• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN PULO BANDRING KABUPATEN ASAHAN INDRIANI RAHAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KINERJA KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN PULO BANDRING KABUPATEN ASAHAN INDRIANI RAHAYU"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN PULO

BANDRING KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S-I) Ilmu Administrasi Publik

Disusun Oleh:

INDRIANI RAHAYU

150903065

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Indriani Rahayu

Nim : 150903065

Program Studi : Ilmu Administrasi Publik

Judul : Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan

Dosen Pembimbing Medan, 15 Juli 2019

Ketua Program Studi, Ilmu Administrasi Publik

Prof. Dr. Erika Revida, MS Dr. Tunggul Sihimbing, MA NIP : 196208211987012001 NIP : 19620301986031027

Dekan FISIP USU MEDAN

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si NIP : 19740930200501100

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Departemen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Indriani Rahayu

Nim : 150903065

Program Studi : Ilmu Administrasi Publik

Judul : Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan

Yang dilaksanakan pada : Hari/Tanggal :

Waktu : Tempat :

Panitia Penguji Ketua :

Anggota I : Anggota II :

(4)

HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah hasil asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lin, kecuali arahan Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidkbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma yang berlaku di pergurun tinggi.

Medan,

Yang membuat pernyataan

Indriani Rahayu Nim : 15090306

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan” dengan baik dan tepat waktu.

Sholawat dan salam tidak lupa penulis ucapkan keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Publik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi ini maupun segi bahasa dan penulisan yang digunakan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis. Secara khusus penulis, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Banyak masukan, motivasi dan do’a yang diberikan kepada penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tersayang Ayah Tumin, Mama Juarni, serta kedua saudara kandung penulis Adik Citra Dwi Saputri dan Edra Tri Ayu Anindita. Mereka adalah orang-orang yang penulis cinta yang senantiasa sabar, tulus dan penuh kasih saying membesarkan, mendidik, mendo’akan,

(6)

membimbing dan mendukung secara moril dan materil penulis hingga saat ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

2. Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP.

3. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen FISIP USU Program Studi Ilmu Administrasi Publik yang telah banyak memberikan pengetahuan dan petunjuk selama penulis mengikuti pendidikan sehingga memberikan wawasan yang luas dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh pegawai pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Terima kasih kepada Kak Dian dan Bang Suhendrik yang telah banyak membantu penulis mulai dari proses penyusunan administrasi dari awal perkuliahan hingga saat ini.

7. Bapak Darto selaku Kepala Desa Sukadamai, Bapak Agus Riadi selaku Sekretaris Desa Sukadamai, Bapak Candra Pranata selaku Kasi Kesejahteraan

(7)

dan seluruh pegawai di Kantor Kepala Desa Sukadamai yang telah memberikan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.

8. Seluruh Kepala Dusun di Desa Sukadamai, Ketua BPD dan Ketua LPM yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi dengan meluangkan waktu untuk bersedia diwawancarai dan memberikan data-data yang penulis butuhkan dalam menyusun skripsi ini.

9. Terima kasih kepada Sahabat tersayang penulis Winda Setiawati, Jeni Meili, Miftahul Husna Hasibuan dan Anggi Feby yang memotivasi, memberi semangat dan selalu menemani saat suka maupun duka. Semoga kita dapat bersama-sama mencapai gelar sarjana.

10. Terima kasih teman seperjuangan Riski Ananda Nasution, Yulia Yasmin Lubis, Leli Rahmaini Simatupang, Rahmayuni Br. Simbolon, Fifi Kalafi dan Anisah Putri Nabilah yang telah sama-sama berjuang dari awal perkuliahan hingga sekarang. Semoga pertemanan kita tidak akan putus dan semoga kita dapat mencapai kesuksesan bersama.

11. Terima kasih teman kos tersayang sahabat 07 kak Erfina Rahmadani, kak Yusmita Sari, Fuji Wulandari dan Putri Diana Lestari Lubis yang telah berjuang bersama di Kota Medan yang keras ini.

12. Kelompok PKL di Bappeda Kabupaten Samosir Anjani, Mayang Junaiwartati, Fitri Hariyani, Harmila Mourika Tarigan, Darma Indah Nababan, Ida mesnita Sipangkar, Jexcen Simamora dan Mauritz Immanuel Hutauruk yang telah memberikan kesan selama PKL.

(8)

13. Seluruh teman-teman Ilmu Administrasi Publik Stambuk 2015 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terkhusus anak Riau Faizatul Laela Muslimah yang selalu bersedia untuk merevisi skripsi penulis selain dosen. Semoga cita- cita dan harapan kita dapat terkabul.

14. Untuk keluarga besar penulis kakek, nenek, uwak, om, ibu, dan sepupu- sepupu yang telah memberikan semangat dan do’a.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dan terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan motivasi kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 15 Juli 2019 Penulis

Indriani Rahayu

(9)

ABSTRAK

Di dalam pembangunan suatu wilayah bukan hanya melakukan program pembangunan yang bergerak dibidang pembangunan fisik saja tetapi juga bergerak di bidang pembangunan non fisik. Kinerja Kepala Desa dalam pembangunan masyarakat menjadi penting karena Kepala Desa sebagai pemimpin tertinggi di Desa harus melibatkan masyarakat dalam setiap program pembangunan baik secara fisik maupun non fisik karena pembangunan itu diajukan, dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat. Kinerja Kepala Desa juga dapat dinilai dari bagaimana ia mampu memberdayakan masyarakat dengan mendekatkan diri kepada masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, serta teknik pengumpulan data primer yaitu wawancara dan observasi, teknik pengumpulan data sekunder yaitu dokumentasi dan studi kepustakaan yang dilakukan di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan sudah cukup bagus, meskipun masih ada beberapa kendala dalam pembangunan masyarakatnya. Dibandingkan dengan Kepala Desa sebelumnya, kepemimpinan Kepala Desa yang sedang berjalan ini lebih kompeten. Salah satu kendala dalam pembangunan masyarakat adalah rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga pembangunan yang ada di dalam rencana kerja pemerintah desa belum dapat terealisasi dengan optimal.

Kata Kunci: Kinerja, Kepala Desa, Pembangunan Masyarakat

(10)

ABSTRACT

In the development of a region not only do development programs that are engaged in physical development but also engaged in non-physical development. The performance of the Village Head in community development is important because the Village Head as the highest leader in the Village must involve the community in every development program both physically and non-physically because the development is proposed, implemented, and felt by the community. The performance of the Village Head can also be assessed from how he is able to empower the community by getting closer to the community.

This study uses descriptive methods with qualitative approaches, as well as primary data collection techniques, namely interviews and observations, secondary data collection techniques, namely documentation and library studies conducted in Sukadamai Village, Pulo Bandring District, Asahan Regency.

The results of the research show that the Performance of the Village Head in Community Development in Sukadamai Village, Pulo Bandring District, Asahan Regency is quite good, although there are still some obstacles in the development of the community. compared to the previous Village Head, the current leadership of the Village Chief was more competent. One of the obstacles in community development is the low community participation in development so that the development in the village government work plan has not been able to be realized optimally.

Keywords: Performance, Village Head, Community Development

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Perumusan Masalah 9

1.3 Fokus Penelitian 9

1.4 Tujuan Penelitian 10

1.5 Manfaat Penelitian 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11

2.1 Kinerja 11

2.1.1 Pengertian Kinerja 11

2.1.2 Kategori Kinerja 14

2.1.3 Manfaat Kategori Kinerja 16

2.1.4 Faktor yang terkait dengan Pencapaian Kinerja 17

2.1.5 Peningkatan Kinerja 18

2.2 Kepala Desa 18

2.3 Pembangunan Masyarakat 19

2.3.1 Pengertian Pembangunan 19

2.3.2 Pendekatan Pembangunan 21

2.3.3 Pengertian Pembangunan Masyarakat 22

2.3.4 Ciri-ciri Pembangunan Masyarakat 23

2.3.5 Kategori Pembangunan Masyarakat 24

2.4 Defenisi Konsep 25

2.5 Hipotesis Kerja 27

BAB III METODE PENELITIAN 28

3.1 Bentuk Penelitian 28

3.2 Lokasi Penelitian 29

3.3 Informan Penelitian 30

(12)

3.4 Teknik Pengumpulan Data 34

3.5 Teknik Analisis Data 35

3.6 Triangulasi 36

BAB 4 HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN 39

4.1 Hasil Penelitian 39

4.1.1 Gambaran Umum (Profil) Desa Sukadamai 39

4.1.2 Visi dan Misi Desa 40

4.1.2.1 Visi Desa 40

4.1.2.2 Misi Desa 40

4.1.3 Kondisi Demografi Desa 41

4.1.4 Keadaan Sosial Desa 42

4.1.5 Kondisi Pemerintahan Desa 44

4.1.5.1 Sejarah Pemerintahan Desa 45

4.1.5.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa 45

4.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Desa 46

4.1.6.1 Biodata Kepala Desa 46

4.1.6.2 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Desa 46 4.1.6.3 Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa 48 4.1.6.4 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Urusan Umum 48 4.1.6.5 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Urusan Keuangan 49 4.1.6.6 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Urusan Perencanaan 49 4.1.6.7 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Seksi Pemerintahan 50 4.1.6.8 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Seksi Kesejahteraan 50 4.1.6.9 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Seksi Pelayanan 51 4.1.6.10 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Dusun 52 4.1.6.11 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) 52

4.1.6.12 Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPM) 53

4.2 Pembahasan Penelitian 53

4.2.1 Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan 53 4.2.2 Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa

Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan berkaitan

dengan Kuantitas 54

(13)

4.2.3 Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan terkait

dengan Kualitas 58

4.2.4 Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan terkait

dengan Ketepatan Waktu 63

4.2.5 Hambatan terkait Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan 65

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 67

5.1 Kesimpulan 67

5.2 Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 71

LAMPIRAN 74

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3.1 Informan Penelitian 32

Tabel 4.1.4 Komposisi penduduk desa 44

Tabel 4.1.5.1 Nama-Nama Kepala Desa 45

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Kantor Kepala Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten

Asahan 39

Gambar 4.1.5.2 Struktur organisasi perangkat Desa Sukadamai 46 Gambar 4.2.1 Dusun I yang belum ada pembangunan drainase 56

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara 1

Lampiran 2. Pedoman Observasi 7

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi 8

Lampiran 4. Transkip Wawancara 9

Lampiran 5. Matriks Wawancara 40

Lampiran 6. Transkip Observasi 60

Lampiran 7. Transkip Dokumentasi 6

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan merupakan salah satu isi dari sembilan program Nawacita Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2014-2019. Hal ini menjadi salah satu bentuk kebijakan pembangunan yang dipandang strategis dimana menguatkan wilayah terendah (desa) menjadi tonggak kedaulatan secara Nasional untuk dapat berkompetisi secara global. Dinamika pedesaan di Indonesia telah mengundang perhatian dari berbagai pihak seperti lembaga pendidikan, perusahaan hingga lembaga swadaya masyarakat baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Aktivitas pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan berbagai model dan nilai-nilai untuk memperkuat prinsip pembangunan pedesaan. Pada dasarnya pembangunan selalu bersumber pada tiga komponen pokok pembangunan antara lain:

masyarakat, pemerintah dan pihak swasta. Kegiatan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan pada saat ini sangat berat, maka sangat diperlukan adanya keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat untuk dapat melaksanakan partisipasi dan bekerja keras karena kunci keberhasilan pembangunan itu adalah kerja keras dan kerja sama dari seluruh warga negara tanpa terkecuali.

Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menjelaskan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

(18)

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa menurut ketentuan umum pasal 1 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

Pemeritahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Landasan pemikiran dalam peraturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Sejak ditetapkannya Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan penataan desa. Penataan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 berdasarkan hasil evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa, mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa, dan meningkatkan daya saing Desa (Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 7 Ayat (3)).

Untuk mewujudkan pembangunan nasional pemerintah pusat menargetkan desa sebagai ujung tombak pembangunan. Hal ini selaras dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2016.

Dapat lihat penjelasan tentang UU tersebut: Dana desa sebagaimana dimaksud pada

(19)

pasal 9 ayat 1 huruf b direncanakan sebesar Rp 46.982.080.000,00 (Empat puluh enam triliun Sembilan ratu delapan puluh dua miliar delapan puluh juta rupiah). Dana desa sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat 3 dialokasikan kepada Kabupaten/Kota dengan ketentuan: 90% (Sembilan puluh persen) dialokasikan secara merata kepada setiap desa dan 10% (Sepuluh persen) dialokasikan berdasarkan jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa.

Dana desa diserahkan langsung ke desa untuk pembangunan desa agar adanya pemerataan sehingga tidak terjadi urbanisasi yang tinggi. Pada kebijakan ini tentunya kepala desa dituntut untuk bijak dalam penggunaan dana desa dan mampu menyusun kebijakan yang strategis guna mewujudkan pembangunan di desa.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan pemerintah desa tidak dapat dilepaskan dari partisipasi masyarakat, baik perkotaan maupun pedesaan. Kepala Desa harus mengetahui semua hajat orang banyak, karena itu Kepala Desa selalu sensitif terhadap legitimasi terhadap rakyatnya, legitimasi yaitu pengakuan rakyat kepada kekuasaan dan wewenang Kepala Desa untuk bertindak, mengatur dan mengarahkan rakyatnya. Namun legitimasi tersebut harus ada asal - usul dan sumbernya. Legitimasi Kepala Desa bersumber dari ucapan yang disampaikan, nilai - nilai kebaikan, serta tindakan sehari - sehari. Jadi tingkat keteladanan Kepala Desa terkait kinerjanya menjadi bagian yang paling penting bagi kemajuan serta perkembangan pelaksanaan program pembangunan desa (Jalal, 2015: 6-7).

Tipologi kinerja menjadi kategori awal berhasil tidaknya seorang Kepala Desa dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dapat diukur melalui keberhasilannya dalam merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi setiap kebijakan dalam

(20)

pemerintahannya. Implikasi atau dampak yang cukup jelas dari kepemimpinan seorang Kepala Desa yang mempunyai tingkat keteladan yang baik dapat diaktualisasikan ketika dihadapkan pada suatu persoalan, termasuk fenomena dengan berbagai pandangan dari masyarakat. Keberhasilan atau kegagalan program pembangunan desa sangat ditentukan oleh tingkat keteladanan Kepala Desa terkait kinerjanya, yang sejauh mana Kepala Desa dalam merencanakan, menggerakan, memotivasi, mengarahkan, komunikasi, pengorganisasian, pelaksanaan dalam kaitannya dengan manajemen berarti menjalankan kepemimpinan berdasarkan fungsi manajemen. Berkaitan dengan proses pembangunan desa, di dalam prosesnya pembangunan desa terdiri dari swadaya masyarakat dan pembinaan yaitu masyarakat bekerja sama dengan pemerintah desa. Kepala Desa dalam hal ini sangat berperan dalam pembangunan desa dimana Kepala Desa yang merupakan pemimpin formal di desa serta memliki tugas dan kewajiban dalam menyelenggarakan tugas urusan program pembangunan desa. Kepala Desa perlu melakukan komunikasi dan pembinaan serta penyuluhan kepada masyarakat yang berada di desa.

Di dalam pembangunan suatu wilayah bukan hanya melakukan program pembangunan yang bergerak dibidang pembangunan fisik saja tetapi juga bergerak di bidang pembangunan non fisik atau sosial. Menurut Effendi (2002: 114) pembangunan hendaknya harus ada keseimbangan antara pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik. Adapun yang menjadi bagian dari pembangunan non fisik atau sosial yaitu: pembangunan manusia, ekonomi, kesehatan dan pendidikan.

Pembangunan non fisik berkaitan dengan penggunaan sumber daya manusia itu sendiri karena adanya pembangunan non fisik menjadi dasar untuk melakukan

(21)

pembangunan fisik. Jangan sampai pembangunan bertumpu pada salah satu aspek saja tetapi harus bersinergi antara satu sama lain.

Demikian halnya kinerja Kepala Desa di Desa Sukadamai. Permasalahan yang terjadi dan sangat berpengaruh dalam penelitian ini adalah permasalahan kinerja kepemimpinan Kepala Desa dalam pembangunan masyarakat untuk menunjang perbaikan mutu hidup masyarakat. Seperti yang diketahui bahwa kinerja harus mengikuti tata cara atau prosedur sesuai standar yang telah ditetapkan. Di dalam kinerja tersebut harus memiliki kriteria agar dapat meningkatkan produktivitas sehingga apa yang diharapkan dapat berjalan sesuai apa yang diinginkan.

Pada tahun 2018 pemerintahan desa memiliki wewenang untuk mengatur dan mengelola dana desa sesuai dengan kewenangan desa sehingga Kepala Desa sebagai pemimpin di desa memiliki tugas untuk menggunakan atau mengalokasikan dana desa dengan sebaik-baiknya untuk pemberdayaan masyarakat dan pembangunan fisik.

Menyadari hal tersebut, Kepala Desa sebagai pemimpin organisasi administrasi pemerintah daerah dituntut untuk bersikap proaktif dengan mengandalkan kepemimpinan yang berkualitas untuk membangkitkan semangat kerja, mampu menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dan berpartisipasi dalam pembangunan serta mampu menjadi kreator, inovator dan fasilitator dalam rangka efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di desa.

Desa Sukadamai merupakan salah satu desa di Kecamatan Pulo Bandring dan berada di Kota Kisaran Kabupaten Asahan yang memiliki 9 dusun. Kepala Desa di Desa Sukadamai ini merupakan kepala desa periode 2013-2019. Menurut pendapat

(22)

dari beberapa masyarakat kinerja Kepala Desa Sukadamai ini dinilai sudah cukup bagus karena Kepala Desa cukup tanggap dan cepat dalam mengatasi pembangunan di desa. Pada masa jabatannya sebagai Kepala Desa, Kepala Desa Sukadamai memfokuskan pembangunan desa pada pembangunan fisik yang dapat dilihat dengan adanya pembangunan seperti pembangunan infrastruktur jalan dan pembangunan drainase. Pada pembangunan non fisik hal yang telah dilakukan Kepala Desa Sukadamai pada bidang ekonomi yaitu membuat bumdes di Desa Sukadamai. Kepala Desa Sukadamai tidak ikut campur dalam pengelolaan bumdes ini karena telah mempercayakan kepada pengurus bumdes, namun setiap tahun kepala desa akan meminta pertanggung jawabannya. Selain itu Kepala Desa juga telah membuat budidaya ikan dan sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan cara pengelolaan perikanan dan peternakan. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan masyarakat sekaligus untuk membantu masyarakat meningkatkan pendapatan ekonominya.

Kemudian pada bidang kesehatan, salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah Angka Harapan Hidup (AHH) yang dikaitkan langsung dengan perhitungan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Dalam rangka mendukung peningkatan AHH, maka permasalahan kesehatan di Desa Sukadamai pada tahun 2018 yaitu peningkatan gizi ibu hamil dan balita, peningkatan pengelolaan dan pembinaan posyandu serta pemberdayaan masyarakat dalam penyehatan lingkungan (RPJMDesa Sukadamai, 2015-2021: 38).

Walaupun Pemerintahan desa bekerja sama dengan puskesmas setempat melalui bina desa untuk melaksanakan posyandu dan poswindu setiap bulannya, namun masalah kesehatan masih perlu mendapat perhatian lebih.

Pada bidang pendidikan kepala desa membuat kerja sama dengan sekolah yang berada di wilayah Desa Sukadamai, bagaimana supaya siswa/i di sekolah dapat

(23)

meningkatkan minat untuk belajar dan kepala desa menjamin agar tidak ada siswa/i yang terjaring narkoba.

Hasil pembangunan bidang pendidikan suatu daerah diukur dengan Indeks Komposit Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH). Pada saat ini tingkat pendidikan masyarakat Desa Sukadamai terdiri dari Lulusan S1 sebesar 10%, lulusan SMA sebesar 50%, lulusan SMP sebesar 25%, serta lulusan SD sebesar 15% (RPJMDesa Sukadamai, 2015-2021: 38).

Dalam rangka mendukung peningkatan kualitas pendidikan, maka permasalahan pendidikan di Desa Sukadamai yang harus mendapat perhatian adalah pemenuhan sarana dan prasarana Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar, peningkatan angka partisipasi sekolah pada penduduk usia SD, SMP dan SMA, serta fasilitas pemenuhan layanan pendidikan bagi keluarga tidak mampu.

Pada bidang pembangunan sumber daya manusia yang dilakukan oleh Kepala Desa adalah membuat siskamling dan sarana olahraga sebagai bentuk pembangunan masyarakat. Namun ada masalah pembangunan manusia yang sering terjadi di Desa Sukadamai sehingga kerap kali membuat masyarakat resah. Masalah kriminalitas seperti pencurian, perjudian dan narkoba masih melingkupi kehidupan masyarakat.

Dari penuturan kepala desa pada tahun 2018 sebanyak 2-3 orang masyarakat di Desa Sukadamai terlibat narkoba yang langsung diserahkan kepada pihak berwajib. Namun untuk masalah pencurian dan perjudian di Desa Sukadamai ini Kepala Desa mengambil kebijakan untuk menyelesaikan sendiri masalah secara kekeluargaan tanpa melibatkan pihak kepolisian. Hal ini merupakan tugas pokok dan fungsi Kepala Desa dalam membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2004 tentang pemerintahan desa.

(24)

Berdasarkan RKPDesa tahun 2018, ada beberapa target kerja yang belum dapat direalisasikan pada tahun 2018 yaitu perwujudan kemandirian desa, penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Permasalahan yang menyebabkan tidak terealisasinya kegiatan tersebut antara lain adanya pengurangan dalam pendapatan desa dalam tahun berjalan yang bersumber dari alokasi dana desa, adanya kegiatan yang merupakan sinergitas antara daerah dengan desa yang tidak dilaksanakan oleh Kabupaten dan yang menyebabkan dana dukungan untuk kegiatan tersebut tidak terlaksana ditahun berjalan, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pembangunan desa serta waktu pelaksanaan kegiatan yang relatif singkat, sedangkan dalam pengelolaannya harus sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan.

Pada masa jabatannya ini Kepala Desa lebih berfokus pada pembangunan fisik, sehingga pembangunan non fisik belum terlalu diperhatikan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan masyarakat di Desa Sukadamai masih rendah khususnya pada mutu hidup masyarakat, sehingga dibutuhkan kinerja kepala desa yang lebih maksimal agar dapat membentuk masyarakat yang mampu bekerja sama dalam pembangunan desa secara fisik maupun non fisik. Karena sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Kepala desa sebagai pemimpin memiliki fungsi strategis yang menentukan kinerja organisasi. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif dapat menggerakkan orang kearah tujuan yang dicita-citakan dan akan menjadi panutan serta teladan. Sebaliknya pemimpin yang

(25)

keberadaannya hanya sebagai figur dan tidak memiliki pengaruh serta kemampuan kepemimpinan akan mengakibatkan kinerja organisasi menjadi lambat karena ia tidak memiliki kapabilitas dan kecakapan untuk menghasilkan kinerja terbaik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti kinerja Kepala Desa Sukadamai dengan mengambil judul “Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana kinerja Kepala Desa dalam pembangunan masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan?

1.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan penelitian agar tidak terlalu lebar dalam melakukan penelitian. Maka fokus penelitian ini untuk melihat pembangunan desa di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan secara Fisik dan Non Fisik yang terkait dengan pembangunan masyarakat dengan menggunakan kategori kinerja Kepala Desa yaitu kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.

(26)

1.4 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Suatu riset khusus dalam pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1) Menganalisis dan mendeskripsikan kinerja Kepala Desa dalam pembangunan masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan menambah keilmuan dalam bidang Administrasi Publik khususnya tentang kinerja pemerintahan desa

2) Secara akademik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan secara akademik dan menjadi referensi tambahan dalam kajian keilmuan khususnya dalam bidang Administrasi Publik.

3) Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan beberapa masukan dan saran dalam hal memahami dan solusi terhadap persoalan tentang kinerja pemerintahan desa

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka pengertian kinerja sangat diperlukan oleh peneliti untuk dapat menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa pengertian kinerja menurut pemikiran ahli yaitu:

Secara konseptual kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi yaitu kinerja pegawai secara individu dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang telah dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi mempunyai keterkaitan erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak dapat dilepaskan sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digunakan atau dijalankan oleh pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut (Uha, 2013: 212).

Kinerja berasal dari kata performance yang diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja merupakan implementasi dari perencanaan yang telah disusun tersebut. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan (Wibowo, 2007: 4).

Menurut Widodo (2005:78) kinerja adalah melakukan kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan atau suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Beberapa pendapat di atas menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja dari individu maupun organisasi sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan.

Menurut Mangkunegara (2009: 67) mengemukakan pengertian kinerja yaitu sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan. Kinerja

(28)

merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Makna dari pendapat di atas menjelaskan bahwa kinerja adalah perilaku nyata dari seorang individu sesuai dengan kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab dan perannya dalam organisasi.

Kemudian Suntoro (Tika, 2006: 121) kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

Rue dan Byar (dalam Uha 2013: 212) mengatakan bahwa kinerja adalah sebagai tingkat pencapaian hasil. Interplan (dalam Uha 2013: 212) menyebutkan kinerja adalah berkaitan dengan operasi, aktivitas program dan misi organisasi.

Murphy dan Cleveland (dalam Uha 2013: 212) mengatakan bahwa kinerja adalah kualitas perilaku yang berorientasi pada tugas dan pekerjaan.

Mahsum (2006: 25) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis (strategic planning) suatu organisasi. Mangkuprawira dan Hubeis (2007) mengatakan bahwa kinerja adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara terencana agar diperoleh hasil sesuai standar perusahaan.

Menurut Rivai (2008: 68) berpendapat bahwa kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu lembaga untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi lembaganya dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik. Sementara Helfert (dalam Rivai 2008: 85) berpendapat bahwa kinerja adalah tampilan keadaan secara utuh atas organisasi selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional organisasi dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki.

(29)

Tika (2006: 121) mengemukakan bahwa 4 (empat) unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja yaitu hasil-hasil fungsi pekerjaan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan, pencapaian tujuan organisasi dan periode waktu tertentu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Suntoro (dalam Uha 2013: 213) bahwa kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum serta sesuai dengan moral dan etika.

Menurut Stoner (dalam Uha 2013: 213) kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan dan persepsi peranan. Bernardin dan Russel (dalam Uha 2013: 213) mendefenisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Menurut Handoko (dalam Uha 2013: 213) kinerja sebagai proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Pendapat lain dikemukakan oleh Gibson (dalam Uha 2013: 213) bahwa kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan. Selanjutnya dikatakan pelaksanaan pekerjaan ditentukan oleh interaksi kemampuan dan motivasi.

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah (rata-rata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan. Dari pengertian di atas juga diketahui unsur-unsur kinerja yang terdiri dari:

1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi pegawai seperti kemampuan motivasi, kecakapan dan persepsi peranan

3. Pencapaian tujuan organisasi

(30)

4. Periode waktu tertentu 5. Tidak melanggar hukum 6. Sesuai dengan moral dan etika 2.1.2 Kategori Kinerja

Dalam menganalisis dan mendeskripsikan kinerja perlu diketahui kategori kinerja agar memudahkan dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa.

Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.

Beberapa pemahaman tentang konsep kategori kinerja, Lembaga Administrasi Negara (2001: 5) menyebutkan pendapat para pakar. Diantaranya mengemukakan pendapat Whittaker (1993) mengemukakan bahwa kategori kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and objectives). Menurut Whittaker, elemen kunci dari sistem pengukuran kinerja terdiri atas: (a) perencanaan dan penetapan tujuan, (b) pengembangan ukuran yang relevan, (c) pelaporan formal atas hasil, dan (d) penggunaan informasi.

Pendapat lain dikemukakan dalam Reference Guide, Province of Alberta, Canada. Dalam Reference Guide itu disebutkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan (Uha, 2013: 234).

Dalam instansi pemerintah, kategori kinerja sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan, memotivasi para birokrat pelaksana, serta memonitor pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat yang dilayani dan menuntut perbaikan dalam pelayanan publik.

(31)

Dharma (2003: 355) mengatakan bahwa hampir semua cara kategori kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai

2) Kualitas yaitu mutu yang harus dihasilkan, baik atau tidaknya kinerja

3) Ketepatan Waktu yaitu sesuai atau tidaknya kinerja yang dilakukan dengan waktu yang direncanakan

Menurut Mangkunegara (2009: 75) kategori kinerja yaitu:

1) Kualitas

Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang pegawai mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan. kategorinya antara lain:

- Kesesuaian layanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan dengan aturan atau pedoman yang berlaku

- Memegang teguh prinsip-prinsip moral dan kode etik dalam tugasnya melayani kebutuhan masyarakat

- Optimalnya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat 2) Kuantitas

Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang pegawai dalam satu harinya.

Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai.

Kategorinya antara lain:

- Capaian dan jumlah yang dapat dicapai oleh pegawai

- Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan - Penyelesaian urusan yang cepat dan tidak berbelit-belit 3) Kehandalan

Kehandalan adalah seberapa jauh pegawai mampu melakukan pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan. Kategorinya antara lain:

- Efektivitas pegawai dalam tugasnya melayani masyarakat

- Daya tanggap pegawai terhadap berbagai permintaan yang datang dari masyarakat

- Kemampuan pegawai dalam menggunakan mesin/peralatan kantor 4) Sikap

Sikap kerja adalah kemampuan individu untuk dapat melaksanakan pekerjaan yang sedang dilakukannya. Kategorinya antara lain:

- Ketelitian pegawai dalam menyelesaikan tugasnya - Kepatuhan pegawai memakai seragam pada saat bekerja

- Kesopanan dan keramahan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

Menurut Moeheriono (dalam Abdullah, 2014:151) ada enam kategori kinerja yaitu:

1. Efektif yaitu mengukur derajat kesesuaian yang dihasilkan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan

2. Efisien yaitu mengukur derajat kesesuaian proses menghasilkan output yang dengan menggunakan biaya seredah mungkin

(32)

3. Kualitas yaitu mengukur derajat kesesuaian antara kualitas produk atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan konsumen

4. Ketepatan Waktu yaitu mengukur apakah pekerjaan telah diselesaikan secara benar dan tepat waktu

5. Keselamatan yaitu mengukur kesehatan organisasi secara keseluruhan serta lingkungan kerja para karyawan ditinjau dari aspek kesehatan

Gomes (2003: 134) mengemukakan delapan kelompok kategori dalam kinerja yang terdiri dari:

1. Quantity of work (kuantitas kerja) 2. Quality of work (kualitas kerja) 3. Job Knowledge (pengetahuan kerja) 4. Creativeness (kreativitas)

5. Cooperation (kerja sama) 6. Dependability (keteguhan) 7. Initiative (prakarsa)

8. Personal qualities (kualitas pribadi) 2.1.3 Manfaat Kategori Kinerja

Dalam organisasi masalah kategori kinerja merupakan hal yang penting dalam manajemen program secara keseluruhan, karena kriteria yang dapat diukur akan mendorong pencapaian kinerja tersebut. Kategori kinerja yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan balik (feed back) yang merupakan hal yang penting dalam upaya perbaikan secara terus menerus dan mencapai keberhasilan di masa mendatang.

Berdasarkan kategori kinerja diharapkan instansi pemerintah dapat mengetahui kinerja dalam suatu periode tertentu. Dengan adanya suatu kategori kinerja maka kegiatan dan program instansi pemerintah dapat diukur dan dievaluasi. Selanjutnya, dari kategori kinerja setiap instansi dapat diperbandingkan dengan instansi yang sejenis sehingga penghargaan dan tindakan disiplin dapat dilakukan secara lebih objektif.

(33)

Menurut Uha (2013: 235) dalam kaitan ini berarti bahwa kategori kinerja penting peranannya sebagai alat manajemen untuk:

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati

3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan mebandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati

5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka upaya memperbaiki kinerja organisasi

6. Mengidntifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi 7. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif 8. Membantu memahami apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi 9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan

10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi 2.1.4 Faktor yang terkait dengan Pencapaian Kinerja

Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja merupakan hal yang penting karena melalui pencapaian kinerja kita dapat menilai apa saja hambatan dalam kinerja yang dilakukan seorang individu sehingga dapat diperbaiki untuk kedepannya.

Menurut Mangkunegara (2009: 16-17) faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu dalam organisasi ialah sebagai berikut:

1. Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisik (jasmani). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Faktor Lingkungan Organisasi

Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja yang

(34)

efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang respect dan dinamis, peluang karier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.

2.1.5 Peningkatan Kinerja

Dalam penelitian ini perlu dilihat hal-hal apa saja yang dapat meningkatkan kinerja. Berikut ini dijelaskan yaitu:

Menurut Mangkunegara (2009: 22) terdapat tujuh langkah yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja 2. Mengenal kekurangan dan tingkat keseriusan

3. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri

4. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab kekurangan tersebut

5. Melakukan rencana tindakan tersebut

6. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum 7. Mulai dari awal, apabila perlu

Bila langkah-langkah tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka kinerja pegawai dapat ditingkatkan.

2.2 Kepala Desa

Pada pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa disebutkan bahwa pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pasal 1 ayat 3 juga dikatakan bahwa pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Peran kepala desa dalam melaksanakan pembangunan diwilayahnya adalah sebagai perencana pembangunan, pengawas pembangunan dan pelopor pembangunan. Peran kepala desa sangat penting

(35)

dalam mengadakan pendekatan dan menumbuhkan serta mengembangkan swadaya gotong royong masyarakat untuk dapat merealisasikan pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Kepala desa sebagai pemimpin harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan.

Menurut George F Terry (dalam Suwanto 2016: 152) mengemukakan delapan ciri dari pemimpin yaitu:

a. Energi yaitu mempunyai kekuatan mental dan fisik

b. Stabilitas Emosi yaitu seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek terhadap bawahannya, ia tidak boleh cepat marah dan percaya pada diri sendiri harus cukup besar

c. Human Relationship yaitu mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia

d. Personal Motivation yaitu keinginan untuk menjadi pemimpin harus besar dan dapat memotivasi diri sendiri

e. Communication Skill yaitu mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi f. Teaching Skill yaitu mempunyai kecakapan untuk mengajarkan,

menjelaskan dan mengembangkan bawahannya

g. Social Skill yaitu mempunyai keahlian di bidang sosial supaya terjamin kepercayaan dan kesetiaan bawahannya. Ia harus suka menolong, senang jika bawahannya maju, peramah serta luwes dalam pergaulan

h. Technical Competent yaitu mempunyai kecakapan menganalisa, merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan dan mampu menyusun konsep.

2.3 Pembangunan Masyarakat 2.3.1 Pengertian Pembangunan

Menurut Siagian (2002: 67) pembangunan didefenisikan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintahan menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa dengan harapan kesejahteraan rakyat dapat tercapai.

Mengenai defenisi tentang istilah pembangunan itu sendiri, Riyadi (dalam Theresia 2015: 2) mengungkapkan bahwa beragam rumusan yang dikemukakan oleh banyak pihak, namun kesemuanya itu mengarah kepada suatu kesepakatn bahwa Pembangunan adalah suatu usaha atau proses perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu hidup suatu masyarakat (dan individu-individu di dalamnya) yang berkehendak dan melaksanakan pembangunan itu.

(36)

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipaparkan bahwa pembangunan adalah usaha perubahan yang dilakukan suatu bangsa, Negara dan pemerintah yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat.

Dalam Theresia (2015: 3) terkandung begitu banyak pokok-pokok pikiran tentang istilah pembangunan yaitu:

a. Pembangunan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan yang tidak pernah kenal berhenti untuk terus menerus mewujudkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat dalam rangka mencapai perbaikan mutu hidup dalam situasi lingkungan kehidupan yang juga terus menerus mengalami perubahan.

b. Proses pembangunan yang terjadi bukanlah sesuatu yang sifatnya alami atau given melainkan suatu proses yang diaksanakan dengan sadar atau terencana.

c. Proses perubahan yang akan dilaksanakan dan ingin dicapai dalam setiap pembangunan adalah perubahan yang menyeluruh yang mencakup beragam aspek dan tatanan kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

d. Pembangunan dimaksudkan untuk menghasilkan individu-individu yang senantiasa memiliki kepekaan tentang keadaan-keadaan yang akan terjadi, masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi, alernatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut dan dengan kemampuan sendiri (swakarsa, swadaya, swadana) mengambil keputusan untuk memilih alternative-alternatif demi perbaikan mutu hidup masyarakat dan keluarganya.

e. Pembangunan adalah sesuatu yang dari, oleh dan untuk masyarakat sehingga pembangunan bukanlah kegiatan yang direncanakan, dilaksanakan dan dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan segolongan atau sekelompok warga masyarakat.

f. Pembangunan adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat yang bersangkutan. Artinya pembangunan harus benar-benar dimaksudkan untuk memperbaiki mutu hidup setiap individu dam masyarakatnya dan bukannya mengorbankan manusia demi tercapainya tujuan-tujuan pembangunan.

Sejalan dengan pengertian diatas, maka secara ringkas dikemukakan oleh Mardikanto (dalam Theresia, 2015: 6):

Pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus menerus oleh pemerintah bersama-sama segenap warga masyarakatnya atau dilaksanakan oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh pemerintah dengan menggunakan teknologi yang terpilih, untuk memenuhi segala kebutuhan atau memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan dihadapi, demi tercapainya mutu hidup atau kesejahteraan

(37)

seluruh warga masyarakat dari suatu bangsa yang merencanakan dan melaksanakan pembangunan tersebut.

Kartasasmita (dalam Theresia 2015: 14) menjelaskan bahwa pembangunan menurut kepustakaan ekonomi pembangunan seringkali didefenisikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan untuk mewujudkan peningkatan pendapatan riil perkapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya.

2.3.2 Pendekatan Pembangunan

Muhi et.al (dalam Theresia 2015: 12) mengemukakan beberapa pendekatan teoritis tentang pembangunan yaitu:

1. Teori Evolusi, yang mengacu kepada evolusi peradaban yang dikemukakan oleh Charles Darwin yang menyebutkan bahwa setiap komunitas akan mengalami perubahan dari kehidupan yang sangat sederhana kearah yang semakin kompleks, sebagai akibat dari perubahan-perubahan sosial, ekonomi, kependudukan, geografi, rasial, teknologi maupun ideologi

2. Teori Perubahan Sosial, Emile Durkheim (1964) yang menyatakan bahwa pembangunan terjadi sebagai akibat adanya perubahan struktur sosial dalam bentuk pembagian pekerjaan. Sedangkan Redfield (1947) menyatakan bahwa pembangunan terjadi karena terjadinya perubahan masyarakat tradisional kea rah masyarakat perkotaan

3. Teori Struktural Fungsional, Parsons (1851) mengemukakan bahwa pembangunan terjadi karena adanya perubahan status dari suatu interaksi sosial yang terjadi dalam:

- Adaptasi terhadap kebutuhan situasional - Pencapaian tujuan-tujuan

- Integrasi atau pengaturan tata hubungan

- Pola pemeliharaan atau pengurangan ketegangan dari pada budaya tertentu 4. Teori Ekonomi, Gunar Mrdal (1970) mengemukakan bahwa pembangunan

terjadi karena beberapa kondisi ekonomi yang mencakup:

- Hasil dan pendapatan - Tingkat produktivitas - Tingkat kehidupan - Sikap dan pranata - Rasionalitas

5. Teori Konflik yang dicetuskan oleh Karl Marx (1883-1919) yang menyatakan bahwa pembangunan terjadi karena adanya konflik atau pertentangan kepentingan ekonomi antar kelas antara kelas pemodal (yang berkuasa) dan kelas yang tertindas (buruh)

(38)

6. Teori Ekologi yang dikemukakan oleh Odum (1971) tentang hubungan antar manusia dari lingkungannya (fisik dan sosial). Menurutnya, pembangunan terjadi sebagai akibat pemanfaatan sumber daya yang melimpah maupun optimasi pemanfaatan sumber daya yang semakin terbatas

7. Teori Ketergantungan (Dependensi) yang berkembang di Amerika Latin sebagaimana dilaporkan oleh Frank (Wilber, 1979) dimasa Negara Maju mendominasi Negara yang belum berkembang sedemikian rupa sehingga pembangunan di Negara yang belum maju sangat tergantung kepada kehendak/kebutuhan Negara maju yang menjadi “penjajah”nya.

8. Teori Alternatif, dalam mencari jalan kearah pembangunan yang berkeadilan serta ketidakpuasan terhadap pelaksanaan teori-teori pembangunan di Negara- negara berkembang. Korten (1984) memunculkan teori baru yang menyajikan potensi-potensi baru yang penting guna memantapkan pertumbuhan dan kesejahteraan manusia, keadilan dan kelestarian pembangunan itu sendiri.

Teori ini menyatakan bahwa pembangunan harus berorientasi pada peningkatan kualitas hidup manusia bukan pada pertumbuhan ekonomi melalui pasar maupun memperkuat Negara.

Terkait dengan perkembangan teori tentang pembangunan tersebut Wrihatnolo dan Dwijiwinoto (dalam Theresia, 2015) mengemukakan adanya pergeseran paradigma pembangunan sebagai berikut:

1. Strategi pembangunan 2. Pertumbuhan dan distribusi 3. Teknologi tepat guna 4. Kebutuhan dasar

5. Pembangunan berkelanjutan 6. Pemberdayaan

2.3.3 Pengertian Pembangunan Masyarakat

Pembangunan berbasis masyarakat secara sederhana dapat diartikan sebagai pembangunan yang mengacu kepada kebutuhan masyarakat, direncanakan dan dilaksanakan oleh masyarakat dengan sebesar-besarnya memanfaatkan potensi sumber daya (alam, manusia, kelembagaan, nilai-nilai sosial-budaya dll) yang ada dan dapat diakses masyarakat setempat.

Sejalan dengan itu, telaahan tentang pembangunan berbasis masyarakat akan mencakup (Theresia, 2015: 28):

1. Pembangunan dari atas dan atau dari bawah (Top Down/Buttom Up) 2. Pembangunan berbasis sumber daya lokal

(39)

3. Pembangunan berbasis modal sosial 4. Pembangunan berbasis kebudayaan 5. Pembangunan berbasis kearifan lokal 6. Pembangunan berbasis modal spiritual 2.3.4 Ciri-Ciri Pembangunan Masyarakat

Dalam melakukan pembangunan perlu diketahui apa tujuan dari pembangunan itu, apakah berbasis masyarakat atau tidak. Berikut ini dijelaskan ciri- ciri pembangunan masyarakat antara lain:

Moeljarto Tjokrowinoto (dalam Theresia 2015: 22) memberikan deskripsi mengenai cirri-ciri pembangunan yang berpusat pada rakyat sebagai berikut:

1. Pertama, prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tahap demi tahap harus diletakkan pada masyarakat sendiri.

2. Kedua, fokus utamanya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasikan sumber-sumber yang terdapat di komunitas untuk memenuhi kebutuhan mereka.

3. Ketiga, pendekatan ini mentoleransi variasi lokal dan karenanya sifatnya fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lokal

4. Keempat, didalam melaksanakan pembangunan ditekankan proses social learning yang didalamnya terdapat interaksi kolaboratif antara birokrasi dan komunitas mulai dari proses perencanaan sampai evaluasi proyek dengan mendasarkan diri saling belajar

5. Kelima, proses pembentukan jejaring (networking) antara birokrasi dan lembaga swadaya masyarakat, satuan-satuan organisasi tradisional yang mandiri merupakan bagian integral dari pembangunan. Melalui proses networking diharapkan terjadi simbiosis antara struktur-struktur pembangunan di tingkat lokal. Dasar interpretasi pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah asumsi bahwa manusia adalah sasaran pokok dan sumber paling strategis.

Inti dari pembangunan masyarakat adalah pemberdayaan (empowerment) yang mengarah pada kemandirian masyarakat. Dalam konteks ini, dimensi partisipasi masyarakat menjadi sangat penting. Melalui partisipasi kemampuan masyarakat dan perjuangan mereka untuk membangkitkan dan menopang pertumbuhan kolektif menjadi kuat. Tetapi partisipasi disini bukan hanya berarti keterlibatan masyarakat

(40)

dalam pelaksanaan pembangunan atau masyarakat hanya ditempatkan sebagai

“objek”, melainkan harus diikuti keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan dan proses perencanaan pembangunan atau masyarakat juga ditempatkan sebagai

“subjek” utama yang harus menentukan jalannya pembangunan.

2.3.5 Kategori Pembangunan Masyarakat

Dalam pembangunan masyarakat, kategori ini dijadikan acuan oleh para fasilitator dan semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat untuk mengambil keputusan tentang kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang diinginkan.

Philips dan Pittman (dalam Theresia, 2015: 304) mengemukakan beberapa kategori pembangunan berbasis masyarakat yang mencakup: (a) mutu hidup, (b) pembangunan berbasis kepemimpinan, (c) evaluasi kinerja, (d) kesehatan masyarakat dan (e) keberlajutan. Untuk penjelasannya sebagai berikut:

a. Mutu Hidup merupakan kategori yang utama karena pada hakikatnya pembangunan berbasis masyarakat bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat. Tentang hal ini terdapat 9 parameter yang dapat digunakan, yaitu:

- Modal ventura atau modal penyertaan oleh pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat

- Pemerataan hubungan antara individu dan kelompok dalam masyarakat - Kesehatan masyarakat

- Ketunawismaan

- Penyalahgunaan obat-obatan - Pengelolaan pemukiman - Pembiayaan proyek - Perumahan

- Pembangunan berbasis “grant”

b. Pembangunan Berbasis Kepemimpinan menjadi kategori yang penting diperhatikan karena didalam setiap upaya pembangunan berbasis masyarakat selalu dilakukan pengorganisasian masyarakat. Dengan demikian, kepemimpinan masyarakat merupakan hal yang sangat strategis bagi keberhasilan pembangunan berbasis masyarakat. Lebih lanjut pembangunan berbasis kepemimpinan juga sangat diperlukan untuk keberlajutan program/kegiatan pembangunan berbasis masyarakat

(41)

c. Evaluasi Kinerja mencakup proses dan hasil pembangunan berbasis masyarakat juga penting untuk dijadikan kategori

d. Kesehatan Masyarakat dijadikan kategori pembangunan masyarakat karena perbaikan ekonomi tidak selalu mencerminkan kondisi kesehatan masyarakat seperti kesehatan ibu dan anak, kesehatan lingkungan serta penghayatan masyarakat terhadap pentingnya kesehatan

e. Keberlanjutan merupakan salah satu kategori yang harus diperhatikan karena untuk menjaga agar pembangunan berbasis masyarakat jangan terhenti seperti

“proyek pasar malam” yang hilang tak berbekas manakala proyeknya telah berhenti.

Selain kategori-kategori diatas, perlu diperhatikan pula tentang kategori keberdayaan masyarakat yang dapat menunjukkan seseorang atau masyarakat itu berdaya atau tidak. Sehingga ketika pendampingan sosial diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari penerima manfaat perubahan yang perlu dioptimalkan.

2.4 Defenisi Konsep

Untuk menjelaskan batasan penelitian ini diperlukan konsep yang dapat menggambarkan secara singkat, jelas dan tegas terkait dengan penelitian yang akan dilakukan dan sesuai dengan judul penelitian.

Effendi dan Tukiran (2015: 33) menjelaskan banhwa konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan lainnya. Adapun defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kinerja

Kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu didalam organisasi sesuai dengan tugas atau wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi. Penelitian ini merupakan

(42)

upaya untuk mendeskripsikan pembangunan masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan dan menganalisis menggunakan kategori-kategori kinerja menurut Dharma (2003: 55) yaitu kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu kinerja Kepala Desa.

2. Kepala Desa

Kepala Desa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemimpin di Desa sebagai bagian dari perangkat pemerintahan desa. Kepala Desa di Desa Sukadamai ini telah banyak melakukan pembangunan desa dibidang fisik dan non fisik yaitu pembangunan jalan dan drainase yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat.

Hal ini yang mendasari peneliti ingin mendeskripsikan Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.

3. Pembangunan Masyarakat

Pembangunan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembangunan yang bersifat fisik dan non fisik terkait dengan apa yang dibutuhkan masyarakat dan dilaksanakan oleh masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada sehingga mudah diakses oleh masyarakat itu sendiri. Pembangunan masyarakat sangat berperan dalam mendeskripsikan kinerja Kepala Desa di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan karena penggunaan sumber daya manusia (masyarakat) menjadi dasar untuk melakukan pembangunan fisik.

(43)

2.5 Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang sangat menentukan menentukan jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan.

Amirin (2000: 84) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji tetapi diusulkan salah satu penduan dalam proses analisis data. Hipotesis kerja adalah hipotesis yang sebenarnya bersumber dari kesimpulan teoritik.

Lebih jelasnya penulis merumuskan hipotesis kerja yaitu Kinerja Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan terkait dengan kategori kinerja menurut Dharma (2003: 355) yaitu Kuantitas (jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai), Kualitas (mutu yang harus dihasilkan, baik atau tidaknya kinerja) dan Ketepatan Waktu (sesuai atau tidaknya kinerja yang dilakukan dengan waktu yang direncanakan) Kepala Desa. Alasan peneliti memilih kategori menurut Dharma karena didalam pembangunan masyarakat diperlukan kinerja Kepala Desa yang memiliki kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam melaksanakan suatu penelitian, metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dan menentukan berhasilnya suatu penelitian tersebut. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan dalam mencapai tujuan penelitian.

Dalam bab ini peneliti menggunakan bentuk penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data sebagai berikut:

3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang dapat menggambarkan secara jelas mengenai pemecahan masalah yang diteliti berdasarkan data-data yang digunakan untuk menganalisis dan menyampaikan secara garis besar. Penelitian ini menggunakan kategori kinerja yang telah dideskripsikan didalam hipotesis kerja yaitu kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu kinerja Kepala Desa yang dikumpulkan didalam metode penelitian.

Menurut Wiratha (2006: 155) bahwa deskriptif kualitatif yaitu menganalisis, menggambarkan situasi berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi dilapangan.

Selanjutnya Penelitian kualitatif menurut Moeleong (2005:6) adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic, dan dengan suatu konteks khusus yang ilmiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Gambar

Tabel 3.3.1 Informan Penelitian
Gambar  4.1  Kantor  Kepala  Desa  Sukadamai  Kecamatan  Pulo  Bandring  Kabupaten  Asahan (Dokumentasi Penulis, 2019)
Tabel 4.1.4 Komposisi penduduk desa No  Nama
Tabel 4.1.5.1 Nama-Nama Kepala Desa sebelum dan sesudah berdirinya Desa  Sukadamai
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apakah Bapak/Ibu/Saudara(i) turut serta dalam rangka menyusun.. anggaran Rencana Kegiatan Pembangunan

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia di kabupaten Jember yang dipengaruhi oleh variabel seperti angka harapan hidup, angka melek huruf,

Bahwa peranan Kepala Desa dalam menggerakkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan desa yang mencakup penjaringan antar elemen masyarakat dalam rangka pembangunan fisik

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang disusun dari tiga indikator : lama hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang

Indeks komposit yang disusun dari tiga indikator: lama hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama

Keberhasilan partisipasi dapat diukur atau dapat dinilai dengan baik, bilamana adanya suatu bentuk atau proses komunikasi tatap muka anatara pemimpin dalam hal

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diketahui hipotesis tiga H3 dapat dibuktikan bahwa variabel tingkat pendidikan yang diukur dengan Angka Melek Huruf AMH tidak berpengaruh

Dalam rangka mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan, maka diperlukan inventarisasi teknologi pariwisata alternetif yang mampu mempertahankan dan meningkatakan produksi, tidak