hipotesis, merencanakan atau mendesain dan memproduksi atau mengkonstruksi.

2. Proses Kognitif Mengevaluasi dan Mencipta a. Mengevaluasi

Proses kognitif mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi (Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik. Memeriksa memiliki kata kerja alternatif yaitu mengoordinasi, mendeteksi, memonitor, dan menguji. Sedangkan mengkritik memiliki kata lain menilai.

(45)

25 pada suatu masalah atau dalam pelaksanaan tugas, yakni solusi atau tugas yang menguji konsistensi implementasinya.

Mengkritik atau menilai melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria atau standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif suatu produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik merupakan inti dari apa yang disebut berpikir kritis.

b. Mencipta

Mencipta (dalam Anderson & Krathwohl, 2010: 128-133)

melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan dalam mencipta yaitu meminta siswa membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Mencipta dalam pengertian ini, mencakup tujuan-tujuan pendidikan untuk menciptakan produk-produk yang khas, juga merujuk pada tujuan-tujuan pendidikan untuk menciptakan produk-produk yang semua siswa dapat dan akan melakukannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa menyintesiskan informasi atau materi untuk membuat sebuah keseluruhan yang baru, seperti dalam menulis, melukis, memahat, membangun, dan sebagainya.

Dalam mencipta siswa harus mengumpulkan elemen-elemen dari banyak sumber dan menggabungkan mereka menjadi sebuah struktur atau pola baru yang bertalian dengan pengetahuan siswa sebelumnya.

Mencipta menghasilkan produk baru, yaitu sesuatu yang dapat diamati

(46)

26 disimpulkan proses mencipta terdiri dari merumuskan, merencanakan, dan produksi (Anderson & Krathwohl, 2010: 128-133). Proses kognitif

mencipta yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu merumuskan

hipotesis, merencanakan penelitian dan mendesain rangkaian listrik.

2.1.2 Pembelajaran Kurikulum 2013

Pembelajaran pada kurikulum 2013 merupakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid (Poerwadarminta, dalam Majid, 2014: 80).

Pembelajaran terpadu berawal dari pengembangan skema-skema pengetahuan yang ada dalam diri siswa. Hal tersebut merupakan salah satu pengembangan filsafat konstruktivisme. Pada akhir proses pembelajaran, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya (Bell, dalam Majid, 2014: 83).

Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Majid, 2014: 86).

Prinsip-prinsip pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari; (2) Pembelajaran tematik integratf perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling berkaitan; (3) Pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan untuk kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum; (4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal (Majid, 2014: 89).

(47)

27 dalam pembelajaran tematik adalah (1) pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman konseptual siswa terhadap realitas sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualitas, (2) pembelajaran tematik memungkinkan siswa mampu mengeksplorasi pengetahuan melalui serangkaian proses kegiatan pembelajaran, (3) pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan hubungan antar siswa (Prastowo, 2014: 65-66).

Pembelajaran tematik Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan saintifik pada umumnya melibatkan pengamatan yang membutuhkan perumusan hipotesis atau pengumpulan data. Pembelajaran dengan integrasi kegiatan ilmiah pada umumnya merupakan kegiatan inkuiri (Sani, 2014: 50-51). Dyer mengemukakan keterampilan inovatif yang merupakan ciri pembelajaran saintifik terdiri dari (1) observasi, (2) bertanya, (3) melakukan percobaan, (4) asosiasi (menghubungkan/menalar, dan (5) membangun jaringan (networking). Berdasarkan teori Dyer tersebut, dapat dikembangkan pendekatan saintifik yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: (1) mengamati, (2) menanya, (3) mencoba/mengumpulkan informasi, (4) menalar/asosiasi, (5) membentuk jejaring atau komunikasi (Sani, 2014: 53).

2.1.3 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Gambar

Gambar 2.1. Sumber: www.innovativelearning.com Zone of Proximal Development
Gambar 2.6. Rangkaian Listrik Tertutup dan Terbuka  Sumber: Zulfikar, 2009: 55
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Cohen, 2007: 283)
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ratri, Elisabeth Astin Vega. Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Cebongan

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis untuk siswa kelas V SD Negeri Cebongan tahun ajaran

Menurut Naylor dan Diem dalam (Soetjipto; 2001; 195-196) mengatakan bahwa proses inkuiri meliputi enam elemen. 1) Mengetahui dan mendefinisikan masalah: pada tahap ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana terhadap kemampuan mengevaluasi dan

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan

Sriwahyuni, Anastasia. Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Sengkan

Lestari, Dewi Ayu. Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Yogyakarta:

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis untuk siswa kelas V SD Negeri Cebongan tahun ajaran 2015/2016 dalam