• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM UPAYA MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM UPAYA MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Dibuat Oleh;

Siti Nuriima Ramdhani 022106089

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

PEBRUARI2012

(2)

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai geiar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor

Mengetahui,

Fakul/as Ekonomi

i

'^S/TAS?^

Ketua Jurusan Akuntansi,

(Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, MM.,SE.,Akt.,CFr.A.) (Dr. \ohanes Indr^ano, MM.,SE.,A1^-)

(3)

Skripsi

Telah disidangkan dan dinyatakan lulus Pada Hari: Sabtu, 11 Pebruari 2012

Sitl Nurlima Ramdhani 022106089

Menyetujui,

Dosen Penilai,

( Dr/Hendro Sasongko, MM.,Akt.)

Pembimbing,

( Wayan Rai Suarthana, MM.,Drs.,Akt.)

Co. Pembimbing,

(Ellyn Octavianty, MM.,SE.)

Ill

(4)

bimbingan: WAYAN RAI SUARTHANA dan ELLYN OCTAVIANTY

Bahan baku merupakan suatu kebutuhan pokok perusahaan di dalam melaksanakan proses produksi. Bahan baku yang cukup dalam perusahaan akan membantu kelancaran

proses produksi. Persediaan bahan baku merupakan faktor dominan bagi perusahaan.

Masalah yang sering dialami perusahaan terkait dengan penyediaan bahan baku adalah

jumlah bahan baku yang kurang atau kelebihan. Kedua hal ini tentu akan menimbulkan

kerugian secara finansial bagi perusahaan. Kekurangan bahan baku pada persediaan tentu akan berdampak pada terhambatnya proses produksi, sedangkan kelebihan persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak juga memerlukan biaya-biaya untuk penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku tersebut selama di dalam gudang. Untuk memperbaiki kelemahan tersebut, maka perlu adanya perencanaan persediaan bahan baku yang dapat membantu manajemen perusahaan dalam menentukan persediaan dengan jumlah dan waktu yang tepat,

sehingga proses produksi dapat beijalan lancar.

Penelitian dilakukan pada PT Glasfindo yang berlokasi di Desa Dayeuh Km 25,8 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. PT Glasfindo merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri Glassmat (elemen untuk accu) dengan tipe produk yang dibuat 750 x 930, sebagai salah satu bahan baku Pulp Separator untuk pembuatan accu (battery) kendaraan bermotor. Fungsi dari Pulp Separator adalah sebagai penampung kotoran di dalam accu (battery) yang disebabkan oleh reaksi kimia, sehingga tidak terjadi hubungan

pendek.

Dalam penelitian ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, diantarnya yaitu Untuk mengetahui jiercncanaan persediaan bahan baku saat ini pada PT Glasfindo, untuk mengetahui pencapaian efisiensi biaya bahan baku pada PT Glasfindo, dan untuk mengetahui

peranan perencanaan persediaan bahan baku dalam upaya meminimalkan biaya persediaan

pada PT Glasfindo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif, yaitu dengan cara menggambarkan keadaan objek penelitian dengan

mengumpulkan data-data rslevan yang ada, kemadian disusun, dipelajari, dan dianalisis lebih

lanjut.

Berdasarkan hasil perhiiungan dengan membandingkan biaya realisasi persediaan

menurut pembukuan PT Glasfindo pada tahcn 2007 hingga 2010 dengan altematif metode

EOQ, bahwa terdapat selisih yang menunjukkan dengan penggunaan asumsi metode EOQ biaya persediaan lebih kecil, dengan selisih tersebut pada tahun 2007 sebesar Rp 5.699.660, tahun 2008 sebesar Rp 45.090.132. Selanjutnya tahun 2009 selisih tersebut sebesar Rp 58.239.221, dan tahun 2010 sebesar Rp 102.279.828. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa penetapan metode EOQ bcrperan penting dalam meminimalkan biaya persediaan.

IV

(5)

Rahmat dan Karunianya Penulis dapat menyelesaikan penulisan skrlpsi yang berjudul Peranan Perencanaan Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya Meminlmalkan Biaya

Persediaan pada PT Glasfindo".

Dalam penyusunan skrlpsi ini, penulis telah banyak memperoleh banyak bantuan

dari berbagai pihak balk secara moril maupun secara materil hingga terselesaikannya skrlpsi ini, Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besamya khususnya kepada:

1. Mama dan Papa yang telah memberikan doa, support balk secara moril maupun

materil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, MM., SB., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pakuan, Bogor.

3. Bapak Dr. Yohannes Indrayono, MM., SE., Ak., selaku Ketiia Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.

4. Bapak Wayan Rai Suarthana, MM., Drs., Ak., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Ellyn Octavianty, MM., SE., selaku Co. Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan dorongan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Para pimpinan, Manajer Produksi, dan HRD pada PT Glasfindo yang telah memberikan izin, memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis.

'7. Tunanganku Alpi Sahrin, SE. yang selalu memberikan bantuan dan dukungannya

selama ini.

(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempuma. Untuk itu dengan kerendahan dan rasa terima kasih, penulis menerima kritlk dan saran yang berguna untuk kesempumaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Pebruari 2012

Penulis

VI

(7)

LEMBAR PENGESAHAN ii

ABSTRAK iv

KATAPENGANTAR v

DAFTARISI vii

DAFTARTABEL x

DAFTARGAMBAR xi

DAFTARLAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian 1

1.2. Perumusan dan Identifikasi Masalah 3

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 4

1.4. Kegunaan Penelitian 4

1.4.1. Kegunaan Teoritis 4

1.4.2. Kegunaan Praktis ; 5

1.5. Kerangka Pemikiran dan Paradigma Penelitian 5

1.5.1. Kerangka Pemikiran 5

1.5.2. Paradigma Penelitian 10

1.6. Hipotesis Penelitian 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persediaan 12

2.1.1. Pengertian Persediaan 12

2.1.2. Tujuan Persediaan 13

2.1.3. Jenis-jenis Persediaan 14

2.2. Persediaan Bahan Baku 15

2.2.1. Pengertian Bahan Baku 15

2.2.2. Pengertian Persediaan Bahan Baku 16

2.2.3. Faktor-faktor dalam Persediaan Bahan Baku 17

2.3. Perencanaan Bahan Baku 18

2.3.1. Pengertian Perencanaan Persediaan Bahan Baku 19 2.3.2. Tujuan Perencanaan Persediaan Bahan Baku 20

2.3.3. Pembelian Bahan Baku 20

2.3.4. Penyimpanan Persediaan Bahan Baku 21 2.3.5. Kebijakan Perencanaan Persediaan Bahan Baku 22

2.3.5.1. Metode Economic Order Point (EOQ) 23

2.3.5.2. Metode Reorder Point 25

2.3.5.3. Metode Safety Stock 26

VII

(8)

2.5. Peranan Perencanaan Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya

Meminimalkan B iaya Persed iaan 31

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian 33

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Desain Penelitian 34

3.2.2. Operasionalisasi Variabel 36

3.2.3. Prosedur Pengumpulan Data 36

3.2.4. Metode Analisis 37

BAB IV BASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 40

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan PT GLASFINDO 40 4.1.2. Struktur Organisasi, Tugas dan Wewenang

PT GLASFINDO 40

4.1.3. Bidang Usaha dan Kegiatan PT GLASFINDO 48 4.2. Peinbahasan Identifikasi dan Tujuaa Penelitian 50

4.2.1. Perencanaan Persediaan Bahan Baku pada

PT Glasfindo

4.2.1.1. Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku 51

4.2.1.2. Pembelian Bahan Baku 52

4.2.1.3. Pemakaian Bahan Baku 54

4.2.1.4. Penyimpanan Bahan Baku 55

4.2.2. Eflsiensi Biaya Bahan Baku 59

4.2.2.1. Upaya-upaya Pencapaian Efisiensi Biaya

Bahan Baku 59

4.2.2.2. Pencapaian Eflsiensi Biaya Bahan Baku pada

PT Glasfindo 60

4.2.2.3. Biaya-biaya Terkait Pengadaan Bahan Baku ... 62 4.2.2.4. Altematif Pengadaan Bahan Baku dengan

Metode EOQ 65

4.2.2.5. Pencapaian Efisiensi Bahan Baku dengan

Metode Economic Order Quantity (EOQ) 77

4.2.3. Peranan Perencanaan Persediaan Bahan Balm Dalam

Upaya Meminimalkan Biaya Persediaan pada

PT GLASFINDO 84

VlII

(9)

LAMPIRAN

IX

(10)

Tabel 1. : Data Bahan Baku Pada FT Glasfindo untuk Tahun 2007-2010 2

Tabel 2. : Peranan Perencanaan Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya

Meminimalkan Biaya Persediaan Pada PT Glasfindo 36

Tabel 3. : Kebutuhan Bahan Baku Pada PT Glasfindo Untuk Tahun

2007 -2010 52

Tabel 4. : Pembelian Bahan Baku Pada PT Glasfindo Untuk Tahun 2007-2010 ... 54 Tabel 5. : Pemakaian Bahan Baku Pada PT Glasfindo Untuk Tahun 2007-2010... 55 Tabel 6. : Realisasi Pembelian Bahan Baku pada PT Glasfindo untuk tahun

2007-2010 61

Tabel 7. : Perhitungan biaya persediaan bahan baku pada PT Glasfindo untuk

Tahun 2007-2010 64

Tabel 8. : Perhitungan biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan

metode EOQ tahun 2007 78

Tabel 9. : Perhitungan biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan

metode EOQ tahun 2008 ; 78

Tabel 10. : Perhitungan biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan

metode EOQ tahun 2009 79

Tabel 11.: Perhitungan biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan

metode EOQ tahun 2011 80

Tabel 12. : Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku menurut Perusahaan

dengan Metode EOQ Tahun 2007 81

Tabel 13. : Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku menurut Perusahaan

dengan Metoe EOQ Tahun 2008 82

Tabel 14. : Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku menurut Perusahaan

dengan Metoe EOQ Tahun 2009 82

Tabel 15. : Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku menurut Perusahaan

dengan Metoe EOQ Tahun 2010 83

(11)

Gambar 4.: Proses Produksi Glassmat 49

XI

(12)

Lampiran 2.: Flowchart Proses Produksi

Lampiran 3.: Rencana Pengiriman Glassmat

XII

(13)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Bahan baku merupakan suatu kebutuhan pokok perusahaan di dalam melaksanakan proses produksi. Dengan tersedianya bahan baku yang cukup diharapkan dapat memperlaiicar kegiatan produksi dan memenuhi kebutuhan konsumen tepat pada waktunya.

Bahan baku yang cukup dalam perusahaan akan membantu kelancaran

proses produksi. Persediaan bahan baku merupakan faktor dominan bagi perusahaan. Masaiah yang sering dialami perusahaan terkait dengan penyediaan bahan baku adalah jumlah bahan baku yang kurang atau kelebihan. Kedua hal ini

tentu akan menimbulkan kerugian secara finansial bagi perusahaan.

Kekurangan bahan baku pada persediaan tentu akan berdampak pada

terhambatnya proses produksi, sedangkan kelebihan persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak juga memerlukan biaya-biaya untuk penyimpanan dan

pemeliharaan bahan baku tersebut seiama di dalam gudang.

Untuk memperbaiki keiemahan tersebut, maka perlu adanya perencanaan

persediaan bahan baku yang dapat membantu manajemen perusahaan dalam

menentukan persediaan dalam jumlah dan waktu yang tepat, sehingga proses

produksi dapat berjalan lancar.

(14)

PT Glasfindo merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri Glassmat (elemen untuk accu) dengan tipe produk yang dibuat 750 x 930, sebagai saiah satu bahan baku Pulp Separator untuk pembuatan accu (battery) kendaraan bermotor. Fungsi dari Pulp Separator adalah sebagai penampung kotoran di dalam accu (battery) yang disebabkan oleh reaksi kimia, sehingga tidak terjadi hubungan pendek.

PT Glasfindo menyusun perencanaan kebutuhan bahan baku pada saat

perusahaan menyusun perencanaan produksi. Data kebutuhan dan pembelian bahan baku selama 4 (empat) tahun dapat dilihal pada tabel 1 berikut:

Tabell.

Data Bahan Baku pada PT Glasfindo Untuk tahun 2007sampai dengan tahun 2010

(ribuan)

Tahun

Kebutuhan Pcmhelian Sisa Safety Slock Kelebihan

Kg Rp. Kg Rp. Kg Rp. Kg Rp. Kg Rp.

2007 SCO 600.000 520 624.000 20 24.000 12,5 15.000 7.5 9.000

2XS 2009

593 711.600 615 738.000 22 26.400 14,8 17.760 7:2 8.640

667 867.100 690 897.000 23 29.900 16,6 21.580 6.4 8.320

2010 824 1.153.800 855 1.198.500 31

44.700 20,6 28.840 10,4 14.560

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa kebutuhan dan pembelian bahan

baku dalam 4 (empat) tahun cenderung meningkat. Kebutuhan bahan baku meningkat

(15)

6.400 Kg dan tahun 2010 sebanyak 10.400 Kg.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul "Peranan Perencanaan Persediaan Bahan Baku Daiam Upaya Meminiinalkan Biaya Persediaan".

1.2. Perumusan dan IdenttHkasi Masalah

Untuk dapat mengatur jumlah persediaan bahan baku agar proses produksi berjalan dengan lancar, maka perlu adanya perencanaan persediaan bahan baku.

Hal ini sangat berpengaruh terhadap persediaan pada saat diperlukan dengan jumlah dan waktu yang tepat. Peimasalahan pada PT Glasfindo adalah

terjadinya penumpukkan bahan baku di gudang

Dari uraian tersebut, pciiulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem perencanaan persediaan bahan baku saat ini pada PT

Glasfindo?

2. Bagaimana pencapaian efisiensi biaya bahan baku pada PT Glasfindo?

3. Bagaimana peranan perencanaan persediaan bahan baku dalam upaya

meminimalkan biaya persediaan pada PT Glasfindo ?

(16)

yang berhubungan dengan identifikasi masalah dan juga sebagai bahan

penulisan skripsi.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sistem perencanaan persediaan bahan baku saat ini pada

PT Glasfindo

2. Untuk mengetahui pencapaian efisiensi biaya bahan baku pada PT

Glasfindo

3. Untuk mengetahui peranan perencanaan persediaan bahan baku dalam upaya meminimalkan biaya persediaan pada PT Glasfindo

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dan dikaji dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain:

1.4.1. Kegunaan Teoritis a. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan penulis dalam mengembangkan ilmu yang dimiliki serta sebagai suatu bentuk perbandingan antara teori dan aplikasi di masyarakat.

(17)

upaya meminimalkan biaya persediaan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian sebagai bahan pertimbangan agar daiam perusahaan

perlu peranan perencanaan persediaan bahan baku, karena hal ini

mempunyai dampak yang positif terhadap proses produksi perusahaan.

1.5. Kerangka Pemikiran dan Paradigma Penelitian 1.5.1. Kerangka Pemikiran

Setiap Perusahaan manufaktur baik kecil maupun besar membutuhkan bahan baku untuk kelangsungan proses produksinya.

Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku, perusahaan mendatangkan bahan baku tersebut dari suplier tetap agar persediaan bahan baku tersebut cukup dan dapat menjaga kelangsungan kegiatan perusahaan.

Persediaan bahan baku memiliki peranan penting didalam operasi bisnis dalam pabrik, sehingga perusahaan dapat terus-menerus memproduksi barang dan siap dijual kepada konsumen. Berkenaan dengan bahan baku Zulian Yamit (2005,3) mendefinisikan'Tersediaan

(18)

Perencanaan persediaan bahan baku harus diiakukan sedemikian

rupa agar dapat melayanl kebutuhan bahan baku dengan tepat dan dengan biaya yang rendah. Menurut Eddy Herjanto (2006, 238) beberapa fungsi pentlng yang dikandung oleh persediaan dalam

memenuhi kebutuhan perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan

2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak

baik sehingga harus dikembalikan

3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau

inflasi

4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika

bahan itu tidak tersedia di pasaran

5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan

diskon kuahtitas

6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan

tersedianya barang yang diperlukan

Penyelenggaraan persediaan bahan baku pada setiap perusahaan berbeda-beda karena dipenganihi olch beberapa faktor seperti : perkiraaan pemakaian, harga dari bahan baku, biaya-biaya persediaan, pemakaian bahan baku, dan waktu penggunaannya.

Untuk menghadapi unsur-unsur ketidakpastian dari persediaan

bahan baku tersebut, maka perusahaan harus mengantisipasi dengan

perencanaan bahan baku yang dapat membantu perusahaan untuk

(19)

pemesanan kembali serta berapa besar pesanan yang perlu diadakan, maka diharapkan dapat mendukung kelancaran kegiatan operasi produksi perusahaan.

. Perencanaan yang baik namun tanpa pengendalian yang efektif merupakan hai yang membuang-buang waktu. Maka dengan pengaturan

jumlah persediaan bahan baku diharapkan proses produksi perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu dalam perusahaan perlu adanya perencanaan persediaan bahan baku yang baik, namun perlu diperhatikan pula dari segi biaya persediaan itu agar dapat mencapai efisiensi yang optimal, karena biaya-biaya yang ditirnbu|kan dari pengiriinan, pcnyimpanan, hingga perawatan bahan baku membutuhkan

biaya besar yang ditanggung oleh perusahaan.

Pengertian efisiensi dalam produksi merupakan perbandingan

antara output dan input, berkaitan dengan tercapainya output maksimum

dengan sejumlah input. Jika rasio ouput besar maka efisiensi dikatakan

semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan

input terbaik dalam memproduksi output.

(20)

persediaan. Adapun dalam bukunya Jay Heizer (2005,68) mengatakan bahwa model EOQ dapat digunakan dengan beberapa asumsi, yaitu:

1. Permintaan diketahui, tetap dan bebas.

2. Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui dan konstan.

3. Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap.

Dengan kata lain, pesanan tiba dalam satu batch sekaligus.

4. Diskon karena kuantitas tidak memungkinkan.

5. Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan/pemesanan (biaya setup) dan biaya menahan/menyimpan persediaan dari waktu ke waktu (biaya penyimpanan)

6. Kosongnya persediaan (kekurangan) dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu

yang tepat.

Dalam perencanaan persediaan bahan baku, selain metode

economic order quantity, untuk menjaga kemungkinan terjadinya

kekurangan persediaan karena keterlambatan pesanan perlu adanya

metode reorder point, yakni suatu perhitungan yang diperlukan untuk

menjaga kekurangan persediaan pada perusahaan di dalam menentukan

kapan perusahaan perlu melakukan pemesanan kembali balian baku,

agar barang yang dipesan dapat diterima tepat pada waktunya.

(21)

disebut safety stock, dimana persediaan tambahan yang dimiliki untuk melindung! apabila sewaktu-waktu terjadi kekurangan persediaan bahan baku yang disebabkan perubahan tingkat penjuaian maupun keterlambatan pengiriman. Penentuan safety stock harus ditetapkan perusahaan agar tidak menggangu jalannya proses produksi.

Dengan perecanaan persediaan yang baik, hal ini dapat menunjang tersedianya jumlah bahan baku yang diperlukan, kualitas dan waktu yang tepat, namun biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat seminimal mungkin. Dengan demikian, tujuan daripada perusahaan dapat tercapai serta dapat memberikan keuntungan yang iebih bagi perusahaan.

(22)

Permasalahan:

Teqadinya kelebihan bahan baku di gudang

Perencanaan - Pembelian

Penyimpanan

Metode:

Economic Order Quantity

Reorder Point Safety Stock

Biaya persediaan:

Biaya pemesanan Biaya pemeliharaan dan penyimpanan

Pengendalian persediaan bahan baku

berperan dalam upaya meminimalkan biaya

persediaan

1

Metode Analisis:

Deskriptif Kuantitatif

Gambar 1.

10

(23)

1.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara dari suatu masalah yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian dan kerangka

pemikiran serta paradigma penelitian, maka penulis mengajukan hipotesis

sebagai berikut;

1. Sistem perencanaan persediaan bahan baku pada PT Glasfindo belum cukup

baik.

2. Penentuan sistem perencanaan persediaan bahan baku agar dapat meminimalkan biaya pada PT Glasfindo masih belum tercapai.

3. Peiigendalian perencanaan bahan baku berperan penting dalam upaya meminimalkan biaya persediaan pada PT Glasfindo.

(24)

2.1. Pcrsediaan

Persediaan merupakan barang-barang yang dibeli perasahaan yang

digunakan dalam proses produksi untuk menyelesaikan barang jadi. Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi memiliki tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku penolong, persediaan bahan setengah jadi, dan

persediaan barang jadi.

2.1.1. Pengertian Persediaan

Persediaan menumt Indrajit, Ricardus (2006,4) adalah

"Sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditata usahakan dalam buku perusahaan."

Selanjutnya Ristono, Agus (2009, 3) menyatakan bahwa

"Persediaan merupakan suatu kegiatan untuk menentukan

tingkat dan komposisi dari part atau bagian, bahan baku dan barang hasil produksi, sehingga perusahaan dapat

melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta

kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan

efisien."

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan

merupakan bahan-bahan yang disediakan oleh perusahaan untuk

12

(25)

kebutuhan proses produksi dalain rangka menyelesaikan barang jadi yang disediakan untuk tnemenuhi permintaan konsumen.

2.1.2. Tujuan Persediaan

Pada dasamya persediaan diadakan untuk memperlancar proses

produksi, dalam rangka menghasiikan produk yang dibutuhkan oleh

konsumen.

Penyelenggaraan persediaan bahan baku bagi setiap perusahaan

adalah berbeda-beda, baik dalam jumlah unit persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan, waktu penggunaannya, maupun jumlah biaya

untuk membeli bahan baku tersebut.

Menurut Sofyan Assauri (2008, 170) persediaan mempunyai

beberapa tujuan, antara lain:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan

perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan

tidak baik sehingga hams dikembalikah.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan

secara musiman, sehingga dapat digunakan bila bahn itu tidak ada dalam pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi peru.sahaan atau

menjamin kelancaran ams produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan

pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan

jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaaan atau produksi tidak perlu

sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.

(26)

Armanto witjaksono (2006, 168) menyimpulkan dua tujuan utama mengenai pengendalian persediaan yaitu

1. Metnaksimalkan tingkat kepuasan pelanggan

2. Menaikkan efisiensi produksi atau pembellan dengan meminimalkan biaya pelayanan pelanggan.

2.1.3. Jenis-jenis Persediaan

Pada perusahaan manufaktur persediaan terdiri dari 4 (empat) jenis

sebagaimana diuraikan oleh Munjiati Munawaroh (2005,98) yaltu :

1. Persediaan bahan mentah (raw material)

Adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi

barang jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan.

2. Persediaan bahan pembantu/penolong (supplies)

Adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang produksi, natnun tidak akan menjadi bahgian pada produk akhir yang dihasilkan perushaan.

3. Persediaan barang dalam proses (work in process).

Adalah bahan mentah yang sudah diolah atau dirakit menjadi kompoiien namun masih membutukan langkah- langkah lanjutan agar menjadi produk jadi.

4. Persediaan barang jadi (^n/^/Kfr/good!;).

Adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi peniasaran.

Selain berdasarkan jenisnya, persediaan dapat juga dibagi berdasarkan fungsinya sepcrti yang dikemu.kakan Sofyan Assauri (2008, 170-171), yaitu:

1. iSroc^ atau io/rS/ze/«ven/o/7, yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.

(27)

2. Fluctuation Stock, yaltu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramaikan.

3. Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramaikan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan/penjualan permintaan yang meningkat.

2.2. Persediaan bahan baku

Pada dasamya Perusahaan memerlukan bahan baku didalam proses produksi. Oleh karena itu, ketersediaan bahan baku yang berkualitas dalam jumlah yang memadai dan tepat waktu sangat diperlukan.

2.2.1. Pengertian bahan baku

Bahan baku merupakan faktor uta.ma di dalam menunjang kelancaran proses produksi. Bahan baku merupakan bahan dasar yang diperlukan perusahaan untuk diproses menjadi suatu barang jadi.

Berkaitan dengan pengertian bahan baku Nurlela, Bastian (2009, 218) mengemukakan sebagai berikut:

"Bahan baku adalah bahan dasar yang diolah menjadi produk selesai. Bahan baku ini dapat dibagi menjadi bahan baku laiigsung dan bahan baku tidak langsung."

Seianjutnya Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2006, 8) menyatakan bahwa

"Bahan baku {raw materials) adalah bahan mentah yang belum diolah, yang akan diolah menjadi barang

(28)

jadi, sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan."

Sedangkan Garrison, Ray (2006, 37) menyatakan

bahwa

"Raw materials is somewhat misleading, since it seems to imply unprocessed natural resourses like wood pulp or iron one. Actually raw materials refer to any materials that are used in the final product and the finished products of one company can become the raw

materials ofanother company."

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan baku menipakan barang-barang yang dibeii dalam bentuk bahan

mentah yang dipergunakan di dalam proses produksl, untuk menghasilkan

produkjadi.

2.2.2. Pengertian persediaan bahan baku

Zulian Yamit (2005, 3) menyatakan bahwa "persediaan bahan baku adalah item yang dibeii dari para supplier untuk digunakan sebagai input dalam proses produksl.

Selanjutnya Ristono, Agus (2009,3) mendefinisikan bahwa

"Persediaan bahan baku adalah serangkaian kebijakan

sistem pengendalian yang memonitor tingkat persediaan yang harus dijaga kapan persediaan harus diisi dan berapa

pesanan yang harus dilakukan."

Sedangkan Sofyan assauri (2008, 241) menyatakan mengenai

persediaan bahan baku bahwa

(29)

"Persediaan bahan baku {raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Barang mana dapat diperoleh dari sumber- sumber alam ataupun dibeli dari sup/ter/perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya."

Berdasarkan pernyataan para ahll diatas dapat disimpulkan bahwa

persediaan bahan baku merupakan persediaan barang-barang berwujud yang dibeli perusahaan dari supplier yang akan digunakan sebagai input proses produksi.

2.2.3. Faktor-faktor dalam pei'sediaan bahan baku

Persediaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ristono, Agus (2009, 6) mengemukakan faktor-faktor yang niempengaruhi persediaan

bahan baku sebagai berikut:

1. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yaitu dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Semakin banyak Jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat persediann bahan baku. Volume produksi yang direncanakan, ha! ini ditentukan oleh penjualan terdahulu dan ramalan penjualan. Semakin tinggi volume produksi yang direncanakan berarti membutuhkan bahan baku yang lebih banyak yang berakibat pada tingginya tingkat persediaan bahan

baku.

2. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan baku yang tinggi dan sebaliknya.

3. Sifat bahan baku/penolong, apakah cepa rusak {durable good) atau tahan lama {undurable good).

Barang yang tidak tahan lama tidak dapat di simpan lama, oleh karena itu bila bahan baku yang

(30)

diperlukan tergolong barang yang tidak tahan lama maka tidak perlu di simpan dalam jumlah banyak.

2.3. Perencanaan bahan baku

Perencanaan merupakan suatu proses memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Perencanaan hams membayangkan apa yang akan terjadl dan dapat mengubah gagasan ke dalam bentuk yang cukup praktis sehingga dapat diterjemahkan ke dalam tindakan. Garison, Ray, Totok budisantoso (2007, 5) menyatakan bahwa " Perencanaan {planning) meliputi pemmusan tujuan dan penyusunan berbagai anggaran untuk mencapai tujuan

tertentu.

Perencanaan persedlaan bahan baku dllakukan dengan tujuan menentukan arah awal dari tindakan-tindakan yang hams dilakukan dimasa mendatang, apa yang hams dilakukan, berapa banyak melakukannya, dan kapan

hams melakukannya. Karena perencanaan ini berkaitan dengan masa yang akan

datang, maka perencanaan disusun atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu, dengan menggunakan beberapa asumsi. Oleh karena itu perencanaan tidak akan selalu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan dalam rencana tersebut, sehingga setiap perencanaan yang dibuat hams dievaluasi secara berkala dengan Jalan melakukan pengendalian.

Jumlah persediaan bahan baku pada pemsahaan hams dapat menjamin kelancaran proses produksi, artinya persediaan bahan baku berada pada Jumlah yang seimbang dengan kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu, perencanaan

(31)

pengadaan persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan

biaya yang hams ditanggung pemsahaan sebagai akibat adanya persediaan.

2.3.1. Pengertian perencanan persediaan bahan baku

Perencanaan bahan baku dapat membantu tercapainya tingkat efisiensi penggunaan dana untuk mengatur tersedianya tingkat bahan baku yang efektif, yang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku dalam jumlah, kualitas, dan waktu yang tepat.

Berkenaan dengan perencanaan Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2005,168) mendefinisikan perencanaan persediaan yaitu;

"Perencanaan persediaan mempakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang hams dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan yang hams dilakukan dan berapa besar pesanan yang hams dilakukan."

Seianjutnya Sofyan Assauri (2008, 175) menyatakan :

"Perencanaan adalah penentuan dan penentapan kegiatan-kegiatan produksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan pemsahaan pabrik tersebut, dan mengawasi kegiatan pelaksanaan dari proses dan hasil produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai."

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan bahan baku mempakan penyusunan penentuan komposisi persediaan banan baku, kualitas dan waktu yang tepat untuk pemesanan kembali, dengan tujuan proses produksi beijalan lancar serta dapat meminimalkant biaya persediaan.

(32)

2.3.2. Tujuan perencanaan persediaan bahan baku

Perencanaan persediaan yang dibuat dalam rangka mengatur tingkat persediaan yang optimal sehingga diperoleh penghematan- penghematan.

Tujuan perencanaan persediaan bahan baku menurut Ristono, Agus (2009, 15) sebagai berikut:

1. Untuk dapat memenuhl kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat.

2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi,

lial ini dikarenakan alasan:

a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga sulit untuk diperoleh.

b. Kemungkinan supplier terlanibat mengirimkan barang yang dipesan.

3. Untuic mempertaiiankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.

4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat ■ dihindari, karena dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.

5. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacemenet tidak besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.

2.3.3. Pembelian bahan baku

Dalam pengadaan bahan baku, Bastian, Nurlela (2009, 185) mengemukakan tiga prosedur pembelian bahan baku yang perlu diperhatikan, diantaranya:

(33)

Permintaan pembelian

merupakan pesanan tertulis dari bagian gudang yang menangani persediaan, ataupun supervisi departemen yang bertanggung jawab mengenai persediaan, yang ditujukan ke departemen pembelian sebagai permintaan kebutuhan bahan.

Formulir ini dibuat rangkap tiga: satu ditujukan ke departemen pembelian, satu lag! dikirlm ke bagian yang mengajukan permintaan yang terakhir sebagai arsip.

Pesanan Pembelian

Merupakan permintaan tertulis ke supplier bahan, yang dikirim oleh departemen pembelian. Dalam pesanan pembelian ini memuat: julah bahan yang diminta, harga dan syarat-syarat pembelian.

Formulir

ini dibuat rangkap empat; satu dikirim ke supplier, satu lagi ke departemen akuntansi, departemen penerimaan, terakhir untuk departemen pembelian.

Untuk pengendalian terhadap pesanan pembelian ini, pesanan pembelian hendaknya dibuat untuk setiap teijadi pembelian.

Permintaan bahan

Merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh departemen permintaan bahan. Formulir ini dibuat rangkap empat yang dikirim ke departemen pembelian, departemen akuntansi, departemen pergudangan, dan terakliir untuk depanemen penerimaan sendiri.

2.3.4. Penylnipanan persediaan bahan baku

Bahan baku yang sudah dibeli dan belum digunakan dalam proses produksi, akan disimpan di gudang penyimpanan persediaan bahan baku. Penyimpanan bahan-bahan dilakukan selama bahan baku tersebut belum digunakan dalam kegiatan pengolahan.

(34)

Cara menghitung tingkat perputaran persediaan material guna megetahui lamanya bahan baku disimpan di dalam gudang. Dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat persediaan = Nilai persediaan Nilai pemakaian rata-rata

Fritzh herich K dan Siswanto sutojo (2006,209) 2.3.5. Kebijakan perencanaan persediaan bahan baku

Perencanaan bahan baku berkaltan dengan kegiatan pengaturan persediaan bahan baku agar dapat menjamin keiancaran proses produksl secara efektif dan efisien. Dalam rangka pengaturan ini, perlu ketetapan kebijakan yang berkenaan dengan persediaan. Adapun pertimbangan perusahaan untuk menyimpan persediaan dalam jumlah yang optimal menurut Fritz herich dan Siswanto sutojo (2006, 103) adalah sebagai

berikut:

1. Mencegah interupsi Jadwal kegiatan produksi

Jumlah persediaan bahan baku dan bahan baku pembantu perlu dipertahankan dalam Jumlah yang optimum. Hal ini diperlukan untuk menjaga agar kegiatan produksi perusahaan tetap lancar dan tidak pemah terhenti karena kehabisan persediaan bahan.

2. Meningkatkan daya saing perusahaan

Posisi perusahaan dalam persaingan pasar dapat diperkokoh dengan berbagai macam cara. Tiga diantara berbagai macam cara memperkuat posisi persaingan dipasar adalah meningkatkan daya saing

dalam:

a. Strategi produk, termasuk peningkatan mutu dan Jenis manfaat produk dimata konsumen.

(35)

b. Strategi harga, dan

c. Meminimalisir risiko kenaikan harga

2.3.5.1. Metode Economic Order Quantity

Metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu teknik yang digunakan secara luas untuk pengendalian persediaan.

Menurut Armanto Witjaksono (2006, 314) EOQ adalah jumlah persediaan yang dlpesan pada suatu waktu yang meminimalkan biaya persediaan tahunan.

Sedangkan Hilton, Ronald ( 2005, 219) dalam bukunya menyatakan bahwa

"The economic order quantity (EOQ) is one of the oldest tools of management. EOQ concerns the inventory costs of a single item, unlike lot-for-lot, which uses actual parent item demand, EOQ calculations use forecast demand, often based on past . average demand."

Selanjutnya penggunaan teknik Economic Order Point (EOQ) menurut Agus Ristono (2009, 42) hams memenuhi syarat-syarat, diantaranya:

1. Jumlah kebutuhan bahan dalam satu periode tetap

atau tidak bembah.

2. Bahan baku selalu tersedia setiap saat atau mudah didapat.

3. Harga bahan baku tetap

Adapun rumus untuk mencari jumlah pesanan yang ekonomis (EOQ) adalah:

(36)

EOQ

-i

IxRUxCUCUxCC

Dimana:

EOQ = Economic Order Quantity, kuantitas pesanan yang ekonomis (setiap kali pesan)

RU = Required Unnit For Annual, kebutuhan bahan untuk tahun yang akan datang.

CO = Cost per order, biaya pesanan variabel setiap kali

pesanan

CU = Cost per unit, harga faktur dan biaya angkut setiap satuan yang dibeli

CC = Carrying Cost Persentage, biaya penyimpanan variabel yang dihitung berdasarkan dari cost per

unit bahan.

Secara grafis metode EOQ dapat digambarkan seperti pada

gambar berikut:

Gambar 2.

Grafik metode EOQ

(Armanto Witjaksono, 2006,170)

(37)

2.3.5.2. Metode Reorder Point

Di dalam kebijakan pengendalian persediaan, terdapat juga metode untuk penentuan waktu pemesanan kembali persediaan bahan, yaitu reorder point. Armanto Witjaksono (2006, 319-320) mengemukakan tentang pengertian titik pemesanan yaitu

"Reorder point (titik pemesanan) adalah titik yang dicapai bila jumlah yang tersedia sama dengan kebutuhan yang diperlakukan, yaitu saat jumlah persediaan dan jumlah persediaan yang akan diterima sama dengan jumlah persediaan yang akan digunakan selama waktu

tunggu dan jumlah persediaan pengaman."

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dari reorder point tersebut menurut Hansen Mowen (2005,395) yaitu:

1. Waktu tenggang {iead time)

Lead time adalah waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan yang ekonomis pada waktu pesanan dilakukan atau penyiapan dimulai.

2. Kehabisan persediaan (j/ocA:-omO

Stock-out digunakan untuk menghindari biaya kehabisan persediaan dan untuk meminimalkan biaya penyimpanan, pesanan harus dilakukan pada saat unit terakhit dalam persediaan digunakan

Dari faktor-faktor tersebut dapat disusun rumus untuk reorder point, yaitu sebagai berikut:

ROP := (LT X AV) SS

Dimana:

ROP = Reorder Point LT = Lead time

(38)

AV = Average Usage (pemakaian rata -rata dalatn satuan waktu tertentu)

SS = Safety Stock

2.3.5.3. Metode Safety Stock

Suatu ketidakpastian dalam pemakaian bahan baku di luar kebutuhan rata-rata pada bisanya akan mengaklbatkan adanya kekurangan persediaan (out of stock). Oleh karena keadaan tersebut, perlu adanya persediaan penyelamat untuk menjamin kelancaran akibat adanya out of stock tersebut. Darsono Prawinegoro (2005, 238)

menyatakan bahwa

"Safety stock adalah suatu jumlah persediaan bahan baku yang harus ada daiam gudang untuk menjaga . keniungkinan terlambatnya bahan baku yang

dipesan."

Adapun persediaan pengaman {safety stocK) menurut Pontas M Pardede (2005,416) dapat diadakan dengan 2 cara, diantaranya:

1. Mengajukan pesanan untuk waktu penyerahan lebih awal dari waktu kapan pesanan tersebut

benar-benar dibutuhkan.

2. Mengajukan pesanan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang benar-benar dibutuhkan pada waktu penyerahan.

Selain itu, Agus Ristono (2009, 7) menyatakan ada beberapa faktor yang menentukan besarnya safety stock, yaitu

(39)

1.Penggunaan bahan baku rata-rata.

2.Faktor waktu atau lead time {procurement time).

S.Persediaan antisipasi.

4.Persediaan dalam pengiriman.

Di samping itu rumus yang digunakan untuk mencari persediaan

pengaman {safety stocK) tersebut adalah sebagai berikut:

Safety stock = waktu tenggang x (tingkat penggunaan maksimum - tingkat penggunaan rata-rata )

(Hansen, Mowen 2005,396) 2.4. Meminimalkan biaya persediaan

Suatu biaya dikatakan efislen jika jumlah biaya tersebut relatif kecil, namun manghasilkan tujuan perusahaan dengan baik dan memberi manfaat yang besar kepada perusahaan. Dengan perencanaan persediaan yang baik, dapat menunja'ng tersedianya kebutuhan bahan baku yang seimbang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Untuk merencanakan persediaan bahan baku guna meminimalkan biaya persediaan, perlu diperhatikan perubahan permintaan bahan baku sebagai

berikut:

!. Pemakaian barang bergerak tidak secara tetap, tetapi terus berubah dari bulan ke bulan, baik sebelum atau setelah tilik pemesanan kembali.

2. Pada waktu tercapai titik pemesanan kembali, dilakukan pemesanan supaya barang datang pada saat diperlukan, yaitu pada saat. persediaan diperkirakan mencapai nol.

(40)

3. Terlihat bahwa adanya kenaikan pemakaian selatna waktu pemesanan, terjadi kehabisan sebelum pesanan tiba.

(Richardus Eko Indrajit dan Djokopranoto, 2006,173) 2.4.1. Pengertian Biaya

Biaya dapat didefinisikan sebagai suatu pengorbanan atau penyerahan sumber-sumber daya untuk tujuan tertentu. Mula-mula biaya dicatat dalam bentuk dasar, lalu dikeiompokkan menurut cara yang berbeda-beda agar memudahkan dalatn pengambilan keputusan dalam kelangsungan usaha suatu perusahaan.

Menurut Slamet Sugiri dan Sulastiningslh (2006, 14) menyatakan bahwa "biaya merupakan pengukur pengorbanan sumber daya ekonomis untuk melakukan kegiatan tertentu".

Sedangkan Bastian (2009, 10) menyatakan defmisi mengenai biaya adalah

"Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan

tertentu."

Selanjutnya Don R Hansen, et all (2005, 40) menyatakan

bahwa

"Biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapat barang atau Jasa yang diharapkan memberi manfaat saat sekarang atau dimasa akan datang bag! organisasi."

(41)

Selain itu, Armanto Witjaksono (2006, 6) dalam bukunya

menyatakan bahwa

"Cost is the cash or cash equivalent value sacrificed for goods and services that are ex-pected to bring a

current ofcurrent future benefit to the organization."

Dari ketiga deflnisi menurut para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa biaya merupakan pengeluaran yang diukur oleh satuan moneter, untuk melakukan kegiatan tertentu dalam mendapatkan

sesuatu.

2.4.2. Pengertian Biaya Pcrsediaan

Biaya penyimpanan adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengelola persediaan bahan-bahan sejak bahan-bahan tersebut diterima hingga diserahkan pada bagian produ^i. Biaya-biaya tersebut meliputi;

biaya fasiiitas gudang, biaya pemindahan {handling cost), biaya penyusutan karena keusangan dan kerusakan, biaya asuransi, biaya

pajak, dan upah tenaga gudang.

Charles T Hongren (2006,43) dalam bukunya, menyatakan

tentang biaya persediaan bahwa

"Biaya persediaan adalah semua biaya produksi yang

dianggap sebagai aktiva dalam neraca ketika terjadi dan

selanjutnya menjadi harga pokok penjualan ketika

produk itu dijual. Untuk perusahan sektor manufaktur,

semua biaya manufaktur merupakan biaya persediaan."

(42)

Selanjutnya hongren (2006,45) menyatakan bahwa

"Biaya parsed iaan adalah seluruh biaya yang diperlukan sebagai aktiva ketika terjadi dan selanjutnya menjadi harga pokok penjualan ketika produk itu dijual. Untuk perusahan sektor manufaktur, seluruh biaya manufaktur merupakan biaya yang dapat dimasukkan sebagai persediaan atau biaya persediaan."

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya persediaan merupakan biaya yang hams dikeluarkan sehubungan dengan timbulnya persediaaan tersebut.

2.4.3. Jenis-jenis biaya persediaan

Secara umum Jenis-jenis biaya persediaan menurut (Eddy Herjanto, 2006,225) digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Biaya pemesanan {ordering costs)

Adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahaa'barang. sejak dari pencmpatan pemesanan sampai tersedianya barang di gudang.

Biaya pemesanan ini, meliputi semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan baiang tersebut, mencakup; biaya administrasi dan penempatan order, biaya pemilihan pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan, dan biaya pemeriksaan barang.

2. Biaya penyimpanan {carrying costs)

Adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan gudang.

Yang termasuk biaya ini, antara lain: biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pelaksana pergudangan, biaya asuransi atau biaya kemsakan, kehilangan atau penyusutan barang seiama penyimpanan, dan biaya total.

(43)

3. Biaya kekurangan bahan {shortage costs)

Adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang ada waktu diperlukan.

Yang termasuk balaya in!, antara lain: smua jenis biaya kesempatan yang timbul karena terhentinya proses produksi sebagai kibat tidak dadanya bahan yan diproses, biaya administrasi tambahan, biaya tertundanya penerimaan keuntungan, dan biaya kehillangn pelanggan.

Perusahaan yang mengadakan persediaan berupa bahan atau barang yang dibeli dari sumber luar, maka biaya yang terkait dengan persediaan tersebut adalah biaya pemesanan {ordering costs) dan biaya penyimpanan {carrying costs). Sedangkan biaya kekurangan persediaan {stock out costs) terjadi jika permintaan tidak diketahui dengan pasti.

2.5. Peranan perencanaan persediaan bahan baku dalam upaya meminimalkan biaya persediaan

Persediaan bahan baku merupakan salah salu komponen produksi penting yang dibutuhkan perusahaan manufaktur. Proses produksi merupakan

perubahan bentuk dalam peningkatan daya guna bahan menjadi barang-barang

yang siap dipasarkan, pada waktu yang tepat dan sesuai dengan perencanaan produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Jumlah persediaan bahan baku yang seimbang diharapkan akan meminimalkan biaya persediaan. Biaya dikatakan efisien jika jumlah biaya tersebut relatif kecil, dibandingkan dengan output yang dihasilkan.

(44)

Jumlah persediaan yang terlalu banyak membutuhkan biaya

penyimpanan dan pemeliharaan material yang besar, sedangkan jumlah persediaan yang relatif kecil membutuhkan biaya pemesanan yang tinggi, dan beresiko kekurangan persediaanter sehingga dapat mengganggu proses produksi. Oleh karena itu, penentuan besar kecilnya persediaan merupakan masalah yang berkaitan dengan biaya^biaya persediaan, yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Perencanaan persediaan bahan baku merupakan suatu kegiatan yang

dapat membantu dalam menentukan jumlah persediaan yang dibutuhkan oleh

perusahaan, yang menjamin ketersediaan bahan-bahan yang diperlukan secara seimbang yang dapat menjamin kelancaran proses produksi. Hal ini, total biaya yang berhubungan dengan persediaan dapat diminimalkan.

Dengan diadakannya perencanaan persediaan bahan baku diharapkan dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat, dan dapat meminimalisasi elemen-eiemen biaya persediaan seperti biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

(45)

3.1. Objek Penelitian

Variabel yang diteliti adalah peranan perencanaan persediaan bahan baku dalam upaya meminimalkan biaya persediaan. Untuk mendapatkan data dan informasi yang dipcriukan, penults melakukan penelitian di PT Glasfindo yang berlokasi di Desa Dayeuh Km 25,8 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.

PT Glasfindo merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri Glassmat (elemen untuk accu) dengan tipe produk yang dibuat 750 X 930, yang merupakan saiah satu bahan baku pembuatan Pulp Separator.

Fungsi dari Pulp Separator adalah sebagai penampung kotoran di dalam accu

(battery) yang disebabkan oleh reaksi kimia, sehingga tidak terjadi hubungan

pendek.

Masalah yang sering tcijadi pada PT Glassfindo adalah kelebihan persediaan bahan baku, yang antara lain disebabkan oleh perencanaan persediaan bahan baku yang belum efisien.

33

(46)

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mengumpulkan serta mengolah data dan informasi secara sistematis dan jelas, sehingga mencerminkan realita yang teijadi di lokasi penelitian dan dihubungkan dengan teori yang relevan dengan objek yang diteliti.

3.2.1. Desaiii Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi dalam melakukan penelitian ini, penulis mengunakan rancangan atau desain penelitian sebagai berikut;

a. Jenis, Metode dan Teknik Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penulisan skripsi ini yaitu deski iptif (eksploratij), yaitu suatu pemyataan mengenai variable tertentu dengan tujuan mengumpulkan data dan informasi yang

dapat memberikan gambaran mengenai peranan pengendalian

persediaan bahan baku dalam upaya meminimalkan biaya persediaan.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah Studi Kasus, yaitu metode penelitian yang mendalam tentang suatu

(47)

aspek lingkungan sosial termasuk tnanusia didalamnya. Bahan

untuk studi kasus dapat diperoieh dari sumber-sumber, seperti : laporan hasil pengamatan, catatan pribadi, laporan serta keterangan dari pihak-pihak yang relevan dengan objek yang

akan diteliti.

3. Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan pada penulisan ini adalah analisis kuantitatif, yaitu suatu teknik yang menerangkan dan menganalisa dengan menggunakan angka-angka mengenai biaya persediaan.

b. Unit Analisis

Unit analisis penelitian ini berupa individual, yaitu sumber data yang diperoieh pada Bagian Produksi PT Glasindo.

(48)

3.2.2. Operasionalisasi Variabel

Tabel 2.

Peranan Perencanaan Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya Meminimalkan Biaya

Persediaan Pada PT Glasfindo

Variabel/

Sub Variabel

Indikator Ukuran Skala

Perencanaan

persediaan

bahan baku

-Perencanaan bahan baku

■Pembelian bahan baku

•Penyimpanan bahan baku

Kebutuhan proses produksi

Ketepatan waktu,

kualitas & kuantitas

Tingkat penyimpanan

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Meminimalkan

biaya persediaan

■Meminimalkan biaya

pemesanan

{Inventory ordering costs) dan biaya penyimpanan {Inventory carrying costs)

Persentase

perbandingan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dengan total biaya produksi.

Rasio

3.2.3. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka penulis menggunakan data primer dan

sekunder;

1. Pengumpulan Data Primer

Dalam metode pengumpulan data primer, penulis melakukan survei langsung ke perusahaan {field research) dengan cara:

(49)

a. Wawancara

Dalam teknik pengumpulan data dengan wawancara, penulis tnengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan yang bersangkutan untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai keadaan perusahaan dan kaitannya dengan pengadaan bahan baku dan biaya-biaya persediaan pada perusahaan.

b Observasi

Penulis memperoleh informasl dengan mengamati langsung objek penelitian, sehingga pada kesempatan itu penulis memperoleh data baik secara lisan maupun secara tulisan.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Dalam pengumpulan data sekunder dilakukan penulis dengan cara rnengumpulkan, mempelajari dan mengkaji kembali serta menelaah teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang

diteliti.

3.2.4. Metode Anallsis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif (Tabulasi), yaitu dengan cara menggambarkan keadaan objek

(50)

penelitian dengan mengumpuikan data-data relevan yang ada, ketnudian disusun, dipelajari, dan dianalisis lebih lanjut.

Adapun kebijakan-kebijakan yang dapat diambil dari penerapan perencanaan persediaan bahan baku yang dapat mempengaruhi biaya persediaan dengan rumus-rumus yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1, Economic Order Quantity ( Jumlah Pemesanan Ekonomis)

Besamya Economics order quality data dihitung dengan

menggunakan rumus:

^ y CUxCC

Dimana:

EOQ = Economic Order Quantity, kuantitas pesanan yang ekonomis (setiap kali pesan)

RU = Required Unit For Annual, kebutuhan bahan untuk

tahun yang akan datang.

CO = Cost per order, biaya pesanan variabel setiap kali

pesanan

CU = Cost per unit, harga faktur dan biaya angkut setiap satuan yangdibeli

(51)

CC = Carrying Cost Persentage, biaya penyimpanan variabel yang dihitung berdasarkan dari cost per unit bahan.

2. Reorder Point (Titik Pemesanan Kembali)

Besamya reorder point dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

sebagai berikut:

ROP: =(LTxAV)SS

Dimana:

ROP = Reorder Point

LT = Lead time

AV = Average Usage (pemakaian rata -rata daiam satuan waktu tertentu)

SS = Safety Stock

3. Safety Stock ( Persediaan Pengaman)

Besamya safety sock .dapat diketahui salah satunya dengan suatu metode perkiraaan , yang rumusnya adalah sebagai

berikut

Safety stock - waktu tenggang x ( tingkat penggunaan maksimum - tingkat penggunaan rata-rata Ket: Safety stock ditetapkan sebesar kebutuhan selama 1 bulan pemakaian, besamya jumiah persediaan pengaman ini adalah tergantung dari kebijakan tiap-tiap perusahaan.

(52)

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

FT Glasfindo bergerak dalam bidang usaha industry Glassmat dengan tipe 750 x 930 yang merupakan salah satu bahan baku Pulp

Separator untuk pembuatan accu (battery) kendaraan bermotor, berfungsi sebagai penampung kotoran disebabkan oleh reaksi kimia.

FT Glasfindo didirikan pada tanggal 05 Februari 1990 dan mUlai berproduksi secara komersial pada Oktober 1992, berlokasi di Desa Dayeuh KM 25,8 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.

4.1.2. Struktur Organisasi, Tugas, dan Wewenang

Organisasi adalah sekelompok crang bekeijasama untuk mencapai tujuan tertentu. Agar keijasama dalam organisasi tersebut dapat beqalan dengan baik, maka perlu adanya pembagian tugas, pelimpahan v/ewenang, tanggung jawab, dan hubungan koordinasi berdasarkan kemampuan masing-masing individu sehingga alur tugas dan hubungan keija sama antar unit organisasi dalam perusahaan menjadi jelas.

Wewenang dari atasan diberikan langsung kepada bawahan yang ada satu tingkat dibawahnya dan sebaliknya pada bawahan

40

(53)

atasnya.

Masing-masing bagian merupakan unit yang berdiri sendiri dan kepala bagian menjalankan fungsi pengawasan terhadap aktivitas

yang dijalankan oleh bawahannya.

Stniktur organisasi PT Glasfindo disajikan pada gambar berikut:

(54)

j , j Management ! ! Representative f ! «■ II Oocumenl Controller -1. Bagian ProOoksi Sub Bag MTC

r Sub Bag FF Group MTCGroup Wraitruklui

Dept Operasional j

Bagian PPIC Sub Bag MF Group Potgarorti—gB>, Croup FF

Sub Bag GO Group MFGroup B. Baku Gror^B.JaOl

DEWAN DIKEKSI Bagian QC

Dept. ADM & Keuangan

Bagian PG^

•Sub Bag Poraonatia S SekretarialSub Bag SecuritySublJag SalasSub Dag Purchasing Orup QC Inspectors KaHrrail , Gainbar 3. Slniktur Organisasi pada PT Glasfindo 42

(55)

berikut:

1. Board of Comissioners

BOC mempunyai wewenang menetapkan kebijakan seita

pengendalikan kegiatan pemsahaan.

2. Presiden Direktur

Tugas dan wewenangnya Presdir adalah pemegang tertinggi atas segala sesuatu kegiatan pemsahaan. Presiden direktur bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pemsahaan dalam

mencapai tujuan pemsahaan. Dalam menjalankan tugasnya Presiden Direktur dibantu oleh beberapa Direktur.

3. Direktur

Tugas dan wewenangnya adalah menangani seluruh kegiatan

operasional pemsahaan. Dan bertanggung jawab secara langsung

kepada Presiden Direktur.

Tugas dari Direktur adalah ;

• Menentukan rencana kerja pemsahaan dan

kebijaksanaan, agar dapat tercapai tujuan yang

ditentukan oleh pemsahaan.

• Memimpin dan mengkoordinasikan serta mengawasi para kepala departemen.

(56)

Dalam melaksanakan tugas operasiotial perusahaan sehari- hari, seorang Direktur dibantu oleh beberapa kepala

departemen, yaitu:

• Kepala Departemen Operasional

Bertanggung jawab terhadap jalannya produksi perusahaan, serta menangani masalah maintenance produksi.

• Kepala Departemen Administrasi dan Keuangan Adalah bagian yang bertanggung jawab mengenai semua masalah pembukuan dan keuangan perusahaan selain itu juga bertanggungjawab atas kesekretaiiatan,

pembelian bahan baku dan barang-barang lainnya,

penjualan hasil produksi kepegawaian.

5. Kepala Bagian Produksi

Tugas dan tanggung jawab Kepala Bagian Produksi:

• Bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Departemen Operasional.

• Membuat target bulanan untuk produksi MF dan FF yand didiskusikan dengan masing-masing Kepala Sub Bagian.

• Evaluasi bulanan hasil-hasil di atas dengan setiap Kepala Sub Bagiaunya.

(57)

• Bertanggung jawab kepada Kepala Departemen

Operasional

• Membuat rencana produksi glassmat serta kebutuhan materialnya.

• Membuat rencana pengadaan material yang disesuaikan dengan stock minimum di gudang.

• Membuat rencana untuk produksi

• Bertanggungjawabatas gudang bahanbaku 7. Kepala Bagian Quality Control (QC)

• Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Departemen Operasional.

• Bertanggung jawab atas kualitas bahan baku pokok yang

masuk ke gudang

• Bertanggung jawab atas kualitas dan kelayakan semua

barang-barang masuk di gudang yang disupplu oleh bagian pembelian.

8. Kepala Bagian Personalia & General Afair

• Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Departemen Administrasi & Keuangan.

• Melakukan pengawasan terhadap bagian Purchasing, Sales, Infrastruktur, Personalia dan Sekertariat.

9. Kepala Sub Bagian Maintenance

• Bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Produksi.

(58)

penunjang.

• Bertanggung jawab dilapangan atas kelancaran jalannya

mesin-mesin produksi.

10. Kepala Sub Bagian Fiber Forming (FF)

• Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Bagian

Produksi

• Bertanggung jawab di lapangan atas jalannya mesin-mesin fiber forming serta peralatan-peralatan lain yang ada

dilingkungan ruang fiber forming.

11. Kepala Bagian A/at Fbrm/wg (MF)

Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Bagian

Produksi.

Bertanggung jawab penuh apabila teijadi masalah dengan conveyor net atau burner dan bersama dengan Kepala Bagian Produksi/ Kepala Bagian PPIC menentukan penggantian-penggantian spare parts yang diperlukan.

• Bertanggung jawab atas appearance dari glassmat yang sudah jadi, dan melaksanakan penyetelan-pcnyetelan

mesin untuk menjadikan glassmat balk dan efisien.

12. Kepala Sub Bagian Gudang

Bertanggung jawab langsung kepada Kepada Kepala

PPIC.

(59)

gudang.

13. Kepala Sub Bagian Purchasing

• Melaksanakan tugas pembelian dengan sebaik-baiknya

• Membuat pesanan pembelian 14. Kepala Sub Bagian

• Melaksanakan tugas penjualan glassmat dengan sebaik- baiknya

• Selalu berhubungan dengan pelanggan 15. Kepala Sub Bagian Infrastruktur

® Melakukan pengawasan terhadap infrastruktur, baik

bangunan, jalan dan taman.

• Melakukan pengawasan dan perbaikan terhadap kendaraan

dan forklift.

16. Kepala Sub Bagian iS'ecMr/(v

• Bertanggung jawab atas keamanan lingkungan perusahaan

dan sekitamya

• Mengawasi anggotanya dalam mencatat keluar masuk

barang, menerima tamu yang datang.

• Selalu berkoordinasi dengan keamanan luar.

17. Kepala Sub Bagian Pembukuan //4cco««//>ig

• Mengatur prosedur menghitung/penyusunan informasi

biaya yang diperlukan kegiatan perusahaan.

• Mengatur tata cara penataan ayat-ayat pembukuan

(60)

• Mengatur tata cara administrasi keuangan.

• Bertanggungjawab atas uang masuk dan uang keluar.

• Bertanggung jawab atas penggajian karyawan.

19. Kepala Regu

Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sub Bagian masing-masing. Diharapkan dapat memberikan motivasi bagi para tenaga kerja untuk menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai karyawan.

20. Operator

Adalah tahapan terakhir dari susunan ketenaga keijaan, dimana oleh merekalah suatu produk terbentuk.

21. Janitor ( office boy)

Adalah tenaga keija yang melayani konsumsi para pimpinan, dan bertugas terhadap kebersihan lingkungan perusahaan.

Adapun penelilian terkait dengan penyusunan skripsi ini

dilakukan pada bagian Purchasing.

4.1.3. Bidang Usaha dan Kcgiatan FT Glasfindo

FT Glasfindo adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri glassmat yang merupakan salah satu bahan baku pembuatan Pulp Separator untuk pembuatan accu (battery) kendaraan bermotor, yang berfungsi sebagai penampung kotoran dalam accu (battery) yang disebabkan oleh reaksi kimia agar tidak teijadi hubungan pendek.

(61)

dari para pelanggan. Untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya, perusahaan menghasilkan glassmat yang berkualitas

baik.

Proses produksi glassmatt pada PT Glasfindo dapat

digambarkan pada gambar berikut:

Glass Gullet Gullet Treatment

Mesin Fiber

Forming

Gonditicning Room

FIBER BUNDEL

Oven I

Shov/er Rowmat

<— Binder 4 Setting Tenmen

Spray Binder —► Oven 2 —*• Gutting —> GLASSMAT

E

Packaging

Proses Produksi Glassmat Gambar 4.

Untuk memproduksi glassmat diperlukan bahan baku yaitu glsas cullet, proses pertama adalah Cullet Treatment yaitu glass cullct dibersihkan, kemudian dimasukkan ke mesin Fiber Forming untuk membuat Fiber Bundle, kemudian dimasukkan ke dalam Conditioning Room, yaitu ruang pengkondisian dimana suhu dan kelembabannya dijaga. Fiber Bundle yang berada di ruang pengkondisian selanjutnya dimasukkan ke mesin Tenmen yaitu mesin penebaran Fiber Bundle dan hasilnya adalah Felt, kemudian disusun menggunakan mesin penyusun Flet yaitu Rowmat Setting selanjutnya di siram lem di Shower Binder dan di Oven atau di panaskan untuk yang pertama kalinya. Setelah dipanaskan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Zaidin(2010, dalam Suparyanto,2014) keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga,

Disamping itu juga telah melakukan kajian wadah pentokolan yang baik yaitu bak terkontrol dan hapa dengan waring ukuran mata jaring yang kecil (waring hijau),

Untuk melihat Total biaya produksi petani kopra di Desa Paslaten satu Kecamatan Tatapaan dapat dilihat pada Tabel 7. Penerimaan

Kendala yang dihadapi polisi dalam menanggulangi tindak pidana penadahan adalah: (1) Banyaknya orderan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap barang hasil

Selama tahap pertumbuhan dan pembentukan tulang serta guna mencapai PBM, pria membutuhkan lebih banyak kalsium daripada wanita selama 20 tahun pertama kehidupan mereka

Penurunan konsentrasi klorin dalam limbah gas CFC-12 dengan metode adsorpsi menggunakan logam magnesium sebagai

Evolusi dari metabolit pertahanan di dalam tumbuhan berjalan bersamaan dengan perkembangan herbivora dengan satu kemampuan mendeteksi zat-zat kimia ini, menghindari

Kontribusi ini didukung dengan program pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJPMD) tahun 2013-2018 dan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun