• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. DR. A.A. Baramuli, S.H. 2. Damciwar, S.H. CATATAN RAPAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "1. DR. A.A. Baramuli, S.H. 2. Damciwar, S.H. CATATAN RAPAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

CATATAN RAPAT

PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke

Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Rapat

Had i r

ANGGOTA TETAP : 1. DR. A.A. Baramuli, S.H.

2. Damciwar, S.H.

1986 - 1987 II

19

Rapat Kerja Panitia K.husus ke-16 Menteri Kehakiman

Terbuka

Sabtu, 13 Desember 1986 09.05 s/d 11.20 WIB.

Ruang Rapat PANSUS DPR RI DR. A. A. Baramuli, S.H.

Ors. Noer Fata

Laporan Panitia Kerja kepada Panitia K.husus, Kata-kata Singkat Fraksi, Tanggapan Menteri Kehakiman

PANITIA KHUSUSS :

24 dari 38 orang Anggota Tetap;

14 dari 19 orang Anggota Pengganti.

PEMERINTAH :

Menteri Kehakiman Beserta Staf.

01 c::

(2)

4. Dudy Singadilaga, S.H. MPA 5. H.M. Munasir

6. Imam Sukarsono, S.H.

7. M. Said Widjayaatmadja, S.H.

8. Harry Suwondo, S.H.

9. Drs. F. Harefa, S.H.

10. M.S. Situmorang 11. A.S.S. Tambunan, S.H.

12; Mohammad Noer Madjid, S.H.

13. Taufik Hidayat, S.H.

14. Suhadi Hardjosutarno, S.H.

15. Soeboeh Reksojoedo, S.H.

16. Mulyadi Djajanegara, S.H.

17. Drs. Aloysius Aloy 18. Sugiharsojono, S.H.

19. A. Madjid Ewa, S.H.

20. Soetomo HR, S.H.

21. H. Adnan Kohar S.

22. H.M. Djohan Burhanuddin A, S.H.

23. TGK. H.M. Saleh

24. Drs. Ruhani Abdul Hakim ANGGOTA PENGGANTI :

1. Soeharto

2. Amir Yudowinarno 3. Sutjipto, S.H.

4. Drs. H. Samad Thaha 5. A. Latief, S.H.

6. H.R. Soedarsono

7. Ny. Dra. H. Nasjrah M. Effendy 8. Abdul Rahim Mandji

9. A.A. Oka Mahendra. S.H.

10. Drs. I Made Tantra 11. Ibnu Saleh

12. Suparman Adiwidjaja, S.H.

13. Drs. H. Yahya Chumaidi Hasan 14. Ny. H. Asmah Sjahruni

n 1 L

(3)

PEMERINTAH :

1. Ismail Saleh, S.H. Menteri kehakiman 2. Indro Harto, S.H. Staf Menkeh 3. Anton Soedjadi, S.H. "

4. Roeskamdi, S.H. II

5. Fatimah Achyar II

6. Mariana Sutadi, S.H. II

7. Setiawan II

8. Etty Rusmadi Murad II 9. Wicipto Setiadi, S.H. II

10. Murizal Chan II

11. A. Sudjadi Penghubung Dep. Kehakiman

KETUA RAPAT (DR. A.A. BARAMULI, S.H.) :

Dengan mengucapkan Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, salam sejahtera, dan tetap Merdeka membuka rapat pansus terakhir tanggal 13 Desember 1986 dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Acara hari ini cukup padat, tetapi yang padat ini akan menjadi lebih efisien. Akan tetapi belum waktunya untuk mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, tentunya nanti setelah tanggapan Saudara Menteri Kehakiman.

Silakan Saudara Wakil ketua H.M. Munasir untuk melaporkan basil kerja Panitia Kerja.

WAKIL KETUA RAPAT (H.M. MUNASIR) :

Atas nama Panitia Kerja, Tim Perumus, dan Tim Kecil dari PANSUS Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang bisa juga disebut Peradilan Administrasi Negara,· menyampaik:an Laporan Singkat sebagai pengantar pembacaan Naskah yang tebal dan merupakan basil karya Panitia Kerja, Tim Perumus Tim Kecil, dan bersama-sama Pemerintah.

Bahwa hari ini Panja, Timus, dan Timcil dari Peradilan Tata Usaha Negara atau Peradilan Administrasi Negara dapat menyelesaikan hasilkerjanya yang ditugaskan kepadanya. Walaupun Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara adalah baru dan kata orang bahwa yang baru itu sulit, cukup banyak pasal (145 pasal), Panja, Timus, dan Timcil dapat menyelesaik:an sesuai jadwal. Hal ini·berkat kerjasama fraksi-fraksi terutama FABRI yang sering diminta sebagai pelopor dan juga tidak jarang ~ebagai tutwuri handayani. FKP yang cukup ulet dan teliti, tapi cukup toleransi. FPDI yang gigih dan juga toleiansi. FPP yang selalu toleransi, tapi cukup gigih mempertahankan pendirian. Dan juga berkat kerjasama yang baik antara fraksi-fraksi dengan wakil Pemerintah.

Disertai kerja keras, tekun clan pengarahan yang jelas dari Pansus sebingga

(4)

Paoiti Kerja, Tim Perumus, dan Timcil dapat menyelesaikan dengan baik. Di samping nu cara musyawarah yang dipakai untuk penyelesaian masalah-masalah sangat efisien dengan memperbanyak lobbying yang dikenal dengan kelompok Pojok.

Rapat pertama panja mencari jalan yang sebaik-baiknya adalah mencari jalan sebaik-baiknya menyelesaikan suatu masalah yang dibebankan kepadanya cukup besar. Akhimya ditemukan suatu cara yang efisien dalam praktek dengan dipojokkan/

lobikan. Biasanya !obi dilakukan kalau pembicaraan itu mentok, tapi ini tidak mentok atau tidak mentok dilakukan lobbying saja. Sehingga beberapa pasal dikumpulkan dan diteliti baru dilobikan dengan waktu 2 - 3 hari. Kemudian setelah dilaporkan kepada Panja dan yang belum selesai dimintakan perpanjangan.

Dengan cara demikian, maka semuanya dapat diselesaikan dan hari ini sudah dapat dilaporkan basil kerjanya. Waktu yang diberikan kepada Panja dan Timcil memang cukup memadai, yaitu 21 hari kerja dan bisa selesai sebelum hari terakhir untuk Panja dan 8 hari kerja untuk Timcil yang bisa diselesaikan dalam 6 hari kerja. Tapi lain halnya dengan Timus, karena meneliti dari awal sampai akhir supaya rumusan-rumusannya baik sesuai makna yang dikandung dan tidak menjadi salah faham bagi pembaca, maka waktu yang diberikan kepada Timus ini agak kepepet, pas-pasan dan keteteran. Sehingga untuk menyesuaikan jadwal Timus yang dipimpin oleh Pak. Damciwar terpaksa pada hari-hari terakhir mengadakan rapat 3 kali sehari semalam (pagi, sore, dan malam). Walaupun demikian masih ada yang terakhir kemarin itu ada satu pasal yang sulit diselesaikan oleh Timus dan dikembalikan kepada Panja. Sebenarnya materi pasal ini (Pasal 145 tentang berlakunya undang-undang ini) oleh Panja sudah disepakati, tapi di rumus terdapat ganjalan ang cukup prinsipiil. Selain Pasal 145 masih ada beberapa perubahan dan penyempumaan diktum yang diusulkan oleh Timus, tapi akhimya hal itu dapat diselesaikan oleh Panja dalam rapat terakhir tanggal 12 Desember 1986. Kalau Timus dipimpin oleh Pak Damciwar, Timcil dipimpin oleh Pak Soelaksono, sedangkan rapat-rapat Panja Pimpinannya dirangkap oleh Pimpinan Pansus secara bergiliran. Hasil kerja Panja bersama Timcil, Timus dan bersama Pemerintah kami laporkan sebagai berikut :

1. Rancangan Undang-undang ini terdiri dari 7 Bab dan 145 Pasal.

2. Judul tetap yaitu undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, tetapi dapat juga disebut undang-undang tentang Peradilan Administrasi Negara (seperti disebut dalam setir-titel Pasl 144).

3. Undang-undang ini tidak mencakup sengketa di lingkungan Angkatan Bersenjata. Karena dalam soal-soal militer menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 1953 dan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1958 diselesaikan oleh Peradilan Tata Usaha Militer. Dan hal ini dimuat dalam Penjelasan Umum.

4. Waktu berlakunya undang-undang ini ialah sejak diundangkan. Sedang

(5)

penerapannya diatur oleh Peraturan Pemerintah dan diatur selambat-lambatnya 5 tahun dalam Peraturan Pemerintah. Dan ini tentunya bertahap.

5. Pertimbangan dikeluarkannya undang-undang ini antara lain :

a. bertujuan mewujudkan tata kehidupan negaradan bangsa yang sejahtera, aman serta tertib yang dapat menjamin persamaan kedudukan masyarakat dalam hukum atau di muka hukum dan menjamin hubungan yang serasi dan selaras antara aparatur di bidang Tata Usaha Negara atau administrasi · dengan warga masyarakat;

b. mengusahakan penyempumaan aparataur di bidang Tata Usaha Negara agarmampu menjadi alat yang efisien, efektif, bersih, serta berwibawa dan yang dalam tugasnya selalu berdasarkan hukum. Dalam keputusan tersebut itu juga pesan yang diambil;

c. menyelesaikan jika terjadi bantuan kepentingan, perselisihan, atau sengketa antara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan warga masyarakat yang merasa dirugikan demi terwujudkan kepastian hukum yang berintikan keadilan sehingga dapat memberikan pengayoman kepada masyarakat.

6. Landasan hukum undang-undang ini ialah :

a. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (l), Pasal 24, dan Pasal 25 UUD 1945;

b. Keterangan MPR Nomor N/MPR/1979 dihubungkan dengan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tent!lng Garis-garis Besar Haluan Negara;

c. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970;

d. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985.

7. Bab I Undang-undang ini memuat Ketentuan Umum, antara lain :

Tempat kedudukan, Pengadilan Tata U saha Negara berkedudukan di Kotamadya atau lbukota Kabupaten dan daerah hukumnya meliputi wilayah Kotamadya atau Kabupaten.

Sedang Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di lbukota Propinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Propinsi.

Bab II memuat Susunan Pengadilan.

Bab Ill berisi Kekuasaan Pengadilan.

Bab N, Hukum Acara.

Bab V, Memuat Ketentuan Lain.

Bab VI, Ketentuan Peralihan, sedangkan Bab VII, Ketentan Penutup.

Tentang Penjelasan Rancangan Undang-undang ini ada beberapa pasal penjelasannya cukup panjang (sampai memakan beberapa halaman). Hal ini karena disertai contoh-contoh untuk menghindari kesalah pengertian.

(6)

Apa yang dihasilkan oleh Panja, Timus, Timcil bersama Pemerintah, dalam tarap awal kami anggap sudah cukup baik/bagus. Mungkin di belakang hari setelah undang-undang ini diterapkan/dilaksanakan perlu ada penyempumaan- penyempumaan, tapi itu nanti setelah dilhat penerapannya/pelaksanaannya. Dalam melaksanakan tugasnya Panja, Timus, dan Timcil didukung penuh oleh sekretariat PANSUS yang dibantu oleh Sekretariat Departemen Kehakiman, karenanya dalam kesempatan ini kami ucapkan banyak terima kepada mereka.

Kepada Pemerintah dalam hal ini menyampaikan Rancangan Undang-undang ini wajarlah kami sampaikan terima kasih dan hormat. Ini berarti Pemerintah sungguh-sungguh berkeinginan mewujudkan negara hukum dan terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta mengayomi masyarakat atau pihak- pihak pencari keadilaan atas tindakan-tindakan atau keputusan Pejabat/Badan Tata Usaha Negara dapat bertentangan dengan hukum serta memberi kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan gugatan-gugatan juga keputusan-keputusan itu tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Begitu pula kepada seluruh anggota Pansus Peradilan Tata Usaha Negara patut pula disampaikan ucapan terima kasih dan hormat, karena mereka tetap giat bekerja walaupun mereka akan mengakhiri masa baktinya.

Demikianlah laporan singkat, dengan harapan semoga diberikan kekuatan dan kemampuan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat memikul tugas yang dibebankan kepada kita di masa-masa yang akan datang di mana pun kita berada untuk negara dan bangsa. Karena hidup adalah pejuang dan seorang pejuang tidak mengenal berhenti dalam perjalanan hidupnya.

KETUA RAPAT :

Pimpinan Pansus menyampaikan ucapan terima kasih. Kiranya laporan ini dapat diterima, karena sebenamya setelah laporan ini akan dilanjutkan dengan pembacaan naskah Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara tetapi konvensi yang ada di dalam membahas undang-undang telah dijadikan konvensi yang berlaku. Acara selanjutnya kami persilakan Ketua Tim Perumus untuk menyampaikan hal-hal yang perlu dalam rangka pembacaan naskah Rancangan Undang-undang ini.

WAKIL KETUA RAPAT:

Sebelum sampai pembacaan naskah Rancangan Undang-undang (kalau ingin dibacakan), dari Tim Perumus perlu memberikan catatan setelah mencoba membaca naskah yang telah dikirimkan ini, sepintas masih terdapat banyak kesalaan-kesalahan dalam bentuk tanda baca koma yang sangat mengganggu pengertian yang dirumuskan sehingga perlu ada perbaikan-perbaikan supaya mencapai maksud yang diminta.

selain itu ada yang sangat mengganggu sekali kepada rumusan-rumusan yang dibuat contohnya pada Bab IV. Dalam Bab IV di bawah judul "Hukum Acara"

Bagian Pertama, di sini langsung Pasal 53, seharusnya ditulis duluc '.'9µgatan". lni

(7)

jelas sangat mengganggu kalau ini bisa lolos. Kemudian seperti dalam rapat Panja kemarin Pasal 79 dan Pasal 88 telah ditambahkan sesudah kata "Hakim atau Panitera" seperti yang sudah disepakati kemarin, temyata dalam naskah ini belum masuk. Itu nanti bisa dikoreksi keseluruhan dan beberapa yang hams ditambahkan dalam Pasal 79. Begitu pula dalam Pasal 88 yang kemarin juga sudah disepakati mengenai "yang tidak boleh didengar sebagai saksi" adalah :

a. keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lurus ke atas atau ke bawah;

ini juga ada salah ketik, di mana kemarin sudah disepakati ditambah dengan "sampai derajat kedua" tidak dimasukkan di sini. Sehingga lolos lagi dari pengamatan kita. Kemudian dalam Pasal 92 yang bisa mengganggu nanti, di sana ditulis apa ayat (1) adakelebihan yang olehTunus sebenamya sudah dicoret dipindahkan tempatnya, sekarang yang di depan masih ada, yaitu :

(1) Dalam hal penggugat atau saksi bisu dan ataupun dan tidak dapat menulis Hakim Ketua dapat mengangkat orang yang pandai beigaul dengan penggugat atau saksi sebagai juru bahasa. Jadi kata "sebagai juru bahasa" dipindahkan ke belakang, temyata dalam naskah ini

"sebagai juru bahasa" masih ada di depan. Sehingga mengulang lagi di belakang.

Dalam penjelasan ada juga hal-hal yang perlu diperhatikan. Contoh sementara yang ingin kami kemukakan yaitu penjelasan Paal 21 ada bagian kalimat yang hilang "Seorang Hakim tidak boleh diberhentikan dari kedudukannya". Sebagai Hakim karenajabatannya bukan dalam bidang eksekutif, seharusnya ditulis "Seorang Hakim tidak boleh diberhentikan dari kedudukannya sebagai Pegawai Negeri", sebelum diberhentikan dari jabatannya sebagai Hakim karena jabatan hakim bukan jabatan dalam bidang eksekutif''. Jadi ada kalimat yang berbunyi "Pegawai Negeri sebelum diberhentikannya sebagai" itu tidak ada di dalamnya sehingga pengertiannya lain.

Lebih lanjut pada penjelasan Pasal 55 huruf a "Ditentukan dalam peraturan dasamya yang dihitung sejak diterima permohonan yang bersangkutan", seharusnya antara sejak dan diterima ada kata "tanggal". Penjelasan Pasal 83 mengenai contoh ketiga ( contoh A) : A menggugat Kotamadya agar izin mendirikan bangunan atas nama B dibatalkan. Keputusan Pengadilan atas gugatan tersebut akan. menyangkut kepentingan B. Ini juga salah ketik dibikin "BA walaupun ia berada dalam proses"

seharusnya "di luar proses" karena dia ditarik ke dalam. Di sini ditulis "dalam proses" sehingga masalahnya lain.

Sehingga kalau nanti naskah ini akan dimintakan pesetujuan kami minta melalui Pimpinan Rapat supaya persetujuan yang diberikan oleh Pansus adalah dengan catatan. Dan naskah nanti diperiksa kembali oleh Ketua Tim Perumus dan mungkin juga menurut rencana diteliti kembali oleh Pimpinan Pansus bersama

(8)

Menteri. Jadi naskah itulah nanti yang disepakati sekarang untuk disampaikan dalam Pembicaraan Tingkat IV, jadi masih ada koreksi terhadap naskah ini, seperti contoh-contoh yang kamai kemukakan tadi. Namun pada kesempatan ini kami ingin mengemukakan juga sebagai pendapat pribadi sewaktu membaca Rancangan Undang-undang tadi malam, ada terlintas suatu pemikiran baru rasa-rasanya masih ada sesuatu ketentuan yang seharusnya kita tampung dalam Rancangan Undang- undang ini yang luput dari pengamatan kita, yaitu yang mengkait pada Pasal 55 terutama pada penjelasan. Kalau kita baca Pasal 55 khususnya penjelasan itu menjelaskan mengenai "tenggang waktu 90 hari" itu dihitung dari mana?

Itu sudah ada ketentuan di sana. Prinsipnya adalah dihitung daripada sejak hari diterimanya Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat. Kemudian dalam hal yang digugat itu adalah merupakan keputusan menurut Pasal 3 ayat (2), maka itu dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan yang bersangkutan. Kalau itu menyangkut Pasal 3 ayat (2) maka itu adalah pada waktu empat bulan yang dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal kalau peraturan dasamya menentukan bahwa satu keputusan itu harus diumumkan maka tenggang waktu 90 hari terhitung sejak hari pengumuman tersebut. Yang timbul pertanyaan pada kami malam tadi, bagaimana terhadap sengketa atau gugatan yang berdasarkan sengketa yang menyangkut dengan upaya administratif. Dia itu harus melalui upaya administratif dahulu.

Kalau dipakai ketentuan yang umum sejak: tanggal diterimanya keputusan Tata Asaha Negara sangat merugikan kepada yang bersangkutan. Karena dia harus melalui proses upaya administratif. Digunakan ketentuan lain tidak ada. Sehingga penjelasan Pasal 55 kami lihat kalau tidak disempumak:an atau ditambah khusus mengenai sengketa yang harus malalui upaya administratif, maka ketentuan yang ada sekarang ini sangat merugikan kepada yang bersangkutan. Karena dia hams dihitung dari tanggal diterimanya keputusan Tata Usaha Negara yang digugat.

Keputusan Tata Usaha Negara tadi dia harus melalui proses upaya administratif terlebih dahulu, sehingga waktu itu mungkin berbulan-bulan sehingga tanggal tadi berubah.

Jadi ini suatu yang kami pikirkan semalam tadi, apakah memang demikian yang kita inginkan ? Atau kalau tidak kami mohon kalau bisa Pansus juga mencoba memecah masalah demikian itu. ltu suatu hal yang kami kemukak:an Saudara Pimpinan terhadap perhatian ini kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum waromatullahi wabarokatuh KETUA RAPAT :

Kepada Saudara Ketua Tim Perumus kami sampaikan terima kasih atas apa yang telah dilaporkan. Sekarang kita menghadapi acara B yang isinya pembacaan naskah Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Kita dapat menempuh salah satu dari dua cam.

,

....

,,,

(9)

Pertama cara yang bisa kita kerjakan yaitu menerima seluruh masalah ini dengan syarat agar supaya disempumakan oleh Pimpinan Pansus dan Pemerintah.

Itu kebiasaan Ketata Negaraan yang sudah kita lakukan Pimpinan tentu di sini tennasuk Ketua Tllll Perumus oleh karena posisinya atau kedudukannya adalah Wakil Ketua. Bilamana cara ini diterima maka naskah Rancangan Undang-undang ini dapat kita sempumakan dengan sebaik-baiknya.

Cara yang kedua adalah membaca naskah ini di depan rapat Pansus lengkap ini, yang tentunya berarti kita harus mengkoreksi atau meneliti pasal demi pasal bersama-sama.

Dengan demikian maka waktu tidak cukup untuk sehari saja. Apalagi kalau kita Iihat undangan daripada Pimpinan DPR tertanggal 12 Desember itu sudah disebut baha pada tanggal 19 Desember pukul 08.30 diadakan Pembicaraan Tingkat VI Pengambilan Keputusan atas Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Th.ta Usaha Negara. Jadi sudah ditentukan bahwa tanggal 19 pukul 08.30 kami sekalian akan melakukan menghadiri rapat Paripuma DPR. Berdasarkan pertimbangan inilah maka Pimpinan mengusulkan mekanisme kerja atau meka!lisme mekanisme, untuk menyetujui pembacaan atas naskah Rancangan Undang-undimg adalah diterima oleh Pansus pada hari ini karena telah dicek oleh Tim Perumus seperti tadi yang dikemukakan oleh Ketua Tim Perumus masuk dalam Berita Acara. Lalu kemudian direcek oleh Pansus pada hari ini secara umum yang kemudian di final eek (eek terakhir) oleh Pimpinan Pansuss dengan Pemerintah dalam hal ini Saudara Menteri Kehakiman, waktu tanggal 13 sampai dengan 16 Desember dan pada tanggal 17 resmi naskah ini kami serahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibawa ke Rapat Paripuma tanggal 19.

Saudara-saudara demikianlah usul dari Pimpinan untuk menyelesaikan acara yang kedua ini yaitu Pembacaan Naskah Rancangan Undang-undang tentang Peratauran Tata Usaha Negara sebagaimana ada di hadapan Saudara-saudara, kita terima dengan syarat penyempumaan seperti yang saya jelaskan tadi. Kami silakan Saudara-saudara bilamana masing-masing ingin menyampaikan, dari FABRI yang selalu mempelopori hal-hal yang baik.

FADRI (IMAM SUKARSONO, S.H.) :

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Selamat Pagi. Tetap Merdeka. Seperti tadi yang diutarakan · oleh Saudara Ketua. Dan kemudian ketika giliran tiba pada Saudara Ketua Tim perumus ini kami dari fraksi-fraksi juga mencatat berapa hal yang di dalam naskah terakhir ini memang masih memperlihatkan kekurangan-kekurangan tik dan sebagainya.

Jelas bahwa kalau ini kita teliti bersama di sini sama-sama satu persatu memang waktu tidak akan mencukupi. Oleh karena itu betul karena sudah apa prinsip-prinsip telah kita semua dan masing-masing juga telah mempunyai catatan apa sesungguhnya yang telah disepakati · bersarna. maka setuju apabila· ·nanti

(10)

penghalusan terakhir itu dilakukan oleh Pemerintah bersama Pimpinan Pansus dengan catatan bahwa nanti tiap-tiap dari fraksi itu menyampaikan catatan yang terakhir untuk nanti diajukan kepada Ketua Ilm Perumus, sehingga nanti Ketua Tim Perumus bersama Ketiga Pimpinan ini nanti, dalam memperbaiki itu telah menampung semua apa yang dicatat oleh rekan-rekan kecil-kecil saja, kekurangan- kekurangan kecil yang memang seperti tadi di sini juga ada 1 halaman yang barangkali ada kekurangan.

Seperti tadi dilihat oleh Saudara Ketua Tim Perumus.

Terima kasih Saudara Ketua ini saya setuju dengan cara yang demikian. Ini nanti di dalam kata tingkat terakhir juga kami nyatakan akan diterima, agar catatan seperti apa yang dikemuakkan tadi. Terima kasih

KETUA RAPAT :

Terima kasih kepada FABRI. Jadi ini dibuat dalam risalah. Kalau ada dari fraksi lain silakan FKP.

FKP (A.S.S. TAMBUNAN, S.H.) :

Pertama-tama terima kasih kepada Ketua. Seperti kami hendak sampaikan kepada ketelitian dari Tim Perumus, atas beberapa hal yang terlupakan atau yang salah cetak (keliru ceta).

Sehingga oleh karena fraksi kami tidak lagi akan mengulangi hal-hal yang telah dikemukakan oleh Saudara. Ketua TlDl Perumus. memang benar Saudara Ketua pengalaman kita selama ini dalain rangka mengakhiri suatu Rancangan Undang-unang, selalu saja bisa timbul itu kekhilafan. Umpamanya dalam rangka Undang-undang Pernilihan Umum daulu. Dilupakan oleh Panitia Khusus malahan oleh DPR kita mengenai Pernilihan Umum di Irian Barat waktu namanya, irian jaya, padahal pada rapat-rapat Panitia Khusus dan rapat-rapat sebelumnya selalu ditekankan supaya dibuat suatu pengaturan khusus mengenai Pernilihan Umum di Irian pada waktu itu. Jadi berdasarkan pengalaman-pengalaman itu maka fraksi karni menambut dengan baik usul yang dikemukakan oleh Saudara Ketua. Supaya kita mencarikan cara yang terbaik menghindarkan kesalahan-kesalahan atau kekhilafan-kekhilafan seperti yang telah terjadi di masa yang lalu. Memang fraksi karni sependapat dengan Saudara Ketua cara itulah yang terbaik, paling sederhana dan paling efektif dan efisien, dengan catatan supaya semua yang telah diuraikan ataupun yang telah diketemukan oleh Saudara Ketua Tim Perumus tadi. Diberikan secara teliti sekali lagi kepada Pimpinan bersama Pemerintah. Oleh karena itu Saudara K.etua, fraksi karni ingin mengikuti jejak Fraksi ABRI untuk menyetujui cara yang dikemukakan oleh Saudara Ketua. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada FKP. Silalcan FPDI.

(11)

FPDI (SOETOMO HR, S.H.) :

Saudara Ketua, Saudara-saudara Anggota Pansus atau Panja dan Saudara Wakil Pemerintah

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saudara Ketua. Menanggapi usul yang dikemukakan dalam rangka penangganan atau follow up daripada Rancangan Undang-undang yang sekarang ada di depan kita, maka FPDI bisa menerima mekanisme yang akan ditempuh. Jadi di dalam rangka perbaikan sana-sini atau pembetulan atau ralat barangkali, karena salah ketik itu memang diperlukan ada pengamatan. Oleh karena itu nanti barangkali dari fraksi-fraksi juga menemukan hal-hal yang serupa bisa disampaikan kepada Pimpinan untuk disempumakan pada saat pembahasan atau mengkoreksi Rancangan Undang- undangan ini. Oleh karena itu sekali lagi FPDI bisa menerima mekanisme yang akan ditempuh ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih kepada FPDI. Silahkan dari FPP.

FPP (H. ADNAN KOHAR S.) :

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bapak Ketua, Bapak-bapak dari Pemerintah serta rekan-rekan anggota pansus yang kami hormati. Kami dari FPP sebagai fraksi yang terakhir menemukakan pendapatnya tentang masalah ini. Jelas pada dasamya menyetujui apa yang tadi diusulkan oleh Bapak Pimpinan dan yang sudah disetujui oleh tiga fraksi lainnya.

Kami melihat bahwa apa yang diusulkan oleh Bapak ketua itu adalah cara yang efektif, efisien untuk menemukan kebenaran beberapa hal, seperti yang sudah diputuskan di dalam rapat Tim Perumus atau rapat Tim Kecil. Jadi sekali lagi kami tegaskan, kami menyetujui cara yang diusulkan oleh Ketua, yaitu bahwa Pimpinan Pansus bersama Pemerintah meneliti kembali naskah yang ada di depan kita masing-masing ini. Apakah naskah ini pengetikannya sesuai dengan apa yang telah diputuskan oleh Tim Perumus dan Tim Kecil.

Mungkin di dalam meneliti kembali itu lalu berkembang pikiran-pikiran baru berupa penemuan-penemuan prinsip yang rasanya kok belum tertampung. Saya pertimbangkan kalau ada penemuan-penemuan baru mengenai prinsip-prinsip yang belum tertampung itu ditampung di dalam perkembangan perjalanan Rancangan Undang-undang ini apabila dilaksanakan nanti.

Sebab kita semua seperti laporan Bapak Munasir tadi, walaupmi kita cerah dan, .·

gembira, tapi tidak serta merta menyatakan bahwa .pekerjaan kita ini sudah sempuma dalam arti tidak ada kekuranganya, itu kita sadari. Tetapi apabila ada kekurangan biarlah kekurangan itu ditambah oleh dan sesuai dengan perjalanan

(12)

sejarah yang akan datang.

Demikian, terima kasih. Wasalam.

KETUARAPAT:

. Kepada FPP kami sampaikan terima kasih. Jadi singkatnya atau kesimpulannya dari 4 fraksi ialah bahwa pada rapat Pansus hari ini, maka naskah Raneangan Undang-undang tidak dibaeakan tetapi dierima dengan ketentuan seabai berikut : 1. Naskah ini telah dieek oleh Tim Perumus. Seperti yang dilaporkan oleh Saudara Ketua Tim Perumus antara lain dan dieatat di dalam risalah akan dipergunakan lagi oleh Pimpinan Pansus dan Pemerintah dalam merumusnya, karena telah dikemukakan di sini, ditambah recek, ineneek lagi oleh masing- masing fraksi seperti yang tadr dikemukakan. Yang nantinya mungkin ada di dalam kata akhir atau katakanlab pada acara yang berikut kata singkat fraksi- fraksi. Dengan final eeknya oleh Pimpinan Pansus dengan Pemerintah. Dan kami usulkan agar supaya mulai hari ini sampai dengan tanggal 16 itu Pemerintah bersama Pansus melakukan final eek dan nanti tanggal 17 pagi pukul 09.00 atau pukul 10.00, Pimpinan fraksi masing-masing itu diundang dengan hormat untuk melihat basil final eek itu. Kalau masih ada yang kurang itu dapat dibiearakan pada tanggal 17 pukul 10.00, biasanya kita buat itu di Departemen Kehakiman, biasanya, kalau ini disetujui Saudara Menteri Kehakiman, dan biasanya disetujui. Jadi pada hari akhimya pada Pemerintah.

Setelah itu nanti setelah kita biearakan pukul 10.00 sampai pukul 12.00 dan setelah kita sepakat di tempat atau di Departemen Kehakiman, tempat Pemerintah, barulab naskab ini diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Sebelum kami mengambil kesimpulan terakh~ kami harus meminta pendapat daripada Pemerintah yang diwakili oleh Bapak Menteri Kehakiman. Kami silakan Bapak menteri ~ehakiman.

PEMERINTAH (MENTER! KEHAKIMAN/ISMAIL SALEH, S.H.) : Saudara Ketua dan para Anggota Pansus yang kami hormati. Rapat pansus ini adalah rapat Pansus yang terakhir. Dan sesuai dengan undangan yang kami terima mak:a agenda yang telah disampaikan itu, yaitu :

1. Laporan Panitia Kerja, dan

2. Pembacaan naskab Raneangan Undang-undang.

Sehingga sesungguhnya rapat Pansus ini adalab menerima laporan daripada Panitia Kerja dan juga menerima basil karya dari Panitia Kerja. Karena itu saya setuju dengan mekanisme yang telah tadi diutarakan oleh Saudara Ketua.

Sedangkan mengenai pengecekan-pengecekan naskah itu sendiri, maka ini memang sudah teramsuk di dalam tertib Administrasi. Koreksi-koreksi terhadap salah ini memang harus dilakukan, sehingga korektor-korektor ini bisa nanti dari

(13)

pihak. Pemerintah sendiri juga menemukan banyak. sekali yang perlu dikoreksi Rancangan Undang-undang ini bukan merupak.an materi baru, tetapi hanya salah ketik saja, tetapi fatal apabila tidak dimasukkan. Demikian juga frak.si-fraksi dan juga Saudara Ketua Tim Perumus menemukan ha-hal yang masih perlu disempumakan. Sehingga setelah diselesaikan oleh nanti rapat Pansus yang terakhir ini, masih ada kegiatan-kegiatan lain.

Pengecekan terak.hir itu Saudara Ketua tadi mengemukak.an tanggal 17 ini ada sesuatu acara yang saya lak.ukan di daerah, mak.a kami menyarankan apakah tidak sebaiknya tanggal 18 ?

Apabila karena sesuatu hal ini tidak. mungkin terlak.sana, mak.a acara saya ke daerah Riau ini perlu saya tinjau kembali oleh karena kami ada acara di daerah Riau. Sehingga tanggal 18 ini apabila bisa dipertimbangkan kami sangat terima kasih, tetapi apabila sesuatu hal tidak. mungkin, karena acara-acara di DPR sendiri mak.a saya harus konsultasi lagi dengan Pemerintah Daerah Riau. Dernikian untuk sementara Saudara Ketua Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Kepada Pemerintah kami sampaikan terima kasih. Masalanya hanya teknis Bapak. Menteri, ialah tanggal 18 itu mereka musti memperbanyak. naskah ini, untuk seluruh anggota sebanyak. 45 kira-kira dernikian. Minus yang sudah tidak. ada sehingga tidak cukup untuk setengah hari, hanya ini masalah. Prinsipnya kami setujui, tetapi bagaimana menyelesaikan· ini. Silak.an Pak Menteri.

PEMERINTAH (MENTER! KEHAKIMAN/ISMAIL SALEH, S.H.):

Baik, nanti setelah rapat Pansus ini berak.hir kami konsultasi lagi dengan Saudara Ketua. Terima kasih.

KETUARAPAT:

Baik kalau demikian, jadi kalau dapat nanti kita bisa bicarak.an bersama dengan Pemerintah.

Saudara-saudara, bolehkah kami menyatak.an bahwa laporan dari Panja sekaligus pembacaan naskah Rancangan Undang-undang ini, sebagaimana telah disetujui oleh Saudara-saudara sekalian. Dengan catatan apa yang Saudara-saudara tentang mekanisme kerja, yang ak.an kami selesaikan dengan wak.il Pemerintah, itu dapat disetujui sepenuhnya pada hari ini. Saudara-saudara dapatkah ini disetujui :?

(RAPAT SETUJU)

Dengan demikian perkenankan kami memasuki acara C, yaitu kata singkat frak.si-frak.si. Kami mula dari FABRI, saya kira tidak. ada pilihan lain kecuali mulai dari FABRI.

FADRI (IMAM SUKARSONO, S.H.) :

Dikatak.an bahwa FABRI kata ak.hir singkat akan dibacak.an oleh Saudara F.

Harefa, terima kasih.

(14)

KETUA RAPAT : Silakan Saudara Harefa.

FADRI (DRS. F. HAREFA, S.H.) :

Assalamu'alaikum warakhmatullahi wabarakatuh.

Yang terhormat Saudara Ketua Sidang;

Yang terhormat Saudara Menteri Kehakiman selaku wakil Pemerintah beserta Staf;

Para anggota Pansus DPR yang terhormat;

Sidang yang kami muliakan.

Pada pagi/siang hari ini, kita semua telah mendengar Laporan Panitia Kerja disertai pembacaan draft Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan sebentar lagi kita/Pansus akan mengambil keputusan mengenai basil akhir pembahasan Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usha Negara ini untuk kemudian disajikan dalam rapat Paripuma DPR-RI untuk disetujui pengesahannya oleh Presiden.

Dalam kesempatan yang baik ini, terlebih dahulu marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan seru sekalian Alam, karena atas ridho dan berkatNya maka kita semua dapat menghadiri Rapat Panitia Khusus Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara yang terakhir.

Hadirin yang mulia !

Seperti diketahui Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ini disampaikan kepada DPR melalui Amanat Presiden pada tanggal 16 April 1986 Nomor : R.04/PU/IV /1986 dan Keterangan Pemerintah disampaikan pada tanggal 29 April 1986 dihadapan Rapat Paripuma DPR-RI.

Kemudian pada tanggal 30 Mei 1986 Pimpinan DPR membentuk Panitia Khusus yang bertugas membahas Rancangan Undang-undang itu yang terdiri atas 38 orang anggota tetap dan 19 orang anggota pengganti. Demikianlah pada tanggal 30 September 1986 diadakan Rapat Kerja Pansus dengan Menteri Kehakiman membahas Rancangan Undang-undang pada Tingkat ID, dan hari ini Sabtu tanggal 13 Desember 1986 kita mengambi keputusan mengenai Rancangan Undang- undang Peradilan Tata Usaha Negara untuk mendapat persetujuan Rapat Pleno DPR yang seterusnya akan disampaikan kepada Presiden untuk pengesahannya.

Dalam hubungan ini FABRI menyampaikan terima kasih yang ikhlas, kepada semua rekan-rekan fraksi dan tidak lupa juga kepada pemerintah yang telah menunjukkan semangat kerjasama. ketekunan dan ketelitian yang tinggi serta pengertian yang didasarkan atas satu kepentingan yaitu kepentingan pembangunan

(15)

yang merupakan pengalaman Pancasila. Tetapi ini tidak berarti, bahwa segala sesuatu dalam pembahasan berjalan tanpa kendala, karena kenyataannya ada kalanya terjadi adu argumentasi yang cukup hangat tetapi semuanya telah terakhir dengan tepuk tangan dan senym penuh keikhlasan, kaena semuanya dilaksanakan dengan musyawarah bulat dan mufakat yang menjadi inti demokrasi Pancasila.

Untuk semua ini, kita panjatkan puji dan syukur kepada Toban Yang Maha Esa yang telah menyertai kita dalam pelaksanaan tugas nasional ini.

Hadirin yang kami hormati.

Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ini merupakan tonggak pelengkap untuk mewujudkan negarahukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta merupakan pelaksanaan GBN dan perwujudan bunyi Pasal 10 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970.

Tujuan pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara ialah menyelesaikan sengketa antara Pemerintah dan warga negaranya, yakni sengketa yang timbul sebagai akibat dari adanya tindakan-tindakan Pemerintah yang dianggap melanggar hak-hak warga negaranya.

Oleh karena itu, Peradilan Tata Usaha Negara ini diadakan dalam rangka memberi perlindungan kepada rakyat. Sengketa yang dimaksud, adalah sengketa Tata Usaha Negara timbul sebagai akibat keputusan Tata Usaha Negara berupa suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hokum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang bersifat konkrit, individual dan final serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hokum privat.

Kedudukan Peradilan Tata Usaha Negara sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman, merupakan lingkungan peradilan yang berdir sendiri, terpisah dari Peradilan Umum, Peradilan Militer, dan Peradilan Agama, sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970, dan berpuncak pada .Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.

Dalam rangka kedudukanya sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, FABRI menganggap penting mengemukakan ketentuan Pasal 24 dan Pasal 25 terutama penjelasannya yang menyatakan : kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan Pemerintah. Berhubung dengan itu hams diadakan jaminan dalam Undang-undang tentang kedudukannya para hakim. Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahon 1970 hal ini dijabarkan lagi, bahwa kekuasaan kehakiman yang merdeka ini mengandung pengertian di dalamnya kekuasaan kehakiman bebas dari campur tangan pihak kekuasaan Negara lainnya, dan kebebasan dari paksaan, direktiva atau rekomendasi yang datang dari pihak extra judiciil, kecuali dalam hal yanga diizinkan Undang-undang. FABRI merasa perlu menekankan hal ini, mengingat sistim Peradilan Tata Usaha Negara ini di mana yang dapat jadi Tergugat hanya Pemerintah, Badan atau Pejabat Tata U saha

· Negara. Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara inilah yang memberi putusan tentang validitas dan keabsyahan tindakan dari aparatur pemerintahan. Dalam

(16)

posisi seperti inilah diharapkan hak.im benar-benar merdeka dalam putusannya sehingga keadilan yang dicari oleh pencari keadilan benar-benar keadilan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Seterusnya FADRI perlu mengemukak.an, bahwa apa yang hendak dicapai dengan lembaga peradilan yang baru ini harus tidak lepas dan merupak.an upaya mencapai salah satu tujuan nasional, yakni memajukan kesejahteraan umum.

Aparatur pemerintahan bukans saja sebagai penyelenggara pemerintahan, tetapi juga adalah sebagai penggerak. dan pelak.sana pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.

Oleh karena itu adalah sangat wajar adanya tuntutan dan harapan yang besar dari segenap lapisan masyarak.at yang ditujukan kepada Peradilan Tata Usaha Negara sebagai lembaga peradilan yang baru, yang benar-benar suatu lembaga yang memberikan perlindungan.

Sidang yang kami muliakan.

Menurut catatan yang ada, keinginan dan usaha Pemerintah mewujudkan lembaga peradilan ini telah dirintis sejak. tahun 1948 (jadi 4 tahun) yang lalu, dengan disusunnya rancangan undang-undang tentang "Acara Perkara dalam soal Tata Usaha Pemerintah" oleh Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H., atas perintah Menteri Kehak.iman Drs. Susanto Tirtoprodjo, S.H. di Yogyak.arta sebelum ada penyerahan keda.ulatan. Rancangan itu terdiri dari 80 pasal dan ada 2 hal yang menarik perhatian, yaitu :

a. Presiden dan Wakil Presiden hanya dengan maunya sendiri dapat diajukan sebagai sak.si di muka persidangan (Pasal 75).

b. Undang-undang ini mulai berlak.u pada hari yang ak.an diterapkan oleh menteri Kehakiman (Pasal 80).

Pada tahun 1967 oleh DPR-GR diajukan usul inisiatif mengenai Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Kemudian bulan Pebruari 1976 muncul "Konsep Naskah Rancangan Undang-undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara", yang terdiri dari 35 pasal sebagai basil simposium yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional.

Ada 2 hal yang menarik perhatian, yak.ni :

1. Pengadilan Tata Usaha Negara terdiri dari : (Pasal 5) a. seorang hakim pengadilan umum sebagai Ketua;

b. dua anggota DPRD sebagai hak.im anggota;

c. dua orang pejabat sebagai hakim anggota;

d. dengan dibantu s eorang panitera.

2. Undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.

Selanjutnya tercatat pula Rancangan Undang-undangTentang Pengadilan Dalam

(17)

Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang diajukan oleh Pemerintah kepada DPR pada tanggal 13 Mei 1982 yang kemudian temyata ditarik kembali oleh Pemerintah. Rancangan Unclang-unclang ini terdiri dari 50 pasal clan muali berlaku pada tanggal diundangkan.

Demikianlah sekelumit catatan mengenai keinginan da upaya yang telah dirintis oleh Pemerintah, suatu bukti bahwa Pemerintah benar-benar ingin mewujudkan Negara Republik Indonesia sebagai negara yang berdasar atas hukum, tidak berdasar atas kekuasaan belaka.

Dan hari ini tanggal 13 Desember 1986, Pemerintah bersama-sama dengan DPR telah berhasil menyepakati Rancngan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara yang dipersembahkan kepada negara hukum Republik Indonesia yang terdiri dari 145 pasal, yang kita harapkan dapat segera disahkan menjadi Undang- undang Republik Indonesia.

FABRI dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada sernua pihak clan selamat kepada kita semua.

Hadirin yang berbahagia.

Fraksi kami memberi perhatian mengenal bebera menteri yang telah menjadi ketentuan dalam Rancangan Undang-unda.ng ini, yaitu :

1. Sengketa Tata Usaha Militer yang menyangkut masalah kepegawaian rniliter pada mulanya termasuk dalam pengertian sengketa Tata Usaha Negara telah diselesaikan dengan sangat memuasican ialah bahwa sengketa dimaksud tidak merupakan sengketa Tata Usaha Negara. Tidak lain, frak:si kami melalui kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada rekan-rekan FKP, FPP, FPDI dan last but not least kepada Pemerintah. Hal ini semata-mata didasarkan atas prinsip "unity of command" dalam ABRI di mana disiplin memegang peranan yang sangat vital dalam setiap kesatuan dan kehidupan masyarakat ABRI yang sifat clan karaktemya yang khusus.

2. Mengenai kedudukan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara telah pula diselesaikan dengan penuh kearifan, ialah bahwa dalam Rancangan Undang-undang ini ditentukan bahwa pengadilan Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat pertama berkedudukan di ibukota kabupaten atau kotamadya dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten atau kotamadya itu. Dernikian pula Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat banding dan berkedudukan di ibukota Propinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Propinsi itu. FABRI menyambut gernbira, karena hal serupa juga menjadi keinginan dari rekan-rekan fraksi lain dan untuk itu FABRI menyampaikan pengluugaan yang setinggi-singginya kepada Pemerintah.

3. Dalam Pasal 119 ayat (3) ditentukan bahwa besamya ganti rugi beserta tata cara pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Mengenai ahli ini FABRI mengharapkan perhatian Pemerintah agar besarnya kerugian sedemikian rupa sehingga keadilan yang didambakan oleh rakyat

(18)

pencari keadilan dapat dipenuhi, dengan mendasarkan pada suatu pnns1p, bahwa dengan putusan ganti rugi yang diterima tidak akan mengurangi keadaan/kemampuan penggugat dalam tingkat sosial dan tingkat ekonomi dalam penghidupannya sesuai dengan tujuan nasional yang diemban Pemerintah sebagai penyelenggara negara yaitu memajukan kesejahteraan rakyat.

Sebelum kami mengakhiri kata akhir singkat ini, kami mengharapkan agar:

1. Pemerintah sesuai dengan tahap pembangunan mengupayakan pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dalam waktu dekat ini.

2. Mewujudkan harapan masyarakat, khususnya rakyat pencari keadilan agar segala produk Peradilan Tata Usaha Negara yang merupakan lembaga peradilan yang baru itu justru tidak menghambat pembangunan, stabilitas dan ketahanan nasional.

3. Pemerintah dalam hal ini Menteri Kehakiman selalu dalam keadaan sehat wal'afiat sehingga terdapat kesinambungan dalam usaha penciptaan hukum dan pembaharuan hukum sesuai denagn amanat GBHN.

Akhir kata, atas nama FABRI kami menyatakan kesepakatan dan persetujuan atas Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara basil pembahasan Pansus Rancangan Undang-undang ini dengan Pemerintah diserahkan kepada Sidang Paripurna DPR-RI untuk mendapatkan persetujuan pengesahan oleh Presiden Republik Indonesia.

Wassalamu'alaikum warakhmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT : Tetap Merdeka.

Terima kasih untuk FABRI dan dengan demikian kami persilakan fraksi yang berikutnya, menurut urutannya adalah FKP, kami persilakan FK.P.

FKP (SOEBOEH REKSOJOEDO, S.H.) : Assalamu'alaikum warakhmatullahi wabarakatuh Yth. Saudara Ketua dan Pimpinan Pansus,

Yth. Saudara Menteri Kehakiman selaku Wakil Pemerintah, Sidang Pansus serta Hadirin yang terhormat,

Terlebih dahuJu kami mengajak seluruh hadirin, utamanya segenap Anggota Pansus, untuk sejenak menundukkan kepala seraya menghaturkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rakhmat dan KaruniaNya kepada kita semua Anggota Pansus, sehingga sampai dengan saat terakhir tugas kita membahas Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara ini kita selalu dalam keadaan sehat walafiat tidak ada halangan apapun.

(19)

Sidang Pansus, hadirin yang berbahagia,

Dalam kesempatan serta suasana yang berbahagia seperti sekarang ini, perkenankanlah Fraksi Karya Pembangunan untuk mengucapkan banyak terima kasih serta penghargaan yang setinggi-singginya kepada FABRI, FPP, FPDI dan Pemerintah, yang dalam hal ini diwakili Meneri Kehakiman, yang telah dapat menerima sebahagian besr usul serta saran FKP di dalam upayanya untuk menyempumakan Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ini.

Sebagaimana telah diketahui dalam membahas Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, FKP banyak mengajukan masalah, yaitu terdapat dalam DIM FKP yang meliputi 175 masalah, dan yang dikemukakan secara spontan maupun secara lisan dalam pembahasan di forum Pansus dan forum Panja, yang berisi usul perubahan dan saran perbaikan materi Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, baik yang menyangkut sistimmatika maupun substansinya yang meliputi juduimtel, Konsideran, Batang Tubuh dan Penjelasannya, semuanya itu diarahkan pada satu tujuan yaitu agar lebih baik dan lebih sempumanyaa Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ini.

Perlu kami kemukakan di sini, bahwa materi permasalahan yang diajukan FKP sebahagian adalah merupakan aspirasi masyarakat yang dapat diserap oleh FKP melalui dengar pendapat yang dilakukan fraksi kami dengan para praktisi di bidang hukum, para praktisi di pemerintaan, serta para teoritisi/ilmuwan baik yang ada di Lembaga Perguruan Tinggi terkemuka, dan ilmuwan perorangan. Oleh karena itu ijinkanlah melalui Forum ini FKP menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bekal kepada Anggota FKP yang duduk di Pansus, sehingga dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam membahas Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ini yang insya Allah dalam waktu dekat dapat disahkan menjadi undang-undang.

Beberapa masalah dalaam DIM FKP yang berisi usul perubahan dan saran perbaikan temyata tidak diterima oleh rapat Pansus, meskipun sesungguhnya menurut pemikiran fraksi kami usul dan saran dimaksud baik dan benru; namun pada akhimya fraksi kami dengan lapang dada, hati ikhlas, dapal menerima basil keputusan Rapat Pansus yang dicapai melalui prosedur musyawarah untuk mufakat.

Di samping itu FKP menyadari sepenuhnya bahwa Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara yang telah kita bahas merupakan tahap awal untuk menuju suatu sistim Peradilan Tata Usaha Negara yang lebih sempurna.

Saudara Ketua, Anggota Pansus dan Hadirin yang kami hormati,

Selanjutnya kami akan menyampaikan beberapa gambaran da kesan selama jalannya pembahasan Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara baik yang di forum Pansus, Panja, Timus dan Tim Kecil, sebagai berkut : Tentang Materi : Materi yang kita bahas di Pansus Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara yang dibuat oleh Pemerintah terdiri enam Bab memuat 141 pasal dan penjelasannya. Rancangan Undang-undang Peradilan Tata

(20)

Usaha Negara yang dibuat ini merupak.an hal baru yang dalam tata hukum Nasional belum pemah ada/diketemukan, bahkan pada masa kolonial juga belum di kenal adanya Peradilan Tata Usaha Negara. Mak.a wajar, bahwa Rancangan Undang- undang Peradilan Tata Usaha Negara baik di Batang Tubuh maupun pada Penjelasan diketemukan istilah dan rumusan hukum yang dirasa · asing.

Dua fak.tor yang kami kemukak.an dari Peradilail Tata Usaha Negara yang dibahas pansus, secara obyektif harus diterima sebagai hal yang dapat dikategorkan hal yang berat dan sulit, berat bila dilihat kwantitasnya, sulit bila dilihat isinya yang merupak.an hal baru.

Wak.tu Pembahasan : Untuk membahas Peradilan Tata Usaha Negara dengan beban materi dua faktor seperti yang telah dikemukakan di atas, kiranya wak.tu yang tersedia yang hanya dua bulan dirasa sangat kurang oleh frak.si kami, wak.tu yang kurang, dapat berakibat bahwa suatu ketika kita harus bekerja di luar jam kerja biasa, hal in dirasakan para anggota frak.si kami Untuk soal wak.tu FKP meminta perhatian Ketua Pansus, agar di masa yang ak.an datang apabila ak.an membahas suatu Rancangan Undang-undang soal cukuj> wak.at perlu mendapat perhatian. Dua hal seperti telah kami kemukak.an, yaitu tentang Mateti dan wak.tu pembahasan, ibarat matematika dapat kami istilahkan sebagai hal yang negatif, tapi syukur alhamdulillah, bahwa memasuki pembahasan Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, kita dibekali pula dengan hal-hal yang sifatnya temporer ialah b.ahwa semua farak.si dan Pemerintah bertekad bulat untuk dapat menyelesaikan Pembahasan Rancangan Undang-undang ini tepat sesuai jadwal wak.tu yang diberikan; dan masing-masing frak.si serta Pemerintah menyadari sepenuhnya, bahwa untuk membuat Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ini adala.Q suatu togas mulia karena berarti kita telah dapat menyelesaikan tugas yang diamana&m oleh rakyat seperti yang terdapat di dalam GBHN, dan sama sependapat lahirnya Peradilan Tata Usaha Negara sangat diperlukan oleh masyarak.at pencari Peradilan. Satu hal lagi, yang mempunyai nilai positif yang bersifat abadi adalah bahwa masing-masing sebagai organisasi sosial politik secara yuridis formal terikat adanya satu azas yaitu Pancasila, sedangkan Pemerintah tidak. berbeda halnya. Lebih dari itu kami dapat melihat dan merasakan bahwa masing-masing anggota pansus secara individu dalam membahas Rancangan Undang-undang ini menunjukkan sikap sebagai insan Pancasila, insan yang selalu menghayati semangat musyawarah untuk mencapai mufakat dengan dilandasi semangat persatuan dan kesatuan dan mengamalkannya dalam wujud nyata dari sikap dan gerak langkanya dalam pembahasa Rancangan Undang-undang ini.

Kedua hal yang telah kami uraikan di atas yang mewamai panorama yang indah dalam alam pembahasan Rancanga Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara baik di arena Pansus, Panja, Timus dan Timcil dan dengan materi yag berasal dari DIM semua frak.si yang berjumlah 390 masalah ditambah masalah baru yang timbul dan berkembang dalam pembahasan, hasilnya adalah 172 masalah dapat diselesaikan Rapat Pansus 108 masalah diselesaikan di forum Panja, yang

n_,A

(21)

dengan Tim Pojoknya (lobby) 99 masalah diselesaikanoleh Tim Perumus dan 4 masalah diselesaikan oleh Tim Kecil.

FKP menyadari sepenuhnya, bahwa perdebatan yang terjadi antara fraksi- fraksi dengan DIM-nya di satu fihak betemu dengan Pemerintah dengan Rancangan Undang-undangnya maupun antar fraksi dengan masing-masing DIM-nya pada hakekatnya mempunyai satu tujuan, yaitu agar dapat menghasilkan suatu undang- undang yang baik, dan pula sadar bahwa Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara adalah merupakan tatanan hukum yang belum pemah ada, sehingga merupakan hal yang baru. Namun demikian FKP di samping mempunyai tujuan yang sama dengan fraksi-fraksi lain masih dilandasi pemikiran lainya, yaitu fraksi kami ingin sebanyak mungkin adanya ketentuan di dalam Rancangan Undang- undang Peradilan Tata Usaha Negara ini yang sifatnya memberi kemudahan- kemudahan kepada rakyat kecil pencari keadilan, agar keseimbangan benar-benar dapat terwujud di samping sifat khusus dari Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ini harus tampak nyata. Atas landasan pemikiran itu maka usul dari FKP yang kami anggap paling baik dan benar maka tidak bisa digoyahkan atau tdak dapat menerima saran pendapat fraksi lain maupun Pemerintah.

Saudara Ketua, Sidang Pansus dan Hadirin yang kami hormati,

Seperti umpamanya di bidang elektrisasi, maka bertemunya aliran negatif dan positif dapat menghidupkan sinar lampu yang terang benderang, dapat menghidupkan mesin AC penyejuk ruangan dan kulkas untuk penyejuk minuman, begitu pula halnya dengan pembahasan Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ini yang seperti di atas telah kami kemukakan adanya dua faktor yang negatif dan posit.if, maka terpadunya kedua faktor tersebut sampailah kita pada akhimya dapat menyelesaikan keseluruhan si Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ini, sehingga pada waktunya nanti disyahkan menjadi Rancangan Undang Peradilan Tata Usaha Negara, yang dap~tmenerangi bagi yang kegelapan, dan memberi kesejukan · bagi yang kepanasan dan memberi minuman yang sejuk bagi yang kehausan.

Demikian kesan-kesan pokok dari

FKP

aalam melaksanakan tugas untuk membahas Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara dan fraksi kami menyadari sepenuhnya apa yang dihasilkan dalam Rancangan Undang- undang Peradilan Tata Usaha Negara dimaksud belum dapat memuaskan semua fihak, namun yang penting adalah bahwa ketentuan-ketentuan yang telah berhasil dirumuskan dalam Rancangan Undang-undang ini dapat memenuhi harapan masyarakat pencari keadilan dan para penegak hukum khususnya bagi para calon Hakim Peradilan Tata Usaha Negara maupun para Pejabat Tata Usaha Negara.

Selanjutnya perkenankan kami menyatakan : dengan ini FKP dapat menyetujui basil rumusan Pansus terhadap Rancangan Peradilan Tata Usaha Negara untuk selanjutnya dimintakan pengesyahan Dewan pada kesempatan Pembicaraan Tingkat IV yang akan da:tang.

Saudara Pimpinan Sidang Pansus dan hadirin yang berbahagia,

(22)

Sebelum kami akhiri pemyataan persetujuan dari fraksi kami perkenankan kami menyampaikan penghargaan kepada Pimpinan Pansus yang telah melaksanakan togas Kepemirnpinan dengan arief dan bijaksana. Selanjutnya kami atas nama segenap Anggota FKP yang duduk di Pansus memohon maaf sebesar-besamya kepada Pemerintah, FPDI, FPP. FABRI dan segenap Pimpinan Pansus atas segala hal yang dirasakan kurang berkenan di hati selama kita berdiskusi dan ada pendapat dalam membahas Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara.

Dan kami berharap agar kerjasama yang baik selama ini dapat dilanjutkan dalam kesempatan yang akan datang.

Demikianlah pemyataan persetujuan FKP atas Rancangan Peradilan Tata Usaha Negara.

Terima kasih,

Wabillahi Taufiq Walhidayah, Wassalamu'alaikum W~ Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Kepada FKP kami sampaikan terima kasih, sekarang kami persilakan dari FPDI.

FPDI (SUPARMAN ADIWIDJAJA, S.H.) : Assalamu'alaikum Warahamtullahi Wabarakatuh, Merdeka,

Saudara Pimpinan Yang Terhormat, Saudara Wakil Pemerintah,

Anggota Pansus Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara yang kami hormati,

Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara oleh Dewan bersama Pemerintah pada hari ini selesai.

Cara pembahasan tahap demi tahap telah dilalui mulai pembahasan di Pleno Pansus, Panja, Timcil, dan Timus sampai waktu pengesahan hari ini di Pleno Pansus kembali.

Syukur alhamdulillah walaupun FPDI dalam Pansus ini hanya 'dengan tenaga tiga orang tahap-tahap pembahasan itu telah dapat kami ikuti secara tuntas dengan selamat. Hal ini tidak lain karena rasa tanggung jawab kami bersama-sama dengan fraksi lainnya untuk dapat menyelesaikan Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara pada tahun ini juga. Faktor lain yang menunjang dapat ikut sertanya kami berpartisipasi adalah karena kami diberikan kesehatan oleh Allah Subhanahuwataala, dan untuk itu kami mensyukurinya.

Pembahasan sebuah Rancangan Undang-undang kali ini cukup melelahkan bagi kami. Hal ini dikarenakan permasalahannya adalah barn. Sehingga kami harus mencurahkan segala perhatian, ketelitian, pengamatan, dan wawasan yang cukup dalam pembahasan agar undang-undang yang dihasilkari oleh Pemerintah bersama

(23)

Dewan itu baik. Untuk itu FPDI telah memberikan secara maksimal baik pikiran maupun konsepsi dalam pembahasan Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara itu sudah maksimal. Sebingga Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang disebut juga (citeertitel) Undang-undang Peradilan Administrasi Negara yang dihasilkan oleb Dewan untuk tahap awal sudah maksimal juga. Untuk menyempumakannya masib terbuka kesempatan di masa-masa

mendatang sesuai dengan perkembangan.

Masalah yang kami anggap penting dan mendasar yaitu itikad baik kita ber- sama bahwa sarana hukum untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara itu telah ada minimal telah dipersiapkan. Hanya saja memang sangat disesalkan bahwa untuk penerapannya sesuai keputusan kita bersama itu selambat-lambatnya

Hrna

tahun sejak undang-undang ini diundangkan. FPDI sangat menyadari kesulitan yang dihadapi Pemerintah sekarang ini di bidang ekonomi.

Namun demikian FPDI pun menyadari pula bahwa benturan pencari Keadilan sebagai akibat sampingan dalam proses pembangunan itu harus segera diselesaikan sengketanya melalui Peradilan Tata Usaha Negara. Karena kami menyadari bahwa Peradilan Tata Usaha Negara itu diadakan dalam rangka memberi perlindungan kepada pencari keadilan yang merasa dirinya dirugikan akibat suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Dengan kata lain Peradilan Tata Usaha Negara itu diadakan untuk meluruskan birokrasi.

Dengan demikian Saudara Pimpinan, FPDI menyetujui Rancangan Undang- undang tentang Peradiian Tata Usaha Negara basil pembahasan di Pansus untuk selanjutnya disampaikan di pembahasan Tingkat IV.

Kepada fihak Pemerintah, fABRI, FKP dan FPP, juga Staf Sekretariat, dan para Wartawan, serta TVRI atas kerjasamanya selama pembabasan, kami mengucapkan terima kasih. Semoga basil kerja kita mendapat ridho dan keberkahan dari Allah Subhanahuwataala, segala kesalahan, kekurangan, kekhilafan dan tingkah laku serta ucap yang tidak berkenan di bati bapak-bapak dan ibu-ibu dapat dimaafkan.

KETUA RAPAT :

Kepada FPDI disampaikan terima kasih untuk selanjutnya dipersilakan FPP.

FPP (TGK. H.M. SALEH) :

Saudara Pimpinan, Saudara Menteri beserta Staf, apra rekan anggota Pansus yang berbahagia. Syukur AlhamduliUah segala nikmat dan puji kepada Allah Swt.

yang telah menganugerahkan kesehatan lahiriah dan batiniah kepada kita sekalian pada bari ini, sebinga dapat menghadiri rapat terakhir daripada Pansus yang berbahagia ini. Dan untuk ini kami menyampaikan terima kasih atas kesempatan ini dan pada kesempatan ini kami dari FPP akan menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

( 1) Pada bagi hari ini rapat Pansus sudah sampai pada taraf akhir mengambil kesimpulan dari basil-basil musyswarah, baik yang ada dalam Pansus atau

(24)

Panja termasuk Tun Lobby, Tunus dan Tuncil. Musyawarah selama ini telah berlangsung dengan sungguh-sungguh, serius tetapi penuh toleransi dan selalu diliputi oleh hikmah kebijaksanaan pennusyawaratan untuk mencapai kata sepakat. Meskipun masing-masing dengan teguh mempertahankan pendiriannya dengan segala argumentasinya, tetapi tidak saling menjauh satu sama lain bahkan bahkan selalu berusaha untuk mencari pendekatan-pendekatan mana yang lebih benar atau mana yang dapat dilaksanakan pada saat sekarang ini, atau dengan Jain perkataan mencari kebenaran dengan betpihak pada keadaan nyata dan menghindari terbuai oeh khayalan. Meskipun kadang-kadang mimik muka berubah menjadi merah, tetapi tidak merupakan bertanda marah tetapi laksana mawaramerahyang semerbak harum baunya. Suasana yang demikianlah yang telah menghasilkan karya besar ini untuk dipersembahkan kepada bangsa dan Negara Republik Indonesia terutama bagi rakyat mencari keadilan di manapun mereka berada. Dalam hubungan ini, FPP menunjuk kepala dan menadah kedua tangan, memanjat syukur kepada Allah Subhanahuwataala, yang telah memberi taufiq dan hidayahNya pada kita semua selama pembahasan Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ini, kecuai itu menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada saudara Pimpinan Pansus, saudara Menteri Kehakiman dengan segenap stafnya, saudara-saudara dari FABRI, FKP dan FPDI dan tidak lupa pula terima kasih kami kepada Saudara-saudara Sekretariat yang dengan segala susah payah melayani Pansus ini. Kerja sama yang terjalin selama ini, kecuali telab menghasilkan karya besar seperti kami sebutkan di atas juga telah menanamkan suatu kengangan inda dan mempunyai makna tersendiri yang tidak akan terlupakan sepanjang masa.

(2) Rancangan Undang-undang yang kita selesaikan hari ini adalah satu produk Undang-undang Peradilan Tuta Usaha Negara yang untuk pertama kali, karena selama Indonesia merdeka belum dikenal antara Peradilan Tata Usaha Negara dan meskipun dalam pasal Undang-undang Pokok Kekuasaan kebakiman Nomor 14 Tahun 1970 sudah diharuskannya adanya Peradilan Tata Usaha Negara di samping peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer tapi baru saat inilah dapat diciptakan, sehingga dengan demikian merupakan sejarah baru di bidang peradilan. Oleh karena itu dalam pembahasan Rancangan Undang-undang ini, kecuali kitamenginginkan supaya pengaturannya lebih jelas dan konkrit dan memenuhi maksud ~ya kepastian hukum akan tetap . tidak kurang pula kita bersikap hati-hati ~ngan menyadari bahwa ini adalah taraf aw.al yang nanti setelah perk;e~bangannya masih akan dapat disempurnakannya lagi pada masa-masa f4mg akan datang. Oleh karena itu pula maka ada 3 masalah yang. harus dkol'lsultasikan kepada Bapak Presiden melalui Saudara Menteri Kehakiman yaitu mengenai judul Tata Usaha Militer (ABRI) dan tenggang waktu mulai berlaku peraturan undang-undang ini. · . · · (3) Sesuai sebagaimana yang telah ditentkan p~ Konsideran, bahwa kita

menginginkan aparatur Pemerintah yang bersih, berwibawa, memberi pelayanan

(25)

kepada rakyat dan selalu tegak atas garis kebenaran dengan melaksanakan segala peraturan perundangan yang berlaku. Peradila Tata Usaha Negara kecuali untuk memenuhi maksud rakyat pencari keadilan juga dimaksudkan untuk tetap terwujud aparatur negara yang bersih sebagaimana yang kami sebutkan di atas. Peradilan Tata Usaha Negarajuga merupakan batu ujian bagi aparatur negara dalam mennaikan tugasnya sehari-hari. Peradilan Tata Usaha Negara juga memerikan pengayoman dan perlindungan bagi rakyat pencari keadilan.

(4) Disepakatinya pengadilan Tata Usaha Negara di setiap ibukota Kabupaten dan Kotamadya dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara di ibukota propinsi (Pasal 6) berarti mendekatkan rakyat dengan peradilan ini, dan dengan sendirinya peradilan ini akan dapat dimasyarakatkan seperti peradilan-peradilan lainnya.

Seandainya tidak diatur seperti ini yakni masih seperti dalam konsep semula maka peradilan ini akan menja:di menara gading yang jauh dari rakyat. Untuk ini sekali lagi kami sampaikan terima kasih kepada Pemerintah dalam hal ini saudara Menteri Kehakiman yang dapat menerima usul fraksi-fraksi, sehingga peradilan berada di tengah-tengah masyarakat. Kami menyadari bahwa pengadaan peradilan Tata Usaha Negara ini akan kita mulai dari nol, dan luasnya wilayah Republik Indonesia, maka pengadaan Peradilan Tata U saha Negara adalah suatu pekerjaan yang besar, yang akan menentukan biaya cukup banyak untuk membangun kantor-kantor pengadilan Tata Usaha Negara di seluruh Indonesia dan mengadakan tenaga-tenaga Hakim, panitera dan sekretariat, serta menyadari keadaan ekonomi keuangan kita dewasa ini sedang sangat prihatin lebih-lebih dengan penyusunan APBN pada tahun anggaran mendatang seara realistis atau menurut keadaannya yang nyata, maka kami sangat memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Pemerintah.

Kami yakin Pemerintah akan melaksanakan tugas yang berat ini secara bertahap. Layar sud!1h berkembang, pantang surut kebelakang. Ini sudah mulai dengan bismillah maka akan terus dilaksanakannya sampai ke batas sampai tuntas dan atas dasar ini pula kami bisa menerima tenggang waktu selambat- lambatnya 5 tahun (Pasal 145). Namun kami harapkan mudah-mudahan Pemerintah dapat mewujudkannya dalam waktu relatip singkat.

(5) Pada dasarnya Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara akan selalu melaksanakan tugas dengan baik dalam rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat untuk kepentingan umum, sehingga keputusan-keputusannya akan terns berjalan sebagaimana mestinya, walaupun sudah ada gugatan dari penggugat yang disampaikan kepada pengadilan Tata Usaha Negara (Pasal 67 ayat (1).

Namun demikian dalam hal tertentu apabila penggugat sangat merasa dirugikan pengadilan diperkenankan untuk menghentikan pelaksanaan Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sampai ada keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap dari Pengadilan Tata Usaha Negara (Pasal 67 ayat (2), (3) dan (4). Ketentuan ini sangat manusiawi dan merupakan benang halus

(26)

sambung rasa yang melekat dalam lubuk hati inclan Indonesia.

( 6) Dalam undang-undang ini telah diatur mengenai biaya-biaya perkara (Pasal 59 dan Pasal 111) tetapi dalam arti kreteria-kreterianya saja tidak dapat disebut secara konkrit, karena naik turun harga clan ongkos selalu berkembang dari waktu ke waktu : U mpamanya haiga kerta sekarang ini tidak akan sama dengan harga kertas di masa-masa yang akan datang, maka di sini sangat diharapkan kejujuran dari Penitera, sehingga meringankan beban rakyat pencari keadilan.

Demikian juga ada ketentuan Pasal 60 clan 61 bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari biaya perkara. maka dalam hal ini, pengadilan dapat benarbenar memberikan kebebasan daripada pembayaran itu meskipun dia tidak dapat memperoleh surat keterangan tidak mampu dari lurah atau camat.

Kita juga belum bisa mengatakan bahwa camat clan lurah tidak mau memberikan keterangan tersebut. Karena mungkin ia kesulitan disebabkan adanya beban psikologhis karena rakyat ini akan menggugat Badan. atau Pejabat Tata Usaha Negara.

(7) Peradilan ini dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan maksud Unclang- undang Nomor 14 Tahun 197 clan wewenang yang ada dalam Unclang-undang ini (Pasal 47 s/d 52) hendaknya dapat dilakukan demi keadilan clan kepastian hukum serta mampu menempatkan penggugat clan tergugat sejajar clan sama dihadapkan hukum. Prinsip ini sangat menonjol clan menentukan pada Peradilan Tata Usaha Negara karena perbedaan yang nyata antara rakyat pencari keadilan sebagai penggugat dengan badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sebagai tergugat, maka keteguhan hakim dalam melaksanakan tugasnya sangat menentkan bagi tegaknya keadilan clan karena diharapkan Pemerintah clan semua pihak untuk memberi dukungan yang lebih besar bagi terwujudnya suatu peradilan yang merdeka dan tidak dipengaruhi oleh pihak lain.

(8) Dalam unclang-undang ini (Pasal 128) sudah ditentukan dapat diberikan ganti rugi kepada penggugat maka dalam ubungan ini, sesuai dengan pembicaraan yang berkembang dalam masalah ini dan juga telah dicantumkan dalam penjelasannya. Maka hendaknya benar-benar diperhatikan keadaan yang nyata, yang merugikan Penggugat sehingga ia dapat mencari yang lain daripada haknya yang telah diambil untuk sesuatu kepentingan. Sehingga asas keseimbangan dan keserasian selalu terlihat dengan nyata dan dapat dirasakan oleh rakyat apalagi kalau kita ingat bahwa pengadilan adalah benteng terakhir bagi rakyat untuk memperoleh keadilan.

(9) Setiap keputusan pengadilan termasuk Keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara ini akan sampai kepada suatu keputusan yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 115) dan inilah yang harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan seharusnya tidak ada lagi proses hukum dari yang ada hanya pelaksanaannya saja. Meskipun dalam undang-undang ini ada ketentuan yang berbau masih aclanya proses hukum.

Referensi

Dokumen terkait

Tolok ukur objek, PTUN tidak hanya memeriksa dan memutus KTUN, akan tetapi juga meliputi semua perbuatan pemerintahan yang bersumber dari wewenang hukum publik,

PEMERINTAH (MENTER! KEHAKIMAN/ISMAIL SALEH, S.H.): Mengemukakan bahwa memang benar apa yang dikemukakan oleh FKP bahwa di dalam membahas Pasal 2 butir b Pemerintah

PEMERINTAH (MENTERI KEHAKIMAN/ISMAIL SALEH, S.H.): Latar belakang Pemerintah mengajukan rumusan Pasal 6 adalah didasarkan kepada sikap Pemerintah yang ingin