• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari arti atau istilah Atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari arti atau istilah Atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Atletik merupakan cabang olahraga yang terdiri atas gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila dilihat dari arti atau istilah “Atletik” berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon atau Athlum yang berarti “lomba atau perlombaan/pertandingan’. Amerika dan sebagian Eropa dan Asia sering memakai istilah atletik dengan Track and Field dan Negara Jerman memakai kata Leicht Athletik dan Negara Belanda memakai istilah Ahtletiek. Atletik merupakan cabang olahraga yang tertua dan juga merupakan induk atau ibu dari semua cabang olahraga. Gerakan- gerakan di dalam atletik merupakan dasar dari cabang olahraga-olahraga yang lain, seperti: berjalan, berlari, melompat dan melempar, ini semua telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian dari pendidikan nasional, yang pengajarannya hanya mengajarkan kemampuan gerak dasar dari keterampilan dasar olahraga. Dalam pelaksanaannya olahraga atletik justru lebih sering dilakukan dibandingkan dengan olahraga permainan seperti sepak bola, basket, voli, renang, bulutangkis, tenis dan lain-lain.

Pendidikan jasmani mengutamakan pengembangan keterampilan gerak yang menyeluruh. Salah satu proses pendidikan jasmani melalui atletik. Salah satu nomor atletik, nomor sprint 100 meter termasuk dalam nomor atletik. Lari 100 meter disukai banyak siswa karena mudah dilakukan. lari banyak

(2)

digunakan dalam berbagai macam olahraga antara lain sepak bola, bulutangkis, dan bola voli. Semua cabang olahraga itu memerlukan gerak dasar lari.

Lari bergerak maju kedepan yang dialakukan dengan cepat, karena adanya gaya dorongan ke belakang terhadap tanah yang dilakukan dengan mengais. Untuk mencapai kecepatan tinggi diperlukan power tungkai. Pada saat mendorong tanah tungkai harus benar kuat, sehingga gaya dorongan ke belakang yang dihasilkan juga besar. Gaya yang dihasilkan diubah menjadi gerakan maju dengan kecepatan gerak yang tinggi. Hal ini berarti makin cepat gerakan tungkai yang diayunkan kedepan secara bergantian. Jadi dalam power sudah terdapat kekuatan dan kecepatan yang dibutuhkan saat lari.

Kecepatan lari dipengaruhi oleh power dan jangkauan gerak, atas suatu keseimbangan antara frekuensi dan panjang langkah kaki (Margono, 2002 : 10).

Anggota tubuh yang dominan digunakan dalam lari adalah tungkai.

Kemampuan lari sprint ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah yang diantaranya dihasilkan oleh ukuran tungkai seseorang. Pelari yang mempunyai tungkai lebih panjang, dalam berlari lebih cepat dari pada yang ukuran tungkainya lebih pendek. Ukuran tungkai yang panjang dalam berlari akan menghasilkan panjang langkah yang panjang.

Pelari saat berlari gerakan kedua lengan selalu berlawanan arah dengan gerakan kaki yang sejajar. Gerakan lengan dimaksudkan untuk mengimbangi gerakan panggul saat berlari. Ayunan lengan kebelakang yang

(3)

kuat dapat menyebabkan kaki mampu melangkah lebih jauh. Pelari yang mempunyai power tungkai dan power lengan yang kuat mampu berlari lebih maksimal. Pada akhirnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jarak 100 meter semakin sedikit.

Keoptimalan berlari sebagian kecil tergantung pada ukuran proporsi fisik dan kemampuan biomotor terhadap kemampun lari. Siswa dalam berlari lebih cepat, jika proporsi fisik dan kemampuan biomotor baik. Siswa yang memiliki power tungkai kuat dan lengan yang kuat serta ukuran tungkai yang panjang mempunyai keuntungan, sehingga waktu tempuh yang dibutuhkan sedikit. Namun, ini bukanlah suatu perbaikan cepat, karena memerlukan proses, komitmen dan latihan. Hal ini menjadi tantangan bagi para guru pendidikan jasmani khususnya untuk mengembangkan kemampuan fisik peserta didik, sehingga akan mampu mengembangkan potensi tiap siswa.

Siswa SMP N 1 Bantul mempunyai perbedaan proporsi fisik. Dimana siswa memiliki berat badan dan tinggi badan yang berbeda-beda. Disamping itu juga bila dilihat dari berat badan akan dijumpai anak yang gemuk dan kurus. Perbedaan itu juga pada tinggi badan. Setiap siswa memiliki ukuran tubuh yang berbeda. Orang yang bebadan gemuk dan pendek dalam berlari waktu tempuhnya kurang baik.

Dalam berlari panjang langkah tiap anak berbeda. Hal ini bisa dilihat dari jangkauan langkahnya ada yang panjang ada pula yang pendek.

Frekuensi langkah dalam berlari juga bervariasi. Frekuensi langkah merupakan banyaknya langkah dalam menempuh jarak 100 meter. Jumlah

(4)

frekuensi langkah ada yang banyak ada yang sedikit. Siswa saat berlari memiliki frekuensi langkah yang banyak tetapi jangkauan langkahnya pendek. Kadang ditemui beberapa kasus bila dalam berlari tidak dalam urutan pertama (menjadi juara) mereka menyerah hal ini menyebabkan konsisten dalam kecepatan berlari menjadi berkurang.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan lari 100 meter, diantaranya power tungkai, panjang tungkai dan power lengan . Peneliti akan mengungkap besarnya hubungan yang diberikan oleh power tungkai, panjang tungkai, power lengan dengan kecepatan lari 100 meter pada siswa SMP N 1 Bantul.

B. Identifikasi Masalah

1. Proporsi fisik siswa berbeda-beda.

2. Belum diketahui hubungan antara power tungkai dengan kemampuan lari sprint 100 M.

3. Belum diketahui hubungan antara panjang tungkai dengan kemampuan lari sprint 100 M.

4. Belum diketahui hubungan antara power lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M.

5. Belum diketahui hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas serta adanya keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan kemampuan peneliti maka

(5)

dalam penelitian ini perlu kiranya diberikan pembatasan permasalahan.

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi tentang hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kecepatan lari 100 meter siswa SMP Negeri 1 Bantul.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka dalam skripsi ini dapat dirumuskan masalah “Seberapa besar hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan terhadap kecepatan lari 100 meter di SMP N 1 Bantul ?”

E. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan yang disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan terhadap kecepatan lari 100 meter di SMP N 1 Bantul.

F. Manfaat

Hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan manfaat :

1. Secara teoritis, dapat memberikan pengetahuan dan membuktikan ada tidaknya hubungan power tungkai, panjang tungkai, power lengan dengan kecepatan lari 100 meter di SMP N 1 Bantul, sehingga dapat digunakan sebagai kajian dalam peningkatan kemampuan lari 100 meter.

2. Secara praktis :

a. Bagi guru penjas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Guru penjas diharapkan dalam

(6)

pengajaran akan didasarkan pada kemampuan siswa. Diharapkan dengan mengetahui kemampuan fisik, guru penjas mampu mengembangkan potensi setiap siswa.

b. Bagi siswa, lebih mengupayakan peningkatan prestasi optimal dalam cabang olahraga atletik khususnya lari sprint.

(7)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Hakekat lari sprint 100 meter a. Definisi Lari

Lari didefenisikan sebagai gerakan tubuh dimana pada suatu saat semua kaki tidak menginjak tanah. Lari adalah gerakan tubuh dimana kedua kaki ada saat melayang di udara (kedua telapak kaki lepas dari tanah) yang mana lari diartikan berbeda dengan jalan yang selalu kontak dengan tanah. (Yoyo Bahagia, 2000:11). Lari adalah langkah terus menerus dan ada saat melayang (Satriani, 2011). Lari adalah lompatan yang berturut-turut. Didalamnya terdapat suatu fase dimana kedua kaki tidak menginjak atau menumpang pada tanah, jadi lari ini berbeda dengan berjalan. (Yusuf Adisasmita, 1992)

Jadi lari merupakan gerakan tubuh pada saat semua kaki tidak menginjak tanah (ada saat melayang di udara), berbeda dengan jalan yang salah satu kaki harus tetap ada yang kontak dengan tanah.

Urutan gerak dalam berlari bila dilihat dari tahapan-tahapannya adalah tahap topang depan dan satu tahap dorong, serta tahap melayang yang terdiri atas tahap ayun ke depan dan satu tahap pemulihan atau recovery. Tahap topang (Support Phase), pada tahap ini bertujuan untuk memperkecil menghambatan saat sentuh tanah dan memaksimalkan dorongan ke depan. Tahap melayang (Flying Phase), pada tahap ini bertujuan untuk memaksimalkan dorongan ke depan dan

(8)

untuk mempersiapkan suatu penempatan kaki yang efektif saat sentuh tanah. Bila dilihat dari sifat-sifat teknis pada tahap ini adalah lutut kaki ayun bergerak ke depan dan keatas (untuk meluruskan dorongan dan menambah panjang langkah)

b. Lari Sprint 100 Meter

Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak pendek, dimana pelari harus berlari dengan sekencang-kencangnya dalam jarak 100 meter. Kunci pertama yang harus dikuasai oleh pelari cepat atau spint adalah start atau pertolakan. Keterlambatan atau ketidaktelitian pada waktu melakukan start sangat merugikan seorang pelari cepat atau sprinter. Oleh sebab itu, cara melakukan start yang baik harus benar- benar diperhatikan dan dipelajari serta dilatih secermat mungkin.

Kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan ke depan. Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan halus lancar dan efisien dan sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi.

Menurut Yoyo Bahagia dkk (2000:12) didukung Eddy Purnomo (2007:30) Kecepatan lari adalah hasil kali dari panjang langkah dan frekuensi langkah. Hal ini berarti, apabila seorang pelari memiliki langkah yang panjang atau frekuensi langkah yang cepat maka akan diperoleh kecepatan lari yang baik, apalagi seorang pelari memiliki

(9)

kedua-duanya. Oleh karena itu, seorang pelari jarak pendek harus dapat meningkatkan satu atau kedua-duanya.

Seorang pelari jarak pendek (sprinter) yang potensial bila dilihat dari komposisi atau susunan serabut otot, persentase serabut otot cepat (fast twitch) lebih besar atau tinggi dibandingkan dengan serabut otot lambat (slow twitch).

Lari jarak pendek bila dilihat dari tahap-tahap berlari terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1) Start atau saat ada aba-aba (reaksi dan dorongan) 2) Percepatan (perubahan dari lambat ke cepat)

3) Kecepatan (perubahan dari yang cepat ke yang konstan atau tetap) 4) Penurunan atau perlambatan

apabila digambarkan adalah sebagai berikut : 3)

2) 4) 1) finish

Gambar 1. Tahap lari jarak pendek

Sumber : http://ws-or.blogspot.com/2011/04/lari-jarak-pendek.html

(10)

Menurut Gerry A Carr (2000: 35-36) mengemukakan bahwa teknik sprint adalah sebagai berikut:

1) Pelurusan kaki dan lutut yang diangkat hingga horizontal 2) Berlari dengan ujung kaki dengan tubuh condong ke depan 3) Pelemasan otot tangan dan wajah

4) Garis pandangan tetap lurus

5) Posisi dan gerakan tangan (ditahan pada sudut 90 derajat pada siku dan diayunkan ke depan dan belakang ke arah lari)

6) Rileks atau jangan tegang, ketegangan akan merugikan pelari karena mengeluarkan energy atau membatasi aksi otot dan gerak anggota tubuh lainnya. (panggul, leher, bahu, muka dan tangan).

7) Koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan.

Dalam perlombaan atletik lari jarak pendek banyak peraturan yang mengikat. Peraturan atletik adalah seperangkat aturan yang digunakan untuk menyelenggarakan kejuaraan atletik, mengatur mekanismenya serta membatasi atau menentukan siapa saja yang boleh turut serta di dalamnya dan bagaimana hasil-hasil perlombaan itu dapat diakui dan syah sebagai suatu rekor, baik secara nasional maupun internasional. Untuk kejuaran- kejuaraan resmi tingkat internasional peraturan yang berlaku adalah peraturan yang dikeluarkan oleh International Athletic Amateur Federation ( IAAF ), yaitu badan resmi untuk olahraga atletik. Sedangkan untuk nasional, peraturan yang berlaku adalah peraturan yang dikeluarkan oleh PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), yaitu badan resmi atletik di Indonesia. Untuk peraturan dalam lari Antara lain :

1) Start dan finish

Kunci pertama yang harus dikuasai oleh pelari cepat atau spint adalah start atau pertolakan. Keterlambatan atau ketidaktelitian pada waktu melakukan start sangat merugikan

(11)

seorang pelari cepat atau sprinter, karena akan mempengaruhi hasil akhir kecepatan berlari. Oleh sebab itu, reaksi dan cara melakukan start yang baik harus benar-benar diperhatikan dan dipelajari serta dilatih secermat mungkin.

Start adalah suatu persiapan awal seorang pelari akan melakukan gerakan berlari. Untuk lari jarak pendek start yang dipakai adalah start jongkok (crouch start). Alat yang digunakan sebagai tempat start dalam lari jarak pendek disebut start blok. Ada 3 macam penempatan start blok, dan penempatannya disesuaikan dengan postur tubuh, yaitu:

a) Start jongkok pendek (short atau bunch start): jarak telapak kaki saat jongkok 14-28 cm

b) Start jongkok menengah (medium start): jarak telapak kaki saat jongkok 35-42 cm

c) Start jongkok panjang (longed start): jarak telapak kaki saat jongkok 50-70

Dalam lari jarak pendek menggunakan aba-aba “bersedia, siap, ya” atau aba-aba “ya” bisa diganti dengan bunyi pistol. Eddy purnomo (2007: 24-25) mengemukakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam aba-aba start lari sprint adalah sebagai berikut :

a) Bersedia

Setelah starter memberikan aba-aba bersedia, maka pelari akan menempatkan kedua kaki dalam menyentuh blok depan dan belakang; lutut kaki belakang diletakkan di tanah, terpisah selebar bahu lebih sedikit, jari-jari tangan membentuk huruf V terbalik dan kepala dalam keadaan datar

(12)

dengan punggung, sedangkan pandangan mata menatap lurus ke bawah.

Gambar 2.

Posisi dari samping dan depan saat aba-aba bersedia (Sumber: Eddy Purnomo 2007: 24)

b) Siap

Setelah ada aba-aba siaap, seorang pelari akan menempatkan posisi badan sebagai berikut lutut ditekan ke belakang, lutut kaki depan ada dalam posisi membentuk sudut siku-siku (90°); lutut kaki belakang membentuk sudut antara 120°- 140°; dan pinggang sedikit diangkat tinggi dari bahu, tubuh sedikit condong ke depan, serta bahu sedikit lebih maju ke depan dari kedua tangan.

Gambar 3.

Posisi badan dalam aba-aba siap (Sumber: Eddy Purnomo 2007: 25) c) Yak (bunyi pistol)

Gerakan yang akan dilakukan pelari setelah aba-aba yak/bunyi pistol adalah badan diluruskan dan diangkat pada saat kedua kaki menolak/menekan keras pada start blok;

kedua tangan diangkat dari tanah bersamaan untuk kemudian diayun bergantian; kaki belakang mendorong kuat/singkat, dorongan kaki depan sedikit tidak namun lebih lama; kaki

(13)

belakang diayun ke depan dengan cepat sedangkan badan condong ke depan; lutut dan pinggang keduanya diluruskan penuh pada saat akhir dorongan.

Gambar 4.

Gerakan pada aba-aba yaaak (Sumber: Eddy Purnomo 2007: 26) Oleh sebab itu start yang baik adalah sebagai berikut:

a) Konsentrasi penuh dan menghilangkan semua gangguan dari luar saat dalam posisi aba-aba bersedia

b) Menyesuaikan sikap yang sesuai pada posisi aba-aba siap c) Suatu dorongan eksplosif oleh kedua kaki terhadap tumpuan

start blok.

Untuk penilaian finish dihitung dari bagian tubuh yaitu dada sampai dengan ost femur (persendian), sedangkan yang lain tidak diperbolehkan.

Finish adalah salah satu rangkaian gerak lari sprint.

Walaupun waktu yang dibutuhkan untuk finish sangat singkat, akan tetapi kadang kala teknik finish juga dapat menentukan kemenangan seorang pelari pada saat-saat terakhir, apalagi bila kecepatan berlari berimbang.

(14)

Oleh karena itu gerakan finish yang baik adalah sebagai berikut:

a) Posisi dada dimajukan ke depan pada pita

b) Lari terus tanpa perubahan apapun atau jangan memperlambat langkah sebelum melampaui garis finish c) Jangan menengok lawan

d) Jangan melompat 2) Lintasan

Menurut peraturan ukuran lintasan adalah 400 meter dan memiliki jalur lintasan 6 atau 8 lintasan. Dalam perlombaan lari jarak pendek, masing-masing peserta harus lari pada lintasan terpisah.

Lintasan ini lebarnya minimal 1,22 m dan maksimal 1,25 m yang dibatasi dengan garis putih. Peserta yang mendorong, mendesak, menubruk atau lari memotong atau menghalangi pelari lain sehingga mengganggu lajunya lari dapat dinyatakan diskualifikasi.

Kekhususan dalam lari sprint : 1) Tumpuan kaki

Secara teknis dalam melakukan gerakan lari sprint adalah menggunakan ujung telapak kaki, sedangkan lari jarak menengah ataupun jauh menggunakan seluruh telapak kaki. Hal ini disebabkan karena yang dibutuhkan dalam sprint adalah kecepatan dalam menolak. Mengingat jarak yang ditempuh dalam sprint 100 meter lebih pendek dibandingkan lari jarak menengah maupun jauh.

(15)

Sehingga menolak dengan menggunakan seluruh telapak kaki akan lebih lama dibandingkan dengan ujung telapak kaki saja. Selain waktunya yang cepat menolak dengan menggunakan ujung kaki pun akan menghasilkan dorongan ke depan yang lebih kuat.

2) Daya tahan

Kelangsungan gerakan lari jarak jauh, menengah ataupun pendek secara teknis adalah sama. Yang membedakan hanyalah terletak pada penghematan penggunaan tenaga karena adanya perbedaan jarak yang harus di tempuh. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin membutuhkan keuletan dan daya tahan.

Hal-Hal yang harus dihindari dalam lari sprint, antara lain:

1) Dorongan ke depan tidak cukup dan kurang tinggi mengangkat lutut 2) Tubuh condong sekali ke depan atau lengkung ke belakang

3) Memutar kepala dan menggerakkan bahu secara berlebihan

4) Lengan diayun terlalu ke atas dan ayunannya terlalu jauh menyilang dada

5) Meluruskan kaki yang akan dilangkahkan kurang sempurna.

Hal-hal yang diutamakan dalam lari sprint, antara lain:

1) Menjaga kepala tetap tegak dan pandangan lurus ke depan 2) Membuat mata kaki yang dilangkahkan seelastis mungkin

3) Menjaga posisi tubuh sama seperti posisi pada waktu berjalan biasa.

4) Mengayunkan lengan sejajar dengan pinggul dan sedikit menyilang ke depan badan

(16)

2. Power Tungkai

a. Kemampuan biomotor

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam lari sprint 100 M kemampuan biomotor sangat diperlukan. Kemampuan biomotor merupakan kemampuan gerak manusia yang dipengaruhi oleh system organ dalam (Sukadiyanto, 2002 : 35). System-sistem organ dalam tersebut meliputi system neuromuskuler, pernafasan, pencernaan, peredaran darah, energi, tulang dan persendian. Gerak pada anak dihasilkan adanya cukup energi. Energi terbentuk dari proses metabolism dan didukung oleh system organ yang lain. Jadi komponen biomotor merupakan keseluruhan dari kondisi fisik siswa.

Komponen dasar dari kemampuan biomotor meliputi kekuatan, ketahanan, kecepatan, koordinasi dan fleksibilitas. Gabungan dari komponen dasar dari kemampuan biomotor seperti kecepatan dan kekuatan membentuk power. Karena power hasil kali dari kekuatan dengan kecepatan. Dibawah ini dijelaskan komponen dasar dari kemampuan biomotor dan gabungan dari komponen-komponen dasar.

(17)

Gambar 5. Komponen dasar dari kemampuan biomotor ( Sumber :Bompa, 1994 :260 )

b. Kemampuan otot tungkai

Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban atau tahanan. Kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk mengatasi beban atau tahanan dalam hal ini lari 100 meter. Menurut (Bompa, 1994 : 268- 270) macam-macam kekuatan antara lain a) kekuatan umum, b) kekuatan khusus, c) kekuatan maksimal, d) kekuatan ketahanan (ketahanan otot), e) kekuatan kecepatan ( kekuatan elastis atau power), f) kekuatan absolute, g) kekuatan relatif, h) kekuatan cadangan.

Power adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dalam waktu sesingkat mungkin. Kekuatan kecepatan sama dengan power karena power merupakan hasil kali antara kekuatan dan kecepatan (Bompa, 1994 : 269). Daya ledak (power) adalah kemampuan tubuh yang memungkinkan

(18)

otot atau sekelompok otot untuk bekerja secara eksplosif (Wahjoedi, 2001 : 61). Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan power merupakan suatu kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban dalam waktu sesingkat mungkin. Sekelompok otot akan berkontraksi dengan kekuatan dan kecepatan secara maksimal. Otot akan memanjang dan memendek secara eksplosif.

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan (Santoso Giriwijoyo, 2005 : 71). Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban sewaktu bekerja (Suharjana, 2001 : 100). Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk mengatasi suatu tahanan atau beban dalam berlari, otot yang dominan adalah otot tungkai.

Kecepatan adalah berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sangat singkat. Lari sprint membutuhkan kecepatan untuk menempuh waktu yang sesingkat- singkatnya. Kecepatan merupakan salah satu komponen biomotor yang sangat penting untuk sprint.

Alat gerak pada manusia dibagi menjadi alat gerak pasif (kerangka badan) dan alat gerak aktif (otot badan). Susunan otot anggota badan bawah dari sudut topografi dibagi dalam 1) otot-otot pangkal paha, 2) otot- otot tungkai atas, 3) otot-otot tungkai bawah, 4) otot-otot kaki (A.Munandar, 1992 : 114-154).

(19)

Otot-otot kaki terdiri dari bagian dorsal dan plantar. Otot-otot bagian dorsal terdiri dari M. extensor hallucis brevis dan M. extensor digitorum brevis. Otot-otot bagian plantar terdirir dari sisi medial, lateral dan tengah kaki. Otot-otot sisi medial kaki terbagi dalam M. abductor hallucis, M. flexor hallucis brevis dan M. adductor hallucis. Otot-otot sisi lateral terdiri dari M. abductor digiti V, M. flexor digiti V brevis dan M.

opponens digiti V. Otot-otot tengah kaki terdiri dari M. flexor digitorum brevis, M. quadratus plantae, Mm lumbricales dan Mm interossei.

Pada dasarnya gerakan lari sama dengan gerakan jalan, tetapi saat berlari kedua kakinya terlepas dari tanah atau melayang, menururt (A.Munandar, 1992 : 164). Gerakan kaki dimulai dengan memindahkan berat badan pada kaki kanan bila kaki kiri akan dilangkahkan. Antefleksi tungkai kiri dilakukan oleh m. iliopsoas (terpenting), m. rectus femoris dan lain-lain dan dengan demikian dilepaskan dari tanah. Turunnya panggul, bagian kiri dicegah oleh kontraksi mm. glutaei medius dan minimus sebelah kanan. Selain dari itu kedua otot itu memutar panggul bagian kiri ke depan dan dengan demikian membantu mengayunkan tungkai kirir maju dan memperbesar langkah.

Titik berat bergerak kedepan sehingga tidak terdapat lagi di atas kaki kanan. Akibatnya badan hendak jatuh ke depan. Bersamaan dengan itu, terjadi pantofleksi kaki kanan oleh kontraksi mm. triceps surae dan tumit kanan terangkat dari tanah. Dengan demikian titik berat yang tadinya sudah turun naik kembali. Setelah tumit kiri mengenai tanah maka dengan

(20)

tumit sebagai pusat seluruh kaki. Kelingking dan daerah-daerah ujung distal ossa metatarsalia IV, III serta II dengan jarinya masing-masing bersamaan dengan ibu jari mengenai tanah.

Kaki kanan makin melepaskan diri dari tanah dengan berlangsungnya dorsofleksi pada articulation metatarsophalangeales.

Sedang jari-jari kaki tetap kokoh berpijak pada tanah. Akhirnya ibu jari kaki melepaskan diri dari tanah dan pada waktu yang bersamaan tumit kaki kiri mengenai tanah.

3. Panjang Tungkai

Beberapa indikator untuk menyeleksi atlet berbakat antara lain kesehatan, anthropometri, lama latihan, kemampuan fisik dan sebagainya (Cholik : 1994) yang dikutip oleh Djoko Pekik Irianto (2002 : 29).

Anthropometri mempunyai arti ukuran tubuh manusia, ukuran tubuh manusia mencakup tinggi badan, berat badan, ukuran bagian tubuh.

Pengukuran anthropometri bertujuan untuk menentukan status fisik yang diperluas sehingga mencakup perkembangan tipe tubuh manusia dalam hubungannya dengan kesehatan, kekebalan penyakit, sikap, kemampuan fisik dan kualitas kepribadian (Wahjoedi, 2001 : 56). Dengan mengetahui ukuran anthropometri siswa maka dapat dijadikan bahan untuk memprdiksi kemampuan fisik siswa.

Menurut Tim Anatomi FIK UNY ( 2003: 4 ) panjang tungkai yaitu dari trochanter mayor atau tulang paha bagian atas yang menonjol keluar dekat dengan sendi sampai dengan permukaan lantai. Sedangkan menurut

(21)

Amari ( 1996 : 155 ) panjang tungkai adalah ukuran panjang tungkai seseorang dimulai dari alas kaki sampai trochanter mayor ( tulang paha bagian atas yang menonjol keluar dekat dengan sendi ), kira – kira pada bagian tulang yang terlebar disebelah luar paha dan bila paha digerakkan trochanter mayor dapat diraba di bagian atas tulang paha yang bergerak.

Pada pinggir atasnya, yakni krista iliaka dapat diraba keseluruhannya. Ke depan rigi ini berakhir pada spina iliaka anterior superior yang bulat ( mudah diraba) menurut (John V. Basmajian dan Charles E. Slonecker, 1993 : 16) SIAS ini akan tampak sebagai tonjolan bila diraba.

Gambar 6. Panjang tungkai, (sumber : Tim Anatomi ( 2003 : 5 )

Extremitas inferior terbangun oleh sceletum extremitas inferior.

Rangka anggota badan bawah dapat dibedakan menjadi tulang panggul

(22)

(ossa cinguli extremitas inferior) dan tulang anggota badan bawah bebas (ossa extremitas inferior liberae) menurut A.Munandar (1997 :106).

Tulang panggul terdiri dari kedua tulang pangkal paha (ossa coxae). Gelang panggul mempunyai hubungan yang kokoh dengan batang badan sebagai alat yang harus menerima berat badan dan meneruskannya kepada kedua tungkai. Tiap os coxae terbentuk dari 3 tulang yang mul- mula terpisah tetapi tumbuh menjadi satu tulang. Tulang-tulang itu adalah tulang usus (os ilium), tulang kemluan (os pubis) dan tulang duduk (os ischium).

Tulang-tulang anggota badan bawah yang bebas terdirir dari os femoris, ossa cruris (tibia dan fibula) dan patella suatu bijian yang besar dalam urat M. quadriceps femoris serta ossa pedis. Ossa pedis terdiri dari ossa tarsalia, ossa metatarsalia, dan ossa digitorium pedis. Ossa tarsalia terbentuk oleh talus, calcaneus, os naviculare pedis, ossa cunei formia I, II dan III serta os cuboideum. Ossa digitorum pedis tersusun oleh tiap jari kaki terdapat 3 phalanges, kecuali ibu jari yang terdiri dari 2 phalanges.

4. Power Lengan

Power merupakan komponen kondisi fisik yang dalamnya terdapat dua unsur pokok yaitu kekuatan dan kecepatan. Berkaitan dengan power Suharno HP. (1993 : 95) menyatakan “ explosive power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerakan utuh “. Sudjarwo (1993 : 27) menyatakan “ explosive power merupakan kemampuan otot (segerombolan otot) untuk

(23)

melawan beban / tahanan dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan (penggunaan force & velocity). Sedangkan Bompa (1994 : 269) menyatakan power adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dalam waktu sesingkat mungkin. Kekuatan kecepatan sama dengan power karena power merupakan hasil kali antara kekuatan dan kecepatan.

Lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari selururh lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Menurut Evelyn C Pearce (1999 : 112) yang dikutip dari skripsi Kun Mariyah dikutip lagi dari skripsi Kuryanto (2011) bahwa, otot-otot yang terdapat pada lengan sisi posteriot dan lengan bawah yaitu : “ (1) otot deltoid, (2) otot irisep, (3) otot brakhioradialis, (4) otot extensor karp radialis longus, (5) otot extensor digitorum, (6) otot extensor dan abductor ibu jari, (7) otot ankonectis, (8) otot extensor karpudnaris, (9) otot extensor retinakulum”.

Terjadinya kontraksi otot dalam tubuh manusia akibat bekerja melawan beban yang diterimanya. Misalnya mendorong atau menolak suatu benda, menahan beban, menarik benda dan lain sebagainya. Aip Syarifuddin (1997 : 35) menyatakan bahwa , “Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila mendapat rangsangan dari luar”.

Mekanisme kontraksi otot tidak sederhana , tetapi cukup kompleks. Hal terpenting dan harus diperhatikan saat otot berkontraksi adalah dibutuhkan cadangan energi .

(24)

Bertolak dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan power lengan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot lengan untuk menghasilkan kerja fisik dengan mengerahkan kekuatan- kekuatan dari otot-otot lengan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dalam mengayunkan lengan pada saat berlari sprint.

Power lengan ini penting untuk cabang-cabang olahraga dimana atlet mengerahkan tenaga secara eksplosif dari otot-otot lengan.

Sprint memerlukan fleksibilitas tungkai, panggul dan bahu yang baik. Kemampuan untuk memutar panggul pada poros longitudinal tubuh membantu menciptakan panjang dan frekuensi langkah optimal.

Fleksibilitas pada bahu membantu ayunan lengan yang baik. Kedua lengan pelari difleksikan 90 derajat dan diayun dengan kuat kedepan dan kebelakang. Kedua lengan rileks dan diayun kebelakang ketinggian panggul dan bahu didepan.

Ayunan lengan kedepan dan kebelakang mengimbangi (counterbalance) gerak putaran (twisting motion) yang diciptakan dorongan tiap tungkai pada kedua sisi samping poros longitudinal pelari. Fleksi kedua lengan pada sikut menurunkan momen inersia dan membuat gerak pendular lebih mudah oleh otot-otot yang terlibat. Ayunan kedepan yang cepat dari tiap lengan mentransfer momentum ketubuh pelari secara keseluruhan.

Ayunan ini bersamaan dengan dorongan tungkai yang membantu mendorong pelari kedepan. Ayunan lengan kedepan dan kebelakang

(25)

membantu mempertahankan togok dan sendi bahu (keseimbangan) dan rileks ( traight line toward the finish).

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Sigid tahun 2009 dengan judul

“Hubungan Power dan Panjang tungkai dengan kemampuan lari 60 M Siswa putrid pada kelas V Sekolah Dasar Negeri Pakisarum Kabupaten Purworejo”. Hasil yang diperoleh ada hubungan yang signifikan diberikan oleh power tungkai sebesar 54,02 %. Ada hubungan yang signifikan diberikan oleh panjang tungkai sebesar 19,27 %. Dari kedua variabel bebas yaitu power dan panjang tungkai ada hubungan yang signifikan terhadap kemampuan lari 60 meter sebesar 57,00 %. Semua variabel memberi sumbangan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tugini (2012) “Hubungan Panjang Langkah Lari 25 M dan Frekuensi Langkah Per Detik Lari 20 M Terhadap Kemampuan Lari Sprint 100 M Siswa SMK Kristen 2 Klaten.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan teknik test dan pengukuran. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMK Kristen 2 Klaten sebanyak 47 siswa, yang diambil dengan teknik quota sampel dari populasi sebanyak 474 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara panjang langkah lari 25 M dengan lari sprint 100 M sebesar -0,796; 2) terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi langkah per detik lari 20 M dengan lari sprint 100 m sebesar -0,553; dan

(26)

3) terdapat hubungan yang signifikan antara panjang langkah lari 25 M secara bersama dengan frekuensi langkah per detik lari 20 M dengan lari sprint 100 M sebesar 0,821.

C. Kerangka Berfikir

Gambar 7. kerangka berfikir

Kemampuan lari sprint 100 meter ditentukan oleh power otot tungkai yang kuat, panjang tungkai dan power lengan untuk mengayunkan lengan secepat-cepatnya. Pelari yang mempunyai power otot tungkai yang bagus dengan panjang tungkai dan power lengan yang baik maka kemampuan menolakpun juga akan lebih kuat dan menghasilkan kemampuan lari yang baik pula.

D. Hipotesis

1. Ada hubungan yang signifikan antara power tungkai, panjang tungkai, power lengan dengan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP N 1 Bantul, pada taraf signifikan 5 %.

Lari Sprint 100 m

Power Lengan Power tungkai Panjang Tungkai

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah korelasional dan termasuk jenis penelitian diskriptif. Adapun desain penelitian, sebagai berikut:

Gambar 8. Desain penelitian korelasional Keterangan:

= Power tungkai = Panjang tungkai = Power lengan Y = Sprint 100 meter

= Hubungan antar variabel B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi adalah sekumpulan subjek atau objek yang akan diteliti.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (suharsimi Arikunto 2006 : 130). Totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam

Y

(28)

penelitian ini adalah kouta sampel siswa putra kelas VIII SMP N 1 Bantul.

Tabel 1. Jumlah kelas dan siswa kelas VIII SMP N 1 Bantul Negeri 1 Jogonalan Klaten

No Kelas Jumlah

1 VIII A 24 siswa

2 VIII B 24 siswa

3 VIII C 24 siswa

4 VIII D 24 siswa

5 VIII E 24 siswa

6 VIII F 24 siswa

Jumlah 144 siswa

Jadi jumlah keseluruhan siswa putra kelas VIII SMP N 1 Bantul adalah 144 siswa.

2. Sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menurut (Sugiyono, 2010: 64) adalah simple random sampling, dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen

Tabel 2. Jumlah siswa putra kelas VIII SMP N 1 Bantul yang menjadi sampel penelitian

No Kelas Jumlah Sampel

1 VIII A 24 siswa 8

2 VIII B 24 siswa 8

3 VIII C 24 siswa 9

4 VIII D 24 siswa 8

5 VIII E 24 siswa 8

6 VIII F 24 siswa 9

Jumlah 144 siswa 50 siswa

Jadi dilihat keterangan diatas sampel yang digunakan pada penelitian ini 50 siswa.

(29)

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yaitu : power tungkai, panjang tungkai, power lengan dan satu variabel terikat sprint 100 meter

1. Variabel Terikat

Sprint 100 meter ialah : Kemampuan seseorang lari secepat-cepatnya dalam jarak 100 meter dan diukur dengan stopwatch dalam satuan detik dengan aba-aba start lari sprint yaitu: Bersedia, Siap, Yak atau Door bunyi pistol.

2. Variabel Bebas

a. Power tungkai adalah : kemampuan kontraksi otot tungkai atau sekelompok otot yang bekerja pada tungkai secara dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot tungkai yang maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya ( Ismaryati 2006 : 59 ). Untuk mengetahui power tungkai dengan tes Standing Broad Jump ( Ismaryati 2006 : 59 ) diukur dari start meloncat sampai di tumit terakhir meloncat dengan menggunakan rol meter dan diukur dalam satuan sentimeter ( cm ).

b. Panjang tungkai ialah : Menurut Tim Anatomi FIK UNY ( 2003: 14) panjang tungkai yaitu dari trochanter mayor atau tulang paha bagian atas yang menonjol keluar dekat dengan sendi sampai dengan permukaan lantai. Dengan demikian panjang tungkai adalah jarak antara pangkal paha sampai dengan telapak kaki seseorang. Menurut

(30)

Hasan Said ( 1980 : 4 ) pengukuran panjang tungkai dapat dilakukan dengan cara : “ Setelah testee berdiri tegak, diukur tinggi badan, tinggi duduk, maka panjang tungkai tidak perlu diukur melainkan hanya mengurangi tinggi badan dengan tinggi duduk. Dan dapat diukur dengan alat khusus yaitu Sliding caliper dengan satuan centimeter ( cm ).

c. Power lengan merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot lengan untuk menghasilkan kerja fisik dengan mengerahkan kekuatan-kekuatan dari otot-otot lengan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dalam mengayunkan lengan pada saat berlari sprint. Untuk mengetahui power lengan dengan tes mendorong bola menggunakan bola basket dari garis start. Diukur dari garis start sampai jatuhnya bola ( bekas atau tapak jatuhnya bola basket ) dengan menggunakan rol meter. Diukur dalam satuan sentimeter ( cm ).

D. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Untuk menghasilkan bahwa alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian memiliki valididtas dan reliabilitas, dilakukan tes dan pengukuran.

1) Pengukuran power otot tungkai :

a. Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui kekuatan dan kecepatan otot tungkai dengan nama tes Standing Board Jump.

(31)

b. Alat dan faslitas : 1) Rol meter 2) Alat tulis

3) Formulir pencatatan hasil tes 4) Lapangan tanah

c. Pelaksanaan Test / cara ambil data :

1) Siswa berdiri di belakang garis start atau garis batas 2) Kaki sejajar

3) Lutut ditekuk

4) Dan kedua tangan di belakang badan

5) Setelah aba-aba siswa mengayunkan tangan dan meloncat sejauh mungkin kedepan.

6) Pada saat mendarat kedua kaki harus mendarat secara bersama- sama.

2) Pengukuran Panjang Tungkai

Tujuan : untuk mengukur panjang tungkai mulai dari Spina Illiaca Anterior Superior ( SIAS ) sampai permukaan lantai.

Peralatan :

1) Pita pengukur

2) Permukaan lantai harus datar dan rata 3) Formulir pencatatan

4) Alat tulis Pelaksanaan :

(32)

1) Testi berdiri tegak tanpa mengenakan alas kaki.

2) Kedua tumit sejajar dengan kedua lengan yang menggantung bebas.

3) Pada pinggir atas dari Crista Illiaca dapat diraba secara keseluruhan, ke depan. Krista Illiaca berakhir pada Spina Illiaca Anterior Superior ( SIAS ) yang bulat berupa tonjolan.

4) Tonjolan SIAS diberi tanda menggunakan spidol.

5) Mengukur titik SIAS sampai permukaan lantai menggunakan pita pengukur.

Penilaian : Catat panjang tungkai dalam posisi berdiri. Pengukuran diambil sebanyak 3 kali masing-masing oleh 3 testor. Satu testor hanya mengambil 1 kali, dari 3 kali pengukuran diambil nilai tengahnya, nilai teratas dan terbawah tidak dipakai.

3) Pengukuran Power Lengan

a. Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui kekuatan dan kecepatan mengayunkan lengan pada saat berlari sprint.

b. Alat ukurnya dengan Johnson Test yang di modifikasi dengan melempar bola sejauh mungkin.

c. Alat dan Fasilitas 1) Rol meter 2) Alat tulis

(33)

3) Formulir pencatatan hasil 4) Lapangan tanah

d. Hasil pengukuran dicatat dengan satuan meter.

e. Pelaksanaan test atau cara ambil data : 1) Siswa berdiri dibelkang garis start 2) Berdiri tegak dan kaki sejajar bahu

3) Tangan memegang bola di dada seperti melakukan chest past pada bola basket.

4) Setelah aba-aba siswa bersiap-siap untuk mendorong bola sekuat- kuatnya.

5) Catatan pada test ini harus diperhatikan pada saat siswa mendorong bola, bola tidak boleh melambung tetapi harus lurus.

4) Pengukuran Sprint 100 meter

a. Tujuan test adalah untuk mengetahui kecepatan lari sprint siswa dalam jarak 100 meter.

b. Alat dan Fasilitas 1) Alat tulis

2) Formulir pencatat hasil 3) Stopwatch

4) Bendera start 5) Lapangan c. Pelaksanaan

1) Siswa dari garis start memperhatikan aba-aba

(34)

2) Setelah aba-aba dimulai siswa melakukan lari secepat mungkin sampai garis finish

3) Test dilakukan 2 kali, diambil yang terbaik.

d. Hasil pengukuran dicatat dalam satuan detik.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data adalah dengan metode survei dengan teknik test dan pengukuran. Test Power otot tungkai, Pengukuran panjang tungkai, power lengan dan sprint 100 meter di Stadion Trirenggo Bantul.

E. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment dan multiple corelation. Adapun uji persyaratan analisis dan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut

1. Persyaratan analisis data a. Uji normalitas data

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran masing-masing variabel bebas maupun variabel terikat mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus chi-kuadrat, Sutrisno Hadi (1995: 347) menyatakan chi-kuadrat dapat digunakan untuk keperluan pengetesan normalitas, adapun rumusnya sebagai berikut :

( = ∑

( )

)

(35)

(Sumber: Sutrisno Hadi. 1995: 347) Keterangan :

= chi-kuadrat

= frekuensi observasi ℎ = frekuensi yang diharapkan

Selanjutnya harga chi-kuadrat dikorelasikan dengan tabel, jika nilai p>0,05 maka data berdistribusi normal dan sebaliknya apabila p<0,05 pada chi-kuadrat tabel maka distribusi tidak normal atau apabila harga chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat tabel maka datanya normal dan sebaliknya apabila chi kuadrat hitung lebih besar dari pada chi kuadrat tabel maka datanya tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui sifat linier atau tidak antara variabel bebas dan variabel terikat. Untuk keperluan uji linieritas dilakukan dengan uji F (Sutrisno Hadi, 2004: 13 ) dengan rumus :

( = )

(Sumber: Sutrisno Hadi, 2004: 13) Keterangan :

= harga bilangan F garis regresi = harga kuadrat garis regresi = rerata kuadrat garis residu

(36)

Selanjutnya harga F dikonsultasikan dengan harga table pada paraf signifikansi 5%. Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dikatakan linear p>0,05.

2. Uji Hipotesis

a. Mencari koefisien Product Moment

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian.

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan, yaitu hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat (Y) , terhadap variabel terikat (Y), dan terhadap variabel terikat (Y). Adapun untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga menggunakan analisis korelasi Product moment.

Adapun rumusnya adalah :

(

= (∑ )(∑ )

∑ (∑ ) ∑ (∑ )

)

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi x dan y N : Jumlah testi

∑ : jumlah (X)(Y)

: Jumlah skor testi

∑ : jumlah Y

∑ : jumlah kuadrat X

∑ : jumlah kuadrat Y

b. Mencari Koefisien Multiple Corelation

(37)

Multiple correlation digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi keseluruhan variabel prediktor , dan terhadap variabel kriterium Y, yaitu teknik multiple regression (Sutrisno Hadi, 2004: 28). Adapun rumusnya:

(

( ) =

)

(Sumber: Sutrisno Hadi, 2004: 28)

Keterangan :

( ) : Koefisien korelasi antara y dengan , dan : koefisien prediktor

: koefisien prediktor : koefisien prediktor

∑ 1 : jumlah produk antara dan Y

∑ 2 : jumlah produk antara dan Y

∑ 3 : jumlah produk antara dan Y

∑ : jumlah kuadrat kriterium Y

c. Mencari F regresi

Untuk menguji apakah nilai koefisien korelasi ganda (R) signifikan atau tidak menggunakan rumus (Sutrisno Hadi, 2004: 23) sebagai berikut :

(38)

( =

( )

( )

)

(Sumber: Sutrisno Hadi, 2004: 23) Keterangan :

: harga F garis regresi : cacah kasus

: cacah prediktor

: koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktor Harga F tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel dengan derajat kebesaran N-m-1 pada taraf signifikansi 5%. Apabila harga F hitung lebih besar atau sama dengan F tabel, maka ada hubungan yang signifikan antara variabel terikat tersebut dengan masing-masing variabel bebasnya.

d. Mencari sumbangan relatif dan sumbangan efektif

Untuk mengetahui sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan mencari sumbangan relative (SR) masing-masing prediktor (Sutrisno Hadi, 2004: 36-39).

(

=

100% )

(

=

100% )

(39)

(

=

100% )

(Sumber: Sutrisno Hadi, 2004: 36-39) Keterangan :

= sumbangan prediktor satu terhadap kriterium dalam % = sumbangan prediktor dua terhadap kriterium dalam % = sumbangan prediktor tiga terhadap kriterium dalam %

Rumus mencari Sumbangan Efektif (SE) masing-masing prediktor adalah : a. Prediktor X1

= b. Prediktor X2 = c. Prediktor X3

= Keterangan :

= sumbangan efektif prediktor 1 = sumbangan efektif prediktor 2 = sumbangan efektif prediktor 3

= kuadrat koefisien korelasi prediktor dalam kriterium

(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Penelitian ini terdiri atas tiga variabel bebas yaitu power tungkai, panjang tungkai dan power lengan serta satu variabel terikat, yaitu kemampuan lari sprint 100 M. Untuk mempermudah perhitungan, selanjutnya variabel dilambangkan menjadi X1 untuk power tungkai, X2

untuk panjang tungkai, X3 untuk power lengan, dan Y untuk variabel kemampuan lari sprint 100 M.

a. Power Tungkai

Dilambangkan dengan X1, hasil penelitian power tungkai dari 50 siswa diperoleh nilai mean sebesar 1,57, median sebesar 1,60, modus sebesar 1,75, standar deviasi sebesar 0,34, range sebesar 1,29, skor minimun sebesar 0,91 dan skor maksimal sebesar 2,20. Selanjutnya disusun distribusi frekuensi. Menurut Sugiyono (2011: 34-38) yaitu dengan terlebih dahulu mencari jumlah kelas interval (1+3,3logN).

Rumus ini dinamakan rumus sturges. Setelah jumlah kelas diketahui lalu mencari rentang data dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval).

(41)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Power Tungkai No. Kelas

Interval

Tally Frekuensi (f)

Persentase

1. 0,91 – 1,23 |||| |||| || 12 24%

2. 1,24 – 1,56 |||| |||| || 12 24%

3. 1,57 – 1,89 |||| |||| |||| ||| 18 36%

4. 1,90 – 2,22 |||| ||| 8 16%

5. 2,23 – 2,55 - 0 0%

6. 2,56 – 2,88 - 0 0%

7. 2,89 – 3,21 - 0 0%

Jumlah: 50 100%

Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram batang variabel power tungkai yang diperoleh.

Gambar 9. Diagram Batang Variabel Power Tungkai 0

5 10 15 20

12 12

18

8

0 0 0

Power Tungkai

Kelas Interval

Frekuensi

(42)

b. Panjang Tungkai

Panjang tungkai dilambangkan dengan X2, diperoleh nilai mean sebesar 89,76, median sebesar 89,65, modus sebesar 86,50, standar deviasi sebesar 4,54, range sebesar 17,50, skor minimun sebesar 82,00 dan skor maksimal sebesar 99,50. Selanjutnya disusun distribusi frekuensi. Menurut Sugiyono (2011: 34-38) yaitu dengan terlebih dahulu mencari jumlah kelas interval (1+3,3logN). Rumus ini dinamakan rumus sturges. Setelah jumlah kelas diketahui lalu mencari rentang data dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Panjang Tungkai No. Kelas Interval Tally Frekuensi

(f)

Persentase

1. 82,00 - 84,63 |||| | 6 12%

2. 84,64 - 87,27 |||| |||| | 11 22%

3. 87,28 - 89,91 |||| ||| 8 16%

4. 89,92 - 92,55 |||| |||| || 12 24%

5. 92,56 - 95,19 |||| | 6 12%

6. 95,20 - 97,83 || 2 4%

7. 97,84 - 100,47 |||| 5 10%

Jumlah: 50 100%

Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram batang variabel panjang tungkai yang diperoleh.

(43)

Gambar 10. Diagram Batang Variabel Panjang Tungkai c. Power Lengan

Dilambangkan dengan X3, diperoleh hasil penelitian power lengan dari 50 siswa diperoleh nilai mean sebesar 5,45, median sebesar 5,50, modus sebesar 3,88, standar deviasi sebesar 1,19, range sebesar 4,60, skor minimun sebesar 3,52 dan skor maksimal sebesar 8,12. Selanjutnya disusun distribusi frekuensi. Menurut Sugiyono (2011: 34-38) yaitu dengan terlebih dahulu mencari jumlah kelas interval (1+3,3logN).

Rumus ini dinamakan rumus sturges. Setelah jumlah kelas diketahui lalu mencari rentang data dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval).

0 2 4 6 8 10 12

6

11

8

12

6

2 5

Panjang Tungkai

Kelas Interval

Frekuensi

Kelas Interval

Frekuensi

(44)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Power Otot Lengan No. Kelas Interval Tally Frekuensi

(f)

Persentase

1. 3,52 – 4,31 |||| |||| || 12 24%

2. 4,32 – 5,11 |||| || 7 14%

3. 5,12 – 5,91 |||| |||| || 12 24%

4. 5,92 – 6,71 |||| ||| 8 16%

5. 6,72 – 7,51 |||| |||| 10 20%

6. 7,52 – 8,31 | 1 2%

7. 8,32 – 9,11 - 0 0%

Jumlah: 50 100%

Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram batang variabel power otot lengan yang diperoleh.

Gambar 11. Diagram Batang Variabel Power Lengan 0

2 4 6 8 10 12

12

7

12

8

10

1

5

Power Lengan

Kelas Interval

Frekuensi

(45)

d. Kemampuan Lari Sprint 100 M

Dilambangkan dengan Y, hasil penelitian kemampuan lari sprint 100 M dari 50 siswa diperoleh nilai mean sebesar 16,95, median sebesar 16,80, modus sebesar 13,13, standar deviasi sebesar 2,90, range sebesar 11,75, skor minimun sebesar 12,36 dan skor maksimal sebesar 24,11.

Selanjutnya disusun distribusi frekuensi. Menurut Sugiyono (2011: 34- 38) yaitu dengan terlebih dahulu mencari jumlah kelas interval (1+3,3logN). Rumus ini dinamakan rumus sturges. Setelah jumlah kelas diketahui lalu mencari rentang data dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Lari Sprint 100 M No. Kelas Interval Tally Frekuensi

(f)

Persentase

1. 12,36 – 14,17 |||| |||| 10 20%

2. 14,18 – 15,99 |||| |||| | 11 22%

3. 16,00 – 17,81 |||| |||| 10 20%

4. 17,82 – 19,63 |||| ||| 8 16%

5. 19,64 – 21,45 |||| || 7 14%

6. 21,46 – 23,27 ||| 3 6%

7. 23,28 – 25,09 | 1 2%

Jumlah: 50 100%

Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram batang variabel kemampuan lari sprint 100 M yang diperoleh.

(46)

Gambar 12. Diagram Batang Kemampuan Lari Sprint 100 M 2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas menggunakan uji kolmogorov smirnov.

Dalam uji ini akan menguji hipotesis yaitu sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan membandingkan harga sighitung dengan sig 5% (0,05).

Kriterianya adalah menerima hipotesis apabila harga sighitung lebih besar dari 0,05. Pengujian ini mengacu dari Buku Dwi Priyatno.

Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini:

0 2 4 6 8 10

12 10

11 10

8

7

3 1

Kemampuan Lari 100 M

Kelas Interval

Frekuensi

(47)

Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Variabel Signifikansi

Keterangan Sighitung Sig 5%

Power Tungkai ( X2) 0,555 0,05 Normal Panjang Tungkai (X1) 0,575 0,05 Normal Power Otot Lengan (X3) 0,782 0,05 Normal Lari Sprint 100 M (Y) 0,795 0,05 Normal

Dari tabel di atas harga Sighitung dari variabel power tungkai, panjang tungkai, power lengan dan lari sprint 100 M masing-masing sebesar 0,575; 0,555; 0,782 dan 0,795. Menurut Dwi Priyatno data dikatakan normal apabila Sighitung lebih besar dari 0,05. Oleh karena nilai Sighitung dari keempat variabel tersebut lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas untuk mengetahui bentuk regresi antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam uji ini akan menguji hipotesis bentuk regresi linier. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan membandingkan harga Sighitung dengan signifikansi 5%. Menurut Dwi Priyatno kriterianya adalah menerima hipotesis apabila harga Sighitung

lebih kecil dari 0,05. Hasil perhitungan uji linieritas dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini:

(48)

Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Linieritas

Hubungan Sig hitung Sig 5% Ket

X1 dengan Y 0,000 0,05 Linier

X2 dengan Y 0,004 0,05 Linier

X3 dengan Y 0,003 0,05 Linier

Dari penghitungan diperoleh harga Sighitung antara variabel power tungkai (X1) dengan lari sprint 100 M (Y), dengan persamaan garis Ŷ=26,296+(-5,967)X2, sebesar 0,000. Oleh karena nilai Sig hitung lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis yang menyatakan garis regresi berbentuk linier diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan garis regresi lari sprint 100 M atas power otot tungkai berbentuk linier.

Harga Sighitung antara variabel panjang tungkai (X2) dengan lari sprint 100 M (Y), dengan persamaan regresi Ŷ=40,155+(-0,259)X1, sebesar 0,004. Oleh karena nilai Sig hitung lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis yang menyatakan garis regresi berbentuk linier diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan garis regresi lari sprint 100 M atas panjang tungkai berbentuk linier.

Dari penghitungan diperoleh harga Sighitung antara variabel power lengan (X3) dengan lari sprint 100 M (Y), dengan persamaan regresi Ŷ=25,069+(-1,490)X3, sebesar 0,003. Oleh karena nilai Sig hitung lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis yang menyatakan garis

(49)

regresi berbentuk linier diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan garis regresi lari sprint 100 M atas power lengan berbentuk linier.

c. Analisis korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mencari hubungan antar variabel. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 9. Hasil Korelasi Sederhana

Korelasi Koefisien Korelasi

X1 * Y -0,703

X2 * Y -0,404

X3 * Y -0,612

X123 * Y 0,751

d. Pengujian Hipotesis

Uji Hipotesis hubungan X1 dengan Y, hubungan X2 dengan Y dan hubungan X3 dengan Y secara masing-masing menggunakan uji korelasi product moment dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. Sedangkan untuk menguji hipotesis ketiga yaitu mencari hubungan X1 X2 dan X3 secara bersama-sama menggunakan analisis multiple correlation dengan membandingkan R hitung dengan R tabel.

1. Hubungan Antara Power Tungkai Dengan Kemampuan Lari Sprint 100 M

Uji korelasi untuk mencari hubungan antara power tungkai dengan kemampuan lari sprint 100 M, dengan menggunakan analisis korelasi product moment dengan bantuan software komputer SPSS 16,0 yang diambil dari Buku Saku SPSS (Statistical Product and

(50)

Service Solution) karya Duwi Priyatno, diperoleh hasil analisis menunjukkan nilai r hitung sebesar 0,703 > r tabel (0,285), maka dapat disimpulkan bahwa power tungkai mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan lari sprint 100 M.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara power tungkai dengan kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

2. Hubungan Antara Panjang Tungkai Dengan Kemampuan Lari Sprint 100 M

Uji korelasi yang mencari hubungan antara panjang tungkai dengan lari sprint 100 M, dengan menggunakan analisis korelasi product moment. Dengan bantuan software komputer SPSS 16,0 yang diambil dari Buku Saku SPSS (Statistical Product and Service Solution) karya Duwi Priyatno, diperoleh hasil analisis menunjukkan nilai r hitung sebesar 0,404 > r tabel (0,285), maka dapat disimpulkan bahwa panjang tungkai mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan lari sprint 100 M.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara panjang tungkai dengan kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

3. Hubungan Antara Power Lengan Dengan Kemampuan Lari Sprint 100 M

Uji korelasi yang mencari hubungan antara power lengan dengan lari sprint 100 M, dengan menggunakan analisis korelasi product

(51)

moment. Dengan bantuan software komputer SPSS 16,0 yang diambil dari Buku Saku SPSS (Statistical Product and Service Solution) karya Duwi Priyatno, diperoleh hasil analisis menunjukkan nilai r hitung sebesar 0,612 > r tabel (0,285), maka dapat disimpulkan bahwa power lengan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan lari sprint 100 M.

Berdasarkan uraian di atas dapaat disimpulkan bahwa ada hubungan antara power lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

4. Hubungan Antara Power Tungkai, Panjang Tungkai dan Power Lengan Secara Bersama Dengan Kemampuan Lari Sprint 100 M

Korelasi ganda adalah hubungan antara variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji hipotesis mencari hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis multiple corelation. Dengan bantuan software computer SPSS 16,0 yang diambil dari Buku Saku SPSS (Statistical Product and Service Solution) karya Duwi Priyatno, diperoleh hasil analisis menunjukkan nilai R hitung sebesar 0,751 > r tabel (0,285), maka dapat disimpulkan bahwa power tungkai, panjang tungkai dan power lengan secara bersama mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan lari sprint 100 M.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan

(52)

secara bersama dengan kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

e. Perhitungan Uji F

Dari hasil perhitungan regresi ganda diperoleh koefisien regresi untuk menentukan persamaan regresi, yaitu: konstanta (a) = 36,274;

koefisien regresi power tungkai (b1) = - 4,400; koefisien regresi panjang tungkai (b2) = - 0,107; koefisien regresi power lengan (b3) = -0,526, dari hasil koefisien regresi tersebut diperoleh persamaan regresi dua prediktor adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3

Y = 36,274 + (- 4,400)X1 + (- 0,107)X2 + (- 0,526)X3

Persamaan regresi tersebut di atas berarti bahwa setiap tingkat power tungkai berubah satu satuan, maka kemampuan lari sprint 100 M siswa akan berubah sebesar 4,400 dengan ketentuan variabel yang lain bernilai tetap. Apabila setiap panjang tungkai berubah satu satuan, maka kemampuan lari sprint 100 M siswa akan berubah sebesar 0,107 dengan ketentuan variabel yang lain bernilai tetap. Apabila setiap power lengan berubah satu satuan maka kemampuan lari sprint 100 M siswa akan berubah sebesar 0,526 dengan ketentuan variabel yang lain bernilai tetap.

Dari hasil analisis regresi berganda juga diperoleh hasil uji F sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil Perhitungan Uji F

(53)

F tabel F hitung R R2 Hubungan X1, X2 dan

X3 Terhadap Y 2,807 19,832 0,751 0,564

Hasil analisis regresi ganda hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan secara bersama-sama terhadap kemampuan lari sprint 100 M, diperoleh r hitung sebesar 0,751 > r tabel (0,268) dan F hitung sebesar 19,832 > F tabel (2,807) dengan taraf signifikasi 5%. Hasil tersebut dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan secara bersama-sama dengan kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

 Sumbangan Power Tungkai, Panjang Tungkai dan Power Lengan Terhadap Kemampuan Lari Sprint 100 M.

Berdasarkan hasil analisis regresi ganda antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan secara bersama-sama dengan kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta diperoleh R hitung sebesar 0,751 sehingga R2 sebesar 0,564. Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu alat untuk mengukur besarnya persentase pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil ini R2 ini menunjukkan bahwa besarnya hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan secara bersama-sama terhadap kemampuan lari sprint 100 M sebesar 56,4%.

Secara rinci, besarnya sumbangan relatif dan efektif masing-masing prediktor dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(54)

Tabel 11. Sumbangan Relatif dan Efektif

No Variabel Prediktor Sumbangan Relatif

Sumbangan Efektif

1 Power tungkai 64,57% 36,42%

2 Panjang tungkai 11,97% 6,75%

3 Power lengan 23,44% 13,22%

Jumlah 100% (dibulatkan) 56,4% (dibulatkan) Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ketiga variabel bebas memberikan sumbangan sebesar 56,4%. Secara rinci, besarnya sumbangan variabel power tungkai memberikan konstribusi sebesar 36,42% terhadap kemampuan lari sprint 100 M, panjang tungkai memberikan sumbangan sebesar 6,75% dan power lengan memberikan sumbangan sebesar 13,22%. Dengan memperhatikan besarnya sumbangan dari ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat di atas, menunjukkan bahwa prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor power tungkai, panjang tungkai dan power lengan saja, namun di luar itu masih ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Yaitu sebesar 43,6%.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M sebagai berikut:

1. Hubungan antara Power Tungkai Dengan Kemampuan Lari Sprint 100 M

Diperoleh koefisien korelasi antara power tungkai dengan kemampuan lari sprint 100 M sebesar 0,703. Pengujian hipotesis

Gambar

Gambar 5. Komponen dasar dari kemampuan biomotor  ( Sumber :Bompa, 1994 :260 )
Gambar 6. Panjang tungkai,  (sumber : Tim Anatomi ( 2003 : 5 )
Gambar 7.  kerangka berfikir
Tabel 1. Jumlah kelas dan siswa kelas VIII SMP N 1 Bantul   Negeri 1 Jogonalan Klaten
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi Pengolahan Data Elektronik (PDE) atau Electronic Data Processing (EDP) adalah manipulasi dari data ke dalam bentuk yang lebih berarti berupa suatu informasi

Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya.Program

Dalam bagian ini, pada dasarnya, perlu kita tunjukkan (dengan dasar kajian pustaka) bahwa permasalahan yang akan kita teliti belum pernah diteliti sebelumnya.. Tapi bila sudah

Salah satu standar data center  yang telah diakui internasional adalah TIA – 942, standar ini dikeluarkan oleh Telecommunications Industry Association (TIA). Dari studi kasus ini

mengenai silinder pneumatik, yang mencakup tentang simbol, prinsip kerja dan kegunaan dari aktuator pneumatik telah disampaikan kepada siswa  Menyampaikan

[r]

Warga dapat menerima bahwa satwa burung dan rumpun bambu memiliki manfaat yang besar sehingga tidak memusnahkan rumpu bambu yang tersisa, dan sejak saat itu