• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman dan miskonsepsi konsep gaya yang terjadi pada siswa beberapa SMP di Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemahaman dan miskonsepsi konsep gaya yang terjadi pada siswa beberapa SMP di Yogyakarta."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Katarina Priyanti. 2014. Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gaya yang terjadi pada Siswa Beberapa SMP di Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kuantitatif dan diskriptif kualitatif yang bertujuan (1) mengetahui tingkat pemahaman siswa beberapa SMP di Yogyakarta terhadap konsep gaya. (2) mengetahui konsep apa saja yang paling dipahami dan yang kurang dipahami oleh siswa beberapa SMP di Yogyakarta dalam memahami konsep gaya. (3) Untuk mengetahui miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada siswa beberapa SMP di Yogyakarta dalam memahami konsep gaya.

Penelitian ini dilaksanakan di 3 SMP yang ada di Yogyakarta yaitu SMP Kanisus pakem 13 Mei 2013, SMP Aloysius Turi 23 Mei 2013, SMP Pangudi Luhur Yogyakarta 20 Mei 2013. Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang terdiri dari 105 siswa. Instrumen yang digunakan adalah satu set tes FCI. Penelitian ini diawali dengan peyusunan instrumen dan selanjutnya memberi tes kepada siswa.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa (1) siswa beberapa SMP di Yogyakarta memiliki pemahaman yang sangat kurang terhadap konsep hukum III Newton dan gravitasi, pemahaman yang kurang terhadap konsep kinematika, hukum I Newton, hukum II Newton, dan pemahaman yang cukup terhadap konsep prisip superposisi, siswa beberapa SMP di Yogyakarta memiliki pemahaman yang kurang terhadap keseluruhan konsep gaya. (2) konsep yang paling dipahami oleh siswa beberapa SMP di Yogyakarta yaitu pada konsep prinsip superposisi dan konsep yang sedikit dipahami oleh siswa yaitu pada konsep hukum III Newton. (3) miskonsepsi yang banyak terjadi pada siswa beberapa SMP di Yogyakarta adalah siswa tidak dapat membedakan posisi dengan kecepatan, tidak dapat membedakan kecepatan dengan percepatan, kehilangan/ menerima dorongan aslinya, dengan menghilangnya dorongan, massa yang besar memberikan gaya yang lebih besar, perantara/ peralatan yang aktif yang menghasilkan gaya lebih besar, hanya peralatan/ perantara yang aktif menyebabkan gaya, gaya yang mengatasi hambatan sehingga benda dapat bergerak, percepatan menyatakan bertambahnya gaya, pertambahan gravitasi sebanding dengan kecepatan jatuhnya benda, dan benda yang lebih berat jatuh lebih cepat.

(2)

ABSTRACT

Katarina Priyanti.2014. Understanding and Misconceptions of the Force Concept occur to students in some Junior High Schools in Yogyakarta. Thesis. Physics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is quantitative descriptive and qualitative descriptive which purpose to (1) determine the level of students in some Junior High Schools in Yogyakarta understanding of the force concept. (2) want to know what concepts is most comprehensible and less understood by students in some Junior High Schools in Yogyakarta in understanding the force concepts. (3) want to know what a lot of misconception occur to students in some Junior High Schools in Yogyakarta in understanding the force concepts.

This research was done at 3 Junior High Schools in Yogyakarta, namely SMP Kanisus pakem on May 13rd2013, SMP Aloysius Turi on May 23rd, 2013, and SMP Pangudi Luhur Yogyakarta on May 20th 2013. The subjects of this research were eighth grade students consisted of 105 students. The instrument used was a set of FCI tests. This research began with drafting instruments, and then gave the test to the students.

The results of this research showed that (1) Students in some Junior High Schools in Yogyakarta has less understanding of the concept of gravity and Newton's third law, lack understanding of the concepts of kinematics , Newton's first law, Newton's second law, and sufficient understanding of the concept of the superposition principle, students in some Junior High Schools Yogyakarta have poor understanding of the overall of force concept. (2) The concept of the most understood by students is the concept of the superposition principle and the concept of which is less understood by students is Newton’s third law. (3) misconceptions prevalent students in some Junior High Schools in Yogyakarta are undiscrimination position with velocity, undiscrimination velocity with acceleration, loss/ recovery of original impetus, impetus dissipation, greater mass implies greater force, most active agent produces greatest force, active force wears out, motion when force overcomes resistance, acceleration implies increasing force, gravity increases as objects fall, heavier objects fall faster.

.

(3)

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI KONSEP GAYA

YANG TERJADI PADA SISWA BEBERAPA SMP

DI YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh : Katarina Priyanti

NIM : 091424038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI KONSEP GAYA

YANG TERJADI PADA SISWA BEBERAPA SMP

DI YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh : Katarina Priyanti

NIM : 091424038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)

ii

SKRIPSI

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI KONSEP GAYA YANG TERJADI PADA SISWA BEBERAPA SMP

DI YOGYAKARTA

Oleh :

Katarina Priyanti

NIM : 091424038

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

(6)

iii

SKRIPSI

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI KONSEP GAYA YANG TERJADI PADA SISWA BEBERAPA SMP

DI YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Katarina Priyanti NIM : 091424038

Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji

Pada tanggal 7 Februari 2014

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Drs. Aufridus Atmadi, M. Si. ...

Sekretaris : Dwi Nugraheni Rositawati, S.Si., M.Si. ...

Anggota : Rohandi, Ph.D. ...

Anggota : Drs. Aufridus Atmadi, M, Si. ...

Anggota : Dwi Nugraheni Rositawati, S.Si., M.Si. ...

Yogyakarta, 7 Februari 2014

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan pancaran sinar kasih-Nya, Allah melukiskan pelangi

anugerah-Nya

di atas awan kelabu hidup kita”

Doa, Syukur atas segala yang ada, Usaha yang terbaik dan

Jalani Hidup dengan Hati yang Tenang dan Ikhlas

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Bapakku (Antonius Suparman) dan Ibuku (Maria Suminem) yang tercinta

Mbak Suci dan keluarga, Mbak Mimi dan keluarga

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Februari 2014

Penulis

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Katarina Priyanti

NIM : 091424038

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan karya ilmiah saya

yang berjudul :

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI KONSEP GAYA YANG TERJADI PADA SISWA BEBERAPA SMP DI YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 8 Februari 2014

Yang menyatakan

(10)

vii

ABSTRAK

Katarina Priyanti. 2014. Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gaya yang terjadi pada Siswa Beberapa SMP di Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kuantitatif dan diskriptif kualitatif yang bertujuan (1) mengetahui tingkat pemahaman siswa beberapa SMP di Yogyakarta terhadap konsep gaya. (2) mengetahui konsep apa saja yang paling dipahami dan yang kurang dipahami oleh siswa beberapa SMP di Yogyakarta dalam memahami konsep gaya. (3) Untuk mengetahui miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada siswa beberapa SMP di Yogyakarta dalam memahami konsep gaya.

Penelitian ini dilaksanakan di 3 SMP yang ada di Yogyakarta yaitu SMP Kanisus pakem 13 Mei 2013, SMP Aloysius Turi 23 Mei 2013, SMP Pangudi Luhur Yogyakarta 20 Mei 2013. Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang terdiri dari 105 siswa. Instrumen yang digunakan adalah satu set tes FCI. Penelitian ini diawali dengan peyusunan instrumen dan selanjutnya memberi tes kepada siswa.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa (1) siswa beberapa SMP di Yogyakarta memiliki pemahaman yang sangat kurang terhadap konsep hukum III Newton dan gravitasi, pemahaman yang kurang terhadap konsep kinematika, hukum I Newton, hukum II Newton, dan pemahaman yang cukup terhadap konsep prisip superposisi, siswa beberapa SMP di Yogyakarta memiliki pemahaman yang kurang terhadap keseluruhan konsep gaya. (2) konsep yang paling dipahami oleh siswa beberapa SMP di Yogyakarta yaitu pada konsep prinsip superposisi dan konsep yang sedikit dipahami oleh siswa yaitu pada konsep hukum III Newton. (3) miskonsepsi yang banyak terjadi pada siswa beberapa SMP di Yogyakarta adalah siswa tidak dapat membedakan posisi dengan kecepatan, tidak dapat membedakan kecepatan dengan percepatan, kehilangan/ menerima dorongan aslinya, dengan menghilangnya dorongan, massa yang besar memberikan gaya yang lebih besar, perantara/ peralatan yang aktif yang menghasilkan gaya lebih besar, hanya peralatan/ perantara yang aktif menyebabkan gaya, gaya yang mengatasi hambatan sehingga benda dapat bergerak, percepatan menyatakan bertambahnya gaya, pertambahan gravitasi sebanding dengan kecepatan jatuhnya benda, dan benda yang lebih berat jatuh lebih cepat.

(11)

viii

ABSTRACT

Katarina Priyanti.2014. Understanding and Misconceptions of the Force Concept occur to students in some Junior High Schools in Yogyakarta. Thesis. Physics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is quantitative descriptive and qualitative descriptive which purpose to (1) determine the level of students in some Junior High Schools in Yogyakarta understanding of the force concept. (2) want to know what concepts is most comprehensible and less understood by students in some Junior High Schools in Yogyakarta in understanding the force concepts. (3) want to know what a lot of misconception occur to students in some Junior High Schools in Yogyakarta in understanding the force concepts.

This research was done at 3 Junior High Schools in Yogyakarta, namely SMP Kanisus pakem on May 13rd2013, SMP Aloysius Turi on May 23rd, 2013, and SMP Pangudi Luhur Yogyakarta on May 20th 2013. The subjects of this research were eighth grade students consisted of 105 students. The instrument used was a set of FCI tests. This research began with drafting instruments, and then gave the test to the students.

The results of this research showed that (1) Students in some Junior High Schools in Yogyakarta has less understanding of the concept of gravity and Newton's third law, lack understanding of the concepts of kinematics , Newton's first law, Newton's second law, and sufficient understanding of the concept of the superposition principle, students in some Junior High Schools Yogyakarta have poor understanding of the overall of force concept. (2) The concept of the most understood by students is the concept of the superposition principle and the concept of which is less understood by students is Newton’s third law. (3) misconceptions prevalent students in some Junior High Schools in Yogyakarta are undiscrimination position with velocity, undiscrimination velocity with acceleration, loss/ recovery of original impetus, impetus dissipation, greater mass implies greater force, most active agent produces greatest force, active force wears out, motion when force overcomes resistance, acceleration implies increasing force, gravity increases as objects fall, heavier objects fall faster.

.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan atas berkat dan rahmat yang telah diberikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik penelitian dan penulisan

skripsi dengan judul Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gaya yang terjadi pada

siswa Beberapa SMP di Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan di beberapa SMP yang ada di Yogyakarta, sehingga

kesimpulan pada penelitian ini tidak untuk melihat pemahaman dan miskonsepsi

konsep gaya yang tejadi pada siswa seluruh SMP yang ada di Yogyakarta.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Sanata Dharma serta dosen pembimbing, yang telah

meluangkan waktu, tenaga, untuk membantu serta membimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Aufridus Atmadi M, Si. selaku Ketua Program studi Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dharma.

3. Dwi Nugraheni Rositawati S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing

(13)

x

4. Andrias Indra Purnama, S.T., S.Pd. selaku kepala sekolah SMP Kanisius

Pakem yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian.

5. Br. Kosmas Mulyadi, S. Pd., CSA. selaku kepala sekolah SMP Aloysius turi

yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian.

6. Br.Valentinus Naryo FIC, M. Pd. selaku kepala sekolah SMP Pangudi

Luhur Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Ibu siska selaku guru fisika SMP Kanisius Pakem atas segala bantuan dan

dukungan dalam penelitian.

8. Bapak Bagiyo selaku guru fisika SMP Aloysius Turi atas segala bantuan

dan dukungan dalam penelitian.

9. Bapak Yuli selaku guru fisika SMP Pangudi Luhur Yogyakarta atas segala

bantuan dan dukungan dalam penelitian.

10.Kelompok skripsi FCI (Evi Mardiana dan Martina Tania) atas kebersamaan

dan kerjasamanya dalam skripsi ini.

11.Siswa kelas VIIIA dan VIIIB SMP Kanisius Pakem atas partisipasinya

sebagai subjek penelitian sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

12.Siswa kelas VIIIB SMP Aloysius Turi atas partisipasinya sebagai subjek

penelitian sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

13.Siswa kelas VIIID SMP Pangudi Luhur Yogyakarta atas partisipasinya

(14)

xi

14.Seluruh dosen Pendidikan Fisika atas didikan dan pengetahuan yang penulis

peroleh selama ini.

15.Seluruh staff karyawan Sekretariat JPMIPA yang telah banyak membantu

penulis selama menyelesaikan kuliah.

16.Kedua orang tuaku, atas kasih sayang, doa dan bimbingannya yang tulus

serta tidak pernah bosan dalam mendidik.

17.A. Noven Yovinda yang selalu setia menemani, sebagai tempat keluh kesah,

selalu membantu, mendukung dan memberikan semangat.

18.Seluruh anggota velocity (Pendidikan Fisika 2009) atas kebersamaannya

selama kuliah, velocity luar biasa.

19.Teman-teman banana kos (rosa, yustin, etik, nia, grasia) atas kebersamaan,

suka duka bersama, kegilaan serta dukungan yang selalu diberikan selama

ini.

20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas

segala bantuan, dukungan, dan juga bimbingan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi

penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 3

D. Manfaat ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Konsep ... 5

B. Pemahaman konsep... 6

C. Miskonsepsi ... 7

(16)

xiii

E. Force Concept Inventory ... 19

F. Gaya ... 24

1. Kinematika ... 24

2. Hukum Newton ... 28

a. Hukum I Newton ... 28

b. Hukum II Newton ... 29

c. Hukum III Newton ... 30

d. Kaitan Hukum Newton, Momentum dan Impuls ... 31

3. Prinsip Superposisi ... 33

4. Macam-macam Gaya ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Subyek Penelitian ... 36

1. Populasi ... 36

2. Sampel ... 37

C. Variabel ... 37

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

E. Metode Penelitian ... 38

1. Instrumen... 38

a. Penyusunan Instrumen ... 38

b. Validitas Instrumen ... 39

2. Pengumpulan data ... 39

(17)

xiv

1. Pemahaman ... 40

2. Miskonsepsi ... 44

BAB IV DATA DAN ANALISA ... 47

A. Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Data ... 48

C. Diskripsi dan Analisa Data ... 48

1. Pemahaman ... 49

2. Miskonsepsi ... 52

a. Kinematika ... 53

b. Hukum I Newton ... 58

c. Hukum II Newton ... 62

d. Hukum III Newton ... 64

e. Prinsip Superposisi ... 69

f. Macam-macam Gaya ... 71

D. Implikasi ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan... 80

B. Saran ... 81

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A1. Soal FCI ... 85

Lampiran A2. Lembar Jawaban... 96

Lampiran B1. Contoh hasil pengisian lembar jawaban ... 98

Lampiran B2. Keadaan jawaban siswa ... 108

Lampiran B3. Rekap skor pemahaman pada konsep Kinematika, Hukum I Newton, Hukum II Newton ... 112

Lampiran B4. Rekap skor pemahaman pada konsep Hukum III Newton, Prinsip Superposisi, dan Macam-macam Gaya ... 115

Lampiran C1. Surat Permohonan ijin Penelitian ... 118

Lampiran C2. Surat Keterangan Telah melaksanakan Penelitian ... 121

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh salah konsepsi ... 8

Tabel 2.2 Konsep-konsep gaya dalam FCI ... 22

Tabel 2.3 Miskonsepsi dalam FCI ... 23

Tabel 3.1 Tabel untuk rekap pemahaman siswa terhadap setiap konsep .... 41

Tabel 3.2 Tabel untuk pemahaman konsep gaya ... 43

Tabel 3.3 Klasifikasi pemahaman siswa menggunakan rata-rata skor... 44

Tabel 3.4 Tabel untuk keadaan siswa menjawab ... 44

Tabel 3.5 Tabel untuk jumlah siswa menjawab terhadap setiap konsep dan jenis miskonsepsinya ... ...45

Tabel 4.1 Pemahaman siswa pada konsep gaya... 49

Tabel 4.2a Jumlah siswa menjawab terhadap konsep kinematika dan jenis miskonsepsinya ... 53

Tabel 4.2b Jumlah siswa menjawab terhadap konsep Hukum I Newton dan jenis miskonsepsinya ... 58

Tabel 4.2c Jumlah siswa menjawab terhadap konsep Hukum II Newton dan jenis miskonsepsinya ... 62

Tabel 4.2d Jumlah siswa menjawab terhadap konsep Hukum III Newton dan jenis miskonsepsinya ... 64

Tabel 4.2e Jumlah siswa menjawab terhadap konsep Prinsip Superposisi dan jenis miskonsepsinya ... 69

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika adalah mata pelajaran yang sudah mulai diajarkan pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam fisika ada banyak pokok bahasan,

salah satunya adalah gaya. Klasifikasi umum gaya terdiri dari kinematika,

hukum Newton, dan macam-macam gaya (David Hestens, dkk, 1992). Konsep

tersebut merupakan konsep yang dasar dari mekanika, dan sering digunakan

dalam kehidupan sehari-hari sehingga harus dipahami secara matang. Pokok

bahasan gaya sendiri juga sudah diajarkan pada jenjang SMP. Menurut Moh.

Amien (Kartika Budi, 1987:233), dipandang dari segi isi dalam kegiatan

belajar mengajar fisika (IPA, Sains) yang harus dipahami adalah

konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori. Dalam memahami konsep-konsep-konsep, dan

selanjutnya prinsip yang menyatakan hubungan diantara konsep-konsep

tersebut menjadi langkah paling awal dan sangat penting dalam belajar fisika

(Kartika Budi, 1987). Dengan tidak memahami konsep maka pemahaman

konsep dapat dikatakan mengalami salah konsep atau sering disebut

mengalami miskonsepsi. Sesuai dengan kegiatan belajar fisika, maka dalam

mempelajari pokok bahasan gaya juga harus dimulai dengan memahami

konsep gaya, sehingga peneliti ingin melihat bagaimanakah pemahaman siswa

(21)

Ada instrumen yang digunakan untuk menguji pemahaman konsep gaya yaitu

Force Concept Inventory atau lebih dikenal dengan FCI. Instrumen ini bersifat

pilihan ganda dan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan berkisar dalam

kehidupan sehari-hari. Didalam instrumen FCI untuk setiap pilihan jawaban

yang salah sudah diketahui jenis miskonsepsi yang biasa terjadi dalam

memahami konsep gaya. Dalam penelitian yang memiliki tujuan serupa

banyak peneliti yang menggunakan instrumen tersebut.

Berpedoman dengan instrumen FCI maka peneliti menggunakan

instrumen tersebut untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan

mengetahui miskonsepsi yang banyak terjadi pada siswa beberapa SMP di

Yogyakarta dalam memahami konsep gaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah

yang diteliti adalah:

1. Bagaimanakah pemahaman siswa beberapa SMP di Yogyakarta terhadap

konsep gaya?

2. Miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada siswa beberapa SMP di

(22)

C. Tujuan

Sesuai dengan perumusan masalahnya, maka penelitian disini bertujuan:

1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa beberapa SMP di

Yogyakarta terhadap konsep gaya.

2. Untuk mengetahui konsep apa saja yang paling dipahami dan kurang

dipahami oleh siswa beberapa SMP di Yogyakarta dalam memahami

konsep gaya.

3. Untuk mengetahui miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada siswa

beberapa SMP di Yogyakarta dalam memahami konsep gaya.

D. Manfaat

1. Bagi Guru dan Calon Guru

Memberikan informasi mengenai pemahaman siswa beberapa SMP di

Yogyakarta terhadap konsep gaya. Dari informasi pemahaman tersebut

guru dan calon guru mengetahui konsep gaya yang paling dipahami dan

konsep gaya yang kurang dipahami. Sehingga guru maupun calon guru

diharapakan dapat berusaha menyampaikan dengan baik konsep-konsep

gaya terutama yang masih sedikit dipahami oleh siswa.

Memberikan informasi mengenai miskonsepsi yang ada pada konsep

gaya. Miskonsepsi yang banyak terjadi pada siswa dapat dijadikan

(23)

metode yang tepat digunakan dalam mengajar, agar kesalahan dapat

dihindari atau setidak-tidaknya mengurangi atau memperkecil.

2. Bagi peneliti

Memberikan gambaran tingkat pemahaman dan miskonsepsi terhadap

(24)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep

Menurut Ausebel (Berg, 1991:8) konsep adalah benda- benda,

kejadian-kejadian, situasi- situasi atau ciri–ciri yang memiliki ciri khas yang terwakili

dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol.Jadi konsep merupakan

abstraksi dari ciri–ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia

dan yang memungkinkan manusia berfikir. Tafsiran seseorang akan suatu

konsep berbeda-beda. Tafsiran konsep oleh seseorang disebut konsepsi (Berg,

1991:8).

Dalam hal pemahaman konsep, Berg (1991) mengatakan bahwa setiap

obyek lingkungan hidup bisa berwujud dalam banyak bentuk, ukuran, dan

ciri-ciri lain. Dalam buku itu juga disebutkan contoh meja. Meja mempunyai

bentuk persegi panjang, segtiga, dan bundar dengan warna, bahan, dan ukuran

serta jumlah kaki yang macam-macam. Kesemuannya itu dapat disebut meja.

Kata meja adalah suatu abstraksi yang menunjukkan kesamaan semua meja.

Meja adalah simbol yang dipakai manusia untuk berkomunikasi mengenai

suatu jenis benda dengan ciri-ciri tertentu.

Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkkan berhubungan dengan

konsep-konsep yang lain. Misalnya konsep impuls berhubungan dengan

(25)

apabila berhubungan dengan konsep-konsep lain. Semua konsep bersama

membentuk semacam jaringan pengetahuan didalam kepala manusia. Semakin

lengkap, terpadu, tepat, dan kuat hubungan antar konsep-konsep dalam kepala

seseorang, semakin luaslah pemahaman terhadap konsepnya (Berg, 1991).

B. Pemahaman konsep

Moh.Amien (budi, 1987:233), di pandang dari segi isi ternyata dalam

kegiatan belajar mengajar fisika (IPA, Sains) yang harus dipahami adalah

konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori. Guru fisika akan dapat

menanamkan konsep fisika dengan benar bila mereka sendiri memiliki

konsep–konsep yang benar. Oleh karena itu, pemahaman konsep secara benar

adalah sangat penting bagi guru.

Berg (1991:11) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan memahami

konsep bila ia: (1) dapat mendefinisikan konsep yang bersangkutan dengan

kata kata sendiri, (2) dapat menjelaskan perbedaan antara konsep yang

bersangkutan dengan konsep–konsep lain, (3) dapat menjelaskan hubungan

antara konsep yang satu dengan konsep yang lain, dan (4) dapat menjelaskan

arti konsep dalam kehidupan sehari–hari, maka seseorang dikatakan

memahami konsep dengan baik bila tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai.

Siswa akan dapat menyatakan definisi dengan kata-kata sendiri, dapat

membedakan konsep yang satu dengan yang konsep yang lain, dapat

menjelaskan hubungan antar konsep dan dapat menjelaskan artinya dalam

(26)

Dahar (1989) merinci kriteria tingkat pemahaman konsep sebagai

berikut: 1) tingkat kongkret, 2) tingkat identitas, 3) tingkat klasifikatori, 4)

tingkat formal. Tingkat Kongkret dicapai apabila telah mengenal suatu benda

yang dihadapi sebelumnya. Tingkat identitas dicapai apabila mengenal suatu

obyek sesudah suatu selang waktu, bila orang itu mempunyai orientasi ruang

yang berbeda terhadap obyek itu, atau obyek itu ditentukan. Sebagai contoh

mengenal suatu bola dengan cara menyentuh bola itu, bukan melihatnya.

Tingkat Klasifikatori telah dicapai apabila mengenal persamaan dari dua

contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Tingkat formal telah dicapai

apabila dapat menentukan atribut–atribut yang membatasi konsep.

C. Miskonsepsi

Miskonsepsi atau salah konsep adalah suatu konsep yang tidak sesuai

dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang di terima para pakar dalam

bidang itu (Suparno P, 2005). Langkah awal dari mempelajari konsep adalah

usaha untuk menangkap makna konsep melalui proses presepsi yang melalui

tahap–tahap perekaman informasi melalui indera, seleksi informasi yang

dipengaruhi oleh kondisi sesaat, motivasi, dan pemusatan perhatian,

pengiriman informasi ke otak, pengolahan informasi melalui dan penyimpanan

gambaran tersebut dalam memori (Kartika Budi, 1992:114). Kualitas

gambaran yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kualitas proses pembentukan

dan kemampuan pembentukannya, maka tidak mengherankan bila terhadap

(27)

orang yang lain. Salah konsepsi terhadap konsep–konsep fisika terjadi bila

konsepsi seseorang berbeda dengan konsepsi para fisikawan yang secara

teoritis obyektif dianggap benar dan baku, dan secara obyektif keilmuan

konsepsi tersebut memang salah (Kartika Budi, 1992:114). Pada tabel berikut

ini adalah beberapa salah konsepsi yang pernah terjadi.

Tabel 2.1 Contoh salah konsepsi

Konsep Konsep Benar Salah Konsep

Dinamika Gerak

Agar benda bergerak dengan kecepatan tetap, gaya resultan sama dengan nol.

Agar benda bergerak dengan kecepatan tetap harus ada gaya resultan dengan besar yang tetap (>0) dan arah sejajar dengan gerak. Contoh: sepeda harus diayunkan (gaya dorong) untuk mempertahankan gerak. (Euwe Van den Berg (ed), 1991: 39).

Gaya

Gaya gravitasi dan gaya normal tidak nol pada saat benda diam atau bergerak.

Benda hanya bisa diam kalau sama sekali tidak ada gaya bekerja padanya, maka gaya gravitasi dan gaya normal dianggap nol (Euwe Van den Berg (ed), 1991: 34).

Dalam fisika ada konsep–konsep yang memiliki berbagai pengertian

yang ditunjukkan dengan adanya beberapa definisi sesuai dengan

penekanannya dan peruntukannya. Hal itu berarti bila terjadi perbedaan

konsepsi belum berarti salah konsepsi. Kemungkinan yang terjadi adalah

konsepsi seseorang tentang konsep tertentu lebih lengkap, lebih sempurna, dan

lebih fungsional dari konsepsi orang lain.

Empat sumber yang mungkin menyebabkan terjadinya miskonsepsi

(28)

(Kartika Budi, 1992). Berikut penjelasan dari keempat poin tersebut yang

dirangkum dari jurnal yang ditulis oleh Kartika Budi (1992) yang berjudul

Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa salah Konsepsi yang terjadi, buku

Paul Suparno (2005) yang berjudul Miskonsepsi & Perubahan Konsep

Pendidikan Fsika serta beberapa dari sumber lain.

a. Guru

Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang

dibawa oleh guru. Guru yang tidak menguasai bahan atau mengerti bahan

fisika yang tidak benar akan menyebabkan siswa mendapatkan

miskonsepsi (Suparno, 2005). Apabila guru mengajarkan konsep fisika

secara keliru/ secara salah, maka siswa akan memegangnya kuat-kuat dan

menganggap konsep itu benar sampai ada pembetulan.

Bila miskonsepsi terjadi pada siswa maka miskonsepsi yang sama

terjadi pada guru atau pengajar pada umumnya (Kartika Budi, 1992).

Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki guru dapat

berupa pengetahuan yang diperoleh saat mereka belajar di sekolah atau

perguruan tinggi. Miskonsepsi diperoleh pada proses belajar mengajar

yang tidak pernah diremidiasi karena tidak disadari sebagai sebuah

miskonsepsi atau sebuah kesalahan pengertian konsep. Bila terjadi

miskonsepsi pada guru, sulit diharapkan tidak terjadi miskonsepsi pada

siswa. Sebaliknya bila tidak terjadi miskonsepsi pada guru, tidak berarti

(29)

b. Proses Belajar Mengajar

Konsepsi dapat terbentuk dalam proses belajar mengajar. Apabila

terjadi kesalahan, dapat disebabkan oleh proses belajar mengajarnya

sendiri. Proses belajar mengajarnya sendiri kurang memberi peluang

terbentuknya konsepsi secara benar, karena pemahaman konsep

dilakukan secara cepat, pemahaman hakikat suatu konsep kurang

mendapatkan tekanan, latihan dan soal-soal ulangan atau soal ujian

kurang memaksa siswa.

c. Siswa

Siswa merupakan obyek yang sering dikaitkan apabila terjadi

miskonsepsi. Dalam bidang fisika, miskonsepsi memang paling banyak

berasal dari diri siswa sendiri. Berikut beberapa penyebab miskonsepsi

dari siswa yang dirangkum dari buku Paul Suparno (2005) yang berjudul

Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika, antara lain:

1. Prakonsepsi atau Konsep Awal

Sebelum siswa mengikuti pelajaran di kelas, ternyata siswa

sudah memilki konsep sendiri akan suatu bahan yang tertanam

dalam otaknya. Konsep tersebut disebut konsep awal atau

prakonsepsi. Konsepsi awal yang dimiliki siswa secara substansial

mengakui berbeda dengan gagasan yang diajarkan dan konsepsi ini

akan mempengaruhi belajar dan bisa menghambat perubahan untuk

(30)

mengandung miskonsepsi. Salah konsep awal ini jelas akan

menyebabkan miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran fisika,

sampai kesalahan tersebut diperbaiki. Prakonsepsi ini biasanya

diperoleh dari orangtua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di

lingkungan siswa.

2. Reasoning yang Tidak Lengkap atau Salah

Semua orang punya nalar masing-masing untuk setiap

konsep. Tingkat penalarannya pun berbeda. Oleh karena itu

miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran.

Tingkat penalaran siswa berbeda-beda, tetapi yang disayangkan

adalah sering penalaran siswa tidak lengkap atau salah. Hal tersebut

disebabkan oleh informasi atau data yang diperoleh tidak lengkap.

Akibatnya, siswa menarik kesimpulan akan suatu konsep secara

salah sehingga menyebabkan miskonsepsi. Penyebab lain penalaran

yang salah adalah logika yang salah dalam pengambilan

kesimpulan atau dalam menggeneralisasi sehingga menyebabkan

miskonsepsi. Selain itu, pengamatan yang tidak lengkap dan teliti

juga dapat menyebabkan pengambilan kesimpulan yang salah dan

miskonsepsi.

3. Intuisi yang Salah

Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang

(31)

sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Apabila

intuisi salah dan perasaan siswa juga dapat menyebabkan

miskonsepsi. Paul Suparno memberikan contoh, siswa memiliki

intuisi bahwa jika dua benda mempunyai percepatan yang sama,

maka kecepatan dan jaraknya juga sama. Jika kecepatanya nol,

percepatan juga nol, sehingga keduanya akan berhenti seketika.

Pengamatan akan benda atau kejadian yang terus-menerus

dapat menyebabkan pemikiran atau pengertian intuitif secara

spontan, apabila menghadapi persoalan fisika tertentu maka yang

muncul dalam benak siswa adalah pengertian yang spontan itu.

Misalnya, siswa sering melihat benda padat selalu tenggelam, maka

siswa juga akan berpendapat bahwa gabus juga akan tenggelam

bila berada di air.

4. Kemampuan

Kemampuan siswa juga mempunyai pengaruh pada

miskonsepsi. Secara umum, siswa yang memiliki tingkat

kepintaran matematis-logisnya kurang tinggi, akan mengalami

kesulitan dalam menangkap konsep fisika, terlebih konsep yang

abstrak. Hal ini akan menyebabkan siswa tidak menangkap konsep

yang benar dan merasa bahwa itulah konsep yang benar, maka

(32)

5. Minat Belajar

Siswa yang berminat pada fisika cenderung mempunyai

miskonsepsi lebih rendah daripada siswa yang tidak berminat pada

fisika. Kurang berminat untuk belajar fisika dan kurang

memperhatikan penjelasan guru mengenai pengertian fisika yang

baru. Mereka bahkan tidak mau mendengarkan penjelasan guru dan

mempelajari sendiri bahan-bahan fisika dari buku dengan

sungguh-sungguh. Akibatnya adalah terjadinya miskonsepsi, apabila itu

sudah terjadi, sering kali membiarkan saja hal itu terjadi pada

dirinya tanpa mau mencari kebenarannya.

d. Buku Pegangan

Buku sumber (buku ajar) dapat merupakan sumber miskonsepsi

yang potensial (Kartika Budi, 1992). Penyebabnya dapat berupa

miskonsepsi yang dimiliki penulis, terjadi salah tulis yaitu adalah

perbedaan ide penulis dengan apa yang tertulis, atau uraian yang tidak

jelas yang dapat menimbulkan penafsiran dan penyimpulan yang salah,

sehingga miskonsepsi tidak dapat terhindarkan.

Kartika Budi (1992) memberikan contoh yaitu, penulis kutipkan

salah satu pernyataan dari buku ajar, yaitu buku Energi, Gelombang dan

Medan: Jilid I, halaman 51 mengenai gaya aksi reaksi pada suatu sistem

yang terdiri dari buku yang terletak diam di atas meja: “Jika W

ditafsirkan sebagai gaya yang bekerja pada meja yang ditimbulkan oleh

(33)

ditimbulkan oleh meja (reaksi) (Sumadji dkk, 1980:51)”. Dari pernyataan

itu, dapat dihasilkan pengertian yang salah, yaitu bahwa W dan N

merupakan pasangan gaya aksi dan reaksi. W adalah gaya berat benda

dan N adalah gaya normal, berarti keduanya bekerja pada benda. Jadi N

dan W jelas bukan pasangan gaya aksi reaksi. Kunci penyebab kesalahan

adalah “jika W ditafsirkan gaya yang bekerja pada meja”. W adalah gaya

tarik bumi pada buku (benda), tidak dapat ditafsirkan sebagai gaya yang

bekerja pada meja. Seharusnya dikatakan “akibat W (berat buku), buku melakukan gaya pada meja”. Gaya tersebut dibuktikan bahwa besarnya

W sama dengan besar Fb-m, tetapi W dan Fb-m adalah dua gaya. Jadi yang

merupakan pasangan interaksi adalah N (Fm-b) dengan Fb-m, bukan N

dengan W.

D. Cara Mendekteksi Salah Konsepsi

Ada beberapa cara yang digunakan peneliti untuk mendeteksi

miskonsepsi siswa antara lain, menurut Kartika Budi salah konsepsi dapat

dideteksi melalui langkah- langkah sebagai berikut: (1) Pendeteksi (guru)

memahami hakikat atau makna suatu konsep dengan baik dan dinyatakan

dengan jelas, (2) berdasarkan pemahaman yang benar tersebut

kemungkinan-kemungkinan salah konsepsi yang dapat terjadi, (3) berdasarkan kemungkinan-kemungkinan

salah konsepsi yang dapat terjadi, disusun soal (dapat berbentuk uraian bebas,

(34)

dapat di deteksi, dan (4) setelah tes dilakukan (dapat secara lisan atau tertulis),

untuk mengetahui secara tepat kesalahan yang terjadi.

Ada beberapa cara yang digunakan peneliti untuk mendeteksi

miskonsepsi siswa antara lain: peta konsep, tes pilihan ganda disertai alasan,

tes esai tertulis, wawancara diagnosa, diskusi dikelas, dan praktikum dengan

tanya jawab (Suparno P, 2005).

1. Peta Konsep

Peta konsep digunakan peneliti untuk mendektesi miskonsepsi

siswa dalam bidang fisika. Peta konsep mengungkapkan hubungan

berarti antara konsep-konsep dan menenkankan gagasan–gagasan pokok,

yang disusun hirarki, dengan jelas dapat mengungkapkan miskonsepsi

siswa yang digambarkan dalam peta konsep tersebut. Miskonsepsi dapat

diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antara konsep-konsep itu

benar atau tidak. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi

yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep.

2. Pilihan Ganda Disertai Alasan

Dalam pilihan ganda disertai alasanya siswa harus menjawab dan

menulis alasannya menjawab seperti itu. Dalam bagian alasan, siswa

harus menulis mengapa bisa memilih jawaban itu. Berdasarkan hasil

jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda ini, dapat dilakukan

wawancara terhadap siswa. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk

meneliti bagaimana cara berfikir siswa dan mengapa mereka bisa berfikir

(35)

3. Tes Esai Tertulis

Tes esai yang memuat beberapa konsep fisika yang hendak

diajarkan atau yang sudah diajarkan seharusnya dapat dipersiapkan oleh

guru. Dari tes tersebut dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa oleh

siswa dan dalam bidang apa. Setelah ditemukan miskonsepsinya,

beberapa siswa dapat diwawancarai untuk mendalami, mengapa mereka

mempunyai gagasan seperti itu. Dari wawancara itu akan terlihat dari

mana miskonsepsi itu dibawa.

4. Wawancara Diagnosa

Wawancara berdasarkan konsep fisika dapat dilakukan untuk

melihat miskonsepsi yang dialami siswa. Guru memperkirakan beberapa

konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti oleh siswa atau

beberapa konsep fisika yang pokok dari bahan yang diajarkan. Kemudian

siswa diajak untuk mengekspesikannya gagasan mereka mengenai

konsep-konsep diatas. Dari sini dapat dimengerti miskonsepsi yang ada

dan sekaligus ditanyakan dari mana memperoleh konsep alternatif

tersebut.

Wawancara dapat berbentuk bebas dan tersetruktur. Dalam

wawancara bebas, guru atau peneliti bebas bertanya kepada siswa dan

siswa dapat dengan bebas menjawab. Dalam wawancara ini pertanyaan

ataupun urutan tidak perlu dipersiapkan. Sedangkan dalam wawancara

terstruktur, pertanyaan sudah disiapkan dan urutannya secara garis besar

(36)

wawancara terstruktur adalah peneliti dapat secara sistematis bertanya

pada siswa. Bagi peneliti yang belum biasa melakukan wawancara

sebaikknya mempersiapkan pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu. Hal

itu dilakukan untuk menghindari kemacetan-kemacetan dalam

wawancara. Sebaiknya dalam wawancara digunakan perekam agar tidak

kehilangan data yang diperlukan.

5. Diskusi Dalam Kelas

Dalam diskusi di kelas siswa diminta mengungkapkan gagasan

mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau hendak diajarkan. Dari

diskusi dikelas itu dapat di deteksi juga apakah gagasan mereka itu tepat

atau tidak. Dari diskusi itu, guru atau seorang peneliti dapat mengerti

konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih dapat

mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih

cocok digunakan pada kelas yang besar, dan juga sebagai penjajakan

awal. Yang perlu diperhatikan oleh guru adalah membantu agar setiap

siswa berani mengungkapkan pikiran mereka tentang persoalan yang

dibahas.

6. Praktikum dengan Tanya Jawab

Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan

siswa yang melakukan praktikum jua dapat digunakan utuk mendeteksi

apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum

(37)

siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum

tersebut. Praktikum ini dapat diurutkan sebagai berikut:

a) Guru menggungkapkan persoalan yang ingin dilakukan dalam

praktikum. Misalnya, kita ingin mengerti apa yang mempengaruhi

pemuaian volum suatu benda.

b) Siswa diminta untuk membuat hipotesis atau dugaan lebih dulu dan

alasanya.

c) Siswa melakukan praktikum. Selama itu guru dapat mengajukan

pertanyaan sehingga semakin mengerti konsep siswa tentang

pemuaian volum.

d) Siswa meenyimpulkan hasilnya. Guru dapat menanyakan apakah

hasilnya sesuai dengan hipotesis yang dipikirkan sebelumnya. Bila

tidak sesuai, guru mempertanyakan mengapa hal itu terjadi?

e) Dari seluruh proses diatas, guru dapat mengerti apakah siswa

mempunyai miskonsepsi atau tidak, dan bagaimana miskonsepsi itu

dapat diperbaiki.

7. Rangkuman

Ada berbagai cara untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Beberapa

cara yang biasa digunakan peneliti antara lain, wawancara, peta konsep,

tes esai, tes pilihan ganda dengan alasan, diskusi dikelas, dan praktikum

dengan tanya jawab. Beberapa peneliti menggunakan beberapa cara itu

bersama-sama untuk melengkapi, seperti tes esai dengan wawancara.

(38)

mengungkapkan gagasan mereka sehingga dapat dimengerti miskonsepsi

yang di punyai.

Salah konsepsi dapat dideteksi oleh siapa saja dan kapan saja.

Mahasiswa sebagai calon guru pun dapat melakukannya dan dapat

digunakan sebagai bekal yang akan datang untuk mengajar. Bagi guru

sendiri tentu saja akan lebih baik karena kualitas guru di mana guru

mengajar akan lebih baik.

E. Force Concept Inventory

Force Concept Inventory (FCI) adalah sebuah instrumen alat ukur yang

digunakan untuk menguji pemahaman konsep gaya bagi siswa maupun

mahasiswa. Bentuk dari instrumen tersebut adalah pilihan ganda, dan pada

pilihan jawaban yang salah sudah diidentifikasi jenis miskonsepsi yang biasa

terjadi dalam memahami konsep gaya. Pertanyaan-pertanyaannya berkisar

kejadian sehari-hari yang dialami siswa yang mencakup klasifikasi umu dari

gaya yaitu kinematika, hukum newton, prinsip super posisi dan macam-macam

gaya. FCI dapat digunakan dalam tiga kategori utama untuk dua tujuan yaitu

instruksional dan penelitian (David Hestenes, dkk, 1992).

1. Sebagai sebuah alat untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep gaya

dan juga digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi

miskonsepsi yang terjadi. Hal itu secara khusus dapat bermanfaat bagi

(39)

kesadarannya kepada guru tentang miskonsepsi di kalangan para

siswanya sendiri.

Untuk mengidentifikasi miskonsepsi cara yang tepat digunakan

adalah dengan wawancara. Untuk melakukan wawancara diperlukan

waktu yang sangat lama, miskonsepsi itu bersifat universal untuk itu

maka dapat digunakan dengan cara menuliskan alasannya atas jawaban

yang dipilih. Teknik wawancara untuk para siswa secara individual

haruslah ditransformasikan ke dalam sebuah teknik diskusi kelas untuk

menyelidiki miskonsepsi-miskonsepsi dan merangsang interaksi di

kalangan siswa untuk menyebabkan perubahan konseptual.

2. Untuk evaluasi pengajaran

FCI merupakan sebuah instrumen yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi pemahaman siswa mengenai konsep gaya, dan

mengidentifikasi miskonsepsi terhadap konsep gaya. Pertanyaan FCI

didesain secara khusus untuk menguji sekitar pemahaman konsep gaya

dan digunakan untuk menganalisis miskonsepsi, soal yang terdapat

dalam FCI bersifat pilihan ganda tidak ada rumus atau hitungan yang

terkandung di dalam soal sehingga dalam mengerjakan soal FCI tidak

memaksa siswa untuk berhitung dan menggunakan rumus tetapi

memaksa siswa untuk berfikir menggunakan pemahaman konsep.

Pertanyaan dalam tes pemahaman konsep bersifat kualitatif,

dimaksudkan untuk memperkenalkan konsep dan mengurangi

(40)

rumus matematika yang rumit diharapkan dapat menghilangkan kesan

bahwa fisika sangat sulit. Tes pemahaman konsep diharapkan dapat

memotivasi siswa tidak hanya menghafal rumus fisika tetapi juga belajar

memahami konsep dengan benar.

3. Sebagai sebuah ujian penempatan

FCI dapat digunakan untuk menguji kemampuan para siswa

sehingga dapat melihat kemampuan pemahamnya tentang konsep gaya

dan miskonsepsi yang terjadi, dan selanjutnya di gunakan untuk

membantu menentukan dan pertimbangan menempatkan ke jenjang yang

lebih tiinggi/ selanjutnya.

Dalam FCI klasifikasi letak konsep gaya tertera pada tabel 2.2

Konsep-konsep gaya dalam FCI halaman 22. Semua konsep yang

terkandung didalamnya merupakan konsep gaya yang esensial/penting

dan yang dibagi dalam enam dimensi konseptual. Keenamnya

dibutuhkan untuk konsep yang utuh. Selain disajikan dalam bentuk

konsep-konsep yang esensial dan jawaban dari soal-soalnya, juga

disajikan miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa saat menjawab

soal-soal tentang konsep gaya. Hal tersebut disajikan dalam tabel 2.3

(41)
[image:41.595.103.514.134.643.2]

Tabel 2.2 Konsep-konsep gaya dalam FCI

Konsep Subkonsep No soal

Kinematika

(Kinematics)

Kecepatan yang dibeda-bedakan dari posisinya 12d Percepatan yang dibeda-bedakan dari kecepatannya 13d Percepatan konstan pada:

Lintasan parabola 15d Kelajuan yang berubah 16b Penjumlahan vektor kecepatan 4d

Hukum I Newton

(First Law)

Tanpa adanya gaya 2b Arah kecepatan yang tetap 17d Kelajuan konstan 18a Dengan menghilangkan gaya yang bekerja 20b

Hukum II Newton

(Second Law)

Impuls gaya 3b

Gaya yang konstan secara tidak langsung

menyatakan percepatannya konstan 12d, 16b

Hukum III Newton

(Third Law)

Untuk impuls gaya 5d

Untuk gaya yang terus menerus 7a

Prinsip Superposisi

(Superposition Principle)

Penjumlahan vektor 11b

Menghilangkan gaya yang bekerja 19c

Macam-macam gaya

(Kinds of Force)

Sentuhan pada benda padat: Pasif

Impuls

Gesekan yang berlawanan dengan gerakannya

6b 8b 19c Bekerja pada fluida:

Hambatan Udara Tekanan Udara

14d 6d Gravitasi

Percepatan tidak dipengaruhi berat benda Lintasan parabola

6b,14d,10c 1b

(42)
[image:42.595.100.520.114.732.2]

Tabel 2.3 Miskonsepsi dalam FCI

Konsep Kode Miskonsepsi Item

Kinematika

(Kinematics)

K1 Tidak dapat membedakan

posisi-kecepatan 12a

K2 Tidak dapat membedakan kecepatan-percepatan

12b, 12c, 13b, 13c

K3 Komponen kecepatan tidak diuraikan secara vektor 4c

Dorongan

(Impetus)

I1 Gaya dorong oleh “ pukulan” 9a, 14b, 14c, 20c

I2 Kehilangan/ menerima dorongan aslinya

3c, 15a, 17a, 17d

I3 Menghilangnya dorongan 9c, 9d, 18c, 18d

I4 Terjadi dorongan yang berubah perlahan-lahan

3d, 15c, 18b, 20d I5 Dorongan dengan arah yang melingkar 2a, 2c, 2d

Gaya Aktif

(Active Force)

AF1 Hanya perantara/ peralatan yang aktif menyebabkan gaya

5a, 7c, 8a, 14a

AF2 Gerakan yang menyatakan bahwa terdapat gaya aktif pada benda 20a

AF3 Tidak ada gerak menyatakan tidak ada

gaya 6a

AF4 Kecepatan sebanding dengan gaya

yang digunakan 16a, 19a

AF5 Percepatan menyatakan bertambahnya

gaya 10b

AF6 Gaya menyebabkan percepatan menuju ke pusat kecepatan 16c AF7 Gaya aktif yang bekerja menurun 16d

Pasangan aksi/reaksi

(Action/Reaction Pairs)

AR1 Massa yang lebih besar menyatakan

gaya yang lebih besar 5c, 7b

AR2 Perantara/peralatan yang aktif menghasilkan gaya yang lebih besar 5d

Rangkaian yang mempengaruhi CI1

Gaya yang besar menentukan arah

gerak 11a

CI2 Gabungan gaya menentukan arah gerak

(43)

Konsep Kode Miskonsepsi Item

(Concantenation

of Influences) CI3 Gaya akhir untuk menentukan gerak 3a, 4b, 17d

Beberapa

pengaruh dalam gerak

(Other Influences on Motion)

Hambatan (Resistance)

Gravitasi (Gravity)

CF Gaya Centrifugal 2c, 2d

Ob Adanya hambatan 6d, 7d

R1 Besar massa menyebabkan berhenti

bergerak 20a

R2 Gaya yang mengatasi hambatan sehingga benda bergerak 19b

R3 Hambatan yang berlawanan dengan

gaya 19d

G1 Adanya tekanan udara dan gravitasi 6c, 10a G2 Gravitasi untuk massa 10d

G3 Benda yang lebih berat jatuh lebih

cepat 1d

G4 Pertambahan gravitasi sebanding dengan kecepatan jatuhnya benda 10b

G5 Gravitasi bekerja setelah benda

dikenai dorongan 9c, 9b

F. Gaya

Gayaadalah tarikan atau dorongan. Gaya dapat menyebabkan perubahan

gerak benda atau perubahan bentuk dan ukuran benda. Gaya juga dapat

dikatakan suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan sebuah benda

tersebut mengubah suatu kecepatannya. Klasifikasi umum dari gaya adalah:

1. Kinematika

Kinematika adalah suatu konsep tentang gerakan. Berisi

(44)

gerakan tersebut. Dalam kinematika ada beberapa konsep yang

mendukung yaitu:

a. Kecepatan dan Kelajuan

Kecepatan adalah perpindahan tiap satuan waktu. Kecepatan

merupakan besaran vektor. Sedangkan perpindahan adalah

perubahan kedudukan suatu benda dihitung dari jarak kedudukan

awal dan kedudukan akhirnya. Perpindahan juga merupakan

besaran vektor. Rumus kecepatan adalah:

Kelajuan adalah jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu.

Kelajuan merupakan besaran skalar. Sedangkan jarak adalah

panjang lintasan yang ditempuh. Jarak juga merupakan besaran.

Rumus kelajuan adalah:

b. Percepatan

Suatu benda bergerak pada umumnya mengalami perubahan

kecepatan, kadang menjadi lebih cepat atau lebih lambat.

Percepatan timbul karena adanya perubahan kecepatan sehingga

ada kaitan erat antara percepatan dengan vektor kecepatan.

Besaran adalah vektor yang diperoleh dari pembagian

(45)

ditentukan oleh besar dan arahnya. Arahnya sama dengan dan

besarnya adalah dinyatakan dalam satuan kecepatan dibagi oleh

satuan waktu. Besaran ā disebut percepatan rata-rata karena yang

diketahui hanyalah perubahan kecepatan dan selang waktu

totalnya. Percepatan konstan berarti perubahan kecepatan terhadap

waktu yang sama, baik besarnya maupun arahnya. Jika tidak ada

perubahan kecepatan, artinya kecepatan konstan maka sama

dengan nol untuk setiap selang waktu dan percepatannya juga sama

dengan nol.

Jika percepatan rata-rata yang diukur dalam berbagai selang

waktu ternyata tidak konstan, maka dikatakan bahwa benda

mengalami percepatan yang berubah. Percepatan dapat berubah

besarnya maupun arahnya atau kedua-duanya.

Salah satu contoh gerak lengkung dengan percepatan konstan

adalah gerak peluru (proyektil). Gerak peluru yang sering disebut

juga gerak parabola adalah gerak dengan percepatan konstan g

yang berarah ke bawah, dan tidak ada komponen percepatan dalam

arah horizontal. Dalam gerak melingkar biasa dalam alam dan

pengalaman sehari-hari.

c. Penjumlahan Vektor Kecepatan

Suatu kecepatan tidak hanya mengacu pada seberapa cepat

(46)

yang memiliki arah dan besar merupakan suatu besaran vektor.

Ada dua kecepatan, yaitu kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat.

1) Kecepatan rata-rata

Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi

perpindahan dengan selang waktu tempuhnya. Untuk gerak

lurus satu dimensi, maka persamaan kecepatan rata-rata

yaitu:

Pada gerak dalam bidang (dua dimensi) definisinya tetap,

hanya diganti dengan vektor posisi .

Bentuk konponen dari kecepatan rata-rata kita peroleh

dengan mensubstitusi dengan ke dalam

persamaan di atas.

dengan

2) Kecepatan sesaat

Kecepatan sesaat didefinisikan sebagai kecepatan

(47)

kecepatan sesaat gerak pada bidang (dua dimensi),

dinyatakan:

Bentuk komponen dari kecepatan sesaat kita peroleh

dengan mensubstitusi dalam Persamaan

dengan

2. Hukum Newton

a. Hukum I Newton

Hukum I Newton menyatakan bahwa sebuah benda dalam

keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan, kecuali ada

gaya eksternal yang bekerja pada benda itu. Kecenderungan ini

digambarkan dengan mengatakan bahwa benda mempunyai

kelembaman. Sehubungan dengan itu, hukum I Newton seringkali

dinamakan hukum kelembaman. Pada Hukum I Newton tidak

membuat perbedaan antara benda diam dan benda bergerak dengan

(48)

diam atau bergerak dengan kecepatan konstan tergantung pada

kerangka acuan dimana benda itu diamati.

Hukum I Newton menyatakan bahwa: ”jika gaya atau resultan

yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol, benda akan tetap

diam atau tetap bergerak lurus beraturan”.

b. Hukum IINewton

Gaya atau resultan gaya yang bekerja pada benda tidak sama

dengan nol maka benda diam akan bergerak jika sebuah gaya luar

bekerja padanya. Benda yang diam kemudian bergerak berarti

mengalami perubahan kecepatan. Perubahan kecepatan menyebabkan

adanya percepatan. Semakain besar gaya yang bekerja pada benda

semakin cepat gerak benda.

Kesetaraan antara gaya dengan percepatan oleh Newton

dituangkan dalam hukum II Newton sebagai berikut: “Apabila

resultan gaya yang bekerja pada benda tidak sama dengan nol,

benda akan mengalami percepatan yang arahnya sama dengan arah

resultan gaya”.

Persamaan ini menjelaskan hubungan antara resultan gaya

(49)

pada sebuah benda bermassa menyebabkan benda bermassa

mengalami percepatan.

c. Hukum III Newton

Hukum ketiga newton kadang dinamakan hukum interaksi atau

hukum aksi reaksi. Hukum ini mengambarkan sifat penting dari gaya,

yaitu bahwa gaya-gaya selalu terjadi berpasangan. Jika gaya

dikerjakan pada sebuah benda A, maka harus ada benda lain B yang

mengerjakan benda itu. Selanjutnya jika benda B mengerjakan gaya

pada benda A, maka benda A harus mengerjakan gaya pada benda B

yang sama besar dan berlawanan arahnya.

Hukum Newton III menyatakan bahwa: ”jika benda pertama

mengerjakan gaya pada benda kedua, maka benda kedua akan

mengerjakan gaya yang sama pada benda pertama dengan arah yang

berlawanan ”. Aplikasinya dalam kehidupan

sehari-hari adalah saat kita berjalan pada permukaan yang keras, maka

sebenarnya kita sedang menekan lantai. Tapi berhubung lantai

tersebut keras, maka lantai memberikan gaya reaksinya dengan

menahan kaki kita. Jika kita berjalan di atas pasir/ tanah basah yang

permukaannya lebih lunak dari lantai. Gaya tekan yang kita berikan

tidak terlalu ditahan oleh tanah/pasir tersebut sehingga kaki kita bisa

(50)

d. Kaitan Hukum Newton, Momentum dan Impuls

Momentum adalah peristiwa gaya yang bekerja pada benda

dalam waktu hanya sesaat.

Impuls adalah peristiwa yang bekerja pada benda dalam waktu

sesaat, atau dengan kata lain impuls adalah bekerjanya gaya dalam

waktu yang sangat singkat.

Impuls sama dengan perubahan momentum. Suatu benda yang

bermassa m bekerja dengan gaya F yang konstan, maka setelah

waktu Δt benda tersebut bergerak dengan kecepatan,

seperti pada gerak lurus berubah beraturan (GLBB).

Dengan maka impuls adalah perubahan

momentum.

Diperkenalkan bentuk lain dari hukum II Newton, yang

menjelaskan hubungan antara resultan gaya dengan perubahan

momentum. Jika terdapat resultan gaya bekerja pada sebuah benda

yang pada mulanya diam maka benda tersebut bergerak. Sebelum

bergerak, benda tidak mempunyai momentum. Setelah bergerak,

benda mempunyai momentum. Sehingga dapat dikatakan bahwa

adanya resultan gaya yang bekerja pada benda menyebabkan

(51)

lain, laju perubahan momentum suatu benda sama dengan resultan

gaya yang bekerja pada benda tersebut.

...1

Persamaan 1 merupakan bentuk lain dari hukum II Newton,

yang menjelaskan hubungan antara resultan gaya dengan laju

perubahan momentum benda, baik ketika massa benda tetap maupun

ketika massa benda berubah.

...2

Persamaan 2 merupakan persamaan hukum II Newton yang

menjelaskan hubungan antara resultan gaya dengan percepatan yang

dialami benda bermassa tetap. Pada Hukum III Newton ada kaitannya

dengan gaya impuls.

Contohnya saat kita menendang batu besar dengan kecepatan

tertentu, maka kaki kita akan merasa sakit karena waktu kontak yang

kecil menyebabkan gaya impuls yang diberikan menjadi besar. Jika

saat kita menendang bola yang terbuat dari karet kaki kita tidak akan

(52)

kaki dengan bola menjadi lebih lama ketimbang saat kontak antara

kaki dengan batu. Waktu kontak yang lebih lama inilah yang

membuat kaki tidak terlalu sakit sehingga gaya impulsnya kecil.

3. Prinsip Superposisi

Prinsip superposisi adalah penjumlahan dari semua gaya interaksi

secara matematika, prinsip superposisi dapat dinyatakan dalam

vektor.Vektor adalah besaran yang mempunyai besar (angka) dan arah.

Penjumlahan vektor-vektor dengan menggunakan dalil phytagoras hanya

berlaku untuk vektor-vektor yang tegak lurus. Untuk vektor yang tidak

tegak lurus, kita bisa menggunakan cara grafis, yaitu metode jajar

genjang dan metode poligon.

4. Macam-macam Gaya

a. Gaya Gesek

Gaya gesek adalah gaya yang timbul jika ada dua benda atau

lebih saling digesekkan atau bersinggungan dengan salah satu atau

kedua permukaan benda kasar. Jika permukaan suatu benda

bersinggungan atau bergesekan dengan permukaan benda lain,

masing-masing benda akan mengerjakan gaya gesek ke benda lain,

dengan arah gaya gesekan sejajar dengan permukaan bidang sentuh

dan berlawanan. Gaya gesek bisa dikatakan suatu gaya penting yang

menyumbang pada kondisi keseimbangan benda. Ada dua jenis gaya

(53)

Gaya gesek statis cenderung untuk mempertahankan keadaan

diam benda ketika sebuah gaya dikerjakan pada benda yang diam.

Gaya gesekan kinetis (atau dinamis) cenderung untuk

mempertahankan keadaan bergerak dari benda yang sedang bergerak.

b. Hambatan Udara

Benda yang bergerak dibumi harus melalui udara. Udara

tersusun atas molekul- molekul yang dapat menghambat gerak benda

sehingga benda akan lebih sulit bergerak maju.

c. Gravitasi

Gaya yang paling umum dalam pengalam kita sehari-hari

adalah gaya tarikan gravitasi bumi pada sebuah benda. Jika kita

menjatuhkan sebuah benda dekat permukaan bumi dan mengabaikan

hambatan di udara sehingga satu-satunya gaya yang bekerja pada

benda itu adalah gaya gravitasi (keadaan ini dinamakan jatuh bebas),

benda dipercepat dibumi dengan percepatan 9,81 m/s2. Pada tiap titik

ruang, percepatan ini sama untuk semua benda, tak tergantung pada

massanya. Penerapan hukum II Newton untuk gaya gravitasi,

percepatan a di gunakan percepatan ke bawah yang disebabkan oleh

(54)

Suatu benda bekerja dengan gaya, gaya pasti disebabkan oleh

benda lain (hukum III Newton). Oleh karena setiap benda yang

dilepas selalu jatuh bebas ke permukaan bumi, Newton

menyimpulkan bahwa pusat bumilah yang mengerjakan gaya pada

benda itu, yang arahnya selalu menuju ke pusat Bumi. Newton

menganalisis tentang gravitasi sehingga menghasilkan hukum

gravitasi universalnya yang terkenal yang bisa kita nyatakan sebagai

berikut “semua benda di dunia ini menarik partikel lain dengan gaya

yang berbanding lurus dengan hasil kali massa benda-benda itu dan

berbanding terbalik dengan kuadrat jarak di antaranya. Gaya ini

bekerja sepanjang garis yang menghubungkan kedua benda itu”

sehingga besar gaya gravitasi dapat dituliskan sebagai: .

Dengan m1 dan m2 adalah massa kedua benda, r adalah jarak

antaranya, dan G adalah konstanta universal yang harus diukur secara

eksperimen dan menpunyai nilai numerik yang sama untuk semua

(55)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian diskriptif kuantitatif dan diskriptif

kualitatif. Untuk pemahaman konsep diteliti dengan persentase skor siswa,

sedangkan miskonsepsi yang terjadi dinyatakan dengan persentase jumlah

siswa yang menjawab salah dan dinyatakan secara teoritis kualitatif.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menguji soal yang berhubungan

dengan konsep gaya yaitu soal FCI. Soal FCI yang digunakan merupakan

modifikasi soal yang terdapat pada jurnal yang digunakan oleh David

Hestenes,dkk (1992) untuk kepentingan tujuan serupa. Tes yang diberikan

kepada siswa digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dan untuk

mendiskripsikan miskonsepsi konsep gaya yang banyak terjadi pada siswa

beberapa SMP di Yogyakarta.

B. Subyek Penelitian

1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMP di

(56)

2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIB

SMP Kanisius Pakem, VIIIB SMP Aloysius Turi, dan VIIID SMP

Pangudi Luhur Yogyakarta. Sampel penelitian sejumlah 105 siswa.

C. Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel, yaitu pemahaman

tentang konsep gaya dan miskonsepsi tentang konsep gaya. Kedua variabel

tersebut tidak akan dicari hubungan atau pengaruhnya, sehingga tidak

dibedakan atas variabel bebas dan variabel terikat. Pemahaman konsep

gaya yang dimaksudkan dalam penelitian adalah jawaban benar mengenai

tes yang diberikan. Sedangkan miskonsepsi konsep gaya adalah jawaban

yang salah yang disertai dengan alasan pada tes tentang konsep gaya yang

diberikan kepada siswa.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Untuk mengadakan penelitian ini berusaha mengambil waktu yang tepat

yaitu pada siswa kelas VIII yang sudah memperoleh materi pelajaran

mengenai gaya dari guru bidang studi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei

tahun 2013 di SMP Kanisius Pakem, SMP Aloysius Turi, SMP Pangudi Luhur

(57)

E. Metode Penelitian

1. Instrumen

a. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set tes

untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan miskonsepsi konsep

gaya yang terjadi pada siswa SMP.

Gambar

Tabel 2.1 Contoh salah konsepsi
Tabel 2.2 Konsep-konsep gaya dalam FCI
Tabel 2.3 Miskonsepsi dalam FCI
Tabel 3.1 Tabel untuk rekap pemahaman siswa terhadap setiap konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yersinia ruckeri II Enteric Red Mouth Disease (ERM) Salmonidae, Mas Koki ( Carassius Ikan air tawar dan Australia, Kanada, Jawa, Sumatera Salmonid bloodspot, Yersiniosis auratus),

yan ang g ak akan an se seiim mba bang ng de deng ngan an ar arus us k kas as m mas asuk uk y yan ang g dihasilkan dari in!estasi" rus kas yang mengambil

Varietas Inpari 1 dan galur OM 1490 lebih disukai pengguna/petani dibanding Silugonggo dan OM 2395, dan Inpari 1 paling disukai petani karena keragaan tanaman bagus,

Calon tersebut adalah Bapak Suroko yang mengusung partai Golkar dengan nomor urut 10, dan calon yang kedua yang berasal dari desa Tanah Datar adalah Ibu Sumini

Adanya bahan-bahan kimia berbahaya lain yang terdapat di dalam pestisida yang dicurigai berpengaruh terhadap kejadian goiter pada petani sayur di Kecamatan Ngablak Kabupaten

Berdasarkan data-data yang teramati pada Peta Geologi Lembar Sorong (Amri, dkk., 1990), yang menunjukkan kehadiran Sesar Sorong di daerah Sorong dan sekitarnya, yakni

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di sekitar perairan Danau Sentani Distrik Sentani Timur, maka penulis dapat disimpulkan bahwa Tingkat