• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan. Hasil Judul Penelitian. Penelitian. Tujuan dari. Dari hasil pelaksanaan. penelitian ini. penelitian ini Program. terlihat bahwa Pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tujuan. Hasil Judul Penelitian. Penelitian. Tujuan dari. Dari hasil pelaksanaan. penelitian ini. penelitian ini Program. terlihat bahwa Pembangunan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

23 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 1.1 Penelitian Terdahulu

Dari penjabaran mengenai permasalahan pada latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan dan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, yang dijadikan sebagai tolak ukur dan acuan yang diperoleh dari jurnal, buku, maupun hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai Program dari pemerintah terkait Kampung KB. Penelitian terdahulu ini, memudahkan penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penelitian dari segi teori ataupun konsep. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan yang tidak terlepas dari topik yang diangkat peneliti mengenai Program Kampung KB.

Tabel 2. 1 Literatur Review No Nama dan

Judul Penelitian

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

1. “ Efektivitas pelaksanaan Program Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga di Kabupaten Sumbawa barat tahun 2014- 2015”.

Penelitian ini dilakukan oleh Yudhi

Tujuan dari penelitian ini untuk

menggambarkan dan

menganalisis tentang efektivitas Program Berbasis RT di Kab. Sumbawa Barat tahun 2014-2015.

Penelitian ini bersifat deduktif dengan analisis dekriptif

kualitatif dengan mendeskripsikan gambaran yang senyatanya dari fenomena yang terjadi pada pengelolaan Program Berbasis RT di Kab. Sumbawa

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa program ini salah satu inovasi penting Kab.

Sumbawa Barat dalam

mendongkrak keberhasilan dalam pembangunan yang ditetapkan di program ini.

Namun tidak

(2)

24 Lestanata,

UMY- Yogyakarta 2016.

Barat. seperti inovasi dan harapan dalam peraturan karena dalam perjalanan ternyata program ini tidak berjalan efektif.

2. “Efektivitas Program Kampung KB dan dampaknya terhadap

kesejahteraan keluarga miskin di Kota Denpasar”.

Penelitian ini dilakukan oleh Ni Luh Novi Restiyani, I Gusti Wayan Murjana Yasa, UNUD-bali 2019

Tujuan Penelitian ini untuk

mengetahui dan menganalisis pengaruh pendidikan istri dan peran petugas KB terhadap efektivitas Program Kampung KB dan

kesejahteraan keluarga miskin di Kota

Denpasar

Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan Teknik Observasi, wawancara dan analisis.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan program Kampung KB di Kota

Denpasar ini masih belum efektif.

Dapat dilihat dari tingkat pendidikan Istri dan Peran Petugas Kb masih belum signifikan.

Dengan kata lain semakin efektif pelaksanaan program kampung KB, maka

kesejahteraan keluarga miskin di Kota Denpasar ini akan semakin membaik/

(3)

25

meningkat.

3. “Kampung Kb dalam

Peningkatan Efektivitas Program Keluarga Berencana (KB) di wilayah Cilenggang”.

Penelitian dilakukan oleh Moh. Noviar Widodo, Moh.

Khoirul Anam 2019, UMJ- Tanggerang Selatan

Tujuan dari penelitian ini ingin

mengetahui evaluasi kegiatan kampung KB dalam upaya peningkatan efektivitas program keluarga berencana di wilayah Cilenggang Kota

Tanggerang Selatan.

Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan Teknik Observasi, wawancara dan analisis.

Hasil dari penelitian ini adalah input dari proses kegiatan kampung KB masih belum sesuai dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan.

Kegiatan yang dilakukan masih belum efektif serta kurang terstruktur karena kegiatan yang dilakukan ini berdampak dengan antusias warga, maka kurang terkendali dalam menjalankan kegiatan ini.

4. “Efektivitas Pelaksanaan Program Kampung KB Kota

Pekanbaru”.

Penelitian dilakukan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Efektivitas Pelaksanaan Program

Kampung KB di

Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan Teknik Observasi, wawancara dan analisis

Hasil dari penelitian ini (1) Belum efektifnya pelaksanaan Program Kampung KB, yang ditandai dengan sebagian masyarakat masih

(4)

26 olehTiara

Anggraini,2020 Univ Riau

Kota Pekanbaru, serta bagaimana factor

penghambat Efektivitas Program Kampung KB.

belum mengerti terkait Kampung KB. (2) Faktor Penghambat Efektivitas

Program Kampung KB ini, masih kurangnya komitmen dan komunikasi dan pengetahuan pemerintah daerah mengenai program.

Terdapat kendala komunikasi antara pihak Dinas dengan Kecamatan, serta sosialisasi program masih kurang berjakan dengan efektif.

5. “Kampung KB dalam

Peningkatan Efektivitas Program Keluarga Berencana.”

Penelitian dilakukan oleh Aminatuz

Tujuan dari Penelitian ini untuk

mengetahui evaluasi Program Kampung KB.

Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan Teknik Observasi, wawancara dan analisis

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa input program belum sesuai indikator karena tidak adanya dana kegiatan dan kurangnya SDM.

(5)

27 Zuhriyah,

Sofwan Indarjo,

Bambang Budi Raharjo, 2017 Univ

Semarang.

Proses Kegiatan yang ada di Kampung Kb ini belum sesuai dengan rencana kegiatan yang sebaiknya

dilakukan karena kegiatan tersebut dilakukan bersama dengan kegiatan PKK.

6. “Efektivitas Pembentukan Kampung KB sebagai Perubahan Perilaku masyarakat di Jl. Muharto Gang 5B RW 08 Kelurahan Kota Malang”.

Penelitian dilakukan oleh Nining Loura Sari, Eka Supriyanti, 2020, STIKES Maharani- malang

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku masyarakat dengan adanya Kampung KB.

Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan metode Cross sectional.

Hasil dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa efektivitas

pembentukan Kampung KB setengah responden termasuk dalam kategori sedang, yang artinya terdapat hubungan signifikan antara efektivitas pembentukan kampung KB dengan perubahan perilaku

masyarakat.

(6)

28 Sumber: Diolah oleh penulis, Tahun 2021

Relevensi/hubungan penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya yakni (1) Untuk penelitian yang dilakukan oleh (Lestanata, 2016), Persamaan Penelitian dengan penelitian sekarang, yaitu sama sama menggunakan aspek- aspek efektivitas untuk hasil penelitian, dan juga sama-sama menggunakan penelitian Deskripsi Kualitatif. Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah peneliti ini membahas tentang fenomena yang terjadi pada pengelolaan Program Berbasis RT di Kab. Sumbawa Barat., serta lokasi penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang, dan teori konsep efektivitas dan hasil penelitian yang digunakan penelitian ini berbeda dengan hasil peneliti yang digunakan sekarang Serta lokasi penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang. (2) Untuk penelitian yang dilakukan (Wayan & Yasa, 2019), Persamaan Penelitian dengan penelitian sekarang, yaitu sama sama menggunakan aspek efektivitas dengan program Kampung KB, dan juga sama-sama menggunakan Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan Teknik Observasi, wawancara dan analisis. Dan juga sama sama membahas tentang program Kampung KB.

Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah peneliti ini menganalisis terkait pengaruh pendidikan istri dan peran petugas KB terhadap efektivitas Program Kampung KB dan kesejahteraan keluarga miskin di Kota Denpasar. Serta lokasi penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang. (3) Untuk penelitian yang dilakukan oleh (Widodo, 2019), Persamaan Penelitian dengan penelitian sekarang, yaitu sama sama menggunakan aspek efektivitas dan juga sama-sama menggunakan Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan Teknik Observasi, wawancara dan analisis. Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah membahas tentang evaluasi kegiatan kampung KB dalam upaya peningkatan efektivitas program keluarga berencana di wilayah Cilenggang Kota Tanggerang Selatan. Serta lokasi penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang. (4) Untuk penelitian yang dilakukan oleh (Anggraini &

Mashur, 2019), Persamaan Penelitian dengan penelitian sekarang, yaitu sama sama menggunakan aspek efektivitas dengan program Kampung KB, dan juga sama-sama menggunakan Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan Teknik

(7)

29

Observasi, wawancara dan analisis. Dan juga sama sama membahas tentang program Kampung KB. Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang terletak pada proses pelaksanaan program kampung KB dan teori konsep efektivitas dan hasil penelitian yang digunakan penelitian ini berbeda dengan hasil peneliti yang digunakan sekarang, Serta lokasi penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang. (5) Untuk penelitian yang dilakukan oleh (Zuhriyah et al., 2017), Persamaan Penelitian dengan penelitian sekarang, yaitu sama sama menggunakan aspek peningkatan efektivitas dengan program Kampung KB, dan juga sama-sama menggunakan Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan Teknik Observasi, wawancara dan analisis. Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang terletak pada proses evaluasi program dalam peningkatan efektivitas program KB. Serta lokasi penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang. (6) Untuk penelitian yang dilakukan oleh (Almukabir, Muhammad Romadinu; Fitri, 2020) Persamaan Penelitian dengan penelitian sekarang, yaitu sama sama menggunakan aspek efektivitas dengan program Kampung KB, dan juga sama-sama menggunakan Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan Teknik Observasi, wawancara dan analisis. Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan penelitian adalah membahas tentang efektivitas pembentukan Kampung KB dan melihat perubahan perilaku masyarakat dengan adanya Kampung KB di Jl. Muhartono Gang 5B RW 08 Kelurahan Kota lama Malang dengan menggunakan metode Cross sectional dalam penelitiannya. Serta lokasi penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang.

Berdasarkan penelitian diatas, dapat diketahui bahwa dalam proses penelitian ini persamaan penelitian ini sama-sama menggunakan aspek teori efektivitas,dengan menggunakan konsep teori menurut (Budiani, 2017) karena teori tersebut mampu menyediakan indikator Efektivitas secara Komprehensif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain terletak pada hasil yang dibahas dalam pelaksanaan Program Kampung KB yang dijalankan, apakah dengan program ini, tingkat efektivitas sudah berjalan dengan maksimal atau tidak, dengan variable hasil guna mewujudkan keluarga mandiri. Serta yang menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi

(8)

30

penelitian yang bertempat di Desa Rombasan Kecamatan Peragaan Kabupaten Sumenep, waktu penelitian, dan metode penelitian yang menggunakan oleh (Suyanto & Sutinah, 2013) metode deskriptif kualitatif menurut (Burhan, 2013) Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan populasi dan sampel, tapi menggunakan subyek penelitian yang telah tercermin dalam focus penelitian.

Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian, Serta tema penelitian ini terkait dengan Program Kampung KB.

1.2 Kajian Pustaka 1.2.1 Konsep Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan,dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan ketergantian antara tujuan dan hasil yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi efektivitas merupakan pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan.

Efektivitas merupakan kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) satu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau tegangan diantara pelaksanaannya (Kurniawan, 2005) Menurut (Mahmudi, 2005) mendefinisikan hubungan antara output dengan tujuan,semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka akan semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.

Efektivitas merupakan unsure pokok pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi, kegiatan atau program. Disebut efektif apabila tercapai sasaran seperti yang telah ditentukan. Menurut pendapat H. Emorsen mengatakan bahwa “efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Dari efektivitas ditinjau dari sudut pandang pencapaian tujuan, yang dimana

(9)

31

keberhasilan suatu program harus mempertimbangkan bukan hanya sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain pencapaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah dan sasaran tujuan.

Dalam pengertian efektivitas ini harus dibedakan dengan efisiensi. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat. Efesiensi ini mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan suatu pencapaian target dan tujuan (Tangkilisan, 2005). Jadi untuk mengukur tingkat efektivitas ini dapat kesesuaian antara rencana awal denga hasil kenyataan yang ada. Semakin efektif hasil atau target yang dicapai sesuai dengan rencana awal, maka efektivitas dikatakan berhasil.

Begitupun sebaliknya, jika hasil atau target tidak sesuai dengan rencana, maka dapat dikatakan bahwa tingkat efektivitasnya rendah.

Dari beberapa sudut pandang diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya indicator-indikator yang telah ditentukan, seperti keberhasilan program, keberhasilan sasaran, dan pencapaian tujuan secara menyeluruh. Jadi apabila indicator-indikator tersebut tecapai dapat dikatakan efektif.

b. Efektivitas Program

Efektivitas program merupakan upaya yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana program tersebut berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas program dapat diketahu dengan membandingkan output program dengan tujuan program, apabila output (hasil) yang dicapai sesuai dengan tujuan atau mencapai target dan sasaran yang telah ditentukan, maka program tersebut dapat dikatakan efektif. Sebaliknya, apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan target sasaran yang telah ditentukan, maka program tersebut belum dikatakan efektif.

Suatu program dapat dikatakan efektif atau tidak, dapat dilihat dari pencapaian tujuan dari program itu. Apabila program yang ditentukan tercapai dengan baik, maka program tersebut dapat dikatakan efektif. Menurut

(10)

32

(Tjokroamidjojo, 1985) suatu program yang baik harus memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Tujuan yang dirumuskan harus cukup jelas

2. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten atau proyek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan program seefektif mungkin

4. Pengukuran dengan biaya yang diperkirakan dan keuntungan yang saling diharapkan akan dihasilan program tersebut.

5. Hubungan dalam kegiatan lain dalam usaha pembangunan dan program pembangunan lainnya.

6. Berbagai upaya dalam bidang menejemen, termasuk penyediaan tenaga, pembiayaan, dan lain-lain untuk melaksanakan program tersebut. Dengan demikian, dalam menentukan suatu program harus dirumuskan secara matang sesuai dengan kebutuhan agar dapat mencapai tujuan melalui partisipasi dari masyarakat.

c. Pendekatan Efektivitas

Pendekatan efektivitas ini digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas tersebut efektif. Terdapat beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu :

1. Pendekatan sasaran (Goal Approach)

Menurut (Georgopoulos & Tannenbaum, 1957), dalam pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Dalam pendekatan ini pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.

Sasaran yang harus diperhatikan dalam pengukuran tingkat efektivitas ini dengan pendekatan yaitu sasaran yang realistis untuk memberikan hasil yang maksimal berdasarkan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan

(11)

33

perhatian terhadap aspek output yaitu dengan mengukur tingkat keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yang direncanakan.

Untuk itu pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga yang berhasil merealisasikan sasaran yang akan dicapai.

Efektivitas ini juga selalu memperhatikan waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektivitas ini terkandung unsure waktu pelaksanaan dan tujuan guna tercapainya dengan waktu yang tepat, dengan demikian program tersebut akan lebih efektif.

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Dalam pendekatan sumber ini mengukur tingkat efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam memperoleh berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga ini juga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat berjalan secara efektif. Pendekatan ini berdasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena dalam suatu lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan ini diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan pada lingkungannya.

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancer dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Dalam Pendekatan ini digunakan sebagai efisiensi dari suatu lembaga internal pada lembaga yang efektif, proses internal yang berjalan lancer dimana kegiatan bagian-bagian yang ada dapat berjalan secara terkoordinasi (Sari RW, 2020).

Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber- sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serrta kesehatan lembaga.

(12)

34 d. Ukuran Efektivitas

Tingkat efektivitas ini dilihat dari hasil yang telah dicapai. Apabila hasil yang dicapai dapat memenuhi target pada rencana awal maka dapat dikatakan efektif. begitupun sebaliknya apabila hasil yang dicapai tidak sesuai dengan target rencana awal, atau ada kekeliruan atau ketidak sesuaian dengan target yang ditetapkan maka dapat dikatakan bahwa tidak efektif. menurut pendapat (Sutrisno, 2007) bahwa dalam mengukur tingkat efektivitas suatu kegiatan atau aktifitas perlu diperhatikan beberapa indikator yakni :

1. Pemahaman Program

Adalah sejauh mana kelompok sasaran dapat memahami program atau kegiatan yang telah direncanakan. Program atau kegiatan dapat dikatakan efektif jika kelompok sasaran dapat memenuhi program tersebut.

Pemahaman ini dapat dilihat dari pengetahuan kelompok sasaran tujuan program.

2. Tepat Sasaran

Penentuan sasaan yang tepat ini baik ditetapkan secara individu maupun secara organisasi sangat menentukan suatu keberhasilan aktivitas organisasi. Begitupun sebaliknya, jika sasaan yang ditetapkan masih kurang tetap, maka dapat menghambat pelaksanaan berbagai kegatan itu sendiri.

3. Tepat Waktu

Ketepatan waktu ini merupakan sejauh mana mengetahui penggunaan waku dalam pelaksanaan program, dan apakah sesuai dengan jadwal yang sudah dirancang atau tidak. Dengan waktu yang tepat maka program tersebut akan lebih efektif.

4. Tercapainya Tujuan

Dalam tercapainya tujuan ini merupakan mengetahui apakah tujuan dari dibentuknya program sudah tercapai atau belum. Pencapaian tujuan juga dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu kurun waktu dan kelompok sasaran yang konkrit. Sehingga suatu program dapat dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

(13)

35 5. Perubahan Nyata

Dalam perubahan nyata ini mengukur sejauh mana suatu program atau kegiatan memberikan efek atau dampak serta perubahan yang terjdi pada kelompok sasaran tertentu. Suatu program atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila program tersebut dapat berjalan dengan baik. Serta dapat memberikan hasil yang nyata kepada kelompok sasaran.

Berbeda dengan pendapat sebelumnya, teori Efektivitas Menurut Duncan dalam kutipan (Steers, 1985) dalam bukunya “Efektifitas Organisasi”. Ada 3 indikator keberhasilan dalam efektivitas yakni :

1. Pencapaian Tujuan

Dalam pencapaian tujuan ini,semua yang dilakukan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin baik, maka diperlukan tahapan- tahapan proses. Pencapaian tujuan ini memiliki 2 sub indokator yaitu : kurun waktu dan sasaran sebagai target yang konkrit.

2. Integrasi

Integrasi adalah suatu pengukuran terhadap seberapa baik kemampuan organisasi dalam mengadakan sosialisasi atau komunikasi dan pengembangan konsensus atau kesepakatan bersama antara anggota- anggota kelompok masyarakat mengenai nilai-nilai tertentu. Integrasi sangat berkaitan dengan proses sosialisasi.

3. Adaptasi

Adalah pengukuran bagaimana sebuah organisasi mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemampuan adaptasi merupakan kemampuan organisasiuntuk mengubah prosedur standar operasinya jika lingkungannya berubah. Untuk itu organisasi yang baik adalah organisasi yang dinamis, yang dapat berjalan sesuai perkembangan zaman. Adaptasi berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan program dengan keadaan dilapangan.

Disamping teori efektivitas diatas, maka penulis juga menyampaikan beberapa indikator yang jauh relevan dari penelitian ini, yaitu menurut

(14)

36

pendapat (Budiani, 2017) menyatakan bahwa dalam mengukur tingkat efektivitas program perlu diperhatikan beberapa indikator yakni :

1. Ketepatan sasaran program

Adalah sejauh mana peserta program tepat dengan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya.

2. Sosialisasi program

Adalah kemampuan penyelenggaraan program dalam melakukan sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan program in dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya pada sasaran program.

3. Tercapainya Tujuan

Adalah untuk mengetahui sejauhmana kesesuaian anatar hasil pelaksanaan program dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Pemantaua Program

Adalah kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program sebagai bentuk perhatian terhadap peserta program.

Untuk itu dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, peneliti ingin menggunkaan teori Efektivitas yaitu menurut teori (Budiani, 2017) Adapun alasan penulis memilih teori tersebut karena teori tersebut mampu menyediakan indikator Efektivitas secara Komprehensif.

1.2.2 Kampung Keluarga Berencana (KB) a. Pengertian Kampung KB

Dalam pembentukan program Kampung KB pada tingkatan wilayah pemerintahan yang paling bawah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat yaitu RW/dusun, yang dicanangkan langsung oleh presiden Joko Widodo pada tanggal 14 Januari 2016, kampung kb ini terus tumbuh pesat.

Kampung KB merupakan Suatu wilayah setingkat desa dengan kriteria tertentu dimana terdapat keterpaduan program KKBPK dan program terkait dalam upaya meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Dari Semangat membentuk dan mendirikan kampung KB, target yang harus dicapai pemerintah pada tahun 2017 ini harus terdapat satu Kampung KB disetiap satu

(15)

37

Kecamatan di seluruh Indonesia. Artinya, dari sepanjang tahun 2017 ini akan tercapai sekitar 7166 Kampung KB diseluruh Indonesia dan akan terus bertambah setiap tahunnya.

Program kampung KB ini juga merupakan hasil kerjasama dari pemerintah pusat dengan BKKBN. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Dalam program kampung KB ini memiliki beberapa program diantaranya Program KB-KR, Program Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga yang meliputi (BKB, BKR, BKL, UPPKS), program kependudukan dan Kegiatan Lintas sektor. Indikator yang mencerminkan program Kampung KB sebagai berikut :

Gambar 2. 1 Peta Konsep Program Kampung KB Sumber : http://Kampungkb.bkkbn.go.id diolah oleh peneliti, 2021

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Program Kampung KB ini meliputi : Program kependudukan, Program KB (keluarga berencana) dan KR (kesehatan reproduksi), Program KK (ketahanan keluarga) dan PK (pemberdayaan keluarga), Kegiatan lintas sektor. Program ini dikelola serta dilaksanakan oleh petugas dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) yaitu Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PKB/PLKB) dan diikuti oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Untuk itu perlunya langkah koordinasi lintas sector, dalam integrasi kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Program

(16)

38

Kampung KB. Menurut buku Pedoman Pengelolaan Kampung KB menyatakan bahwa pembangunan Keluarga kecil yang Berkualitas dalam program KKBPK ini, merupakan bagian dari pengentasan Kemiskinan, karena dalam tujuannya sama meningkatkan derajat kesejahteraan individu, keluarga dan masyarakat.

Secara sederhana keluarga itu akan sejahtera apabila, bebannya tidak berat, ekonominya kuat dan ketahanannya mantap.1

Untuk itu, kampung KB ini merupakan salah satu “senjata pamungkas”

pemerintah dalam mengatasi masalah kependudukan, terutama diwilayah- wilayah yang jarang “terlihat” oleh pandangan pemerintah. Kampung KB ini kedepannya akan menjadi icon Program Kampung kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Kehadiran Kampung KB ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di setingkat kampung atau setara melalui program KKBPK serta pembangunan sector lain dalam rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Dalam prinsipnya program KKBPK ini mewujudkan keluarga kecil bahagia, sejahtera dengan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Dalam penerapan 8 fungsi keluarga ini untuk membantu keluarga lebih bahagia dan sejahtera, serta terbebas dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Keberhasilan program KKBPK ini dapat dilihat dari beberapa aspek yakni :

1. Aspek pengendalian kualitas penduduk

2. Aspek peningkatan kualitas penduduk yang dalam hal ini diukur dengan peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarganya.

Kampung KB merupakan wujud dari pelaksanaan agenda prioritas pembangunan Nawacita ke 3, 5, dan 8. Dengan tujuan pembentukan Kampung KB untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari sisi kewilayahan dan pembinaan karakter bangsa dari keluarga. Dalam peningkatan Ketahanan dan kesejahteraan keluarga dapat ditelusuri melalui berbagai indikator yang merupakan cerminan dari pelaksanaan delapan fungsi keluarga. Hal ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga

1 Buku Pedoman Kampung KB, BKKBN Tahun 2017

(17)

39

Berencana dan Sistem Informasi Keluarga. Dalam PP ini, sisebutkan delapan fungsi keluarga yang meliputi :

1. Fungsi keagamaan 2. Fungsi Sosial Budaya 3. Fungsi cinta kasih 4. Fungsi perlindungan 5. Fungsi reproduksi 6. Fungsi sosial pendidikan 7. Fungsi ekonomi

8. Fungsi pembinaan lingkungan

Kampung KB ini menjadi program inovatif yang strategis dalam menjalankan program KKBPK di lapangan. Kampung KB ini akan menjadi model atau miniatur pembangunan yang melibatkan seluruh sector di masyarakat. Kampung KB merupakan satuan wilayah setingkat Desa, Dusun atau setara yang memiliki criteria tertentu dimana terdapat keterpaduan program KKBPK yang dilakukan secara sistematik dan sistematis. Selain itu, manfaat Kampung KB selain dapat mengentaskan kemiskinan, juga dapat mengembangkan pembangunan kepada masyarakat. Dengan kata lain kampung kb ini tidak hanya berbicara terkait dengan pembatasan ledakan kependudukan saja, melainkan dapat memberdayakan potensi masyarakat agar berperan aktif dalam sector pembangunan dan kemajuan desa. Manfaat lain yakni membangun masyarakat berbasis keluarga, menyejahterakan masyarakat, serta memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pelaksanaan integrasi program lintas sector.

Dalam pembangunan lintas sector dan kemitraan melibatkan peran berbagai pihak seperti : swasta, provider dan pemangku kepentingan lainnya.

Integrasi lintas sector berupa pelayanan terpadu antar sector yang nantinya akan menjadi kebutuhan masyarakat seperti :

1. Pelayanan KB

2. Pelayanan pembuatan akta kelahiran 3. Pembangunan infrastruktur

(18)

40 4. Pembuatan KTP

5. Penyediaan rumah data berupa buku-buku bacaan 6. Posyandu, PAUD, P2WKSS dll.

Dengan demikian, tidak semua kampung bisa diterapkan dalam program kampung KB. Ada beberapa kriteria yaitu utama wilayah dan khusus. Dalam kriteria utama, sebuah kampung harus memiliki syarat-syarat seperti jumlah keluarga miskin diatas rata-rata tingkat desa dimana kampung/RW tersebut berada. Bagi yang membentuk setara Desa, Jumlah keluarga miskin di Desa tersebut harus diatas rata-rata kecamatan dimana Desa itu berada. Selain itu, syarat utama pembentukan lainnya yakni pencapaian penggunaan KB di desa tersebut sangat rendah.

b. Kriteria Kampung KB

Kampung KB merupakan satuan wilayah setingkat RW, Dusun atau setara yang memiliki kriteria tertentu, yang dimana terdapat keterpaduan program kependudukan, keluarga berencana, pembangunan keluarga dan pembangunan sektor terkait yang dilaksanakan secara sistematis. Kampung KB ini dibentuk sebagai salah satu upaya penguatan program KKBPK yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam memperdayakan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan total program Kampung KB sehingga dapat mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Dalam proses pembentukannnya, suatu wilayah yang akan dijadikan sebagai lokasi Kampung KB harus dipenuhi yaitu adanya dukungan dan komitmen dari pemerintah daerah, ketersediaan data dan informasi kependudukan yang akurat serta adanya partisipasi masyarakat. Dalam pembentukan Kampung KB terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi yaitu kriteria Utama dan kriteria wilayah. Kriteria utama yang harus dipenuhi ada dua yaitu :

1. Jumlah Pra Sejahtera (KPS ) dan Keluarga Sejahtera I di atas rata-rata KPS dan KS 1 tingkat Desa dimana kampung tersebut berada

2. Jumlah peserta KB dibawah rata-rata pencapaian peserta KB tingkat Desa dimana Kampung tersebut berlokasi.

(19)

41

Dalam kriteria wilayah ini, setiap kampung KB harus memenuhi kriteria seperti :

1. Wilayah kumuh

2. Daerah pesisir atau nelayan 3. Darah aliran sungai (DAS) 4. Daerah bantaran kereta api

5. Kawasan miskin (termasuk miskin perkotaan) 6. Daerah terpencil

7. Wilayah perbatasan 8. Kawasan industri 9. Kawasan wisata

10. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi

Sedangkan kriteria khusus, yang dibutuhkan intervensi lintas sektor yakni kampung KB yang wajib memiliki unsure antara lain :

1. Tingkat pendidikan yang rendah 2. Infrastruktur yang kurang memadai

Untuk memenuhi kriteria tersebut, intervensi dari sektor terkait sangatlah dibutuhkan.

c. Tujuan Kampung KB

Tujuan dalam pembentukan Kampung KB adalah untuk meningkatkan kulalitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau setara melalui program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga serta pembangunan sektor terkait dalam rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas (tujuan umum). Sementara tujuan khusus pembentukan kampung KB adalah :

1. Meningkatkan peran pemerintah, lembaga dan non pemerintah atau swasta untuk menyelenggarakan program kependudukan.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan yang berwawasan kependudukan.

3. Meningkatkan peserta KB aktif modern

(20)

42

4. Meningkatkan Ketahanan keluarga melalui Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), serta Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R)

5. Meningkatkan pemberdayaan keluarga seperti (kelompok UPPKS) 6. Menurunkan angka KDRT, dan

7. Meningkatkan kualitas sekolah penduduk usia sekolah d. Ruang Lingkup Kegiatan Kampung KB

Dalam ruang lingkup pelaksanaan Kampung KB ini meliputi beberapa program yang akan dijalankan seperti :

1. Kependudukan

2. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

3. Ketahanan Keluarga dan Pemberdayaan Kerluarga (Pembangunan Keluarga)

4. Kegiatan Lintas Sektor (Bidang Pemukiman, Sosial Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan wilayah kampung KB)

2.2.3 Kampung KB untuk Mewujudkan Keluarga Mandiri a. Keluarga Mandiri

Keluarga Mandiri merupakan sikap siap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan, pendewasaan usia perkawinan (PUS), membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur angka kelahiran dan mengembangkan kulitas dan kesejahteraan keluarga, yang berdasarkan pada kesadaran dan tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.

Secara garis besar keluarga mandiri dapat dikelompokkan antara lain : 1. Mandiri secara Emosional

Mandiri secara emosional adalah perasaan yang sering muncul dalam diri kita seperti sedih, gembira, kecewa, marah, benci, cinta. Oleh karena itu perasaan emosi dari diri kita akan menciptakan rasa saling menghargai antara satu dengan yang lainnya, dalam kehidupan kita saling berhubungan dengan orang lain. Untuk itu mandiri secara emosional dapat diartikan

(21)

43

sebagai sikap dan emosi kita ketika berinteraksi dengan orang lain, dan saling mengahargai apa yang dirasakan orang lain.

2. Mandiri secara Sosial

Mandiri secara sosial adalah hubungan atau pergaulan, interaksi dengan sesama lainnya (secara manusia). Dengan demikian antara oaring satu dengan yang lainnya ada ketergantungan secara sosial.

3. Mandiri secara Ekonomi

Ada beberapa pengertian terkait ekonomi :

a. Ekonomi adalah kebutuhan hidup, biaya hidup yang harus dipenuhi setiap orang

b. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari setiap usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya

c. Kata ekonomi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, Nomos berarti mengatur. Jadi ekonomi adalah mengatur perekonomian rumah tangga.

Dengan adanya bermacam-macam pengertian ekonomi diatas, maka kita hidup hendaknya harus bisa hidup mandiri secara ekonomi dalam artian diharapkan mampu mengatur, memenuhi, mengatasi masalah ekonomi sendiri yang diharapkan tidak dapat bergantung kepada orang lain.

Referensi

Dokumen terkait

Pin 32-pin 39 adalah port 0 yang merupakan saluran bus I/O 8 bit open collector, dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke

KEEMPAT : Taman di Perairan Teluk Moramo di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana dimaksud diktum KETIGA dengan batas koordinat sebagaimana tercantum dalam

 Pembentukan Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas Saber Pungli) Kabupaten Banjarnegara sesuai dengan Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor: 700/1290

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang Penggantian Biaya Kepada Saksi Atau Ahli Dalam

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2015, Industri Pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,99 persen,

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.. Ilham Muchtar dan Abbas Baco Miro). Penelitian ini mengkaji tentang pandangan Islam terhadap Adat Mappacing di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Mandai

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

1) Humas berperan dalam Pencitraan Universitas Sam Ratulangi Manado dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa Humas dengan informasinya mampu memberi pengetahuan