• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diberi kodrat oleh Tuhan sebagai mahluk social yang tidak dapat hidup sendiri- sendiri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Manusia diberi kodrat oleh Tuhan sebagai mahluk social yang tidak dapat hidup sendiri- sendiri."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diberi kodrat oleh Tuhan sebagai mahluk social yang tidak dapat hidup sendiri- sendiri.

Mereka saling membutuhkan satu sama lain (Soekanto, 1975: 94). Sesuai dengan kodratnya, manusia membutuhkan proses interaksi dengan manusia yang lain sebagai proses pemenuhan kebutuhan hidup baik bersifat psikis maupun fisik.

Organisasi merupakan suatu wadah yang memungkinkan para anggota didalamnya untuk saling berinteraksi. Organisasi bisa menjawab kebutuhan manusia sebagai mahluk social yang membutuhkan proses interaksi timbal balik dengan manusia lain sebagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik secara fisik maupun psikis. Organisasi adalah unit social (atau pengelompokkan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan – tujuan tertentu (Etzioni, 1982: 3). Melihat definisi tersebut, bisa kita simpulkan bahwa organisasi dibentuk oleh sekelompok manusia yang memilki tujuan dan atau kesenangan yang sama akan sesuatu.

Saat ini, sudah banyak sekali organisasi yang berkembang di Indonesia sebagai jawaban atas semakin berkembangnya kebutuhan manusia modern baik yang bersifat fisik maupun psikis. Menurut International Encyclopedy of Sociology (Vol. 2) : “… organizations arise to satisfy social needs, provide a sense of belonging and identification, supply informal information on acceptable and unacceptable behavior, offer sympathetic ear, contribute to creativity, perpetuate cultural values and provide informal channels of communication”. Dengan memahami penjelasan tersebut, organisasi tidak dibentuk dengan tujuan yang asal – asal saja, tetapi memiliki tujuan yang cukup kompleks. Menurut penjelasan tersebut, organisasi informal mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai mahluk social. Dengan bergabungnya seeseorang dengan suatu organisasi informal, ia dapat memenuhi kebutuhan sosialnya,

(2)

2

mengasah sikap saling memiliki, belajar bagaimana harus bersikap di tengah-tengah masyarakat yang heterogen, mengasah kreativitas dan menambah channel komunikasi dengan manusia lain.

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai mahluk yang paling sempurna. Salah satu aspek yang membedakan manusia dengan mahluk lain adalah manusia memiliki cipta rasa dan karsa. Manusia mampu menghasilkan suatu hal sesuai akal dan pikiran yang memadai. Penciptaan manusia yang mungkin salah satu dari yang terpenting adalah kesenian di bidang musik. Secara definitif, musik menurut Encyclopedia Americana (1980 : 646) : “… is the art by which a composer, through a performer as intermediary, communicates to listener through ideas, feelings, or state of mind. Music, which makes use tones, singly and in combination with various rhythmic configurations, maybe subjective or objective, appealing to the emotion or the intellect. It is, in essence, a tonal design created to stir and influence the listener.” Menurut penjelasan tersebut, musik tidak bisa lepas dari kumpulan nada- nada yang ter-arrange oleh composer dan dimainkan oleh para pemain yang dikombinasikan dengan paduan ritmis yang bervariasi sehingga mampu menyampaikan pesan – pesan yang mungkin terkandung dalam musik tersebut kepada para pendengar. Faktanya adalah manusia sebagai mahluk yang memiliki akal dan pikiran, membutuhkan musik sebagai penghiburan mental sehingga musik menjadi salah satu alat pemuas kebutuhan psikis yang baik bagi manusia.

Salah satu organisasi yang berkembang di Indonesia adalah marching band. Organisasi tersebut bergerak di bidang kesenian musik. Organisasi marching band merupakan jawaban bagi masyarakat yang memiliki kebutuhan akan musik baik sebagai pendengar ataupun pemain. Marching band sebagai salah satu jenis musik, memiliki ciri khas tertentu yaitu kedisiplinan. Pada saat latihan, pemain diharuskan untuk membawa peralatan latihan sendiri. Selain itu yang paling mencolok adalah pemain diwajibkan untuk datang latihan tepat waktu. Jika ternyata si pemain memiliki kepentingan di luar latihan yang akan menyebabkan ia terlambat datang, maka ia wajib untuk konfirmasi ke section leader. Segala bentuk pelanggaran peraturan akan dikenakan sanksi fisik berupa push-up ataupun membersihkan alat rekan-

(3)

3

rekannya. Peraturan- peraturan tersebut menyebabkan marching band terkenal akan ketidakluwesannya dalam berlatih dan cenderung bersifat semi-militer. Hal ini bertolak belakang dengan jenis – jenis musik tertentu seperti rock ataupun underground yang terkesan urakan. Namun begitu, bagi beberapa orang yang menggemari musik, marching band justru menjadi pilihan mereka.

Definisi marching band itu sendiri adalah sekelompok manusia yang memainkan alat musik sambil berjalan dalam suatu formasi yang diatur secara sengaja. Dalam suatu marching band, terdapat sub kelompok yang disegmentasi berdasarkan alat musik. Sub-kelompok atau yang secara umum disebut section dalam suatu marching band terdiri dari :

a. Section Brass, yaitu kelompok pemain yang memainkan alat musik tiup. Umumnya, alat yang terdapat pada section brass dalam suatu organisasi marching band di Indonesia adalah Trumpet, Mellophone, Flugelhorn, Baritone, Euphonium dan Tuba. Dalam marching band, section ini bertugas sebagai “penyanyi” dan sebagian besar formasi dalam display menjadi tanggung jawab section ini.

b. Section Percussion, yaitu kelompok pemain yang memainkan alat musik pukul. Alat yang dipakai pada section ini pada umumnya adalah Battery Percussion (Snare Drum, Tenor Toms, Bass Drum dan Cymbal) yang kemudian disebut sebagai field percussion karena area mainnya adalah di tengah lapangan sambil ber-march. Battery Percussion bertugas sebagai penjaga tempo dan pengisi pola ritmis dalam marching band. Pit Percussion (Marimba, Bells, Xylophone, Vibraphone, Chimes, Tympani, Accessories dan Drumset) yang kemudian di sebut sebagai front line karena area mainnya di depan lapangan dan para pemain tidak melakukan march saat memainkan alat-alatnya yang bersifat statis. Pit Instrument atau terkadang juga disebut Keyboard Percussion bertugas sebagai pengisi pola ritmis sekaligus sebagai melodi lagu tak ubahnya keyboard pada band pada umumnya.

(4)

4

c. Section Color Guard, yaitu kelompok yang tidak memainkan alat musik melainkan menari dengan atau tanpa alat pendukung. Biasanya alat yang mendukung performance dari section ini adalah Flag, Rifle, Saber dan Air Blade. Section ini bertugas sebagai pemanis dan penegas tema yang diusung dalam suatu pagelaran atau performance.

Dalam setiap performance, marching band selalu dipimpin oleh Field Commander yang bertugas untuk mengatur para anggotanya dalam bermain sekaligus membantu Section Percussion menjaga tempo lagu. Konsep penampilan marching band pun bermacam- macam sesuai dengan kebutuhan. Ada yang berkonsep parade, yaitu para pemain membentuk formasi memanjang ke belakang dengan susunan Section Color Guard paling depan diikuti Section Brass kemudian yang paling belakang adalah Section Battery Percussion. Biasanya, pemain Pit Percussion tidak diikutkan dalam parade dikarenakan sifat alat yang statis tidak memungkinkan untuk dimainkan dalam konsep parade. Namun begitu, ada juga marching band yang mengikutkan pemain dari Section Pit Percussion dengan kondisi para pemain tersebut hanya membawa bells yang dipakaikan pada tubuh player menggunakan carrier. Konsep parade biasanya dipakai dalam acara festival- festival yang membutuhkan musik sebagai pemeriah acara sepanjang jalan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, konsep parade merupakan konsep yang paling cocok. Konsep berikutnya yang mungkin paling terkenal adalah display, yaitu bermain musik pada lapangan luas sambil berjalan sesuai tempo lagu dengan membentuk formasi yang teratur. Konsep ini sering dipakai dalam ajang perlombaan yang aspek penilaiannya sangat kompleks mencakup dari kerapian formasi, keseragamaan style per anggota, keseragamaan tempo per section hingga pesan yang disampaikan ke penonton maupun juri. Selain ajang perlombaan, konsep display juga bisa dipakai dalam acara-acara kenegaraan seperti Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Konsep display ini sering diminta untuk ditampilkan oleh Event Organizer. Konsep terakhir yang juga cukup sering dipakai adalah konsep standing yaitu memainkan alat musik yang umumnya dipakai dalam marching band namun tanpa march.

Konsep ini sering dipakai pada acara- acara seperti pelepasan mahasiswa KKN, wisuda atau konser kenangan akan seseorang.

(5)

5

Marching Band Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di bidang seni. Selain Marching Band, terdapat beberapa UKM Seni lain yaitu, Teater Universitas Gadjah Mada, Unit Tari Bali, Swagayugama, Gamelan, Gadjah Mada Chamber Orcestra dan Gama Band.

Jika dibandingkan dengan UKM Seni lain, UKM Marching Band lah yang memiliki keperluan pendukung latihan yang paling banyak. Hal ini terutama dikarenakan oleh banyaknya mahasiswa yang menjadi anggota UKM Marching Band. Pada satu periode penerimaan anggota baru, UKM Marching Band selalu menjadi UKM yang menerima anggota paling banyak dibandingkan dengan UKM seni yang lain. Pada penelitian ini, saya mengambil contoh jumlah mahasiswa yang mendaftar bergabung dengan UKM Marching Band untuk menjadi calon anggota pada tahun 2012. Pendaftaran Anggota Baru Marching Band Universitas Gadjah Mada 2012 berlangsung pada bulan Juli hingga Oktober 2012.

Jumlah pendaftar keseluruhan mencapai 414 orang, sedangkan yang mengikuti placement test sebanyak 293 orang. Sebanyak 121 orang sebagian mengundurkan diri dan sebagian lagi tidak ada kabar.1

Oleh karena itu, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan pun menyeseuaikan dengan jumlah anggota. Selain itu, UKM Marching Band juga membutuhkan tempat latihan yang luas untuk mendukung proses latihan. Lapangan yang luas ini dibutuhkan untuk mengakomodir banyaknya player yang bermain musik maupun visual. Selain itu, lapangan yang luas bisa mendukung proses latihan display agar pagelaran yang akan ditampilkan akan maksimal. Pada suatu konsep pagelaran full show, UKM Marching Band Universitas Gadjah Mada membutuhkan banyak sekali alat musik. Pada tabel dibawah ini, kita bisa melihat jumlah alat musik yang dimiliki oleh UKM Marching Band Universitas Gadjah Mada, yaitu antara lain adalah :

Alat Musik Merk Jumlah

Trumpet Campuran antara Jupiter, Dynasty, Ambassador dan Lincoln

16

1 Diambil dari Laporan Pertanggungjawaban Panitia Penerimaan Anggota Baru Marching Band Universitas Gadjah Mada Tahun 2012

(6)

6

Cornet Boosey & Hawkes 1

Mellophone Getzen 10

Baritone Jupiter 7

Euphonium Jupiter 5

French Horn Getzen 4

Alto Horn Boosey & Hawkes 2

Trombone Campuran antara Getzen dan Blessing

8

Tuba Jupiter 7

Snare Drum Pearl 6

Tenor Toms Pearl 3

Bass Drum Pearl 5

Cymbal Field Zildjian 6

Marimba Musser 1

Vibraphone Premier 1

Xylophone Majestic 1

Chimes Premier 1

Timpani Ludwig 3

Bass Drum Concert

Ludwig 1

Bells Ludwig 2

Cymbal Campuran antara Magdan, Planet Z, Zildjian dan Wuhan

9

Tabel 1. Daftar Alat Musik yang Dimiliki oleh UKM Marching Band Universitas Gadjah Mada2

2 Data diambil dari Inventaris Bidang Peralatan dan Perlengkapan Marching Band Universitas Gadjah Mada tahun 2010

(7)

7

Selain peralatan penunjang musik di atas, UKM Marching Band Universitas Gadjah Mada juga membutuhkan perlengkapan penunjang visual seperti satu set kostum dan peralatan dari section color guard seperti flag, rifle dan sabre. Perlengkapan dan peralatan tersebut disesuaikan dengan jumlah player sehingga jumlah dari perlengkapan dan peralatan tersebut bisa mencapai bilangan puluhan hingga ratusan.

UKM Marching Band juga cukup aktif dalam mengikuti kompetisi. Di Indonesia, kompetisi marching band yang paling besar adalah Grand Prix Marching Band (GPMB) yang selalu diadakan setiap tahun di bulan Desember di Istora Senayan Jakarta. Jika mengikuti event kompetisi, UKM Marching Band membutuhkan biaya lebih untuk mengakomodir kebutuhan hidup semua player dan pengurus serta kebutuhan pagelaran. Untuk mengetahui biaya yang dibutuhkan dalam mengikuti kompetisi GPMB, kita bisa melihat tabel dibawah ini :

Daftar Anggaran Jumlah

Anggaran Produksi dan Dokumentasi Rp. 17.474.500,00

Anggaran Perlengkapan Rp. 9.250.000,00

Anggaran Kesekretariatan Rp. 1.100.000,00

Anggaran Personalia Rp. 780.000,00

Anggaran Ekspedisi Rp. 97.740.000,00

Anggaran Training Camp 1 Rp. 3.147.500,00

Anggaran Karantina 1 Rp. 9.074.600,00

Anggaran Training Camp 2 Rp. 7.025.000,00

Anggaran Training Camp 3 Rp. 13.012.100,00

Anggaran Karantina 2 Rp. 13.930.000,00

TOTAL Rp 172.533.700,00

Tabel 2. Daftar Anggaran Total yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan untuk kompetisi Grand Prix Marching Band (GPMB) di Jakarta3

3 Data diambil dari Laporan Pertanggungjawaban Manajerial UKM Marching Band Universitas Gadjah Mada tahun 2011

(8)

8

Jumlah aset dan kebutuhan UKM Marching Band sangatlah besar jika dibandingkan dengan aset UKM seni yang lain. Tidak menjadi menarik ketika perbandingan nilai aset dan kebutuhan dari UKM Marching Band dengan UKM seni yang lain tidak terlalu signifikan. Namun yang terjadi adalah, perbandingan nilai aset dan kebutuhan dari UKM Marching Band dengan UKM seni yang lain sangatlah signifikan. Perbandingan yang sangat mencolok tersebut bisa membentuk suatu persepsi yang bermacam- macam terhadap UKM Marching Band sehingga pada akhirnya akan terjadi suatu konstruksi identitas.

Persepsi tidak hanya berasal dari UKM seni yang lain, melainkan juga bisa berasal dari dalam kelompok yaitu dari anggota UKM Marching Band tersebut. Pada penelitian ini, peneliti merasa tertarik untuk mengungkap identitas apa yang terkonstruksi sebagai hasil persepsi baik dari UKM seni yang lain ataupun dari dalam UKM Marching Band itu sendiri.

(9)

9 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, kita bisa mengetahui bahwa UKM Marching Band memiliki aset yang bernilai cukup besar dan memiliki pengeluaran cukup besar pula untuk mendukung proses latihan. Pada penelitian ini, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui persepsi para anggota UKM Marching Band itu sendiri dan UKM seni lain terhadap aset yang dimiliki oleh UKM Marching Band. Oleh karena itu rumusan masalah untuk penelitian ini berdasarkan uraian tersebut adalah sebagai berikut :

Identitas seperti apa yang terkonstruksi pada Unit Kegiatan Mahasiswa Marching Band Universitas Gadjah Mada ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap identitas seperti apa yang terkonstruksi pada Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Selain itu, dalam perjalanan mengungkap identitas tersebut, melalui penelitian ini, kita juga bisa mengetahui bagaimana identitas tersebut terkonstruksi.

(10)

10 D. Kerangka Teori

Identitas Sosial

Untuk memahami identitas, kita bisa menyimak penjelasan dari Giddens dibawah ini : Identitas...diasosiasikan dengan hak-hak normatif, kewajiban dan sanksi, yang pada kolektivitas tertentu, membentuk peran. Pemakaian tanda-tanda yang terstandarisasi, khususnya yang terkait dengan atribut badaniah, umur dan gender, merupakan hal yang fundamental di semua masyarakat, sekalipun ada begitu banyak variasi lintas kultural yang dapat dicatat. (Giddens, 1984: 282-3)

Dengan memahami penjelasan Giddens diatas, tanda yang ia sebutkan bisa menjadi pembeda kita dengan orang lain sehingga bisa menjadi identitas yang khas pada diri seseorang. Singkatnya, identitas adalah soal kesamaan dan perbedaan, tentang aspek personal dan sosial, tentang kesamaan anda dengan sejumlah orang dan apa yang membedakan anda dari orang lain. (Weeks, 1990:89).

Untuk menjelaskan konstruksi identitas maka dibutuhkan teori identitas sosial. Pada penelitian ini teori identitas sosial dijelaskan dengan menggunakan dua teori yaitu group identification milik Richard Jenkins dan categorisation milik Henry Tajfel.

Alasan mengapa peneliti memilih teori group identification dan categorisation adalah karena kedua teori tersebut secara komprehensif menjelaskan dengan detail bagaimana konstruksi identitas itu terjadi jika dibandingkan dengan teori konstruksi identitas milik Peter L. Berger. Teori group identification dari Jenkins dan teori categorisation dari Tajfel tersebut bisa menjelaskan bagaimana konstruksi identitas terbentuk dari dalam dan dari luar kelompok secara terperinci.

Untuk memahami penjelasan dari Berger, maka bisa kita lihat kutipan dibawah ini :

“ Dunia-dunia itu dikonstruksi secara sosial dan dipelihara secara sosial. Realitas mereka yang berkelanjutan, baik objektif (sebagai kefaktaan umum sehari-hari) maupun subjektif (sebagai kefaktaan yang menerapkan diri pada kesadaran individual), tergantung pada proses-proses sosial spesifik, yaitu proses-proses yang secara terus menerus membangun kembali dan memelihara dunia-dunia tertentu itu. Sebaliknya, penghentian proses-proses sosial ini akan mengancam realitas (objektif dan subjektif) dari dunia-dunia tersebut. Maka tiap dunia memerlukan suatu “basis” sosial bagi kelanjutan eksistensinya sebagai suatu

(11)

11

dunia yang nyata bagi kedirian-kedirian manusia. “Basis” ini bisa disebut sebagai struktur penalaran. “4

Dalam kutipan diatas, Berger memang menjelaskan bagaimana identitas dikonstruksikan melalui proses-proses sosial yang berkelanjutan. Selain itu, Berger juga menjelaskan bahwa identitas dikonstruksikan oleh individu sebagai manusia yang bebas. Namun begitu, Berger tidak menjelaskan bagaimana individu-individu tersebut mengkonstruksikan identitas bagi kelompoknya. Berger juga tidak menjelaskan bagaimana peran institusi atau organisasi dalam mengkonstruksi suatu identitas. Selain itu, Berger juga tidak menjelaskan secara terperinci bagaimana peran dari kelompok lain dalam membentuk identitas. Hal-hal yang tidak dijelaskan oleh Berger dalam teorinya dijelaskan dengan terperinci oleh Jenkins dan Tajfel melalui group identification dan categorisation. Oleh karena itu, pada penelitian ini group identification dan categorisation dipilih untuk menjelaskan bagaimana konstruksi identitas dari Unit Kegiatan Mahasiswa Marching Band Universitas Gadjah Mada bisa terjadi.

Richard Jenkins (2008 : 42-43) mengemukakan identitas sosial dalam tiga analisis proposisi (three distinct order) :

 The Individual Order adalah identitas yang melekat pada masing-masing individu dan perubahannya dipengaruhi secara psikologis.

 The Interaction Order adalah interaksi diantara individu yang memiliki kesamaan kepentingan dan lantas memunculkan identitas pada hubungan tersebut.

 The Institutional Order adalah pola identitas yang terorganisir atau diakui secara kolektif dan menjadi „ways of doing thing‟ bagi yang menerimannya.

Konsep three distinct order milik Jenkins diatas bisa digunakan untuk menjelaskan bagaimana identitas bisa terkonstruksi pada UKM Marching Band Universitas Gadjah Mada. Pada penelitian ini,

4 Peter L. Berger, 1991, Langit Suci, Agama sebagai Realitas Sosial, LP3ES, Jakarta, hal. 56

(12)

12

proposisi The Institutional Order dianggap bisa menjelaskan bagaimana identitas bisa terkonstruksi pada UKM Marching Band. Pada dasarnya UKM Marching Band terdiri dari mahasiswa-mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang memiliki kesenangan yang sama akan musik. Mahasiswa-mahasiswa dari berbagai fakultas tersebut lantas bergabung dengan UKM Marching Band sehingga mereka bisa berinteraksi antara satu dengan yang lain. Para mahasiswa yang menjadi anggota UKM Marching Band memiliki kekuatan simbolik dalam membentuk identitas kelompok. Menurut Karl Marx, anggota kelompok yang menjadi bagian dari identitas kolektif memiliki dua karakteristik, yang pertama adalah setiap anggota memiliki kesamaan visi (atau apa yang disebut sebagai relationship to the means of identity production) dan yang kedua adalah para anggota kelompok tersebut sadar bahwa mereka berada dalam situasi yang sama dan mendefinisikan diri mereka sesuai dengan kesepakatan kelompok. Dalam hal ini, institusi memiliki pola-pola perilaku yang harus diikuti oleh para anggota didalamnya dimana identifikasi menjadi sangat penting. Selain itu, institusi memiliki kekuatan memaksa kepada para anggotanya dalam menerapkan pola-pola perilaku maupun tata peraturan yang ada. Hal ini sejalan dengan penjelasan dari Jenkins berikut ini :

“Institutions are among the more important context within which identification becomes consequential. Institutions are established pattern of practice, recognised as such by actors, which have force as the way things are done”. (Jenkins, 2008 : 45)

Institusi yang dimaksud oleh Jenkins diatas adalah merupakan apa yang biasa disebut dalam literatur-literatur sosiologi sebagai organisasi. Pada penelitian ini, organisasi tersebut adalah Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. UKM tersebut memiliki berbagai macam peraturan yang sangat mengikat terhadap para anggota yang bernaung didalamnya sehingga sistem yang diberlakukan hampir sama dengan sistem yang diberlakukan pada institusi militer. UKM tersebut memiliki suatu budaya organisasi yang kuat sehingga memiliki “force” kepada anggotanya untuk bertindak dan berperilaku sesuai dengan peraturan yang ada pada organisasi. Contoh peraturan-peraturan tersebut antara lain adalah adanya apel untuk mengawali dan mengakhiri latihan, adanya sistem hukuman jika melanggar peraturan dan lain-lain. Inilah yang dimaksud oleh Jenkins sebagai “way things are done” didalam

(13)

13

konteks UKM Marching Band dimana identifikasi terhadap simbol-simbol identitas didalam organisasi merupakan hal yang sangat penting. Simbol-simbol tersebutlah yang akan digunakan sebagai pembeda antara UKM Marching Band dengan UKM seni yang lainnya.

Pada tahap ini, Jenkins menawarkan konsep group identification untuk menjelaskan proses konstruksi identitas sebagai hasil identifikasi terhadap simbol-simbol identitas yang ada pada organisasi.

Penjelasan mengenai group identification bisa dilihat pada kutipan berikut ini :

“ Group identification is characteristically constructed across the group boundary, in interaction with others. Boundaries are permeable, persisting, despite the flow of personel across them, and identity is constructed in transaction at and across the boundary. During these transactions a balance is struck between (internal) group identification and (external) categorisation by others. “ (Jenkins, 2008 : 44)

Pada penjelasan Jenkins di atas, bisa kita pahami bahwa group identification terjadi pada batas- batas dimana kelompok berinteraksi dengan kelompok lain. Batas-batas tersebut tidaklah kokoh dan kaku melainkan dapat secara mulus ditembus sehingga pada batas-batas tersebut terkonstruksilah suatu identitas. Identitas tersebut terkonstruksi sebagai hasil “transaction” antara pihak dari dalam kelompok dengan pihak dari luar kelompok. Pada proses transaksi tersebut, konstruksi identitas dipengaruhi oleh dua proses yaitu group identification dari pihak internal kelompok dan categorisation dari pihak eksternal kelompok. Untuk memperkuat argumen tentang identifikasi, bisa kita simak kutipan dari Jenkins berikut ini :

“ Identification are to be found and negotiated at their boundaries, in the encounter between internal and external. “ (Jenkins, 2008 : 44)

Dengan memahami kutipan diatas, bisa disimpulkan bahwa identifikasi terhadap simbol-simbol identitas suatu kelompok terjadi pada “perbatasan” antara anggota dari dalam kelompok dengan anggota dari luar kelompok.

Penjelasan-penjelasan yang sudah dipaparkan diatas bisa dipakai untuk menjelasakan konstruksi identitas yang terjadi pada Unit Kegiatan Mahasiswa Marching Band Universitas Gadjah Mada.

“Transaksi” yang disebut oleh Jenkins bisa terjadi ketika UKM Marching Band sedang bersinggungan

(14)

14

dalam berkegiatan dengan UKM seni yang lain. Contohnya adalah ketika UKM Marching Band sedang merayakan ulang tahunnya di Gelanggang Mahasiswa. Pada perayaan ulang tahun tersebut, UKM Marching Band selalu mengundang UKM-UKM yang ada di Gelanggang baik itu dari UKM seni maupun UKM non-seni. Pada proses penampilan yang dilakukan oleh UKM Marching Band pada acara ulang tahun tersebut, UKM Marching Band “menawarkan” simbol-simbol identitas yang dimiliki seperti seragam dan alat-alat musik yang dipakai. Simbol-simbol tersebut diidentifikasi oleh anggota UKM Marching Band sebagai simbol yang membedakan UKM Marching Band dengan UKM seni yang lain.

Simbol-simbol yang teridentifikasi tersebut “ditawarkan” kepada para penonton termasuk tentunya kepada UKM-UKM seni yang hadir. Proses transaksi tersebut bisa juga terjadi pada event lain seperti Gelanggang Expo (GELEX) yang diadakan setiap tahun. Pada event tersebut, semua UKM di Gelanggang Mahasiswa, termasuk UKM-UKM seni, berbaur menjadi satu untuk mempromosikan UKM masing- masing. Pada event tersebut, juga diadakan performance dari masing-masing UKM yang akan ditonton oleh para mahasiswa baru dan tentunya oleh para penggiat UKM-UKM seni yang lain. Dalam hal ini, performance yang dilakukan oleh UKM Marching Band akan membentuk pola transaksi yang sama pada pola transaksi yang terjadi pada event ulang tahun UKM Marching Band.

Dengan menggunakan group identification, Jenkins melihat proses konstruksi identitas UKM Marching Band Universitas Gadjah Mada dari sudut pandang internal. Pada kutipan sebelumnya, Jenkins juga menyebutkan tentang kategorisasi. Kategorisasi yang disinggung oleh Jenkins tersebut digunakan untuk melihat konstruksi identitas dari sudut pandang kelompok lain. Kategorisasi merupakan teori dari Henry Tajfel yang bisa dipakai untuk menjelaskan konstruksi identitas beriringan dengan group identification. Teori kategorisasi menitikberatkan pada proses kategorisasi sebagai dasar perilaku yang dilakukan oleh anggota kelompok. Teori ini menjelaskan bagaimana kategorisasi diri dengan kelompok lain terjadi dan membentuk identitas sosial dengan menghubungkan ciri-ciri dan fenomena kelompok (Capozza and Brown, 2000 : 150). Untuk menjelaskan konstruksi identitas yang terjadi secara utuh, teori kategorisasi diperlukan untuk mengenalisis konstruksi identitas tersebut beriringan dengan teori group

(15)

15

identification. Jika group identification menjelaskan proses konstruksi identitas terjadi dalam lingkup internal, maka teori categorisation melihat bahwa proses konstruksi identitas terjadi karena adanya peranan dari pihak luar (anggota UKM seni yang lain) yang akan memberikan label terhadap Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada.

Teori kategorisasi ini bisa digunakan untuk memahami bagaimana pola-pola perilaku mahasiswa anggota UKM Marching Band UGM dan aset-aset yang dimiliki oleh UKM tersebut ternyata menjadi suatu kategori yang digunakan sebagai pembanding dengan pihak lain (dalam hal ini adalah UKM seni yang lain) sehingga UKM Marching Band menjadi sebuah UKM bidang seni yang memiliki ciri khas.

Ciri khas tersebut akan semakin memperkuat identitas kolektif yang terkonstruksi sebelumnya pada proses identifikasi. Identitas kolektif yang didefinisikan oleh Tajfel sebagai bagian dari pengetahuan individu tentang keanggotaanya dalam kelompok atau kelompok sosial yang disertai dengan pentingnya nilai dan emosi sebagai anggota kelompok (Kramer and Leonardelli, 2011 : 105). Dampak dari proses kategorisasi ini akan mengakibatkan seseorang akan membersar-besarkan persamaan anggota in group dan perbedaan terhadap anggota out group (Kramer and Leonardelli, 2011 : 107). Identitas yang terkonstruksi merupakan hasil dari proses kategorisasi sesuai dengan penjelasan dari Tajfel sebagai berikut :

“Approproating the methodological distinction between groups and categories, a distinction can be made between a collectivity which identifies and defines itself ( agroup for itself) and a collectivity which is identified and defined by others (a category itself).”

(Jenkins, 2008 : 43)

Penting untuk digarisbawahi bahwa dalam memahami proses konstruksi identitas secara utuh, maka konstruksi identitas tersebut harus dilihat menggunakan teori group identification dan teori categorisation. Maka pada penelitian ini, ditekankan bahwa :

“To avoid reifying the „reality‟ of collectivities, it makes further sense to insist on the centrality of process: group identification and categorisation.” (Jenkins 2008 : 43)

Selain itu juga, Tajfel dalam kegiatan akademisnya berkaitan dengan psikologi sosial pada tahun 1970 mengatakan bahwa group identification dan categorisation merupakan proses yang umum akan

(16)

16

terjadi pada kehidupan sosial manusia dimana identifikasi kolektif muncul dalam konteks hubungan antar kelompok.

“...suggests that group identification and categorisation are generic proses – and real for individuas – in the human world, with collective identifications emerging in context of

„external‟ inter-group relations.” (Jenkins, 2008 : 43-44) Maka dari itu, Jenkins pada akhirnya menyimpulkan bahwa :

“Thus the categorisation of others is a resource upon which to draw in the construction of our own identities.” (Jenkins, 2008 : 109)

(17)

17 E. Metode Penelitian

E. 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menghasikan data deskriptif yang bisa menggambarkan permasalahan yang diteliti yaitu konstruksi identitas Unit Kegiatan Mahasiswa Marching Band Universitas Gadjah Mada sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa yang eksklusif.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian participatory research yaitu penelitan dengan melibatkan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi Marching Band Universitas Gadjah Mada dan melakukan wawancara dengan para penggiat Unit Kegiatan Mahasiswa yang lain untuk mendapakan gambaran yang jelas tentang pandangan mereka terhadap Unit Kegiatan Mahasiswa Marching Band Universitas Gadjah Mada.

E. 2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di tempat dimana organisasi Marching Band Universitas Gadjah Mada mengadakan latihan reguler yaitu di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (Purna Budaya) dan Gelanggang Mahasiswa. Alasan mengapa penulis memilih tempat penelitian tersebut adalah pertama, lokasi penelitian merupakan tempat dimana para mahasiswa yang menjadi anggota berkumpul dan berinteraksi satu sama lainnya sehingga memudahkan penulis untuk melibatkan diri dan melakukan wawancara dengan para penggiat Unit Kegiatan Mahasiswa bidang seni yang laing. Kedua, penulis merupakan mantan pelatih dan konsultan teknis di UKM Marching Band Universitas Gadjah Mada, sehingga sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian dan penulisan skripsi bisa diakses dengan mudah. Selain itu, penulis juga cukup familiar dengan lingkungan Gelanggang Mahasiswa sehingga proses penelitian bisa berlangsung dengan baik.

(18)

18 E. 3. Informan Penelitian

Objek penelitian yang akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis selama proses penelitian yaitu para mahasiswa yang menjadi anggota UKM Marching Band dan UKM seni yang masih aktif. Untuk informan yang berasal dari UKM Marching Band, akan dipilih berdasarkan tahun mereka aktif. Pada penelitian ini, informan yang dipilih adalah informan yang masih aktif mengikuti kegiatan di UKM Marching Band pada tahun 2012 dan 2013. Untuk informan yang berasal dari UKM seni yang lain, akan dipilih informan yang aktif minimal 1 tahun sehingga data yang diambil akan lebih berkualitas.

E. 4. Cara Pengumpulan Data E. 4. 1 Teknik Wawancara

Peneliti melakukan wawancara terhadap informan yaitu mahasiswa yang menjadi anggota aktif UKM Marching Band dan UKM seni yang lain yang masih aktif untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Pada penelitian ini, penulis lebih memilih untuk melakukan wawancara informal yaitu dengan wawancara dilakukan seperti biasa namun peneliti dan informan dalam hubungan yang akrab. Urutan pertanyaan yang akan disampaikan tidak harus terstruktur.

E. 4. 2 Teknik Participatory Obvervation

Peneliti mengamati langsung terhadap kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh UKM Marching Band beserta mahasiswa yang menjadi anggota organisasi tersebut. Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk melibatkan diri secara langsung terhadap kegiatan – kegiatan yang dilakukan UKM Marching Band.

E. 4. 3 Penelaahan terhadap dokumen tertulis

Peneliti mencari data yang diperlukan untuk mendukung proses penelitian dari catatan – catatan tertulis organisasi baik berupa hardfile ataupun softfile, dari video dan foto dokumenter maupun dari jawaban tertulis dari informan terhadap kuesioner.

(19)

19 E. 5 Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data yang didapat di lapangan ke dalam bentuk yang lebih sederhana sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses analisa data kualitatif, terdapat tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama yaitu :

E. 5. 1 Reduksi data

Proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan di lapangan.

E. 5. 2 Penyajian data

Penyusunan sekumpulan data informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada data kualitatif data disajikan dalam bentuk teks naratif.

E. 5. 3 Verifikasi dan Penyimpulan

Proses mencari arti data dengan mencatat keteraturan pola-pola, penjelasan, konfigurasi- konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi.

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit bercak hitam pada tanaman anggrek merupakan penyakit yang cepat menular melalui akar dan alat yang tidak steril, gejalanya timbul warna cokelat kehitaman pada bagian

Dokumen master plan harus ditindak lanjuti atau dilaksanakan, karena jika tidak dapat diibaratkan hanya sebagai wacana yang tidak memberikan nilai tambah bagi program

b) Guru menyampaikan harapannya setelah siswa menerima materi layanan tersebut. c) Mengakhiri layanan dengan memotivasi siswa agar siswa bisa menunjukkan sikap

Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam keadaan

Pengertian demokratis dimaksud berjalan aman dan tertib, juga pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, baik gubernur dan wakilnya maupun bupati dan

Dalam penelitian ini digunakan enam variabel pengukuran antara lain ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), GPM (Gross Profit Margin), NPM (Net Profit Margin), OPM

Kestabilan tegangan merupakan kemampuan dari sistem tenaga mempertahankan tegangan untuk tetap stabil pada semua bus setelah terjadi gangguan. Hal ini tergantung dari

Hal ini sejalan dengan pendapat Borg and Gall (Nursyaidah, t.t) bahwa ciri kedua dari penelitian dan pengembangan adalah “Mengembangkan produk berdasarkan temuan