• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI. 1. Alat Kontrasepsi Intra Uteri (AKDR) berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Cu T 380 A)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI. 1. Alat Kontrasepsi Intra Uteri (AKDR) berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Cu T 380 A)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

7 A. Tinjauan Teori

1. Alat Kontrasepsi Intra Uteri (AKDR) a. Pengertian

AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Cu T 380 A) yang terpasang didalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan. (Saifudin, 2006, p. MK-63)

b. Jenis AKDR 1) Lippes Loop

Lippes Loop, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah Barium Sulfat. Lippes loop ada empat macam yaitu :

a) Lippes Loop A :Panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu titik pada pangkal AKDR dekat benang ekor.

b) Lippes Loop B :Panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm, 2 benang hitam, bertitik 4.

c) Lippes Loop C :Panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang kuning, bertitik 3.

(2)

d) Lippes Loop D :Panjang 27,5 mm, lebar 30.0 mm, 2 benang putih, bertitik 2.

Lippes Loop ini dapat bertahan sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan. (Hartanto, 2004, pp. 212-213) 2) CuT 380 A

CuT 380 A : Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 kawat Cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-masing 33 mm2 pada masing-masing lengan horizontal. Daya kerja 8 tahun atau sampai 10 tahun.

(Hartanto, 2004, pp. 213) 3) Nova-T

Nova-T : panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2 luas permukaan Cu dengan inti Ag di dalam kawat Cu-nya. Daya kerja 5 tahun.

(Hartanto, 2004, pp. 214) 4) AKDR dengan progestin

Jenis AKDR yang mengandung hormone steroid adalah Prigetase yang mengandung Progesteron dan Mirena yang mengandung Levonorgestrel.

(Saifuddin, 2006, pp. MK-63) c. Mekanisme Kerja

AKDR akan berada dalam uterus, bekerja terutama mencegah terjadinya pembuahan (fertilisasi) dengan menghalangi bersatunya

(3)

ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopi dan menginaktifasikan sperma. Ada beberapa mekanisme cara kerja AKDR sebagai berikut :

1) Timbulnya reaksi radang lokal di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Disamping itu, dengan munculnya leokosit, makrofag, dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa atau ovum dan blastocyt.

2) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.

3) Gangguan atau terlepasnya blastocyt telah berimplantasi di dalam endometrium

4) Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.

5) Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.

6) Pemadatan endometrium oleh leokosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastokis dirusak oleh makrofag dan balstokis tidak dapat melakukan nidasi.

7) Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melakukan konsepsi.

(Hartanto, 2004, p.205)

(4)

d. Efektifitas

Efektifitas metode AKDR yaitu 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.(Saifuddin, 2006, p. MK - 75)

1) Efektifitas dari AKDR dinyatakan dalam rangka kontinuitas yaitu beberapa lama AKDR tetap berada di dalam uterus tanpa :

a) Ekspulsi spontan.

b) Terjadinya kehamilan

c) Pengangkutan / pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.

2) Efektifitas dari bermacam-macam AKDR tergantung pada : a) AKDR-nya yaitu ukuran, bentuk, mengandung Cu atau

Progesterone.

b) Akseptor yaitu umur, paritas, frekuensi senggama.

3) Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur, dan paritas, diketahui :

a) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran AKDR.

b) Makin muda usia, terutama pada nulligravida, makin tinggi angka ekspulsi dan pengankatan/pengeluaran AKDR.

(5)

Dari uraian diatas, maka efektifitas dari AKDR tergantung pada pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan untuk mendapatkan pertolongan medis.(Hartanto, 2004, p.207)

e. Keuntungan AKDR

Keuntungan - keuntungan AKDR adalah sebagai berikut : 1) Efektif dengan proteksi jangka panjang.

2) Tidak menganggu hubungan suami istri.

3) Tidak berpengaruh terhadap produksi ASI.

4) Kesuburan segera kembali sesudah AKDR dilepas.

5) Mengurangi nyeri haid.

(Saifudin, 2006, p. MK-63) f. Kerugian AKDR

AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa kerugian antara lain :

1) Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genetalia diperlukan sebelum pemasangan AKDR.

2) Dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul.

3) Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya.

(6)

4) Bertambah darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pemakaian AKDR.

5) Klien tidak dapat mencabut sendiri AKDR-nya.

6) Tidak dapat melindungi klien terhadap PMS (penyakit menular seksual), AIDS/HIV.

7) AKDR dapat keluar rahim melalui kanalis hingga keluar vagina.

(Saifudin, 2006, p.MK 63-64) g. Indikasi

Yang boleh menggunakan AKDR antara lain:

1) Usia reproduksi.

2) Telah memiliki anak maupun belum.

3) Menginginksn kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah kehamilan.

4) Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi.

5) Pasca keguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang panggul.

6) Mempunyai resiko rendah mendapat penyakit menular seksual.

(Saifudin, 2006, p. MK-64) h. Kontraindikasi

Kontraindikasi AKDR terbagi manjadi dua yaitu : 1) Kontra-indikasi absolut :

a) Infeksi pelvis akut, diduga Gonorrhoe atau Chlamyda.

(7)

b) Kehamilan atau diduga hamil.

2) Kontra-indikasi relatife :

a) Partner seksual yang banyak.

b) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi.

c) Pernah mengalami infeksi pelvis d) Cervicitis akut atau purulent.

e) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.

f) Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, Diabetes Militus, Pengobatan dengan kortikosteroid dan lain-lain).

g) Kelainan pembekuan darah.

3) Keadaaan-keadaan lain yang dapat menyebabkan kontraindikasi untuk insersi AKDR :

a) Keganasan endometrium atau serviks b) Endometriosis

c) Myoma uteri d) Polip endometrium

e) Kelainan congenital uterus

f) Dismenorhoe yang hebat, darah haid yang banyak, haid yang irregular, atau perdarahan bercak atau (spotting)

(8)

g) Alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit gangguan Cu yang turun menurun

h) Anemia

(Hartanto, 2004, pp. 208-209) i. Efek Samping

1) Beberapa efek samping yang ringan ialah sebagai berikut : a) Nyeri pada waktu pemasangan. Kalau nyeri sekali, dapat

dilakukan anestesi paraservikal.

b) Kejang rahim, terutama pada bulan-bulan pertama. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan spasmollitikum atau pemakaian AKDR lebih kecil ukurannya.

c) Nyeri pelvic. Pemberian spasmolitikum dapat mengurangi keluhan ini.

d) Perdarahan diluar haid.

e) Darah haid lebih banyak.

f) Sekret vagina lebih banyak.

2) Disamping itu pula terjadi efek samping yang lebih serius yaitu sebagai berikut :

a) Perforasi uterus b) Infeksi pelvic c) Endometritis

(Prawirohardjo, 2005, p. 914)

(9)

j. Waktu Pemasangan

AKDR dapat dipasang pada : 1) Bersamaan dengan menstruasi 2) Segera setelah bersih menstruasi 3) Pada masa akhir puerperium 4) Tiga bulan pasca persalinan 5) Bersamaan dengan seksio sesarea 6) Bersamaan dengan abortus dan curetase 7) Hari kedua-ketiga pasca persalinan.

(Arum, 2009, p.150)

k. Hal-hal yang harus diketahui oleh akseptor AKDR 1) Cara memeriksa sendiri benang ekor AKDR.

2) Efek samping yang sering timbul misalnya perdarahan haid yang bertambah banyak atau lama, rasa sakit atau kram.

3) Segera mencari pertolongan medis bila timbul gejala-gejala infeksi.

4) Jenis AKDR yang dipakai.

5) Pertimbangan pemakaian metode kontrasepsi tambahan seperti kondom atau spermisid selama tiga bulan pasca pemasangan.

6) Mengetahui tanda bahaya AKDR : terlambat haid, perdarahan abnormal, nyeri abdomen, dispareunia, keputihan abnormal, demam/menggigil, benang ekor AKDR hilang/bertambah pendek/bertambah panjang.

(10)

7) Bila mengalami keterlambatan haid segera periksa ke petugas kesehatan.

8) Sebaiknya tunggu tiga bulan untuk hamil kembali setelah pelepasan AKDR dan gunakan metode kontrasepsi lain. Ini dapat mencegah kehamilan ektopik.

9) Bila berobat apapun, beritahu dokter bahwa akseptor menggunakan AKDR.

10) AKDR tidak memberi perlindungan terhadap virus AIDS.

(Hartanto, 2004, p. 229)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang a. Faktor Endogen dan Faktor Eksogen

1) Faktor Endogen a) Jenis Ras

Setiap ras di dunia memiliki perilaku spesifik, saling berbeda satu dengan lainnya.

b) Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari–hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal.

Sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria disebut maskulin, sedangkan perilaku wanita disebut feminim.

(11)

c) Sifat Fisik

Perilaku individu akan berbeda - beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.

d) Sifat Kepribadian

Perilaku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang dimilikinya sebagai perpaduan antara faktor genetik dan lingkungan. Perilaku individu tidak ada yang sama karena adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu, yang dipengaruhi oleh aspek kehidupan, seperti pengalaman, usia, watak, tabiat, sistem norma, nilai, dan kepercayaan yang dianutnya.

e) Bakat Pembawaan

Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta tergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.

f) Intelegensi

Inteligensi sangat berpengaruh terhadap individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang inteligen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat, dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki inteligensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat.

(12)

2) Faktor Eksogen a) Faktor Lingkungan

Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial.

Lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.

b) Pendidikan

Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Proses pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok.

c) Agama

Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berfikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu.

d) Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi, misalnya keluarga yang sosial ekonomi berkecukupan akan memenuhi kebutuhan hidupnya, itu akan berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut. Sebaliknya, keluarga yang sosial ekonomi rendah, mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutahan hidupnya, sehingga mereka berperilaku, misalnya meminjam uang, mengadaikan

(13)

barang dan lain-lain.

e) Kebudayaan

Hasil suatu kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia tersebut.

f) Faktor lain

Faktor lain disini misalnya sususan saraf pusat, persepsi, dan emosi juga mempengaruhi perilaku manusia.

(Sunaryo, 2004, p.8-11) 3) Determinan Perilaku Kesehatan

Perilaku yaitu pemilihan metode kontrasepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari luar maupun dari dalam subjek.

Faktor yang menentukan perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang kesehatan, terdapat tiga teori determinan, antara lain : a) Teori Lawrence Green

Green membedakan determinan masalah kesehatan maenjadi dua yaitu behavior factor (faktor perilaku) dan non- behavior factor (faktor non perilaku). Dan selanjutnya Green

menganalisis, bahwa faktor-faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

(1) Faktor Predisposisi (Disposing Factor)

Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,

(14)

nilai-nilai, tradisi, pendidikan, pekerjaan, dan sosila ekonomi.

(2) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pemungkin adalah saran dan prasarana atau fasilitas untuk terjadi perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat pembuagan air, tempat pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan bergizi.

(3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor penguat untuk terjadinya perilaku disini adalah adanya contoh dari tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan yang melakukan perilaku kesehatan, dan merupakan referensi perilaku masyarakat. (Notoatmodjo, 2005, pp.59-60)

b) Teori Snehandu B.Karr

Karr menganalisis perilaku kesehatan mempunyai lima determinan perilaku yaitu :

(1) Behavior Intention (Niat)

Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya.

(2) Social-Support (Dukungan Sosial)

Dukungan social dari masyarakat sekitarnya.

(15)

(3) Accessibility Of Information (Terjangkaunya Informasi) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan.

(4) Personal Autonomy (Kebebasan Pribadi)

Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan.

(5) Action Situation (Situasi Yang Memungkinkan)

Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak.

(Notoadmodjo, 2003, p.166) c) Teori WHO

WHO merumuskan determinan perilaku menjadi 4, yaitu :

(1) Pemikiran Dan Perasaan (Thoughts and Feeling)

Pemikiran dan perasaan merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.

(2) Adanya Acuan Atau Referensi (Personal Refenreces) Perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya tokoh masyarakat setempat.

(3) Sumber Daya (Resources)

Sumber daya ini merupakan faktor pendukung untuk terjadinya perilaku.

(16)

(4) Sosial Budaya (Culture)

Sosial budaya mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat dilihat dari perilaku tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda.

(Notoatmodjo, 2005, pp.62-63)

3. Pendidikan Kesehatan a. Pengertian

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan, atau upaya untuk mempengaruhi, dan atau mengajak orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar melakukan perillaku hidup sehat.

Hasil yang diharapka dari suatu pendidikan kesehatan di sini adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.

(Notoatmodjo, 2003, pp.16-17)

Menurut Effendy (2001, p. 232) pengertian pendidikan keshatan identik dengan penyuluhan kesehatan, karena keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan, yaitu

(17)

perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam meningkatkan kesehatannya.

Menurut Anwaz dalam Effendy (2001, p.232), penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (2001, p. 233), penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa saja yang bisa dilakukan, secara perorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.

b. Faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan menurut Lawrence Green dalam bukunya Notoatmodjo (2003, pp.17-18) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Pendidikan kesehatan dalam faktor predisposisi

Dalam pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan

(18)

masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat.

Pendidikan kesehatan memberikan pengertian tentang tradisi, kepeercayaan masyarakat, dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehtan. Bentuk pendidikan kesehatan ini antara lain : penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk, billboard, dan sebagainya.

2) Pendidikan kesehatan dalam faktor pemungkin

Bentuk pendidikan kesehatannya yaitu memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cuma-cuma tetapi memberikan kemampuan dengan cara bantuan tehnik (pelatihan dan bimbingan), memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan saran dan prasarana.

3) Pendidikan kesehatan dalam faktor penguat

Pendidikan kesehatan dalam faktor penguat dalah dalam bentuk pelatihan-pelatihan bagi toma, toga, dan petugas kesehatan. Tujuan utama dari pelatihan ini dalah agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh, atau acuan bagi masyarakat tentang berperilaku hidup sehat.

(19)

c. Sasaran pendidikan kesehatan

Tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Dari tujuan tersebut jelas bahwa yang menjadi sasaran pendidikan kesehatan adalah masyarakat khususnya, perilaku masyarakat.

Berdasarkan pentahapan upaya pendidikan kesehatan ini, maka sasaran di bagi dalam tiga kelompok :

1) Sasaran Primer

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat di kelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, dan anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.

2) Sasaran Sekunder

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan petugas kesehatan. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Di samping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitar.

(20)

3) Sasaran Tersier

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan. Dengan kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat, dan juga masyarakat umum.

(Notoatmodjo, 2003, pp.26-27) d. Tujuan

Tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok menurut Effendy (2001, pp. 233-234) adalah :

1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2) Terbentuknya perilaku sehat pada induvidu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

3) Menurut WHO tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

(21)

e. Tempat Penyelenggaraan

Penyelenggaraan pendidikan kesehatan menurut Effendy (2001, p. 235) dapat dilakukan diberbagai tempat, diantaranya adalah :

1) Di dalam institusi pelayanan

Dapat dilakukan di rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, klinik dan sebagainya, yang dapat diberikan secara langsung kepada individu maupun kelompok mengenai penyakit, perawatan, pencegahan penyakit dan sebaginya. Tetapi dapat juga diberikan secara langsung misalnya melalui poster, gambar- gambar, pamphlet, dan sebagainya.

2) Di masyarakat

Pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui pendidikan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat binaan secara menyulur dan terorganisasi sesuai dengan masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat.

Pendidikan kesehatan masyarakat di masyarakat biasanya berkaitan dengan pembinaan wilayah binaan Puskesmas atau oleh karena kejadian luar biasa seperti wabah dan lain sebagainya.

(22)

f. Ruang Lingkup

1) Sasaran pendidikan kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dijadikan subjek dan objek perubahan perilaku, sehingga diharapkan dapat memahami, menghayati dan mengaplikasikan cara-cara hidup sehat dalam kehidupan sehari-harinya.

2) Materi / pesan

Materi atau pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya.

g. Metode

Metode yang dipakai hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah yang memberikan pendidikan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya.

(23)

4. Pekerjaan

Kerja adalah Sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan.Pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia bekerja untuk dapat menghasilkan suatu pendapatan (uang), yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

Ibu yang bekerja mempunyai waktu kerja sama seperti dengan pekerja lainnya. Adapun waktu kerja bagi pekerja yang waktu siang 7 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu minggu, atau dengan 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam satu minggu. Sisa waktunya 16-18 jam digunakan untuk kehidupan dalam keluarga, masyarakat, tidur, dan lain-lain (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:13). Dengan sisa waktu yang dimiliki oleh Ibu bekerja sehinga mereka lebih memilih metode kontrasepsi yang praktis.

Menurut mereka metode kontrasepsi AKDR kurang praktis, karena memerlukan pemeriksaan khusus, serta harus membuka aurat.

Adapun pekerjaan yang akan diteliti dibagi dua yaitu bekerja dan tidak bekerja. Untuk bekerja, masih dibagi lagi, yaitu petani, pedagang, PNS (pengawai negeri sipil), swasta, wiraswasta, dan buruh.

(24)

5. Ekonomi

Ekonomi adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang.

Ekonomi juga cakupan urusan keuangan rumah tangga.

Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang di perlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan.

Pengolongan masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan status sosial ekonomi dibedakan 3 tingkatan yaitu, upper class (tingkat atas), meddlo class (tingkat menengah), lower class (tingkat bawah).

Adapun yang diteliti yaitu pendapatan perkapita kurang dari Rp 939.756,- dan lebih dari Rp 939.756,-. Ini disesuaikan dengan upah minimal regional untuk Kota Semarang tahun 2010 sebesar Rp 939.756,- .(Http://www.wordpress.com)

6. Pengetahuan a. Pengertian

Ahli pengetahuan mengatakan bahwa tidak mudah untuk membuat definisi tentang pengetahuan, lebih mudah mengelompokkan atau menggolongkannya. Beberapa pengertian atau batasan tentang pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) H.M. Rasjidi

Pengetahuan (knowledge) itu adalah pekerjaan (fungsi) dari pada otak.

(25)

2) International Encyclopedia of Higher Education

“The totally of fact, truth, principles, and information to which man has acces”. Pengetahuan adalah keseluruhan fakta-

fakta, kebenaran, asas-asas, dan keterangan yang diperoleh dari manusia.

3) Jujun S. Surisumantri

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.

(Wijono, 2006, p. 136).

4) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). (Notoatmodjo, 2003, p.121) b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007, pp.140-142), pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu :

(26)

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recaal (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi artinya apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen – komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan sesorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen – komponen pengetahuan yang dimiliki.

(27)

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma – norma yang berlaku di masyarakat.

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat – tingkat tersebut diatas.

(Notoadmodjo, 2003, p.124)

d. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengaruh pengetahuan terhadap pertumbuhan anak maupun remaja sangat penting. Oleh sebab itu, seseorang yang mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Notoadmodjo, 2003, p. 58).

Menurut Sukmadinata (2009), faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :

(28)

1) Faktor internal a) Jasmani

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.

b) Rohani

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.

2) Faktor eksternal a) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.

Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

b) Paparan media massa

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan

(29)

media massa mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang.

c) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.

d) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain.

Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

e) Pengalaman

Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

(30)

B. KERANGKA TEORI

Bagan 2.1 Faktor - faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR

Sumber : (Green,L dalam Notoatmodjo, 2003: 164) Faktor Predisposisi :

1. Nilai-nilai 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Tradisi 5. Pengetahuan 6. Pekerjaan 7. Pendidikan 8. Sosial ekonomi

Faktor Penguat :

1. Sikap dan perilaku tokoh masyarakat

2. Sikap dan perilaku tokoh agama

3. Sikap dan perilaku petugas kesehatan

Faktor Pemungkin : 1. Sarana dan prasarana

kesehatan

Pemilihan metode kontrasepsi AKDR

(31)

C. KERANGKA KONSEP

Variabel bebas Variabel terikat

Bagan 2.2 Variabel bebas dan variabel terikat

Sumber : (Green,L dalam Notoatmodjo,2005:64)

D. HIPOTESIS

1. Ada hubungan antara pendidikan kesehatan tenteng AKDR dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR.

2. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR.

3. Ada hubungan antara pendapatan perkapita dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR.

4. Ada hubungan antara pengetahuan Ibu tentang AKDR dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR.

Pemilihan metode kontrasepsi AKDR Pendidikan

kesehatan tentang AKDR

Pekerjaan

Pengetahuan Ibu tentang AKDR

Pendapatan perkapita

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat keterkaitan ini, maka dirumuskan model ekonometrika yang merupakan model simultan dengan persamaan terdiri dari 11 persamaan perilaku dan 2 persamaan identitas,

Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa resiliensi tidak hanya memberikan kontribusi terbesar terhadap kesiapan individu untuk berubah, tetapi resiliensi juga

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi yang dilibatkan adalah pendidik Sekolah Dasar di Sumatera Barat. Sampel dipilih secara acak dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur infertil sisa hasil penetasan yang difermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae pada level yang berbeda berpengaruh nyata

032.11.04 Program Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan -DIHAPUS- 01 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan.

Dalam rangka penelitian skripsi dengan judul Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi Trans TV terhadap Tingkat Kecemasan Masyarakat Sleman di Yogyakarta (Studi

Tentang Rasionalitas), Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, - tidak diterbitkan ... 26 Sinkronisasi pemikiran tentang Tuhan, antara Descartes dengan Islam bisa

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel customer satisfaction t hitung lebih besar dari t tabel (2.033 > 1.985) dengan probabilitas lebih kecil dari